Bab 1-5 Done Revisi
Bab 1-5 Done Revisi
PENDAHULUAN
1. Distilasi Kontinyu
Proses ini berlangsung terus-menerus yaitu pertama-tama cairan campuran
diumpankan ke dalam menara kolom. Selanjutnya cairan yang tidak berubah
menjadi uap menuju ke bawah akibat gaya gravitasi, sedangkan cairan yang
menjadi uap bergerak ke atas. Untuk cairan ke bawah selanjutnya keluar kolom
untuk diumpankan ke reboiler. Hasil reboiler yang berupa gas dikembalikan lagi
ke dalam kolom dan yang tidak langsung mengalir keluar menjadi produk bawah.
Untuk gas hasil distilasi selanjutnya dikondensasikan menjadi cairan yang disebut
dengan produk distilasi. Sedangkan gas yang tidak terkondensasi selanjutnya
dikembalikan ke dalam kolom distilasi untuk diproses kembali. Pada proses
distilasi secara kontinyu dikenal dengan istilah bagian rectifying dan bagian
stripping. Bagian rectifying adalah proses bagian atas setelah gas keluar dari
kolom distilasi dan bagian stripping adalah proses bagian bawah setelah cairan
keluar dari kolom distilasi. Biasanya dalam kolom ini digunakan untuk
memisahkan umpan multikomponen untuk menghasilkan dua atau lebih produk
murni.
3. Distilasi Semi-Batch/Kontinyu
Proses kerja dari distilasi semi batch/kontinyu adalah menggabungkan
prinsip kerja dari distilasi batch dan distilasi kontinyu. Contohnya adalah dimana
terjadi kesamaan antara prinsip kerja pada proses batch, akan tetapi terdapat
1. Keadaan mula
Campuran A dan B (fasa cair), A adalah komponen yang
lebih mudah menguap :
XA,0 = fraksi mol A di fasa cair
XB,0 = fraksi mol B di fasa cair
Gambar 2.1 XA + XB = 1 ……………………………………….(2.1)
2. Campuran diuapkan sebagian, uap dan cairannya dibiarkan dalam keadaan
setimbang :
XA,1 = Fraksi mol A di fasa cair (setimbang)
XB,1 = Fraksi mol B di fasa cair (setimbang)
YA,1 = Fraksi mol A di fasa uap (setimbang)
YB,1 = Fraksi mol B di fasa uap (setimbang)
Pada keadaan ini maka :
Gambar 2.2 YA,1 > XA,1
YB,1 < XB,1
Dalam banyaknya biner, titik didih campuran terletak diantara titik didih
yang lebih mudah menguap (TA) dan titik didih komponen yang kurang mudah
menguap (TB) yang ditunjukan oleh Gambar 2.4 untuk setiap suhu harga yA selalu
lebih besar dari pada xA.
Ada beberapa campuran biner yang titik didihnya diatas atau dibawah titik
didih kedua komponennya. Campuran pertama disebut campuran azeotrop
minimum yang di tunjukan oleh Gambar 2.4 dan Gambar 2.5. Dalam kedua hal,
yA tidak selalu lebih besar dari xA, ada kesetimbangan uap cairan dengan yA lebih
kecil dari xA.
Pada titik azeotrop, sama dengan xA dan campuran cairan dengan
komposisi sama dengan titik azeotrop tidak dapat dipisahkan dengan cara distilasi.
xA,1 dan yA,1 adalah komposisi cairan dan uap pada
keadaan setimbang
αX A
YA .................................................................................................... (2.3)
1 αX A X A
Misalkan cairan Ln-1 dengan komposisi xA,n-1 dicampur dengan uap Vn+1 dengan
komposisi yA,n+1, seperti pada Gambar 2.8. Pencampuran tersebut berlangsung
pada suatu tahap kesetimbangan n, yang ditunjukkan pada titik m dalam Gambar
8. Pada tahap kesetimbangan n, akan terbentuk uap dan cairan baru yang dalam
keadaan setimbang (Vn dan Ln). Uap Vn mempunyai komposisi yA,n sedang cairan
Ln yang mengandung lebih banyak komponen A (yA,n > yA,n+1) dan cairan baru Ln
yang mengandung lebih sedikit komponen A (xA,n < XA,n-1). Demikian operasi
kesetimbangan diulang berkali-kali, sehingga diperoleh uap yang sangat kaya A
dan cairan yang sangat miskin A
Gambar 2.11 Aliran perpindahan massa pada proses distilasi multi tahap
Pada operasi dengan refluks total, maka jumlah tahap minimum. Sedang untuk
0<R<∞ operasi distilasi berlangsung pada refluks parsial. Kurva kesetimbangan
yang dilengkapi dengan garis operasi sesuai persamaan yang diperoleh di atas
akan menunjukkan hubungan antara komposisi uap Vn+1 dan komposisi cairan Ln,
seperti dapat dilihat pada Gambar 2.12. Misalnya titik P pada gambar 2.12
menunjukkan hubungan antara komposisi uap Vn dan komposisi cairan Ln yang
keduanya meninggalkan tahap n dalam keadaan setimbang. Misalnya titik Q
menunjukkan hubungan antara yA,2 dan xA,2. Gambar 2.12 dapat pula digunakan
untuk menentukan jumlah tahap kesetimbangan bila komposisi hasil atas (xA,0
sama dengan yA,0) dan komposisi hasil bawah (xA,3) diketahui.
Salah satu skema operasi distilasi batch ditunjukkan pada Gambar 2.8.
dW dX A,W
.................................................................................................... (2.21)
W X A, D X A,W
Wf X A ,Wf
dW dX A,W
W W
X A ,Wi
X A, D X A,W
.......................................................................................... (2.22)
i
X A ,Wf
Wf dX A,W
ln
Wi
X A ,Wi
X A, D X A,W
.......................................................................................... (2.23)
Dimana :
Wi = jumlah hasil bawah pada saat awal
Wf = jumlah hasil bawah pada saat akhir
XA,Wi = komposisi hasil bawah pada saat awal
XA,Wf = komposisi hasil bawah pada saat akhir
Dimana :
Sebuah kolom yang dilengkapi packing utk memperluas bidang kontak dan
membuat turbulensi aliran shg kontak lebih sempurna. Prinsip kerjanya zat yg
berbeda fase mengalir berlawanan arah yg dpt menyebabkan komponen kimia
ditransfer dari satu phase ke phase lain. Zat berfase cair mengalir dari atas dan gas
dari bawah sehingga terjadi kontak antara keduanya.
Dipilih packed tower karena :
sederhana : rasching ring, harga lebih murah tapi efisiensi lebih rendah,
sering chanelling.
sedang : pall ring, batas flooding tinggi dan distribusi liquid baik
tinggi : berl saddle, mahal, bed seragam, batas flooding tinggi dan
pressure drop rendah
Alat dirangkai seperti pada Gambar 3.2. untuk mendapatkan data berupa
indeks bias, suhu, waktu, dan berat umpan dilakukan dengan dengan operasi
distilasi refluks total yang di tunjukan oleh Gambar 3.3 dan operasi distilasi
refluks parsial di tunjukan oleh Gambar 3.4
Setiap 4 menit
Hasil
Gambar 3.3. Diagram alir tahap operasi refluks total pada kolom vigreux
Mulai
Setiap 4 menit
Hasil
Gambar 3.4. Diagram alir tahap operasi refluks parsial pada kolom vigreux
3.2.3 Tahap Operasi Refluks pada Kolom Isian (Packed Coloum)
Setiap 4 menit
Hasil
Gambar 3.6. Diagram alir tahap operasi refluks total pada kolom packed coloum
3.2.4 Tahap Operasi Refluks pada Kolom Packed Bed
Alat dirangkai seperti pada Gambar 3.5. untuk mendapatkan data berupa
indeks bias, suhu, waktu, dan berat umpan dilakukan dengan dengan operasi
distilasi refluks total yang di tunjukan oleh Gambar 3.6
Keterangan :
1. Boiler tank;
2. Distilation tube;
3. Reflux tube;
4. Elbow tube;
5. Condensor tube;
6. Cooling HE;
3.3 Alat
3.4 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah :
1. Air
2. Metanol
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada percobaan yang telah dilakukan, menggunakan dua campuran yang sama
dengan perbandingan yang berbeda, yaitu perbandingan antara metanol : air sebesar
(60 : 40), serta sebesar (50 : 50), volume total keduanya yaitu 500 ml. Dalam
percobaan destilasi batch operasi yang dilakukan yaitu tahap kalibrasi, refluks total
dan refluks parsial. Untuk tahap refluks total digunakan campuran methanol:air 50:50
dan 60:40. Begitupun untuk refluks parsial digunakan campuran methanol:air 50:50
dan 60:40 dengan rasio refluks (R) sebesar 7/5. Operasi tahap refluks total dilakukan
dengan dua variasi kolom yang berbeda yaitu dengan kolom vigreux dan packed bed.
1.3320
1.3300
1.3280
indeks bias
1.3260
1.3240
1.3220
1.3200
1.3180
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
X metanol
Gambar 4.1 Grafik hubungan Indeks Bias dari hasil kalibrasi dengan fraksi
metanol
Refluks Total
(Perbandingan
campuran 0,227 0,6389 3,9737 1,2987897 1,228 1,1549 60menit
metanol:air
50:50)
Refluks Total
(Perbandingan
campuran 0,5079 0,7992 4,0016 0,973321393 1 1,541115 47menit
metanol:air 54detik
60:40)
Refluks
Parsial 7:5
(Perbandingan 49
0,227 0,6389 3,9954 - 1,65 1,156907 menit
campuran
metanol:air 59 detik
50:50)
Refluks
Parsial 7:5
(Perbandingan
0,1593 0,7992 3,9434 - 2,233 0,676768 46
campuran
menit
metanol:air
60:40) 36detik
Tabel 4.2 Hasil Percobaan pada Operasi Refluks methanol:air pada variasi 50:50
denan menggunakan alat baru
Fraksi mol Jumlah Tahapan
Refluks Total
(Perbandingan
50menit
campuran 0,227 0,6389 3,971 1,31447421 1,228 0,29975
metanol:air
50:50)
0.9
0.8
0.7
Y Metanol
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1
X Metanol
Gambar 4.2 Grafik tahap pada operasi refluks total methanol:air 50:50
1.1
0.9
0.8
0.7
Y Metanol
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1
X Metanol
Gambar 4.3 Grafik tahap pada operasi refluks total methanol:air 60:40
1.1
0.9
0.8
0.7
Y Metanol
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1
X Metanol
Gambar 4.4 Grafik tahap pada operasi refluks total methanol:air 50:50 pada kolom
picked bed
Berdasarkan hasil percobaan distilasi batch dengan operasi refluks total dapat
ditentukan jumlah tahap minimum pemisahan berdasarkan dua metode yaitu metode
matematis dengan persamaan Fenske Underwood dan metode grafis dengan teori Mc
Cabe Thiele. Hasil dari kedua metode disajikan dalam tabel. 4.1 yang menunjukkan
jumlah tahap yang hampir sama. Seperti pada perbandingan methanol:air 50:50
dengan persamaan Fanske didapat jumlah tahap sebesar 1,2987897 sedangkan
dengan teori Mc Cabe Thile adalah sebesar 1,228 begitupun pada perbandingan
methanol:air 60:40 dan pada perbandingan methanol:air 50:50 dengan menggunakan
alat baru. Jumlah tahapan teoritis berpengaruh pada efisiensi kerja dan perancangan
kolom distilasi, semakin kecil nilai jumlah tahap teoritis maka semakin banyak
komposisi methanol (komponen yang mudah menguap) dalam suatu campuran maka
semakin sedikit jumlah tahap untuk memisahkannya.
Pada refluks total semua uap dikembalikan kedalam kolom yang
mengakibatkan distilat akan berkontak dengan uap dari dasar kolom, sementara tidak
ada umpan yang masuk, sehingga fraksi-fraksi zat yang terlibat konsentrasi
metanolnya hampir sama. Hal ini mengakibatkan difusi molekuler yang terjadi untuk
mencapai kesetimbangan dalam satu tahap menjadi lebih cepat. Oleh sebab itu jumlah
tahap dalam proses distilasi batch total lebih sedikit di bandingkan dengan jumlah
tahap dalam distilasi batch parsial. Nilai HETP dipengaruhi oleh jumlah tahap yang
didapat. Semakin cepat fasa uap dan fasa cairnya mencapai kesetimbangan maka nilai
HETP akan semakin kecil dan semakin lama fasa uap dan fasa cairnya mencapai
setimbang maka HETP akan semakin besar, hal tersebut ditunjukkan pada tabel 4.2
bahwa jumlah tahap yang sedikit akan menghasilkan HETP yang besar. Nilai HETP
pada operasi refluks total dengan menggunakan alat baru pada perbandingan
methanol:air 50:50 berbeda dengan menggunakan alat lama, HETP yang didapat pada
alat baru adalah 0,29975 sedangkan pada alat lama sebesar 1,1549 . Hal tersebut
dapat terjadi karena tinggi kolom pada alat baru berbeda dengan tinggi kolom pada
alat lama meskipun dari hasil percobaan jumlah tahap yang diperolehnya sama, alat
baru memiliki tinggi kolom 0,42m sedangkan alat lama memiiki tinggi 1,5m.
4.3.2 Penentuan Jumlah Tahap Distilasi pada Refluks Parsial
Tabel 4.3 Hasil Percobaan pada Operasi Refluks Total Parsial dengan rasio 7/5
Xd/ Tahap
(1- Log α Y*Z Log C Frenske HETP
(1-Xw)
Xd) Underwood
perbandingan /Xw
0.9
0.8
0.7
Y Metanol
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1
X Metanol
Gambar 4.5 Grafik tahap pada operasi refluks parsial methanol:air 50:50
1.1
0.9
0.8
0.7
Y Metanol
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1
X Metanol
Gambar 4.6 Grafik tahap pada operasi refluks parsial methanol:air 60:40
Berdasarkan hasil percobaan distilasi batch dengan kondisi refluks parsial
dapat ditentukan jumlah tahap pemisahan berdasarkan metode grafis dengan teori Mc
Cabe Thiele. Hasil dari metode tersebut dapat dilihat dalam tabel 4.1 dan 4.3 serta
Gambar 4.4 dan Gambar 4.5. Pada rasio refluks 7:5 dihasilkan perpotongan garis
pada sumbu y atau intercept yang tidak jauh berbeda, pada perbandingan 60:40
dihasilkan Xd/R+1 adalah 0,333 dan perbandingan 50:50 dihasilkan Xd/R+1 sebesar
0,266196 artinya perbedaan perbandingan sangat mempengaruhi nilai intercept pada
garis pengkayaan sehingga akan menghasilkan jumlah tahap teoritis yang berbeda.
Penentuan jumlah tahap pada operasi refluks parsial menggunakan metode
Mc. Cabe Thiele, dengan konsentrasi metanol:air 50:50 didapatkan jumlah tahap
sebesar 1,65 dan metanol:air 60:40 sebesar 2,233. Semakin cepat campuran mencapai
kesetimbangan maka jumlah tahap yang didapatkan akan semakin besar. Proses
pencapaian kesetimbangan uap-cairan akan lebih cepat terjadi pada umpan yang
mempunyai komposisi metanol lebih besar dibandingkan umpan yang mempunyai
komposisi metanol lebih sedikit.
Pada refluks parsial sebagian uap air yang terkondensasi dalam kondensor dan
tertampung pada kolom refluks dikembalikan lagi kedalam kolom yang
mengakibatkan sejumlah refluks tersebut. Sedangkan refluks total semua uap
dikembalikan kedalam kolom yang mengakibatkan distilat akan berkontak dengan
uap dari dasar kolom, sementara tidak ada umpan yang masuk, sehingga fraksi-fraksi
zat yang terlibat konsentrasi metanolnya hampir sama. Hal ini mengakibatkan difusi
molekuler yang terjadi untuk mencapai kesetimbangan dalam satu tahap menjadi
lebih cepat. Oleh sebab itu jumlah tahap dalam proses distilasi batch total lebih
sedikit di bandingkan dengan jumlah tahap dalam distilasi batch parsial. Seperi pada
operasi refluks total methanol:air 50:50 menghasilkan jumlah tahap sebesar 1,228
sedangkan pada refluks parsial sebesar 1,65 sama halnya pada perbandingan
methanol:air 60:40.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil percobaan yang dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Nilai volatilitas relativ (α) rata-rata yang didapatkan dari hasil percobaan
melalui perhitungan yaitu 2,815. α lebih besar dari satu, sehingga dapat
dilakukan pemisahan dengan operasi distilasi
2. Semakin besar konsentrasi methanol, maka nilai α yang didapatkan akan
semakin besar. Seperti pada operasi refluks total, konsentrasi methanol:air
60:40 memiliki nilai α sebesar 4,0016 dan 50:50 sebesar 3,9737 begitupun
pada refluks parsial. Karena methanol memiliki titik didih yang lebih rendah
sehingga methanol akan lebih mudah menguap.
3. Jumlah tahap yang diperoleh dipengaruhi oleh komposisi distilat (XD),
komposisi residu (XW), perbandingan refluks (R), komposisi umpan dan
temperature.
4. Semakin cepat campuran mencapai kesetimbangan maka jumlah tahap yang
didapatkan akan semakin besar. Seperti pada refluks parsial 50:50
menghasilkan tahap 1,65 sedangkan 60:40 menghasilkan 2,233 begitupun
untuk refluks total. Proses pencapaian kesetimbangan uap-cairan akan lebih
cepat terjadi pada umpan yang mempunyai komposisi metanol lebih besar
dibandingkan umpan yang mempunyai komposisi metanol lebih sedikit.
5. Semakin besar jumlah tahap yang didapatkan dari hasil percobaan maka nilai
HETP yang didapatkan akan semakin kecil seperti pada operasi refluks total
60:40 didapatkan jumlah tahap 0,997332 mempunyai HETP sebesar 1,5411
sedangkan pada refluks parsial 60:40 dengan jumlah tahap 2,233 memiliki
HETP sebesar 0,676768.