Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM TEKNOLOGI DAN FORMULASI

SEDIAAN FARMASI LIQUIDA DAN SEMISOLID


Gel

Anisa Aprillia 260110150145 Editor


Anisa Nur W 260110150146 Pembahasan
Irbah Arifa 260110150147 Pembahasan
Katarina Silalahi 260110150148 Monografi
Pradita Rizki I 260110150149 Batch
Annisa Lazuardi 260110150150 Monografi
Handrian Ramoko 260110150151 Batch
Trie Oktaviani 260110150152 Pembahasan
M. Akmal Fauzan 260110150153 Pendahuluan
Amelia Putri P 260110150154 Pembahasan

LABORATORIUM TEKNOLOGI FORMULASI


FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2016
I. Pendahuluan
Gel adalah sediaan semisolid yang cenderung mengandung larutan bahan aktif
tunggal maupun campuran dengan pembawa senyawa hidrofilik atau hidrofobik
(Yuliani, 2005). Gel sendiri teridiri dari suspense yang dibuat dari partikel anorganik
yang kecil atau molekul organic yang cukup besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Gel
dapa digolongkan sebagai sistem dua fase bila massa gel yang terdiri dari jaringan
partikel kecil ini terpisah. Jika ukuran partikel dari fase terdisoersi rekatif besar, massa
gel kadang-kadang dinyatakan sebagai magma. Pada fase tunggal terdiri dari molekul
organic yang tersebar serba sama dalam suatu cairan sedeikian hingga tak terlihat
adanya ikatan antara molekul makro yang terdispersi dan cairan. Sediaan gel ini dapat
digunakan untuk obat yang diberikan secara topical atau dimasukkan ke dalam lubang
tubuh (Depkes RI, 1995). Pemilihan sediaan ini biasanya dikarenakan oleh sifat gel
yang cenderung cukup lama menempel pada kulit dan nyaman saat digunakan. Efek
dingin yang ditimbulkan pada saat digunakan, penampilan yang cenderung elegan dan
jernih, elastis, pada saat digunakan meninggalkan film tembus pandang, daya lekat
yang tinggi tidak meyumbat pori, mudah dicuci, pelepasan obat yang baik hingga
kemampuan penyebaran yang cukup baik adalah kelebihan yang bisanya digunakan
untuk alasan dipilihnya sediaan ini pada pembuatan obat ( Lachman, et al., 1994).
Sifat yang umum pada sediaan gel ini biasanya gel dapat mengembang
dikarenakan komponen dari pembentuk gel itu sendiri dapat mengabsorbsi larutan
sehingga terjadi pertambahan volume. Pelarit akan berpenetrasi di antara matriks gel
dan terjadi interaksi antara pelarut dengan gel. Pengembangan gel kurang sempurna
bila terjadi ikatan silang antar polimer di dalam matriks gel yang dapat menyebabkan
kelarutan komponen gel berkurang. Kegunaan gel pada umumnya merupakan suatu
sistem yang dapat diterima untuk pemberian oral, dalam sediaan yang tepat, atau
sebagai kulit kapsul yang dibuat dari gelatin dan untuk bentuk sediaan obat long-acting
yang diinjeksikan secara intramuscular. Gelling agent sendiri digunakan sebagai bahan
pengikat. Gel pada kosmetik digunakan untuk sampo, parfum, pasta gigi, kulit hingga
perawatan rambutGel dapat digunakan unutk obat setengah padat (non steril) atau
dimasukkan kedalam lubang tubuh atau mata (Lachman, et al., 1994). Pada praktikum
kali ini dicoba beberapa formulasi untuk membuat sediaan gel ini.

II. Monografi
a. Aqua Destillata
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; dan tidak
mempunyai rasa
(Depkes RI Ed III, 1979, hal 96)
Kelarutan : larut dalam pelarut polar.
Stabilitas
 Panas :-
 Oksidasi :-
 Cahaya :-
 pH :-

Inkompabilitas : Air bereaksi dengan obat-obatan dan eksipien lain yang


rentan terhadap hidrolisis (dekomposisi di keberadaan air
atau uap air) di kamar dan ditinggikan suhu. Air dapat
bereaksi dengan logam alkali dan cepat dengan logam
alkali dan oksida mereka, seperti kalsium oksida dan
magnesium oksida. Air juga bereaksi dengan garam
anhidrat untuk membentuk hidrat dari berbagai
komposisi.
Titik Didih : 100oC
pKa :-
Polimorfisme :-
Ukuran Partikel : -
Bobot Jenis :-
pH larutan :-
Kegunaan/Fungsi: Pelarut
(HOPE Ed 6, 2009, hal 764-770)
b. TEA
Pemerian : Cairan jernih, kental, tidak berwarna hingga kuning
pucat, sedikit berbau seperti amoniak
Kelarutan : Larut dalam metanol dan air
Stabilitas : idak stabil dengan cahaya dan air (berubah menjadi
kecoklatan.
Inkompabilitas : Dengan mineral acid membentuk garam kristal dan
ester; dengan tembaga membentuk garam yang komplek;
dengan reagen thionylchloride membentuk senyawa
toksik
Titik Didih : 335oC
Titik Leleh : 20-210C
Polimorfisme :-
Ukuran Partikel : -
Bobot Jenis :-
pH larutan : 10,5
Kegunaan/Fungsi: Emulsifying agent
(HOPE Ed 6, 2009, hal 754)
c. Menthol
Pemerian : hablur heksagonal, tidak berwarna, biasanya berbentuk
jarum, berlemak seperti minyak permen
Kelarutan : sukar larut dalam air, sangat mudah larut dalam etanol,
dalam kloroform , eter, dan heksana
Stabilitas : Formulasi yang mengandung menthol 1% b / b dalam
krim berair telah dilaporkan stabil hingga 18 bulan bila
disimpan pada suhu kamar
Inkompabilitas : Kompatibel dengan: hidrat butylchloral; kamper; kloral
hidrat; kromium trioksida; b-naftol; fenol; kalium
permanganat; pirogalol; resorsinol; dan thymol.
Titik Didih : 2120C
pKa :-
Polimorfisme :-
Ukuran Partikel : -
Bobot Jenis :
pH larutan :-
Kegunaan/Fungsi: Flavoring agent; therapeutic agent

(HOPE Ed 6, 2009, hal 433-434)

d. Carbophol 940

Pemerian : serbuk higroskopis, asam, berwarna putih, sedikit


berbau
Kelarutan : mengembang pada air dan gliserin, dan setelah
dinetralkan, pada etanol (95%)
Stabilitas : karbomer stabil, higroskopis, ketika dipanaskan pada
temperatur kurang dari114ºC selama 2 jam tanpa
mempengaruhi efisiensi kekentalannya. Suhu yang lebih
tinggi dapat mengakibatkan perubahan warna dan
stabilitas berkurang, terdekomposisi pada pemanasan
260ºC selama 30 menit.
Dalam waktu kering tidak akan menimbulkan
pertumbuhan fungi, namun dalam keadaan terdispersi
harus ditambahkan antimikroba
Inkompabilitas : warna akan berkurang apabila terdapat resorsinol,
inkompatibel dengan fenol, polimer kationik, asam kuat,
elektrolit dalam jumlah banyak
Titik Didih :-
Titik Leleh :-
Polimorfisme :-
Ukuran Partikel : -
Bobot Jenis :-
pH larutan :-
Kegunaan/Fungsi: gelling agent
(HOPE Ed 6, 2009, hal
110-112)
e. Etanol 95%

Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih tidak berwarna, bau


khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah,
Kelarutan : bercampur pada air dan praktis bercampur pada pelarut
organik
Stabilitas : mudah menguap walau dalam suhu rendah
Inkompabilitas :
Titik Didih : 100oC
pKa :-
Polimorfisme :-
Ukuran Partikel : -
Bobot Jenis : 0,812 – 0,816 gr/ml
pH larutan :-
Kegunaan/Fungsi: Pelarut
(HOPE Ed 6, 2009, hal 7)
(Depkes RI Ed IV, 1995, hal 63)
III. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dibuat sediaan berupa gel dalam bentuk handsanitizer.
Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, gel kadang-kadang disebut jeli, merupakan
sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil
atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Handsanitizer gel
adalah sediaan gel yang berfungsi untuk menghilangkan, membunuh kuman,
mikroorganisme dan virus dengan resiko kecil dan kerusakan permanen pada kulit.
Handsanitizer yang dibuat mempunyai beberapa persyaratan yang harus diperhatikan,
antara lain dapat membunuh bakteri dengan cepat, tidak menimbulkan rasa panas pada
kulit, tidak menimbulkan rasa lengket pada kulit, tidak menimbulkan reaksi alergi, dan
aman digunakan. Pembersih tangan yang menggunakan alkohol (handsanitizer) sangat
banyak mengurangi jumlah kuman di kulit, kerjanya cepat dan lebih sedikit
menyebabkan iritasi (gatal-gatal) dibandingkan dengan berkali-kali memakai air dan
sabun. Pembersih tangan berdasar alkohol tidak berhasil baik jika kulit tampak nyata
kotornya karena pembersih itu tidak melunturkan dan membasuh kotoran seperti
dilakukan oleh sabun dan air.
Zat aktif yang digunakan yaitu etanol dengan zat tambahan yang digunakan
yaitu carbopol atau carbomer, menthol, TEA, parfum grape, aquades dan pewarna
ungu. Etanol digunakan sebagai zat aktif karena berkhasiat sebagai antiseptic yang
bisa membunuh kuman dan mikroorganisme. Carbopol atau carbomer digunakan
sebagai gelling agent atau bahan pembentuk gel. Carbopol juga dapat meningkatkan
viskositas sediaan gel. Zat pembentuk gel yang ideal untuk sediaan farmasi dan
kosmetik ialah inert, aman dan tidak bereaksi dengan komponen lain. Menthol
digunakan untuk memberikan efek dingin dan segar pada kulit. TEA digunakan untuk
menetralkan carbomer sehingga dapat meningkatkan viskositas gel. Parfum grape
digunakan untuk memberikan wangi atau harum buah yaitu anggur, dan pewarna
digunakan yaiu pewarna berwarna ungu agar sesuai dengan wangi atau harum buah
anggur tersebut. Pelarut yang digunakan disini yaitu aquades yang bersifat netral.
Prosedur yang dilakukan yaitu pertama-tama dikembangkan 4 gram carbomer
dalam 40 mL air panas, diamkan hingga mengembang. Selanjutnya dimasukkan
menthol dalam etanol 250 gram, sambil diaduk. Lalu dimasukkan etanol yang sudah
dicampur menthol ke dalam carbomer yang sudah mengembang. Setelah itu
dimasukkan TEA ke dalam campuran. Terakhir tambahkan parfum grape dan pewarna
ungu lalu aduk semua campuran tersebut sampai homogen.
Selanjutnya, dilakukan evaluasi gel handsanitizer secara organoleptis, pH,
viskositas dan homogenitas. Gel harus memenuhi persyaratan agar dapat dikatakan
baik dan dapat digunakan. Pertama, uji organoleptis (bau, warna dan tekstur) dari gel
handsanitizer yang dibuat. Menurut Lund, bahwa gel adalah sediaan semisolid
transparan atau translusen yang terdiri dari larutan atau satu atau lebih bahan aktif yang
terdispersi pada basis yang sesuai Gel handsanitizer memiliki warna bening keunguan,
kental dan ketika dipakai tidak terasa lengket.
Evaluasi yang kedua adalah uji keasaaman berdasarkan pH dengan
menggunakan pH indikator. pH yang didapatkan pada gel handsanitizer adalah 8.
Menurut literature pH yang dimiliki gel handsanitizer berada dalam pH 4,5 – 6,5. Sifat
basa dari gel didapatkan dari TEA yang dapat mempertahankan keadaan netral pada
gel. Nilai pH yang terlalu asam dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan bila terlalu
basa dapat menyebabkan kulir bersisik. Nilai pH yang didapat dari masing-masing
konsentrasi gel sesuai dengan pH kulit sehingga aman untuk pemakaian.
Evaluasi yang ketiga adalah viskositas. Viskositas (kekentalan) adalah suatu
ungkapan dari resistensi zat cair untuk mengalir. Semakin tinggi viskositas aliran akan
semakin besar resistensinya. Viskositas berpengaruh terhadap laju penyerapan obat,
semakin kental maka semakin lama penyerapan obatnya. Penentuan viskositas
dilakukan dengan menggunakan viscometer Brookfield. Sediaan dimasukkan kedalam
beaker glass kemudian diputar dengan menggunakan rotor 2. Didapatkan viskositas
sediaan 400 dpas.
Evaluasi yang keempat adalah homogenitas. Uji homogenitas bertujuan untuk
mengetahui distribusi partikel dari gel. Apabila gel terdistribusi dengan baik atau
merata maka zat aktif terdispersi dalam bahan dasarnya secara merata sehingga setiap
bagian obat mengandung kadar zat aktif yang sama. Uji homogenitas dilakukan dengan
sampel gel dioleskan pada gelas objek, tetapi masih terdapat gumpalan-gumpalan pada
permukaan kaca objek. Kemudian, dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop.
Namun pada sediaan gel handsanitizer yang dibuat didapatkan gel tidak homogen. Hal
ini disebabkan karena tekstur gel masih kurang halus karena adanya gelembung
gelembung ketika pengembangan carbomer. Pada saat pengembangan carbomer,
terbentuk gelembung gelembung udara yang terjebak dalam gelling agent. Carbopol
yang kurang mengembang ini bisa disebabkan karena perubahan pH, pH carbopol
harus berada dalam kisaran pH 5-7 saat dikembangkan. Selain itu, pengadukan yang
tidak konstan juga dapat menyebabkan carbomer menjadi tidak halus dan juga air yang
kurang panas saat pengembangan karbomer dapat berpengaruh.
Evaluasi isi minimum dilakukan dengan menimbang berat kosong dari masing-
masing tube yang akan digunakan. Kemudian mengisi tube dengan gel. Berat tube
harus disesuaikan dengan keinginan isi gel yaitu sekitar 10 gram. Didapatkan tube 1
sebesar 11,58 gram, tube 2 sebesar 10 gram, tube 3 sebesar 10,45 gram dan tube 4
sebesar 10,01 gram.
Rekonsiliasi hasil pengolahan dihitung dengan membandingkan antara volume
gel nyata yang dihasilkan dengan volume liquid teoritis. Batas hasil rekonsiliasi 95-
100%. Didapatkan rekonsiliasi hasil pengolahan sebesar 100% artinya produk yang
dihasilkan sama dengan produk hasil perhitungan. Rekonsiliasi hasil pengisian yang
didapatkan 100%. Dengan tube yang terisi berjumlah 4 dan sesuai dengan jumlah tube
teoritis.
Perhitungan man hours dilakukan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan produksi suatu sediian dengan jumlah pekerja yang dibutuhkan
untuk membuat suatu sediaan pada kurun waktu tertentu. Pada perhitungan man hours
didapatkan penimbangan dilakukan selama 12 menit yang dikerjakan oleh satu
personel menghasilkan man hour sebesar 0,2. Pada proses pencampuran dibutuhkan
waktu selama 70 menit yang dikerjakan oleh satu personel menghasilkan man hour
sebesar 1,167. Pada proses pengisian dibutuhkan waktu selama 20 menit yang
dikerjakan oleh satu personel menghasilkan man hour sebesar 0,33. Sehingga
didapatkan seluruh proses berjalan selama 109 menit dengan jumlah personel tiga
orang dan didapatkan man hour sebesar 5,45. Nilai-nilai man hours ini dapat
menunjukkan produktivitas produksi. Proses yang membutuhkan waktu paling lama
adalah proses pencampuran karena proses pengembangan gelling agent yang
membutuhkan waktu yang cukup lama dan membuat gel menjadi homogeny
merupakan proses yang paling sulit dalam pembuatan sediaan gel.

LAMPIRAN
1. BATCH
2. DESIGN KEMASAN
Daftar Pustaka
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Lachman, L., et al. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri II. Jakarta: UI Press
Yuliani, H. S. 2005. Formulasi Gel Repelan Minyak Atsiri Tanaman Akar Wangi
(Vetivera zizanioidesi (L) Nogh): Optimasi komposisi Carbopol 3% b/v-
Propilenglikol. Majalah Farmasi Indonesia, 16 (4): 197-203

Anda mungkin juga menyukai