Anda di halaman 1dari 7

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Kesehatan Reproduksi


Sub Topik : Perkawinan Usia Muda
Sasaran : Remaja putri di desa Sidowangi
Hari, Tanggal : Selasa, 4 Juni 2013
Waktu : 45 menit
Tempat : Balai Desa Sidowangi

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah mendapatkan penyuluhan, peserta penyuluhan dapat mengetahui dan
mengerti tentang perkawinan usia muda.

B. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mendapatkan penyuluhan, diharapkan peserta dapat :
1. Menjelaskan pengertian perkawinan usia muda.
2. Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perkawinan usia
muda.
3. Menerangkan dampak perkawinan usia muda.
4. Menjelaskan cara pencegahan perkawinan usia muda.
5. Menyebutkan pemecahan masalah perkawinan usia muda.

C. Materi
1. Pengertian perkawinan usia muda.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perkawinan usia muda.
3. Dampak perkawinan usia muda.
4. Cara pencegahan perkawinan usia muda.
5. Pemecahan masalah perkawinan usia muda. ( materi terlampir )

D. Metode
Metode dilakukan dengan ceramah dan tanyajawab
E. Media
Leaflet yang berisi penjelasan tentang perkawinan usia muda.

F. Pelaksanaan Kegiatan
No. Kegiatan mahasiswa Kegiatan peserta
1. Pre conference (10’)
a Mengucapkan salam dan Membalas salam
memperkenalkan diri
b Apersepsi dengan memberi
pertanyaan dan menggali Menjawab dan memberi
pengetahuan tentang perkawinan pendapat
usia muda
c Menyempurnakan pendapat peserta. Memperhatikan
d Membagikan leaflet Menerima dan membaca
2. Pelaksanaan (25’)
a Menjelaskan definisi perkawinan Mendengarkan
usia muda.
b Menjelaskan faktor-faktor yang Memperhatikan
mempengaruhi terjadinya
perkawinan usia muda.
c Menjelaskan dampak perkawinan Memperhatikan
usia muda.
d Menjelaskan cara pencegahan Memperatikan
perkawinan usia muda.
e Menjelaskan pemecahan masalah Memperhatikan
perkawinan usia muda
3. Post conference (10’)
a Menyimpulkan hasil pemberian Memperhatikan
ceramah
b Memberikan kesempatan peserta Mengajukan pertanyaan
untuk bertanya langsung
G. Evaluasi
Evaluasi dilakukan selama proses berlangsung dan setelahnya.
Bentuk evaluasi adalah pertanyaan lisan :
1. Jelaskan pengertian perkawinan usia muda !
2. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perkawinan usia muda!
3. Jelaskan dampak perkawinan usia muda !
4. Jelaskan cara pencegahan perkawinan usia muda !
5. Sebutkan pemecahan masalah perkawinan usia muda !

H. Referensi
Bimo Walgito. 1981. Pengantar Psikologi Umum, Edisi III. Yogyakarta: Yayasan
Penerbit Fak. Psikologi UGM.
Tri Rusmi Widayatun. 1999. Ilmu Perilaku. Infomedika
http://alfiyah23.student.umm.ac.id/2010/01/29/dampak-pernikahan-dini/
http://female.kompas.com/read/2011/10/06/15331434/3.Dampak.Buruk.Pernikahan.
Dini
www.infosehat.com
www.kompas.co.id
www.infokita.com

Magelang, 20
Dosen Pembimbing Mahasiswa

( ) ( )
LAMPIRAN MATERI

1. Pengertian perkawinan usia muda.


Perkawinan usia muda adalah perkawinan yang terjadi pada perempuan
berusia kurang dari 18 tahun dan laki-laki berusia kurang dari 20 tahun.
Undang-undang negara kita telah mengatur batas usia perkawinan. Dalam
Undang-undang Perkawinan bab II pasal 7 ayat 1 disebutkan bahwa perkawinan
hanya diizinkan jika pihak pria mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak
perempuan sudah mencapai umur 16 (enam belas tahun) tahun.
Menurut agama pernikahan dini adalah pernikahan sebelum seorang anak
baligh.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perkawinan usia muda.


a. Adanya perjodohan yang dilakukan orang tua.
b. Para orang tua ingin mempercepat perkawinan dengan berbagai alasan ekonomi,
sosial anggapan tidak penting pendidikan bagi anak perempuan dan stigma negatif
terhadap status perawan tua.
c. Hal yang sama juga jika anak yang putus sekolah tersebut menganggur. Dalam
kekosongan waktu tanpa pekerjaan membuat mereka akhirnya melakukan hal-hal
yang tidak produktif. Salah satunya adalah menjalin hubungan dengan lawan
jenis, yang jika diluar kontrol membuat kehamilan di luar nikah.
d. Diajukannya pernikahan karena anak-anak telah melakukan hubungan biologis
layaknya suami istri. Dengan kondisi seperti ini, orang tua anak perempuan
cenderung segera menikahkan anaknya, karena menurut orang tua anak gadis ini,
bahwa karena sudah tidak perawan lagi, dan hal ini menjadi aib.
e. Hamil sebelum nikah

3. Dampak perkawinan usia muda.


a. Dampak biologis
Anak secara biologis alat-alat reproduksinya masih dalam proses menuju
kematangan sehingga belum siap untuk melakukan hubungan seks dengan lawan
jenisnya, apalagi jika sampai hamil kemudian melahirkan. Jika dipaksakan justru
akan terjadi trauma, perobekan yang luas dan infeksi yang akan membahayakan
organ reproduksinya sampai membahayakan jiwa anak. Patut dipertanyakan
apakah hubungan seks yang demikian atas dasar kesetaraan dalam hak
reproduksi antara isteri dan suami atau adanya kekerasan seksual dan pemaksaan
(penggagahan) terhadap seorang anak.
Anak perempuan berusia 10-14 tahun memiliki kemungkinan meninggal
lima kali lebih besar, selama kehamilan atau melahirkan, dibandingkan dengan
perempuan berusia 20-25 tahun. Sementara itu, anak yang menikah pada usia
15-19 tahun memiliki kemungkinan dua kali lebih besar.
b. Dampak psikologis
Secara psikis anak juga belum siap dan mengerti tentang hubungan seks,
sehingga akan menimbulkan trauma psikis berkepanjangan dalam jiwa anak
yang sulit disembuhkan. Anak akan murung dan menyesali hidupnya yang
berakhir pada perkawinan yang dia sendiri tidak mengerti atas putusan
hidupnya. Selain itu, ikatan perkawinan akan menghilangkan hak anak untuk
memperoleh pendidikan, hak bermain dan menikmati waktu luangnya serta hak-
hak lainnya yang melekat dalam diri anak.
Menurut temuan Plan, sebanyak 44 persen anak perempuan yang menikah
dini mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dengan tingkat
frekuensi tinggi. Sisanya, 56 persen anak perempuan mengalami KDRT dalam
frekuensi rendah.
c. Dampak Sosial
Fenomena sosial ini berkaitan dengan faktor sosial budaya dalam
masyarakat patriarki yang bias gender, yang menempatkan perempuan pada
posisi yang rendah dan hanya dianggap pelengkap seks laki-laki saja. Kondisi ini
sangat bertentangan dengan ajaran agama apapun termasuk agama Islam yang
sangat menghormati perempuan (Rahmatan lil Alamin). Kondisi ini hanya akan
melestarikan budaya patriarki yang bias gender yang akan melahirkan kekerasan
terhadap perempuan. Di bidang pendidikan, perkawinan dini mengakibatkan si
anak tidak mampu mencapai pendidikan yang lebih tinggi. Hanya 5,6 persen
anak kawin dini yang masih melanjutkan sekolah setelah kawin.

4. Cara pencegahan perkawinan usia muda.


a. Meningkatkan kesempatan mengikuti pendidikan lebih tinggi.
b. Pekerjaan, penampungan tenaga kerja perempuan.
c. Peningkatan penerangan kesehatan dan pendidikan seks, KB pada remaja.
d. Menyebarluaskan NKKBS.
e. Peningkatan usaha kesehatan remaja dalam persiapan perkawinan yaitu dengan
konseling.

5. Pemecahan masalah perkawinan usia muda.


a. Usia perkawinan yang baik menurut UU adalah di atas 20 tahun.
b. Diberi penyuluhan bahwa usia muda belum mampu dibebani ketrampilan fisik
untuk mencukupi kebutuhan keluarganya.
c. Diberi penjelasannya bahwa sikap mental yang labil dan belum matang
emosionalnya belum siap untuk bertanggung jawab.
d. Pendewasaan usia perkawinan dengan usaha memperoleh pendidikan yang lebih
tinggi.
e. Diberi penyuluhan bahwa perkawinan usia muda kesuburannya sangat tinggi.
f. Pasang poster dan memberikan leaflet yang memuat perkawinan usia muda
kemandiriannya masih rendah dan menyebabkan tingginya angka perceraian.
TUGAS
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PERKAWINAN USIA MUDA
Mata Kuliah : Komunikasi dan Konseling Praktik Kebidanan
Dosen Pembimbing : Ribkha Itha Idhayanti, S.Pd

Disusun oleh
Elsye Floriska M. P.174.24.212.059
Erlina Wijayanti P.174.24.212.060
Fathya Nur Arifah P.174.24.212.061
Fatima Putri P. P.174.24.212.062
Febriana P. A. S. P.174.24.212.063
Fira Pradian Sari P.174.24.212.064
Gati Ayuningtyas S. P.174.24.212.065
Hardita Rahmayati P.174.24.212.066
REGULER II/VANDA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG


PROGRAM STUDI KEBIDANAN MAGELANG
2013

Anda mungkin juga menyukai