BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
khusus dan kepedulian yang besar. Untuk itu, perawat memerlukan kemampuan
dan interpesonal yang tercermin dalam perilaku caring atau kasih sayang dalam
tidak saja akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah
keperawatan dan meningkatkan citra profesi keperawatan serta citra rumah sakit,
pesan yang diterimanya. Hal ini disebabkan karena setiap manusia mempunyai
keterbatasan dalam menelaah informasi yang disampaikan. Hal ini juga sering
karena tanaga kesehatan tidak mengerti maksud pesan yang disampaikan pasien,
sehingga pasien tersebut menjadi marah dan tidak datang lagi mengunjungi
berakibat pada ketidak puasan baik dari pasien maupun tenaga kesehatan itu
menjalani perawatan pada tiga rumah sakit di Jawa Tengah menyimpulkan bahwa
pasien.
pasien, dan 8 dari 24 pasien mengatakan tidak puas, 5 dari 24 pasien mengatakan
sangat puas dan 16 dari 24 pasien mengatakan puas dengan komunikasi terapeutik
perawat.
3
komunikasi antara lain disebabkan kurangnya kesempatan bagi pasien untuk lebih
ditanggapi, dan tidak memberikan penjelasan yang tuntas tentang penyakit yang
diderita.
RSUP DR Wahidin Sudirohusodo pada bulan Agustus 2008 sampai dengan bulan
Juli 2009 sebanyak 2.610 penderita dengan rata-rata penderita setiap bulannya
Makassar, 2009).
Sudirohusodo Makassar”.
4
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
2. Untuk Penelitian
pengetahuan dan merupakan salah satu bahan bacaan dan bahan kajian bagi
peneliti selanjutnya.
3. Untuk Peneliti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
perawat.
akan lebih mudah menjalin hubungan saling percaya dengan klien, sehingga
akan lebih efektif dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan yang telah
dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang
maupun mental.
mempertahankan konsistensinya.
terapeutik.
meyakinkan orang lain tentang kesehatan, oleh karena itu perawat perlu
hidup.
8
mengganggu.
secara manusiawi.
diri sendiri atas tindakan yang dilakukan dan tanggung jawab terhadap
orang lain.
Terdapat 5 sikap atau cara untuk menghadirkan diri secara fisik yang
a. Berhadapan; arti dari posisi ini adalah saya siap untuk anda.
berkomunikasi.
tindakan yang tidak perlu, anggukan kepala jika klien membicarakan hal-
b. menunjukkan penerimaan
spesifik mengenai apa yang disampaikan oleh klien. Oleh karena itu,
dilanjutkan.
f. Mengklarifikasi
atau pikiran yang tidak jelas dikatakan oleh klien. Tujuan dari teknik ini
g. Memfokuskan
diterima dengan benar atau tidak. Dalam hal ini perawat menguraikan
kesan yang ditimbulkan oleh isyarat non verbal klien. Teknik ini
i. Menawarkan informasi
meskipun begitu, diam yang tidak tepat dapat menyebabkan orang lain
merasa cemas.
12
k. Meringkas
l. Memberi penghargaan
Penghargaan jangan sampai jadi beban untuk klien. Dalam arti jangan
ini tidak pula dimaksudkan untuk menyatakan bahwa yang ini bagus dan
m. Menawarkan diri
diharapkan.
pembicaraan. Untuk klien yang merasa ragu-ragu dan tidak pasti tentang
pembicaraan.
perawat mengikuti apa yang dibicarakan dan tertarik denga apa yang akan
dibicarakan selanjutnya.
akan menuntun perawat dan klien untuk melihat kejadian berikutnya yang
r. Refleksi
dan menerima ide dan perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri.
s. Assertive
14
t. Humor
yang terjadi diantara dua (atau lebih) individu maupun kelompok yang saling
hubungan yang dimaksud adalah hubungan antara perawat dan klien. Ketika
hubungan antara perawat dan klien terjadi, perawat sebagai penolong (helper)
2005).
15
Menurut Roger dalam Stuart G.W (1998) dalam Suryani (2005), ada
a. Kejujuran.
percaya pada lawan bicara yang terbuka dan mempunyai respons yang
dengan kata-kata atau sikapnya yang tidak jujur (Rahmat, J.,1996 dalam
maka klien akan menarik diri, merasa dibohongi, membenci perawat atau
c. Bersikap positif
16
atau ikatan tertentu diantara perawat dan klien akan tetapi penciptaan
suasana yang dapat membuat klien merasa aman dan diterima dalam
dalam Suryani,2005).
karena dengan sikap ini perawat akan mampu merasakan dan memikirkan
berorientasi pada klien (Taylor, Lilis dan Le Mone, 1993 dalam Suryani
yang sedang dihadapi klien dari sudut pandang klien. Untuk mampu
klien apa adanya. Jika seseorang merasa diterima maka dia akan merasa
Ontong, 1995 dalam Suryani, 2005). Nilai yang diyakini atau diterapkan
oleh perawat terhadap dirinya tidak dapat diterapkan pada klien, apabila hal
ini terjadi maka perawat tidak menunjukkan sikap menerima klien apa
adanya.
dapat menciptakan hubungan terapeutik yang baik dan efektif dengan klien.
perasaan klien.
18
h. Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien ataupun diri perawat
sendiri
individu yang ada pada saat ini, bukan atas masa lalunya, demikian pula
mempunyai 4 tahap yang pada setiap tahapnya mempunyai tugas yang harus
a. Fase pra-interaksi
dengan tutor.
tempat)
1) Memberi salam
5) Menghadapi kontrak
8) Mengakhiri perkenalan
rencana yang telah dibuat dengan keadaan pasien saat ini dan
4) Menjelaskan tujuan
kegiatan
6) Menjelaskan kerahasiaan
c. Fase kerja
20
keperawatan adalah:
kognitif.
5) Melaksanakan kolaborasi
d. Fase terminasi
akhir.
1) Terminasi sementara
pasien pada waktu yang telah ditentukan, misalnya satu atau dua jam
2) Terminasi akhir
Terminasi akhir terjadi jika pasien akan pulang dari rumah sakit
tempat, topik)
Pasien baru akan merasa puas apabila kinerja layanan kesehatan yang
atau perasaan kecewa pasien akan muncul apabila kinerja layanan kesehatan
yang diperolehnya itu tidak sesuai dengan harapannya. Berdasarkan apa yang
Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai
Walaupun subjektif tetap ada dasar objektifnya (Finley, 2001 dalam Wahyudi,
2009).
22
upaya untuk mengukur tingkat kepuasan pasien tidak mudah. Karena upaya
pemerintah. Seperti yang kita ketahui saat ini, sebagian besar fasilitas layanan
berkesinambungan.
1) Pasien yang puas akan memberi tahu pada teman, keluarga dan
tetangga
23
kebutuhan pasien.
d. Analisis kuantitatif
diskusi.
a. Kenyamanan
d. Biaya
pelayanan keperawatan.
pasien seperti dikutip oleh Purwanto (2007) dari Depkes RI (1995), sebagai
menjelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan kepada pasien (tujuan dan
keperawatan.
tidak sesuai dengan spirit dalam komunikasi tersebut maka yang dihasilkan
adalah respon ketidakpuasan dari pasien. Seorang pasien yang tidak puas
seluruh prosedur keperawatan dan prosedur medis. Oleh sebab itu, sudah
saatnya kepuasan pasien menjadi bagian integral dalam misi dan tujuan
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Variabel Moderat
Usia
Jenis Kelamin
Pendidikan
26
Keterangan:
: Variabel diteliti
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
1. Tempat
Sudirohusodo Makassar.
2. Waktu
27
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien yang dirawat di ruang
2. Sampel
d. Populasi: Pasien
Pasien yang yangmenjadi
bersedia dirawat responden
di Ruang Lontara II RSWS
Kriteria Eksklusi:
Sampel dipilih sesuai kriteria inklusi dan diambil secara accidental sampling
a. Pasien yang kondisinya memburuk pada saat penelitian.
Analisa data
Penyajian Data
28
maupun perilaku perawat dalam interaksi dengan pasien, yang dinilai dengan
pertanyaan sebanyak 20. Setiap jawaban diberi skor 1= Sangat Tidak Puas
Kriteria Objektif:
1. Pengolahan data
a. Editing
29
b. Koding
c. Tabulasi
Analisis ini menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel yang
diteliti.
G. Masalah Etika
dari responden sebagai bukti bahwa responden bersedia diteliti. Peneliti akan
responden menolak , maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghargai
hak responden.
setiap responden.
30
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
BAB V
A. Hasil Penelitian
pelayanan keperawatan.
jumlah sampel sebanyak 50. Penyajian data dalam bentuk data univariat dimana
Tabel 1
Pekerjaan:
Bekerja (Pegawai) 25 50,0
Tidak Bekerja/ Petani 25 50,0
Jumlah 50 100,0
Sumber : Data Primer, 2009
puas dengan komunikasi terapeutik perawat sebanyak 33 (66%). Hal ini dapat
Tabel 2
Jumlah 50 100,0
Sumber :Data Primer, 2009.
responden
(100%), dan responden yang tingkat kepuasannya rendah berumur < 25 tahun
pasien terendah dimiliki oleh responden yang lulus perguruan tinggi sebanyak
(56,0%) dan tidak bekerja sebanyak 19 (76,0%). Hal ini dapat dilihat pada
tabel 3.
34
Tabel 3.
Kepuasan Pasien Berdasarkan Komunikasi Terapeutik Perawat Dalam Memberikan
Pelayanan Keperawatan Menurut karaktersitik Demografi
di Ruang Lontara II RSUP DR Wahidin Sudirohusodo Makassar
Kepuasan Pasien
Total
Karakteristik Pasien Puas Tidak Puas
f % f % f %
Umur:
< 25 tahun 4 57,1 3 42,9 7 100,0
25 – 55 tahun 21 60,0 14 40,0 35 100,0
> 55 tahun 8 100,0 0 0,0 8 100,0
Jenis Kelamin:
Laki-Laki 15 57,7 11 42,3 26 100,0
Perempuan 18 75,0 6 25,0 24 100,0
Pendidikan:
SMP 13 100,0 0 0 13 100,0
SMA 13 68,4 6 31,6 19 100,0
PT 7 38,9 11 61,1 18 100,0
Pekerjaan:
Bekerja 14 56,0 11 44,0 25 100,0
Tidak Bekerja 19 76,0 6 24,0 25 100,0
Jumlah 33 66,0 17 34,0 50 100,0
Sumber :Data Primer, 2009.
B. Pembahasan
Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Finley (2001)
seperti dikutip dalam Wahyudi (2009) bahwa pasien baru akan merasa puas
muncul apabila kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya itu tidak sesuai
dengan harapannya.
komunikasi perawat yang dirasakan dengan harapan yang diinginkan oleh pasien
tidak terlepas dari komunikasi perawat dengan pasien yang dapat mempengaruhi
kepuasan pasien. Jika pasien tersebut tidak puas, maka dapat menghambat proses
karena ketidakpuasan tersebut dan juga pasien merasa sia-sia telah mengeluarkan
seperti dikutip oleh Purwanto (2007) dari Depkes RI (1995), sebagai berikut:
yang akan dilakukan kepada pasien (tujuan dan manfaat, prosedur, akibat/resiko,
sesuai standar dan etika keperawatan dimana hal ini merupakan aspek dalam
keperawatan dari segi umur menunjukkan bahwa responden yang berumur > 55
kepuasannya rendah berumur < 25 tahun 4 (57,1%). Hal ini menunjukkan adanya
umur seseorang.
lebih merasa puas dari konsumen yang berumur relatif lebih muda. Hal ini
konsumen usia muda biasanya mempunyai harapan yang ideal tentang pelayanan
puas.
responden yang lulus SMP merasa puas pada komunikasi terapeutik perawat
lebih rendah akan merasa lebih puas. Tingkat pendidikan seseorang akan
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek yang ditentukan8. Semakin tinggi
tingkat pendidikan seseorang, maka daya untuk mengkritisi segala sesuatu akan
akan lebih kritis dalam menentukan apakah pelayanan yang telah diberikan dapat
layanan dokter atau rumah sakit atau tenaga kesehatan lainnya dapat terjadi
membuat mereka lebih tahu tentang haknya dan lebih asertif (Lestari, Sunarto,
Kuntari, 2009).
dan tidak bekerja sebanyak 19 (76,0%). Menurut analisa peneliti hal tersebut
dengan pendidikan tinggi cenderung memiliki pekerjaan yang cukup baik dan
38
atau yang menghasilkan uang yang kurang atau tidak bekerja cenderung lebih
puas daripada konsumen yang tingkat pekerjaannya lebih baik atau yang bekerja.
lurus dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh pelayanan yang
baik pula sehingga kecenderungan mereka akan tidak puas ketika pelayanan yang
harapan. Sebagai contoh; faktor komunikasi verbal dan non-verbal perawat dalam
pasien. Seorang pasien yang tidak puas pada gilirannya akan menghasilkan
medis. Oleh sebab itu, sudah saatnya kepuasan pasien menjadi bagian integral
Kepuasan dapat dipengaruhi oleh karakteristik yang ada dalam diri pasien
umum responden telah puas terhadap pertama kali bertemu dengan perawat
dimana perawat memberikan salam dan tersenyum kepada pasien, selain itu,
perawat telah menunjukkan perilaku sopan dan bersahabat. Namun aspek yang
dirinya dan tidak menjelaskan dengan detail tentang fasilitas yang ada di rumah
sakit dan kadangkala tidak memberikan informed consent ketika akan melakukan
tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan. Dilain sisi,
komunikasi yang terjadi dengan pasien. Oleh karena itu, pengukuran kepuasan
C. Keterbatasan Penelitian
wawancara mendalam, agar lebih konkrit alasan mengapa pasien tidak puas.
bulan, dimana waktu ini yidak cukup banyak untuk dipakai mengumpulkan
BAB VI
A. Kesimpulan
umur seseorang
B. Saran
terapeutik.
42
menggunakan metode yang lain dan memiliki sampel yang lebih banyak dan
DAFTAR PUSTAKA
Christina, L.I Untung, S. & Tatik, I. (2003) komunikasi kebidanan, EGC: Jakarta.
Dhama Yanfi, M. E. (2009) Hubungan Komunikasi Verbal dan Non Verbal Perawat
dengan Tingkat Kepuasan Pasien di Bangsal Penyakit Dalam RSUD Kab.
Wonogiri, http://inna-ppni.or.id/html diakses 17 september 2009.
Lestari, Sunarto, Kuntari. (2009) Analisa Faktor Penentu Tingkat Kepuasan Pasien
di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul, Jurnal Kedokteran dan
Kesehatan Indonesia.
Mapa, A.R. (2009) Hubungan Persepsi Pasien Tentang Komunikasi Perawat Dengan
Kepuasan Pasien Terhadap Komunikasi di RSUP DR. Soeradji
Tirtonegoro Klaten, Universitas Muhammadiyah Surakarta: Surakarta