Anda di halaman 1dari 53

JTM

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING JURNAL TEKNIK MESIN


JTM

ISSN 2089-7235 Volume 03, Nomor 3, Oktober 2014


ISSN 2089 - 7235

JTM
JURNAL TEKNIK MESIN
Jurnal Penelitian, Karsa Cipta, Penerapan dan Kebijakan Teknologi

Volume 03, Nomor 3, Oktober 2014

1 ANALISA PENGARUH KECEPATAN FEEDING TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN


DRAW BAR MESIN MILLING ACIERA DENGAN PROSES CNC TURNING
Isya Prakoso
2 PERANCANGAN MODEL AIR ALIRAN SILANG (CROSS FLOW TURBINE) DENGAN
HEAD 2 m DAN DEBIT 0,03 m3/s
Ridwan
3 KONSEP DESAIN MEKANISME TELESKOPIS AS/RS (AUTOMATED STORAGE AND
RETRIEVAL SYSTEM) DAN ANALISIS BEBAN PADA GUIDE RAIL
Febriansyah, Dadang S. Permana
4 ANALISA COVER SUB ASSY BATTERY UNTUK KENDARAAN BERMOTOR RODA
EMPAT
Rizky Satrio Putra
5 ANALISIS PENGGUNAAN ELEKTROLISER TERHADAP EMISI GAS BUANG CO DAN
HC PADA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH MERK SUZUKI SHOGUN 125 CC TAHUN
PEMBUATAN 2010
Sigit Mahendro
6 ANALISA SISTEM BAHAN BAKAR INJEKSI PADA MESIN BENSIN MENGGUNAKAN
SCAN TOOLS DAN GAS ANALYZER
Septa Pamungkas
KATA PENGANTAR

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT karena dengan karunia dan hidayah-Nya,
Redaksi mampu menerbitkan jurnal JTM, Volume 03, Nomor 3 Tahun 2014.
Edisi jurnal kali ini menyajikan enam makalah hasil kerja Tugas Akhir mahasiswa Teknik
Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana. Dalam makalahnya, beberapa mahasiwa
mempresentasikan judul yang erat kaitannya dengan desain dan analisis proses. Antara judul
yang disajikan adalah analisis pengaruh kecepatan feeding proses pemesinan terhadap
kekasaran bahan menggunakan mesin CNC, analisis penggunaan elektroliser terhadap emisi
gas buang CO dan HC dan perancangan model aliran silang pada turbin.
Kami mengucapkan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada seluruh anggota
Dewan Redaksi, Redaktur Pelaksana serta semua pihak yang telah memberikan kontribusinya
selama proses penyiapan, penyusunan sampai penerbitan. Semoga keberadaan Jurnal
Teknik Mesin ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh civitas akademika secara umum dan
semua kolega di Universitas Mercu Buana secara khususnya.

Jakarta, Oktober 2014

Prof. (Em.) Dr.-Ing. Ir. Darwin Sebayang


Pemimpin Redaksi
ISSN 2089 - 7235

JTM
JURNAL TEKNIK MESIN
Jurnal Penelitian, Karsa Cipta, Penerapan dan Kebijakan Teknologi

Pemimpin Redaksi : Prof. (Em.) Dr.-Ing. Ir. Darwin Sebayang (UMB)

Dewan Redaksi : Prof. Dr. Ir. Chandrasa Soekardi (UMB)


: Dr. Kontan Tarigan (UMB)
: Dr. Nurdin Ali (UMB)
: Dr. Poempida Hidayatullah (UMB)
: Prof. Dr. Bambang Suharno (Universitas Indonesia)
: Dr. Nasrudin (Universitas Indonesia)
: Dr. Ing.Puji Untoro (Universitas Surya)
: Dr. Ing Kusnanto (Universitas Gajah Mada)
: Dr. Sagir Alva (UMB)
: Ir. Yuriadi Kusuma (UMB)
: Dr. Sulistyo (Universitas Diponegoro)
: Dr. Abdul Hamid (UMB)

Redaktur Pelaksana : Haris Wahyudi (UMB)


: Nurato (UMB)
: Edijon Nopian (UMB)

Alamat Redaksi : Fakultas Teknik, Kampus Menara Bhakti, Universitas Mercu


Buana
Jl. Meruya Selatan No. 01, Kembangan, Jakarta Barat 11650,
Indonesia
Email: ft@mercubuana.ac.id
Telp/Fax: +62 21 5871335

Jurnal ilmiah JTM diterbitkan 3 (tiga) kali dalam setahun pada bulan Februari, Juni dan
Oktober. Redaksi menerima tulisan ilmiah tentang hasil penelitian, karsa cipta, penerapan dan
kebijakan teknologi yang berkaitan dengan Teknik Mesin.
ISSN 2089 - 7235

JTM
JURNAL TEKNIK MESIN
Jurnal Penelitian, Karsa Cipta,
Penerapan dan Kebijakan Teknologi

Volume 03, Nomor 3, Oktober 2014

DAFTAR ISI

1 ANALISA PENGARUH KECEPATAN FEEDING TERHADAP KEKASARAN 1-6


PERMUKAAN DRAW BAR MESIN MILLING ACIERA DENGAN PROSES CNC
TURNING
Isya Prakoso
2 PERANCANGAN MODEL AIR ALIRAN SILANG (CROSS FLOW TURBINE) 7-12
DENGAN HEAD 2 m DAN DEBIT 0,03 m3/s
Ridwan
3 KONSEP DESAIN MEKANISME TELESKOPIS AS/RS (AUTOMATED STORAGE 13-18
AND RETRIEVAL SYSTEM) DAN ANALISIS BEBAN PADA GUIDE RAIL
Febriansyah, Dadang S. Permana
4 ANALISA COVER SUB ASSY BATTERY UNTUK KENDARAAN BERMOTOR RODA 19-26
EMPAT
Rizky Satrio Putra
5 ANALISIS PENGGUNAAN ELEKTROLISER TERHADAP EMISI GAS BUANG CO 27-37
DAN HC PADA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH MERK SUZUKI SHOGUN 125 CC
TAHUN PEMBUATAN 2010
Sigit Mahendro
6 ANALISA SISTEM BAHAN BAKAR INJEKSI PADA MESIN BENSIN 38-45
MENGGUNAKAN SCAN TOOLS DAN GAS ANALYZER
Septa Pamungkas
JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014 1

ANALISA PENGARUH KECEPATAN FEEDING TERHADAP KEKASARAN


PERMUKAAN DRAW BAR MESIN MILLING ACIERA
DENGAN PROSES CNC TURNING

ISYA PRAKOSO
Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana, Jakarta
E-mail: Isya.Prakoso@yahoo.co.id

Abstrak -- Dalam industri manufaktur terdapat banyak yang menggunakan proses pemesinan seperti:
mesin milling, mesin turning, mesin frais, dan lain-lain. Di dalam mesin milling merk Aciera terdapat part
yang sering rusak yaitu Draw Bar yang berfungsi untuk memasang dan mengencangkan arbor pada
kepala mesin. Pembuatan Draw Bar pada dasarnya dilakukan dengan proses turning CNC. Untuk
mendapatkan Draw Bar sesuai produk yang aslinya, penulis mencoba melakukan penelitian untuk
membuat Draw Bar dimulai dengan pemilihan material yang kekerasanya sama atau mendekati
kekerasan Draw Bar aslinya dan proses pemesinan dengan melakukan variasi perubahan feed rate
(kecepatan pemakanan) menggunakan mesin CNC turning type Tornado 100. Dari hasil analisis
pengaruh feed rate terhadap kekasaran permukaan pada proses pembubutan Draw Bar meggunakan
mesin CNC turning menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara perubahan feed rate
dengan hasil kekasaran permukaan Draw Bar dari hasil pengujian (eksperimen). Nilai hasil uji kekasaran
yang di dapat adalah 1.91 µm dengan putaran spindle = 2400 RPM dan feeding 240 mm/menit. Dari hasil
21 uji coba kekasaran berarti semakin tinggi feed rate maka kekasaran permukaan Draw Bar yang
dihasilkan akan semakin kasar. Hasil pengujian menggunakan surface roughness tester,pada bagian
Draw Bar menunjukkan hasil permukaan pada part original nya adalah 1.90 µm.

Kata kunci: Draw Bar, Mesin CNC Turning, Feed Rate dan Kekasaran Permukaan

Abstract -- In manufacturing industries, there are various machinery processes for instance milling
machine, turning machine, frais machine and etc. Inside Aciera milling machine there is one part that
often break called Draw Bar. Draw Bar is used to install and tightened arbor to machine heads. Draw
Bar machine is built using the process of turning CNC. In order to obtain the replication, writers have
done research on processing building Draw Bar from scratch by choosing materials that has identical
hardness as the original Draw Bar. Later the research is continued to the machinery process of doing
various feed rates using CNC different turning type of Tornado 100 machine. On the analysis result of
the feed rate influence on surface roughness draw bar turning process by cnc machine shows the
significant effect between feed rate changes and the result of the surface roughness from the
experiments. The result value of the roughness testing is 1.91 µm with spindle speed = 2400 Rpm and
feeding speed = 240 mm/minute.From the result on 21 roughness testing means that more high the
feed rate then roughness the surface.The test result by surface roughness tester on draw bar shows
the surface roughness on its original part it’s 1.90 µm.

Keyword: Draw Bar, Mesin CNC Turning, Feed Rate dan Kekasaran Permukaan

1. PENDAHULUAN benda bergerak melakukan langkah


Dengan kemajuan teknologi yang berkembang pemakanan.
tak ubahnya seiring dengan berkembangnya
industri manufaktur selaku pembuat atau Sedangkan proses milling adalah suatu proses
produsen. Dalam mengembangkan teknologi permesinan yang pada umumnya menghasilkan
yang berkualitas industri manufaktur melakukan bentukan bidang datar (bidang datar ini
pengembangan dalam proses produksinya. terbentuk karena pergerakan dari meja mesin)
Secara umum mesin-mesin yang digunakan dimana proses pengurangan material benda
dalam industri manufaktur tidak banyak kerja terjadi karena adanya kontak antara alat
mengalami perubahan yang sangat signifikan potong (cutter) yang berputar pada spindle
dalam proses produksinya. Mesin milling adalah dengan benda kerja yang tercekam pada meja
suatu mesin perkakas yang menghasilkan mesin. Mesin milling jika dikolaborasikan
sebuah bidang datar dimana pisau berputar dan dengan suatu alat bantu atau alat potong

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014 2

pembentuk khusus, akan dapat menghasilkan 2.1 Penjelasan Diagram Alir


beberapa bentukan-bentukan lain yang sesuai Diagram alir adalah diagram yang
dengan tuntutan produksi, misal: Uliran, Spiral, menggambarkan bagaimana jalankan program
Roda gigi, Cam, Drum Scale, Poros bintang, mulai dari awal hingga akhir. Setiap diagram alir
Poros cacing dan lain-lain. harus mempunyai titik awal dan titik akhir.
Dalam bagian mesin milling terdapat Diagram alir dibentuk dengan memanfaatkan
komponen yang sering rusak yaitu pada bagian simbol-simbol tertentu.
Draw Bar. Draw Bar merupakan poros untuk
memasang dan mengencangkan arbor pada
kepala mesin. 2.2 Bahan Dan Alat Penilitian
Untuk mendapatkan Draw bar tersebut dan Dalam hal ini, material yang digunakan untuk
membutuhkan waktu yang lama karena membuat Draw Bar sesuai dengan originalnya
memesan langsung ke pabriknya. Oleh karena adalah material logam atau metal. Untuk
itu digunakan adalah mesin bubut untuk mengetahui tingkat kekerasan Draw Bar
membuat Draw Bar tersebut. Mesin bubut tersebut maka perlu dilakukan uji hardness
merupakan salah satu mesin yang sangat tester.
diandalkan oleh industri manufaktur dalam
membuat berbagai produknya. Mesin ini dapat
memenuhi kebutuhan produksi untuk berbagai
produk dengan bentuk yang kompleks. Seperti
memproduksi perkakas-perkakas penting yaitu
komponen yang memiliki tuntutan kualitas yang
tinggi baik secara geometri maupun tingkat
kekasaran permukaan hasil pemotongannya.
Pada proses pemotongan, mesin bubut
mempunyai tiga gerakan utama yaitu gerakan
berputarnya benda kerja/spindle (main motion),
kecepatan gerak potong (feed motion) dan Gambar 2.1 Hasil Uji Hardness Tester Part
kedalaman potong (adjusting motion / depth of Original (30.8 HRC)
cut).

2. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui
hubungan antara feeding dengan kekasaran
permukaan pada proses pembubutan Draw Bar.
FLOW CHART

Mulai

Studi Pustaka

Data Awal Penelitian : Gambar 2.2 Hasil Test Material SS400 adalah
1.Pemilihan Materials sample 49.1 HRA
objek penelitian.
2.Pengumpulan Data penelitian .
3.Pengambilan Data penelitian

Pengujian Parameter:
1.n = Tetap
2.Depth Of Cut = Tetap

Analisis Hasil

Kesimpulan

Gambar 2.3 Hasil Test Material SCM4 adalah


Selesai 30.2 HRC

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014 3

Alat Penelitian yang digunakan sesuai sirkular. Profile projector memperbesar profil
kebutuhan seperti Dial Caliper, Hardness benda kerja ke dalam sebuah layar
Tester, Profile Projector, Surface Roughness menggunakan tipe pencahayaan diascopic
Tester. illumination. Dimension benda kerja dapat diukur
1 Carbide Insert Navi langsung dari layar atau dibandingkan dengan
referensi standar perbesaran. Agar akurat, saat
pengukuran jangan mengubah sudut pandang
(perspektif) objek.

Gambar 2.4 Pahat Carbide Insert


2 Dial caliper
Dial caliper sering juga disebut sigmat atau
jangka sorong adalah sebuah alat ukur yang
dapat dipakai untuk mengukur diameter luar,
diameter dalam, ketebalan dan kedalaman
celah.
Gambar 2.6 Profile Projector

1. Perhitungan Kekerasan Material


Berdasarkan rumus:
Indentation depth = 100 – HRC = t units
Gambar 2.5 Dial Caliper = 100 – 30.8 HRC= 69.2 units
= 69.2 X 0.002 mm = 0.14 mm.
Uji kekerasan (Hardness tester) adalah Berdasarkan rumus:
salah satu sifat mekanik (Mechanical properties) RHN = 100 – 500 t
dari suatu material. Kekerasan suatu material = 100 – 500 X 0.14 mm
harus diketahui khususnya untuk material yang = 100 – 70
dalam penggunaanya akan mangalami = 30 HRC
pergesekan (frictional force) dan dinilai dari 2. Perhitungan berdasarkan profile projector
ukuran sifat mekanis material yang diperoleh
dari deformasi plastis (deformasi yang diberikan
dan setelah dilepaskan, tidak kembali ke bentuk
semula akibat indentasi oleh suatu menda
sebagai alat uji.

Tabel 2.1 Uji Hardness Tester


Beberapa Material
Hasil uji kekerasan Rata-
Material
(HRC) rata
Gambar 2.7 Hasil Profil Proyektor
6.6 5.9 8.4 6.97
S45C
HRC HRC HRC HRC Hasil profile projector = 0.540 mm / 2 = 0.27 mm.

49.1 48.1 50.9 49.37 0.27 mm


SS400
HRA HRA HRA HRA 90° 30°

30.2 29.4 29.1 29.57


SCM4
HRC HRC HRC HRC

3 Profile Projector
Profile Projector adalah perangkat pengukuran 60°
optikal yang memperbesar permukaan objek
kerja dan diproyeksikan dalam skala linier/

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014 4

0.27 = X proses pemesinan. Alat untuk mengukur Ra


Sin 60 Sin 30 adalah roughness tester.
X 0.867 = 0.5 x 0.27 2.4. Analisis Hasil
X 0.867 = 0.135 Dalam melakukan analisis hasil dari data yang
telah diolah, penulis menggunakan metode
X = 0.16 mm. Anova Satu Faktor Untuk membuktikan hasil
pengaruh Cutting technology antara feeding
e. Surface Roughness Tester dengan nilai kekasaran permukaan yang
dihasilkan pada proses pembubutan Draw Bar
Surface Roughness Tester merupakan alat mnggunakan mesin CNC turning.
pengukuran kekasaran permukaan. Setiap
permukaan komponen dari suatu benda
mempunyai beberapa bentuk yang bervariasi 2.5. Kesimpulan
menurut struktumya maupun dari hasil proses Dari uraian metode penelitian diatas, untuk
produksinya. mencapai hasil yang optimal maka alur
Surface Roughness Tester didefinisikan penelitian tersebut harus dapat berjalan sesuai
sebagai ketidak halusan bentuk yang menyertai dengan urutannya.
proses produksi yang disebabkan oleh
pengerjaan mesin. Nilai kekasaran dinyatakan
dalam Roughness Average (Ra).Ra merupakan 3. ANALISA
parameter kekasaran yang paling banyak Untuk mengetahui material yang sesuai dengan
dipakai secara intemasional. Ra didefinisikan part original maka dilakukan pengujian sebagai
sebagai rata-rata aritmatika dan penyimpangan berikut:
mutlak profil kekasaran dari garis tengah rata-
rata.
3.1 Menentukan Parameter Setting
Sebelum melakukan pengujian tingkat
kekasaran permukaan berdasarkan putaran
spindle (spindle speed) kedalaman potong
(depth of cut) dan kecepatan gerak potong (feed
rate) pada proses bubut, perlu dilakukan
perhitungan parameter setting untuk
mendapatkan parameter yang sesuai. Berikut
perhitungan untuk putaran spindle (material
specimen SCM 4 memiliki cutting speeds 140 -
320 m/min dengan menggunakan alat potong
carbide jenis insert tip):

3.1.1 Kedalaman Potong (Depth of Cut)


Nilai dari kedalaman pemotongan finishing
Gambar 2.8 Mesin Penguji kekerasan ditetapkan 0.2 mm.
(hardness tester)
3.1.2 Menentukan Putaran Spindle (RPM)
2.3 Prosedur Berdasarkan tabel cutting speed dapat diperoleh
2.3.1 Machining besar putaran spindle (spindle speed) dengan
persamaan (2.1) dalam satuan rpm:
Machining adalah proses pembuatan benda
kerja dengan menghilangkan material yang tidak
diinginkan dari benda kerja dalam bentuk chip.

2.3.2 Pengujian / Pengukuran


Pengujian kekasaran permukaan pada benda n = 2342 rpm,
kerja dilakukan untuk mengetahui nilai dibulatkan menjadi n = 2400 rpm.
kekasaran draw bar apakah ada pengaruh
antara perubahan nilai feed rate dengan
permukaan benda kerja yang dihasilkan dari 3.1.3 Menentukan Kecepatan Potong
(Feeding)

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014 5

Nilai fr = (0.05 – 0.24) = 0.88 mm / menit


dalam satuan mm / menit. 3.1.4 Menentukan Waktu Pemotongan
Maka di tetapkan nilai fr = 0.1 mm. Pada proses finishing,maka untuk masing-
Feeding = 0.1 x 2400 (rpm) masing nilai f (feeding) diatas dilakukan
= 240 mm/ menit. percobaan sebanyak 3 benda kerja, jadi total
benda kerja keseluruhan adalah sebanyak 21
Berdasarkan perhitungan diatas kecepatan
feeding yang didapat adalah 240 mm/menit, pcs, dengan rincian sebagai berikut :
maka penulis mengambil variable feeding yaitu: f1= 150 mm/putaran 3 benda kerja
3 (tiga) ke atas dan 3(tiga) ke bawah. Dengan f2= 180 mm/putaran 3 benda kerja
putaran spindle tetap yaitu 2400 rpm dan f3= 210 mm/putaran 3 benda kerja
Kedalaman pemotongan tetap yaitu 0.2 mm. f4= 240 mm/putaran 3 benda kerja
Berdasarkan pada persamaan (2.3) dalam f5= 270 mm/putaran 3 benda kerja
satuan mm / menit.
f6 = 300 mm/putaran 3 benda kerja
212 f7 = 330 mm/putaran 3 benda kerja
=
240 /

Tabel 3.1 Level Variasi Nilai Feeding

Feeding Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5 Level 6 Level 7


(f) (f₁) (f₂) (f₃) (f₄) (f₅) (f₆) (f₇)
Satuan
150 180 210 240 270 300 330
(mm / mnt)
3.2 MenentukanKekasaran Rata-Rata
Berdasarkan pada persamaan (2.4)
1. Ra untuk f = 150 mm/menit
Ra = 1.90/3
= 0.64 μm
2. Ra untuk f = 180 mm/menit
Ra = 3.66/3
= 1.22 μm
3. Ra untuk f = 210 mm/menit
Ra = 4.73/3
= 1.58 μm Uji tabel kontingensi dilakukan dengan langkah-
4. Ra untuk f = 240 mm/menit langkah sebagai berikut :
Ra = 5.72/3 1. Hipotesis
= 1.91 μm Ho : Persentasi nilai kekasaran adalah
sama dengan part original .
5. Ra untuk f = 270 mm/menit
H1 : Persentasi nilai kekasaran adalah
Ra = 7.29/3
tidak sama dengan part original.
= 2.43 µm.
2. X= 0,05.
6. Ra untuk f = 300 mm/menit
Berdasarkan table.
Ra = 9.10/3
3. Dalam uji ini yang digunakan adalah
= 3.03 µm. distribusi probabilitas chi-kuadrat,x².
7. Ra untuk f = 330 mm/menit Tabel kontingensi di atas memiliki 3
baris (r=3) dan 21 kolom.
Ra = 12.58/3
4. (c=21),maka df = v = (r-1) (c-1) =(3-
= 4.19 μm. 1)(21-1) = 40.
Tabel 3.2 Uji Coba Variasi Kecepatan Feeding 5. Batas-batas daerah penolakan/ batas
kritis uji. Dari table X² untuk x= 0,05; dv
= 40; diperoleh X² = 55,758.

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014 6

6. Aturan keputusan Tolak Ho dan terima Dengan hasil uji beberapa kecepatan
H1 jika RUX² > 55,758. Jika tidak pemakanan berdasarkan perhitungan, maka
demikian terima Ho. kecepatan pemakanan yang sesuai adalah 240
7. Rasio Uji : mm/menit.
Perhitungan dilakukan dengan tabulasi
berikut: 4. KESIMPULAN
1. Dapat menentukan material untuk membuat
Tabel 3.3 Rasio Uji Draw Bar yaitu SCM 4.
Benda O E O-E (O-E)² (O-E)² / E² 2. Mendapatkan produk yang mendekati atau
1 1,84 1,84 0 0 -1,84 sama dengan produk kualitas aslinya yaitu
2 1,83 2,59 -0,76 0,58 -2,01
dengan hasil kekasaran pada part original
3 1,74 3,02 -1,28 1,64 -1,38 adalah 1.84 µm.
4 2,51 4,2 -1,69 2,86 -1,34
5 2,68 1,63 1,05 1,1 -0,53 Setelah melakukan analisis hasil penelitian,
6 2,41 1,11 1,3 1,69 0,58 yang mendekati kekasaran dari part original
7 3,15 0,7 2,45 6 5,3 adalah 1.90 µm dengan Parameter Pemotongan
8 2,9 1,98 0,92 0,85 -1,13 sebagai berikut:
9 2,85 0,68 2,17 4,71 4,03
10 4,17 4,29 -0,12 0,01 -4,28  Putaran spindle (n) = 2400 rpm
11 4,04 3,1 7,14 50,98 47,88  Kedalaman pemotongan (doc) = 0.2 mm
12 4,14 1,69 2,45 6 4,31  Kecepatan pengumpanan (F) = 240
13 1,6 1,61 -0,01 0 -1,61 mm/menit
14 1,77 3,18 -1,41 1,99 -1,19
15 1,42 1,01 0,41 0 -1,01
Dari penelitian didapatkan juga bahwa untuk
16 1,03 4,35 -3,32 11,02 6,67
mendapatkan hasil kekasaran yang lebih halus,
17 1,23 0,57 0,66 0 -0,57
maka kecepatan feed rate nya semakin rendah.
18 1,01 2,45 -1,39 17,25 14,8
Sebaliknya apabila kecepatan feed rate nya
19 0,67 2,03 -1,33 1,77 -0,26
semakin tinggi, maka hasilnya semakin kasar.
20 0,7 2,41 -1,71 2,92 0,51
21 0,68 1,51 -0,83 0 -1,51
Jumlah 134,98
134.98 134,98 39,61 DAFTAR PUSTAKA
Sumber: (Prinsip-Prinsip Statistik Untuk teknik 1. Donald R. Askeland. The Science And
Dan Sains, Harinaldi,2002,hal.201) Engineering Of Materials,Sixth Edition.
RUx² = X² test = Σ (O-E)² = 39.61 University Of California.
Pengambilan keputusan: 2. Harinaldi. Prinsip – Prinsip Statistik Untuk
Teknik Dan Sains.
Karena RUx₂< 55,758 maka Ho diterima.
Kesimpulannya adalah Persentasi nilai 2002. Ciracas. Jakarta.
kekasaran adalah sama dengan part original. 1. James F. Shackelford. Materials Science For
Kekasaran (Ra/µm) Engineers, Sixth Edition. 2000. University Of
Missouri.
2. James Madison. CNC Machining
Handsbook. Industrial Press Inc.
5. Steven R. Schmid, Manufacturing Engineering
And Technology, Prentice Hall International.

Gambar 3.1 Grafik Perbandingan Feeding


Terhadap Kekasaran (Ra)

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014 7

PERANCANGAN MODEL AIR ALIRAN SILANG (CROSS FLOW TURBINE)


DENGAN HEAD 2 m DAN DEBIT 0,03 m3/s

Ridwan
Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana, Jakarta

Abstrak - Pembangkit listrik tenaga mikrohidro merupakan pembangkit listrik skala kecil yang
menggunakan air sebagai penggeraknya dan penggerak mula adalah turbin. Sistem pembangkit ini
sangat tepat digunakan di pedesaan karena sistem ini mudah dibuat, menghasilkan daya listrik yang
cukup besar dan biaya pembuatan yang lebih relatif murah. Atas dasar diatas maka perlu dirancang
suatu turbin yang mendukung sistem pembangkit ini, diantaranya adalah Turbin Aliran Silang. Untuk
merancang sebuah turbin air agar tidak terjadi kesalahan dalam perancangan (seperti hal-nya biaya
pembuatannya) maka dilakukan perancangan prototipenya.
Sebuah prototipe Turbin Aliran Silang dirancang dalam kegiatan tugas akhir ini dengan debit (Q) = 0,03
m3/s, head (H) = 2 m dengan efisiensi 0,80. Spesifikasi teknik utama dari hasil perancangan turbin
adalah diameter runner (D) = 0,195 m dengan putaran turbin 281,39 rpm daya keluaran efektif sebesar
470,4 W.

Keywords: Mikrohidro, Turbin, Listrik


mengubah energi air (energi potensial, tekanan
1. Pendahuluan dan energi kinetik) menjadi energi mekanik
dalam bentuk putaran poros. Putaran poros
Pada saat sekarang ini, listrik merupakan turbin ini akan diubah oleh generator menjadi
kebutuhan yang sangat penting dalam segala tenaga listrik. Sistem pembangkit tenaga yang
aktifitas manusia. Upaya pemerintah untuk memanfaatkan tenaga aliran air secara
memenuhi kebutuhan listrik sampai saat ini maksimal adalah sistem pembangkit tenaga air.
masih tetap berlangsung. Termasuk melalui Tetapi karena umumnya sistem pembangkit ini
beberapa metode pengkonversian energi, digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik,
misalnya dengan sistem pembangkit listrik maka sistem ini disebut sistem Pembangkit
tenaga air (PLTA), sistem pembangkit listrik Listrik Tenaga Air (PLTA). Sistem ini
tenaga diesel (PLTD), sistem pembangkit listrik menggunakan turbin air sebagai alat utama
tenaga uap (PLTU), dan sistem lainnya. Tetapi untuk membangkitkan tenaga. Penggerakan
masih belum mencukupi kebutuhan listrik yang turbin ini adalah memanfaatkan tenaga aliran
ada. yang didapat daripada aliran air. Yaitu dengan
Salah satu alternatif yang sudah digunakan memanfaatkan kecenderungan air yang selalu
adalah penggunaan sistem pembangkit listrik mengalir ke tempat yang lebih rendah sehingga
tenaga mikrohidro (PLTMH) yang merupakan didapatkan energi potensial air.
solusi tepat untuk dikembangkan. Dimana
energi air sejauh ini adalah alternatif yang
menarik. Sumber energi air dalam ukuran kecil Turbin Cross Turbin
Satuan
dan sedang banyak tersedia. Flow Prototipe
Telah dilakukan banyak pemanfaatan
dengan menggunakan turbin aliran silang, H 20 2 M
namun sejauh ini turbin tersebut bekerja pada Q 0,3 0,03 m3/s
tingkat efisiensi rancangan sekitar 76%. Dalam
usaha mendapatkan pengetahuan yang lebih N 500 281,39 Rpm
banyak tentang turbin aliran silang,
direncanakan untuk membuat alat uji turbin. ns 90,69 90,69 Rpm
Tugas akhir ini dikhususkan merancang turbin
yang akan digunakan untuk alat uji tersebut. Pt 44,7336 0,4704 kWatt

D1 0,345 0,195 M
2. Tinjauan
Turbin air dikembangkan pada abad 19 dan
Energi tersebut didapat dengan cara
digunakan secara luas untuk pembangkit
mengalirkan air dari suatu ketinggian dengan
tenaga listrik. Turbin air berperan untuk
laju aliran tertentu melalui suatu saluran yang

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014 8

biasanya disebut dengan pipa pesat kesuatu Secara garis besar turbin air terdiri dari dua
unit turbin. Kecepatan dan tekanan air yang bagian utama, yaitu stator dan rotor. Rotor
yang terjadi akibat perbedaan ketinggian adalah bagian-bagian dari turbin yang bergerak
tersebut digunakan untuk memutar runner atau berputar seperti roda turbin, poros,
(roda turbin atau bagian turbin yang berputar), kopling, roda gaya, pulley dan bagian lainnya
runner tersebut mempunyai fungsi menerima yang dipasang pada poros atau roda turbin.
energi tekan dan kecepatan dari air. Energi Stator adalah bagian-bagian dari turbin air yang
yang diterima sudu-sudu, kemudian dirubah diam seperti saluran masuk, rumah-rumah,
menjadi energi mekanis dalam bentuk daya dan bantalan poros, sudu antar, saluran buang dan
putaran pada poros turbin. lain-lain, seperti yang diperlihatkan pada
gambar.
2.2 Kontruksi Dasar

Gambar 2.1 Skema : Konstruksi Dasar Turbin Air


(Sumber: Steeter. VL. 1998. Hal 105)

Roda turbin (runner) adalah bagian utama Saluran buang untuk menyalurkan air yang
dari turbin air yang berfungsi untuk merubah keluar dari roda turbin ke pembuangan (tail
tenaga potensial dan tenaga kinetis aliran air race). Pada turbin aksi saluran buang ini berupa
menjadi tenaga mekanis yang berupa putaran ruang terbuka saja. Jadi dalam hal ini air keluar
poros. Runner ini terdiri dari bagian hub dimana dari roda turbin langsung jatuh ke pembuangan.
sejumlah sudu-sudu gerak dipasang pada Namun pada turbin-turbin reaksi saluran buang
sekelilingnya. Hub ini dipasang pada poros ini pada umumnya berupa tabung vakum (draft
dengan sebuah pasak memanjang dan mur tube). Tabung ini disamping berguna untuk
pengikat. Poros, kopling dan pulley adalah menyalurkan air buangan juga menambah
bagian dari rotor turbin air yang berfungsi untuk head dari instalasi sehingga meningkatkan
mentransmisikan daya, sedangkan roda gaya effisiensinya.
untuk meratakan putaran turbin.
Saluran masuk dan rumah turbin air adalah 2.3 Kriteria Pemilihan Jenis Turbin Air
bagian utama dari stator turbin dimana sudu-
sudu antara atau nozzle dan bantalan poros Ada beberapa faktor yang mendasari
dipasangkan. Pada turbin-turbin reaksi seperti perencanaan dan pemilihan suatu turbin air.
turbin Kaplan dan turbin Francis, saluran masuk Faktor-faktor tersebut yang terutama antara lain
atau rumah-rumah berupa ruang pusaran adalah:
rumah siput (scroll casing) dimana sejumlah 1. Debit aliran air
sudu-sudu antar yang berfungsi untuk 2. Head atau tinggi air jatuh
mengatur atau mengarahkan aliran air
dipasang. Sedangkan pada turbin aksi, seperti 3. Kecepatan spesifik
turbin Pelton dan turbin Cross Flow saluran 4. Putaran turbin
masuk berupa nozzle yang dilengkapi dengan
5. Putaran pesawat yang digerakkan
tombak-tombak (spear) atau sudu antar yang
berguna untuk mengatur aliran air masuk roda 6. Posisi poros turbin
turbin. Pada turbin Propeller, rumah-rumah 7. Biaya pembangunan instalasi
turbin berupa suatu tabung lurus dua lapis yang
Dari sekian banyak faktor tersebut di atas,
antara keduanya dipasang sudu-sudu antar.
yang paling menentukan adalah debit dan head

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014 9

aliran air. Ukuran atau dimensi turbin air sangat ini secara tidak langsung akan menentukan
tergantung kepada debit dan head air ini. Debit biaya pembuatan turbin air berikut
air yang besar pada head tertentu akan pembangkitnya, sperti pada gambar:
memerlukan turbin air ukuran besar,
sedangkan untuk head air yang besar pada
debit tertentu, dimensi turbin air cenderung
lebih kecil. Dengan demikian debit dan head air

Disamping itu debit dan head air ini beserta Seleksi awal dari jenis turbin yang cocok untuk
jumlah putaran pesawat yang digerakkannya suatu keperluan paling tepat dilakukan dengan
akan mempengaruhi juga dalam penentuan menggunakan Kecepatan spesifik (nS).
putaran turbin sekaligus kecepatan spesifiknya.
Sedangkan kecepatan spesifik itu sendiri akan
menentukan pula terhadap jenis turbin yang 2.4 Konsep Turbin Aliran Silang
digunakan. Demikian juga debit dan head air ini Salah satu jenis turbin aksi ini juga dikenal
akan menentukan juga posisi turbin, yang mana dengan nama Turbin Michell-Banki yang
turbin-turbin dengan debit air yang besar merupakan penemunya. Selain itu juga disebut
biasanya mempunyai poros vertikal. Turbin Osberger yang merupakan perusahaan
Ada beberapa faktor yang menentukan yang memproduksi turbin Cross Flow. Turbin
dalam pemilihan debit dan head air yang Cross Flow dapat dioperasikan pada debit 0,2
direncanakan untuk suatu pemilihan turbin. m3/s hingga 10 m3/s dan head antara 1 s/d 200
Penentuan pontensi sumber air dan keadaan m. Sebagai suatu turbin aliran radial atmosferik,
tanah atau topografi sekitar lokasi dan yang berarti bekerja pada tekanan atmosfir,
kapasitas listrik yang dibutuhkan, serta turbin aliran silang menghasilkan daya dengan
kemampuan dana yang diperlukan untuk mengkonversikan energi kecepatan pancaran
membangun instalasinya. Kita mengenal tinggi air. Meninjau karakteristik kecepatan
air jatuh total (gross head = H) dan tinggi jatuh spesifiknya, ia berada di antara turbin Pelton
air effektif (effective head = Hef). Head total ini dan turbin Francis aliran campur.
adalah perbedaan ketinggian antara Turbin aliran silang (Cross Flow) terdiri
permukaan antara head race dengan tail race, atas dua bagian utama, nosel dan runner. Dua
sedangkan effective head adalah tinggi jatuh air buah piringan sejajar disatukan pada lingkarnya
total dikurangi dengan kerugian tinggi tekan oleh sejumlah sudu membentuk konstruksi
akibat gesekan pada pipa pesat dan peralatan yang disebut runner. Nosel berpenampang
lainnya. persegi, mengeluarkan pancaran air ke selebar
runner dan masuknya dengan sudut 16o

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014 10

terhadap garis singgung lingkar luar runner. memintas ruang kosong di antara bagian dalam
Bentuk pancaran adalah persegi, lebar dan rim, masuk ke sudu-sudu pada sisi dalam rim
tidak terlalu tebal. Air masuk ke sudu-sudu pada dan akhirnya keluar dari runner, seperti terlihat
rim runner, mengalir diatasnya, ke luar, pada gambar di bawah.

3. Metodologi Koefisien empiris  - 0,95


Perancangan kali ini adalah perancangan untuk
Efisiensi turbin  - 0,80
prototipe turbin Cross Flow sebagai alat uji di
laboratorium. Turbin prototipe dibuat dengan Massa jenis air a Kg/m3 1000
debit dan head yang lebih rendah, dengan data
sebagai berikut: Gravitasi bumi g m/s2 9,81
Tinggi jatuh air, H = 2m
Debit air, Q = 0,03 m3/s Tabel Hasil Perhitungan Diameter Runner
Diameter runner, D1 = 0,195m
Besaran Simbol Satuan Nilai
Berdasarkan data prototipe yang ada dilakukan
Daya turbin Pt kW 0,4704
perencanaan turbin prototipe dengan
perhitungan yang meliputi: Putaran
N rpm 281,39
• Segi Tiga Kecepatan turbin
• Perencanaan Dinding Runner Kecepatan
ns rpm 90,69
• Perencanaan Sudu spesifik
• Lengkung Pemasukan Diameter
• Titik Berat Sudu D1 m 0,195
runner
• Perhitungan Gaya Impuls
• Perencanaan Sabuk Jari-jari
R1 m 0,0975
• Perencanaan Poros runner
• Perencanaan Pasak
• Perhitungan Umur Bantalan
Tabel Hasil Perhitungan Segitiga Kecepatan
Besaran Simbol Satuan Nilai
4. Hasil Perhitungan Perancangan
Spesifikasi teknik turbin air aliran silang hasil Kecepatan absolut air
C1 m/s 5,95
perancangan adalah sebagai berikut: masuk turbin
Kecepatan tangensial
U1 m/s 2,86
ujung sudu
Tabel Data Perancangan
Kecepatan relatif air
Besaran Simbol Satuan Nilai W1 m/s 3,29
terhadap sudu
Debit Q m3/s 0,03
Sudut kecepatan nisbi 1 (o) 30
Head H m 2
Jari-jari dalam turbin R2 m 0,0639
Konstanta
k - 0,087 Kecepatan arah radial W2 m/s 2,51
kecepatan
Sudut masuk 1 (o) 16 Kecepatan arah
U2 m/s 1,87
tangensial

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014 11

Sudut antara didapatkan dari perancangan gambar sebesar


kecepatan arah absolut 427 mm. Sedangkan untuk bahan pasak dipilih
dengan kecepatan
2 ( o) 53,31
bahan yang memiliki kekuatan tarik yang
arah tangensial kurang dari kekuatan tarik poros, sehingga
Kecepatan absolut C2 m/s 3,13 pasak akan lebih dahulu rusak dari pada poros
atau naf. Ini disebabkan harga pasak lebih
Kecepatan absolut murah dan mudah menggantinya.
C3 m/s 3,13
aliran masuk tingkat II
Untuk penentuan umur bantalan
Kecepatan arah radial didapatkan umur bantalan A selama 49,95
W3 m/s 2,51
aliran masuk tingkat II tahun dan umur bantalan B selama 2230,39
Kecepatan arah tahun. Dari perbedaan umur bantalan A dan B
tangensial aliran U3 m/s 1,87 dapat diketahui bahwa gaya yang bekerja pada
masuk tingkat II masing-masing bantalan tidaklah sama.
Kecepatan arah
tangensial aliran keluar U4 m/s 2,86 6. Kesimpulan
tingkat II Dengan dibuatnya turbin prototipe dari turbin
Kecepatan arah radial Cross Flow sebagai alat uji labor maka
W4 m/s 3,29
aliran keluar tingkat II diharapkan akan mempermudah dalam
Kecepatan absolut perancangan dan pembuatan turbin Cross Flow
C4 m/s 1,64 yang sebenarnya untuk mendapatkan aliran
aliran keluar tingkat II
listrik yang tentunya dengan perawatan yang
relatif mudah dan murah. Dalam kegiatan
Dari hasil perhitungan dengan data yang Tugas Akhir ini berdasarkan hasil perhitungan
diberikan untuk membandingkan antara model dan perancangan dimensi turbin prototipe dari
dengan prototipe dengan Q = 0,03 m/s3 dan H turbin Cross Flow maka dapat disimpulkan:
= 2 m, maka didapatkan diameter runner 1. Pada perancangan prototipe dari turbin
sebesar 0,195 m dan kecepatan spesifik Cross Flow ini direncanakan ditempatkan
sebesar 90,69, atas dasar kecepatan spesifik pada kondisi debit air 0,03 m3/s dengan
ini maka sesuai dengan nilai kecepatan spesifik tinggi air jatuh sebesar 2 m dan putaran
untuk turbin Cross Flow (dengan Ns = 40 – turbin direncanakan 500 rpm. Dengan
180). Dalam penentuan pipa untuk sudu, dipilih diameter runner 0,195 m dan efisiensi
pipa baja yang ada dipasaran, jadi tebal yang turbin sebesar 0,80. Dengan menghasilkan
didapatkan dari perhitungan disesuaikan potensi tenaga air turbin yang dapat
dengan tebal pipa yang ada dipasaran, membangkitkan energi listrik dengan daya
demikian juga halnya dengan panjang sabuk effektif sebesar 470,4 W.
hasil dari perhitungan disesuaikan dengan 2. Sudu yang digunakan adalah dari pipa baja
panjang sabuk yang ada dipasaran. dengan jumlah sudu dan jari-jari sudu
masing-masing 18 buah dan 32 mm.
3. Poros yang digunakan untuk
menggerakkan runner tersebut digunakan
poros baja ST 37 dengan diameter poros
25 mm dan panjang poros 427 mm. Dan
pasak yang digunakan Ball Single-row 200
dengan lebar, tinggi, dan panjang pasak
adalah masing-masing 6 mm, 4 mm , dan
20 mm.
4. Sabuk yang digunakan adalah sabuk V tipe
B, dengan panjang sabuk 1408,95 mm.
5. Bantalan yang digunakan adalah bantalan
peluru dengan umur bantalan A selama
49,95 tahun dan umur bantalan B selama
2230,39.

DAFTAR PUSTAKA
Sedangkan untuk penentuan poros 1. Alex Arte, Ueli Meier, SKAT, Seri
digunakan bahan baja ST 37. Dimana diameter Memanfaatkan Tenaga Air dalam Skala
poros didapatkan dari hasil perhitungan Kecil Buku 2, Pedoman Rekayasa Tenaga
sebesar 25 mm dengan panjang poros Air, Jakarta ,1991.

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014 12

2. C. A. Mockmore Professor of Civil 10 Rochim, Taufik, Teori dan teknologi


Engineering and Fred Merryfield Proses Pemesinan, Lab. Teknik Produksi
Professor of Civil Engineering, Pemesinan, Jurusan Teknik Mesin, ITB,
Engineering The Banki Water Turbine, Bandung, 1993
Experiment Station Oregon State System 11 Sefriko, Maiyoni. No.BP : 98 171 017.
of Higher Education Oregon State College Penyusunan Komputasi Perancangan
Corvallis Buletin Series No. 25, 1949. Turbin Cross Flow Menggunakan Bahasa
3 Dietzel, Fritz, Dakso Sriyono, Turbin Pemrograman Matlab V6.5. Tugas Akhir
Pompa dan Kompressor, Erlangga, Mahasiswa Teknik Mesin Universitas
Jakarta, 1993. Andalas Padang, 2004.
4 Dr Ingeniero de Minas, Layman's 12 Sularso, Dasar Perencanaan Dan
Handbook on How to Develop a Small Pemilihan Elemen Mesin Edisi Ke-6, PT.
Hydro Site (Second Edition), European, Pradnya Paramita, Jakarta, 1987
1998. 13 Spotts, M.F., Design of Machine Element
5 DTI, Hydropak, Concept Design and Sixth Edition
Analysis of a Packaged Cross Flow 14 The British Hydropower Association, A
Turbine, Europa, 2004. Guide to UK Mini-Hydro Developments,
6 European Small Hydropower Association Version 1.2, 2005.
ESHA, Guide on How to Develop a Small 15 Zuhal, Dasar Tenaga Listrik, Penerbit ITB,
Hydropower Plant, Thematic Network on Bandung, 1991
Small hydropower (TNSHP), 2004.
16 http://home.carolina.rr.com/microhydro
7 MHPG Series Harnessing Water Power
on a Small Scale, Cross Flow Turbine 17 http://www.hydropower-
Design and Equipment Engineering, dams.com/atlas/industry.html
Volume 3, SKAT, Swiss, 1993. 18
8 Niemann G, Elemen Mesin, Edisi II, Jilid http://europa.eu.int/en/comm/dg17/hydro/
1, Erlangga, Jakarta, 1999. layman2.pdf
9 Popov, E.P, terjemahan Astamar Z, 19 http://lingolex.com/bilc/engine.html
Mekanika Teknik, Edisi kedua, Erlangga, 20 http://en.wikipedia.org/wiki/Kaplan_turbine
Jakarta, 1991. 21 www.itpower.co.u

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014 13

KONSEP DESAIN MEKANISME TELESKOPIS AS/RS (AUTOMATED STORAGE


AND RETRIEVAL SYSTEM) DAN ANALISIS BEBAN PADA GUIDE RAIL

Febriansyah, Dadang S. Permana


Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik
Universitas Mercu Buana
Email: ryan_vdl@yahoo.com

Abstrak - Sistem penyimpanan barang semakin berkembang pemakaiannya, terutama pada industri-
industri maju. Hal ini disebabkan semakin banyaknya jumlah permintaan akan barang-barang
kebutuhan baik industri maupun rumah tangga. Oleh karena itulah dikembangkan sistem penyimpanan
dan pengambilan barang secara otomatis yang biasa dikenal dengan AS/RS. Untuk merancang sistem
penyimpanan dan pengambilan barang tersebut, perlu terlebih dahulu memilih model sistem yang
digunakan. Dalam perancangan ini dipilih model Telescopic Shuttle, dengan pertimbangan lebih efisien
dari sisi pemakain ruang.Untuk merancang Telescopic Shuttle menggunakan bantuan software
Autodesk Inventor Professional 2015, yang kemudian dibandingkan dengan perhitungan manual
tegangan serta efek defleksi terjadi.

Kata kunci : AS/RS, Telescopic Shuttle, Tegangan, Defleksi

Abstract - Storage system usage is growing, especially in advanced industries. This is due to the
increasing number of requests for goods needs of both industry and households. Therefore developed
goods storage and retrieval system automatically commonly known as AS / RS. To design the storage
and retrieval systems such goods, it is necessary to first select a model system used. In the design of
the model choosen Telescopic Shuttle, with consideration more efficient in terms of usage space .For
designing Telescopic Shuttle are using assistance of Autodesk Inventor Professional 2015 software,
which was then compared to manual calculation stress and deflection effects occur.

Keywords: AS/RS, Telescopic Shuttle, Stress, Deflection

1. PENDAHULUAN tangan manusia dalam pengoperasiannya tidak


Pemindahan bahan atau material adalah suatu diperlukan. Dengan demikian sistem ini dapat
aktivitas yang sangat penting dalam kegiatan digunakan untuk barang-barang berbahaya,
produksi maupun distribusi dan memiliki kaitan seperti produk yang mengandung bahan kimia
erat dengan perencanaan tata letak fasilitas tertentu atau dapat digunakan pada ruangan
produksi dan distribusi. Aktivitas ini merupakan yang steril.. Berdasarkan latar belakang, maka
aktivitas “non produktif” sebab tidak dalam konsep rancangan ini ditentukan
memberikan nilai perubahan apa-apa terhadap beberapa masalah yaitu:
material atau bahan yang dipindahkan,tidak a. Bentuk telescopic shuttle yang akan dibuat .
akan terjadi perubahan bentuk, dimensi, b. Analisis beban telescopic shuttle yang akan
maupun sifat-sifat fisik atau kimiawi dari dirancang.
material yang berpindah. Kegiatan pemindahan c. Defleksi yang terjadi.
bahan/material tersebut akan menambah biaya Dengan permasalahan yang ada di atas,
(cost). maka dilakukan perancangan yang memiliki
Pada masa sekarang ini sistem tujuan berikut ini.
penyimpanan dan pengambilan barang secara Tujuan penelitian ini adalah membuat
otomatis banyak digunakan oleh perusahaan- desain teleskopis yang akan digunakan sesuai
perusahaan besar. Sistem tersebut biasa dengan spesifikasi yang ditentukan dan
disebut dengan ASRS (Automated Storage and melakukan pembandingan perhitungan analisis
Retrieval Systems). Pada ASRS yang akan secara manual dengan hasil yang didapat
penulis coba rancang adalah kosep Telescopic piranti lunak Autodesk Inventor Proffesional
Shuttle. 2015.
Keuntungan menggunakan Telescopic 2. METODOLOGI
Shuttle ini pastinya tidak memerlukan tempat 2.1. Diagram alir perancangan
yang luas, seperti pada pengangkutan manual
yang menggunakan Fork Lift. Penggunaan Diagram alir studi perancangan dari desain
sistem secara otomasi, menyebabkan campur Teleskopis AS/RS diberikan pada gambar
dibawah ini.

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014 14

pengamatan langsung di lapangan dan mencari


permasalahan.

2.3. Telescopic Shuttle Frame


Dimensi frame membatasi dimensi dari
telescopic shuttle seperti lebar dan tingginya.
Frame tersebut berfungsi sebagai dudukan dari
telescopic shuttle dan merupakan bagian yang
bergerak naik dan turun.
Dimensi frame tersebut sudah tetap
dan tidak boleh diubah-ubah. Frame ini terbuat
dari aluminium profil x. Berikut adalah bentuk
frame dari aluminium pada Gambar 1.

Gambar 1 Frame dari telescopic shutlle

Kemudian data pengukuran rak , yaitu gambar


berikut:

2.2. Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data dikelompokan sebagai
berikut:
1. Data yang diperoleh dari pengamatan secara
langsung dan meminta keterangan dari
karyawan yang terlibat langsung. Data yang
diperoleh antara lain adalah data mengenai
dimensi atau ukuran.
2. Data yang tidak langsung diamati. Data ini
merupakan dokumentasi perusahaan, hasil
rancangan yang sudah lalu dan data lainnya.
3. Data yang dikumpulkan nantinya digunakan
dalam perancangan, antara lain:
a. Ukuran Transfer Line ASRS
 Ukuran Frame Teleskopis
Gambar 2 Rak dari telescopic shutlle
 Ukuran rak Pallet
 Data-data lainnya. 2.4. Upper Level dari Telescopic Shuttle
b. Data alat penunjang. Bagian tersebut dibentuk dari sheet metal
 Data Material. dengan tebal 2 mm, panjang 350 mm, dan lebar
 Data Bearing Cam Follower. ±390 mm yang akan ditekuk seperti pada
gambar.
Studi pendahuluan diperlukan untuk
mempelajari lebih lanjut apa yang akan menjadi
permasalahan. Studi pendahuluan terdiri dari

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014 15

3.2. Mekanisme Rantai

Gambar 3 Bentuk sheet metal setelah ditekuk


Gambar 6 Mekanisme Rantai
Dari bagian yang sudah ditekuk tadi
Poin-poin mekanisme Rantai ini adalah:
memiliki dimensi panjang 350 mm, lebar 250
mm, dan tinggi 54 mm. Di sisi bagian dalamnya 1. Hanya memerlukan 1 motor penggerak
akan disisipi dengan guide rail sebagai lintasan 2. Biaya lebih murah
dari cam follower. 3. Proses produksi lebih murah
Desain ini sedapat mungkin dibuat agar
terlihat compact dan memiliki fleksibilitas tinggi
sehingga dalam proses manufakturnya mudah
dilakukan. Dimensi panjang yang tidak terlalu
besar agar teleskopis tersebut mampu
mengambil dan menaruh barang dengan
memanjang ke depan dan belakang. Hal ini
ditunjukkan pada gambar dibawah.

Gambar 4 Guide rail sebagai lintasan cam


follower

3. ANALISIS
3.1. Mekanisme Rack Gear

Gambar 7 Gerakan mengambil pallet dari rak

Gambar 5 Mekanisme Rack Gear

Poin-poin mekanisme Rack Gear ini adalah:


1. Memerlukan beberapa motor
penggerak
2. Biaya lebih mahal
3. Proses produksi lebih sulit karena Gambar 8 Gerakan menaruh pallet pada
harus membuat rack gear conveyor

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014 16

Dari gambar terlihat bahwa teleskopis tersebut Dari gambar penampang tersebut didapatlah
bergerak memanjang ke arah sumbu x positif nilai inersia sebesar 4,78 x 10-8 m4. Selanjutnya
untuk menjangkau box dari rak dan bergerak mencari nilai momen untuk perhitungan
memanjang ke arah sumbu x negatif untuk tegangan berdasarkan diagram momen berikut.
meletakkan box ke belt conveyor. Untuk
peletakan telescopic shuttle diposisikan pada
tengah-tengah rangka agar pada saat kondisi
stand by strukturnya menjadi stabil.

3.3. Perhitungan Beban Manual


Bentuk pembebanan dilakukan untuk
menghitung tegangan dan defleksi maksimum
diasumsikan sebagai batang cantilever dengan
beban seragam dan ujung tetap. Asumsi ini
telah didiskusikan dengan pembimbing untuk
mengetahui tegangan maksimum, jika batang
dengan beban tepusat dan ujung terikat masih
memiliki tegangan di bawah kekuatan luluh
material. Dengan asumsi seperti ini defleksi
yang terjadi akan maksimum dan dapat
diketahui lendutannya masih berada pada
batas yang diperbolehkan atau tidak. Daerah
pembebanan dikonsentrasikan pada guide rail
dan perhitungan hanya dilakukan pada salah
satu guide rail sehingga bebannya terbagi dua Gambar 11 Shear dan Momen diagram
dari beban Pallet 400N menjadi 200N. ntuk
mendapatkan batas atau standard kebocoran Didapatlah nilai momen sebesar 23,11 Nm
suatu produk perlu dilakukan beberapa kali yang selanjutnya digunakan untuk perhitungan
percobaan sehingga kita dapat menetukan nilai tegangan yaitu sebesar  = 12,08 Mpa dan
batas kebocoran suatu produk. besar nilai defleksi adalah  = 0,0836 mm.

3.4. Perhitungan Komputasi


Pada analisis ini pembebanan dibuat
sedemikian rupa sehingga mirip dengan kondisi
nyata pembebanan teleskopis. Analisis ini
menggunakan program analisis tegangan yang
telah terintegrasi pada Autodesk Inventor
Professional 2015.
Gambar 9 Model pembebanan upper level
Berikut adalah gambar pembebanan
Kemudian dilakukan perhitungan inersia pada guide rail yang merupakan pembebanan
berdasarkan bentuk penampang guide rail terdistribusi merata.
seperti pada gambar berikut:

Gambar 12 Pembebanan pada guide rail

Dengan beberapa parameter yang telah


ditentukan seperti jenis material dan dimensi
Gambar 10 Penampang dari guide rail

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014 17

diperoleh nilai tegangan maksimum sebesar memiliki beberapa perbedaaan. Dari


11,5697 MPa yang diperlihatkan pada gambar perhitungan numerik diperoleh hasil defleksi
berkut. sebesar 0,0836 mm sedangkan dari
perhitungan AUTODESK INVENTOR didapat
0,0592996 mm. Hal ini menunjukkan hasil yang
cukup besar, adapun perbedaan ini disebabkan
pada perhitungan numerik, bentuk benda dan
beban di sederhanakan menjadi Cantilever
Beam-Uniform Load-Fixed End seperti pada
gambar-9.

Dari gambar gambar-13 deformasi maksimum


terjadi pada bagian ujung dari guide rail dan
bentuknya melengkung ke samping. Hal ini
disebabkan karena adanya momen puntir pada
Gambar 13 Tegangan yang terjadi guide rail tersebut, walaupun sudah di
minimalisir dengan membuat tumpuan beban
Dan besarnya defleksi berdasarkan menjadi sejajar tumpuan bantalan.
perhitungan komputasi adalah 0,0592996 mm
yang ditunjukkan pada gambar.
Berdasarkan dari perhitungan numerik didapat
tegangan maksimal sebesar 12,08 Mpa dan
berdasarkan hasil komputasi sebesar 11,5697
MPa. Jika dilihat angka ini masih berada
dibawah kekuatan luluh material yaitu 48 Mpa
(dari data material), sehingga walaupun terjadi
defleksi masih bisa kembali ke bentuk semula
karena masih berada pada daerah elastis.

DAFTAR PUSTAKA
Gambar 14 Defleksi yang terjadi
1. Mesin Perkakas Produksi dan Otomasi
Balai Penelitian dan Pengkajian Teknologi,
Serpong.
2. Hibler,R.C., Mechanic of Material, 5th ed.,
Pearson Education, Inc., New Jersey,
2003.
3. Khurmi. (2009). Machine Design(ch-01).
4. Wiratmaja Puja, IGN.2007. BAHAN
KULIAH MS 2214 ELEMEN MESIN 1,LAB
PERNCANGAN MESIN DEPARTEMEN
TEKNIK MESIN ITB.
5. ASRS.(2010),website:http://www.innerspa
ceeng.com/asrs.
6. AS/RS.(2010),website:http://www.mhia.org
/industrygroups/as-rs
7. ASRS.(2010),website:http://www.rollhandli
ng.com/pictures/auto-roll-stor-syst/asrs.jpg
8. Automated Storage and Retrieval Systems
(ASRS).(2010),website:http://en.wikipedia.
org/wiki/Automated_Storage_and_Retrieva
Gambar 15 Defleksi pada penampang l_System
9. Automated Storage and Retrieval Systems.
4. KESIMPULAN (2010),website:http://www.answers.com/A
Berdasarkan solusi alternatif desain maka utomated-Storage-and-Retrieval-System
terpilihlah mekanisme teleskopis menggunakan 10. Automated Storage and Retrieval Systems
sistem rantai. Dari hasil perhitungan manual (ASRS).(2010),website:http://www.bastian
menggunakan rumus-rumus yang ada diban- solutions.com/products/automated-
dingkan dengan hasil perhitungan storage-and-retrieval-systems/default.asp
menggunakan AUTODESK INVENTOR 11. Automated Storage and Retrieval Systems.

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014 18

(2010),website:http://en.wikipedia.org/Auto 14. Our Machines AS/RS. (2010), website:


mated_Storage_and_Retrieval_System http://www.asrs.net/our_machines.php
12. eFunda Properties of Aluminum Alloy AA 15. PatentStorm.(2010),website:http://www.pat
5050. entstorm.us/patents/005839873.pdf
(2010),website:http://www.efunda.com/mat 16. Telescopic Cantilever Gate. (2010),
erials/alloys/aluminum/show_aluminum.cf website:
m?ID=AA_6061&show_prop=all&Page_Tit http://www.amcsecurity.com/GATES/-
le=AA%206061 _Telescopic/Copy_of_Telescopic_Cantilev
13. Storage Equipment. (2010), website: er_Gate_-_IBM.JPG
http://www.ise.ncsu.edu/kay/mhetax/StorE
q/index.htm

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014 19

ANALISA COVER SUB ASSY BATTERY UNTUK


KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPAT
Rizky Satrio Putra
Program Studi Teknik Mesin Universitas Mercu Buana, Jakarta
Email: rizkysp13@gmail.com

Abstrak - Baterai atau aki, atau bisa juga accu adalah sebuah sel listrik dimana di dalamnya
berlangsung proses elektrokimia yang reversibel (dapat berbalikan) dengan efisiensinya yang tinggi.
Yang dimaksud dengan proses elektrokimia reversibel, adalah di dalam baterai dapat berlangsung
proses pengubahan kimia menjadi tenaga listrik (proses pengosongan), dan sebaliknya dari tenaga
listrik menjadi tenaga kimia, pengisian kembali dengan cara regenerasi dari elektroda-elektroda yang
dipakai, yaitu dengan melewatkan arus listrik dalam arah (polaritas) yang berlawanan di dalam sel. Atau
aki pada mobil berfungsi untuk menyimpan energi listrik dalam bentuk energi kimia, yang akan
digunakan untuk mensuplai (menyediakan) listik ke sistem starter, sistem pengapian, lampu-lampu dan
komponen komponen kelistrikan lainnya. Didalam bateri mobil terdapat elektrolit asam sulfat, elektroda
positif dan negatif dalam bentuk plat. Plat-plat tersebut dibuat dari timah atau berasal dari timah. Karena
itu baterai tipe ini sering disebut baterai timah, Ruangan didalamnya dibagi menjadi beberapa sel
(biasanya 6 sel, untuk baterai mobil) dan didalam masing masing sel terdapat beberapa elemen yang
terendam didalam elektrolit.

Kata kunci: sel listrik, elektrokimia, elektrokimia reversibel, elektroda

Abstract - Batteries or accumulators, or it could be accu is a power cell where it takes place in a
reversible electrochemical process (it can turn over) with a high efficiency. An electrochemical reversible
process is inside the battery can last the process of conversion of chemical into electrical power
(emptying), and otherwise of electric power into energy chemistry, re-charging by the regeneration of
the electrodes used, namely by passing electric in the direction (polarity) opposite in the cell. Or in a car
battery is used to store electrical energy in the form of chemical energy, which will be used to supply
(supply) system to the electric starter, ignition system, lights and other electrical components. Inside the
car battery contained sulfuric acid electrolyte, the positive and negative electrodes in the shape of the
plate. Plates are made of tin or tin comes from. Therefore batteries of this type are often called lead
batteries, inside the room is divided into several cells (usually 6 cell, for car batteries) and within each
cell there are some elements that are submerged in electrolyte.

Keywords: electro cell, elektrokimia, elektrokimia reversibel, elektroda

I. Pendahuluan menggunakan arus listrik. Setiap komponen


Mobil adalah kendaraan darat yang digerakkan mempunyai cara kerja dan fungsi yang berbeda
oleh tenaga mesin, beroda empat atau lebih tetapi mempunyai tujuan untuk mendukung
(selalu genap), biasanya menggunakan bahan system secara keseluruhan. Untuk mendukung
bakar minyak (bensin atau solar) untuk sistem kelistrikan dibutuhankan sumber listrik,
menghidupkan mesinnya. di dalam mobil yang diperoleh dari baterai.
terdapat banyak komponen - komponen Baterai atau aki, atau bisa juga accu
penting, diantaranya engine, accu, transmisi, adalah sebuah sel listrik dimana di dalamnya
axlee dan komponen-komponen lainnya berlangsung proses elektrokimia yang
sebagai pendukung. Adapun energi di dalam reversibel (dapat berbalikan) dengan
mobil yaitu, mekanik, kinetik, listrik & kimia. efisiensinya yang tinggi. Yang dimaksud
System di dalam mobil terdiri dari, pembakaran, dengan proses elektrokimia reversibel, adalah
pendinginan dan sistem kelistrikan. Sistem di dalam baterai dapat berlangsung proses
kelistrikan merupakan suatu rangkaian yang pengubahan kimia menjadi tenaga listrik
secara sistematis menghubungkan satu (proses pengosongan), dan sebaliknya dari
komponen dengan komponen lain dengan tenaga listrik menjadi tenaga kimia, pengisian

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014 20

kembali dengan cara regenerasi dari elektroda- pada ruangan kemudi, peralatan audio (tape
elektroda yang dipakai, yaitu dengan recorder), peralatan pengaman dan lain-lain.
melewatkan arus listrik dalam arah (polaritas) Jumlah tenaga listrik yang disimpan dalam
yang berlawanan di dalam sel. baterai dapat digunakan sebagai sumber
Baterai atau aki pada mobil berfungsi untuk tenaga listrik tergantung pada kapasitas baterai
menyimpan energi listrik dalam bentuk energi dalam satuan amper jam (AH). Jika pada kotak
kimia, yang akan digunakan untuk mensuplai baterai tertulis 12 volt 60 AH, berarti baterai
(menyediakan) listik ke sistem starter, sistem baterai tersebut mempunyai tegangan 12 volt
pengapian, lampu-lampu dan komponen dimana jika baterai tersebut digunakan selama
komponen kelistrikan lainnya. 1 jam dengan arus pemakaian 60 amper, maka
Umur baterai dipengaruhi oleh faktor kapasitas baterai tersebut setelah 1 jam akan
eksternal dan internal. Suhu yang ekstrim kosong (habis). Kapasitas baterai tersebut juga
sangat mempengaruhi umur baterai, karena dapat menjadi kosong setelah 2 jam jika arus
dapat merusak sel-sel pada baterai. pemakaian hanya 30 amper. Disini terlihat
bahwa lamanya pengosongan baterai
ditentukan oleh besarnya pemakaian arus listrik
2. LANDASAN TEORI dari baterai tersebut. Semakin besar arus yang
Baterai atau aki, atau bisa juga accu adalah digunakan, maka akan semakin cepat terjadi
sebuah sel listrik dimana di dalamnya pengosongan baterai, dan sebaliknya, semakin
berlangsung proses elektrokimia yang kecil arus yang digunakan, maka akan semakin
reversibel (dapat berbalikan) dengan lama pula baterai mengalami pengosongan.
efisiensinya yang tinggi. Yang dimaksud Besarnya kapasitas baterai sangat ditentukan
dengan proses elektrokimia reversibel, adalah oleh luas permukaan plat atau banyaknya plat
di dalam baterai dapat berlangsung proses baterai. Jadi dengan bertambahnya luas plat
pengubahan kimia menjadi tenaga listrik atau dengan bertambahnya jumlah plat baterai
(proses pengosongan), dan sebaliknya dari maka kapasitas baterai juga akan bertambah
tenaga listrik menjadi tenaga kimia, pengisian Sedangkan tegangan accu ditentukan oleh
kembali dengan cara regenerasi dari elektroda- jumlah daripada sel baterai, dimana satu sel
elektroda yang dipakai, yaitu dengan baterai biasanya dapat menghasilkan tegangan
melewatkan arus listrik dalam arah (polaritas) kira kira 2 sampai 2,1 volt. Tegangan listrik yang
yang berlawanan di dalam sel. terbentuk sama dengan jumlah tegangan listrik
Baterai atau aki pada mobil berfungsi untuk tiap-tiap sel. Jika baterai mempunyai enam sel,
menyimpan energi listrik dalam bentuk energi maka tegangan baterai standar tersebut adalah
kimia, yang akan digunakan untuk mensuplai 12 volt sampai 12,6 volt. Biasanya setiap sel
(menyediakan) listik ke sistem starter, sistem baterai ditandai dengan adanya satu lubang
pengapian, lampu-lampu dan komponen pada kotak accu bagian atas untuk mengisi
komponen kelistrikan lainnya. elektrolit aki.
Didalam bateria mobil terdapat elektrolit
asam sulfat, elektroda positif dan negatif dalam 3. METODOLOGI PENELITIAN
bentuk plat. Plat plat tersebut dibuat dari timah
atau berasal dari timah. Karena itu baterai tipe 3.1. Metodologi Penelitian
ini sering disebut baterai timah, Ruangan Dalam bagian ini dikemukakan antara lain
didalamnya dibagi menjadi beberapa sel populasi, sampel dan cara pemilihannya,
(biasanya 6 sel, untuk baterai mobil) dan ukuran sampel, variabel dan instrumen yang
didalam masing masing sel terdapat beberapa akan digunakan. Jika menggunakan data
elemen yang terendam didalam elektrolit sekunder atau primer yang dikumpulkan oleh
peneliti lain atau lembaga tertentu, hal-hal
Pada mobil banyak terdapat komponen- tersebut juga dikemukakan banyak sekali
komponen kelistrikan yang digerakkan oleh metode yang digunakan, berdasar pengalaman
tenaga listrik. Diwaktu mesin mobil hidup sering digunakan metode analitis statistika,
komponen kelistrikan tersebut dapat yang merupakan perhitungan-perhitungan
digerakkan oleh tenaga listrik yang berasal dari matematis untuk melihat kecenderungan suatu
alternator dan baterai (aki), akan tetapi pada obyek penelitian. Ditinjau dari variabel yang
saat mesin mobil sudah mati, tenaga listrik yang diteliti dapat juga digunakan metode analisis
berasal dari alternator sudah tidak digunakan multivariat yang menghubung-hubungkan
lagi, dan hanya berasal dari baterai saja. proses antara berbagai variable
Contoh bentuk pemakaian energi listrik saat Untuk memecahkan masalah atau
mesin mobil dalam kondisi off (mati) adalah melakukan proses analisa terhadap
pada lampu parkir, lampu ruangan, indikator permasalahan pada kendaraan, penulis

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014 21

mengumpulkan data-data yang dibutuhkan


dalam pembahasan analisa problem kendaraan
tidak dapat distater. Untuk mengetahui akar
permasalahan ini penulis menggunnakan
metode Fish Bone.

3.2. Fish Bone


MAN MACHINE METHODE

Low maintanance from user Alternator is not function Driving Habit

User didn't check battery


Alternator belt is broken Seldom driving car

Gambar 4.2 Simulasi pengambilan data


condition frequently
User think car as good as Alternator belt was beyond of
Short distance driving
usual service
User didn't recognize about
maintanance Lack of maintanance

BATTERY DEAD
Chemical compund attached
Element of cell is damage
on pole

Electrolyte spilled on pole Gassing/ deterioration Bad condition of road Heat engine temp. Approach
battery easily
Careless filling electrolyte to
battery
Over heat condition around
battery
Can loosen connection or
crack the case
Position of battery and engine
is close Alat ukur yang digunakan untuk
Pole Corrotion
Battery cell not function
Vibration
Over heat temperature
mengambil temperatur adalah termometer.
MATERIAL ENVIRONMENT
Termometer dimasukkan kedalam baterai
Gambar 3.1 Fish Bone melalui celah kecil untuk mengukur temperatur
baterai dan untuk mengukur temperatur
3.3. Testing Methode lingkungan termometer ditempelkan pada tiang
penyangga baterai. Kemudian data yang
BATTERY DEAD VALID BACK
terkumpul nantinya akan dijadikan landasan
TO

TESTING CAUSE INVALID


TREE
untuk menentukan Cover S/A Battery baru.
MAN MACHINE Sehingga dapat diperoleh penyelesaian pada
Unrecognize about maintanance Lack of alternator maintanance permasalahan ini yaitu menentukan Cover S/A
EVIDENCE EVIDENCE Battery yang dapat mengurangi transfer panas
User check their car frequently. Alternator and other component is OK
dari lingkungan ke battery. Adapun data yang
METHODE MATERIAL
telah diambil yaitu temperatur battery dengan
Short distance travel Overheat condition around menggunakan Cover S/A Battery current dan
EVIDENCE
Costumer use car for daily activity
EVIDENCE
Liquid battery temperature up to 64C and more.
temperatur lingkungan sebagai berikut.
working and another necessaty.

MATERIAL ENVIRONMENT

Vent cap installed unproperly Over heat temperature

EVIDENCE EVIDENCE Urethane


Visual condition and check show that Position of engine and battery is close and make
vent cap was already installed properly. battery easy to be approached by engine heat.

ENVIRONTMENT

Loosen connector or crack case

EVIDENCE
Visual condition check is OK.
No loosen connector or crack in case.

4. DATA & ANALISA


4.1. Pengambilan data Testing Methode
Tahap pengambilan data diperoleh dari
pengamatan mengenai temperatur lingkungan,
temperatur battery dengan Cover S/A Battery
current & temperatur battery dengan Cover S/A
Battery improve.
CURRENT

Gambar 4.3 Cover S/A Battery current

Condition: AC ON.
: Outside temp. 28 -31 C
: Time 180 minutes
: Idle up to 980 rpm
: 11.00 ~ 14.00 WIB
: Tanjung Priuk area
Gambar 4.1 Termometer
Gambar 4.4 Condition Trial

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014 22

Tabel 4.1 Pengukuran Temp. Lingkungan dan


battery

Tempe
Waktu Temp. Battery Temp.
(Menit) Lingkungan °C (current cover)°C
0 32 27.5
15 66 30.8
30 71.3 36
45 72.3 40.7
Tabel 4.2 Trial menentukan Cover S/A
60 73.8 45 Battery
75 74 48.4 No. Sample Workability Reason
90 73.7 51.4 : Cover battery didn't fit to carrier
Cover battery can't down and come inside
Full urethane
105 73.4 54.1 carrier because of dimension of cover
didn't match with carrier.
120 73.6 56.8
135 73.2 59.5
150 73 61.4
165 72.5 63.5 1
Lower sheet
NG
Cover bottom
180 73 67 dimension is not
match with carrier

: Operator hard to install cover, need two


Full urethane hands and additional lead time to make
sure cover battery touch and come inside
carrier.

Lower and
cover are
combined

2 NG
Lower sheet

Hubungan antara Temp. Dengan Life time


Battery
Need two hands to
install cover battery

: No problem in workability
But lower sheet is PP
Full urethane

3 Folding NG

Lower sheet
possible to
Creep

Dari data-data yang diambil dapat : Cover battery couldn't come


inside carrier battery.
diperkirakan bahwa Cover S/A Battery current Full urethane
same with sample 2

tidak effective. Setelah pengetesan selama tiga


jam temperatur liquid battery meningkat
sampai 67°C. Countermeasure untuk masalah Material is
PP - GF 20
4 NG
ini ialah dengan memodifikasi Cover S/A
Battery. Dengan design baru diharapkan dapat
menyamai atau lebih baik dari Cover S/A Cover couldn't
come inside
Battery competitor yaitu 58°C. carrier

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014 23

Full urethane : No problem in workability Keenam isolator diatas lalu diinstall pada
But there is additional
process to combine double design baru, kemudian trial kembali dengan
tape and lower sheet metode dan kondisi yang sama seperti trial awal
dengan menggunakan current cover S/A
battery.
Material is
5 PP - GF 20 OK
4 5
3
Need additional
process : Attach
lower sheet using 1
double tape

Dari lima sampel diatas bisa ditentukan yang


mana yang akan digunakan untuk Cover S/A
2
Battery, yaitu sampel nomer lima.
Lalu menentukan isolator dengan
menggunakan berbagai macam bahan isolator
sebagai bahan trial, berikut enam bahan yang 7
digunakan dalam trial

6
Tabel 4.3 Thermal Conductivity isolator
Thermal Conductivity
No. Nama Gambar k
W/(m K)

1 Cotton Wool insulation 0.029


8
No. Nama Material
1 Cover Polypropylene (PP)
2 Cover ext Polypropylene (PP)
2 Fiber insulating board 0.048
3 Insulator -
4 Insulator -
5 Insulator -
6 Lower Sheet PP GF-20
3 Foam Glass 0.045
7 Tape Tape
8 Tape Tape
Gambar 4.5 Cover S/A Battery improve
4 Plastics, foamed 0.03 Tabel 4.4 Thermal Conductivity cover
Thermal
No. Nama Gambar Conductivity k
W/(m K)

5 Styrofoam 0.033
1 Polypropylene (PP) 0.249

6 Urethane foam 0.021

2 PP GF-20 0.442

Sumber : ASHRAE Fundamentals Hanbook


(SI Edition), 1997
Sumber : ASHRAE Fundamentals Hanbook
(SI Edition), 1997

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014 24

Tabel 4.5 Trial menggunakan 6 insulator (Tl − Tb)


=
Waktu ∆μPP ∆μi1
0 15 30 45 60 75 90 105 120 135 150 165 180 ( + )
(Menit) kPP ki1
Temp.
32 66 71.3 72.3 73.8 74 73.7 73.4 73.6 73.2 73 72.5 73
Lingkungan °C
Battery Temp.
27.5 30.8 36 40.7 45 48.4 51.4 54.1 56.8 59.5 61.4 63.5 66
(current cover)°C 1. Perhitungan heat transfer dengan
Battery Temp.
(insulaor 1)°C
27.5 30.7 34.2 37.3 39.9 42.8 45.9 50.8 50.8 54.1 55.2 56 58.7 menggunakan improve Cover S/A Battery
Battery Temp.
27.5 32.6 37.1 39.1 42.1 44.8 47.6 53.2 54.9 56.7 57.9 58.7 61.8 insulator 1
(insulaor 2)°C
Battery Temp.
27.5 32.1 36.9 39 41.8 44.5 47.3 52.9 54.7 56.3 57.7 58.5 61.5
Tlingkungan = 73°C
(insulaor 3)°C
Battery Temp.
= 346K
27.5 31.2 35.4 38.1 40.6 43.1 46.3 51.7 51.9 55.2 55.9 57.3 59.3
(insulaor 4)°C Tbattery = 58.7°C
Battery Temp.
(insulaor 5)°C
27.5 31.5 35.9 38.7 40.8 43.7 46.7 52.1 52.2 55.8 56.7 57.8 59.6 = 331.7K
Battery Temp.
(insulaor 6)°C
27.5 30.3 33.9 36.9 39.7 42.4 45.4 47.7 50.4 53.2 54.7 56.2 58 ∆T = Tl - Tb
= 346K - 331.7K
= 14.3K
∆µPP = 0.0025 m
kPP = 0.249 W/(m.K)
∆µi1 = 0.006 m
ki1 = 0.029 W/(m.K)

(Tl − Tb)
=
∆μPP ∆μi1
( + )
kPP ki1
(346K − 331.7K)
=
0.0025 m 0.006 m
( + )
0.249 W/(m. K) 0.029 W/(m. K)
Dari tabel dan grafik diatas dapat dilihat (14.3K)
temperatur yang tercapai dari masing-masing =
(0.01 . / + 0.21 . / )
insulator yang digunakan setiap 15 menit sekali
(14.3K)
selama 3 jam. =
(0.22 . / )
4.2. Analisa
Dengan data-data tersebut dapat dicari heat = 65 /
transfer dari masing-masing cover battery.
Perhitungan di bawah ini menggunakan data = 0.065 /
temperatur dimenit ke 180, dengan rincian
sebagai berikut :
Cover Isolator 2. Perhitungan heat transfer dengan
menggunakan improve Cover S/A Battery
insulator 2
Tlingkun TBattery Tlingkungan = 73°C
= 346K
Tbattery = 61.8°C
= 334.8K
∆T = Tl - Tb
= 346K – 334.8K
= 11.2K
∆µPP = 0.0025 m
(Tl − Tb)
= kPP = 0.249 W/(m.K)
∆μPP ∆μi1
( + ) ∆µi2 = 0.006 m
kPP. ki1.
(Tl − Tb) ki2 = 0.048 W/(m.K)
=
1 ∆μPP ∆μi1 (Tl − Tb)
( + ) =
kPP ki1 ∆μPP ∆μi1
( + )
kPP ki1

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014 25

(346K − 334.8K) kPP = 0.249 W/(m.K)


=
0.0025 m 0.006 m ∆µi4 = 0.006 m
( + )
0.249 W/(m. K) 0.048 W/(m. K)
ki4 = 0.03 W/(m.K)
(11.2K)
= (Tl − Tb)
(0.01 . / + 0.125 . / ) =
∆μPP ∆μi4
(11.2K) ( + )
kPP ki4
=
(0.135 . / ) (346K − 332.3K)
=
0.0025 m 0.006 m
= 82.96 / ( + )
0.249 W/(m. K) 0.03 W/(m. K)
(13.7K)
= . / =
(0.01 . / + 0.2 . / )
(13.7K)
=
3. Perhitungan heat transfer dengan (0.21 . / )
menggunakan improve Cover S/A Battery
insulator 3 = 65.24 /
Tlingkungan = 73°C
= 346K = . 065 /
Tbattery = 61.5°C
= 334.5K
∆T = Tl - Tb 5. Perhitungan heat transfer dengan
menggunakan improve Cover S/A Battery
= 346K – 334.5K
insulator 5
= 11.5K Tlingkungan = 73°C
∆µPP = 0.0025 m = 346K
Tbattery = 59.6°C
kPP = 0.249 W/(m.K)
= 332.6K
∆µi3 = 0.006 m
∆T = Tl - Tb
ki3 = 0.045 W/(m.K)
= 346K – 332.6K
(Tl − Tb)
= = 13.4K
∆μPP ∆μi3
( + ) ∆µPP = 0.0025 m
kPP ki3
(346K − 334.5K) kPP = 0.249 W/(m.K)
=
0.0025 m 0.006 m ∆µi6 = 0.006 m
( + )
0.249 W/(m. K) 0.045 W/(m. K)
ki6 = 0.033 W/(m.K)
(11.5K)
= (Tl − Tb)
(0.01 . / + 0.13 . / ) =
∆μPP ∆μi4
(11.5K) ( + )
kPP ki4
=
(0.14 . / ) (346K − 332.6K)
=
0.0025 m 0.006 m
= 82.14 / ( + )
0.249 W/(m. K) 0.033 W/(m. K)
(13.4K)
= . / =
(0.01 . / + 0.18 . / )
4. Perhitungan heat transfer dengan (13.4K)
menggunakan improve Cover S/A Battery =
(0.19 . / )
insulator 4
Tlingkungan = 73°C = 70.53 /
= 346K
Tbattery = 59.3°C
= . /
= 332.3K
∆T = Tl - Tb
= 346K – 332.3K 6. Perhitungan heat transfer dengan
menggunakan improve Cover S/A Battery
= 13.7K
insulator 6
∆µPP = 0.0025 m

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014 26

Tlingkungan = 73°C
= 346K
Tbattery = 58°C
= 331K
∆T = Tl - Tb
= 346K – 331K
= 15K
∆µPP = 0.0025 m
kPP = 0.249 W/(m.K)
∆µi6 = 0.006 m
ki6 = 0.021 W/(m.K)
(Tl − Tb)
=
∆μPP ∆μi4
( + )
kPP ki4
(346K − 331K)
=
0.0025 m 0.006 m
( + )
0.249 W/(m. K) 0.021W/(m. K)
(15K)
=
(0.01 . / + 0.28 . / )
(15K) 5. KESIMPULAN
= Dari serangkaian trial dan analisa yang telah
(0.29 . / )
dilakukan, dapat diambil kesimpulan
= 51.72 / menentukan Cover S/A Battery sebagai berikut:
1. Dalam menentukan Cover S/A Battery yang
= . / akan digunakan maka harus diketahui
konduktivitas termal, tebal dinding,
temperatur battery, temperatur lingkungan
Dari data dan perhitungan dapat kita dan heat transfer per unit area.
kumpulkan dalam sebuah tabel dan grafik 2. Pemilihan Cover S/A Battery berdasarkan
berikut. temperatur battery yang paling rendah dan
heat transfer per unit area paling rendah.
Tabel 4.6 Hasil perhitungan
Adapun selisih antara temperatur
∆T ∆µ k Q/A lingkungan dengan temperatur baterai yaitu
K m W/(m.K) kW/m²
15°C dan heat transfer per meter persegi
Cover Battery
(insulaor 1)
14.3 0.006 0.029 0.065 yang paling rendah yaitu 0.051 kW/m².
Cover Battery 3. Dari Pemilihan Cover S/A Battery ini didapat
11.2 0.006 0.048 0.083
(insulaor 2) penambahan design pada cover bawah dan
Cover Battery cover samping.
11.5 0.006 0.045 0.082
(insulaor 3)
4. Adapun penambahan insulator pada cover
Cover Battery
(insulaor 4)
13.7 0.006 0.030 0.065 samping dengan insulator urethane foam.
Cover Battery
13.4 0.006 0.033 0.070
(insulaor 5) DAFTAR PUSTAKA
Cover Battery
(insulaor 6)
15.0 0.006 0.021 0.051 ASHRAE Fundamentals Hanbook (SI
Edition), 1997.
D Althhouse, Andrew; H Turnquist, Carl; F
Bracciano, Alfrod; "Modern Refrigeration
and Air Conditioning ",
The Goodheart Wilcox Company, South
Holland, 1982
http://www.solar-electric.com/deep-cycle-
battery-faq.html
http://www.matweb.com/search/DataSheet.
aspx?MatGUID=cb2de59622bd485393435
6bf44f61d45&ckck=1

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014 27

ANALISIS PENGGUNAAN ELEKTROLISER TERHADAP EMISI GAS BUANG


CO DAN HC PADA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH
MERK SUZUKI SHOGUN 125 CC TAHUN PEMBUATAN 2010

Sigit Mahendro
Program Studi Teknik Mesin, Universitas Mercubuana, Jakarta

Abstrak - Pada penelitian ini digunakan motor tipe 4 langkah merk Suzuki Shogun 125 cc dengan tahun
pembuatan 2010. Pengambilan data uji emisi gas buang dilakukan ketika motor sebelum dan sesudah
memakai elektroliser dengan berbagai campuran elektrolit. Data diambil berdasarkan perubahan
putaran mesin mulai dari 1000 rpm sampai 4000 rpm. Hasil tertinggi untuk CO terjadi pada RPM 4000
dengan campuran elektrolit aquades dan 1 ½ sendok makan KOH dengan nilai 1,04 %. Sedangkan CO
terendah terjadi pada RPM 3200 ketika motor tidak menggunakan elektroliser dengan nilai 0,07%.
Untuk HC tertinggi ada pada RPM 1000 ketika motor tidak menggunakan elektroliser dengan nilai 382
ppm. Sedangkan HC terendah terjadi pada RPM 4000 dengan campuran elektrolit aquades dan KOH
sebanyak ½ sendok makan sebanyak 20,33 %. Dimana nilai tertinggi CO2 adalah 8,2% ada pada 2
campuran elektrolit yaitu campuran pertama adalah elektrolit aquades dengan KOH sebanyak 1 sendok
makan dan campuran kedua adalah ketika motor menggunakan elektroliser dengan elektrolit hanya
aquades saja. Sedangkan untuk nilai CO2 terendah bernilai 4,1%. Berdasarkan pengambilan data-data
tersebut, nilai emisi gas buang pada sepeda motor ini masih ada dibawah standar KEPMEN LH
05/2006.
Kata kunci: Elektrolisis, emisi gas buang sepeda motor

1. PENDAHULUAN terakhir ini mengalami peningkatan yang sangat


Polusi udara di Indonesia pada beberapa tahun signifikan. Dimana dalam tahun 2014 saja
terakhir ini semakin mengkhawatirkan, khususnya produksi sepeda motor adalah 7,926,104 unit.
di DKI Jakarta. Dimana sebagai ibu kota negara, Dengan bertambahnya sepeda motor, maka
DKI Jakarta adalah kota yang memiliki kebutuhan akan bahan bakar minyak pun semakin
permasalahan polusi yang sangat tinggi baik dari bertambah. Semakin banyak BBM yang terpakai,
sektor rumah tangga, industri, dan transportasi. maka semakin banyak polusi yang diproduksi.
Berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh JICA
dan BAPEDAL tahun tahun 1997, diketahui Salah satu teknologi baru yang sedang dalam
bahwa kendaraan bermotor adalah penyumbang pengembangan adalah Hidrogen Electrolyzer.
emisi CO dan SO2 terbesar di Jakarta, yang Hydrogen Electrolyzer ini berupa tabung plastik
mencemari udara sebesar 599.180 dan 411.140 yang komponen didalamnya berisi dua buah
Ton/tahun, jauh lebih kecil jika dibandingkan batang stainless steel diisi dengan aquades yang
dengan utility/rumah tangga, industri, dan limbah ditambahkan elektrolit selanjutnya dihubungkan
padat pada aki motor untuk mengubah air menjadi gas
H2 dan O2. Gas H2 dan O2 inilah yang akan
Untuk kepemilikan kendaraan roda empat, digunakan sebagai sumber energi dalam mesin
berdasarkann penelitian yang dilakukan oleh JICA bakar. Elektrolit yang dipilih dalam tugas akhir ini
dan BAPPENAS, diketahui bahwa rata-rata adalah H2O dan KOH karena keberadaannya
kepemilikan mobil per 100 penduduk adalah 20.7 mudah didapat dan murah, dimana peneliti
dan rata-rata kepemilikan mobil per kepemilikan mencoba memodifikasi system bahan bakar
rumah adalah 1.2, yang setara dan bahkan dengan cara menambahkan gas HHO hasil
melebihi negara maju. Dijelaskan pula bahwa, ada elektrolisis H2O, serta KOH agar dapat
28.8% penduduk yang tidak menggunakan mengurangi emisi gas buang pada kendaraan.
kendaraan bermotor dan 78.2% menggunakan
kendaraan bermotor, dengan komposisi, 52,7% Dengan menambahkan gas H2 dan O2 pada
menggunakan bus, 30.8% menggunakan mobil ruang bakar, peneliti berharap proses oksidasi
pribadi, 14.2% menggunakan sepeda motor, dan dan performa mesin akan meningkat, diikuti
hanya 2.0% saja yang menggunakan kereta api. dengan penurunan residu karbon pada ruang
bakar, serta penurunan emisi gas buang
Berdasarkan Asosiasi Industri Sepeda motor Karbonmonoksida (CO), dan hidrokarbon (HC)
Indonesia (AISI), sepeda motor dalam 4 Tahun yang tidak terbakar.

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014 28

2. TINJAUAN PUSTAKA Dengan meningkatnya emisi gas buang yang


2.1 Emisi Gas Buang dihasilkan oleh kendaraan bermotor, maka
Emisi adalah gas buang dari sumber kendaraan pemerintah pun melakukan berbagai upaya,
bermotor sebagai hasil proses pembakaran di termasuk salah satunya adalah Uji Emisi, dimana
ruang mesin. (PERGUB PROVINSI DKI pemerintah memiliki aturan baku yang tertuang
JAKARTA NO 92 TAHUN 2007). Bertambahnya dalam peraturan pemerintah dan undang-undang
jumlah kendaraan bermotor di Indonesia kian yang dibuat.
meningkatkan angka konsumsi BBM di negeri ini. Dengan dikeluarkannya Peraturan Daerah
Berdasarkan data jumlah kendaraan bermotor Nomor 2 Tahun 2005 tentang Pengendalian
dari BPS tahun 2011, dapat diestimasikan dalam Pencemaran Udara dan Peraturan Gubernur
satu hari saja konsumsi BBM bersubsidi melebihi Provinsi DKI Jakarta Nomor 92 Tahun 2007
angka 137 juta liter (http://esdm.seruu.com). tentang Uji Emisi dan Perawatan Kedaraan
Pencemaran udara di Provinsi Daerah Bermotor.
Khusus Ibukota Jakarta pada umumnya Melalui kegiatan-kegiatan tersebut, diharapkan
bersumber dari kondisi lalu lintas kendaraan kesadaran dan kepedulian masyarakat semakin
bermotor (sumber bergerak). Untuk mengetahui meningkat untuk merawat kendaraan
tingkat pencemaran udara yang disebabkan oleh bermotornya dan mentaati Ambang Batas Uji
lalu lintas kendaraan bermotor, yang secara Emisi sebagaimana diamanatkan Perda 2/2005
otomatis dan kontinyu mengukur dampak polusi tentang Pengendalian Pencemaran Udara,
yang ditimbulkan. Pergub 92/2007 tentang Uji Emisi Kendaraan
Parameter-parameter yang diukur oleh stasiun Bermotor (Kewajiban Uji Emisi Kendaraan
pemantau ini adalah: Ozon, Sulfur Dioksida (So2), Bermotor setiap 6 bulan sekali), serta Pergub
Nitrogen Monoksida (NO), Nitrogen Dioksida 31/2008 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang
(NO2), Nitrogen Oksida (Nox), Karbon Monoksida Kendaraan Bermotor.
(CO), Gas Metan (CH4), Non Metan Hidro Karbon Berdasarkan KEPMEN LH 05/2006 batas
(NMHC), Total Hidro Karbon (THC), Partikel Debu emisi gas buang yang dapat dilihat pada gambar
dengan diameter < 10 mikron (PM10), Suhu dan 2.3.
Kelembaban, Kecepatan dan Arah Angin, Radiasi
Sinar matahari.

Tabel 2.1 Tabel Kadar Emisi yang diijinkan berdasarkan jenis kendaraan.

Dalam penelitian ini emisi gas buang yang akan terdiri dari satu atom karbon yang secara kovalen
ditinjau sesuai dengan ketentuan pemerintah berikatan dengan satu atom oksigen. Dalam
antara lain: ikatan ini, terdapat dua ikatan kovalen dan satu
a. CO (Carbon Monoksida) ikatan kovalen koordinasi antara atom karbon dan
oksigen.
Karbon monoksida, rumus kimia CO, adalah gas Karbon monoksida dihasilkan dari
yang tak berwarna, tak berbau, dan tak berasa. Ia pembakaran tak sempurna dari senyawa karbon,

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014 29

sering terjadi pada mesin pembakaran dalam. larutan yang dapat menghasilkan arus listrik.
Karbon monoksida terbentuk apabila terdapat Dalam penelitian ini elektrolit yang dipakai
kekurangan oksigen dalam proses pembakaran. antara lain:
Karbon monoksida mudah terbakar dan a. Air Suling
menghasilkan lidah api berwarna biru, Air suling adalah air yang berasal dari proses
menghasilkan karbon dioksida. distilasi (penyulingan). Sifat air sulit dalam
elekrolit ini adalah sebagai pelarut. Air suling
a. HC (Hidro Carbon) dapat dimanfaatkan sebagai larutan elektrolit
Hidrokarbon adalah sebuah senyawa yang terdiri untuk mengisi tabung elektroliser. Larutan ini
dari unsur karbon (C) dan hidrogen (H). Sebagai akan dicampur sodium bikarbonat (KOH).
bahan pencemar udara, hidrokarbon dapat Volume air suling yang digunakan tergantung
berasal dari proses industri yang diemisikan ke pada volume tabung yang digunakan. Air
udara dan kemudian merupakan sumber fotokimia mineral juga dapat digunakan sebagai
dari ozon. HC merupakan polutan primer karena pengganti air suling, namun hal ini akan
dilepas ke udara ambien secara langsung, membuat risiko rusaknya elektroda semakin
sedangkan oksidan fotokima merupakan polutan tinggi. Hal ini disebabkan kandungan logam dan
sekunder yang dihasilkan di atmosfir dari hasil mineral dalam air mineral masih cukup tinggi.[2]
reaksi-reaksi yang melibatkan polutan primer.
Kegiatan industri yang berpotensi b. KOH
menimbulkan cemaran dalam bentuk HC adalah Kalium Hidroksida, biasa disebut potas api
industri plastik, resin, pigmen, zat warna, pestisida dengan rumus KOH. Nama lain Kalium
dan pemrosesan karet. Diperkirakan emisi industri Hidroksida yaitu Kaustik Kalium, Potash Alkali,
sebesar 10 % berupa HC. Potassia, Kalium Hidrat. KOH adalah senyawa
Sumber HC dapat pula berasal dari sarana kimia alkali kaustik yang mudah larut dalam air
transportasi. Kondisi mesin yang kurang baik akan dan mudah terbakar. Zat ini cepat menyerap
menghasilkan HC. Pada umumnya pada pagi hari karbon dioksida dan air dari udara.
kadar HC di udara tinggi, namun pada siang hari
menurun. Sore hari kadar HC akan meningkat dan
kemudian menurun lagi pada malam hari. Sifat Fisik dan Kimia
amonia
2.2 Proses Elektrolisis Reaktivitas : Hidroskopis, menyerap
karbondioksida
Elektroda adalah konduktor yang digunakan Bentuk : Padat tetapi dapat
untuk bersentuhan dengan bagian atau media dibentuk menjadi butir,
non-logam dari sebuah sirkuit. Elektrolisis stick, gumpalan dan
merupakan proses kimia yang mengubah energi serpih.
listrik menjadi energi kimia. Komponen yang Warna : Tidak berwarna (putih)
terpenting dari proses elektrolisis ini adalah Bau : Tak Berbau
elektroda dan elektrolit. Pada elektrolisis, Ph : 13,5 (0,1 molar larutan)
katoda merupakan kutub negatif dan anoda Titik Lebur : 3600C (680F)
merupakan kutub positif. (Wikipedia, 2009) Titik Didih : 1.3200C (2408F) –
Elektroliser merupakan alat bebas energi 13240C
yang memanfaatkan air dan elektrolit dengan Massa molar : 56,1056 gr/mol
menggunakan prinsip elektrolisis. Densitas : 2,04 g/cm 3 pada 200C
Kelarutan : 121 gr/100 mL (250 C),
178 gr/100 mL(1000C)
2.2.1 Elektrolit dalam air
Larutan adalah yang antarzat penyusunnya Korosi : Dapat merusak logam
tidak memiliki bidang batas dan bersifat Tekanan Uap : 1.0 torr pd 7140 C
homogen di setiap bagian campuran. (13170 F)
Komponen larutan adalah pelarut dan zat (mm Hg) Berat Mol : 56,1047
terlarut. Elektrolit merupakan suatu zat yang Kelarutan : larut dalam alkohol, gliserol,
ketika dilarutkan dalam air akan menghasilkan larut dalam meter, cairan

Prosses Elektrolis Air 2H2O(l) → 2H2(g) + O2(g)


Molekul air dapat diuraikan menjadi unsur- Alat yang digunakan untuk menguraikan air
unsur asalnya dengan mengalirinya arus menjadi hydrogen dan oksigen disebut
listrik. Proses ini disebut elektrolisis air. dengan elektroliser (electrolyzer). Di dalam

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014 30

elektroliser, air (H2O) dipecah menjadi gas H2 2.2.2 Proses Reaksi Kimia
dan O2. Elektroliser menghasilkan hidrogen Dalam air murni pada katoda bermuatan
dengan cara mengalirkan arus listrik pada negatif, reaksi reduksi berlangsung, dengan
media air yang mengandung larutan elektrolit. elektron (e-) dari katoda yang diberikan
Medan magnet akan mengubah struktur atom kepada kation hidrogen untuk membentuk gas
hidrogen (H2) dan oksigen (O2) pada air dari hidrogen (reaksi setengah seimbang dengan
bentuk diatomik menjadi monoatomik. asam):
Tegangan listrik dihubungkan ke dua
buah elektroda atau dua buah plat (umumnya
terbuat dari beberapa logam inert seperti Reduksi di katoda: 2 H+(aq) + 2e – → H2(g)
platinum atau stainless steel) yang mana
dicelupkan kedalam air. Hidrogen akan Setengah reaksi yang sama juga dapat
muncul pada katoda (elektroda bermuatan diseimbangkan dengan basa seperti yang
negatif, dimana elektron masuk ke dalam air), tercantum di bawah ini. Tidak semua setengah
dan oksigen akan muncul pada anoda reaksi harus seimbang dengan asam atau
(elektroda bermuatan positif). Diasumsikan basa. Banyak, seperti oksidasi atau reduksi air
efisiensi faraday adalah ideal, jumlah yang tercantum di sini.Untuk menambah
hidrogen yang dihasilkan adalah 2 kali lipat setengah reaksi keduanya harus seimbang
dari jumlah mol dari oksigen dan keduanya dengan baik asam atau basa.
adalah sebanding dengan jumlah muatan
listrik yang dihantarkan oleh larutan. Namun
dalam banyak sel persaingan reaksi samping Katoda (reduksi): 2 H2O(l) + 2e– →H2(g) + 2
mendominasi, menghasilkan produk yang OH– (aq)
berbeda dan kurang dari efisiensi faraday
yang ideal.
Anode (oksidasi): 4 OH– (aq) →O2(g) + 2 H2O(l)
Elektrolisis air murni membutuhkan
+4e–
energi berlebih dalam bentuk overpotential
untuk mengatasi berbagai hambatan aktivasi.
Tanpa kelebihan energi, elektrolisis air murni Penggabungan kedua persamaan
terjadi sangat lambat atau tidak sama sekali. setengah reaksi menghasilkan decomposisi
Hal ini sebagian disebabkan oleh ionisasi air keseluruhan yang sama dari air menjadi
yang terbatas. Air murni memiliki oksigen dan hidrogen:
konduktivitas listrik sekitar sepersejuta dari
air laut. Banyak sel elektrolitik mungkin
kekurangan kebutuhan akan katalis. Efisiensi Reaksi keseluruhan: 2 H2O (l) →4 H+ (aq) + O2
dari elektrolisis meningkat melewati (g) + 4 e
penambahan dari elektrolit (seperti garam,
asam atau basa) dan penggunaan dari
Jumlah molekul hidrogen yang dihasilkan
elektrokatalis.
adalah dua kali jumlah molekul oksigen,
dengan asumsi suhu dan tekanan yang sama
untuk kedua gas. Gas hidrogen yang dihasilkan
adalah dua kali volume gas oksigen yang
dihasilkan. Jumlah elektron yang dilewatkan
melalui air adalah dua kali jumlah molekul
hidrogen dan empat kali dari jumlah molekul
oksigen yang dihasilkan.
Berdasarkan persamaan reaksi
tersebut, maka harga z untuk O2(g) adalah 4.
Dekomposisi air menjadi hidrogen dan oksigen
pada tekanan dan temperature standard secara
termodinamik tidak berlangsung spontan, hal ini
ditunjukkan oleh harga potensial reaksi
standard yang berharga negatif dan energi
bebas Gibbs yang positif. Proses tersebut
“mustahil”dapat berlangsung tanpa
penambahan suatu elektrolit dalam larutan dan
sejumlah energi listrik. Elektrolisis air murni
Gambar 2.1 Alat elektrolisis (electrolyzer) berlangsung sangat lambat. Untuk

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014 31

mempercepat perlu ditambahkan elektrolit, elektrolisis menjadi lebih efisien pada


seperti asam, basa atau garam. Pada temperatur yang lebih tinggi dengan total
elektolisis air murni, kation H+ akan berkumpul efisiensi sekitar 25-45%.
di anoda dan anion –OH akan berkumpul di
katoda. Hal ini dapat dibuktikan dengan
menambahkan suatu indikator ke dalam 2.3 Mesin Otto (Motor Bakar 4 Langkah)
elektrolisis air, daerah anoda akan bersifat Motor otto adalah motor yang bekerja
asam sedangkan daerah katoda akan bersifat dengan cara memasukan panas dari
basa. Muatan ion ini yang akan mengganggu percikan bunga api listrik dari busi pada
aliran arus listrik lebih lanjut sehingga proses campuran udara dan bahan bakar yang
elektrolisis air murni berlangsung sangat dikompresikan. Motor otto berbeda dengan
lambat. Hal ini juga merupakan alas an motor diesel dalam metode pencampuran
mengapa air murni memiliki daya hantar arus bahan bakar dengan udara karena motor
listrik yang lemah. Jika suatu elektrolit otto selalu menggunakan penyalaan busi
dilarutkan dalam air maka daya hantar air akan untuk proses pembakaran.
naik dengan cepat. Elektrolit akan terurai Motor otto dilengkapi dengan busi dan
menjadi kation dan anion. Anion akan bergerak karburator. Busi memercikan loncatan api
ke arah anoda dan menetralkan muatan positif listrik yang menyalakan pembakaran
H+ sedangkan kation akan bergerak ke arah campuran bahan bakar dan udara, karena itu
katoda dan menetralkan muatan negatif -OH. motor otto disebut juga Spark Ignition
Hal ini menyebabkan arus listrik dapat mengalir Engine. Karburator adalah tempat
lebih lanjut.). pencampuran bahan bakar dengan udara.
Perlu dicermati dalam memilih elektrolit, Pencampuran tersebut terjadi karena
karena akan terjadi persaingan antara anion bahan bakar terhisap masuk atau
dari elektrolit dengan ion hidroksida untuk disemprotkan kedalam arus udara segar
melepaskan elektron (mengalami oksidasi), yang masuk kedalam karburator. Campuran
demikian juga terjadi pada kation dengan ion bahan bakar dan udara segar yang terjadi itu
H+. Anion dengan harga potensial elektroda sangat mudah terbakar. Campuran tersebut
standard lebih kecil dibandingkan ion kemudian masuk kedalam silinder yang
hidroksida akan mengalami oksidasi sehingga dinyalakan oleh loncatan api listrik dari busi,
tidak dihasilkan gas oksigen, sedangkan kation menjelang akhir langkah kompresi.
dengan harga potensial elektroda standard Pembakaran bahan bakar ini menyebabkan
lebih besar dibandingkan ion hidrogen akan engine menghasilkan daya.
mengalami reduksi sehingga tidak dihasilkan
gas hidrogen. Kation Li+, Rb+, K+, C+, Ba2+, “Motor empat langkah adalah motor yang
Sr2+, Ca2+, Na+, dan Mg2+ memiliki potensial menyelesaikan satu siklus dalam empat
elektroda lebih rendah dibandingkan H+ langkah torak atau dua kali putaran poros
sehingga memungkinkan untuk digunakan engkol” (Hidayat, 2007: 11). Empat langkah
sebagai kation dari elektrolit. Litium dan sodium torak tersebut terdiri dari langkah pengisian,
sering digunakan karena murah dan mudah langkah kompresi dan proses penyalaan,
larut langkah ekspansi serta langkah pembuangan.
Proses kerja ini terjadi berurutan dan berulang-
Anion sulfat (SO4 2-) sangat sukar ulang. Piston (torak) motor bergerak bolak
dioksidasi karena memiliki potensial oksidasi balik dari titik mati atas (TMA) ke titik mati
standard relatif besar, yakni 0,22 Volt, yang bawah (TMB) dan dari titik mati bawah (TMB)
kemungkinannya akan diubah menjadi ion ke titik mati atas (TMA) pada langkah
peroksidisulfat. Asam kuat seperti asam sulfat ( selanjutnya. Proses kerja motor empat langkah
H2SO4), dan basa kuat seperti kaliumhidroksida diselesaikan dalam empat langkah piston.
(KOH) dan sodium hidroksida (NaOH) sering Langkah pertama yaitu piston bergerak dari
digunakan sebagai zat elektrolit. TMA ke TMB, disebut langkah pengisian.
Elektrolisis air pada temperatur tinggi atau Langkah kedua yaitu piston bergerak dari TMB
elektrolisis uap air merupakan suatu metoda ke TMA disebut langkah kompresi. Langkah
yang sedang diteliti, yakni elektrolisis air ketiga piston bergerak dari TMA ke TMB
dengan mesin kalor. Elektrolisis air pada disebut langkah usaha. Langkah usaha ini
temperatur tinggi ternyata lebih efisien terjadilah proses pembakaran bahan bakar
dibandingkan elektrolisis tradisional pada (campuran udara dan bahan bakar) didalam
temperatur kamar sebab sebagian energi silinder motor/ ruang pembakaran yang
disediakan dalam bentuk panas, yang lebih menghasilkan tenaga yang mendorong piston
murah dibandingkan energi listrik, dan reaksi dari TMA ke TMB. Langkah keempat yaitu

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014 32

piston bergerak dari TMB ke TMA disebut usaha (menghasilkan tenaga) diperlukan
langkah pembuangan.Gas hasil pembakaran empat langkah piston. Empat langkah piston
didorong oleh piston keluar silinder motor. berarti sama dengan dua kali putaran poros
Sehingga pada motor empat langkah proses engkol. Empat langkah piston ini akan
kerja motor untuk menghasilkan satu langkah dijelaskan seperti pada gambar berikut ini.

Gambar 2.2 Prinsip Kerja Motor Otto 4 (Empat) Langkah (Arismunandar, 2005:8)
2.3.1 Langkah Hisap dalam silinder menjadi semakin tinggi. Gas
Arismunandar (2005:8) mengemukakan pembakaran mendorong piston bergerak ke
bahwa: Langkah hisap dimulai dari piston yang TMB, sementara katup hisap dan katup buang
bergerak dari TMA (titik mati atas) menuju ke dalam keadaan tertutup.
TMB (titik mati bawah). Katup hisap terbuka
sedangkan katup buang tertutup. Ketika piston 2.3.4 Langkah Buang
bergerak menuju TMB, menyebabkan ruang
silinder menjadi vakum, campuran udara dan Arismunandar (2005: 9) mengemukakan
bahan bakar terhisap kedalam silinder karena bahwa: Apabila piston telah mencapai TMB,
adanya tekanan udara diluar ruang silinder. katup buang terbuka sedangkan katup hisap
tetap tertutup. Piston bergerak kembali ke TMA
mendorong gas pembakaran keluar dari dalam
2.3.2 Langkah Kompresi silinder melalui saluran buang (ekhaus
Arismunandar (2005:8) mengemukakan manifold). Ketika torak mencapai TMA, akan
bahwa: Setelah mencapai TMB, piston mulai bergerak lagi untuk persiapan langkah
bergerak kembali ke TMA, sementara katup berikutnya, yaitu langkah hisap. Poros engkol
hisap dan katup buang dalam keadaan tertutup. telah melakukan 2 putaran penuh dalam satu
Campuran bahan bakar dan udara yang siklus yang terdiri dari empat langkah yaitu, 1
terhisap sebelumnya terkurung di dalam langkah hisap, 1 langkah kompresi, 1 langkah
silinder dan dimampatkan oleh piston yang usaha, 1 langkah buang yang merupakan dasar
bergerak ke TMA. Volume campuran bahan kerja dari pada engine empat langkah
bakar dan udara itu menjadi kecil dan karena itu
tekanan dan temperaturnya naik hingga 3. METODOLOGI PENELITIAN
campuran itu mudah sekali terbakar.
Penelitian dilakukan di Bengkel Otomotif Balai
Besar Latihan Kerja – Serang (BBLKI-Serang),
2.3.3 Langkah Kompresi dan sepeda motor yang akan digunaan pada
Arismunandar (2005: 9) mengemukakan penelitian adalah sepeda motor tipe 4 langkah
bahwa: Dalam langkah ini, engine Merk Suzuki Shogun 125 CC dengan tahun
menghasilkan tenaga untuk menggerakkan pembuatan 2010, untuk lebih jelas akan
kendaraan. Sesaat sebelum torak mencapai dituangkan dalam diagram alir dibawah ini:
TMA pada saat langkah kompresi, campuran
udara dan bahan bakar tersebut dibakar oleh
percikan bunga api dari busi, sehingga
terjadilah proses pembakaran yang
mengakibatkan tekanan dan temperatur gas di

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014 33

memastikan bahwa elektroliser bekerja dengan


baik dan yang kedua adalah pengujian Emisi
Gas Buang dimana pada pengujian ini akan
langsung di ukur oleh alat yang dinamakan Gas
Analyzer.

Pengujian Elektroliser
Pengujian ini dilakukan untuk megetahui bahwa
elektroliser bekerja dengan baik. Selain itu
pada proses pengujian elektroliser ini sekaligus
dilakukan pengujian emisi gas buang dari hasil
elektrolisis yang terjadi. Adapun beberapa data
yang akan diambil antara lain:
1) Sebelum memakai electroliser,
2) Sesudah memakai electroliser dengan
kapasitas Elektrolit I = 500 ml Aquades
murni,
3) Sesudah memakai electroliser dengan
kapasitas Elektrolit II = 500 ml Aquades +
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian ½ sendok makan KOH.
4) Sesudah memakai electroliser dengan
Adapun alat-alat yang digunakan untuk kapasitas Elektrolit III = 500 ml Aquades +
membuat elektroliser adalah: 1 sendok makan KOH.
5) Sesudah memakai electroliser dengan
1) Mesin bor.
kapasitas Elektrolit III = 500 ml Aquades +
2) Alat potong (gergaji, tang potong,
1 ½ sendok makan KOH.
gunting, pemotong kabel).
3) Kikir dan amplas.
4) Ballpoin, pengaris, dan jangka Pengujian ini dilakukan dengan parameter
sorong. putaran (rpm) pada motor dengan kombinasi
5) Obeng. perubahan pada 1000 rpm sampai dengan
6) Kunci 10 4000 rpm.
7) Kunci 14
8) Multitester,
9) Tang Ampere. Adapun prosedur pada pengujian ini antara
lain:
1 Buat rangkaian listrik seperti pada Gambar
Adapun bahan – bahan penunjang dalam
3.15
pembuatan elektroliser adalah:
2 Buatlah campuran elektrolit dengan
1) Tabung ketentuan yang sesuai dengan data yang
2) Stainless Steel Tube akan diambil
3) Mur , Baut, & Fitting Kabel 3 Nyalakan motor, lalu atur rpm motor
4) Lem Silikon dengan ketentuan – ketentuan data yang
5) Diode 4 kaki akan diambil
6) Selang L dan Selang Tahan Panas
7) Air Suling dan Gelas Ukur
Pengujian Emisi Gas Buang
8) Amperemeter
9) Gas Analyser Pengujian Emisi Gas Buang ini menggunakan
10) KOH alat yang bernama Automotive Emission
Analyzer (lihat Gambar 3.10). Adapun prosedur
yang harus dilakukan dalam pengujian Emisi
Dalam pembuatan elektroliser ini, peneliti Gas Buang ini adalah:
mengikuti arahan pembuatan dari sebuah blog
1 Memanaskan kendaraan yang akan di uji
internet,
emisinya.
http://scootermanado.blogspot.com/2008/12/tu
2 Menyiapkan Alat Uji emisi dengan
torial-membuat-tabung-hidrogen.html.
mengkalibrasi (zero calibration) dan
Pengujian ini dibagi menjadi 2, antara pengosongan tabung (Purging).
lain pertama Pengujian Elektroliser yaitu

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014 34

3 Setelah siap (Stand by) masukkan probe ke Tabel 4.2 Data hasil pengujian menggunakan
knalpot sepeda motor. elektroliser dengan elektrolit hanya aquades
4 Sepeda motor diberikan variasi putaran saja
mesin dari putaran rendah ke tinggi. WAKT
5 Tekan Meas/enter Untuk memulai Arus CO HC CO₂
U
pengukuran. NO RPM
Amper
6 Menekan Hold untuk pembacaan. (s)
e
(%) (PPM) (%)
7 Setelah di dapat hasil pembacaan, tekan
esc. 1 1000 120 0,36 0,08 141,67 6,93
8 Keluarkan probe dari knalpot sepeda motor 2 1300 240 0,42 0,08 137,67 7,03
dan 3 1600 360 0,5 0,09 65,00 7,53
9 Tekan Purging untuk pengosongan tabung.
4 2000 480 0,52 0,12 46,67 7,73

4. DATA DAN ANALISA 5 2400 600 0,76 0,10 34,33 8,07


6 3200 720 1,1 0,25 45,00 8,50

Dari hasil pengujian yang dilakukan pada 7 3600 840 1,3 0,39 40,33 8,30
sepeda motor merk Suzuki Shogun 125 CC 8 4000 960 1,4 0,55 32,67 7,20
tahun 2010 maka didapatkan hasil data dengan
memanfaatkan sistem kelistrikan yang
dihasilkan dari spull motor dan variasi dari Sama ketika sepeda motor tidak
putaran mesin. Adapun hasil – hasil menggunnakan elektroliser, dengan
pengukuran antara lain: bertambahnya putaran mesin maka CO & CO₂
ikut meningkat sedangkan HC semakin
berkurang.
Setelah diuji dengan RPM yang bervariasi
Pada percobaan ketiga setelah diuji
dengan tanpa menggunakan elektroliser, maka
dengan RPM yang bervariasi menggunakan
didapatkan data sesuai dengan Tabel 4.1.
elektroliser dengan elektrolit campuran
aquades dan KOH sebanyak ½ sendok makan,
Tabel 4.1 Data hasil pengujian rata-rata tanpa maka didapatkan data sesuai dengan Tabel
menggunakan elektroliser 4.3. Percobaan ketiga ini dapat kita lihat,
dengan bertambahnya putaran mesin maka CO
WAKTU CO HC CO₂
NO RPM & CO₂ ikut meningkat sedangkan HC semakin
(s) (%) (PPM) (%) berkurang.
1 1000 120 0,08 382,00 4,10
2 1300 240 0,09 248,00 4,10 Tabel 4.3 Data hasil pengujian menggunakan
elektroliser dengan campuran elektrolit
3 1600 360 0,09 119,00 4,60 aquades dan KOH ½ Sendok Makan
4 2000 480 0,09 58,67 5,20
WA
5 2400 600 0,08 22,67 6,30 Arus CO HC CO₂
KTU
NO RPM
6 3200 720 0,07 25,67 7,30
(s) Ampere (%) (PPM) (%)
7 3600 840 0,10 24,67 7,20
1 1000 120 1,86 0,10 108,67 6,60
8 4000 960 0,24 23,33 7,70
2 1300 240 1,91 0,11 55,67 6,73
Ketika sepeda motor tidak memakai 3 1600 360 1,96 0,15 36,33 7,20
elektroliser, dengan bertambahnya putaran
mesin maka kadar emisi CO dan CO2 ikut 4 2000 480 2,06 0,19 30,33 8,10
meningkat, sedangkan kadar emisi HC semakin
berkurang. 5 2400 600 2,17 0,22 31,00 7,50

6 3200 720 2,35 0,56 29,33 7,90


Pada percobaan kedua setelah diuji dengan
7 3600 840 2,39 0,70 26,00 7,70
RPM yang bervariasi menggunakan elektroliser
dengan elektrolit, maka didapatkan data sesuai 8 4000 960 2,42 0,77 20,33 8,00
dengan Tabel 4.2.

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014 35

Pada percobaan keempat setelah diuji dengan 4 2000 480 2,79 0,25 29,67 8,1
RPM yang bervariasi menggunakan elektroliser
dengan elektrolit campuran aquades dan KOH 5 2400 600 2,84 0,30 21,00 8
sebanyak 1 sendok makan, maka didapatkan
data sesuai dengan Tabel 4.4. Dengan acuan 6 3200 720 2,83 0,98 49,33 7,3
ketika sepeda motor tidak menggunnakan
7 3600 840 2,8 0,93 36,67 7,2
elektroliser, dengan bertambahnya putaran
mesin maka CO & CO₂ ikut meningkat 8 4000 960 2,82 1,04 35,00 7
sedangkan HC semakin berkurang.

Tabel 4.4 Data hasil pengujian menggunakan 4.1 Analisa Data Pengujian Emisi Gas
elektroliser dengan campuran elektrolit Buang
aquades dan KOH 1 Sendok Makan Berdasarkan data-data yang dihasilkan dari
pengujian emisi gas buang diatas, maka dapat
WAKT peneliti analisa data-data tersebut kedalam
Arus CO HC CO₂
U
sebuah grafik seperti dibawah ini:
NO RPM
Amp
(s) (%) (PPM) (%)
ere

1 1000 120 4,3 0,083 195,33 6,93

2 1300 240 5,2 0,090 120,00 7,30

3 1600 360 5,9 0,110 65,67 8,00

4 2000 480 6,3 0,233 44,00 7,80

5 2400 600 6,4 0,243 26,67 7,30

6 3200 720 6,6 0,550 34,67 8,00

7 3600 840 6,65 0,433 25,33 8,43

8 4000 960 6,8 0,860 23,00 7,90


Grafik 4.1 Analisis Emisi Gas Buang untuk
Pada percobaan kelima setelah diuji dengan Carbon monoksida (CO)
RPM yang bervariasi menggunakan elektroliser Dapat kita lihat pada Grafik 4.1 adalah analisis
dengan elektrolit campuran aquades dan KOH emisi gas buang yang ditujukan pada
sebanyak 1 ½ sendok makan, maka pengukuran gas buang berupa Carbon
didapatkan data sesuai dengan Tabel 4.5 Monoksida (CO). Berdasarkan Gambar 4.1
dibawah ini. dapat kita lihat ketika putaran mesin kita naikan,
Pada Tabel 4.5 dapat kita lihat, dengan maka kadar emisi CO pun semakin meningkat.
bertambahnya putaran mesin maka kadar emisi Dapat kita lihat dalam grafik, bahwa dengan
penambahan elektroliser pada sepeda motor,
CO & CO₂ ikut meningkat sedangkan kadar
kadar emisi gas buang untuk CO tidak lebih
emisi untuk HC semakin berkurang.
baik jika dibandingkan ketika tidak memakai
elektroliser. Kadar emisi gas buang semakin
Tabel 4.5 Data hasil pengujian menggunakan meningkat.
elektroliser dengan campuran elektrolit
Dimana kadar tertinggi untuk CO terjadi
aquades dan KOH 1,5 Sendok Makan
pada putaran mesin 4000 rpm dengan
WA campuran elektrolit aquades dan 1 ½ sendok
Arus CO HC CO₂
KTU makan KOH dengan nilai 1,04 %. Sedangkan
NO RPM untuk kadar CO terendahnya terjadi pada
Amper dengan nilai 0,24%.
(s) (%) (PPM) (%)
e
Kadar emisi terbaik untuk CO adalah
1 1000 120 2,14 0,10 149,67 7,1 pada saat putaran mesin 3200 rpm ketika motor
tidak menggunakan elektroliser dengan kadar
2 1300 240 2,38 0,10 94,33 7,1 emisi CO adalah 0,07 %, dimana kadar tertinggi
3 1600 360 2,53 0,14 53,67 8,2
untuk putaran 3200 rpm adalah 0,98% dimana
sepeda motor menggunakan elektroliser

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014 36

dengan aquades ditambah elektrolit KOH analisis emisi gas buang untuk Carbon
sebanyak 1 ½ sendok makan. Dioksida (CO2). Pada Grafik 4.3 dapat kita lihat
dimana semakin tinggi RPM maka emisi gas
buang untuk CO2 semakin tinggi.

Grafik 4.2 Analisis Emisi Gas Buang untuk Grafik 4.3 Analisis Emisi Gas Buang untuk
Hidro Carbon (HC) Carbon Dioksida (CO2)
Kadar emisi untuk CO2 pun paling rendah
Berbeda hal dengan data pada Carbon berada pada putaran mesin 1000 rpm ketika
Monoksida (CO), untuk Hidro Carbon (HC) sepeda motor tidak menggunakan elektroliser
dapat kita lihat pada Grafik 4.2 yang merupakan yaitu sebesar 4,1 %n dan pada putaran yang
gambar analisis emisi gas buang untuk Hidro sama didapat kadar CO2 tertingginya adalah 7,1
Carbon (HC). Pada Grafik 4.2 kita dapat lihat % ketika sepeda motor menggunakan
dengan perubahan putaran mesin yang elektroliser dengan campuran aquades dan 1 ½
semakin tinggi, maka emisi gas buang untuk sendok makan KOH. Kadar emisi gas buang
HC semakin menurun. HC paling tinggi di hasilkan pada putaran mesin
Dapat kita lihat pada Grafik 4.2 rata – 3200 rpm ketika sepeda motor memakai
rata perubahan emisi gas buang untuk HC ini elektroliser yang diisi aquades saja. Pada
lebih baik ketika sepeda motor menggunakan putaran mesin yang sama kadar emisi terendah
elektroliser. Kadar emisi gas buang HC tertinggi terjadi ketika sepeda motor menggunakan
terjadi ketika putaran mesin 1000 rpm dengan elektroliser dengan campuran aquades dan 1 ½
nilai 382 ppm ketika sepeda motor tidak sendok makan.
menggunakan elektroliser, dimana kadar emisi
terendah pada putaran mesin yang sama terjadi 5. KESIMPULAN
ketika sepeda motor menggunakan elektroliser
dengan campuran aquades dan KOH sebanyak
½ sendok makan dengan kadar emisi sebesar Dari penelitian analisis Pengunaan Elektroliser
108,67 ppm. terhadap Emisi Gas Buang CO dan HC pada
Sedangkan kadar emisi HC terendah Sepeda Motor 4 Langkah Merk Suzuki Shogun
berada pada putaran mesin 4000 rpm dengan 125 CC Tahun Pembuatan 2010 maka peneliti
campuran aquades dan KOH sebanyak ½ dapat membuat kesimpulan berupa :
sendok makan sebesar 20,33 ppm, dimana nilai 1. Dari beberapa campuran elektrolit pada
tertinggi kadar emisi gas buang pada putaran penelitian, bahwa KOH hanya bekerja
mesin yang sama adalah 35 ppm ketika sepeda untuk mengurangi kadar emisi dari HC
motor menggunakan elektroliser dengan saja. Untuk kadar emisi gas buang CO dan
campuran aquades dan 1 ½ sendok makan CO2 kita lihat tidak berpengaruh, bahkan
KOH. kadar emisi gas buangnya melebihi acuan
Pada pembacaan emisi gas buang CO2 ini utama, yaitu ketika sepeda motor tidak
cenderung konstan, tapi dapat kita lihat memakai elektroliser. Nilai pengukuran CO
perbedaan pada Grafik 4.3 yang merupakan yang tinggi kemungkinan diakibatkan oleh

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014 37

percampuran yang kurang baik antara  Arismunandar, W. 1983. Penggerak Mula


bahan bakar dan udara di ruang bakar. Motor Torak. ITB Bandung.
Dampak dari penggunaan elektroliser  Arismunandar, W. 2002. Penggerak Mula
adalah meningkatnya nilai CO ketika Motor Bakar Torak. Edisi Kelima Cetakan
putaran sepeda motor semakin bertambah Kesatu. Bandung, Penerbit ITB.
sedangkan dengan bertambahnya  Ismiyati., Marlita,Devi, & Saidah, Deslida.
putaran mesin maka kadar emisi HC 2014. Pencemaran Udara Akibat Emisi Gas
semakin rendah. Buang Kendaraan Bermotor. Jurnal
2. Emisi gas buang CO paling rendah adalah Manajemen Transportasi & Logistik
pada saat sepeda motor tidak memakai (JMTransLog) - Vol. 01.
elektroliser dengan nilai rata-rata adalah  Siswantoro, Lagiyono, & Siswiyanti. Analisa
0,11%. Sedangkan untuk emisi gas buang Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor 4
CO paling tinggi ketika sepeda motor Tak Berbahan Bakar Campuran Premium
menggunakan elektroliser dengan Dengan Variasi Penambahan Zat Aditif.
elektrolit Aquades dan tambahan 1 ½ Universitas Pancasakti Tegal.
sendok makan KOH..  Cahyono,Nurbudi, Subagsono, Drs., M.T., &
3. Untuk emisi gas buang HC paling tinggi Basori, S.Pd.,M.Pd. Pengaruh Variasi
ketika sepeda motor tidak memakai Jumlah Plat Stainless Steel Dan Variasi
elektroliser yaitu dengan nilai 382 ppm. Pemasangan Saluran Brown Gas Pada
Untuk emisi gas buang HC paling rendah Elektroliser Terhadap Torsi Dan Daya
ketika sepeda motor menggunakan Sepeda Motor Supra-X 125r Cw Tahun
elektroliser menggunakan elektrolit 2010. Prodi. Pendidikan Teknik Mesin,
aquades dan KOH sebanyak ½ sendok Jurusan Pendidikan Teknik Kejuruan, FKIP,
makan dengan nilai 20,33ppm. UNS.
4. Nilai-nilai kadar emisi tersebut diatas  Fardiansah, Indrawan., Sudibyo, Drs. C.,
masih dibawah standar emisi gas buang MT, & Rohman, Ngatou, S.Pd.,M.Pd.
berdasarkan peraturan pemerintah. Pengaruh Penggunaan Elektroliser Kawat
5. Dari beberapa campuran elektrolit pada Tembagad Jenis Busi Terhadap Emisi Gas
penelitian analisis Pengunaan Elektroliser Buang CO Dan HC Pada Sepeda Motor
terhadap Emisi Gas Buang CO dan HC Honda Beat Tahun 2010. Program
pada Sepeda Motor 4 Langkah Merk Pendidikan Teknik Mesin JPTK UNS.
Suzuki Shogun 125 CC Tahun Pembuatan  Website : http://www.aisi.or.id/statistic/
2010 didapat hasil dengan campuran
 Website :
elektrolit yang optimal adalah ketika
http://bplhd.jakarta.go.id/01_ujiemisiartikel.
sepeda motor menggunakan elektroliser
php
dengan campuran Aquades dan ½ Sendok
 Website:
Makan KOH.
http://bplhd.jakarta.go.id/01_pantauudara.p
hp
DAFTAR PUSTAKA  Website : http://yohan.oprekblog.com
 Website :
 Suyuty, Achmad, (2011).Studi Eksperimen
http://scootermanado.blogspot.com/2008/1
Konfigurasi Komponen Sel Elektrolisis
2/tutorial-membuat-tabung-hidrogen.html
Dalam Rangka Peningkatan Performa Dan
Reduksi Sox-Nox Motor Diesel, ITS,.  Website :
http://engineeringxxx.blogspot.com/2013/09
 Aldhino Bhramantyo Putro, (2011). Kaji
/motor-bakar.html
Eksperimental Pemanfaatan Elektrolisa Air
Dengan Elektroda Coaxial Berlarutan Koh  Website:
Untuk Meningkatan Efisiensi Kompor Gas, http://www.oprekpc.com/forum/printview.ph
Jurusan Teknik Mesin, UNDIP. p?t=14301&start=0&sid=628146326c5aa7b
c19d0a38033c92a3

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014 38

ANALISA SISTEM BAHAN BAKAR INJEKSI PADA MESIN BENSIN


MENGGUNAKAN SCAN TOOLS DAN GAS ANALYZER

Septa Pamungkas
Program Studi Teknik Mesin, Universitas Mercubuana, Jakarta

Abstrak -- Dalam hal perbaikan kendaraan mesin modern banyak sekali fenomena kendaraan lama
dikerjakan dibengkel karena permasalahan yang cukup komplek. Terkadang permasalahan belum tentu
terbaca langsung oleh scan tools sehingga diperlukan analisa lebih lanjut. Penelitian dilakukan dalam
upaya menemukan permasalahan yang tidak di deteksi oleh scan tools dan perlu analisa lebih lanjut.
Dalam periode 2013-2014 didapat 3 kendaraan yang mengalami masalah tetapi tidak menimbulkan
kode masalah yaitu Mercedes E 280 tahun 2008, BMW 745i tahun 2002 dan BMW 730 tahun 1996.
Ketiganya mempunyai permasalahan yang hampir sama yaitu ganguan pada putaran idle. Pada
Mercedes E 280 dianalisa menggunakan scan tools menunjukkan pengukuran laju massa udara 23,3
kg/h padahal pada kondisi mesin normal seharusnya 14,2 kg/h. Setelah di hitung hal ini menyebabkan
λ = 1,79 atau 79% lebih banyak, hal ini dikarenakan pengukur laju massa udaranya rusak. Pada mobil
BMW 745i dianalisa menggunakan gas anslyzer menunjukkan λ = 1,291 dan untuk BMW 730i λ = 1,192
yang disebabkan oleh kebocoran udara pada sistem pemasukan udara. Kesimpulannya beberapa
permasalahan yang terjadi dan tidak menunjukkan kode kesalahan adalah permasalahan yang
disebabkan karena pengukur laju massa udara dan kebocoran udara pada sistem pemasukan udara.
Permasalahan ini timbul karena ada koreksi yang di lakukan oleh ECM setelah mendapat masukan dari
oksigen sensor.

1. PENDAHULUAN komponen yang bereaksi, yaitu bahan bakar,


Saat ini kemajuan dalam bidang otomotif kian oksigen dan panas. Jika salah satu komponen
berkambang. Berbagai terobosan-terobosan tersebut tidak ada maka tidak akan timbul reaksi
dikembangkan serta diupayakan guna pembakaran. Dengan menggunakan sistem
menciptakan sebuah mesin yang memiliki bahan bakar injeksi diharapkan dapat menjamin
kemampuan yang besar dengan efesiensi yang perbandingan bahan bakar dan udara (air fuel
tinggi dan juga ramah lingkungan untuk berbagai ratio) yang baik ke mesin.
keperluan transportasi yang terus meningkat. Perlu disadari juga bahwa merk kendaraan di
Salah satu alat transportasi yang banyak dunia ini ada sangat banyak, dari dan tentu saja
menjadi pilihan adalah mobil. Saat ini mobil telah mempunyai teknologi sistem injeksi yang
menjadi lebih penting, mobil telah menjadi faktor berbeda-beda, seperti Electronic Fuel Injection
penting dalam “kualitas hidup”. Mobil berfungsi (EFI) dari Toyota dan Daihatsu, Multi Point
sebagai alat mobilitas pribadi, kadang-kadang Injection (MPI) dari Audi, PGM-FI dari Honda,
menjadi status sosial bagi pemiliknya. Motronic dari BMW, dll. Dewasa ini, sistem bahan
Penggunaan mobil pribadi mungkin dirasakan bakar injeksi di integrasikan dalam satu sistem
lebih praktis dan efisien dari pada alat transportasi dengan sistem pengapian, dan sekarang lebih
lainnya. Tetapi disisi lain penggunaan mobil sering di sebut Engine Management System.
memberikan pengaruh yang negatif terhadap Engine Management System dibagi ke dalam
konsumsi energi dan pencemaran gas tiga sistem, yaitu sistem kontrol elektronik
pembakaran terhadap lingkungan sekitar. Guna (electronic control sistem), sistem bahan bakar
meminimalisasikan penggunaan bahan bakar dan (fuel system), dan sistem pemasukan udara (Air
mengurangi kadar gas buang (emisi) yang Induction System). Dengan cukup banyaknya
dihasilkan oleh mesin mobil, industri-industri komponen sensor dan aktuator cukup sulit untuk
otomotif berusaha mengoptimalkan fungsi dari dapat mendiagnosa kendaraan. Walaupun sudah
sistem kendaraan terutama pada sistem banyak beredar peralatan diagnosa scan tools
pencampuran bahan bakar dan udara yaitu yang terjangkau, kadang kala tidak terlalu
dengan sistem bahan bakar injeksi. membantu apabila kita tidak dapat
Sistem bahan bakar injeksi merupakan salah menggoptimalkannya. Banyak orang
satu sistem yang berfungsi untuk mensuplai beranggapan dengan adanya scan tools
campuran bahan bakar dan udara yang tepat permasalahan di kendaraan akan teratasi dengan
kedalam silinder guna terjadinya pembakaran mudah. Scan tools hanyalah alat bantu untuk
didalam mesin. Pembakaran terjadi karena tiga menampilkan data yang disimpan dalam control

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014 39

modul, tanpa memahami bagaimana sistem 1. Langkah Hisap


injeksi ini bekerja, teknisi belum tentu bisa
menggunakan untuk mencari permasalahnnya. Langkah hisap adalah langkah dimana campuran
Kurangnya pengetahuan dan panduan untuk bahan bakar dan udara dihisap ke dalam silinder.
mengoptimalkan scan tools ini yang Proses yang terjadi pada saat langkah hisap
menyebabkan diagnosa terkadang kurang tepat. adalah katup buang tertutup, katup hisap terbuka,
Kadang kala teknisi hanya mengandalkan Piston bergerak dari Titik Mati Atas (TMA) ke Titik
kebiasaan mencoba ganti komponen karena kode Mati Bawah (TMB). Gerakan torak menyebabkan
kesalahan yang ditunjukkan scan tool. Hal ini ruang didalam silinder menjadi vakum, sehingga
kemungkinan akan menimbulkan masalah baru campuran bahan bakar dan udara masuk
apabila ternyata komponen tersebut tidak kedalam silinder.
mengalami kerusakan, terlebih lagi komponen-
komponen sistem bahan bakar injeksi relatif
cukup mahal. 2. Langkah Kompresi
Sebagai contoh kasus mobil BMW 745i E65
N62 tahun 2002 mengalami masalah ketika mesin Langkah kompresi adalah langkah dimana
dingin terasa pincang, apabila sudah dinyalakan campuran bahan bakar dan udara dikompresikan
kurang lebih 10 menit dihidupkan, mesin normal, atau ditekan di dalam silinder. Proses yang terjadi
masuk ke bengkel pada September 2012 dan pada langkah kompresi adalah kedua katup
permasalahan ditemukan Januari 2013 tertutup, piston bergerak dari Titik Mati Bawah
dikarenakan permasalahan kebocoran udara (TMB) ke Titik Mati Atas (TMA). Karena gerakan
yang tidak dapat dideteksi oleh scan tools. piston maka volume ruang bakar akan mengecil
Kasus ke dua adalah pada Mercedes E280 sehingga tekanan dan 39amper39ture campuran
(W211) tahun 2008 dengan keluhan mesin bahan bakar dan udara didalam silinder naik.
pincang ketika masuk gigi. Ketika di periksa
menggunakan scantools tidak menunjukkan kode 3. Langkah Usaha
kesalahan (fault code), selanjutnya dilakukan
servis dan beberapa pemeriksaan yang lain yang Langkah usaha adalah langkah yang
cukup panjang, setelah dibaca data aktual dihasilkannya kerja dari 39amper pembakaran
menunjukan sebuah keanehan pada salah satu campuran bahan bakar dan udara di dalam
data, sehingga dengan pengalaman membaca silinder. Posisi kedua katup tertutup, beberapa
data yang dimiliki dapat memutuskan penggantian derajat sebelum TMA, spark plug akan
barang tersebut. memercikan bunga api sehingga campuran
Dengan kompleksnya permasalahan yang udara dan bahan bakar akan terbakar. Terjadinya
ada pada mesin injeksi, kadang kala terdapat pembakaran menyebabkan gas didalam silinder
permasalahan mesin yang tidak dapat dideteksi mengembang, tekanan dan 39amper39ture naik.
oleh scan tool, umumnya adalah kerusakan Tekanan pembakaran mendorong piston
mekanis atau karena kerusakan komponen belum bergerak ke TMB, gerakan inilah yang menjadi
terlalu parah. Untuk itu teknisi dapat tenaga motor.
menggunakan patokan dari hasil pembakaran.
Gas hasil pembakaran dapat dibaca oleh Gas
Analyzer, dari hasil pembacaan kita dapat Sistem Bahan Bakar Injeksi
mengerucutkan masalah yang ada sampai Dibanding dengan karburator, Engine
menemukan permasalahan yang sebenarnya. Management System mempunyai keuntungan
2. DASAR TEORI sebagai berikut:

Mesin 4 Langkah Adalah mesin yang melakukam


dua kali putaran poros engkol atau 4 kali langkah 1. Memungkinkan pembentukan campuran
bolak balik piston untuk menghasilakan 1 kali yang homogen pada setiap silinder
usaha. Adapun siklus kerjanya adalah Oleh karena setiap silinder mempunyai satu
injektor yang tepat dikontrol oleh ECM yang
sesuai dengan putaran mesin dan perubahan
beban , hal ini memungkinkan distribusi bahan
bakar kesetiap silinder akan homogen.
Selanjutnya perbandingan bahan bakar dan
udara dapat dikontrol dengan mudah oleh ECM
Gambar Siklus Kerja 4 Tak dengan merubah waktu bekerjannya injektor (fuel
injection duration). Untuk ulasan ini, campuran

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014 40

bahan bakar dan udara yang didistribusikan masuk dapat digunakan memasukkan campuran
keseluruh silinder sama dan membentuk bahan bakar udara lebih banyak.
perbandingan bahan bakar dan udara optimal,
kejadian di atas ini juga akan menguntungkan
aspek emission control dan kemampuan tenaga 6. Pembakaran lebih tepat dan sempurna
mesin. Sistem pengapian juga diatur oleh ECM, Sensor
mengirimkan beban mesin dan putaran mesin
untuk memberi informasi basic ignition timing
2. Perbandingan bahan bakar dan udara point.
diperoleh pada setiap rpm mesin
Dengan sistem bahan bakar injeksi, pengiriman
campuran bahan bakar dan udara akan Sistem Bahan Bakar Injeksi Elektronik
berlangsung terus menerus dengan tepat dan Sistem Kontrol Elektronik terdiri dari beberapa
pengiriman tersebut tidak tergantung pada sensor, yang mendeteksi beberapa kondisi mesin:
kecepatan putaran mesin dan beban. Inilah yang ECM berfungsi untuk mengkalkulasi volume
merupakan keuntungan dari aspek emission injeksi (lamanya injeksi) sesuai dengan signal-
control dan penghematan bahan bakar. signal (data) dari sensor-sensor dan aktuator-
aktuator, yang mengontrol injeksi bahan bakar
berdasarkan signal-signal ECM.
3. Respon yang baik sesuai dengan
perubahan throttle Sensor-sensor ini mendeteksi volume udara
Dengan menggunakan sistem bahan bakar masuk, beban mesin, temperatur udara dan
injeksi, masing-masing injektor dipasangkan pendingin, akselerasi/penurunan kecepatan
didekat silinder, dan bahan bakar ditekan dengan (decelaration), dan mengirimkan signal-signal ke
tekanan 2-3 kg/cm2 lebih tinggi dari tekanan ECM. Kemudian ECM menentukan lamanya
intake manifold dan karena bahan bakar injeksi injeksi yang tepat dan mengirimkan signal ke
melalui lubang kecil sehingga mudah membentuk injektor-injektor. Injektor-injektor menginjeksikan
kabut. Oleh karena itu, volume bahan bakar yang bahan bakar ke intake manifold sesuai dengan
diinjeksi secara serentak berubah dengan signal ini. Volume injeksi tergantung dari lamanya
perubahan volume udara masuk sesuai dengan signal ECM. Blok diagram dari electronic control
membukanya dan menutupnya throttle valve. system dapat dilihat dari gambar dibawah.
Singkatnya, respon yang baik sesuai dengan
perubahan posisi pedal akselerasi.

4. Koreksi campuran bahan bakar dan udara


Kemampuan untuk menghidupkan mesin pada
temperatur rendah lebih baik, dikarenakan
adanya informasi dari sensor temperatur air yang
kemudian diolah oleh ECM sehingga ECM akan
menyemprotkan bahan bakar lebih lama.
Selama desakseleraksi dan rpm tinggi
sampai throttle tertutup volume udara yang
masuk akan dikurangi dan kevacuman didalam
intake manifold akan menjadi besar. Pada sistem Gambar 20. Engine Management System
bahan bakar injeksi saat throttle valve mulai Bagian ini menjelaskan beberapa komponen dan
menutup bahan bakar yang diinjeksi dihentikan signal-signal,
sementasa sampai batas rpm tertentu sehingga
- Sensor Pengukur Udara (MAP atau MAF)
mengurangi konsumsi bahan bakar.
- Crankshaft Position Sensor
- Camshaft Position Sensor
5. Efisiensi pemasukan campuran bahan - Water Temperatur Sensor
bakar dan udara - Intake Air Temperatur Sensor
Pada Engine Management System akan selalu - Throttle Position Sensor
digunakan tekanan bahan bakar sebesar 2-3 - Knock Sensor
kg/cm2 akan diperoleh pengabutan yang baik - Lamda Sensor
sehingga tidak diperlukan venturi. Juga manifold
dapat dibuat lebih besar sehingga inersia udara Berikut ini adalah fungsi dan kemampuan scan
tools:

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014 41

1. Membaca Kode kesalahan sistem bahan bakar dan udara, sampai dengan
Setiap komponen sensor dan actuator kondisi lingkungan bahan bakar yang digunakan.
mengirimkan signal ke ECU dan ECU akan Dalam evaluasi unjuk kerja mesin terdapat
meproses kembali sinal tersebut sebagai indikasi beberapa parameter utama yang perlu
bahwa komponen berjalan dengan baik. Apabila diperhatikan yang merupakan pengaruh dari
ada malfungsi dari komponen karena ada signal kondisi. Parameter unjuk kerja mesin tersebut
yang tidak sesuai, maka ECU akan mencatatnya diantaranya:
didalam ROM dan akan menyalakan lampu check 1. Torsi
engine, dan membuat kode kesalahan. Kode 2. Daya mesin efektif
kesalahan ini dapat di akses menggunakan scan 3. Konsumsi Bahan Bakar Spesifik
tools

2. Menghapus kode kesalahan Konsumsi Bahan Bakar Spesifik


Setelah melakukan proses perbaikan terhadap Specific Fuel Consumption adalah jumlah
kerusakan, maka perlu menghapus kode pemakaian bahan bakar yang dikonsumsi oleh
kesalahan, agar ECM mengetahui bahwa sensor mesin yang menghasilkan daya satu dk selama
sudah beroperasi dengan baik. satu jam. Sfc dapat dihitung dengan
menggunakan rumus [3]:
3. Membaca Data Aktual
Data aktual adalah data yang ditampilkan oleh Sfc = (2.2)
scanner tentang semua data komponen yang Dimana :
sedang berjalan. Contohnya adalah tampilan suhu
mesin, putaran mesin, timing pengapian, dan lain- Sfc : Specific Fuel Consumption (kg/hp detik)
lain. Mf : Massa bahan bakar yang di konsumsi
(kg) selama 1 jam
4. Actuation Test W : Luaran Daya (hp) atau BHP
Actuation test adalah proses untuk memerintah
actuator melalui scan tools seperti membuka
injector, dan komponen actuator yang lain, untuk Dalam sistem bahan bakar injeksi elektronik,
memeriksa fungsional komponen bahan bakar disemprotkan melalui injektor dalam
waktu tertentu di setiap langkah hisap ke masing-
5. Workshop Support masing silinder. Dengan mengetahui sfc dan W
Workshop support adalah menu proses untuk maka akan dapat dicari ukuran injektor, hal
melakukan penyetelan kembali kekondisi setelan tersebut dapat dicari dengan rumus [4]:
pabrik, misalkan putaran idle, timing pengapian.

6. Adaptation Fuel injector size (lbs/h) =


Adaptation adalah menu proses merubah nilai-
nilai operasi dalam ECM, hal ini diperlukan apabila
kondisi keausan komponen terjadi, atau terjadi
Dapat ditulis dengan
penggantian komponen system lain seperti
penggantian kunci, atau instrument cluster mf = (2.3)
dimana
Gas Analyzer
mf: laju aliran bahan bakar (lbm/h)
Gas analyzer adalah peralatan yang mengukur
kadar campuran gas buang pada kendaraan. W : Daya maksimum pada sebuah mesin
Umumnya yang beredar di pasaran adalah (hp)
fourgas analyzer, yaitu untuk mendeteksi CO, Sfc : Specific Fuel Consumption
CO2, HC, dan O2. dan juga dapat menunjukkan λ. (lbm/hph)

Parameter Unjuk Kerja Mesin Dalam hal ini sfc menggunakan 0,45-0,60 lbm/hph
Pada motor bakar mempunyai unjuk kerja mesin (0,2041166 – 0,2721554 kg/hph). Menggunakan
yang berbeda-beda. Hal ini tergantung dari faktor 0,45-0,50 lbm/hph apabila mesin tanpa turbo, dan
yang bersangkutan dengan spesifikasi motor menggunakan 0,6 lbm/hph apabila mesin dengan
bakar torak itu sendiri, seperti; volume silinder, turbocharger.
susunan silinder, panjang langkah torak (stroke), n: Jumlah injektor pada mesin

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014 42

M : Duty cycle injektor yaitu lamanya waktu


injeksi dibanding dengan tersedianya waktu (1 Langkah pemeriksaan yang dilakukan adalah :
siklus 4 langkah) yang di nyatakan dalam persen. a. Memeriksa keluhan
Menurut percobaan dari graham bell, duty cycle b. Melakukan pemeriksaan dengan Scan Tools,
injektor (M) pada saat daya maksimum sekitar 60- untuk melihat apakah ada kode kesalahan
70%. (fault code)
“ However, it will often be found during dynotesting c. Karena tidak ada kode kesalahan maka
that an engine will make best power with correctly dilanjutkan pemeriksaan data aktual
phased sequential injection when duty cycle is 60- d. Melihat data aktual dan membandingkan
70%” [1]. dengan yang seharusnya
e. Selanjutnya apabila belum dapat mengambil
Campuran Udara dan Bahan Bakar untuk kesimpulan, periksa dengan alat uji emisi.
Mesin dengan Sistem Bahan Bakar Injeksi f. Membandingkan dengan data yang
Elektronik seharusnya dan mengambil kesimpulan.
Pada sistem injeksi bahan bakar elektronik
campuran udara dan bahan bakar diatur sekitar λ Dalam hal emisi karena sudah ada spesifikasi
= 1, “Manifold-injection gasoline engine develop standar, lebih baik di bandingkan dengan
their maximum power output at 5…15% air spesifikasi standar
deficiency (λ = 0,95…0,85), and their lowest fuel
consumption at 10…20% excess air (λ = Hasil Pengujian Mobil Normal
1,1…1,2).” [4]: hal 40. Hal tersebut dapat 4.1.1 Hasil Pemeriksaan pada Mercedes E280
dilakukan dengan pengontrolan sistem umpan tahun 2008 dengan kondisi mesin normal
balik (closed-loop) “The air-fuel ratio can be dan putaran idle
maintained precisely at λ=1 by means of lamda Tabel 4. Aktual data Mercedes E280 kondisi
closed-loop control” [2]: hal 95) yang mana gas normal pada saat roda gigi transmisi posisi drive
buang akan diukur oleh sensor dan selanjutnya
No Putaran Laju Waktu
ECM akan mengkoreksi penyemprotan bahan Mesin Udara Injeksi
bakar sehingga dihasilkan λ=1. Untuk mencari
(rpm) (kg/h) (s)
campuran dara dan bahan bakar dapat
menggunakan rumus [3]: 1 612 14,2 0,0029
AFR= (2.4) 2 620 14,3 0,0030

dimana 3 612 14,2 0,0029

AFR : perbandingan udara dan bahan 4 620 14,2 0,0030


bakar
ma : laju alir massa udara (kg/s) 4.2 Hasil Pemeriksaan pada mobil bermasalah
mf : laju alir massa bakar (kg/s) menggunakan Scan Tools atau Gas
Prosedur pengujian kendaraan dilakukan di Analyzer
bengkel Auto Service. Pengujian ini dilakukan 4.2.1 Hasil Pemeriksaan pada Mercedes E280
untuk menganalisa kendaraan dengan sistem tahun 2008 dengan kondisi mesin
bahan bakar injeksi dengan Scan Tools atau Gas bermasalah, menurut keluhan pelanggan
Analyzer. yaitu : Mesin pincang ketika idle setelah
Pengujian Mesin Normal beberapa lama dan pada posisi roda gigi
transmisi drive.
Pengujian pertama menggunakan Scan Tools
pada mesin normal yaitu pada Mercedes E 280 Tabel 5. Aktual data Mercedes E280 kondisi
tahun 2008: bermasalah
a. Pasang Scan tools pada kendaraan No Putaran Laju Waktu
Mesin Injeksi
b. Masuk ke masing-masing kendaraan dengan udara
tepat (rpm) (kg/h) (s)
c. Baca data aktual seperti pada saat mesin 1 614 23,3 0,0030
mengalami masalah yaitu idle dan posisi
2 620 24,2 0,0032
selektor transmisi pada posisi D (drive).
Pengujian Mesin Bermasalah 3 614 23,3 0,0030
4 620 24,2 0,0032
Pengujian dengan Scan Tools atau gas analyzer
pada kendaraan yang bermasalah yaitu pada
mobil Mercedes, BMW dan BMW

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014 43

4.2.2 Hasil Pemeriksaan pada BMW 745i E65 N62 Perhitungan kemampuan maksimum injektor
tahun 2002 dengan kondisi mesin menyemprotkan bahan bakar berdasarkan rumus
bermasalah, menurut keluhan pelanggan 2.3 yaitu diketahui
yaitu : Ketika dingin mesin pincang, kalau W = 228 Hp pada putaran mesin 6000
sudah kurang lebih 10 menit, mesin normal. rpm
Pada mesin ini ketika diperiksa menggunakan Sfc = 0,45-0,5 lbs/Hp.h untuk mesin
scan tools tidak menunjukkan adanya kode normal 0,6 lbs/Hp.h untuk mesin dengan
kesalahan (fault code) dan ketika di baca data turbo
aktual tidak menunjukkan data. Sehingga n = 6 silinder
dilanjutkan dengan pemeriksaan dengan gas M = 60%
analyzer Menurut percobaan dari graham bell, duty cycle
injektor (M) pada saat daya maksimum sekitar 60-
70%. Maka dapat dihitung kemampuan injektor
Tabel 6. Hasil Uji Emisi BMW 745i mengalirkan bahan bakar dalam 1 detik adalah
No Putaran CO HC CO2 O2 Λ ,
mesin % ppm % % mf =
.
1 600 rpm 0,17 323 4,0 6,34 >1,3 mf = 31,67 lbm/h
2 600 rpm 0,42 565 5,7 3,38 1,288 diketahui 1 lbm = 0,453 kg jadi
3 600 rpm 0,21 421 4,5 4,25 1,291
mf = 31,67 lbm/h x 0,453 = 14,36375 kg/h
Jadi kemampuan injektor dalam
4.2.3 Hasil Pemeriksaan pada BMW 730i E38 menyemprotkan bahan bakar pada tekanan
M60 tahun 1996 dengan kondisi mesin spesifikasi adalah 14,36375 kg/h = 3,98993 g/s.
bermasalah, menurut keluhan pelanggan
Apabila putaran mesin 612 rpm dengan lama
yaitu : Ketika dingin mesin pincang dan asap
penyemprotan bahan bakar setiap siklus kerja
knalpot pedih dimata. Dalam kasus ini
mesin adalah 0,0029 detik maka massa bahan
pemeriksaan langsung menggunakan gas
bakar yang disemprotkan adalah
analyzer
3,98993 g/s x 0,0029 = 0,01157 g
Berikutnya untuk mengetahui massa udara adalah
Tabel 7. Hasil Uji Emisi BMW 730i
mengetahui berapa banyak siklus per silinder
No Putaran CO HC CO2 O2 Λ yang terjadi pada mesin.
Mesin % Ppm % % /
N* = ,untuk mesin 4 langkah
1 600 rpm 1,687 1168 11,38 5,98 1,192
2 600 rpm 0,299 925 10,71 5,40 1,261 Jadi dengan putaran mesin 612 rpm jumlah siklus
3 600 rpm 0,296 756 10,78 5,43 1,273 per silindernya adalah
4 600 rpm 0,260 1380 9,79 7,28 1,373 N* = = 5.1 siklus 4 langkah dalam 1
detik.
4.3 Perhitungan Dan selanjutnya harus dicari berapa lama langkah
Perhitungan untuk kendaraan Mercedes E280 hisap yang dilakukan
tahun 2008 dengan kondisi mesin normal dan
t= = 0,196 s dalam 1 siklus 4 langkah
transmisi masuk gigi drive. .
Pada sistem injeksi bahan bakar elektronik t hisap = 0,196 s : 4 = 0,049 s
campuran udara dan bahan bakar diatur sekitar λ
seperti diketahui pengukuran laju massa udara
= 1, “ Manifold-injection gasoline engine develop
yang terukur dalah 14,2 kg/h maka harus dicari
their maximum power output at 5…15% air
banyaknya udara yang dihisap dalam 0,049 s
deficiency (λ = 0,95…0,85), and their lowest fuel
consumption at 10…20% excess air (λ = diketahui
1,1…1,2).” [4] . 1 h = 3600 s
Diketahui kendaraan Mercedes E 280 tahun
1kg = 1000 g
2008 pada putaran idle adalah 612 rpm dan
pengukuran laju massa udara menunjukkan 14,2 Maka (14,2 x 1000) : 3600 = 3,94 g/s
kg/h dan lamanya injeksi bahan bakar setiap Dan untuk 1 langkah hisap dapat dihitung
siklus adalah 0,0029 s maka dapat dicari
perbandingan campuran udara dan bahan bakar. 3,94 g/s x 0,049 s = 0,193355 g

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014 44

Jadi perbandingan bahan bakar dan udara ECM. Setelah pengukur udara (Air Mass Sensor)
menurut rumus 2.4 dapat dihitung, yaitu diganti, mobil ini kembali normal
,
AFR = =
, ,
,
4.4 Analisa Hasil Uji Emisi Gas Buang
λ= = 1,14
, Pada sistem injeksi bahan bakar elektronik
Tabel 8. Hasil perhitungan λ dari mesin campuran udara dan bahan bakar diatur sekitar λ
mercedes E280 dengan kondisi normal = 1, “ Manifold-injection gasoline engine develop
No Putaran Laju Waktu
their maximum power output at 5…15% air
Mesin Udara Injeksi deficiency (λ = 0,95…0,85), and their lowest fuel
(rpm) (kg/h) (s) consumption at 10…20% excess air (λ =
Λ 1,1…1,2).” [4].
1 612 14,2 0,0029 1,14
Secara teoritis perbandingan udara dan bahan
2 620 14,3 0,0030 1.09 bakar adalah 14,7:1
3 612 14,2 0,0029 1.14
Dan dalam diagnosa dengan gas analyzer , perlu
4 620 14,2 0,0030 1.08 dengan bantuan pertanyaan yang meliputi :
a. Apa keluhannya
Tabel 9. Hasil perhitungan λ dari mesin b. Kejadian /pembacaan emisi pada putaran
mercedes E280 dengan kondisi bermasalah berapa
No Putaran Laju Waktu c. Kemungkinan komponen yang menyebabkan
Mesin Udara Injeksi kasus emisi
(rpm) (kg/h) (s) 4.4.1 BMW 745i
λ
Tabel 10. Hasil pengukuran emisi
1 614 23,3 0,0030 1,79
dibandingkan standart pada BMW 745i
2 620 24,2 0,0032 1,73
Pembacaan Standar Bermasalah Keterangan
3 614 23,3 0,0030 1,79
CO (%) 0,2 0,17-0,42 Relatif sama
4 620 24,2 0,0032 1,73
HC (ppm) 100 323 – 421 Naik
CO2 (%) 14,5 – 16 4,0 - 5,7 Turun
Jadi λ pada mesin bermasalah =1,79 atau 79 % O2 (%) 0,1 - 0,5 3,38 - 6,34 Naik
lebih banyak dari teoritis dan campuran sangat
Λ 1.0 1,291 - 1,300 Kurus
kurus. Hal ini akan dibaca oleh oksigen sensor
yang terdapat di saluran buang yang berfungsi λ= =
untuk membaca kadar oksigen yang terdapat
pada gas buang. Karena oksigen 80% lebih 1,291 = =
,
banyak maka informasi di kirimkan ke ECM dalam
bentuk tegangan. Selanjutnya ECM akan AFR = 1,2 x 14,7 = 18,98
mengkoreksi lamanya injeksi bahan bakar Pada mobil BMW 745i N62
menjadi lebih lama. Hanya saja koreksi ini dibatasi 1. Keluhanya adalah
untuk putaran idle adalah 0,001-0,003 detik Ketika dingin mesin pincang, kalau sudah
(didapat dari data aktual yang ditampilkan scan kurang lebih 10 menit, mesin normal.
tools Star Diagnose Mercedes). Apabila dilihat 2. Pemeriksaan dilakukan pada saat idle sesuai
lamanya injeksi bahan bakar pada mobil keluhan
Mercedes E280 yang bermasalah ini sudah 0,003 3. Kemungkinan komponen yang
detik. Jadi tidak mungkin ditambah 80% lebih menyebabkannya adalah :
lama menjadi sekitar 0,0054 detik. Hal ini yang Apabila dilihat dari kasus diatas terlihat λ lebih
menyebabkan putaran mesin pada saat idle dan dari 1,2 itu berarti campuran kurus
selektor pada posisi D bermasalah. Penyebabnya (kekurangan udara) dan ketika λ lebih dari 1,2
adalah input dari pengukur udara (Air Mass apabila dilihat dari grafik hubungan AFR maka
Sensor) yang salah. Karena dalam hal ini mesin a. CO akan cenderung sama atau turun
Mercedes E 280 sudah menggunakan sistem sedikit
injeksi elektronik tipe Motronic yang di buat oleh b. HC Cenderung naik
BOSCH dan menggunakan pengukur udara (Air c. CO2 akan mengecil
Mass Sensor) tipe hot film maka sudah tidak d. O2 akan naik
memungkinkan dilakukannya penyetelan baik
secara manual maupun dengan merubah program

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014 45

Hal ini dapat disebabkan oleh kebocoran udara 1. Keluhan pada BMW 745i N62 adalah
pada saluran udara masuk . Dan hal ini tidak dapat Ketika dingin mesin pincang, dan asap knalpot
terdeteksi oleh ECU sehingga tidak dapat pedih dimata
menimbulkan kode kesalahan (fault code). 2. Pemeriksaan dilakukan pada saat idle sesuai
Pemeriksaan kebocoran udara dapat keluhan
dilakukan dengan menyemprotkan cairan carb 3. Kemungkinan komponen yang
cleaner yang ke setiap bagian sistem pemasukan. menyebabkannya adalah :
Apabila terdapat kebocoran ditandai dengan Apabila dilihat dari kasus diatas terlihat λ
penunjukan emisi akan mendekati normal (CO, sekitar 1,2 itu berarti campuran kurus
HC, CO2, O2, λ). (kekurangan udara) dan ketika λ sekitar 1,2
apabila dilihat dari grafik hubungan AFR maka
Pada BMW 745i kebocoran udara dikarenakan a. CO akan cenderung sama atau turun
lemahnya pegas pada Crankcase Venting System sedikit
yang berfungsi untuk ventilasi udara dari ruang b. HC Cenderung naik
poros engkol ke saluran masuk udara sehingga c. CO2 akan mengecil
terjadi penambahan udara palsu ke dalam sistem d. O2 akan naik
injeksi elektronik yang tidak di baca oleh pengukur Pada BMW 730i kebocoran terletak pada saluran
udara. Hasil pembakaran di baca oleh sensor masuk udara yang terbuat dari plastik. Secara
oksigen yang mengukur kadar oksigen dari emisi kasus mirip dengan mobil BMW 745i diatas, tetapi
gas buang dalam hal ini menunjukkan 80% lebih penyebab masalahnya berbeda.
banyak, sehingga ECM menerima dua informasi
yang berbeda yang menyebabkan permasalahan
terjadi 5.1 Kesimpulan

1. Permasalahan pada kendaraan dengan


4.4.2 BMW 730i sistem bahan bakar injeksi yang tidak dapat
Tabel 11. Hasil pengukuran emisi dideteksi oleh scan tool dalam penelitian ini
dibandingkan standart pada BMW 730i dikarenakan penyimpangan masukan dari
Pembacaan Standar Bermasalah Keterangan
sensor pemasukan udara, putaran mesin dan
waktu penyemprotan bahan bakar.. Hal ini
CO (%) 0,5 – 1,5 0,260 – 1,687 Relatif sama
dapat dianalisa dengan membandingkan data
HC (ppm) 100 756 – 1168 Naik yang ditampilkan scan tools dan gas analyzer
CO2 (%) 14,5 – 16 9,79 – 11,38 Turun antara mesin normal dan mesin bermasalah.
O2 (%) 0,1 - 0,5 5, 40 – 7,28 Naik 2. Horst Bauer, 2004. Gasoline-Engine
Λ 0,97-1,03 1,192 – 1,373 Kurus
Management, Robert Bosch Gmbh, Germany
3. Loekman Satibi, Irfan Purnawan dan Lisa
Nazifah, 2013.Mesin Penggerak Utama
λ= = (Prime Mover), raha Ilmu, Yogyakarta
DAFTAR PUSTAKA
1,192 = =
,
1. Graham Bell, 1998. Four Stroke Performing
AFR = 1,2 x 14,7 = 17,52 Tuning, Hynerss Publishing, Sparkford,
California
2. Robert G. Wagoner, 2012. Turbocharging
Normally Aspirated Endines on a Budget, Lulu
Enterprises.Inc, USA

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014 46

PANDUAN PENULISAN JURNAL ILMIAH TEKNIK MESIN


Penulis01, Penulis02, dan Penulis03
Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana Jakarta
Email: Penulis01@mercubuana.ac.id; Penulis02@mercubuana.ac.id,
Penulis 03@mercubuana.ac.id

Abstrak -- (intisari) memuat inti permasalahan, metodologi pemecahannya dan hasil yang diperoleh.
Abstrak ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, disertai kata kunci (keyword) di
bawahnya. Tulisan asli berupa softcopy yang dikirim penulis akan langsung dicetak sebagai isi
JURNAL TEKNIK MESIN apabila telah memenuhi panduan penulisan. Untuk menjamin keseragaman
dan kelancaran proses pencetakan, serta format tulisan maka dibuat panduan penulisan. Panduan
ini sebagai acuan yang diperlukan untuk penulisan dan pengiriman tulisan JURNAL TEKNIK
MESIN. Panduan ini ditulis sebagai format baku JURNAL TEKNIK MESIN dan untuk kemudahan
panduan dalam bentuk softcopy ini dapat langsung dijadikan template bagi penulis.

Kata kunci: panduan, tulisan, format, judul

Abstract -- contains the core of the problem, the solution methodology and the results obtained. Abstract
written in Indonesian and English, accompanied by keywords (keywords) below. The original text in
the form of soft copy sent direct writer will be printed as JURNAL TEKNIK MESIN contents if it has
met the writing guide. To ensure uniformity and smoothness of the printing process, as well as the
format of the writing made the posting. This guide as a reference is required for the writing and delivery
of writings JURNAL TEKNIK MESIN This guide is written as a standard format for ease JURNAL
TEKNIK MESIN and guidelines in softcopy format can be directly used as a template for writers.

Keywords: guidance, writing, format, title


1. PENGIRIMAN TULISAN jarak antar baris satu spasi, kecuali judul. Judul
menggunakan huruf besar Arial 12 yang dicetak
Tulisan asli yang dikirim ke Redaksi JURNAL tebal (bold), dan abstrak ditulis miring (Italic)
TEKNIK MESIN harus dalam bentuk softcopy dengan huruf Arial 10.
siap cetak yang dicopy-kan langsung kepada
Redaksi atau dikirimkan via email dalam format 2.2 Judul
*.doc atau *.docx dengan dilampiri pernyataan
bahwa tulisan tersebut belum diterbitkan dan tidak Judul Tulisan: Judul tulisan dicetak tebal dengan
sedang menunggu untuk diterbitkan di media huruf besar (14) dan diletakkan di tengah
mana pun. Penulis juga diminta untuk halaman. Judul tulisan diikuti nama dan afisiliasi
melampirkan biografi ringkas, afisiliasi dan alamat penulis serta abstrak, seperti pada panduan ini.
lengkap, termasuk alamat email. Judul Bagian: Judul bagian dicetak tebal
(bold) dengan huruf besar, diberi nomor.
2. TULISAN Judul Subbagian: judul sub-bagian
dicetak tebal, dengan gabungan huruf besar dan
Tulisan akan dicetak dengan tinta hitam pada satu kecil, dimulai dari sisi kiri kolom.
muka kertas HVS putih ukuran A4. Setiap
halaman diberi nomor dan panjang tulisan 2.3 Bahasa, Satuan dan Persamaan
maksimal 8 (delapan) halaman. Untuk menjamin
keseragaman format, tulisan hendaknya Bahasa yang digunakan adalah Bahasa
mempunyai marjin minimum sebagai berikut: Indonesia yang baik dan benar. Penggunaan
a. Marjin atas, bawah, inside, 3 cm, bahasa dan istilah asing sedapat mungkin
sedangkan batas outside 2.0 cm dengan dihindari, kecuali untuk “abstrak”.
Pages Mirror Margin. Penggunaan singkatan dan tanda-tanda
b. Badan tulisan ditulis pada dua kolom diusahakan untuk mengikuti aturan nasional atau
dengan jarak antar kolom 0.5 cm. internasional. Satuan yang digunakan hendaknya
mengikuti system satuan internasional (SI).
2.1 Huruf dan Spasi Persamaan atau hubungan matematik
harus dicetak dan diberi nomor seperti ini:
Tulisan menggunakan huruf Arial 10 dengan

ISSN 2089 - 7235


JTM Vol. 03, No. 3, Oktober 2014 47

Di dalam teks, persamaan 1 dinyatakan


(1) dengan “Pers. (1)” atau “Persamaan (1)”.

Di dalam teks, persamaan 1 dinyatakan dengan 2.6 Gambar


“Pers. (1)” atau “Persamaan (1)”.
Gambar dituliskan menggunakan format rata
2.4 Tabel tengah. Setiap gambar haruslah diberi nomor dan
judul serta diacu pada tulisan. Nomor dan judul
Tabel yang rapi dan jelas disertakan dalam teks gambar diletakkan di bawah gambar, seperti
serta harus dirujuk pada teks. Keterangan tabel terlihat pada Gambar 1.
ditulis di atas tabel sebagai berikut: “Tabel 1”. Di
dalam teks, tabel 1 dinyatakan dengan “Tabel
1”.

Tabel 1. Contoh penulisan nomor dan judul tabel


Conversion from
Symbol Quantity Gaussian and CGS
EMU to SI a
 magnetic flux 1 Mx  108 Wb = 108
V·s
4M magnetization 1 G  103/(4) A/m
m magnetic moment 1 erg/G = 1 emu
 103 A·m2 = 103 J/T
m magnetic moment 1 erg/G = 1 emu
 103 A·m2 = 103 J/T
B magnetic flux 1 G  104 T = 104
density, Wb/m2
magnetic
induction
Gambar 16. Penulisan nomor dan judul gambar
H magnetic field 1 Oe  103/(4) A/m
strength
4M magnetization 1 G  103/(4) A/m 3. DAFTAR PUSTAKA
m magnetic moment 1 erg/G = 1 emu
 103 A·m2 = 103 J/T
M magnetization 1 erg/(G·cm3) = 1 Penyitiran pustaka dilakukan dengan
emu/cm3 menyebutkan sumber penulis dan tahun, contoh:
 103 A/m (Chapman, 2008). Daftar Pustaka hanya memuat
4M magnetization 1 G  103/(4) A/m pustaka yang secara langsung menjadi sumber
4M magnetization 1 G  103/(4) A/m kutipan. Penulisan Daftar Pustaka dilakukan
4M magnetization 1 G  103/(4) A/m
 specific 1 erg/(G·g) = 1 emu/g 
dengan pengurutan berdasarkan nama belakang
magnetization 1 A·m2/kg penulis, dicantumkan pada bagian akhir tulisan.
m magnetic moment 1 erg/G = 1 emu Berikut adalah beberapa contoh penulisan
 103 A·m2 = 103 J/T daftar pustaka.
4M magnetization 1 G  103/(4) A/m
j magnetic dipole 1 erg/G = 1 emu
moment  4  1010 Wb·m [1]. Casadei D, Serra G, Tani K. Implementation
of a Direct Control Algorithm on Discrete
2.5 Nomenclature Space Vector Modulation. IEEE Transactions
on Power Electronics. 2007; 15(4): 769-777.
Simbol dan Definisi kosa kata sebaiknya [2]. Calero C, Piatiini M, Pascual C, Serrano MA.
dikumpulkan dan di tulis disini (sebelum Daftar Towards Data Warehouse Quality Metrics.
Pustaka). Sebagai contoh: Proceedings of the 3rd Int’l. Workshop on
Design and Management. Interlaken. 2009;
APT = Available Production Time 39: 2-11.
Cmax = Maximum Consumption [3]. Ward J, Peppard J. Strategic planning for
Information Systems. Fourth Edition. West
DT = Design Time Susse: John Willey & Sons Ltd. 2007: 102-
KD = Design Coefficient 104.

ISSN 2089 - 7235


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MERCU BUANA
Jl. Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta Barat 11650
Telp: 021-5840816 (Hunting), Pesawat: 5200
Fax: 021-5871335

Anda mungkin juga menyukai