Anda di halaman 1dari 12

Tugas Mata Kuliah

Proses Industri Kimia

PEMICU III

Dosen : Dr. Ir. Hamidah Harahap, M.Sc


Prof. Dr. Ir. Rosdanelli, MT

OLEH :

KELOMPOK II

INTAN AFRILIA 110405018


CICI NOVITA SARI 110405022
HAPPY LIANI KABAN 110405056
AIDIL SAPUTRA 110405066
RESI LEVI PERMADANI 110405072

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
ABSTRAK

Mikroalgae (ganggang) sebagai bahan baku utama sebagai pembuatan biodiesel.


Ganggang adalah tumbuhan yang mengandung minyak tertinggi. Bahan baku yang
digunakan dalam pembuatan biodiesel adalah minyak ganggang. Proses dilakukan
dengan metode transesterifikasi. Hasil transesterifikasi adalah biodiesel. Agar
diperoleh produksi yang tinggi, alkohol yang digunakan harus dalam jumlah yang
berlebih. Salah satu limbah yang dihasilkan dari pembuatan biodiesel ini adalah
berupa limbah padat yang berasal dari ampas hasil pengambilan minyak ganggang.
Cara pengolahan limbah padat organik ini dapat di ubah menjadi kompos.
Mikroorganisme yang berperan dalam pengolahan ini dapat berupa bakteri, jamur,
khamir, juga insekta dan cacing. Keuntungan pengembangan mikroalgae sebagai
sumber biomassa yaitu ganggang dapat tumbuh di laut atau air tawar, dapat
beradaptasi dari berbagai tingkat operasional serta dianggap suatu sistem biologi
yang sangat efisien dalam memanfaatkan energi matahari untuk memproduksi
senyawa organik.

Kata kunci : mikroalgae, biodiesel, transesterifikasi, Mikroorganisme, kompos


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara yang beruntung memiliki kekayaan
sumber daya alam yang cukup besar, baik sumber daya yang tidak dapat terbaharui
maupun yang dapat terbaharui (Hariyadi, dkk., 2011). Energi mempunyai peranan
penting dalam pencapaian tujuan sosial, ekonomi dan lingkungan untuk
pembangunan berkelanjutan serta merupakan pendukung bagi kegiatan ekonomi
nasional.
Sumber Energi Terbarukan dapat dilihat salah satu dari Potesi Ganggang Mikro.
Ganggang mikro mempunyai potensi yang tinggi sebagai sumber bahan bakar
terbarukan karena beberapa alasan. Pertama, ia memiliki produktivitas yang tinggi
dibandingkan tanaman lainnya. Mekanisme fotosintesis di ganggang mikro
menyerupai mekanisme yang ditemukan di tanaman lain, namun karena strukturnya
yang jauh lebih sederhana, seperti tidak mempunyai akar, daun, dan batang, efisiensi
pengolahan tenaga surya ke biomasa menjadi lebih tinggi. Selain itu, karena sel
ganggang mikro tumbuh dan tersebar di dalam air, ia mempunyai akses yang efisien
untuk mengasimilasi air, elemen-elemen seperti nitrogen, fosfor, dan potassium, dan
karbon dioksida. Karena hal ini, ganggang mikro mampu menghasilkan minyak
dalam jumlah yang berkali-kali lipat per area lahan dibandingkan tanaman penghasil
minyak lainnya.
Salah satu limbah yang dihasilkan dari pembuatan biodiesel ini adalah berupa
limbah padat yang berasal dari ampas hasil pengambilan minyak ganggang. Cara
pengolahan limbah padat organik ini dapat di ubah menjadi kompos.
Oleh karena itu, makalah ini disusun untuk mengetahui mengenai proses
pengolahan pada suatu industri biodiesel dari ganggang dan dampak lingkungan
yang dihasilkannya, serta Alternatif Sumber Energi yang Berasal dari Sumber Daya
Alam di Indonesia.
1.2 Tujuan Penyusunan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah:
1. Mempelajari tentang industri kimia pada pengolahan biodiesel.
2. Mempelajari reaksi-reaksi yang terjadi dalam industri pengolahan biodiesel.
3. Mempelajari dan mengetahui cara-cara penanganan atau pengolahan limbah
dari pengolahan biodiesel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Potesi Ganggang Mikro sebagai Sumber Energi Terbarukan


2.1. Mikroalgae (Ganggang) sebagai Bahan Baku
Ganggang adalah tumbuhan yang mengandung minyak tertinggi. Ia dapat
menghasilkan 100.000 liter minyak per ha per tahun, sementara sawit, kelapa, jarak
dan bunga matahari masing-masing hanya menghasilkan 5.950, 2.689, 1.413, dan
952 liter per ha per tahun

Ganggang dapat dibudidayakan dalam berbagai sistem. Untuk skala kecil atau
skala laboratorium, budidaya menggunakan fermentor atau foto-bioreaktor.
Keuntungan penggunaan foto-bioreaktor adalah dapat menyerap panas matahari dan
mengurangi kontaminasi (Amin, 2009).

2.2. Fotobioreaktor
Mikroalga bisa dibilang susah-susah gampang karena sangat dipengaruhi oleh
faktor lingkungan. Salah satu solusi yang ditawarkan MIT adalah pembuatan
photobioreactor.
Photobioreactor dipercaya dapat meningkat pertumbuhan ganggang dengan
lebih efisien. Berikut prototipe photobioreactor ganggang yang diletakkan diatas atap
pembangkit listrik MIT. Teknologi ini sangat menarik karena selain memberi makan
mikroalga tersebut, teknologi ini juga dapat mengurangi polutan yang keluar dari
cerobong asap. Berikut videonya di youtube:
Mikroalga diletakkan pada serangkaian tabung yang terhubung dengan
cerobong asap pembangkit listrik. Hampir semua polutan yang berasal dari cerobong
asap tersebut akan diserap oleh mikroalga sebagai makanannya dan meninggalkan
sekitar 80% gas bersih. Selain itu mikroalga memiliki kemampuan untuk menyerap
senyawa organik berbahaya, sehingga air hasil sisa makanan dapat diminum.Setelah
beberapa hari, mikroalga sudah dapat dipanen untuk digunakan sebagai biofuel. Tapi
ada catatan penting disini, CO2 yang keluar dari cerobong asap tidak dihilangkan,
tapi hanya diserap oleh mikroalga (Amin, 2009).

Gambar 1. Mikroalgae yang dibudidayakan


(Sumithrabai, dkk., 2011)

2.3 Proses Pembuatan Biodiesel


Minyak dari ganggang dapat diekstrak dengan beberapa cara :
1. Ganggang dikeringkan dan dipress.
2. Minyak dapat diekstrak dengan bahan kimia seperti benzena, eter atau heksana.
Metoda ini dapat dikombinasikan dengan press dingin. Kombinasi proses tersebut
dapat mengeluarkan lebih dari 95% total minyak yang ada dalam ganggang.
3. Ekstrak dengan enzim.
4. Osmotic shock adalah mengurangi tekanan osmotik dengan tiba-tiba, dimana hal
ini dapat menyebabkan rusaknya sel.
5. Pada metoda superkritikal, CO2 dicairkan dengan tekanan dan pemanasan sampai
titik dimana material bersifat cair dan gas. Fluida yang dicairkan kemudian
bertindak sebagai pelarut dalam mengekstrak minyak.
6. Minyak dari ganggang dapat juga di ekstrak dengan metoda lain. Ganggang di
hancurkan dengan alat menjadi bubuk dan dikeringkan selama 20 menit pada
80oC dalam inkubator untuk menghilangkan air. Heksana dan pelarut eter lainnya
dicampur dengan bubuk ganggang dan diekstrak menjadi minyak, kemudian
dicampur selama 24 jam untuk pengendapan.

Proses Transesterifikasi
Transesterifikasi adalah reaksi lemak atau minyak dengan alkohol dan
membentuk ester dan gliserol atau gliserin. Untuk reaksi biasanya diberi katalisator
asam atau basa, homogen atau heterogen. Hasil transesterifikasi adalah biodiesel.
Agar diperoleh produksi yang tinggi, alkohol yang digunakan harus dalam jumlah
yang berlebih (excess). Langkah pertama adalah pengurangan kadar air dari minyak
dengan cara peningkatan temperatur minyak sampai 120oC selama beberapa menit.
Setelah itu, minyak didinginkan. Bersamaan dengan itu, melalukan pencampuran
sodium hidroksida dan metanol, dengan cara pengadukan sampai menjadi larutan
sodium metoksida. Minyak dipanaskan kembali sampai sekitar 60oC dan kemudian
larutan sodium metoksida dicampurkan ke minyak dan diaduk selama 30 menit.
Setelah selesai pengadukan, biarkan larutan menjadi dingin dan memisah. Metil ester
(ME) atau biodiesel akan berada di lapisan atas, gliserin akan berada di bagian
bawah (Sumithrabai, dkk., 2011)

.
Gambar 2. Reaksi Pembentukan Biodiesel
(Sumithrabai, dkk., 2011)
2.4 Keuntungan
Keuntungan pengembangan mikroalgae sebagai sumber biomassa adalah :
1. Ganggang dianggap suatu sistem biologi yang sangat efisien dalam memanfaatkan
energi matahari untuk memproduksi senyawa organik.
2. Ganggang adalah tanaman nonvascular, kurang memproduksi organ-organ
komplek.
3. Banyak spesies ganggang yang menghasilkan komponen yang berharga secara
komersial seperti protein, karbohidrat, lipid dan pigmen.
4. Ganggang adalah mikroorganisme yang mengalami pemecahan sel secara
sederhana.
5. Ganggang dapat tumbuh di laut atau air tawar.
6. Ganggang dapat beradaptasi dari berbagai tingkat operasional.
7 Dibandingkan dengan tanaman darat, biaya pengolahan biomasa alga relatif lebih
murah, selain itu biomasa jenis ini tidak berkompetisi dengan sumber pangan.
8. Mikroalga mempunyai doubling time yang relative cepat (24 jam) dan mempunyai
kandungan minyak berkisar 20-50% dengan produktivitas yang tinggi
9, Mikroalga menghasilkan produk utama maupun produk samping yang bernilai
tinggi seperti carbohydrate, protein, yang dapat digunakans ebagai food/feed
suplemen. Kultivasi mikroalga tidak membutuhkan herbisida
10. Mikroalga mempunyai kemampuan dalam fiksasi CO2 sehingga membantu
dalam mengurangi kadar CO2 dalam atmosfer. Sebagai catatan bahwa 1 kg
biomasa alga membutuhkan 1.8 kg CO2
11. Minyak yang diperoleh dari mikroalga umumnya lipid netral dan merupakan
lemah jenuh yang tinggi. Hal ini merupakan keuntungan untuk pembuatan
biodiesel
(Amin, 2009)

2. 6 Pengolahan Limbah Hasil Pembuatan Biodiesel dari Ganggang


Salah satu limbah yang dihasilkan dari pembuatan biodiesel ini adalah berupa
limbah padat yang berasal dari ampas hasil pengambilan minyak ganggang. Cara
pengolahan limbah padat organik ini dapat di ubah menjadi kompos. Komposting
atau pengkomposan merupakan upaya pengolahan sampah, segaligus usaha
mendapatkan bahan-bahan kompos yang sangat menyuburkan tanah. Sistem ini
mempunyai prinsip dasar mengurangi atau mendegradasi bahan-bahan organik
secara terkontrol menjadi bahan-bahan anorganik dengan memanfaatkan aktivitas
mikroorganisme.
Mikroorganisme yang berperan dalam pengolahan ini dapat berupa bakteri,
jamur, khamir, juga insekta dan cacing. Agar pertumbuhan mikroorganisme optimum,
maka diperlukan beberapa kondisi, diantaranya campuran yang seimbang dari
berbagai komponen karbon dan nitrogen, suhu, kelembaban udara (tidak terlalu
basah dan tidak terlalu kering), dan cukup kandungan oksigen (aerasi baik).
Sistem pengkomposan ini mempunyai beberapa keuntungan, antara lain:
- Merupakan jenis pupuk yang ekologis dan tidak merusak lingkungan.
- Bahan yang dipakai tersedia, tidak perlu membeli.
- Masyarakat dapat membuatnya sendiri, tidak memerlukan peralatan dan instalasi
yang mahal.
- Unsur hara dalam pupuk kompos ini bertahan lama jika dibanding dengan pupuk
buatan.
(Anshari, Irma. 2011)
BAB IV
KESIMPULAN

Ganggang adalah tumbuhan yang mengandung minyak tertinggi. Ganggang


dapat dibudidayakan dalam berbagai sistem. Untuk skala kecil atau skala
laboratorium, budidaya menggunakan fermentor atau foto-bioreaktor. Proses
dilakukan dengan metode transesterifikasi. Hasil transesterifikasi adalah biodiesel.
Agar diperoleh produksi yang tinggi, alkohol yang digunakan harus dalam jumlah
yang berlebih.
Ganggang mikro mempunyai potensi yang tinggi sebagai sumber bahan bakar
terbarukan karena beberapa alasan. Pertama, ia memiliki produktivitas yang tinggi
dibandingkan tanaman lainnya. Mekanisme fotosintesis di ganggang mikro
menyerupai mekanisme yang ditemukan di tanaman lain, namun karena strukturnya
yang jauh lebih sederhana, seperti tidak mempunyai akar, daun, dan batang, efisiensi
pengolahan tenaga surya ke biomasa menjadi lebih tinggi. Karena hal ini, ganggang
mikro mampu menghasilkan minyak dalam jumlah yang berkali-kali lipat per area
lahan dibandingkan tanaman penghasil minyak lainnya.
Salah satu limbah yang dihasilkan dari pembuatan biodiesel ini adalah berupa
limbah padat yang berasal dari ampas hasil pengambilan minyak ganggang. Cara
pengolahan limbah padat organik ini dapat di ubah menjadi kompos. Komposting
atau pengkomposan merupakan upaya pengolahan sampah, segaligus usaha
mendapatkan bahan-bahan kompos yang sangat menyuburkan tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Sarmidi. 2009. Mikroalgae sebagai Smber Energi Terbarukan yang Ramah
Lingkungan. Jakarta : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.
Anshari, Irma. 2011. Cara Pengolahan Limbah. Jakarta : Bina Pustaka.
Apriliani, Lia. 2012. Jenis-Jenis Sumber Daya Alam dan Mengelompokkan
Sumber Daya Alam Berdasarkan Ciri Tertentu. Universitas Negeri
Semarang : Semarang
Artiyani, Anis. 2011. Bioetanol dari Limbah Kulit Singkong Melalui Proses
Hidrolisis dan Fermentasi dengan Saccharomyces Cerevisiae. Institut
Teknologi Sepuluh Nopember : Surabaya.
Sumithrabai, K., Thirumarimurugan, M., Gopalakrishnan, S. Biofuel from Algae.
2011. Department of Chemical Engineering, Coimbatore Institute of
Technology : Coimbatore.
Daulay, Prof. Dr. Bukin dan Umar, Prof. Dr. Datin Fatia. 2013. Teknologi Gasifikasi
Batubara dan Underground Coal Gasificasion (UCG). Pusat
Pengembangan dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara :
Bandung.
Hariyadi, Benny., I Made Edy Suryana, ST., Ir. Daulat Ginting., Ir. Amirusdi, Msi.,
Lydia Hardiani., Mohamad Anis ST. MM., Rina Handayani, ST dan Satyo
Nareshwara, S.IP. 2011. Kemana Pemanfaatan Sumber Daya Mineral dan
Batubara Indonesia?. Edisi XI. Direktorat Jenderal Mineral dan
Batubara :Jakarta.
Hasbullah. 2009. Konversi Energi Air. Teknik Elektro. FPTK UPI : Bandung.
Kementerian Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia. 2006. Penelitian,
Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bidang
Sumber Energi Baru dan Terbarukan untuk Mendukung Keamanan
Ketersediaan Energi Tahun 2025. Jakarta.
Muliawati, Neni. 2008. Hidrogen Sebagai Sel Bahan Bakar Sumber Energi Masa
Depan. Jurusan Teknik Kimia. Fakultas Teknik. Universitas Lampung :
Lampung.
PNPM Mandiri. 2010. Energi yang Terbarukan. Contaned Energy Indonesia :
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai