Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

Latar belakang

Tanaman jagung yang dalam bahasa ilmiahnya disebut Zea mays L., adalah salah satu jenis
tanaman biji-bijian yang menurut sejarahnya berasal dari Amerika. Orang-orang Eropa yang
datang ke Amerika membawa benih jagung tersebut ke negaranya. Melalui Eropa tanaman jagung
terus menyebar ke Asia dan Afrika. Baru sekitar abad ke-16 tanaman jagung ini oleh orang
Portugis dibawa ke Pakistan, Tiongkok dan daerah-daerah lainnya di Asia termasuk Indonesia
(Wirawan dan wahab, 2007).

Di Indonesia daerah-daerah penghasil tanaman jagung adalah Jawa Tengah, Jawa Barat,
Jawa Timur, Madura, Daerah Istimewa Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara,
Sulawesi Selatan, dan Maluku. Khusus daerah Jawa Timur dan Madura, tanaman jagung
dibudidayakan cukup intensif karena selain tanah dan iklimnya sangat mendukung untuk
pertumbuhan tanaman jagung (Warisno, 2007).

Jagung merupakan salah satu pangan dunia yang terpenting selain gandum dan padi.
Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif
sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia juga menggunakan
jagung sebagai bahan pangan yang penting. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga
ditanam (Suprapto, 1999).

Prospek usaha tani tanaman jagung cukup cerah bila dikelola secara intensif dan komersial
berpola agribisnis. Permintaan pasar dalam negeri dan peluang ekspor komoditas jagung
cenderung meningkat dari tahun ke tahun, baik untuk memenuhi kebutuhan pangan. Hasil
penelitian agroekonomi tahun 1981- 1986 menunjukkan bahwa permintaan terhadap jagung terus
meningkat (Rukmana, 1997).

memiliki sel-sel seludang pelbuluh yang mengandung klorofil. Di dalam sel ini terjadi
dekarboksilasi malat dan aspartat yang menghasilkan CO2 yang kemudian memasukki siklus
calvin membentuk pati dan sukrosa. Di tinjau dari segi kondisi lingkungan, tanaman C4 teradaptasi
pada terba (Irfan, 1999).

Tujuan

Untuk mengetahiau perbandingan pertumbuahan dan perkembanagan jagung manis dan


jagung pipilan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Taksonomi tanaman jagung

Tanaman jagung (Zea Mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari
keluarga rumput-rumputan. Tanaman ini merupakan salah satu tanaman pangan yang penting,
selain gandum dan padi. Tanaman jagung berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika,
melalui kegiatan bisnis orang Eropa ke Amerika. Pada abad ke-16 orang portugal
menyerbarluaskannya ke Asia termasuk Indonesia. Jagung oleh orang Belanda dinamakan main
dan oleh orang Inggris (Ki-Jin, 2000).

Secara umum, jagung memiliki kandungan gizi dan vitamin. Di antaranya kalori, protein,
lemak, karbohidrat, kalsium, dan mengandung banyak vitamin.

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotiledon

Ordo : Poales

Famili : Poaceae

Genus : Zea

Spesies : Zea mays L (Sepriliyana, 2010).

Pembuatan bedengan dilakukan setelah tanah diolah. Bedengan dilengkapi dengan


saluran pembuangan air. Ukuran bedengan adalah lebar 1-1,2 meter. Panjang 3-5 meter, dan tinggi
15-20 cm antara dua bedeng, dibuat parit untuk memasukkan dan mengalirkan air ke tempat
penanaman (Yudiwanti, 2010).

Benih yang akan digunakan sebaiknya bermutu tinggi, baik mutu genetik, fisik maupun
fisiologinya. Berasal dari varietas unggul (daya tumbuh besar, tidak tercampur benih lain, tidak
mengandung kotoran, tidak tercemar hama dan penyakit). Benih yang demikian dapat diperoleh
bila menggunakan benih bersertifikat (Sirait, 1989).

Pada waktu pengolahan lahan, keadaan tanah hendaknya tidak terlampau basah, tetapi
cukup lembab hingga mudah dikerjakan, sampai tanah cukup gembur. Tanah berpasir atau tanah
ringan tidak banyak memerlukan pengerjaan tanah. Pada tanah berat dengan kelebihan air, perlu
dibuat (drainase) pembuatan saluran dan pembubunan yang tepat dapat menghindarkan terjadinya
genangan air (Poehlman, 1959).

Morfologi tanman jagung

Akar.

Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun
sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar
adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman
(Burhanuddin, 2009).

Batang jagung

Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak
seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman
berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku.
Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin (Irfan, 2000).

Daun.

Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai
daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin
dan ada yang berambut. Stomata pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia
Poaceae. Setiap stomata dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting
dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada selsel daun (Puslitbangtan, 2000).

Bunga.

Jagung memiliki bunga jantandan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman
(monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut
floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan
tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna
kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol (Sinuraya, 1989).

Tongkol.

Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu
tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga
betina. Buah Jagung siap panen Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu
tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk
penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya protandri (Soemadi, 2000).
Syarat tumbuh tanaman jagung

Iklim

Iklim sedang hingga daerah beriklim basah. Pada lahan tidak beririgasi, curah hujan ideal
85-200 mm/bulan dan harus merata. Sinar matahari cukup dan tidak ternaungi Suhu 21-340C,
optimum 23-270C. Perkecambahan benih memerlukan suhu ± 300C (Effendi, 1999).

Tanah

Tanah gembur, subur dan kaya humus. Jenis tanah: andosol, latosol, grumosol, dan tanah
berpasir. Tanah grumosol memerlukan pengolahan tanah yang baik. Tanah terbaik bertekstur
lempung/liat berdebu. pH tanah 5,6 – 7,5. Aerasi dan ketersediaan air dalam kondisi baik.
Kemiringan ≤ 8%, lahan miring > 8%, perlu di teras. Tinggi tempat 1.000-1800 m dpl, optimum
0-600 m dpl (Sukarsono, 2003).

Anda mungkin juga menyukai