PENDAHULUAN
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
(arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti.
Penyakit ini terdapat didaerah tropis, terutama di negara ASEAN dan pasifik barat.
Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes arbovirus
(arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes (aedes albopictus dan
aedes aegypti). Penyakit ini sebenarnya telah ditemukan di Jakarta pada tahun 1779 oleh Dr.
David Baylon dan beliau menamakan penyakit ini knokkel koorts karena pasiennya
mengeluh sakit pada sendi-sendi.
Secara nasional insiden DBD tertinggi pernah dilaporkan selama tahun 1973 ( 10.189
kasus) dan tahun 1977 (8.141 kasus). Namun dengan demikian berkat kemajuan dalam
bidang diagnostik dan penanggulangan serta tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat
yang makin tinggi, angka kematian dari tahun ketahun semakin menurun.
Pasien yang diduga menderita demam berdarah dengue harus dirawat di rumah sakit
karena memerlukan pengawasan terhadap kemungkinan terjadi syok atau perdarahan yang
dapat mengancam keselamatan jiwa pasien.
1.2 Tujuan
Page 1
BAB II
PEMBAHASAN
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan
oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang ditandai dengan demam
mendadak dua sampai tujuh hari tanpa penyebab yang jelas, lemah atau lesu, gelisah, nyeri
ulu hati, disertai dengan tanda-tanda perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan (petechia),
ruam (purpura). Kadang-kadang mimisan, berak darah, muntah darah, kesadaran menurun.
Hal yang dianggap serius pada demam berdarah dengue adalah jika muncul perdarahan dan
tanda-tanda syok/ renjatan (Mubin, 2009: 19).
DBD menyerang semua usia namun yang memiliki faktor risiko terkena dbd paling
tinggi adalah anak usia 4-10 tahun. Daya tahan tubuh anak usia ini memang belum sekuat
orang dewasa. Nyamuk Aedes aegypti, terutama betina dewasa, paling hobi menggigit pada
pagi dan siang hari. (Nyamuk betina perlu darah untuk bertahan hidup dan berkembang biak.)
Padahal, balita masih perlu tidur atau anak sekolah sedang belajar di kelas pada jam-jam
tersebut! Nyamuk DBD memang senang bersarang di tempat lembab, gelap, dan ‘berbau’
manusia. Fever Dengue (DF) adalah penyakit febris-virus akut, seringkali ditandai dengan
sakit kepala, nyeri tulang atau sendi dan otot, ruam, dan leukopenia sebagai gejalanya.
Demam berdarah dengue (Dengue Haemoragick Frever/DHF) ditandai dengan empat
gejala klinis utama: demam tinggi/ suhu meningkat tiba-tiba, sakit kepala supra, nyeri otot
dan tulang belakang, sakit perut dan diare, mual muntah. Fenomena hemoragi, sering dengan
hepatomegali dan pada kasus berat disertai tanda – tanda kegagalan sirkulasi. Pasien ini dapat
mengalami syok yang diakibatkan oleh kebocoran plasma. Syok ini disebut Sindrom Syock
Dengue (DSS) dan sering menyebabkan fatal ( Mubin, 2009:19).
Page 2
2.2 Klasifikasi DBD
1. Derajat 1 :
Demam disertai gejala tidak khas, hanya terdapat manifestasi perdarahan (uji tourniquet
positif)
2. Derajat II
Seperti derajat I disertai perdarahan spontan dikulit dan perdarahan lain pada hidung
(epistaksis)
3. Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi dengan adanya nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun
(kurang dari 20 mm/Hg) / hipotensi disertai kulit dingin dan lembab serta gelisah
4. Derajat IV
Renjatan berat dengan nadi tidak teraba dan tekanan darah yang tidak dapat diukur, akral
dingin dan akan mengalami syok.
1) Aedes Agypti
Aedes agypti paling sering ditemukan, merupakan nyamuk yang hidup di daerah tropis,
terutama hidup dan berkembang biak didalam rumah, yaitu ditempat penampungan air
jernih atau tempat penampungan air disekitar rumah. Nyamuk ini sepintas lalu tampak
berlurik, berbintik-bintik putih, biasanya menggigit pada siang hari, terutama pada pagi
dan sore hari. Jarak terbangnya sekitar 100 meter
2) Aedes albopictus
Aedes albopictus tempat habitatnya ditempat air jernih, biasanya disekitar rumah atau
pohon-pohon, tempat yang menampung air hujan yang bersih, seperti pohon pisang,
pandan dan kaleng bekas. Menggigit pada waktu siang hari, jarak terbangnya sekitar 50
meter.
Page 3
2.4 Etiologi DBD
Virus dengue, termasuk genus flavivirus, keluarga flaviridae. Terdapat empat serotipe
virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Keempatnya ditemukan di Indonesia dengan
den-3 serotipe terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap
serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat
kuat, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain
tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh tiga atau
empat serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe dengue dapat ditemukan di berbagai
daerah di Indonesia (Sudoyo, Aru, dkk 2009)
Page 4
2.5 Pathway
Arbovirus (melalui nyamuk Beredar dalam aliran darah Infeksi virus dengue
↑↑ aedes aegypti
DIC
Mual muntah
Ketidakefektifan pola nafas
Penekanan intraabdomen
Krtidakefektifan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
nyeri
Page 5
2.6 Manifestasi Klinis
Seperti pada infeksi virus lain, infeksi virus dengue juga merupaan suatu self limiting
infectious disease yang akan berakhir sekitar 2-7 hari.
Infeksi virus dengue pada manusia mengakibatkan suatu spectrum manifestasi klinik
yang bervariasi antara penyakit yang paling ringan (mild undeferentiated febrile illness),
(DHF/DBD)dan dengue shock syndrome(DSS/SSD).
Demam
Demam tinggi yang mendadak, terus – menerus berlangsung selama 2 – 7 hari, naik
turun (demam bifosik). Kadang – kadang suhu tubuh sangat tinggi sampai 40 C dan
dapat terjadi kejan demam. Akhir fase demam merupakan fase kritis pada demam
berdarah dengue. Pada saat fase demam sudah mulai menurun dan pasien seajan
sembuh hati – hati karena fase tersebut sebagai awal kejadian syok, biasanya pada
hari ketiga dari demam.
Tanda-tanda perdarahan
Karena manipulasi
Uji tourniquet/rumple leede test positif, yaitu dengan mempertahankan manset
tensimeter pada tekanan antara sistole dan diastole selama 5 menit, kemudian
dilihat apakah timbul petekie atau tidak di daerah volar lengan bawah.
Kriteria :
(+) bila jumlah petekie >20
( ±) bila jumlah petekie 10-20
(-) bila jumlah petekie < 10.
Perdarahan spontan
Pembesaran hepar
Pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit bervariasi dari haya
sekedar diraba sampai 2 – 4 cm di bawah arcus costa kanan. Derajat hepatomegali
tidak sejajar dengan beratnya penyakit, namun nyeri tekan pada daerah tepi hepar
berhubungan dengan adanya perdarahan.
Syok
Pada kasus ringan dan sedang, semua tanda dan gejala klinis menghilang setelah demam
turun disertai keluarnya keringat, perubahan pada denyut nadi dan tekanan darah, akral
teraba dingin disertai dengan kongesti kulit. Perubahan ini memperlihatkan gejala
Page 6
gangguan sirkulasi, sebagai akibat dari perembasan plasma yang dapat bersifat ringan
atau sementara. Pada kasus berat, keadaan umum pasien mendadak menjadi buruk
setelah beberapa hari demam pada saat atau beberapa saat setelah suhu turun, antara 3 –
7, terdapat tanda kegagalan sirkulasi, kulit terabab dingin dan lembab terutama pada
ujung jari dan kaki, sianosis di sekitar mulut, pasien menjadi gelisah, nadi cepat, lemah
kecil sampai tidak teraba. Pada saat akan terjadi syok pasien mengeluh nyeri perut.
Laboraturium :
Hematokrit /PCV (packed cell volume) meningkat sama atau lebih dari 20%.
Normal : PCV/Hct = 3 x Hb.
Trombosit menurun, sama atau kurang dari 100.000/ mm3.
Lekopeni, kadang-kadang lekositosis ringan
Waktu perdarahan memanjang
Waktu protrombin memanjang
Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menapis pasien tersangka demam
dengue adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit dan
hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relative disertai gambaran limfosit
plasma biru.
Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (cell culture) ataupun
deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR (Reserve Transcriptase
Polymerase Chain Reaction), namun karena teknik yang lebih rumit, saat ini tes serologis
yang mendeteksi adanya antibody spesifik terhadap dengue berupa antibody total, IgM
maupun IgG.
Parameter Laboratoris yang dapat diperiksa antara lain :
• Leukosit: dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis relative
(>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru (LPB) > 15% dari jumlah total
leukosit yang pada fase syok akan meningkat.
Page 7
• Hematokrit: Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan hematokrit ≥
20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai pada hari ke-3 demam.
• Hemostasis: Dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer, atau FDP pada
keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan darah.
2.8 Komplikasi
Komplikasi yang sering dijumpai pada penderita DBD adalah gangguan keseimbangan
elektrolit dan overhidrasi.
Gangguan keseimbangan elektrolit biasanya dijumpai pada fase leakage atay kritis
yang paling sering adalah hiponatremia dan hipokalsemia, sedangkan hipokalemia sering
pada fase konvasalen.
Hiponatremia, karena intake yang tidak cukup dan mendapat cairan yang hipotonik
misalnya N/2 atau N/3. Jika penderita tidak mengalami kejang tidak perlu diberikan
NaCl 3%, tetapi cukup diberi NaCl 0,9% atau RL-D5 atau RA-D5%
Hipokalsemia, karena leakage Ca mengikuti albumin ke ruangan 1 mL/kgBB/kali
(maksimal 10 mL) diencerkan dan diberi IV perlahan-lahan dapat diulangi tiap 6 jam
hanya pada penderita risiko tinggi atau yang mungkin akan mengalami komplikasi,
misalnya pada derajat IV dan pada penderita dengan overhidrasi.
2. Overhidrasi
Komplikasi overhidrasi dapat dijumpai, baik pada fase kritis maupun fase konvalesen.
Komplikasi ini lebih serius karena dapat menyebabkan edema paru akut dan atau gagal
jangtung kongestif, yang berakhir dengan gagal napas dan kematian. Untuk mencegah
komplikasi ini adalah pengawasan ketat dan sesuaikan kecepatan cairan uIV ke jumlah
minimal untuk mempertahankan volume sirukulasi.
Page 8
2.9 Cara Penularan
Nyamuk Aedes aegypti maupun Aedes albopictus merupakan vector penularan virus
Dengue dari penderita kepada orang lain melalui gigitan. Nyamuk Aedes aegypti merupakan
faktor penting di daerah perkotaan (daerah urban) sedangkan di daerah pedesaan (daerah
rural) kedua jenis spesies nyamuk Aedes tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes
aegypti berkembangbiak di tempat lembab dan genangan air bersih. Sedangkan Aedes
albopictus berkembangbiak di lubang-lubang pohon dalam potongan bambu, dalam lipatan
daun dan dalam genangan air lainnya (Soedarmo, 2005: 18).
Virus memasuki tubuh ke manusia melalui gigitan nyamuk menembus kulit. Setelah
itu disusul oleh periode tenang selama kurang lebih 4 hari, dimana virus melakukan replikasi
secara cepat dalam tubuh manusia. Apabila jumlah virus sudah cukup maka virus akan
memasuki sirkulasi (viremia), yang pada saat itu manusia yang terinfeksi akan mengalami
gejala panas. Dengan adanya virus dengue dalam tubuh manusia maka tubuh akan memberi
reaksi. Bentuk reaksi tubuh terhadap virus ini antara manusia yang satu dengan yang lain
dapat berbeda, dimana perbedaan reaksi akan memanifestasikan perbedaan penampilan gejala
klinis dan perjalanan penyakitnya. Pada prinsipnya bentuk reaksi tubuh terhadap keberadaan
virus dengue adalah sebagai berikut :
Page 9
2.10 Pengobatan/penatalaksanaan Penderita
Dasar penatalaksanaan penderita DBD ialah penggantian cairan yang hilang sebagai akibat
dari kerusakan dinding kapiler yang menimbulkan peninggian permeabilitas sehingga
mengakibatkan kebocoran plasma (plasma leakage). Selain itu, perlu juga diberikan obat
penurun panas.
1. Pemberian Cairan
Pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi. Apabila cairan oral tidak dapat
diberikan karena tidak mau minum, muntah atau nyeri perut yang berlebihan, cairan intravena
rumatan perlu diberikan. Antripiretik kadan-kadang diperlukan, tetapi perlu diperhatikan
bahwa antipiretik tidak dapat mengurangi demam pada DBD. Parasetamol direkomendasikan
untuk mempertahakan suhu dibawah 39o C.
Rasa haus dan keadaan dehidrasi dapat timbul sebagai akibat demam tinggi, anoreksia
dan muntah. Jenis minuman yang dianjurkan adalah jus buah, teh manis, sirup, susu serta
larutan oralit. Pasien perlu diberikan minum 50 mL/kg berat badan dalam 4-6 jam pertama.
Setelah keadaan dedihdrasi dapat diatasi anak diberi cairan rumatan 80-100 mL/kg berat
badan selama 24 jam berikutnya. Bila terjadi kejang demam di samping antipiretik, berikan
fenobarital 5 mg/kg berat badan dibagi dalam 3 dosis selama pasien masih demam. Pasien
harus diawasi secara ketat terhadap kemungkinan syok yang akan terjadi. Periode krisis
adalah waktu transisi, yaitu saat suhu turun pada demam hari ke-3 sampai hari ke-5.
Pemeriksaan kadar hematokrit berkala merupakan pemeriksaan yang terbaik untuk
pengawasan hasil pengobata, yaitu menggambarkan derajat kebocoran plasma dan pedoman
kebutuhan cairan intravena. Hemokonsentrasi pada umumnya terjadi sebelum dijumpai
perubahan tekanan darah dan tekanan nadi. Hematokrit harus diperiksa minimal satu kali dari
hari ketiga sampai suhu normal kembali. Bila pemeriksaan hematokrit tidak ada, pemeriksaan
hemoglobin dapat dipergunakan walaupun tidak terlalu sensitif.
Page 10
PENATALAKSANAAN KASUS TERANSANGKA DBD
TERSANGKA DBD
tanda syok
muntah terus menerus
kejang
kesadaran menurun
muntah darah
berak hitam
uji Torniquet (+) uji Torniquet (-)
Segera bawa ke RS
Page 11
Penatalaksanaan Kasus DBD Derajat I dan II
Cairan Awal
RL/NaCl 0,9% atau RLD5/NaCl 0,9 % + D5
6-7 mL/kgBB/jam
Perbaikan
15 mL/kgBB/jam
Perbaikan
Sesuaikan tetesan
Koloid Transfusi
20-30 mL/kgBB darah segar
10 mL/kg
Perbaikan
Page 12
Penatalaksanaan Kasus DBD Derajat III dan IV
Evaluasi Berat
Tanda vital Tambahkan koloid/plasma
Tanda perdarahan Dekstran/FFP
Diuresis 10-20 (maks 30) mL
Hb, Ht, Trombosit kgBB/jam
Koreksi Asidosis
Evaluasi 1 jam
Stabil maksimal 24 jam
Tetesan 7 mL/kgBB/jam
Page 13
BAB III
3.1 Pengkajian
1. Identitas
Nama, umur ( pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia kurang dari 15
tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendididkan orang tua, dan
pekerjaan orang tua.
2. Keluhan Utama :
Alasan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke RS adalah panas tinggi dan anak
lemah.
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan saat demam
kesadaran composmentis. Turunnya panasa terjadi antara hari ke-3 dan hari ke -7, dan anak
semakin lemah. Kadang-kadang disertadi dengan keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual,
muntah, anoreksia, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, dan persendian, nyeri ulu hati
dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi
(grade III dan IV).
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, anak bisa mengalami serangan ulangan
DHF dengan virus yang lain.
5. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan timbulnya komplikasi
dapat dihindarkan.
6. Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik
maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya. Anak yang menderita
DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun. apabila kondisi ini
berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan gizi yang mencukupi, maka anak dapat
mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
Page 14
7. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih (seperti air
yang menggenang dan gantungan baju di kamar)
8. Pola kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme: frekuensi jenis, pantangan, nafsu makan berkurang, dan
nafsu makan menurun
2) Eliminasi BAB. Kadang-kadang anak mengalami diare/konstipasi. Sementara DHF
pada grade III-IV bisa terjadi melena.
3) Eliminasi urine (BAK) perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit atau banyak, sakit
atau tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hemaluria.
4) Tidur dan istirahat, anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit atau
nyeri optot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas maupun istirahatnya
kurang.
5) Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung
kurang terutama untuk membersihkan (tempat sarang nyamuk aedes aegypti)
6) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga
kesehatan.
9. Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi palpasi, auskultasi, dan perkusi. Dari ujung rambut
sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan DHF, keadaan fisik anak adalah sebagai berikut:
1) Grade I: kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, TTV dan nadi lemah.
2) Grade II: Kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, ada perdarahan spontan
pettekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil dan tidak teratur.
3) Grade III: Kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil , dan
tidak teratur, serta tensi menurun.
4) Grade IV: Kesadaran koma, TTV: nadi tidak teraba, tensi tidak terukur, pernapasan
tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringan dan kulit tampak biru.
1) Adanya pettekie pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin, dan
lembab.
2) Kuku sianosis/tidak
3) Kepala dan leher
Page 15
Kepala terasa nyeri, muka tanpa kemerahan karena demam, mata anemis, hidung
kadang mengalami perdarahan (epitaksis) pada grade II, III, dan IV. Pada mulut
didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan.
Sementara tenggorokan mengalami hiperemia paharing dan terjadi perdarahan telinga
pada grade II,III dan IV.
4) Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak
Pada foto thoraks terdapat adanya aliran yang tertimpun pada paru sebelah kanan
(efusi pleura), rates, ronchi, yang biasanya terdapat pada grade III, dan IV
5) Abdomen. Mengalami nyeri tekan, hepatomegali, dan asites.
6) Ekstremitas. Akral dingin serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.
o Trombositopenia (≤100.000/ml).
o Ig.D.dengue positif.
Page 16
3.2 Diagnosa keperawatan
Page 17
3.3 C. Intervensi keperawatan
{ NOC } { NIC }
keperawatan selama 1 x 24
- Observasi tanda-tanda vitalTanda-tanda vital merupakan
ketidakseimbangan cairan
banyak.
Page 18
- Pakaian yang tipis menyerap
mengurangi penguapan
{ NOC } { NIC }
elektrolit dan asam basa - Kaji input dan output cairan.- Mengetahui balance cairan
cairan tubuh/homeostatis.
- Observasi adanya tanda-
- Turgor kulit baik - Agar dapat segera dilakukan
tanda syok
- Tanda-tanda vital dalam tindakan jika terjadi syok.
tubuh
Page 19
- Pemberian cairan I.V sangat
{ NOC } { NIC }
Pain management
Setelah dilakukan tindakan
- Lakukan pengkajian nyeri
keperawatan selama ... x 24 secara kompherensif. - Mengetahui nyeri yang
Page 20
sedikit mengalihkan
{ NOC } { NIC }
nutrisi terpenuhi. - Anjurkan orang tua klien klien sehingga klien mau
mempercepat proses
Page 21
- Timbang berat badan klien
- Berat badan merupakan salah
nutrisi berhasil.
Monitor mual dan muntah
- Untuk mengetahui status
pasien
nutrisi pasien.
oksigen.
{ NOC } { NIC }
mengalami ketergantungan
Page 22
- Libatkan keluarga dalam
- Keluarga merupakan orang
{ NOC } { NIC }
Page 23
Syok managemen perawatan untuk segera
perdarahan.
asodosis metabolik.
Page 24
g. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
{ NOC } { NIC }
orang tua.
- Untuk memperoleh
mengurangi stress.
- Memberikan penjelasan
Page 25
optimal
Esa.
{ NOC } { NIC }
menyatakan pemahaman
- Kaji latar belakang selanjutnya.
dimengerti. kesalahpahaman.
Page 26
manfaatnya pada klien. - Dengan mengetahui
prosedur/tindakan yang
Page 27
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Demam berdarah dengue (DBD) dan sindrom syok dengue (SSD) merupakan
penyakit infeksi yang masih menimbulkan masalah kesehatan di negara sedang berkembang,
khususnya Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh virus dnegue yang ditularkan melalui
nyamuk aedes agypti. DBD juga diklasifikasi menjadi DBD grade I, grade II, grade III, dan
grade IV yang semuanya ini diklasifikasi berdasarkan tingkat keparahan.
Page 28