Anda di halaman 1dari 12

Percobaan 14 B

Identifikasi Jamur, Algae, dan Protozoa

I. TUJUAN

II. PRINSIP

Pada percobaan kali ini, akan diamati morfologi jamur yang memiliki filamen dan
menyerupai benang halus yang disebut hifa sehingga jenis jamur dapat ditentukan. Diamati pula
morfologi microalgae yang merupakan jasad fotosintetik dan memiliki kloroplast (pigmen) serta
protozoa yang uniseluler dan dikelompokkan berdasarkan alat geraknya sehingga dapat
diidentifikasi jenisnya.

III. TEORI DASAR

JAMUR
Jamur atau fungi adalah jasad yang tidak memiliki klorofil sehingga bersifat heterotrof.
Perkembang biakan jamur adalah dengan spora, cara bagaimana spora dibuat dapat bersifat
vegetatif (aseksual) dan generatif (seksual). Secara vegetatif dapat dilakukan dengan fragmentasi
miselium, pembentukan tunas dan pembentukan spora aseksual (dihasilkan oleh satu sel tanpa
fertilisasi) contohnya: Ascomycota. Secara generatif, adalah dengan fusi 2 sel. Proses seksual
hanya terjadi antara hifa atau spora yang tipe kelaminnya berbeda. Jamur menyerap zat organik
dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya untuk memperoleh makanannya. Setelah itu,
menyimpannya dalam bentuk glikogen. Jamur merupakan konsumen, maka dari itu jamur
bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa kimia
lainnya. Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya. Sebagai makhluk heterotrof, jamur dapat
bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit
a. Parasit Obligat: Jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya dan tidak dapat bertahan hidup di
luar inang. Contoh : Pneumonica carinii
b. Parasit fakultatif : jamur yang bersifat parasitsaat meenemukan inang yang sesuai tapi bersifat
saprofit saat tidak mendapat inang yang cocok
c. Sporofit: jamur pelapuk dan pengubah susunan zat organik yang mati. Hifa menyerap bahan-
bahan organik dalam bentuk sederhana yang dikeluarkan ke inangnya.
Jamur dibedakan menjadi 4 divisio berdasarkan cara hidupnya, yaitu Myxomycota, Zygomycota,
Ascomycota, Basidiomycota, dan Deuteromycota.
Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Ada jamur yang satu sel, misalnya khamir,
ada pula jamur yang multiseluler membentuk tubuh buah besar yang ukurannya mencapai satu
meter, contohnya jamur kayu. Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa
membentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi
tubuh buah. Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk pipa.
Dinding ini menyelubungi membran plasma dan sitoplasma hifa. Sitoplasmanya mengandung
organel eukariotik. Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa mempunyai
pori besar yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan kadangkala inti sel yang mengalir
dari sel ke sel. Akan tetapi, adapula hifa yang tidak bersepta atau hifa senositik. Struktur hifa
senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti dengan pembelahan
sitoplasma. Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami modifikasi menjadi
haustoria yang merupakan organ penyerap makanan dari substrat; haustoria dapat menembus
jaringan substrat.
Berikut ini adalah contoh-contoh jamur:
- Rhizopus termasuk ke dalam divisio Zygomycota. Rhizopus mempunyai tiga tipe hifa,
yaitu:
- Tolon, hifa yang membentuk jaringan pada permukaan substrat (misalnya roti)
- Rizoid, hifa yang menembus substrat dan berfungsi sebagai jangkar untuk menyerap
makanan
- Sporangiofor, hifa yang tumbuh tegak pada permukaan substrat dan memiliki
sporangium globuler di ujungnya. Rhizopus bereproduksi secara aseksual dan seksual.
Reproduksi secara aseksual adalah dengan spora nonmotil yang dihasilkan oleh
sporangium, sedangkan reproduksi seksualnya dengan konjugasi.
Tampak Rhizopus bila diamati di bawah mikroskop
(sumber :
https://encryptedtbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRyTz5H6fMQm1zgYhWX8n7LeVni8iU3DlDtABYXwBt2_
oUfwmPbyQ)

- Penicillium termasuk dalam divisio Ascomycota. Para Thallus (miselium) biasanya


terdiri dari sebuah jaringan yang sangat bercabang multinukleat, septat, hifa biasanya
tidak berwarna. Banyak-bercabang konidiofor tumbuh pada miselia tersebut,bantalan
conidiospores individual terbatas.

Tampak Penicillium sp. di bawah mikroskop


(sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/File:Penicillium_Pengo.jpg)

- Aspergillus merupakan fungi dari divisio Ascomycota yang berfilamen, mempunyai


hifa berseptat, dan dapat ditemukan melimpah di alam. Fungi ini biasanya diisolasi dari
tanah, sisa tumbuhan, dan udara di dalam ruangan. Koloninya berwarna putih pada
Agar Dekstrosa Kentang (PDA) 25 °C dan berubah menjadi hitam ketika konidia
dibentuk. Kepala konidia dari A. niger berwarna hitam, bulat, cenderung memisah
menjadi bagian-bagian yang lebih longgar seiring dengan bertambahnya umur.
Tampak Aspergillus sp. dibawah mikroskop
(sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Aspergillus_niger_Micrograph.jpg)

- Saccharomyces termasuk dalam divisio Ascomycota. Tubuh tersusun atas miselium


dengan hifa yang bersekat (bersepta). Pada umumnya, hidup di lingkungan berair,
bersifat parasit pada tumbuhan dan saprofit pada sampah. Ascomycota memiliki spora
yang terdapat pada kantung-kantung penyimpanan yang disebut askus (konidia).

Tampak Saccharomyces sp. dibawah mikroskop


(sumber : http://4.bp.blogspot.com/_3P113ZxGrQk/SoBGgW0UmJI/AAAAAAAAAIQ/MFm_wv8g28g/s1600-
h/59224-004-82D89DD5.jpg)

MIKROALGA
Mikroalga merupakan kelompok tumbuhan berukuran renik yang termasuk dalam kelas
alga, diameternya antara 3-30µm, baik sel tunggal maupun koloni yang hidup di seluruh wilayah
perairan tawar dan laut, yang lazim disebut fitoplankton. Di dunia mikrobia, mikroalga termasuk
eukariotik, umumnya bersifat fotosintetik dengan pigmen fotosintetik hijau (klorofil), coklat
(fikosantin), biru kehijauan (fikobilin), dan merah (fikoeretrin). Morfologi mikroalga berbentuk
uniseluler dan multiseluler tetapi belum ada pembagian tugas yang jelas pada sel-sel
komponennya. Hal itulah yang membedakan mikroalga dari tumbuhan tempat tinggi
(Romimohtarto, 2004). Terdapat empat kelompok mikroalga yakni : diatom (Bacillariophyceae),
alga hijau (Chlorophyceae), alga emas (Chrysophyceae), dan alga biru (Cyanophyceae).
Berdasarkan macam klorofil dan pigmen lain yang dominan, alga dibagi menjadi empat
divisio, yaitu:
a. Chlorophyta (ganggang hijau)

Ada yang bersel satu, bersel banyak, berkoloni, berbentuk benang, dan lembaran. Selnya
eukariotik. Punya klorofil a dan b, dan pigmen tambahan karoten. Cara hidup bebas,
sebagai epifit atau fitoplankton. Reproduksi aseksual dengan pembelahan sel (bersel
tunggal), fragmentasi (koloni dan filamen), pembentukan zoospora (sel berflagel dua),
aplanospora (spora yang tidak bergerak), dan autospora (aplanospora yang mirip dengan
sel induk). Reproduksi seksual dengan isogami (peleburan dua gamet yang bentuk dan
ukurannya sama), anisogami (peleburan dua gamet, yaitu yang ukurannya tidak sama) dan
oogami (peleburan dua gamet, yaitu sperma dan sel telur).

Berdasarkan bentuk dan dapat tidaknya bergerak, Chlorophyta digolongkan


menjadi beberapa genus, yaitu:

- Alga hijau bersel satu tidak bergerak. Contoh: Chlorococcum (bulat, punya
pirenoid), Chlorella (bulat, kloroplas berbentuk mangkuk, punya pirenoid
sebagai sumber protein sel tunggal).
- Alga hijau bersel satu dapat bergerak. Contoh: Chlamydomonas (bulat telur,
berflagel dua di ujung depan, kloroplas berbentuk antara mangkuk dan pita,
terdapat stigma (bintik mata).
- Alga hijau berkoloni tidak bergerak. Contoh: Hydrodictyon (koloni berbentuk
jala inti, dan pirenoid banyak).
- Alga hijau berbentuk koloni bergerak. Contoh: Volvox (koloni bulat, berisi
beribu-ribu sel).
- Alga hijau berbentuk benang (filamen). Contoh: (1) Spirogyra (benang tidak
bercabang, inti tunggal, kloroplas berbentuk pita tersusun spiral, pirenoid
banyak). (2) Oedogonium (filamen tidak bercabang, kloroplas berbentuk jala,
pirenoid banyak, inti satu besar).
- Alga hijau berbentuk thalus.Contoh: Ulva lactua (selada laut), bentuk
lembaran seperti daun
.
Salah satu contoh Chlorophyta yakni Chlorella sp.
(http://chlorella.joyau-vert.ch/images/others/Chlorella_02.jpg)

b. Phaeophyta (ganggang cokelat)

Memiliki klorofil a dan c, pigmen tambahan xantofil dan fikosantin. Habitat sebagian
besar di laut. Reproduksi aseksual dengan fragmentasi, zoospora. Reproduksi seksual
dengan oogami, sel telur dihasilkan oleh oogonia, dan sperma dihasilkan oleh anteridia.
Contoh: Laminaria sp (penghasil asam alginat yang dibutuhkan untuk produksi tekstil,
makanan, dan kosmetik), Sargassum sp, Fucus, Turbinaria decurens, Macrocystis.

Sargassum sp.
(sumber : http://www.k-state.edu/organismic/images/Sargassum.jpg)

c. Chrysophyta (ganggang keemasan)

Habitat di air tawar. Bersel tunggal, membentuk koloni atau benang. Dinding sel
mengandung silika. Cara hidup sebagai fitoplankton. Mempunyai klorofil a dan c, pigmen
tambahan berupa karoten.

Klasifikasi Chrysophyta Dibagi menjadi tiga kelas, yaitu:

- Xanthophyceae (ganggang hijau kuning). Mempunyai klorofil, xantofil. Contoh:


Vaucheria sp.
- Chrysophyceae (ganggang coklat-keemasan). Mempunyai klorofil dan karoten.
Contoh: Ochromonas, Synura.
- Bacillariophyceae (diatom). Banyak dijumpai di atas permukaan tanah basah
(sawah, got, parit). Tubuh uniseluler, ada yang berkoloni. Dinding sel tersusun atas
dua belahan, yaitu kotak (hipoteka) dan tutup (epiteka). Contoh: Navicula,
Pinnularia.

Ochromonas
(sumber : http://www.glerl.noaa.gov/seagrant/GLWL/Algae/Chrysophyta/Images/OUOchro.JPG)

d. Rhodophyta (ganggang merah)

Habitat di laut. Tubuhnya bersel banyak. Mempunyai klorofil a dan d, pigmen


tumbuhan fikosianin, fikoerithrin. Contoh: Eucheuma spinosum (bisa dibuat agar-
agar), Gelidium sp, dan Gracillaria sp.

Euchema spinosum
(sumber : http://1.bp.blogspot.com/-
vEB3ix1lz80/UD12JDBD5II/AAAAAAAASfY/1zhNzuJ5jLE/s1600/Euchema+spinosum.jpg)

PROTOZOA
Protozoa termasuk mikroorganisme yang memiliki ukurana antara 3 mikron sampai 100
mikron. Protozoa merupakan penghuni tempat berair/tempat basah, bila keadaan jadi kering akan
membuat Kristal. Kegiatan hidup dilakukan oleh sel itu sendiri. Di dalam sel terdapat alat-alat
yang melakukan kegiatan hidup. Alat-alat itu misalnya : inti (nukleus), butir inti (nukleolus),
rongga (vacuola), dan mitokondria. Protozoa hanya dapat hidup dari zat-zat organik, merupakan
konsumen dalam komunitas, mereka memakan bakteri/mikroorganisme lain/sisa-sisa organisme.
Di perairan umumnya merupakan zoo plankton. Protozoa hidup di dalam air tawar, dalam air laut,
tanah yang lembab, atau dalam tubuh hewan yang lain (Brotowidjojo, 1989).
Protozoa berdasarkan alat geraknya terbagi menjadi 5 kelas, yaitu :
a. Kelas Sarcodina (Rhizopoda)
Rhizopoda bergerak dan makan dengan menggunakan pseudopodia (kaki semu).
Hewan-hewan anggota kelas ini bersifat amoeboid, yaitu bentuk tubuhnya tidak tetap
(selalu berubah-ubah) karena aliran protoplasma yang membentuk pseudopodia (kaki
semu). Beberapa contoh Rhizopoda antara lain : Amoeba sp, Foraminifera, Radiolaria,
dan Nonion (seekor foraminifera).

Amoeba
(sumber : http://www.daviddarling.info/images/ameoba.jpg)

b. Kelas Mastigophora (Flagellata)


Protozoa yang termasuk kelas ini memiliki satu atau lebih flagela (bulu cambuk).
Bentuk tubuh lebih tetap tanpa rangka luar, tubuhnya dilindungi oleh suatu selaput yang
fleksibel yang disebut pellice, di sebelah luarnya terdapat selaput plasma. Hidup di air
tawar, di laut atau parasit pada organisme lain. Contoh hewan anggota kelas ini yaitu
Euglena, Volvox, Tripanosoma, dan Trichomonas.
Euglena
(sumber : http://25.media.tumblr.com/tumblr_lh91wtJoM31qg1up7o1_400.jpg)

c. Kelas Infusoria (Ciliata)


Protozoa anggota kelas ini mempunyai ciliata (rambut getar) untuk bergerak atau mencari
makan. Hidupnya mandiri atau simbiosis komensalisme dalam saluran pencernaan
herbivora dan sebagainya. Ciliata hidup di air tawar yang banyak mengandung bakteri atau
zat-zat organik. Adapun contoh hewan dari Ciliata antara lain yaitu Paramecium sp.,
Balantidium, Didinium, dan Vorticella.

Paramecium
(sumber : http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTRptC-5xbwKdoc9veZLMz-
M8fXhGhzImJA2UuZFI08pL5Z7hmlZQ)

d. Kelas Sporozoa
Umumnya hewan-hewan ini tidak mempunyai alat gerak dan hidupnya parasit di dalam
darah, dalam saluran usus, atau dalam jaringan tubuh lainnya. Berbiak dengan spora dan
berlangsung cepat. Penyakit malaria pada manusia dan hewan, penyakit mencret berdarah
pada unggas disebabkan oleh hewan-hewan anggota kelas ini. Contoh hewan dari kelas ini
yaitu : Plasmodium sp, Babesia dan Theileria.
Plasmodium vivax
(sumber :
http://www.nejm.org/na101/home/literatum/publisher/mms/journals/content/nejm/2006/nejm_2006.354.issue-
10/nejmicm040633/production/images/large/nejmicm040633_f1.jpeg)

BENTHOS
Bentos adalah semuaorganisme air yang hidupnya terdapat pada substrat dasar suatu
perairan, baik yang bersifatsesil (melekat) maupun vagil (bergerak bebas). Berdasarkan tempat
hidupnya, bentos dapat dibedakan menjadi epifauna yaitu bentos yang hidupnya di atas substrat
dasar perairan dan infauna, yaitu bentos yang hidupnya tertanam di dalam substrat dasar perairan.
Berdasarkan siklus hidupnya bentos dapat dibagi menjadi holobentos, yaitu kelompok bentos yang
seluruh hidupnya bersifat bentos dan merobentos, yaitu kelompok bentos yang hanya bersifat
bentos pada fase-fase tertentu dari siklus hidupnya (Barus, 2004).

Menurut Lalli dan Pearsons (1993), hewan bentos dapat dikelompokkan berdasarkan ukuran
tubuh yang bisa melewati lubang saring yang dipakai untuk memisahkan hewan dari sedimennya.
Berdasarkan kategori tersebut bentos dibagi atas :

a. Makrozoobentos, kelompok hewan yang lebih besardari 1,0 mm. Kelompok ini adalah
hewan bentos yang terbesar, jenis hewan yang termasuk kelompok ini adalah molusca,
annelida, crustaceae, beberapainsekta air dan larva daridiptera, odonatadan lain
sebagainya.
b. Mesobentos, kelompok bentos yang berukuran antara 0,1 mm -1,0 mm. Kelompokini
adalah hewan kecil yang dapat ditemukan di pasir atau lumpur. Hewan yang termasuk
kelompok ini adalah molusca kecil, cacing kecil, dan crustaceae kecil. C
c. Mikrobentos, kelompok bentos yang berukuran lebih kecildari 0,1 mm. Kelompok ini
merupakan hewan yang terkecil.
Berdasarkan habitatnya, Aquatic ecosystem atau ekologi perairan terbagi atas 3 jenis yaitu:
(Fajri&Agustina, 2013)
a. Fresh Water Aquatic, yaitu habitat air tawar yang terdiri dari perairan mengalir (lotic) dan
perairan tergenang (lentic).
b. Marine Water Aquatic, yaitu habitat air laut yaitu suatu habitat yang menitik beratkan pada
pola hubungan antar jasad dan hubungan antara jasad dengan laut sebagai lingkungannya.
c. Brackhis Water Aquatic, yaitu habitat air payauatau habitat estuaria yaitus uatu habitat
yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Laut tercampur dengan air tawar sehingga
sering juga disebut daerah ekoton atau daerah peralihan.

Menurut batasan biologis digolongkan menjadi fitobentos (golongan tumbuhan) dan zoobentos
(golongan hewan) (Fajri&Agustina, 2013).
Perananbentos di perairan (Fajri&Agustina, 2013) :
a. Mampu mendaur ulang bahan organic
b. Membantu proses mineralisasi
c. Menduduki posisi penting dalam rantai makanan
d. Indikator pencemaran
Pengambilan contoh bentos di danau atau sungai yang berarus lemah serta subtrat dasar yang
lunak, umumnya menggunakan Ekcman Grab. Untuk pengambilan bentos di sungai yang dangkal
dan subtrat dasar yang keras / bebatuan digunakan Surber atau Square-Foot Sampler dan atau
bingkai kuadrat. Untuk perairan pantai atau laut yang dangkal yang subtract dasarnya keras
digunakan Petersan Grab atau Smith-McIntyre Grab atau Ongel Peel Sampler atau Shipek
Grab. Pengumpulan bentos pada masing-masing lokasi dapat secara acak maupun secara
stratifikasi (Dahuri, 1997).Metode pengambilan sample bentos menurut Suin (2002) dapat
dilakukan dengan :
a. Metode kolonisasi (dengan container sampler atau core sampler)
b. Metode perangkap (dengan trap sampler)
c. Metode tangkap segera (immediate sampler dengansurbur, pipaparalon, eckman grab,
atau Petersen grab)
IV. ALAT DAN BAHAN

- Alat :
1. Mikroskop
2. Kaca obyek dan cover glass
3. Pembakar Bunsen

- Bahan :
1. Jamur : Rhizopus, Aspergillus dan Penicillium dan Ragi dalam media agar
berumur 7 hari
2. Algae : dalam media KNOP
3. Air selokan

V. HASIL PENGAMATAN

VI. ANALISIS

a. Analisis Cara Kerja

b. Analisis Pengamatan
c. Analisi Kesalahan

VII. KESIMPULAN
VIII. DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai