Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
(arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti.

Penyakit ini terdapat didaerah tropis, terutama di negara ASEAN dan pasifik barat.
Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes arbovirus
(arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes (aedes albopictus dan
aedes aegypti). Penyakit ini sebenarnya telah ditemukan di Jakarta pada tahun 1779 oleh Dr.
David Baylon dan beliau menamakan penyakit ini knokkel koorts karena pasiennya
mengeluh sakit pada sendi-sendi.

Secara nasional insiden DBD tertinggi pernah dilaporkan selama tahun 1973 ( 10.189
kasus) dan tahun 1977 (8.141 kasus). Namun dengan demikian berkat kemajuan dalam
bidang diagnostik dan penanggulangan serta tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat
yang makin tinggi, angka kematian dari tahun ketahun semakin menurun.

Pasien yang diduga menderita demam berdarah dengue harus dirawat di rumah sakit
karena memerlukan pengawasan terhadap kemungkinan terjadi syok atau perdarahan yang
dapat mengancam keselamatan jiwa pasien.

1.2 Tujuan

1. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep


2. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep asuhan keperawatan pada dbd

Page 1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian DBD

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan
oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang ditandai dengan demam
mendadak dua sampai tujuh hari tanpa penyebab yang jelas, lemah atau lesu, gelisah, nyeri
ulu hati, disertai dengan tanda-tanda perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan (petechia),
ruam (purpura). Kadang-kadang mimisan, berak darah, muntah darah, kesadaran menurun.
Hal yang dianggap serius pada demam berdarah dengue adalah jika muncul perdarahan dan
tanda-tanda syok/ renjatan (Mubin, 2009: 19).
DBD menyerang semua usia namun yang memiliki faktor risiko terkena dbd paling
tinggi adalah anak usia 4-10 tahun. Daya tahan tubuh anak usia ini memang belum sekuat
orang dewasa. Nyamuk Aedes aegypti, terutama betina dewasa, paling hobi menggigit pada
pagi dan siang hari. (Nyamuk betina perlu darah untuk bertahan hidup dan berkembang biak.)
Padahal, balita masih perlu tidur atau anak sekolah sedang belajar di kelas pada jam-jam
tersebut! Nyamuk DBD memang senang bersarang di tempat lembab, gelap, dan ‘berbau’

manusia. Fever Dengue (DF) adalah penyakit febris-virus akut, seringkali ditandai dengan

sakit kepala, nyeri tulang atau sendi dan otot, ruam, dan leukopenia sebagai gejalanya.
Demam berdarah dengue (Dengue Haemoragick Frever/DHF) ditandai dengan empat
gejala klinis utama: demam tinggi/ suhu meningkat tiba-tiba, sakit kepala supra, nyeri otot
dan tulang belakang, sakit perut dan diare, mual muntah. Fenomena hemoragi, sering dengan
hepatomegali dan pada kasus berat disertai tanda – tanda kegagalan sirkulasi. Pasien ini dapat
mengalami syok yang diakibatkan oleh kebocoran plasma. Syok ini disebut Sindrom Syock
Dengue (DSS) dan sering menyebabkan fatal ( Mubin, 2009:19).

Page 2
2.2 Klasifikasi DBD

Menurut (Mubin, 2009) derajat penyakit DBD terbagi empat derajat :

1. Derajat 1 :
Demam disertai gejala tidak khas, hanya terdapat manifestasi perdarahan (uji tourniquet
positif)
2. Derajat II
Seperti derajat I disertai perdarahan spontan dikulit dan perdarahan lain pada hidung
(epistaksis)
3. Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi dengan adanya nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun
(kurang dari 20 mm/Hg) / hipotensi disertai kulit dingin dan lembab serta gelisah
4. Derajat IV
Renjatan berat dengan nadi tidak teraba dan tekanan darah yang tidak dapat diukur, akral
dingin dan akan mengalami syok.

2.3 Epidemiologi DBD


Penyakit ini terdapat didaerah tropis, terutama di negara ASEAN dan pasifik barat.
Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes. Di Indonesia
dikenal dua jenis nyamuk Aedes, yaitu :

1) Aedes Agypti
Aedes agypti paling sering ditemukan, merupakan nyamuk yang hidup di daerah tropis,
terutama hidup dan berkembang biak didalam rumah, yaitu ditempat penampungan air
jernih atau tempat penampungan air disekitar rumah. Nyamuk ini sepintas lalu tampak
berlurik, berbintik-bintik putih, biasanya menggigit pada siang hari, terutama pada pagi
dan sore hari. Jarak terbangnya sekitar 100 meter
2) Aedes albopictus
Aedes albopictus tempat habitatnya ditempat air jernih, biasanya disekitar rumah atau
pohon-pohon, tempat yang menampung air hujan yang bersih, seperti pohon pisang,
pandan dan kaleng bekas. Menggigit pada waktu siang hari, jarak terbangnya sekitar 50
meter.

Page 3
2.4 Etiologi DBD

Virus dengue, termasuk genus flavivirus, keluarga flaviridae. Terdapat empat serotipe
virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Keempatnya ditemukan di Indonesia dengan
den-3 serotipe terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap
serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat
kuat, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain
tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh tiga atau
empat serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe dengue dapat ditemukan di berbagai
daerah di Indonesia (Sudoyo, Aru, dkk 2009)

Page 4
2.5 Pathway
Arbovirus (melalui nyamuk Beredar dalam aliran darah Infeksi virus dengue
↑↑ aedes aegypti

PGE2 Hipotalamus Membentuk & melepaskan Mengaktifkan sistem


zat C3a, C5a komplemement

Peningkatan reabsorbsi Na+ Permeabilitas membran


Hipertermi dan H2O meningkat

Aregrasi trombosit Kerusakan endotel pembuluh Resiko syok hipovolemik


darah

trombositopeni Merangsang & mengaktivasi Renjatan hipovolemik dan


faktor pembekuan hipotensi

DIC

Resiko perdarahan perdarahan

Resiko perfusi jaringan tidak


efektif

Asidosis metabolik Hipoksia Jaringan

Resiko syok (hipovolemik) Kekurangan volume cairan Ke ekstravaskuler

Paru-paru hepar abdomen

Efusi pleura hepatomegali ascities

Mual muntah
Ketidakefektifan pola nafas
Penekanan intraabdomen
Krtidakefektifan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
nyeri

Page 5
2.6 Manifestasi Klinis

Seperti pada infeksi virus lain, infeksi virus dengue juga merupaan suatu self limiting
infectious disease yang akan berakhir sekitar 2-7 hari.

Infeksi virus dengue pada manusia mengakibatkan suatu spectrum manifestasi klinik
yang bervariasi antara penyakit yang paling ringan (mild undeferentiated febrile illness),
(DHF/DBD)dan dengue shock syndrome(DSS/SSD).

 Demam
Demam tinggi yang mendadak, terus – menerus berlangsung selama 2 – 7 hari, naik
turun (demam bifosik). Kadang – kadang suhu tubuh sangat tinggi sampai 40 C dan
dapat terjadi kejan demam. Akhir fase demam merupakan fase kritis pada demam
berdarah dengue. Pada saat fase demam sudah mulai menurun dan pasien seajan
sembuh hati – hati karena fase tersebut sebagai awal kejadian syok, biasanya pada
hari ketiga dari demam.
 Tanda-tanda perdarahan
 Karena manipulasi
Uji tourniquet/rumple leede test positif, yaitu dengan mempertahankan manset
tensimeter pada tekanan antara sistole dan diastole selama 5 menit, kemudian
dilihat apakah timbul petekie atau tidak di daerah volar lengan bawah.
Kriteria :
(+) bila jumlah petekie >20
( ±) bila jumlah petekie 10-20
(-) bila jumlah petekie < 10.
 Perdarahan spontan
 Pembesaran hepar
Pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit bervariasi dari haya
sekedar diraba sampai 2 – 4 cm di bawah arcus costa kanan. Derajat hepatomegali
tidak sejajar dengan beratnya penyakit, namun nyeri tekan pada daerah tepi hepar
berhubungan dengan adanya perdarahan.
 Syok
Pada kasus ringan dan sedang, semua tanda dan gejala klinis menghilang setelah demam
turun disertai keluarnya keringat, perubahan pada denyut nadi dan tekanan darah, akral
teraba dingin disertai dengan kongesti kulit. Perubahan ini memperlihatkan gejala

Page 6
gangguan sirkulasi, sebagai akibat dari perembasan plasma yang dapat bersifat ringan
atau sementara. Pada kasus berat, keadaan umum pasien mendadak menjadi buruk
setelah beberapa hari demam pada saat atau beberapa saat setelah suhu turun, antara 3 –
7, terdapat tanda kegagalan sirkulasi, kulit terabab dingin dan lembab terutama pada
ujung jari dan kaki, sianosis di sekitar mulut, pasien menjadi gelisah, nadi cepat, lemah
kecil sampai tidak teraba. Pada saat akan terjadi syok pasien mengeluh nyeri perut.

 Laboraturium :
 Hematokrit /PCV (packed cell volume) meningkat sama atau lebih dari 20%.
Normal : PCV/Hct = 3 x Hb.
 Trombosit menurun, sama atau kurang dari 100.000/ mm3.
 Lekopeni, kadang-kadang lekositosis ringan
 Waktu perdarahan memanjang
 Waktu protrombin memanjang

2.7 Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menapis pasien tersangka demam
dengue adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit dan
hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relative disertai gambaran limfosit
plasma biru.
Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (cell culture) ataupun
deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR (Reserve Transcriptase
Polymerase Chain Reaction), namun karena teknik yang lebih rumit, saat ini tes serologis
yang mendeteksi adanya antibody spesifik terhadap dengue berupa antibody total, IgM
maupun IgG.
Parameter Laboratoris yang dapat diperiksa antara lain :
• Leukosit: dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis relative
(>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru (LPB) > 15% dari jumlah total
leukosit yang pada fase syok akan meningkat.

• Trombosit: umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8.

Page 7
• Hematokrit: Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan hematokrit ≥
20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai pada hari ke-3 demam.

• Hemostasis: Dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer, atau FDP pada
keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan darah.

• Protein/albumin: Dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma.

• SGOT/SGPT (serum alanin aminotransferase): dapat meningkat.

• Ureum, Kreatinin: bila didapatkan gangguan fungsi ginjal.

2.8 Komplikasi

Komplikasi yang sering dijumpai pada penderita DBD adalah gangguan keseimbangan
elektrolit dan overhidrasi.

1. Gangguan keseimbangan elektrolit

Gangguan keseimbangan elektrolit biasanya dijumpai pada fase leakage atay kritis
yang paling sering adalah hiponatremia dan hipokalsemia, sedangkan hipokalemia sering
pada fase konvasalen.

 Hiponatremia, karena intake yang tidak cukup dan mendapat cairan yang hipotonik
misalnya N/2 atau N/3. Jika penderita tidak mengalami kejang tidak perlu diberikan
NaCl 3%, tetapi cukup diberi NaCl 0,9% atau RL-D5 atau RA-D5%
 Hipokalsemia, karena leakage Ca mengikuti albumin ke ruangan 1 mL/kgBB/kali
(maksimal 10 mL) diencerkan dan diberi IV perlahan-lahan dapat diulangi tiap 6 jam
hanya pada penderita risiko tinggi atau yang mungkin akan mengalami komplikasi,
misalnya pada derajat IV dan pada penderita dengan overhidrasi.

2. Overhidrasi

Komplikasi overhidrasi dapat dijumpai, baik pada fase kritis maupun fase konvalesen.
Komplikasi ini lebih serius karena dapat menyebabkan edema paru akut dan atau gagal
jangtung kongestif, yang berakhir dengan gagal napas dan kematian. Untuk mencegah
komplikasi ini adalah pengawasan ketat dan sesuaikan kecepatan cairan uIV ke jumlah
minimal untuk mempertahankan volume sirukulasi.

Page 8
2.9 Cara Penularan

Nyamuk Aedes aegypti maupun Aedes albopictus merupakan vector penularan virus
Dengue dari penderita kepada orang lain melalui gigitan. Nyamuk Aedes aegypti merupakan
faktor penting di daerah perkotaan (daerah urban) sedangkan di daerah pedesaan (daerah
rural) kedua jenis spesies nyamuk Aedes tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes
aegypti berkembangbiak di tempat lembab dan genangan air bersih. Sedangkan Aedes
albopictus berkembangbiak di lubang-lubang pohon dalam potongan bambu, dalam lipatan
daun dan dalam genangan air lainnya (Soedarmo, 2005: 18).
Virus memasuki tubuh ke manusia melalui gigitan nyamuk menembus kulit. Setelah
itu disusul oleh periode tenang selama kurang lebih 4 hari, dimana virus melakukan replikasi
secara cepat dalam tubuh manusia. Apabila jumlah virus sudah cukup maka virus akan
memasuki sirkulasi (viremia), yang pada saat itu manusia yang terinfeksi akan mengalami
gejala panas. Dengan adanya virus dengue dalam tubuh manusia maka tubuh akan memberi
reaksi. Bentuk reaksi tubuh terhadap virus ini antara manusia yang satu dengan yang lain
dapat berbeda, dimana perbedaan reaksi akan memanifestasikan perbedaan penampilan gejala
klinis dan perjalanan penyakitnya. Pada prinsipnya bentuk reaksi tubuh terhadap keberadaan
virus dengue adalah sebagai berikut :

1. Bentuk reaksi pertama


Mengendapkan bentuk netralisasi virus pada pembuluh darah kecil, kulit berupa gejala
ruang (rash).

2. Bentuk reaksi kedua


Terjadi gangguan fungsi pembekuan darah sebagai akibat dari penurunan jumlah darah
dan kualitas komponen-komponen pembuluh darah yang menimbulkan manifestasi
perdarahan.
3. Bentuk reaksi ketiga
Terjadi kebocoran pada pembuluh darah yang mengakibatkan keluarnya komponen
plasma atau cairan darah dari dalam pembuluh darah menuju ke rongga perut berupa
gejala asites dan rongga selaput paru berupa gejala efusi pleura. Apabila tubuh manusia
hanya memberi reaksi bentuk 1 dan 2 saja maka orang tersebut akan menderita demam
dengue, sedangkan apabila ketiga bentuk reaksi terjadi maka orang tersebut akan
mengalami demam berdarah dengue (Darmowandowo, 2001: 22)

Page 9
2.10 Pengobatan/penatalaksanaan Penderita

Dasar penatalaksanaan penderita DBD ialah penggantian cairan yang hilang sebagai akibat
dari kerusakan dinding kapiler yang menimbulkan peninggian permeabilitas sehingga
mengakibatkan kebocoran plasma (plasma leakage). Selain itu, perlu juga diberikan obat
penurun panas.

1. Pemberian Cairan

Pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi. Apabila cairan oral tidak dapat
diberikan karena tidak mau minum, muntah atau nyeri perut yang berlebihan, cairan intravena
rumatan perlu diberikan. Antripiretik kadan-kadang diperlukan, tetapi perlu diperhatikan
bahwa antipiretik tidak dapat mengurangi demam pada DBD. Parasetamol direkomendasikan
untuk mempertahakan suhu dibawah 39o C.

Rasa haus dan keadaan dehidrasi dapat timbul sebagai akibat demam tinggi, anoreksia
dan muntah. Jenis minuman yang dianjurkan adalah jus buah, teh manis, sirup, susu serta
larutan oralit. Pasien perlu diberikan minum 50 mL/kg berat badan dalam 4-6 jam pertama.
Setelah keadaan dedihdrasi dapat diatasi anak diberi cairan rumatan 80-100 mL/kg berat
badan selama 24 jam berikutnya. Bila terjadi kejang demam di samping antipiretik, berikan
fenobarital 5 mg/kg berat badan dibagi dalam 3 dosis selama pasien masih demam. Pasien
harus diawasi secara ketat terhadap kemungkinan syok yang akan terjadi. Periode krisis
adalah waktu transisi, yaitu saat suhu turun pada demam hari ke-3 sampai hari ke-5.
Pemeriksaan kadar hematokrit berkala merupakan pemeriksaan yang terbaik untuk
pengawasan hasil pengobata, yaitu menggambarkan derajat kebocoran plasma dan pedoman
kebutuhan cairan intravena. Hemokonsentrasi pada umumnya terjadi sebelum dijumpai
perubahan tekanan darah dan tekanan nadi. Hematokrit harus diperiksa minimal satu kali dari
hari ketiga sampai suhu normal kembali. Bila pemeriksaan hematokrit tidak ada, pemeriksaan
hemoglobin dapat dipergunakan walaupun tidak terlalu sensitif.

Page 10
PENATALAKSANAAN KASUS TERANSANGKA DBD

TERSANGKA DBD

Demam tinggi, mendadak


terus menerus <7 hari
tidak disertadi ISPA

Ada kedaruratan Tidak ada kedaruratan

tanda syok
muntah terus menerus
kejang
kesadaran menurun
muntah darah
berak hitam
uji Torniquet (+) uji Torniquet (-)

jumlah trombosit jumlah trombosit rawat jalan


>100.000/L <100.000/L parasetamol
kontrol tiap hari
Sp.Demam hilang
Rawat Inap Rawat Jalan

Minum banyak nilai tanda klinis


1,5 -2 liter /hari jumlah trombosit
Parasetamol bila sdh hari
Kontrol tiap hari ke 3 msh demam
Sampai demam
Turun

Perhatian untuk orang tua

Bila timbul tanda syok, yaitu:


Gelisah, lemah, kaki/tangan
dingin, sakit perut, berak hitam,
kencing kurang

Segera bawa ke RS

Page 11
Penatalaksanaan Kasus DBD Derajat I dan II

Cairan Awal
RL/NaCl 0,9% atau RLD5/NaCl 0,9 % + D5
6-7 mL/kgBB/jam

Monitor tanda vital/Nilai Ht & trombosit tiap 6 jam

Perbaikan evaluasi 12- 24 jam Tidak ada Perbaikan

Tidak Gelisah Gelisah


Nadi kuat Distres pernapasan
Tekanan darah Stabil Frek, nadi naik
Diuresis Cukup Ht ttp tinggi/naik
(2 mL/kgBB/jam) nadi 20 mmHg
Ht turun Diuresis kurang/
(2x pemeriksaan) Tanda Vital Memburuk
Ht meningkat tidak ada

Tetesan dikurangi Tetesan dinaikan


10 mL/kgBB/jam
Tetesan dinaikkan
5 mL/kg/BB/jam bertahap

Perbaikan

15 mL/kgBB/jam

Perbaikan
Sesuaikan tetesan

3 mL/kgBB/jam evaluasi 12-24 jam,


Tanda vital tidak stabil

IVFD stop pada 24-48 jam Distress pernapasan Ht turun


Bila tanda vital/Ht Ht naik
Stabil diuresis cukup

Koloid Transfusi
20-30 mL/kgBB darah segar
10 mL/kg

Perbaikan

Page 12
Penatalaksanaan Kasus DBD Derajat III dan IV

DBD derajat III

1. Oksigenasi (berikan O2 2-4 L/mnt)


2. Penggantian volume plasma segar
(cairah kristaloid isotonik)
RL/NaCl 0,9%
20 mL/kgBB secepatnya (Bolus dlm 30 menit)

Evaluasi 30 mnt, apakah syok teratasi?


Pantau tanda vital tiap 10 menit DBD Der IV
Catat balans cairan selama pemberian cairan intravena

Syok Teratasi Syok tidak teratasi


Kesadaran membaik Kesadaran menurun
Nadi teraba lebih kuat Nadi lembut/tidak teraba
Tek nadi >20 mmHg tekanan nadi <20 mmHg
Tidak sesak napas/sianosis Distress pernapasan/
Ekstremitas hangat sianosis
Diuresis cukup 1 mL/kgBB/jam kulit dingin dan lembab
Ekstremitas dingi
Cairan & tetesan disesuaikan Periksa kadar gula darah
10 mL/kgBB/jam
Lanjutkan Cairan
15-20 mL/kgBB/jam

Evaluasi Berat
Tanda vital Tambahkan koloid/plasma
Tanda perdarahan Dekstran/FFP
Diuresis 10-20 (maks 30) mL
Hb, Ht, Trombosit kgBB/jam

Koreksi Asidosis
Evaluasi 1 jam
Stabil maksimal 24 jam
Tetesan 7 mL/kgBB/jam

Tetesan 5 mL/kgBB/jam Syok teratasi Syok belum teratasi

Tetesan 3 mL/kgBB/jam Ht ttp tinggi/naik


Koloid 20mL/kg/BB
Tranfusi darah segar 10 mL/
Infus stop tidak melebihi 48 jam kg/BB dpt diulangi sesuai kebutuhn

Page 13
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

1. Identitas

Nama, umur ( pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia kurang dari 15
tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendididkan orang tua, dan
pekerjaan orang tua.

2. Keluhan Utama :

Alasan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke RS adalah panas tinggi dan anak
lemah.

3. Riwayat penyakit Sekarang

Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan saat demam
kesadaran composmentis. Turunnya panasa terjadi antara hari ke-3 dan hari ke -7, dan anak
semakin lemah. Kadang-kadang disertadi dengan keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual,
muntah, anoreksia, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, dan persendian, nyeri ulu hati
dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi
(grade III dan IV).

4. Riwayat penyakit yang pernah diderita

Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, anak bisa mengalami serangan ulangan
DHF dengan virus yang lain.

5. Riwayat imunisasi

Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan timbulnya komplikasi
dapat dihindarkan.

6. Riwayat gizi

Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik
maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya. Anak yang menderita
DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun. apabila kondisi ini
berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan gizi yang mencukupi, maka anak dapat
mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.

Page 14
7. Kondisi lingkungan

Sering terjadi di daerah yang penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih (seperti air
yang menggenang dan gantungan baju di kamar)

8. Pola kebiasaan

1) Nutrisi dan metabolisme: frekuensi jenis, pantangan, nafsu makan berkurang, dan
nafsu makan menurun
2) Eliminasi BAB. Kadang-kadang anak mengalami diare/konstipasi. Sementara DHF
pada grade III-IV bisa terjadi melena.
3) Eliminasi urine (BAK) perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit atau banyak, sakit
atau tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hemaluria.
4) Tidur dan istirahat, anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit atau
nyeri optot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas maupun istirahatnya
kurang.
5) Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung
kurang terutama untuk membersihkan (tempat sarang nyamuk aedes aegypti)
6) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga
kesehatan.

9. Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi palpasi, auskultasi, dan perkusi. Dari ujung rambut
sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan DHF, keadaan fisik anak adalah sebagai berikut:

1) Grade I: kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, TTV dan nadi lemah.
2) Grade II: Kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, ada perdarahan spontan
pettekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil dan tidak teratur.
3) Grade III: Kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil , dan
tidak teratur, serta tensi menurun.
4) Grade IV: Kesadaran koma, TTV: nadi tidak teraba, tensi tidak terukur, pernapasan
tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringan dan kulit tampak biru.

10. Sistem Integumen

1) Adanya pettekie pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin, dan
lembab.
2) Kuku sianosis/tidak
3) Kepala dan leher

Page 15
Kepala terasa nyeri, muka tanpa kemerahan karena demam, mata anemis, hidung
kadang mengalami perdarahan (epitaksis) pada grade II, III, dan IV. Pada mulut
didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan.
Sementara tenggorokan mengalami hiperemia paharing dan terjadi perdarahan telinga
pada grade II,III dan IV.
4) Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak
Pada foto thoraks terdapat adanya aliran yang tertimpun pada paru sebelah kanan
(efusi pleura), rates, ronchi, yang biasanya terdapat pada grade III, dan IV
5) Abdomen. Mengalami nyeri tekan, hepatomegali, dan asites.
6) Ekstremitas. Akral dingin serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.

11. Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan di jumpai:

o Hb dan PCV meningkat (≥20%).

o Trombositopenia (≤100.000/ml).

o Leukopenia (mungkin normal atau leukositosis).

o Ig.D.dengue positif.

o Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan: hipoprotinemia, hipokloremia, dan


hiponatremia.

o Urium dan PH darah mungkin meningkat.

o Asidosis metabolik: pCO <35-40 mmHg HCO rendah.

o SGOT/SGPT memungkinkan meningkat.

Page 16
3.2 Diagnosa keperawatan

a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus.

b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif.

c. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis penyakit.

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia ,


mual dan muntah.

e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan


kebutuhan oksigen.

f. Resiko syok berhubungan dengan hipovilemik

g. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

h. Defisiensi pengetahuan berhubungan degan kurang familier dengan sumber informasi.

Page 17
3.3 C. Intervensi keperawatan

a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus.

Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional

{ NOC } { NIC }

Setelah dilakukan tindakan Fever Treatment :

keperawatan selama 1 x 24
- Observasi tanda-tanda vitalTanda-tanda vital merupakan

jam, pasien akan : tiap 3 jam. acuan untuk mengetahui

- Menunjukkan suhu tubuh keadaan umum pasien.

dalam rentang normal. - Kompres hangat dapat

- TTV normal. mengembalikan suhu

- Beri kompres hangatpada normal memperlancar

bagian lipatan tubuh ( Paha sirkulasi.

dan aksila ). - Untuk mengetahui adanya

ketidakseimbangan cairan

- Monitor intake dan output tubuh.

- Dapat menurunkan demam

- Berikan obat anti piretik.

Temperature Regulation - Peningkatan suhu tubuh

- Beri banyak minum ( ± 1- akan menyebabkan

1,5 liter/hari) sedikit tapi penguapan tubuh meningkat

sering sehingga perlu diimbangi

dengan asupan cairan yang

banyak.

Page 18
- Pakaian yang tipis menyerap

keringat dan membantu

mengurangi penguapan

- Ganti pakaian klien dengan tubuh akibat dari

bahan tipis menyerap peningkatan suhu dan dapat

keringat. terjadi konduksi.

b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif.

Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional

{ NOC } { NIC }

Setelah dilakukan tindakan Fluid Managemen

keperawatan selama ... x 24


- Kaji keadaan umum klien
- Mengetahui dengan cepat

jam, pasien akan : dan tanda-tanda vital. penyimpangan dari keadaan

- Menunjukkan keseimbangan normalnya.

elektrolit dan asam basa - Kaji input dan output cairan.- Mengetahui balance cairan

- Menunjukkan keseimbangan dan elektrolit dalam

cairan tubuh/homeostatis.
- Observasi adanya tanda-
- Turgor kulit baik - Agar dapat segera dilakukan
tanda syok
- Tanda-tanda vital dalam tindakan jika terjadi syok.

batas normal - Asupan cairan sangat


- Anjurkan klien untuk
diperlukan untuk
banyak minum.
menambah volume cairan

tubuh

Page 19
- Pemberian cairan I.V sangat

- Kolaborasi dengan dokter penting bagi klien yang

dalam pemberian cairan I.V. mengalami deficit volume

cairan untuk memenuhi

kebutuhan cairan klien.

c. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis penyakit.

Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional

{ NOC } { NIC }
Pain management
Setelah dilakukan tindakan
- Lakukan pengkajian nyeri
keperawatan selama ... x 24 secara kompherensif. - Mengetahui nyeri yang

jam, pasien akan : dialami pasien sehingga

- Dapat mengontrol nyeri perawat dapat menentukan

- Mengetahui tingkat nyeri - Kaji faktor-faktor yang cara mengatasinya.


mempengaruhi reaksi
- Ekspresi wajah rileks. - Dengan mengetahui faktor-
pasien terhadap nyeri.
faktor tersebut maka

perawat dapat melakukan

intervensi yang sesuai

- Berikan posisi yang nyaman dengan masalah klien.


dan ciptakan suasana
- Posisi yang nyaman dan
ruangan yang tenang.
situasi yang tenang dapat

membuat perasaan yang


- Berikan suasana gembira
nyaman pada pasien.
bagi pasien
- Dengan suasana

gembira pasien dapat

Page 20
sedikit mengalihkan

Analgetic administration perhatiannya terhadap nyeri.

- Berikan analgesiksesuai tipe


dan beratnya nyeri .
- Obat analgesik dapat

menekankan rasa nyeri.

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia ,

mual dan muntah.

Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional

{ NOC } { NIC }

Setelah dilakukan tindakan Nutrition managemen

keperawatan selama ... x 24


- Kaji keadaan umum klien - Memudahkan untuk

jam, pasien akan : - Beri makanan sesuai intervensi selanjutnya

- Menunjukkan kebutuhan kebutuhan tubuh klien. - Merangsang nafsu makan

nutrisi terpenuhi. - Anjurkan orang tua klien klien sehingga klien mau

- Memperlihatkan adanya untuk memberi makanan makan.

selera makan sedikit tapi sering. - Makanan dalam porsi kecil

tapi sering memudahkan

- Anjurkan orang tua klien organ pencernaan dalam

memberi makanan TKTP metabolisme.

dalam bentuk lunak - Makanan dengan komposisi

TKTP berfungsi membantu

mempercepat proses

Nutrition Monitoring penyembuhan.

Page 21
- Timbang berat badan klien
- Berat badan merupakan salah

tiap hari. satu indicator pemenuhan

nutrisi berhasil.
Monitor mual dan muntah
- Untuk mengetahui status
pasien
nutrisi pasien.

e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan

oksigen.

Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional

{ NOC } { NIC }

Setelah dilakukan tindakan Activity Therapy

keperawatan selama ... x 24


- Kaji hal-hal yang mampu
- Mengetahui tingkat

jam, pasien akan : dilakukan klien. ketergantungan klien dalam

- Dapat berpartisipasi dalam memenuhi kebutuhannya.

aktivitas fisik - Bantu klien memenuhi


- Bantuan sangat diperlukan

- Dapat melakukan aktivitas kebutuhan aktivitasnya klien pada saat kondisinya

sehari-hari sesuai dengan tingkat lemah dalam pemenuhan

- TTV normal keterbatasan klien kebutuhan sehari-hari tanpa

mengalami ketergantungan

pada orang lain.

- Dengan penjelasan, pasien

termotivasi untuk kooperatif


- Beri penjelasan tentang hal-
selama perawatan terutama
hal yang dapat membantu
terhadap tindakan yang
dan meningkatkan kekuatan
dapat meningkatkan
fisik klien.
kekuatan fisiknya.

Page 22
- Libatkan keluarga dalam
- Keluarga merupakan orang

pemenuhan ADL klien terdekat dengan klien

- Jelaskan pada keluarga dan


- Untuk mencegah terjadinya

klien tentang pentingnya keadaan yang lebih parah

bedrest ditempat tidur.

f. Resiko syok berhubungan dengan hipovilemik

Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional

{ NOC } { NIC }

Setelah dilakukan tindakan Syok prevention

keperawatan selama ... x 24


- Monitor keadaan umum
- Memantau kondisi klien

jam, pasien akan : klien. selama masa perawatan

- TTV dalam batas normal terutama saat terjadi

- Natrium serum, kalium


- Observasi tanda-tanda vital perdarahan sehingga tanda

serum, kalsium serum, pra syok, syok dapat

magnesium serum dalam


- Monitor input dan output ditangani.

batas normal. pasien - Tanda vital dalam batas

- Hematokrit dalam batas normal menandakan

normal - Anjurkan pada pasien/ keadaan umum klien baik

keluarga untuk segera


- Mengetahui balance cairan

melapor jika ada tanda- dan elektrolit dalam

tanda perdarahan. - Keterlibatan keluarga untuk

segera melaporkan jika

terjadi perdarahan terhadap

pasien sangat membantu tim

Page 23
Syok managemen perawatan untuk segera

- Cek hemoglobin, melakukan tindakan yang

hematokrit, trombosit tepat

- Monitor gas darah dan

oksigenasi - untuk acuan melakukan

tindak lanjut terhadap

perdarahan.

- Untuk mengetahui adanya

asodosis metabolik.

Page 24
g. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional

{ NOC } { NIC }

Setelah dilakukan tindakan Anxiety Reduction

keperawatan selama ... x 24


- Kaji tingkat kecemasan - Mengetahui kecemasan

jam, pasien akan : orang tua klien dan

- Mampu mengidentifikasi memudahkan menentukan

dan mengungkapkan gejala intervensi selanjutnya.

cemas - Untuk menambah

- TTV normal - Jelaskan prosedur pengetahuan dan informasi

- Menunjukkan teknik untuk pengobatan perawatan. kepada klien yang dapat

mengontrol cemas mengurangi kecemasan

orang tua.

- Untuk memperoleh

- Beri kesempatan pada orang informasi yang lebih banyak

tua untuk bertanya tentang dan meningkatkan

kondisi pasien. pengetahuan dan

mengurangi stress.

- Memberikan penjelasan

- Beri penjelasan tiap tentang proses penyakit,

prosedur/ tindakan yang menjelaskan tentang

akan dilakukan terhadap kemungkinan pemberian

pasien dan manfaatnya bagi perawatan intensif jika

pasien memang diperlukan oleh

pasien untuk mendapatkan

perawatan yang lebih

Page 25
optimal

- Beri dorongan spiritual. - Memberi ketenangan kepada

klien dengan berserah diri

kepada Tuhan Yang Maha

Esa.

h. Defisiensi pengetahuan berhubungan degan kurang familier dengan sumber informasi.

Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional

{ NOC } { NIC }

Setelah dilakukan tindakan Teaching: Disease Proses

keperawatan selama ... x 24


- Kaji tingkat pengetahuan

jam, pasien akan : klien/keluarga tentang


- Sebagai data fdasar

- Pasien dan keluarga penyakit DHF pemberian informasi

menyatakan pemahaman
- Kaji latar belakang selanjutnya.

tentang penyakit , kondisi , pendidikan klien/ keluarga.

prognosisdan program - Untuk memberikan

pengobatan penjelasan sesuai dengan

- Mampu melaksanakan yang tingkat pendidikan klien/

dijelaskan secara benar - Jelaskan tentang proses keluarga sehingga dapat

penyakit, diet, perawatan dipahami.

dan obat-obatan pada klien


- agar informasi dapat

dengan bahasa dan kata- diterima dengan mudah dan

kata yang mudah tepat sehingga tidak terjadi

dimengerti. kesalahpahaman.

- Jelaskan semua prosedur

yang akan dilakukan dan

Page 26
manfaatnya pada klien. - Dengan mengetahui

prosedur/tindakan yang

akan dilakukan dan

- Berikan kesempatan pada manfaatnya, klien akan

klien/ keluarga untuk kooperatif dan

menanyakan hal-hal yang kecemasannya menurun.

ingin diketahui sehubungan


- Mengurangi kecemasan dan

dengan penyakit yang memotivasi klien untuk

diderita klien. kooperatif.

Page 27
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Demam berdarah dengue (DBD) dan sindrom syok dengue (SSD) merupakan
penyakit infeksi yang masih menimbulkan masalah kesehatan di negara sedang berkembang,
khususnya Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh virus dnegue yang ditularkan melalui
nyamuk aedes agypti. DBD juga diklasifikasi menjadi DBD grade I, grade II, grade III, dan
grade IV yang semuanya ini diklasifikasi berdasarkan tingkat keparahan.

Page 28

Anda mungkin juga menyukai