BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
1) Praktik Kebidanan adalah penerapan ilmu kebidanan kepada klien dan atau pasien
atau klien dan atau pasien melalui pendekatan kebidanan.
2) Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang
terakreditasi di dalam dan di luar negeri dan memiliki kompetensi, memenuhi
kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk
menjalankan praktik kebidanan
3) Konsil Kebidanan Indonesia adalah suatu lembaga non struktural, otonom dan
mandiri.
5) Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap Bidan yang telah memiliki sertifikat
kompetensi.
6) Registrasi ulang adalah pencatatan ulang terhadap Bidan yang telah diregistrasi,
setelah memenuhi persyaratan yang berlaku.
7) Surat Izin Praktik Bidan (SIPB) adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Dinas
Kesehatan setempat kepada Bidan untuk menjalankan praktik mandiri.
8) Surat Tanda Registrasi Bidan (STRB) adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Konsil
Kebidanan Indonesia kepada Bidan yang telah diregistrasi dan memiliki kompetensi
melaksanakan praktik kebidanan.
10) Penerima jasa pelayanan kebidanan (klien dan atau pasien) adalah seseorang yang
melakukan konsultasi kesehatan reproduksi untuk memperoleh pelayanan yang
diperlukan.
13) Kolegium Kebidanan Indonesia adalah badan yang dibentuk oleh organisasi profesi
yang bertugas mengampu disiplin ilmu kebidanan
14) Majelis Disiplin Kebidanan (MDK) adalah lembaga yang berwenang untuk
menentukan ada tidaknya kelalaian dan atau pelanggaran terhadap tugas yang
dilakukan dan menetapkan sanksi
15) Ijazah Bidan adalah tanda pengakuan terhadap prestasi belajar dan atau
penyelesaian jenjang pendidikan yang diberikan kepada peserta didik setelah lulus
ujian yang diselenggarakan oleh institusi pendidikan kebidanan yang terakreditasi.
16) Standar praktik kebidanan adalah persyaratan minimal yang ditetapkan atas
kualitas pelayanan dan digunakan sebagai landasan dalam mengevaluasi asuhan yang
diberikan.
BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Pasal 2
Pasal 3
Bagian Kesatu
Nama dan Kedudukan
Pasal 4
(1) Untuk melindungi klien dan atau pasien dan Bidan dalam rangka melindungi
masyarakat penerima jasa pelayanan kebidanan dan mempertahankan / meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan dibentuk Konsil Kebidanan Indonesia.
Pasal 5
Konsil Kebidanan Indonesia berkedudukan di Ibu Kota Negara Republik Indonesia dan
mempunyai perwakilan di tingkat provinsi.
Bagian Kedua
Fungsi, Tugas dan Wewenang
Pasal 6
Pasal 7
(2) Standar pendidikan Bidan yang di sahkan Konsil sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b ditetapkan bersama oleh Konsil Kebidanan Indonesia dengan kolegium
kebidanan, asosiasi institusi pendidikan kebidanan, dan asosiasi institusi pelayanan
kebidanan.
Pasal 8
(1) Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud pada pasal 7, Konsil Kebidanan
mempunyai wewenang:
a. menyetujui dan menolak permohonan registrasi Bidan;
b. menerbitkan dan mencabut sertifikat registrasi Bidan;
c. Mensahkan kompetensi Bidan
d. Melakukan pengujian terhadap persyaratan registrasi Bidan
e. Menetapkan keilmuan kebidanan
f. melakukan pembinaan terhadap pelaksanaan kode etik profesi
g. melakukan pencatatan kelalaian dan atau pelanggaran yang dilakukan oleh Bidan
yang dikenakan sanksi.
(2) Tugas yang berkaitan dengan registrasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
huruf a dan huruf b menjadi wewenang Komite Registrasi.
Pasal 9
Ketentuan lebih lanjut mengenai fungsi, tugas dan wewenang Konsil Kebidanan
Indonesia diatur dengan Peraturan Konsil Kebidanan Indonesia.
Bagian Ketiga
Susunan Organisasi dan Keanggotaan
Pasal 10
2) Komite sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf d, huruf e, huruf f, masing-
masing dipimpin oleh 1 (satu) orang Ketua Komite.
4) Sekretaris sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dijabat oleh Ketua Komite
Registrasi.
5) Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris dan Ketua masing-masing Komite merupakan unsur
pimpinan Konsil Kebidanan Indonesia.
Pasal 11
(1) Anggota Konsil Kebidanan Indonesia dari unsur Bidan dipilih oleh organisasi profesi.
(2) Anggota Konsil Kebidanan Indonesia untuk pertama kalinya diusulkan oleh
organisasi profesi melalui Menteri dan diangkat oleh Presiden sebagai Kepala Negara.
(3) Unsur pimpinan konsil kebidanan Indonesia adalah Bidan yang dipilih oleh anggota
konsil dengan suara terbanyak yang dihadiri oleh paling sedikit 2/3 jumlah anggota
pada rapat pleno I,
(4) Masa jabatan unsur pimpinan dan anggota konsil kebidanan Indonesia selama 5
(lima) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.
(5) Personalia Konsil Kebidanan sebelum memangku jabatan terlebih dahulu harus
mengangkat sumpah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
Pasal 12.
Anggota Konsil Kebidanan Indonesia berjumlah 17 (tujuh belas) orang yang mewakili:
a. Departemen kesehatan sebanyak 2 (dua) orang
b. Departemen Pendidikan Nasional 2 (dua) orang;
c. Bidan sebanyak 9 (sembilan) orang
Terdiri dari
- Organisasi profesi 3 orang
- Asosiasi institusi pendidikan kebidanan 2 orang
- Asosiasi pelayanan kebidanan 2 orang
- Kolegium kebidanan 2 orang
d. Organisasi Profesi terkait sebanyak 2 (dua) orang; terdiri atas POGI dan IDAI
e. Tokoh masyarakat 2 (dua) orang.
Pasal 13
Persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi anggota Konsil Kebidanan Indonesia
dari unsur Bidan :
a. Warga Negara Republik Indonesia;
b. Sehat rohani dan jasmani;
c. Berkelakuan baik;
d. Berusia sekurang-kurangnya 40 tahun dan setingg-tingginya 65 tahun;
e. Memiliki pengalaman praktik klinik kebidanan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh)
tahun dan memiliki Registrasi Bidan
Pasal 14
(3) Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh
Ketua Konsil Kebidanan Indonesia.
(4) Pengusulan pemberhentian sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) diajukan oleh
konsil melalui Menteri kepada Presiden
Pasal 15
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata kerja konsil kebidanan Indonesial diatur dalam
peraturan konsil kebidanan Indonesia
Bagian Keempat
Tata Kerja
Pasal 16
(1) Setiap keputusan Konsil Kebidanan Indonesia yang bersifat mengatur diputuskan
oleh rapat pleno anggota.
(2) Rapat pleno Konsil Kebidanan Indonesia dianggap sah jika dihadiri oleh paling
sedikit 2/3 anggota.
(4) Dalam hal tidak terdapat kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat 3, maka
dapat dilakukan dengan pemungutan suara.
Pasal 17
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara Konsil Kebidanan Indonesia diatur dengan
Peraturan Konsil Kebidanan Indonesia.
Bagian Kelima
Pembiayaan
Pasal 18
Biaya yang diperlukan dalam penyelenggaraan Konsil Kebidanan Indonesia dibebankan
pada:
(1) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
(2) Biaya registrasi dan registrasi ulang;
(3) Sumber pendapatan lain yang sah dan tidak mengikat.
BAB IV
REGISTRASI BIDAN
Bagian Pertama
REGISTRASI DAN TATA CARA
Pasal 19
(1) Semua Bidan yang akan melakukan praktik di Indonesia wajib memiliki STRB
(2) STRB sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dikeluarkan oleh Komite Konsil
Kebidanan Indonesia.
(4) STRB berlaku selama 5 (lima) tahun dan di regristrasi ulang setiap 5 (lima) tahun
sekali dengan tetap memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat 3
Pasal 20
1) Bidan Warga Negara Indonesia lulusan luar negeri yang akan berpraktek kebidanan
di Indonesia harus dilakukan penilaian dan adaptasi.oleh kolegium
Pasal 21
1) Bidan Warga Negara Asing, lulusan luar negeri wajib mendaftarkan diri pada Konsil
Kebidanan Indonesia untuk mengikuti program adaptasi dan uji kemampuannya
berdasarkan standar praktik yang berlaku sebelum melakukan praktik kebidanan di
Indonesia
4) Bidan Warga Negara Asing yang dipekerjakan oleh suatu instansi di Indonesia,
berada di bawah tanggungjawab instansi yang bersangkutan.
6) STRB sementara seperti dimaksud dalam ayat 4) berlaku 1 (satu) tahun dan dapat
diperpanjang setelah mendapat persetujuan dari Komite Registrasi.
Pasal 22
Pasal 23
Ketentuan lebih lanjut tentang tatacara registrasi, registrasi ulang dan registrasi
sementara ditetapkan oleh konsil kebidanan.
Bagian Kedua
WEWENANG BIDAN YANG MEMILIKI STRB
Paragraf 1
UMUM
Pasal 24
Bidan yang telah memiliki STRB mempunyai wewenang formal sesuai dengan
kompetensi Bidan Indonesia, meliputi;
1) Pelayanan Kesehatan Perempuan dan Reproduksi
2) Pelayanan Keluarga Berencana
3) Pelayanan Kesehatan Bayi dan anak Balita
4) Pelayanan Kesehatan Masyarakat.
Pasal 25
1) Bidan dalam menjalankan praktik sesuai dengan kewenangan dan kompetensi yang
dimiliki berdasarkan standar profesi.
Paragraf 2
PELAYANAN KESEHATAN PEREMPUAN DAN REPRODUKSI
Pasal 26
Pasal 27
Pasal 28
Paragraf 3
PELAYANAN KELUARGA BERENCANA
Pasal 29
Paragraf 4
PELAYANAN KESEHATAN BAYI DAN ANAK BALITA
Pasal 30
Paragraf 5
PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT
Pasal 31
Paragraf 6
KEWENANGAN LAIN
Pasal 32
Pasal 33
BAB V
PRAKTIK KEBIDANAN
Bagian Pertama
Surat Izin Praktik Bidan (SIPB)
Pasal 34
Setiap bidan yang melakukan praktik kebidanan di Indonesia wajib memiliki Surat
Tanda Registrasi Bidan (STRB) dan dalam menjalankan praktiknya wajib mengikuti
standar pelayanan kebidanan yang disahkan oleh Konsil Kebidanan Indonesia.
Pasal 35
Setiap bidan yang melakukan praktik mandiri di Indonesia wajib memiliki Surat Izin
Praktik Bidan (SIPB)
Pasal 36
SIPB yang dimaksud pada pasal 35 adalah surat izin yang diberikan atas kelayakan
sarana dan prasarana praktik mandiri
Pasal 37
SIPB dikeluarkan oleh Pejabat Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota dengan
mencantumkan secara tegas tempat atau alamat di mana praktik mandiri
diselenggarakan.
Pasal 38
Pasal 39
Pasal 40
Pasal 41
Bidan warga negara asing yang akan menjalankan praktik kebidanan di Indonesia
selain harus memiliki STRB juga harus memiliki surat izin kerja sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Bagian Kedua
Pemberian Pelayanan
Pasal 42
1) Bidan yang praktik mandiri dan telah mempunyai SIPB wajib memasang papan nama
praktik Bidan;
2) Pimpinan sarana pelayanan kesehatan setempat wajib membuat daftar Bidan yang
melakukan praktik kebidanan dan memiliki STRB.
Pasal 43
1) Papan praktik Bidan memuat nama, alamat tempat praktik, nomor SIPB dan waktu
praktik;
2) Bidan yang berhalangan praktik dapat menunjuk Bidan lain untuk bertindak sebagai
Bidan pengganti, dengan syarat yang bersangkutan telah memiliki STRB;
Pasal 44
Pasal 45
Pasal 46
Setiap tindakan yang dilakukan Bidan, harus terlebih dahulu diinformasikan kepada
klien dan atau pasiennya.
Pasal 47
Pasal 48
Klien dan atau pasien dalam menerima pelayanan pada praktik kebidanan mempunyai
hak :
1) Mendapatkan penjelasan secera lengkap tentang tindakan yang akan dilakukan
2) Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan
3) Memberikan persetujuan atas tindakan yang akan diterima.
4) Menolak sebagian atau seluruh tindakan kebidanan yang akan dilakukan.
5) Memperoleh salinan rekam asuhan kebidanan.
Pasal 49
1) Dalam hal klien dan atau pasien belum dewasa (bayi, balita dan anak), klien dan
atau pasien tidak sadar/gangguan jiwa, informasi dan persetujuan atas tindakan Bidan
harus memperoleh persetujuan dari keluarganya yang bertanggung jawab.
2) Apabila keluarga sebagaimana dimaksud dalam ayat 1) tidak hadir, dalam keadaan
darurat tindakan Bidan dapat dilakukan tanpa persetujuan terlebih dahulu dengan
sekurang-kurangnya satu orang saksi.
3) Persetujuan atas tindakan Bidan yang dimaksud diatas dapat dinyatakan secara
tertulis.
4) Penolakan atas tindakan Bidan yang dimaksud diatas harus dinyatakan secara
tertulis.
Pasal 50
Pengungkapan rahasia klien dan atau pasien hanya dapat dilakukan berdasarkan atas:
1) Persetujuan klien dan atau pasien atau keluarga;
2) Ketentuan perundang-undangan yang berlaku;
3) Perintah hakim pada sidang pengadilan.
Pasal 51
Klien dan atau pasien dalam menerima pelayanan pada praktik kebidanan mempunyai
kewajiban :
1) Memberikan informasi secara lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya;
2) Mematuhi nasihat dan petunjuk Bidan;
3) Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan;
4) Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
Bagian Keempat
Hak dan Kewajiban Bidan
Pasal 52
Dalam melaksanakan praktik kebidanan, Bidan mempunyai hak :
1) Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai standar
profesi dan Standar Operasional Prosedur (SOP);
2) Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari klien dan atau pasien atau
keluarganya;
3) Menolak permintaan klien dan atau pasien terhadap tindakan yang tidak sesuai
dengan kewenangannya
4) Menerima imbalan jasa
Pasal 53
BAB VI
STANDAR PENDIDIKAN
Pasal 54
BAB VII
DISIPLIN BIDAN
Bagian Pertama
Pengawasan Disiplin Bidan
Pasal 55
3) Bidan yang dinyatakan melanggar etika profesi dapat diusulkan dikenakan sanksi
sesuai dengan pelanggaran etik yang terjadi.
Bagian Kedua
Tata Cara Permintaan Pemeriksaan & Pengaduan
Pasal 56
1) Permintaan pemeriksaan diajukan oleh pemohon secara tertulis kepada MDK dalam
organisasi profesi di propinsi.
3) Permohonan serta data sebagaimana dimaksud dalam ayat 1) dan ayat 2) harus
disampaikan oleh yang bersangkutan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak
kejadian.
7) Dalam hal pengaduan dapat diterima, Ketua MPEB bersama Konsil Kebidanan dapat
menetapkan Tim Ad-Hoc yang ditugasi memeriksa, mempertimbangkan dan
memutuskan ada tidaknya pelanggaran disiplin dan etika profesi.
9) Anggota tim Ad-Hoc terdiri dari Bidan dan wakil dari organisasi profesi terkait yang
mempunyai latar belakang keahlian dan pengalaman sesuai dengan kasus yang
diajukan.
10) Keanggotaan tim Ad-Hoc diangkat dari anggota MPEB dan Konsil Kebidanan
Indonesia.
Bagian Ketiga
Putusan
Pasal 57
BAB VIII
PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PERLINDUNGAN
Pasal 58
Pasal 59
BAB IX
KETENTUAN PIDANA
Pasal 60
1) Setiap Bidan yang dengan sengaja melakukan praktik kebidanan tanpa memiliki
STRBi sebagaimana dalam pasal 19 ayat 1), ayat 2), ayat 3) dan ayat 4) dipidana
dengan penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp 25. 000. 000,-
2) Setiap Bidan warga Negara asing yang dengan sengaja melakukan praktik kebidanan
tanpa memiliki STRB sementara sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat 1), ayat
2), ayat 3), ayat 4), dan ayat 5) dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun atau denda paling banyak Rp 100. 000. 000,-
Pasal 61
Setiap Bidan yang dengan sengaja melakukan praktik kebidanan tanpa memiliki SIPB
sebagaimana dimaksud dalam pasal 34 dipidana dengan pidana penjara paling lama 3
(tiga) tahun atau denda paling banyak Rp 50. 000. 000,-
Pasal 62
Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan identitas Bidan, yang menimbulkan
kesan bagi masyarakat seolah-olah yang bersangkutan adalah Bidan yang telah
memiliki STRB dan/atau SIPB, sebagaimana dimaksud dalam pasal 19, pasal 20 dan
pasal 21 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling
banyak Rp 200. 000. 000,-
Pasal 63
Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan alat, metoda atau cara lain dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat yang menimbulkan kesan seolah-olah yang
bersangkutan adalah Bidan yang telah memiliki STRB atau SIPB, sebagaimana
dimaksud dalam pasal 26, pasal 27, pasal 28, pasal 29, pasal 30, dan pasal 31 dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 tahun atau denda paling banyak Rp 200. 000.
000,-
Pasal 64
Pasal 65
2) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat 1) dilakukan oleh
korporasi, maka pidana yang dijatuhkan adalah pidana denda sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditambah sepertiga atau dijatuhi hukuman tambahan berupa
pencabutan izin.
BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 66
Pasal 67
1) Dengan disahkannya undang-undang ini, maka Bidan yang telah memilliki Surat Izin
Bidan (SIB) dianggap telah memiliki STRB;
Pasal 68
1) Dengan disahkannya undang-undang ini maka Bidan yang telah memiliki SIPB
dianggap telah memiliki surat izin praktik berdasarkan undang-undang ini.
2) SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat 1) berlaku sesuai dengan masa berlakunya.
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 69
Undang – undang ini berlaku sejak tanggal diundangkan dan penerapannya diatur
dengan Peraturan Pemerintah selambat – lambatnya satu tahun sejak Undang – undang
ini diundangkan.
4 komentar:
1.
Balas
2.
Balas
3.
Balas
4.
Pijar Is. Lestari5 Mei 2017 02.18
Balas
Tambahkan komentar
Muat yang lain...
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)
Arsip Blog
▼ 2014 (5)
o ► Mei (2)
o ▼ April (3)
ANATOMI ALAT REPRODUKSI WANITA
UNDANG-UNDANG TENTANG PRAKTIK KEBIDANAN
TEKNIK MARMET UNTUK MEMPERLANCAR PRODUKSI ASI
► 2011 (7)
► 2010 (7)