Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
II. Prinsip
2.1 Kolorimetri, kuersetin akan bereaksi dengan AlCl 3 membentuk
kompleks warna. Hasil warna dari pencampuran ekstrak uji dengan
AlCl 3 dibandingkan dengan warna kompleks kuersetin dengan AlCl
3 (Chang,2002).
2.2 Spektrofotometri, senyawa satu dengan lainnya memiliki daya serap
gelombang cahaya berbeda-beda, sehingga dapat diidentifikasi
dengan menembakkan sinar tampak dan melihat absorbansi senyawa
terhadap sinar tersebut (Adeeyinwo, 2013).
2.3 KLT, setiap senyawa memiliki kepolaran yang berbeda-beda, dengan
eluen yang tepat, senyawa-senyawa dapat terpisah dan diidentifikasi
dalam KLT (Abidin, 2011).
5.2 Bahan
a. AlCl 3
b. Amonia
c. Aquades
d. Asam asetat
e. Ekstrak kental
f. Etanol
g. Kuersetin
h. Natrium asetat
i. N-butanol
VI. Metode
6.1 Pembuatan larutan uji ekstrak
Ekstrak ditimbang sebanyak 1 g kemudian dilarutkan dalam 25 ml
etanol 95%.Campuran ekstrak dan etanol diaduk selama 2 jam
dengan menggunakan alat pengaduk pada kecepatan 200 rpm. Filtrat
disaring kemudian ditambahkan etanol 95% sampai 25ml.
No Perlakuan Hasil
Kuarsetin baku ditimbang sebanyak 20 Didapatkan larutan kuarsetin 200 ppm
1 mg kemudian dilarutkan ke dalam 100 berwarna kuning
ml etanol 96%.
No Perlakuan Hasil
No Perlakuan Hasil
A1 = 0,5391
A2 = 0,5392
A3 = 0,5395
A’ = 0,5392
4 Jumlah flavonoid diukur dengan metode Diperoleh jumlah flavonoid
kolorimetri alumunium korida. sebesar 2,242%.
No Perlakuan Hasil
7.6 Perhitungan
Pembuatan Kurva Baku
Tabel nilai absorbansi pada panjang gelombang 431 nm
C (ppm) A1 A2 A3 A'
40 0.2712 0.2712 0.2712 0.2712
60 0.3439 0.3415 0.3424 0.3426
80 0.4681 0.468 0.4683 0.468133
100 0.6057 0.6058 0.6055 0.605667
120 0.7334 0.7318 0.7304 0.731867
Ket:
C = Konsentrasi (ppm)
A1 = Absorbansi pertama
A2 = Absorbansi kedua
A3 = Absorbansi ketiga
A’ = Absorbansi rata-rata
Kurva Baku Larutan Kuarsetin
0.8
0.7
y = 0.0059x + 0.0101
0.6
Absorbansi
R² = 0.9895
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 20 40 60 80 100 120 140
Konsentrasi (ppm)
y = 0.0059x + 0.0101
ket :
y = Absorbansi
x = Konsentrasi (ppm)
F1 =
Ket:
F1 = Jumlah flavonoid
C = Kesetaraan kuarsetin (g/ml)
V = Volume total ekstrak etanol (ml)
F = Faktor pengenceran
m = Massa sampel (g)
F1 =
= 2,242%
Perhitungan Nilai Rf
Rf baku = = = 0,94
Rf sampel = = 0,96
VIII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan pemeriksaan terhadap ektrstrak
yang telah dibuat di dalam laboratorium farmakognosi dan bahan alam
yaitu berupa ekstrak etanol dari daun jati belanda atau Guazuma
Ulmifolia. Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh denga cara
ekstraksi senywa aktif dari simplisia nabati maupun hewani menggunakan
pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan
dan massa yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku
yang telah ditentukan. Proses yang dilalui untuk mendapatkan ekstrak dari
suatu simplisia disebut dengan ekstraksi.
Pada praktikum ini dilakukan pemeriksaan kadar flavonoid total
ekstrak sebagai kuersetin dengan metode kolorimetri dan penentuan kadar
kuersetin dengan metode kromatografi latis tipis (KLT). Flavonoid
merupakan salah satu dari kandungan metabolit sekunder yang senyawa
tersebut hampir terkandung di semua tumbuhan. Flavonoid juga
merupakan metabolit sekunder yang memiliki banyak khasiat atau fungsi
yaitu sebagai antioksidan yang dapat menangkap atau mengikat radikal
bebas yang ada pada lingkungan karena mengandung gugus hidroksil
yang mampu menjadi donor hidrogen pada radikal bebas. Sedangkan
Kuersetin adalah flavonoid yang dapat ditemui di dalam berbagai buah,
sayur dan daun.
Hal pertama yang dilakukan yaitu dibuat larutan stok kuarsetin 200
ppm sebanyak 100 mL. Lalu dari larutan stok tersebut dilakukan
pengenceran sehingga didapat larutan baku quersetin dengan konsentrasi
120 ppm, 100 ppm, 80 ppm, 60 ppm dan 40 ppm. Alasan dilakukan
pengenceran yaitu untuk mendapatkan larutan baku quersetin dalam
berbagai variasi konsentrasi sehingga dapat dibuat kurva baku yang
memiliki regresi linier. Pengenceran juga dilakukan agar sampel tidak
terlalu pekat sehingga dapat diidentifikasi di spektrofotometer. Lalu
jumlah volume pengenceran yang dibuat tidak terlalu banyak disesuaikan
dengan kebutuhan pengamatan yang akan dilakukan agar tidak ada bahan
yang terbuang.
Setelah itu ke dalam beberapa gelas erlenmeyer dimasukkan 0,5 ml
larutan quersetin dengan berbagai konsentrasi lalu ditambahkan 0,1 mL
AlCl3, 0,1 mL kalium asetat, 1 mL etanol 95% dan 2,8 mL aquades.
Setelah itu, campuran larutan diinkubasi selama 30 menit pada suhu
ruang lalu diamati di spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang
maks 438 nm. Kurva kalibrasi dibuat dengan menghubungkan nilai
absorbansi sebagai sumbu y dan nilai konsentrasi baku quersetin sebagai
sumbu x.. Dari hasil pengukuran dan perhitungan didapat kurva baku
quersetin dengan y = 0,0059x + 0,0101.dan R² = 0.9895. Nilai R2 yang
baik menurut penelitian terbaru yaitu mendekati 1 Dengan begitu dapat
disimpulkan bahwa kurva baku yang dibuat dapat digunakan karena
memenuhi syarat validasi regresi linier. Nilai absorbansi yang digunakan
pada pembuatan kurva baku ini diambil dari absorbansi pada panjang
gelombang 431 nm pada alat spektrofotometer uv-vis.
Selanjutnya, dilakukan penentuan jumlah flavonoid dari larutan uji
ekstrak daun jati belanda. Pertama, 0,5 mL ekstrak etanol sampel diambil
lalu dicampurkan dengan 1,5 mL etanol 95%; 0,1 mL alumunium klorida
10%, 0,1 mL natrium asetat 1M dan 2,8 mL aquadest. Perlakuan ini sama
seperti perlakuan terhadap larutan baku kuarsetin karena keduanya akan
dibandingkan.
Alasan ditambahkannya AlCl3 yaitu agar terbentuk kompleks
berwarna biru antara AlCl3 dengan gugus keto pada atom C-4 dan gugus
hidroksi pada atom C-3 atau C-5 yang bertetangga dari golongan flavon
dan flavonon sehingga akan dapat diserap pada spektrofotometri UV-
Visibel. Panjang gelombang maksimal yang digunakan yaitu 438 nm
karena pada panjang gelombang tersebut dapat menyerap warna biru yang
dihasilkan oleh komplek AlCl3 dan quersetin secara maksimal.
Sedangkan penambahan kalium asetat berfungsi untuk mendeteksi adanya
gugus 7-hidroksil pada quersetin. Sebelum diamati di spektrofotometri
UV-Vis sampel diinkbasi terlebih dahulu agar reaksi dapat berjalan
sempurna sehingga memberikan intensitas warna yang maksimal, dengan
begitu cahaya yang diserap akan maksimal juga. Penambahan aquades
hanya sebagai pelarut agar didapat konsentrasi yang diinginkan.
Dalam menggunakan kuvet untuk uji spektrofotometri perlu
diperhatikan. Bagian kuvet yang boleh dipegang yaitu bagian yang agak
buram, jangan memegang bagian yang bening. Hal tersebut karena bagian
bening kuvet akan dilewati oleh sinar. Jika bagian bening dipegang
dengan tangan, dikhawatirkan ada kotoran atau lemak yang menempel
pada kuvet sehingga cahaya yang dilewatkan pada kuvet tidak dapat
menembus dan lewat pada larutan uji. Dengan begitu proses pengukuran
absorbansi akan terganggu.
Dari hasil pengukuran didapat nilai absorbansi rata-rata ekstrak
daun jati belanda yaitu 0,5392. Nilai tersebut merupakan nilai y.
Selanjutnya nilai y tersebut disubtitusikan pada persamaan yang didapat
pada pembuatan kurva baku untuk mendapatkan konsentrasi quersetin (C)
sebagai x. Dari hasil perhitungan didapat nilai konsentrasi sebesar
89,6893 ppm. Selanjutnya dihitung jumlah flavonoid yang terkandung
dalam ekstrak menggunakan rumus.
F1 =
IX. Kesimpulan
9.1 Dapat ditentukan kadar flavonoid ekstrak daun jati belanda dengan
metode kolorimetri aluminium klorida sebesar 2,242%. Hal ini tidak
sesuai dengan literature Farmakope Herbal Indonesia yang
seharusnya tidak kurang dari 3,20%.
9.2 Dapat diketahui adanya kandungan kuersetin dalam ekstrak daun jati
belanda dengan metode KLT dimana diperoleh Rf ekstrak sebesar
0,96 dan Rf baku kuarsetin sebesar 0,94.
DAFTAR PUSTAKA