Anda di halaman 1dari 20

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
Perancangan Irigasi dan Bangunan Air

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Berdasarkan kepustakaan mengenai sejarah kehidupan manusia, dapat diketahui
bahwa hubungan antara manusia dengan sumber daya air sudah terjalin sejak berabad-
abad yang lalu. Kerajaan-kerajaan besar yang sempat mencapai kejayaannya, baik di
negara kita maupun di belahan dunia yang lain, sebagian besar muncul dan berkembang
dari lembah dan tepi sungai (Kerajaan Majapahit, Sriwijaya, Mesir, Mesopotamia, dU.)
Beberapa hal penting yang menyebabkan eratnya hubungan manusia dengan
sumber daya air, dapat disebutkan antara lain :
a. Kebutuhan manusia akan kebutuhan makanan nabati
Untuk kelangsungan hidupnya, manusia membutuhkan juga makanan nabati. Jenis
makanan ini didapat manusia dari usahanya dalam mengolah tanah dengan
tumbuhan penghasil makanan. Untuk keperluan tumbuh dan berkembangnya,
tanaman tersebut memerlukan penanganan khusus, terutama dalam pengaturan
akan kebutuhan airnya. Manusia kemudian membuat bangunan dan saluran yang
berfungsi sebagai prasarana pengambil, pengatur dan pembagi air sungai untuk
pembasahan lahan pertaniannya. Bangunan pengambil air tersebut berupa
bangunan yang sederhana dan sementara berupa tumpukan batu, kayu dan tanah,
sampai dengan bangunan yang permanen seperti bendung, waduk dan bangunan-
bangunan lainnya.

b. Kebutuhan manusia akan kenyamanan dan keamanan hidupnya


Seperti telah diketahui bersama, dalam keadaan biasa dan normal, sungai adalah
mitra yang baik bagi kehidupan manusia. Namun, dalam keadaan dan saat-saat
tertentu, sungai pun adalah musuh manusia yang akan merusak kenyamanan dan
keamanan hidupnya. Pada setiap kejadian dan kegiatan yang ditimbulkan oleh sifat
dan perilaku sungai, manusia kemudian berfikir dan berupaya untuk sebanyak-
banyaknya memanfaatkan sifat dan perilaku sungai yang menguntungkan dan
memperkecil atau bahkan berusaha menghilangkan sifat yang merugikan

1
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
Perancangan Irigasi dan Bangunan Air

kehidupannya. Manusia lalu membangun bangunan-bangunan air sepanjang sungai


yang bertujuan untuk memanfaatkan sumber daya air sungai, misalnya bendungan-
bendungan, pusat listrik tenaga air ataupun membuat bangunan yang diharapkan
akan dapat melindungi manusia. terhadap bencana yang ditimbulkan oleh perilaku
sungai, misalnya waduk, krib, tanggul, penahan lereng, bronjong dan fasilitas
lainnya.

Kenyataan sejarah pun kemudian membuktikan, bahwa manusia yang tidak bisa
bersahabat dan melestarikan keberadaan sumber daya air yang ada, akan surut dan
runtuh kejayaannya. Kehancuran tersebut tidak hanya semata-mata karena disebabkan
oleh bencana yang ditimbulkan oleh.perilaku sungai, namun kebanyakan merupakan
proses akibat menurunnya fungsi sumber daya air sungai sehingga mematikan beberapa
sarana dan prasarana yang penting bagi kehidupan manusia.

1.2. Beberapa Pengertian


a. Daerah pengaliran : adalah daerah pada pengaliran sungai (DPS), dimana apabila
terjadi peristiwa-peristiwa alam dan perubahan hidro-klimatologi, akan
mempengaruhi kondisi pengaliran pada sungai tersebut.
b. Daerah irigasi atau daerah pengairan : adalah kesatuan wilayah atau daerah yang
mendapat air dari satu jaringan irigasi.
c. Daerah potensial : adalah daerah yang mempunyai kemungkinan baik untuk
dikembangkan.
d. Daerah fungsional : adalah bagian dari daerah potensial yang telah memiliki
jaringan irigasi yang telah dikembangkan, luas daerah fungsional ini sama atau
lebih keeil dari daerah potensial.
e. Jaringan irigasi : adalah saluran dan bangunan yang merupakan satu kesatuan dan
diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari penyediaan, pengambilan,
pembagian, pemberian dan penggunannya.
f. Petak irigasi : adalah petak lahan yang memperoleh pemberian air irigasi dari satu
jaringan irigasi.

2
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
Perancangan Irigasi dan Bangunan Air

g. Penyediaan irigasi : adalah penentuan banyaknya air yang dapat dipergunakan


untuk menunjang pertanian.
h. Pembagian air irigasi : adalah penyaluran air yang dilaksanakan oleh pihak yang
berwenang dalam ekspoitasi pada jaringan irigasi utama hingga ke petak tersier.
i. Pemberian air irigasi : adalah penyaluran jatah air irigasi dari jaringan utama ke
petak tersier.
j. Penggunaan air irigasi : adalah pemanfaatan air irigasi di tingkat usaha tani.

1.3. Tujuan dan Manfaat


Tujuan pembuatan suatu bangunan air di sungai adalah sebagai upaya manusia
untuk meningkatkan faktor yang menguntungkan dan memperkecil atau menghilangkan
faktor yang merugikan dari suatu sumber daya air terhadap kehidupan manusia.
Manfaat dari suatu bangunan air di sungai adalah untuk membantu manusia dalam
kelangsungan hidupnya, dalam upaya penyediaan makanan nabati dan memperbesar
rasa aman dan kenyamanan hidup manusia terutama yang hidup di lembah dan di tepi
sungai.
Tujuan irigasi pada suatu daerah adalah upaya untuk penyediaan dan pengaturan air
untuk menunjang pertanian, dari sumber air ke daerah yang memerlukan dan
mendistribusikan secara teknis dan sistematis.
Adapun manfaat suatu sistem irigasi adalah :
a. Untuk membasahi tanah, yaitu membantu pembasahan tanah pada daerah yang
curah hujannya kurang atau tidak menentu.
b. Untuk mengatur pembasahan tanah, yang dimaksudkan agar daerah pertanain dapat
diairi sepanjang waktu, baik pada musim kemarau mupun pada musim penghujan.
c. Untuk menyuburkan tanah, yaitu dengan mengalirkan air yang mengandung lumpur
pada daerah pertanian sehingga tanah dapat menerima unsur-unsur penyubur.
d. Untuk kolmatase, yaitu meninggikan tanah yang rendah (rawa) dengan endapan
lumpur yang dikandung oleh air irigasi.
e. Untuk penggelontoran air di kota, yaitu dengan menggunakan air irigasi,
kotoran/sampah di kota digelontor ke tempat yang telah disediakan dan selanjutnya
dibasmi secara alamiah.

3
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
Perancangan Irigasi dan Bangunan Air

f. Pada daerah dingin, dengan mengalirkan air yang suhunya lebih tinggi daripada
tanah, dimungkinkan untuk mengadakan pertanian juga pada musim tersebut.

1.4. Metode Penulisan


Metode yang dipakai adalah metode studi literatur, yaitu berdasarkan teori – teori
yang diambil dari buku dan bimbingan, arahan dari dosen pembimbing.

1.5. Landasan Teori


1.5.1. Pengertian Irigasi
Irigasi berasal dari istilah irrigaite dalam bahasa Belanda atau irrigation dalam
bahasa Inggris. Irigasi dapat diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan untuk
mendatangkan air dari sumbernya guna keperluan pertanian, mengalirkan dan
membagikan air secara teratur dan setelah digunakan dapat pula dibuang
kembali (Erman Mawardi et al.,2002). Untuk mengairi suatu daerah irigasi,
haruslah ditinjau adanya sumber airnya. Dalam hal ini, adalah sungai yang
memiliki debit dan elevasi yang cukup untuk disadapkan ke saluran induk.
Pengambilan air dari sungai dapat dilakukan secara bebas apabila elevasi sawah
lebih rendah dari elevasi sungai, karena air akan lebih mudah mengalir dari
tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Permasalahan yang timbul adalah
apabila sungai tersebut memiliki elevasi yang lebih rendah daripada elevasi
sawah yang akan diari. Permasalahan ini dapat diatasi dengan membuat
bendung. Dibangunnya suatu bendung adalah untuk menaikkan elevasi muka air
sungai sehingga dapat mengairi suatu daerah irigasi yang memiliki elevasi yang
lebih tinggi. Tujuan dibangunnya suatu bendung adalah:
 Menaikan elevasi air sehingga daerah yang bisa dialiri menjadi lebih luas.
 Memasukkan air dari sungai ke saluran melalui Intake
 Mengontrol sedimen yang masuk ke saluran sungai.
 Mengurangi fluktuasi sungai.
 Menyimpan air dalam waktu singkat.

4
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
Perancangan Irigasi dan Bangunan Air

1.5.2. Fungsi dan Pengertian Bendung


Bendung merupakan salah satu apa yang disebut dengan Diversion Hard Work,
yaitu bangunan utama dalam suatu jaringan irigasi yang berfungsi untuk
menyadap air dari suatu sungai sebagai sumbernya.

Bendung adalah suatu bangunan konstruksi yang terletak melintang memotong


suatu aliran sungai. Hal ini harus dibedakan dengan waduk yang bersifat
menampung dan menyimpan air. Pada hakekatnya bendung dapat disamakan
sebagai bangunan pelimpah atau Over Flow Weir Type.

Syarat-syarat konstruksi bendung yang harus dipenuhi antara lain :


1. Bendung harus stabil dan mampu menahan tekanan air pada waktu banjir.
2. Pembuatan bendung harus memperhitungkan kekuatan daya dukung tanah
di bawahnya.
3. Bendung harus dapat menahan bocoran (seepage) yang disebabkan oleh
aliran air sungai dan aliran air yang meresap ke dalam tanah.
4. Tinggi ambang bendung harus dapat memenuhi tinggi muka air minimum
yang diperlukan untuk seluruh daerah irigasi.
5. Bentuk peluap harus diperhitungkan, sehingga air dapat membawa pasir,
kerikil dan batu-batu dari sebelah hulu dan tidak menimbulkan kerusakan
pada tubuh bendung.

Pemilihan lokasi bendung yang dibicarakan yaitu untuk bendung tetap permanen
bagi kepentingan irigasi. Dalam pemilihan hendaknya dipilih lokasi yang paling
menguntungkan dari berbagai segi. Misalnya dilihat dari segi perencanaan,
pengamanan bendung, pelaksanaa, pengoperasian, dampak pembangunan, dan
lain sebagainya. Lokasi bendung dipilih atas pertimbangan beberapa aspek yaitu
:

5
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
Perancangan Irigasi dan Bangunan Air

 Keadaan Topografi
1) dalam hal ini semua rencana daerah irigasi dapat terairi, sehingga
harus dilihat elevasi sawah tertinggi yang akan diari
2) bila elevasi sawah tertinggi yang akan diairi telah diketahui maka
elevasi mercu bendung dapat ditetapkan
3) dari kedua hal di atas, lokasi bendung dilihat dari segi topografi dapat
diseleksi
4) disamping itu ketinggian mercu bendung dari dasar sungai dapat pula
direncanakan

 Kondisi Topografi
Dilihat dari lokasi bendung, harus memperhatikan beberapa aspek yaitu :
1) ketinggian bendung tidak terlalu tinggi
2) trase saluran induk terletak di tempat yang baik
3) penempatan lokasi intake yang tepat dilihat dari segi hidraulik dan
angkutan sedimen

 Kondisi Hidraulik dan Morfologi


Dilihat dari lokasi bendung ; termasuk angkutan sedimennya adalah faktor
yang harus dipertimbangkan pula dalam pemilihan lokasi bendung yang
meliputi :
1) pola aliran sungai : kecepatan, dan arahnya pada waktu debit banjir,
sedang dan kecil
2) kedalaman dan lebar muka air pada waktu debit banjir, sedang dan
kecil
3) tinggi muka air pada debit banjir rencana
4) potensi dan distribusi angkutan sedimen
Bila persyaratan di atas tidak terpenuhi maka dipertimbangkan
pembangunan bendung di lokasi lain misalnya di sudetan sungai atau
dengan jalan membangun pengendalian sungai.

6
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
Perancangan Irigasi dan Bangunan Air

 Kondisi Tanah Fundasi


Bendung harus ditempatkan di lokasi dimana tanah fundasinya cukup baik
sehingga bangunan akan stabil. Faktor lain yang harus dipertimbangkan
pula yaitu potensi kegempaan, potensi gerusan karena arus dan sebagainya
; secara teknik bendung dapat ditempatkan di lokasi sungai dengan tanah
fundasi yang kurang baik, tetapi bangunan akan membutuhkan biaya yang
tinggi, peralatan yang lengkap dan pelaksanaan yang tidak mudah.

 Biaya Pelaksanaan
Beberapa alternatif lokasi harus dipertimbangkan ; yang selanjutnya biaya
pelaksanaan dapat ditentukan dan cara pelaksanaannya, peralatan dan
tenaga. Biasanya biaya pelaksanaan ditentukan berdasarkan pertimbangan
teraqkhir. Dari beberapa alternatif lokasi ditinjau pula dari segi biaya yang
paling murah dan pelaksanaan yang tidak terlalu sulit.

 Faktor-faktor lain
Yang harus dipertimbangkan dalam memilih lokasi bendung yaitu
penggunaan lahan di sekitar bendung, perubahan morfologi sungai, daerah
genangan yang tidak terlalu luas dan ketinggian tanggul banjir.

1.5.3. Pembagian Bendung


 Berdasarkan cara pembendungannya
Pembendungan air dapat tidak hanya dengan puncak pelimpah yang
permanen saja, tetapi dapat juga dilengkapi dengan pintu pengatur yang
bekerja di atas puncak ambang bendung. Berdasarkan hal tersebut, maka
bendung dapat dibagi menjadi :
1) Bendung
Bila seluruh atau sebagian besar dari pembendungannya dilakukan oleh
sebuah puncak pelimpah yang permanen. Meskipun bendung juga
dilengkapi dengan pintu, tetapi bagian dari pintu ini lebih kecil dalam
pelaksanaan pembendungan air .

7
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
Perancangan Irigasi dan Bangunan Air

2) Baragge
Jika seluruh pembendungan atau sebagian besar dari pembendungan
dilakukan oleh pintu. Pada Barrage yang pembendungannya dilakukan
seluruhnya oleh pintu, maka pada waktu banjir pintu tersebut dibuka
sehingga peluapannya akan menjadi minimum/ berkurang.

 Berdasarkan Fungsinya
1) Bendung Pengarah ( Diversion Weir )
Diversion Weir adalah suatu bangunan pelimpah dengan atau tanpa
pintu penutup dan terletak melintang atau memotong kedalaman dasar
sungai. Fungsinya adalah untuk membelokkan air sungai ke saluran
primer

2) Bendung Penahan
Fungsinya adalah untuk menyimpan air banjir atau manahan air banjir
pada saat banjir datang sebagai penahan atau pengontrol banjir.

 Berdasarkan Bentuk dan Material Konstruksi


1) Masonary Weir With Vertical Drops.
Bendung tipe ini terdiri dari sebuah lantai horisontal dan sebuah puncak
ambang dari pasangan batu tembok dengan permukaan air hampir
tegak. (kadang-kadang juga dilengkapi dengan pintu ). Bendung tipe ini
cocok untuk tanah dasar lempung keras.

2) Rock Dry Stone Weir.


Bendung tipe ini adalah tipe yang sederhana, tipe ini cocok untuk tanah
dasar berpasir halus seperti tanah alluvial. Bendung tipe ini juga
membutuhkan jumlah batu yang sangat banyak, jadi bendung tipe ini
tidak banyak dipakai.

8
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
Perancangan Irigasi dan Bangunan Air

1.5.4. Bangunan yang Terdapat Pada Bendung


 Tubuh Bendung ( Weir )
Adalah bagian yang selalu atau boleh dilewati air baik dalam keadaan normal
maupun air banjir.
Tubuh bendung harus aman terhadap:
 Tekanan air
 Tekanan akibat perubahan debit yang mendadak.
 Tekanan gempa
 Akibat berat sendiri

 Bangunan Pembilas
Pada hulu bendung tepat di hilir pengambilan, dibuat bangunan pembilas
guna mencegah masuknya bahan sidemen kasar ke dalam saluran irigasi.
Ada empat tipe, yaitu:
 Pembilas pada tubuh bendung dekat pengambilan.
 Pembilas bawah
 Shunt undersluice
 Pengambilan bawah tipe boks
Untuk mengurangi aliran yang bergolak ( Turbulent ) yang terjadi didekat
intake maka perlu dibangun bangunan penguras ( Under Sluice ).

 Bangunan Penguras
Fungsinya adalah untuk mengurangi aliran yang bergolak ( Turbulent ) yang
terjadi di dekat intake. Puncak ambang dari under sluice dijaga agar lebih
rendah dari puncak ambang bendung, sehingga akan membantu membawa
debit pada musim kering ke arah under sluice. Normalnya, permukaan puncak
ambang under sluice ini sama dengan permukaan dasar saluran terdalam pada
musim kering. Dengan membukanya pintu penguras, maka akan
menggelontor endapan lumpur yang terdapat di depan intake maupun di
under sluice.

9
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
Perancangan Irigasi dan Bangunan Air

 Dinding Pemisah (Divide Wall )


Terbuat dari susunan batu kali atau beton yang dibangun disebelah kanan
sumbu bendung dan membatasi antara tubuh bendung dengan under sluice
(Bangunan Penguras).
Fungsi utama dari dinding pemisah yaitu :
 Membagi antara bendung utama dan under sluice, karena kedudukan
under sluice lebih rendah daripada tubuh bendung.
 Membantu mengurangi arus yang bergolak didekat intake sehingga
lumpur akan mengendap di under sluice dan air yang bebas lumpur
akan masuk ke intake.

 Canal Head Regulator (Intake)


Berfungsi sebagai :
 Mengatur pemasukan air kedalam saluran.
 Mengontrol masuknya lumpur kedalam sungai.
 Menahan banjir sungai masuk kedalam saluran.
Regulator umumnya terletak di sisi sebelah kanan bendung dan agak
menyudut ( antara 90° – 110° dengan sumbu horizontal ).

 Kantong Lumpur
Berfungsi untuk mengendapkan fraksi-fraksi sedimen yang lebih besar dari
fraksi pasir halus ( 0,06 s/d 0,07mm ) dan biasanya ditempatkan persis
disebelah hilir bangunan pengambilan. Bahan-bahan yang telah mengendap
dalam kantung lumpur kemudian dibersihkan secara berkala melalui saluran
pembilas kantong lumpur dengan aliran yang deras untuk menghanyutkan
endapan-endapan itu ke sungai sebelah hilir.

 Bangunan Pelengkap
Terdiri dari bangunan-bangunan atau pelengkap yang akan ditambahkan ke
bangunan utama untuk keperluan :
 Pengukuran debit dan muka air di sungai maupun di saluran sungai.

10
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
Perancangan Irigasi dan Bangunan Air

 Pengoperasian pintu
 Peralatan komunikasi, tempat berteduh serta perumahan untuk tenaga
eksploitasi dan pemeliharaan.
 Jembatan diatas bendung, agar seluruh bagian bangunan utama mudah
dijangkau atau agar bagian-bagian itu terbuka untuk umum.

11
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
Perancangan Irigasi dan Bangunan Air

6 10

3
4
7

Gambar 1.1 Bangunan yang Terdapat pada Bendung

Keterangan :

1. Mercu bendung.

2. Tubuh Bendung.

3. Bangunan Pembilas.

4. Intake.

5. Pintu Kontrol Intake

6. Dinding Pemisah(Divide Wall).

12
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
Perancangan Irigasi dan Bangunan Air

7. Canal Head Regulator.

8. Kantong lumpur.

9. Kolam Olakan.

10. Dinding penahan Tanah

1.5.5. Keadaan Tubuh Bendung


 Menentukan tinggi muka air maksimum pada sungai
Dalam menentukan tinggi muka air maksimum pada sungai dipengaruhi oleh:
 Kemiringan dasar sungai ( I ),
 Lebar dasar sungai (b),
 Debit maksimum (Qd).

 Menentukan tinggi mercu bending


Tinggi mercu bendung dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
 Elevasi sawah bagian hilir tertinggi dan terjauh,
 Elevasi kedalaman air di sawah,
 Kehilangan tekanan dari saluran tersier ke sawah,
 Kehilangan tekanan dari saluran sekunder ke saluran tersier,
 Kehilangan tekanan dari saluran primer ke saluran sekunder,
 Kehilangan tekanan karena kemiringan saluran,
 Kehilangan tekanan di alat – alat ukur,
 Kehilangan tekanan dari sungai ke saluran primer,
 Persediaan tekanan untuk eksploitasi,
 Persediaan untuk bangunan lain.

Tinggi mercu bendung, p, yaitu ketinggian antara elevasi lantai udik/ dasar
sungai di udik bendung dan elevasi mercu. Dalam menentukan tinggi mercu
bendung maka harus dipertimbangkan terhadap :
 kebutuhan penyadapan untuk memperoleh debit dan tinggi tekan
 kebutuhan tinggi energi untuk pembilasan

13
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
Perancangan Irigasi dan Bangunan Air

 tinggi muka air genangan yang akan terjadi


 kesempurnaan aliran pada bendung
 kebutuhan pengendalian angkutan sedimen yang terjadi di bendung.
 tinggi mercu bendung, dianjurkan tidak lebih dari 4,00 meter dan
minimum 0,5 H (H = tinggi energi di atas mercu).

 Menentukan tinggi air di atas mercu bendung


Tinggi air di atas mercu bendung dipengaruhi oleh:
 Lebar Bendung (B)
Lebar bendung adalah jarak antara dua tembok pangkal bendung
(abutment), termasuk lebar bangunan pembilas dan pilar-pilarnya. Ini
disebut lebar mercu bruto. Biasanya lebar bendung (B)  6/5 lebar
normal (Bn).
Dalam penentuan panjang mercu bendung, maka harus diperhitungkan
terhadap :
1. kemampuan melewatkan debit desain dengan tinggi jagaan yang
cukup
2. batasan tinggi muka air genangan maksimum yang diijinkan
pada debit desain
Berkaitan dengan itu panjang mercu dapat diperkirakan :
1. sama lebar dengan lebar rata-rata sungai stabil atau pada debit
penuh alur (bank full discharge).
2. umunya diambil sebesar 1,2 kali lebar sungai rata-rata, pada
ruas sungai yang telah stabil.

Pengambilan lebar mercu tidak boleh terlalu pendek dan tidak pula
terlalu lebar. Bila desain panjang mercu bendung terlalu pendek, akan
memberikan tinggi muka air di atas mercu lebih tinggi. Akibatnya
tanggul banjir di udik akan bertambah tinggi pula. Demikian pula
genangan banjir akan bertambah luas. Sebaliknya bila terlalu lebar
dapat mengakibatkan profil sungai bertambah lebar pula sehingga akan

14
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
Perancangan Irigasi dan Bangunan Air

terjadi pengendapan sedimen di udik bendung yang dapat menimbulkan


gangguan penyadapan aliran ke intake.

 Lebar Efektif Bendung


Lebar efektif bendung adalah lebar bendung yang bermanfaat untuk
melewatkan debit. Untuk menetapkan besarnya lebar efektif bendung,
pelu diketahui mengenai eksploitasi bendung, karena pengaliran air di
atas pintu lebih sukar daripada pengairan air di atas mercu bendung,
maka kemampuan pintu pembilas untuk pengaliran air dianggap hanya
80%, maka lebar efektif bendung dapat dihitung dengan rumus:
Lef  B   b   t  0.80   b
 B   t  0.20   b

Di mana: Lef = Lebar efektif bendung


B = Lebar seluruh bendung

t = Jumlah tebal pilar

b = Jumlah lebar pintu pembilas

 Menentukan panjang dan dalam kolam Olak


Kolam olak adalah suatu konstruksi yang berfungsi sebagai peredam energi
yang terkandung dalam aliran dengan memanfaatkan loncatan hidraulis dari
suatu aliran yang berkecepatan tinggi. Kolam olak sangat ditentukan oleh
tinggi loncatan hidraulis, yang terjadi di dalam aliran. Rumus yang dipakai
untuk menentukan dalam kolam olak adalah RUMUS SCHOKLISH yaitu:
4.75
T 0.32
 h  d 0.2  q 0.53
d
Dimana: T = Scouring depth
d = Diameter terbesar yang hanyut waktu banjir
h = Beda tinggi
q = Debit persatuan lebar

15
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
Perancangan Irigasi dan Bangunan Air

Sedangkan rumus yang digunakan untuk menentukan panjang kolam olak


adalah Rumus Angerholzer yaitu:


LS  Vi  2 g  Hd   2p
2
H

Dimana: L = Scouring length


Hd = Tinggi air diatas bendung
Vi = Kecepatan pada kolam olak
g = gravitasi (9.8 m2/detik)

 Menentukan Panjang Lantai Muka


Akibat dari pembendungan sungai akan menimbulkan pebedaan tekanan,
selanjutnya akan terjadi pengaliran di bawah bendung. Karena sifat air
mencari jalan dengan hambatan yang paling kecil yang disebut “Creep Line”,
maka untuk memperbesar hambatan, Creep Line harus diperpanjang dengan
memberi lantai muka atau suatu dinding vertical.
Untuk menentukan Creep Line, maka dapat dicari dengan rumus atau teori:

 Teori Bligh
Menyatakan bahwa besarnya perbedaan tekanan di jalur pengaliran
adalah sebanding dengan panjang jalan Creep Line.
L
AH 
cBligh
Dimana: ΔH = Beda tekanan
L = Panjang creep line
C = creep ratio

 Teori Lane
Teori Lane ini memberikan koreksi terhadap teori Bligh, bahwa energi
yang diperlukan oleh air untuk mengalir kea rah vertical lebih besar
daripada arah horizontal dengan perbandingan 3:1, sehingga dapat
dianggap :

16
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
Perancangan Irigasi dan Bangunan Air

LV  3  LH
Dimana: H = Tekanan
L = Panjang creep line

 Menentukan Stabilitas Bendung


Untuk mengetahui kekuatan bendung, sehingga konstruksi bendung sesuai
dengan yang direncanakan dan memenuhi syarat yang telah ditentukan.
Stabilitas bendung ditentukan oleh gaya – gaya yang bekerja pada bendung,
seperti:
 Gaya berat,
 Gaya gempa,
 Tekanan Lumpur,
 Gaya hidrostatis,
 Gaya Uplift Pressure (Gaya Angkat).

 Perencanaan Pintu
Perencanaan pintu berfungsi mengatur banyaknya air yang masuk ke saluran
dan mencegah masuknya benda-benda padat dan kasar ke dalam saluran
(pintu pengambilan atau intake gate). Pada bendung tempat pengambilan bisa
terdiri dari 2 pintu yaitu kanan dan kiri, bisa juga hanya satu tergantung letak
daerah yang akan dialiri. Tinggi ambang tergantung pada material yang
terbawa oleh sungai. Ambang makin tinggi makin baik, untuk mencegah
masuknya benda padat dan kasar ke saluran, tapi tinggi ini ditentukan atau
dibatasi oleh ukuran pntu. Pada waktu banjir, pintu pengambilan cukup
ditutup untuk mencegah masuknya benda kasar ke saluran. Penutupan pintu
tidak berakibat apa apa karena saat banjir di sungai biaanya tidak lama. Maka
yang dianggap air normal pada sungai adalah setinggi mercu. Ukuran pintu
ditentukan dari segi praktis dan estetika. Lebar pintu biasanya maksimal 2 m
untuk pintu dari kayu. Jika terdapat ukuran yang lebih besar dari 2 m, harus
dibuat lebih dari satu pintu dengan pilar-pilar diantaranya.

17
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
Perancangan Irigasi dan Bangunan Air

 Pintu Penguras
Lebar pintu penguras biasanya diambil dari 1/10 lebar bendung (B),
sedangkan pada saat banjir pintu penguras ditutup. Dan bila banjir lewat di
atas pintu, maka tinggi pintu penguras harus setinggi mercu bendung. Oleh
karena itu, tebal pintu juga harus diperhitungkan untuk tinggi air setinggi air
banjir.

1.6. Stabilitas Bendung


Stabilitas suatu bendung harus memenuhi syarat – syarat konstruksi dari bendung,
antara lain:
 Bendung harus stabil dan mampu menahan tekanan air pada waktu banjir.
 Bendung harus dapat menahan bocoran yang disebabkan oleh aliran sungai dan aliran
air yang meresap di dalam tanah.
 Bendung harus diperhitungkan terhadap daya dukung tanah di bawahnya.
 Tinggi ambang bendung atau crest level harus dapat memenuhi tinggi muka air
minimum yang diperlukan untuk seluruh daerah irigasi.
 Peluap harus berbentuk sedemikian rupa agar air dapat membawa pasir, kerikil, dan
batu – batuan dan tidak menimbulkan kerusakan pada puncak ambang.

1.7. Tipe Mercu Bendung


Tipe bendung yang terdapat di Indonesia, bentuk profilnya adalah sebagai berikut:
a. Type Mercu Bulat
Untuk bendung dengan mercu bulat memiliki harga koefisien debit yang jauh
lebih tinggi (44%) dibandingkan koefisien bendung ambang lebar. Pada
sungai – sungai, type ini banyak memberikan keuntungan karena akan
mengurangi tinggi muka air hulu selama banjir. Harga koefisien debit menjadi
lebih tinggi karena lengkung stream line dan tekanan negatif pada mercu.
Untuk bendung dengan 2 jari – jari hilir akan digunakan untuk menemukan
harga koefisien debit.

18
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
Perancangan Irigasi dan Bangunan Air

r
r

Gambar 1.2 Gambar Mercu Tipe Bulat

b. Type Mercu Ogee


Bentuk mercu type Ogee ini adalah tirai luapan bawah dari bendung ambang
tajam aerasi. Sehingga mercu ini tidak akan memberikan tekanan sub atmosfer
pada permukaan mercu sewaktu bendung mengalirkan air pada debit
rencananya. Untuk bagian hulu mercu bervariasi sesuai dengan kemiringan
permukaan hilir. Salah satu alasan dalam perencanaan digunakan Tipe Ogee
adalah karena tanah disepanjang kolam olak, tanah berada dalam keadaan baik,
maka tipe mercu yang cocok adalah tipe mercu ogee karena memerlukan lantai
muka untuk menahan penggerusan, digunakan tumpukan batu sepanjang kolam
olak sehingga dapat lebih hemat.

r2 r
r
r2 1 1

Gambar 1.3 Gambar Mercu Tipe Ogee

c. Tipe Vlughter
Tipe ini digunakan pada tanah dasar aluvial dengan kondisi sungai tidak
membawa batuan-batuan besar. Tipe ini banyak dipakai di Indonesia.
d. Tipe Schoklitsch

19
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
Perancangan Irigasi dan Bangunan Air

Tipe ini merupakan modifikasi dari tipe Vlughter terlalu besar yang
mengakibatkan galian atau koperan yang sangat besar.

1.8. Tinggi Jagaan


Tinggi Jagaan berguna untuk :

 Menaikkan muka air di atas tinggi muka air maksimum


 Mencegah kerusakan tanggul saluran
Meningginya muka air sampai di atas tinggi yang telah direncanakan bisa disebabkan
oleh penutupan pintu secara tiba – tiba disebelah hilir; variasi ini akan bertambah
dengan membesarnya debit. Meningginya muka air dapat pula diakibatkan oleh
pengaliran air buangan ke dalam saluran.

Tinggi jagaaan minimum yang diberikan pada saluran primer dan sekunder dikaitkan
dengan debit rencana saluran, seperti yang diperlihatkan dalam tabel.

Tabel 1.1 Tinggi jagaan minimum untuk saluran tanah

Q (m3/dt) Tinggi Jagaan (m)

< 0,5 0,40

0,5 – 1,5 0,50

1,5 – 5,0 0,60

5,0 – 10,0 0,75

10,0 – 15,0 0,85

>15,0 1,00

Sumber : Kriteria perencanaan KP-03

20

Anda mungkin juga menyukai