Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BERAGAMA YANG BAIK SEBAGAI JALAN MENUJU


TUHAN
DOSEN PENGAMPU : Drs. H. M. Husni Abdullah, M.Pd.I.

Disusun oleh :

Nisrina Nur Ramadhani (17030184007)

Kamila Amalia (17030184011)

Bagus Helmeyanto (17030184017)

PFC 2017 | S1 PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT,
yang telah melimpahkan rahmat-Nya, hidayah, dan pertolongannya sehingga kami dari
Kelompok II Program Studi Pendidikan Fisika C dapat menyelesaikan penyusunan makalah
yang berjudul “Beragama Yang Baik Sebagai Jalan Menuju Tuhan”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan oleh Bapak
Mohammad Husni Abdullah selaku Pengampu kami .Tak lupa kami mengucapkan terima
kasih kepada teman teman yang telah memberi dukungan ,serta ucapan terima kasih kepada
bapak dosen yang telah memberikan arahan dalam pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini mungkin terdapat kekurangan sehingga penulis
mengharapkan saran atau kritik yang bersifat membangun untuk penyempurnaan makalah ini.

Surabaya, 19 Februari 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii

PEMBAHASAN MATERI.................................................................................................. 1
BAB II : BERAGAMA YANG BAIK SEBAGAI JALAN MENUJU
TUHAN.................................................................................................................. 1
A. Mengapa Manusia Perlu Agama.................................................................................. 1
B. Fungsi Agama Bagi Manusia....................................................................................... 6
C. Menuju Tuhan melalui Beragama Yang Baik............................................................. 10
D. Kesimpulan.................................................................................................................. 13
Daftar Pustaka................................................................................................................... 14
PEMBAHASAN

A. Mengapa Manusia Perlu Beragama ?


Perkataan atau pertanyaan di atas sangat tepat dan pada tempatnya, mengingat banyak
orang yang beragama, tetapi tidak mengenal agamanya dengan baik. Padahal, mengenai
agama seharusnya berada pada tahapan awal sebelum mengamalkan ajarannya. Tetapi secara
realita, keberagamaan sebagian besar dari mereka tidak sebagaimana mestinya. Namun
sebelum pertanyaan di atas, ada baiknya terlebih dahulu membicarakan sedikit tentang agama
itu sendiri.
Kata "agama" berasal dari bahasa Sanskerta, āgama yang berarti "tradisi". Sedangkan
kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio
dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan
berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan. Dalam masyarakat Indonesia, selainkan
kata agama juga dikenal kata “Din”. Din berasal dari bahasa Arab dan dalam Alquran
disebutkan sebanyak 92 kali. Menurut arti bahasa (etimologi), din diartikan sebagai balasan
dan ketaatan. Din mencakup tiga dimensi : (1) keyakinan (akidah); (2) hukum (syariat); dan
(3) norma (akhlak). Ketiga dimensi tersebut dikemas sedemikian rupa sehingga satu sama
lain lain saling berkaitan, dan tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Dengan
menjalankan din, kebahagiaan, kedamaian, dan ketenangan akan teraih di dunia dan di
akhirat. Dari ketiga dimensi din tersebut, akidah menduduki posisi yang paling prinsip dan
menentukan. Dalam pengertian bahwa yang menentukan seseorang itu mutadayyin atau tidak
adalah akidahnya. Dengan kata lain, yang memisahkan seseorang yang beragama dari yang
tidak beragama (atheis) adalah akidahnya. Lebih khusus lagi, bahwa akidahlah yang
menjadikan orang itu disebut Muslim, Kristiani, Yahudi atau yang lainnya.
Marilah kita kembali pada pertanyaan semula “Mengapa Manusia Perlu Beragama ?”.
Lazimnya, kita beragama cuma ikut orang tua saja. Jika kita lahir di timur dari keluarga
islam, maka kita islam. Jika kita lahir di barat dari keluarga christian, maka kita christian.
Jika kita lahir di Himalaya dari keluarga budha, maka kita jadi Biksu.
Bila kita cermati, kecenderungan beragama ini merupakan fakta yang ada pada tiap diri
manusia. Sadar atau tidak, manusia punya kecenderungan untuk menghubungkan dirinya
dengan kekuatan yang Maha sempurna dan Maha segalanya—sebagai bentuk
ketidakberdayaannya.
Agama membentuk jiwanya ber-budipekerti dengan adab yang sempurna baik dengan
tuhan-nya maupun lingkungan masyarakat. Agama sudah sangat sempurna dikarenakan dapat
menuntun umat-nya bersikap dengan baik dan benar serta dibenarkan. keburukan cara ber-
sikap dan penyampaian si pemeluk agama dikarenakan ketidakpahaman tujuan daripada
agama-nya. memburukan serta membandingkan agama satu dengan yang lain adalah
cerminan kebodohan si pemeluk agama.

Beberapa tujuan agama yaitu :


1. Menegakan kepercayaan manusia hanya kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa (tauhid).
2. Mengatur kehidupan manusia di dunia, agar kehidupan teratur dengan baik, sehingga
dapat mencapai kesejahterahan hidup, lahir dan batin, dunia dan akhirat.
3. Menjunjung tinggi dan melaksanakan peribadatan hanya kepada Allah.
4. Menyempurnakan akhlak manusia.
Apakah alam ini memiliki Tuhan? Siapa ya? Apa ciri-ciri dan sifat-Nya? Bagaimana
hubungannya dengan manusia? Apakah badan manusia yang material memiliki sesuatu yang
lain yang non-material? Apakah ada kehidupan lagi setelah dunia? Dan kalau memang
demikian, bagaimana hubunganya dengan kehidupan yang sekarang? Pertanyaan-pertanyaan
ini, dan setumpuk pertanyaan lainnya membuat rasa ingin tahu manusia (fudhûli) mulai
terusik, dan hal ini berkecamuk dalam dirinya, yang tak akan pernah reda sampai ia
menemukan jawaban yang memuaskan. Nah, bagian Akidah dari ajaran agama, senantiasa
siap menjawab dengan tuntas pertayaan di atas tadi.
·
Pengaruh Agama yang bersifat Positif (menyatukan)
Peranan sosial agama sebagai faktor integratif atau bersifat positif bagi masyarakat
berarti peran agama dalam menciptakan suatu ikatan bersama, baik diantara anggota-anggota
beberapa masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu
mempersatukan mereka.
Hal ini dikarenakan nilai-nilai yang mendasari sistem-sistem kewajiban sosial didukung
bersama oleh kelompok-kelompok keagamaan sehingga agama menjamin adanya
kebersamaan dalam masyarakat.

Pengaruh Agama yang bersifat negatif (memecah belah)


Meskipun agama memiliki peranan sebagai kekuatan yang mempersatukan, mengikat,
dan memelihara eksistensi suatu masyarakat, pada saat yang sama agama juga dapat
memainkan peranan sebagai kekuatan yang mencerai-beraikan, memecah-belah bahkan
menghancurkan eksistensi suatu masyarakat. Hal ini merupakan konsekuensi dari begitu
kuatnya agama dalam mengikat kelompok pemeluknya sendiri sehingga seringkali
mengabaikan bahkan menyalahkan eksistensi pemeluk agama lain.

B. Fungsi Agama Dalam Kehidupan


Ada beberapa alasan tentang mengapa agama itu sangat penting dalam kehidupan
manusia, antara lain adalah :
1. Karena agama merupakan sumber moral
2. Karena agama merupakan petunjuk kebenaran
3. Karena agama merupakan sumber informasi tentang masalah metafisika
4. Karena agama memberikan bimbingan rohani bagi manusia baik di kala suka, maupun
di kala duka.

Manusia sejak dilahirkan ke dunia ini dalam keadaan lemah dan tidak berdaya, serta
tidak mengetahui apa-apa sebagaimana firman Allah dalam Q. S. al-Nahl (16) : 78

Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak tahu apa-apa. Dia
menjadikan untukmu pendengaran, penglihatan dan hati, tetapi sedikit di antara mereka
yang mensyukurinya.

Dalam keadaan yang demikian itu, manusia senantiasa dipengaruhi oleh berbagai macam
godaan dan rayuan, baik dari dalam, maupun dari luar dirinya. Godaan dan rayuan daridalam
diri manusia dibagi menjadi dua bagian, yaitu

a. Godaan dan rayuan yang berysaha menarik manusia ke dalam lingkungan kebaikan,
yang menurut istilah Al-Gazali dalam bukunya ihya ulumuddin disebut dengan malak
Al-hidayah yaitu kekuatan-kekuatan yang berusaha menarik manusia kepada hidayah
atau kebaikan.
b. Godaan dan rayuan yang berusaha memperdayakan manusia kepada kejahatan,yang
menurut istilah Al-Gazali dinamakan malak al-ghiwayah, yakni kekuatan-kekuatan
yang berusaha menarik manusia kepada kejahatan.

Disinilah letak fungsi agama dalam kehidupan manusia, yaitu membimbing manusia
kejalan yang baik dan menghindarkan manusia dari kejahatan atau kemungkaran.

Fungsi Agama Kepada Manusia


Dari segi pragmatisme, seseorang itu menganut sesuatu agama adalah disebabkan
oleh fungsinya. Bagi kebanyakan orang, agama itu berfungsi untuk menjaga kebahagiaan
hidup. Tetapi dari segi sains sosial, fungsi agama mempunyai dimensi yang lain seperti apa
yang diuraikan di bawah:
- Memberi pandangan dunia kepada satu-satu budaya manusia.
Agama dikatankan memberi pandangan dunia kepada manusia kerana ia sentiasanya memberi
penerangan mengenai dunia(sebagai satu keseluruhan), dan juga kedudukan manusia di
dalam dunia. Penerangan bagi pekara ini sebenarnya sukar dicapai melalui inderia manusia,
melainkan sedikit penerangan daripada falsafah. Contohnya, agama Islam menerangkan
kepada umatnya bahawa dunia adalah ciptaan Allah SWTdan setiap manusia harus menaati
Allah SWT
-Menjawab pelbagai soalan yang tidak mampu dijawab oleh manusia.
Sesetangah soalan yang sentiasa ditanya oleh manusia merupakan soalan yang tidak terjawab
oleh akal manusia sendiri.Contohnya soalan kehidupan selepas mati, matlamat menarik dan
untuk menjawabnya adalah perlu. Maka, agama itulah berfungsi untuk menjawab soalan-
soalan ini.
- Memberi rasa kekitaan kepada sesuatu kelompok manusia.
Agama merupakan satu faktor dalam pembentukkan kelompok manusia. Ini adalah kerana
sistem agama menimbulkan keseragaman bukan sahaja kepercayaan yang sama, malah
tingkah laku, pandangan dunia dan nilai yang sama.
– Memainkan fungsi kawanan sosial.
Kebanyakan agama di dunia adalah menyaran kepada kebaikan. Dalam ajaran agama sendiri
sebenarnya telah menggariskan kod etika yang wajib dilakukan oleh penganutnya. Maka ini
dikatakan agama memainkan fungsi kawanan sosial.

Fungsi Sosial Agama


Secara sosiologis, pengaruh agama bisa dilihat dari dua sisi, yaitu pengaruh yang bersifat
positif atau pengaruh yang menyatukan (integrative factor) dan pengaruh yang bersifat
negatif atau pengaruh yang bersifat destruktif dan memecah-belah (desintegrative factor).
Pembahasan tentang fungsi agama disini akan dibatasi pada dua hal yaitu agama sebagai
faktor integratif dan sekaligus disintegratif bagi masyarakat.
Fungsi Integratif Agama
Peranan sosial agama sebagai faktor integratif bagi masyarakat berarti peran agama dalam
menciptakan suatu ikatan bersama, baik diantara anggota-anggota beberapa masyarakat
maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan mereka.
Hal ini dikarenakan nilai-nilai yang mendasari sistem-sistem kewajiban sosial didukung
bersama oleh kelompok-kelompok keagamaan sehingga agama menjamin adanya konsensus
dalam masyarakat.

Fungsi Disintegratif Agama.


Meskipun agama memiliki peranan sebagai kekuatan yang mempersatukan, mengikat, dan
memelihara eksistensi suatu masyarakat, pada saat yang sama agama juga dapat memainkan
peranan sebagai kekuatan yang mencerai-beraikan, memecah-belah bahkan menghancurkan
eksistensi suatu masyarakat.
Hal ini merupakan konsekuensi dari begitu kuatnya agama dalam mengikat kelompok
pemeluknya sendiri sehingga seringkali mengabaikan bahkan menyalahkan eksistensi
pemeluk agama lain

Tujuan Agama
Salah satu tujuan agama adalah membentuk jiwa nya ber-budipekerti dengan adab yang
sempurna baik dengan tuhan-nya maupun lingkungan masyarakat.semua agama sudah sangat
sempurna dikarnakan dapat menuntun umat-nya bersikap dengan baik dan benar serta
dibenarkan. keburukan cara ber-sikap dan penyampaian si pemeluk agama dikarnakan
ketidakpahaman tujuan daripada agama-nya. memburukan serta membandingkan agama satu
dengan yang lain adalah cerminan kebodohan si pemeluk agama
Beberapa tujuan agama yaitu :

• Menegakan kepercayaan manusia hanya kepada Allah,Tuhan Yang Maha Esa.


• Mengatur kehidupan manusia di dunia,agar kehidupan teratur dengan baik, sehingga
dapat mencapai kesejahterahan hidup, lahir dan batin, dunia dan akhirat.
• Menjunjung tinggi dan melaksanakan peribadatan hanya kepada Allah.
• Menyempurnakan akhlak manusia.

Menurut para peletak dasar ilmu sosial seperti Max Weber, Erich Fromm, dan Peter L
Berger, agama merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Bagi
umumnya agamawan, agama merupakan aspek yang paling besar pengaruhnya –bahkan
sampai pada aspek yang terdalam (seperti kalbu, ruang batin)– dalam kehidupan
kemanusiaan.
Masalahnya, di balik keyakinan para agamawan ini, mengintai kepentingan para
politisi. Mereka yang mabuk kekuasaan akan melihat dengan jeli dan tidak akan menyia-
nyiakan sisi potensial dari agama ini. Maka, tak ayal agama kemudian dijadikan sebagai
komoditas yang sangat potensial untuk merebut kekuasaan.
Yang lebih sial lagi, di antara elite agama (terutama Islam dan Kristen yang
ekspansionis), banyak di antaranya yang berambisi ingin mendakwahkan atau menebarkan
misi (baca, mengekspansi) seluas-luasnya keyakinan agama yang dipeluknya. Dan, para elite
agama ini pun tentunya sangat jeli dan tidak akan menyia-nyiakan peran signifikan dari
negara sebagaimana yang dikatakan Hobbes di atas.
Maka, kloplah, politisasi agama menjadi proyek kerja sama antara politisi yang
mabuk kekuasaan dengan para elite agama yang juga mabuk ekspansi keyakinan.Namun,
perlu dicatat, dalam proyek “kerja sama” ini tentunya para politisi jauh lebih lihai
dibandingkan elite agama. Dengan retorikanya yang memabukkan, mereka tampil (seolah-
olah) menjadi elite yang sangat relijius yang mengupayakan penyebaran dakwah (misi
agama) melalui jalur politik. Padahal sangat jelas, yang terjadi sebenarnya adalah politisasi
agama.

Di tangan penguasa atau politisi yang ambisius, agama yang lahir untuk membimbing
ke jalan yang benar disalahfungsikan menjadi alat legitimasi kekuasaan; agama yang
mestinya bisa mempersatukan umat malah dijadikan alat untuk mengkotak-kotakkan umat,
atau bahkan dijadikan dalil untuk memvonis pihak-pihak yang tidak sejalan sebagai kafir,
sesat, dan tuduhan jahat lainnya.Menurut saya, disfungsi atau penyalahgunaan fungsi agama
inilah yang seyogianya diperhatikan oleh segenap ulama, baik yang ada di organisasi-
organisasi Islam semacam MUI. Ulama harus mempu mengembalikan fungsi agama karena
Agama bukan benda yang harus dimiliki, melainkan nilai yang melekat dalam hati.

Mengapa kita sering takut kehilangan agama, karena agama kita miliki, bukan kita
internalisasi dalam hati. Agama tidak berfungsi karena lepas dari ruang batinnya yang hakiki,
yakni hati (kalbu). Itulah sebab, mengapa Rasulullah SAW pernah menegaskan bahwa segala
tingkah laku manusia merupakan pantulan hatinya. Bila hati sudah rusak, rusak pula
kehidupan manusia. Hati yang rusak adalah yang lepas dari agama. Dengan kata lain, hanya
agama yang diletakkan di relung hati yang bisa diobjektifikasi, memancarkan kebenaran
dalam kehidupan sehari-hari.Sayangnya, kita lebih suka meletakkan agama di arena yang
lain: di panggung atau di kibaran bendera, bukan di relung hati.Fungsi pertama agama, ialah
mendefinisikan siapakah saya dan siapakah Tuhan, serta bagaimanakah saya berhubung
dengan Tuhan itu. Bagi Muslim, dimensi ini dinamakan sebagai hablun minaLlah dan ia
merupakah skop manusia meneliti dan mengkaji kesahihan kepercayaannya dalam
menghuraikan persoalan diri dan Tuhan yang saya sebutkan tadi. Perbincangan tentang fungsi
pertama ini berkisar tentang Ketuhanan, Kenabian, Kesahihan Risalah dan sebagainya.

Kategori pertama ini, adalah daerah yang tidak terlibat di dalam dialog antara agama.
Pluralisma agama yang disebut beberapa kali oleh satu dua penceramah, TIDAK bermaksud
menyamaratakan semua agama dalam konteks ini. Mana mungkin penyama rataan dibuat
sedangkan sesiapa sahaja tahu bahwa asas agama malah sejarahnya begitu berbeda. Tidak
mungkin semua agama itu sama!

Manakala fungsi kedua bagi agama ialah mendefinisikan siapakah saya dalam konteks
interpersonal iaitu bagaimanakah saya berhubung dengan manusia. Bagi pembaca Muslim,
kategori ini saya rujukkan ia sebagai hablun minannaas.Ketika Allah SWT menurunkan ayat
al-Quran yang memerintahkan manusia agar saling kenal mengenal (Al-Hujurat 49: 13):
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan, serta menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kalian
saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah
orang yang paling takwa. Sesunggguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengena.
(QS al-Hujurat [49]: 13).

perbedaan yang berlaku di antara manusia bukan saja meliputi perbedaan kaum,
malah agama dan kepercayaan. Fenomena berbilang agama adalah seiring dengan
perkembangan manusia yang berbilang bangsa itu semenjak sekian lama.Maka manusia
dituntut agar belajar untuk menjadikan perbedaan itu sebagai medan kenal mengenal, dan
bukannya gelanggang krisis dan perbalahan.Untuk seorang manusia berkenalan dan
seterusnya bekerjasama di antara satu sama lain, mereka memerlukan beberapa perkara yang
boleh dikongsi bersama untuk menghasilkan persefahaman. Maka di sinilah, dialog antara
agama (Interfaith Dialogue) mengambil tempat. Dialog antara agama bertujuan untuk
menerokai beberapa persamaan yang ada di antara agama. Dan persamaan itu banyak ditemui
di peringkat etika dan nilai.

C. Menuju Tuhan Melalui Beragam Yang Baik


Untuk sampai kepada tuhan (Allah) manusia perlu menginternalisasikan dirinya ke
dalam agama dengan penuh kesungguhan . Secara substansi ada penjelmaan yang berbeda
antara orang yang sungguh-sungguh beragama dan oprang-orang yang pura - pura beragama.
Perbedaan itu diantaranya dapat dilihat dalam beberapa hal :
1.Keteguhan iman
Gambaran keteguhan iman seseorang dapat dilihat dari sikap dan perilakunya. Sikap
dapat mencerminkan pendirian seseorang apakah ia termasuk orang yang teguh dalam
memegang prinsip ataukah orang yang mudah terpengaruh. Sedangkan perilaku dapat
mencerminkan perbuatan perbuatan seseorang apakah perbuatannya mengarah padea hal-hal
yang positif ataukah negatif.
2.Konsistensi dalam menaati ajaran agama
Konsisten sering disebut dengan kebulatan tekad . Adapun langkah – langkah dalam
melakukan konsistensi dalam beragama . Langkah-langkah Untuk membentuk sikap
konsisten di antaranya:
a). Pengenalan

Seseorang harus mengenal dengan jelas agama yang dipeluknya sehingga dapat membedakan
dengan agama yang lain.hal ini dapat dilakukan dengan mengetahui cirri-ciri pokok dan
cabang yang terdapat dalam sebuah agama tersebut.

b).Pengertian

Agama yang dipeluk pasti mempunyai landasan yang kuat,tempat dari mana seharusnya kita
memandang.suatu ajaran diajarkan menpunyai faedah untuk mempertahankan upaya-upaya
dari pengacauan dari orang lain.ia juga dapat menyiarkan ajaran agamanya dengan baik.

c).Penghayatan

Penghayatan dari suatu agama lebih tinggi nilainya daripada sekedar pengertian.ajaran yang
hidup dalam jiwa dan menjadi sebuah kecenderungan yang instingtif mencerminkan
tumbuhnya sebuah kesatuan yang tak terpisahkan antara agama dan kehidupan.interaksi
seseorang terhadap agama tidak hanya dengan pikiranya tetapi juga dengan hatinya.

d).Pengabdian

Seseorang yang tidak punya ambisipribadi dalam mengamalkan ajaran agamanya akan dapat
memasuki pengabdian yang sempurna.kepentingan hidupnya adalah kepentingan
agamanya,tujuan hidupnya adalah tujuan agamanya,dan warna agamanya adalah warna
agamanya.pengabdian ini akan menjelaskan pengamalan cara-cara ibadah tertentu
(ritual,mahdhah)dan meletakkan seluruh hidupya ke bawah pengabdianya kepada
tuhanya(gair mahdah).

e).Pembelaan

Apabila kecintaan manusia terhadp agamanya sangat tinggi maka tidak ada lagi perintang
yang menghalangi laju jalan agamanya.rintangan agama adalah rintangan terhadap agamanya
sendiris sehingga dirinya akan melakukan pembelaan.ia rela mengorbankan apa sajayang ada
pada dirinya.demi nama baik dan keagungan agama yang di peluk.ini di sebut jihat,suatu
sikap yang sungguh-sungguh dalam menbela agamanya

Dengan konsisten beragama itulah Allah akan memberikan balasan yanag lebih baik
bagi kita, baik di dunia maupun akhirat.(QS. Al-Ahqaf :13).
3. Kesalehan dalam bersikap dan berprilaku
Seseorang yang telah meneguhkan keiminannya, kemudian mentaati apa saja yang
ditetapkan oleh agama, baik dalam bentuk perintah maupun larangan , belum dapat dikatakan
sempurna imannya kalau belum mewujudkan kesalehan dalam dirinya. Kesalehan yang
dimaksud adalah kesalehan individu dan sosial. Kesalehan individu menjadi modal pertama
dan utama mewujudkian kesalehan sosial. Kesalehan individu dalam diri kita dapat dimulai
dari membangun komitmen untuk menjadi pribadi yang baik , pribadi yang jujur , amanah ,
dan dermawan. Modal kesalehan individu yang demikian dalam hidup bermasyarakat
akhirnya dapat melahirkan kesalehan sosial kepada sesama, misalnya orang lai merasakan
nyaman, terbantu, dan terlindungi karena kesalehan individu kita.
Demikianlah agama mengajarkan dalam hal hidup bermasyarakat.(Hablun minannas) .
Seperti dalam surat Ali imran : 11)

Artinya :
(keadaan mereka) adalah sebagai keadaan kaum Firaun dan orang-orang yang sebelumnya;
mereka mendustakan ayat-ayat Kami; karena itu Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-
dosa mereka. Dan Allah sangat keras siksa-Nya.
D. KESIMPULAN
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia itu perlu beragama, karena
agama adalah suatu jalan menuju kebahagiaan. orang-orang yang sungguh – sungguh
dalam beragama dan orang-orang yang berpura – pura dalam beragama dapat dilihat dari
berbagai faktor, yaitu dari keteguhan imannya, konsisten dalam mentaati ajaran agama ,
kesalehan dalam bersikap dan berprilaku. Pengaruh agama ada dua yaitu pengaruh positif
(yang dapat menyatukan) dan pengaruh negatif (dapat memecah belah).

Fungsi agama dalam kehidupan. Agama sangat penting dalam kehidupan manusia.
Ada beberapa alasan tentang mengapa agama itu sangat penting, antara lain adalah :
1. Karena agama merupakan sumber moral
2. Karena agama merupakan petunjuk kebenaran
3. Karena agama merupakan sumber informasi tentang masalah metafisika
4. Karena agama memberikan bimbingan rohani bagi manusia baik di kala suka, maupun
di kala duka.

Beberapa tujuan agama yaitu :


1. Menegakkan kepercayaan manusia hanya kepada Allah,Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mengatur kehidupan manusia di dunia,agar kehidupan teratur dengan baik,
sehingga dapat mencapai kesejahterahan hidup, lahir dan batin, dunia dan akhirat.
3. Menjunjung tinggi dan melaksanakan peribadatan hanya kepada Allah.
4. Menyempurnakan akhlak manusia.

Menuju tuhan melalui beragam yang baik dapat dilakukan dengan cara :
1. Keteguhan iman
2. Konsistensi dalam menaati ajaran agama
a. Pengenalan
b. Pengertian
c. Penghayatan
d. Pengabdian
e. Pembelaan
3. Kesalehan dalam bersikap dan berperilaku
DAFTAR PUSTAKA

Al Qur”an dan Terjemahannya. Departeman Agama RI (dalam Al-Qur’an Digital)


Azra’ Azyumardi dkk, 2002. Buku Teks Pendidikan Agama Islam . Jakarta : Depag RI.
Sulaiman, Syamlan dan A. Albuny, Djamaludin, 1988. Pengantar Studi Islam. Yogyakarta:
DALB Press.
Katsir, Ibnu.1992. Tafsir Al-Qur’an Al-Adhim . Beirut: Daar Al Fikr.
Tim Dosen PAI Unesa. 2018. Buku Pendidikan Agama Islam Kontekstual di Perguruan
Tinggi. Surabaya: UNESA University Press.

Anda mungkin juga menyukai