Pertanggungjawaban Pidana Pilot Atas Kecelakaan Pesud
Pertanggungjawaban Pidana Pilot Atas Kecelakaan Pesud
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
tahun belakangan ini. Sampai pada suatu masa dimana kecelakaan pesawat udara
tersebut dapat terjadi 2-3 kali dalam setahun, dan yang paling banyak terjadi pada
tahun 2007 1 . Hal ini sangat mencemaskan bagi masyarakat, betapa tidak bahwa
alternatif pengakutan mereka dengan alasan cepat dan tidak memakan waktu lama
untuk perjalanan keluar kota maupun keluar negeri. Hal ini sangat
maskapai penerbangan ini, dan setiap maskapai mulai mematok harga serendah-
rendahnya untuk satu rute perjalanan baik dalam negeri maupun luar negeri.
Namun apakah dengan harga yang murah tersebut telah menjamin keamanan,
keselamatan dan kenyamanan dalam penerbangan tersebut? Hal ini tidak pernah
terlalu dipikirkan oleh masyarakat luas, yang penting bagi mereka adalah harga
ongkos pesawat yang relatif murah dengan pelayanan yang memuaskan menurut
1
Wordpress,daftar-kecelakaan-pesawat-terbang-di-indonesia,
http://adiewicaksono.wordpress.com/2008/10/16/daftar-kecelakaan-pesawat-terbang-di-indonesia/
pesawat? Kemudian dalam hal sumber daya manusianya (Human Resources) yang
terlibat langsung dalam penerbangan seperti pilot dan awak pesawat lainnya.
Apakah sudah memenuhi standard yang ditentukan? Dan apakah mereka juga
mendapatkan pelatihan yang rutin seperti yang sudah ditetapkan? Hal ini dapat
kita lihat dalam Pasal 34 Undang-Undang No.1 Tahun 2009 tentang penerbangan
yang memuat bahwa setiap pesawat udara yang dioperasikan wajib memenuhi
dan pengujian kelaikudaraan. Dan diatur lebih lanjut dalam Pasal 39 bahwa setiap
2009 dimana setiap orang yang mengoperasikan pesawat udara untuk kegiatan
operator pewasat udara (air operator certificat), yang diberikan kepada Badan
Hukum Indonesia yang mengoperasikan pesawat udara sipil untuk angkutan udara
Dengan memperhatikan tujuan penerbangan antara lain adalah aman dan selamat
yang aman dan selamat tanpa adanya ancaman dari tindakan yang membahayakan
masyarakat untuk hidup aman dan selamat terhindar dari kecelakaan. Hukum yang
mengatur mengenai keselamatan ini telah dibuat sejak pertama kali pesaawat
telah ada hukum yang mengaturnya kecelakaan pesawat tetap tidak dapat
dihindari.
Dalam kecelakaan pesawat udara ada tiga faktor yang punya kemungkinan
besar menjadi penyebab kecelakaan pesawat udara yaitu faktor manusia, faktor
materiil, dan faktor media. Faktor manusia adalah setiap orang atau tenaga yang
terbang (pilot), co-pilot, teknisi pesawat udara, tenaga ruang penerangan (briefing
office), tenaga operasi pengawas lalu lintas udara (Air Traffic Control-ATC).
Hubungan antara awak pesawat dengan pesawat udara dapat sangat erat sekali,
layaknya seperti jiwa raga pada manusia karena tanpa jiwa manusia hanyalah
Tahun 2009 yang dimaksud dengan awak pesawat tidak dijelaskan secara
terperinci demikian juga dalam UU No.15 Tahun 1992 tidak ada penjelasan
mengenai awak pesawat sangat lebih jelas disebutkan dalam ketentuan umum
Pasal 1 e yaitu awak pesawat udara adalah nahkoda serta mereka yang selama dan
dalam pesawat udara. Tetapi dalam penjelasan Pasal 18 UU No. 15 Tahun 1992
bukan hanya pilot tetapi semua mereka yang terlibat dalam kegiatan penerbangan
termasuk juru tehnik dan awak kabin. Pada penerbangan sipil komersil setiap
menurut istilah yang digunakan dalam UU No.15 Tahun 1992. Dalam penjelasan
menyelamatkan penerbangan. Faktor materiil atau faktor dari pesawat udara yang
dengan faktor media yang menjadi penyebab kecelakaan pesawat udara adalah
faktor cuaca,seperti angin yang datang secara tiba-tiba (wind shear), awan
berputar – putar yang biasa disebut awan Cumolonimbus (CB), topan, salju, awan
hitam 2 .
Dalam arti luas kecelakaan pesawat udara juga dapat disebabkan oleh
faktor manusia yang selain orang atau tenaga yang terlibat langsung dalam proses
gelap yang naik pesawat dengan cara naik di bagian dekat roda pesawat udara.
Dan apabila dilihat dari unsur kesalahannya ada yang bersifat disengaja atau
adanya unsur kesengajaan dan ada juga karena kealpaan 3 . Jadi jelaslah sekarang
bahwa kecelakaan pesawat udara dapat disebabkan oleh tiga faktor, yaitu faktor
manusia, faktor materiil, dan faktor media. Dalam hal kecelakaan pesawat udara
(kapten terbang) selaku orang yang bertanggungjawab penuh atas keamanan dan
2
K. Martono, Hukum Udara, Angkutan Udara dan Hukum Angkasa, Hukum Laut
Internasional, Buku kedua, (Bandung : Mandar Maju, 1995),h.144
3
Bambang Widarto, Aspek-aspek Hukum Pidana Dalam Kecelakaan Pesawat Udara.
(Jakarta, 1998), http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=78341
B. Perumusan masalah
C. Keaslian Penulisan
terbang) atas terjadinya kecelakaan pesawat udara. Judul skripsi ini belum pernah
ditulis dan diteliti dalam bentuk yang sama, namun telah ada skripsi dengan
undang – undang yang sama dengan tulisan ini dengan judul dan tinjauan
permasalahan yang berbeda. Sehingga tulisan ini asli dalam hal tidak ada judul
yang sama. Dengan demikian isi keaslian skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah.
1. Tujuan Penelitian
sebagai berikut :
2. Manfaat Penelitian
a. Secara Teoritis
b. Secara Praktis
bidang penerbangan.
pesawat udara.
E. Tinjauan Kepustakaan
Pidana berasal dari kata straf (Belanda), yang pada dasarnya dapat
Belanda dikenal dengan istilah straf . Istilah Hukuman 5 adalah istilah umum yang
dipergunakan untuk semua jenis sanksi baik dalam ranah hukum perdata,
administratif, disiplin dan pidana, sedangkan istilah pidana diartikan secara sempit
yaitu hanya sanksi yang berkaitan dengan hukum pidana. Menurut Satochid
suatu norma yang ditentukan oleh undang-undang hukum pidana, dan siksaan atau
penderitaan itu dengan keputusan hakim dijatuhkan terhadap diri orang yang
dipersalahkan itu. Pengertian pidana yang dikemukakan oleh para ahli yaitu :
menurut VAN HAMEL 7 “een bijzonder leed, tegen den overtreder van een door
overtreding, van wege den staat als handhaver der openbare rechtsorde, door met
(suatu penderitaan yang bersifat khusus, yang telah dijatuhkan oleh kekuasaan
yang berwenang untuk menjatuhkan pidana atas nama negara sebagai penanggung
jawab dari ketertiban hukum umum bagi seorang pelanggar, yakni semata-mata
4
Andi Hamzah, asas-asas Hukum Pidana, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2008 ),h.27
5
Hukuman atau pidana yang dijatuhkan dan perbuatan-perbuatan apa yang diancam
pidana, harus lebih dulu tercantum dalam undang-undang pidana. Suatu asas yang disebut dengan
nullum crimen sine lege yang tercantum dalam Pasal 1 ayat 1 KUHP. Letak perbedaan istilah
hukuman dan pidana bahwa suatu pidana harus berdasarkan kepada ketentuan undang-undang
(pidana), sedangkan hukuman lebih luas pengertiannya. Kedua istilah ini juga mempunyai
persamaan, yaitu keduanya berlatarbelakang tata nilai (value), baik dan tidak baik, sopan dan tidak
sopan,dst. Andi Hamzah dan Siti Rahayu, Suatu Tinjauan Ringkas Sistem Pemidanaan di
Indonesia, (Jakarta: Akademika Pressindo,1983),h.20
6
Satochid Kartanegara, Kumpulan catatan kuliah Hukum Pidana II, disusun oleh
mahasiswa PTIK angkatan V, Tahun 1954 – 1955,h.275-276
7
P.A.F.Lamintang, Hukum Penitensier Indonesia, (Bandung: Armico, 1984),h.34
ditegakkan oleh negara. Pidana (straf) pada dasarnya mengandung unsur atau ciri-
2. Pidana itu diberikan dengan sengaja oleh orang atau badan yang
Seseorang yang dikenakan pidana (hukuman) pasti karena melakukan suatu tindak
pidana. Istilah tindak pidana adalah berasal dari istilah yang dikenal dalam hukum
pidana Belanda yaitu “strafbaar feit”. Walaupun istilah ini terdapat dalam Wvs
Belanda demikian juga Wvs Hindia Belanda (KUHP), tetapi tidak ada penjelasan
resmi tentang apa yang dimaksud dengan strafbaar feit itu. Istilah-istilah yang
8
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana,(Bandung :
Alumni,2005),h.4
9
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana 1, cetakan pertama, (Jakarta,PT.
RajaGrafindo Persada,2002),h.67-68
stafbaar feit.
5. Perbuatan yang boleh dihukum, istilah ini digunakan oleh Mr. Karni dalam
Bahan Peledak
dan kemanusiaan, harus ada suatu perbuatan yang bertentangan dengan hukum
adalah bahwa pelaku yang bersangkutan harus merupakan seseorang yang dapat
penjelasan yang ada. Untuk itu tindak pidana sebaiknya dimengerti sebagai
perilaku manusia (gedragingen : yang mencakup dalam hal ini berbuat maupun
tidak berbuat) yang diperbuat dalam situasi dan kondisi yang dirumuskan
sanksi pidana 10 .
“strafbaar feit”, yang berarti perbuatan yang oleh aturan hukum pidana dilarang
dan diancam dengan pidana barang siapa yang melanggar larangan tersebut. 11
Pompe merumuskan strafbaar feit sebagai suatu tindakan yang menurut rumusan
undang-undang telah dinyatakan sebagai tindakan yang dapat dihukum. Lalu Vos
merumuskan strafbaar feit sebagai suatu kelakuan manusia yang diancam pidana
sebagai berikut:
ancaman, sifat, bentuk, dan cara perumusan suatu tindak pidana, cara melakukan
tindak pidana, dll. Tindak Pidana ini dibedakan atas kejahatan dan pelanggarang
(MvT), yang didukung pula oleh ilmu pengetahuan. Namun berbeda dengan
KUHP Indonesia membagi lagi kejahatan tersebut ke dalam kejahatan biasa dan
kejahatan ringan yang diatur dalam Pasal 302 (penganiayaan hewan ringan), Pasal
352 (penganiayaan ringan), Pasal 364 (pencurian ringan), Pasal 379 (penipuan
ringan), Pasal 384 (perbuatan curang yang ringan), Pasal 407 (perusakan atau
penghilangan barang yang ringan), dan Pasal 482 KUHP (penadahan ringan).
yang tidak adil menurut filsafat, yaitu perbuatan yang tidak tergantung kepada
suatu ketentuan pidana, tetapi merupakan perbuatan yang dirasakan tidak adil
yang dirasakan tidak adil menurut undang-undang (yaitu perbuatan yang tidak sah
yang tidak adil, namun baru dirasakan sebagai perbuatan yang dapat dipidana
juga menyebutkan ada pendapat lain yang membedakan antara kejahatan dan
ada perbedaan kualitatif antara kejahatan dan pelanggaran, tetapi yang ada adalah
perbedaan kuantitaif, yaitu kejahatan pada umumnya diancam dengan pidana yang
12
E.Y.Kanter dan S.R.Sianturi, Asas – Asas Hukum Pidana di Indonesia dan
Penerapannya, (Jakarta: Alumni AHM- PTHM, 1982),h.234
materiil dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana baru ini tidak membedakan
lagi anatara tindak pidana berupa kejahatan dan tindak pidana pelanggaran. Untuk
keduanya ini dipakai istilah tindak pidana. Barda Nawawi Arief mengemukakan,
pelanggaran sebagai suatu kualifikasi delik, namun dalam pola kerja konsep masih
1. Delik yang dipandang sangat ringan, yaitu delik yang hanya diancam
2. Delik yang dipandang berat, yaitu delik yang pada dasarnya patut diancam
3. Delik yang dipandang sangat berat/sangat serius, yaitu delik yang diancam
dengan pidana penjara diatas 7 tahun atau diancam dengan pidana lebih
tindakan itu.
Pada delik materril untk dapat dikatakan telah terjadi suatu tindak
2. Bentuk Kesalahan
3. Perbedaan subjek
a. Delik Khusus (delicta propria), subjek dari delik khusus antara lain
Tindak Pidana Umum adalah semua tindak pidana yang dimuat dalam
Pidana materil.
berupa pidana.
2. Pertanggungjawaban Pidana
terjadi atau tidak. Untuk dapat dipidananya si pelaku, disyaratkan bahwa tindak
pidana yang dilakukannya itu memenuhi unsur-unsur yang telah ditentukan dalam
Undang-Undang.
ada,dalam hal ini adalah KUHP. Menurut Sudarto, suatu perbuatan dikatakan
melawan hukum jika perbuatan itu telah sesuai dengan rumusan delik
2. Tidak ada alasan pembenar atau peniadaan sifat melawan hukum untuk
Dan dilihat dari sudut kemampuan bertanggung jawab maka hanya seseorang
si pembuat.
yang buruk, adalah merupakan faktor akal (intelectual factor) yaitu dapat
maka untuk membuktikan adanya unsur kesalahan tadi harus dibuktikan lagi.
Mengingat hal ini sukar untuk dibuktikan dan memerlukan waktu yang cukup
lama, maka unsur kemampuan bertanggung jawab dianggap diam-diam selalu ada
terdakwa mungkin jiwanya tidak normal. Dalam hal ini, hakim memerintahkan
pemeriksaan yang khusus terhadap keadaan jiwa terdakwa sekalipun tidak diminta
oleh pihak terdakwa. Jika hasilnya masih meragukan hakim, itu berarti bahwa
kemampuan bertanggung jawab tidak berhenti, sehingga kesalahan tidak ada dan
pidana tidak dapat dijatuhkan berdasarkan asas tidak dipidana jika tidak ada
kesalahan.
dikarenakan dia masih muda, maka pasal tersebut tidak dapat dikenakan. apabila
akalnya atau sakit berubah akal, yaitu keadaan kegilaan (idiote), yang
mungkin ada sejak kelahiran atau karena suatu penyakit jiwa dan keadaan
4. Syarat Psychologis ialah gangguan jiwa itu harus pada waktu si pelaku
melakukan perbuatan pidana, oleh sebab itu suatu gangguan jiwa yang
melakukan suatu tindak pidana harus ada “sifat melawan hukum” dari tindak
pidana itu, yang merupakan sifat terpenting dari tindak pidana. Tentang sifat
yang baru pengganti UU No.15 Tahun 1992. UU ini dibuat karena dianggap UU
No.15 Tahun 1992 tentang penerbangan sudah tidak sesuai lagi denagn kondisi,
13
Saifudiendjsh,pertanggungjawaban-pidana,
http://saifudiendjsh.blogspot.com/2009/08/pertanggungjawaban-pidana.html,2009.
Sangat banyak perubahan yang terjadi dalam undang- undang ini, penambahan
bab dan pasal yang semakin banyak. Dalam undang-undang No.15 Tahun 1992
hanya terdiri dari 15 bab dan 76 pasal, sedangkan dalam undang-undang No.1
Tahun 2009 terdiri dari 24 bab dan 466 pasal. Dengan demikian terlihat banyak
baru ini. Semakin banyak hal-hal yang diatur dalam dunia penerbangan, demikian
juga dengan tindak pidana yang mungkin terjadi selama dalam penerbangan baik
itu dilakukan oleh awak pesawat yang terdiri dari kapten terbang (pilot), co-pilot,
teknisi pesawat udara, tenaga ruang penerangan (briefing office), tenaga operasi
pengawas lalu lintas udara (Air Traffic Control-ATC), dan penumpang daripada
kendaraan darat laut dan udara, misalnya: supir bis adalah pilotnya;
OFFICER adalah wakil dari Captain yang akan mengambil alih tugas
captain apabila captain tidak dapat menjalankan tugasnya. Jadi apabila First
yang terbang maka dia adalah pilotnya dan dia juga komandan pesawat
kapten terbang, namun dalam UU No.83 Tahun 1958 disebutkan bahwa awak
pesawat adalah nakhoda serta mereka yang selama dan bersangkutan dengan
itu. Dan menurut UU No.1 Tahun 2009 dalam Pasa 1 ayat 11 dijelaskan
b. Perbuatan tertentu lainnya yang melanggar disiplin dan tata tertib dalam
penerbangannya
14
Pelanggaran dan hal lainnya yang berhubungan dengan dewan pesawat
15
Melanggar hukum penyitaan pesawat (pembajakan)
16
Tindakan melanggar hukum terhadap keamanan penerbangan sipil
percobaan
Civil Aviation 17
International airports
17
Pelanggaran hukum kekerasan yang dilakukan di Bandara Internasional
pesawat terbang atau kontak langsung dengan bagian pesawat terbang atau
terkena hempasan langsung mesin jet atau pesawat terbang mengalami kerusakan
struktural yang berat atau pesawat terbang memerlukan perbaikan besar atau
Inggris istilah yang digunakan adalah accident. Dalam Black’s law Dictionary,
not occur in the usual course of events or that could not be reasonably
anticipated”. 18
Dari definisi di atas dapatlah diketahui bahwa kecelakaan adalah suatu kejadian
sebelumnya atau tidak diharapkan, dimana kejadian tersebut terjadi tidak seperti
disebabkan oleh faktor tunggal (single factor) yang berdiri sendiri. Suatu sebab
yang berdiri sendiri tidak mempunyai arti apa-apa, tetapi apabila kombinasi
adalah “sesuatu yang ada dan terjadi” pada manusia, materiil, dan media dan
18
Henry Campbell Black, Black’s Law Dictionary, seventh edition West Publishing Co,
1990,h.15
pemikir safety disebut sebagai tingkah laku / sikap dan keadaan / kondisi (unsafe
act and unsafe condition) yang dapat menimbulkan atau menyebabkan terjadinya
dan media bukan lagi disebut sebagai penyebab kecelakaan tetapi sebagai faktor
adalah menjadi faktor penyebab kecelakaan dan unsafe act and unsafe condition
Unsafe act and unsafe condition tersebut sampai saat ini masih menjadi pedoman
disiplin, dan etika kerja termasuk dalam bagian unsafe act, sedangkan cuaca buruk
sebagai unsafe condition. Tetapi dalam keadaan yang khusus seperti memaksakan
untuk melakukan pendaratan (landing) pada saat cuaca buruk dengan kemampuan
melihat, jarak pandang (visibilty) sangat terbatas adalah termasuk unsafe act 19 .
sebagai berikut : 20
Widura Imam Mustopo, Faktor-faktor Psikologi yang mempengaruhi Perilaku Tidak
19
demikian karena manusia dalam hubungan ini adalah setiap orang atau tenaga
yang terlibat langsung dalam proses penerbangan. Mereka antara lain adalah
teknisi pesawat terbang, awak pesawat, tenaga ruang penerangan (briefing office),
tugasnya dapat terjadi “sudden incapicity”. sudden incapicity ini ditimbulkan oleh
tanggal 11 Januari 1983, dialami oleh DC-8 54F milik United Airlines Co., di
pilot yang belum mampu sebagai kapten penerbang melakukan tugas sebagai pilot
tahun 1977 di Pulau Canary, jajahan Spanyol yaitu tabrakan antara pesawat
(fatigue), oleh karena itu setiap pesawat terbang sejak dari awal desain sampai
lingkungan yang bersifat alamiah seperti angin yang datang tiba-tiba (wind
letusan gunung berapi. Hal ini terjadi pada saat meletusnya Gunung
darurat B747 milik British Airways yang terbang pada ketinggian 37.000 feet
lintas udara (ATC) sejak lepas landas (take off) sampai saat pesawat terbang
pula yang berpendapat bahwa ada empat faktor yang punya kemungkinan besar
1. faktor manusia
2. faktor material
3. faktor media
4. faftor terorisme
21
Majalah Angkasa No. 9 Juni 1997 Tahun VII
dalam majalah Angkasa tersebut adalah faktor penyebab manusia dalam arti luas,
yaitu baik manusia dalam arti setiap orang yang tidak terlibat langsung dalam
hancurnya pesawat udara. Dari beberapa Pasal yang berkaitan dengan kecelakaan
pesawat udara sebagaimana yang terdapat dalam KUHP di atas, maka dapatlah
22
Majalah Angkasa No. 9 Juni 1997 Tahun VII
1. Pilot
2. Teknisi
3. Petugas ATC
1. Penumpang
2. Pelaku sabotase
3. Teroris
F. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
pertama dilakukan penelitian hukum normatif yang didasarkan pada bahan hukum
penerbangan.
Data yang dipergunakan dalam skripsi adalah data sekunder yang diperoleh
dari :
kepustakaan dan studi putusan kasus yang berkaitan dengan skripsi ini.
4. Analisis Data
Analisis yang digunakan dalam skripsi ini adalah analisis kualitatif, yaitu
G. Sistematika Penulisan
Skripsi ini diuraikan dalam 4 bab, dan tiap-tiap bab terbagi atas beberapa
sub-sub bab, untuk mempermudah dalam memaparkan materi dari skripsi ini yang
BAB I : Pendahuluan, bab ini merupakan gambaran umum yang berisi tentang
Penulisan.
BAB IV : Kesimpulan dan Saran. Merupakan bab penutup dari seluruh rangkaian