PEMICU III
OLEH :
KELOMPOK II
Ganggang dapat dibudidayakan dalam berbagai sistem. Untuk skala kecil atau
skala laboratorium, budidaya menggunakan fermentor atau foto-bioreaktor.
Keuntungan penggunaan foto-bioreaktor adalah dapat menyerap panas matahari dan
mengurangi kontaminasi (Amin, 2009).
2.2. Fotobioreaktor
Mikroalga bisa dibilang susah-susah gampang karena sangat dipengaruhi oleh
faktor lingkungan. Salah satu solusi yang ditawarkan MIT adalah pembuatan
photobioreactor.
Photobioreactor dipercaya dapat meningkat pertumbuhan ganggang dengan
lebih efisien. Berikut prototipe photobioreactor ganggang yang diletakkan diatas atap
pembangkit listrik MIT. Teknologi ini sangat menarik karena selain memberi makan
mikroalga tersebut, teknologi ini juga dapat mengurangi polutan yang keluar dari
cerobong asap. Berikut videonya di youtube:
Mikroalga diletakkan pada serangkaian tabung yang terhubung dengan
cerobong asap pembangkit listrik. Hampir semua polutan yang berasal dari cerobong
asap tersebut akan diserap oleh mikroalga sebagai makanannya dan meninggalkan
sekitar 80% gas bersih. Selain itu mikroalga memiliki kemampuan untuk menyerap
senyawa organik berbahaya, sehingga air hasil sisa makanan dapat diminum.Setelah
beberapa hari, mikroalga sudah dapat dipanen untuk digunakan sebagai biofuel. Tapi
ada catatan penting disini, CO2 yang keluar dari cerobong asap tidak dihilangkan,
tapi hanya diserap oleh mikroalga (Amin, 2009).
Proses Transesterifikasi
Transesterifikasi adalah reaksi lemak atau minyak dengan alkohol dan
membentuk ester dan gliserol atau gliserin. Untuk reaksi biasanya diberi katalisator
asam atau basa, homogen atau heterogen. Hasil transesterifikasi adalah biodiesel.
Agar diperoleh produksi yang tinggi, alkohol yang digunakan harus dalam jumlah
yang berlebih (excess). Langkah pertama adalah pengurangan kadar air dari minyak
dengan cara peningkatan temperatur minyak sampai 120oC selama beberapa menit.
Setelah itu, minyak didinginkan. Bersamaan dengan itu, melalukan pencampuran
sodium hidroksida dan metanol, dengan cara pengadukan sampai menjadi larutan
sodium metoksida. Minyak dipanaskan kembali sampai sekitar 60oC dan kemudian
larutan sodium metoksida dicampurkan ke minyak dan diaduk selama 30 menit.
Setelah selesai pengadukan, biarkan larutan menjadi dingin dan memisah. Metil ester
(ME) atau biodiesel akan berada di lapisan atas, gliserin akan berada di bagian
bawah (Sumithrabai, dkk., 2011)
.
Gambar 2. Reaksi Pembentukan Biodiesel
(Sumithrabai, dkk., 2011)
2.4 Keuntungan
Keuntungan pengembangan mikroalgae sebagai sumber biomassa adalah :
1. Ganggang dianggap suatu sistem biologi yang sangat efisien dalam memanfaatkan
energi matahari untuk memproduksi senyawa organik.
2. Ganggang adalah tanaman nonvascular, kurang memproduksi organ-organ
komplek.
3. Banyak spesies ganggang yang menghasilkan komponen yang berharga secara
komersial seperti protein, karbohidrat, lipid dan pigmen.
4. Ganggang adalah mikroorganisme yang mengalami pemecahan sel secara
sederhana.
5. Ganggang dapat tumbuh di laut atau air tawar.
6. Ganggang dapat beradaptasi dari berbagai tingkat operasional.
7 Dibandingkan dengan tanaman darat, biaya pengolahan biomasa alga relatif lebih
murah, selain itu biomasa jenis ini tidak berkompetisi dengan sumber pangan.
8. Mikroalga mempunyai doubling time yang relative cepat (24 jam) dan mempunyai
kandungan minyak berkisar 20-50% dengan produktivitas yang tinggi
9, Mikroalga menghasilkan produk utama maupun produk samping yang bernilai
tinggi seperti carbohydrate, protein, yang dapat digunakans ebagai food/feed
suplemen. Kultivasi mikroalga tidak membutuhkan herbisida
10. Mikroalga mempunyai kemampuan dalam fiksasi CO2 sehingga membantu
dalam mengurangi kadar CO2 dalam atmosfer. Sebagai catatan bahwa 1 kg
biomasa alga membutuhkan 1.8 kg CO2
11. Minyak yang diperoleh dari mikroalga umumnya lipid netral dan merupakan
lemah jenuh yang tinggi. Hal ini merupakan keuntungan untuk pembuatan
biodiesel
(Amin, 2009)