Anda di halaman 1dari 5

Era Pasar Bebas Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Indonesia Siap atau Tidak?

26 April
2016 22:36:16 Diperbarui: 26 April 2016 22:52:25 Dibaca : 3,129 Komentar : 0 Nilai : 0 Durasi
Baca : 10 menit Era Persaingan Pasar Bebas Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Indonesia
Siap Atau Tidak? Sabirin PENDAHULUAN Kekhawatiran terhadap ekonomi pasar telah
menjadi momok yang menakutkan bagi para pelaku usada di Indonesia. Penyebabnya adalah
lemahnya daya saing industri lokal, yang juga dikhawatirkan akan menggerus potensi pengusaha
lokal dan beberapa Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Apa lagi saat ini kita sedang
dalam semangat untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dan ACFTA. Pelaku
UMKM diharapkan mampu bertahan di negeri sendiri, serta bersaing di pasar global.
Pengembangan serta pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) adalah langkah
yang strategis, apalagi kenyataannya UMKM memiliki peranan besar dalam menambah lapangan
pekerjaan. Tenaga kerja yang dapat diserap dari meluasnya pelaku UMKM ini adalah sebesar
97,2% dengan total unit UMKM yang mencapai 56,2 juta unit, dalam skala mikro ekonomi
jumlah tenaga kerja yang dapat diserap lebih besar lagi yaitu mencapai hampir 95% tenaga kerja.
Tidak hanya itu, UMKM juga memiliki kontribusi dalam PDB yang mencapai 4.303
triliun/tahun. Saat ini di Indonesia, jumlah usaha mikro mencapai 98,82% dan usaha kecil
jumlahnya hanya 1,09%. Dengan target peningkatan UMKM pertahunnya sebesar 20% . Tidak
heran jika UMKM telah menjadi bagian yang diutamakan dalam setiap perencanaan tahapan
pembangunan khusunya oleh dua departemen pemerintahan, yaitu Departemen Perindustrian dan
Perdagangan; dan Departemen Koperasi dan UMKM. MEA 2015 yang dihadapi negara-negara
di ASEAN, adalah alasan yang mengharuskan pelaku UMKM kita untuk siap. Peningkatan
kualitas produksi dengan adanya kreativitas dan inovasi dalam mengembangkan usaha mutlak
dilakukan. UMKM juga dituntut untuk mampu mempertahankan serta meningkatkan standar,
desain dan kualitas produk agar sesuai agar dapat diterima oleh pasar secara global. Persaingan
yang semakin ketat, dengan terbukanya pasar didalam negeri dan pasar global telah membuat
pembinaan dan pengembangan UMKM dirasakan semakin mendesak agar UMKM dapat
meningkatkan kemandirian mereka. Dengan tingkat kemandirian yang semakin meningkat
diharapkan berimbas pula pada pendapatan masyarakat, membuka kesempatan kerja, dan
memakmurkan masyarakat secara keseluruhan. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Sudaryanto, dan kawan-kawan tahun 2012 dalam penelitiannya yang berjudul Strategi
Pemberdayaan UMKM Menghadapi Pasar Bebas Asean. Penilitian ini dilatarbelakangi
olehbelum kokohnya fundamental perekonomian Indonesia sehingga mendorong pemerintah
untuk membangun struktur ekonomi dengan mempertimbangkan keberadaan Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah (UMKM). Peneletian ini menghasilkan bahwa keberadaan UMKM terbukti
mampu bertahan dan menjadi penggerak ekonomi, terutama setelah krisis ekonomi. Di sisi lain,
UMKM juga menghadapi banyak masalah, yaitu keterbatasan modal kerja, sumber daya manusia
yang rendah, dan kurang cakapnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (Sudaryanto dan
Hanim, 2012). Sementara Imam Hamdani, 2013 dalam penelitiannya tentang Peningkatan
Eksistensi Umkm Melalui ComparativeAdvantage Dalam Rangka Menghadapi Mea 2015 Di
Temanggung, menghasilkan penelitian bahwa UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah)
memainkan peran yang sangat penting di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di
Indonesia seiring dengan jumlah penduduk yang semakin meningkat. Dengan akan
diberlakukanya MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) pada tahun 2015 akan membawa dampak
positif dan dampak negatif kepada UMKM di Indonesia, termasuk juga UMKM yang ada di
Temanggung. Dampak positif yang muncul adalah masyarakat dapat menjual barang-barang
hasil produksinya ke Negara di ASEAN dengan mudah, namun dampak negatifnya akan banyak
produk-produk yang masuk kedalam negeri sehingga menjadikan persaingan menjadi lebih ketat.
Berdasarkan beberapa penelitian diatas, maka dinilai perlu dilakukan penelitan lebih lanjut
tentang kesiapan UMKM dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean 2015. Penelitian ini
penting karena, peran UMKM yang sangat strategis untuk perekonomian Indonesia, selain itu
pasar bebas yang berlaku sekarang menuntut kesiapan para pelaku UMKM di Indonesia agar
mampu bersaing. Tulisan ini diharapkan akan memberikan solusi yang aplikatif yang mudah
diterapkan, memberi manfaat yang nyata bagi pemerintah dalam upaya memberikan dukungan
bagi pelaku UMKM. ISI USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI INDONESIA
UMKM adalah singkatan dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. UMKM diatur berdasarkan
UU Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil,dan Menengah. Berdasarkan UU Nomor
20 tahun 2008Usaha Mikrodidefinisikan sebagai bentuk usaha produktif milik orang perorangan
dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang ini. Menurut Sukirno (2004) Usaha kecil Menengah (UKM) adalah usaha
yang mempunyai modal awal yang kecil, atau nilai kekayaan (aset) yang kecil dan jumlah
pekerja yang kecil (terbatas), nilai modal (aset) atau jumlah pekerjanya sesuai dengan definisi
yang diberikan oleh pemerintah atau institusi lain dengan tujuan tertentu. Sedangkan menurut
Ball, Culloch dan Wendell (2001), berpendapat bahwa UKM adalah yang memiliki omset lebih
dari 300 juta dengan karyawan lebih dari 100, dengan kekayaan bersih 100 juta (di luar tanah
dan bangunan). Hal senanda disampaikan oleh Susana Suprapti (2005), UKM adalah badan
usaha baik perorangan atau badan hukum yangmemiliki kekayaan bersih (tidak termasuk tanah
dan bangunan) sebanyak 200 juta dan mempunyai omset/nilai output atau hasil penjualan rata-
rata pertahun sebanyak Rp 1 Milyar dan berdiri sendiri. Berdasarkan beberapa definisi yang
disampaikan ahli diatas dapat disimpulkan bahwa UKM adalah kegiatan usaha berskala kecil
yang dilakukan oleh perorangan atau kelompok dengan tenaga kerja kurang dari 100 orang,
memiliki kekayaan bersih 200 juta (di luar tanah dan bangunan) dengan pendapatan 100 juta-200
juta. MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015 Pembentukan MEA tentu tidak terlepas dari
pembentukan ASEAN dan kesepakatan AFTA. ASEAN yang dibentuk pada tahun 1967 lebih
ditunjukan pada kerja sama yang berorientasi politik guna pencapaian kedamaian dan keamanan
dikawasan Asia Tenggara. ASEAN saat itu merupakan salah satu kawasan yang paling dinamis
dan berkembang paling cepat, paling tidak sampai sebelum terjadinya krisis keuangan yang
terjadi pada tahun 1997/1998. Pada awalnya ASEAN didirikan oleh 6 (enam) anggota yang juga
sebagai pemrakarsa berdirinya AFTA yaitu Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan
Thailand. Kemudian Vietnam bergabung pada tahun 1995 dan diikuti oleh Laos, Myanmar, dan
Kamboja. Meskipun demikian, karena praktis hampir semua negara anggota ASEAN membuat
produk-produk yang sama, maka terjadi persaingan yang ketat antarmereka sehingga keberadaan
ASEAN tidak terlalu signifikan bagi peningkatan volume perdagangan di dalam ASEAN
(Tambunan, 2004). Oleh karena itu dibentuk AFTA yang disepakati dalam Konferensi Tingkat
Tinggi ASEAN ke-4 di Singapura pada tahun 1992 dengan tujuan menciptakan pasar bersama.
Selanjutnya pada tahun 2007, seluruh anggota ASEAN sepakat untuk segera mewujudkan
integrasi yang lebih nyata dan meaningful melalui Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau
ASEAN Economic Community (AEC). Tujuan MEA adalah (Departemen Perdagangan RI,
2010): (1) menjaga stabilitas politik dan keamanan regional ASEAN, (2) meningkatkan daya
saing kawasan secara keseluruhan di pasar dunia, (3) mendorong pertumbuhan ekonomi, dan (4)
mengurangi kemiskinan dan meningkatkan standar hidup penduduk negara ASEAN. Untuk
mewujudkan MEA tersebut telah disepakati AEC Blueprintsebagai acuan seluruh anggota dalam
mengimplementasikan komitmen MEA melalui empat langkah strategis yaitu pencapaian pasar
tunggal dan berbasis produksi tunggal dimana arus barang, jasa, investasi, dan tenaga kerja
terampil yang bebas, serta arus modal yang lebih bebas diantara Negara ASEAN, kawasan
ekonomi yang berdaya saing, pertumbuhan ekonomi yang merata dan terintegrasi dengan
perekonomian global. Pencapaian MEA memerlukan implementasi lankah-langkah liberlisasi
dan kerja sama termasuk peningkatan kerja sama dan integrasi di area-area baru antara lain :
peningkatan kualitas sumber daya manusia dan penginkatan kapasitas (capacity building) ;
konsultasi yang lebih serta dikebijkan makroekonomi dan keuangan kebijakan pembiayaan
perdagangan, pengembangan transaksi elektornik melalui e-ASEAN, integrasi industri untuk
meningkatkan sumberdaya regional serta peningkatan keterlibatan sktor swasta. UMKM
INDONESIA YANG BERDAYA SAING Bebicara khusus mengenai daya saing UMKM,
faktor-faktor yang dihadapi dalam perkembangannya di Indonesia tidak hanya dihadapkan pada
beberapa permasalahan saja. Dewasa ini, UMKM masih dihadapkan pada persoalan lemahnya
daya saing terhadap produk impor. Dengan segala persoalan yang ada, potensi UMKM yang
besar itu menjadi terhambat. Menurut Tambunan (2008), UMKM yang berdaya saing tinggi
dicirikan oleh: (1) kecenderungan yang meningkat dari laju pertumbuhan volume produksi, (2)
pangsa pasar domestik dan atau pasar ekspor yang selalu meningkat, (3) untuk pasar domestik,
tidak hanya melayani pasar lokal saja tetapi juga nasional, dan (4) untuk pasar ekspor, tidak
hanya melayani di satu negara tetapi juga banyak negara. UMKM harus mampu menekankan
kepada paradigma orientasi pasar dan daya saing untuk itu ada sejumlah prinsip dasar yang harus
dipenuhi, diantaranya sebagai berikut (Tambunan, 2010): (1) Bisnis adalah tetap bisnis, jika
seseorang membuka UMKM sendiri namun terpaksa tutup karena kalah bersaing, tidak perlu
dibantu untuk dihidupkan kembali. (2) Hanya UMKM yang memiliki potensi pasar dan memiliki
keuggulan komparatif dan kompetitif yang perlu dibantu oleh pemerintah, jadi prinsip yang
berlaku adalah “picking the winners”. (3) Fokus bantuan yang diberikan kepada UMKM harus
pada pengembangan teknologi dan inovasi. (4) Pemberian kredit bagi UMKM tidak merupakan
komponen yang paling penting. Pengalaman menunjukkan UMKM yang mulai dan atau
berkembang dengan sendirinya akan didatangi oleh perbankan. (5) Bantuan pada UMKM tidak
bersifat protektif, dalam konteks ini sejalan dengan prinsip yang bisa maju adalah UMKM yang
mampu bersaing bebas dalam kondisi pasar non-diskriminasi. Tim Peneliti ISEI (2010)
merekomendasikan beberapa hal berkaitan dengan pengembangan UMKM di Indonesia,
terutama untuk meningkatkan daya saing di pasar global, sebagai berikut: (1) Banyaknya
bantuan kepada UMKM uang tidak tepat sasaran, untuk itu perlu dilakukan adalah koordinasi
bantuan kepada UMKM sehingga tepat sasaran, pendisiplinan kementerian/lembaga pemberi
bantuan untuk melakukan inovasi dalam menyusun skema bantuan. Hal lain adalah bantuan
pelatihan teknis produksi, keuangan, pemasaran, dan kewirausahaan perlu ditingkatkan kuantitas
dan kualitasnya. Selanjutnya keikutsertaan UMKM dalam promosi untuk menembus pasar
internasional perlu ditingkatkan frekuensinya. (2) Diperlukan insentif untuk diversifikasi produk,
pengkayaan desain, dan hak paten untuk produk UMKM. Untuk itu diperlukan kebijakan insentif
fiskal dan non-fiskal bagi pengembangan industri kreatif dan pengusaha pionir. Di samping itu
juga perlu dilakukan perlindungan dan sosialisasi mengenai hak paten. (3) mendorong
penggunaan teknologi informasi untuk kegiatan usaha UMKM. (4) Pemberian suku bunga
khusus dan skema pembiayaan yang lebih baik khususnya untuk UMKM yang menghasilkan
produk yang prospek tinggi di pasar internasional. Sinergi antar lini mutlak perlukan agar produk
dalam negeri yang dihasilkan oleh pelaku usaha UMKM memiliki kemampuan untuk bersaing di
pasar global. Peran pemerintah dalam hal penyaluran kredit bagi UMKM dimana permodalan
masih menjadi masalah klasik bagi UMKM di Indonesia. Fasiltas berupa subsidi bunga dari
APBN juga perlu diberikan. Bagi pelaku UMKM sendiri harus mampu menetapkan kebijakan
dan prioritas usaha bersedia diberikan pembinaan dan pendampingan oleh pihak ketiga, dan
selalu membuka diri dengan perkembangan pasar. Berikut ini peta menuju UMKM yang berdaya
saing era pasar persaingan bebas MEA 2015. MEMPERLUAS PASAR BAGI UMKM Agar
dapat menguasai pasar menurut Sudaryanto, maka UMKM perlu mendapatkan informasi dengan
mudah dan cepat, baik informasi mengenai pasar produksi maupun pasar faktor produksi.
Informasi tersebut diperlukan untuk memperluas jaringan pemasaran produk yang dihasilkan
oleh UMKM. Informasi pasar produksi atau pasar komoditas yang diperlukan misalnya (1) jenis
barang atau produk apa yang dibutuhkan oleh konsumen di daerah tertentu, (2) bagaimana daya
beli masyarakat terhadap produk tersebut, (3) berapa harga pasar yang berlaku, (4) selera
konsumen pada pasar lokal, regional, maupun internasional. Informasi pasar yang lengkap dan
akurat dapat dimanfaatkan oleh UMKM untuk membuat perencanaan usahanya secara tepat,
misalnya : (1) membuat desain produk yang disukai konsumen, (2) menentukan harga yang
bersaing di pasar, (3) mengetahui pasar yang akan dituju, dan banyak manfaat lainnya, (4)
memperluas jaringan pemasarannya. Selain faktor kemudahan dan kecepatan dalam memperoleh
informasi pasar, UMKM juga perlu memiliki kemudahan dan kecepatan dalam
mengkomunikasikan atau mempromosikan usahanya kepada konsumen secara luas baik di dalam
maupun di luar negeri. Faktor komunikasi dalam menjalankan bisnis adalah sangat penting,
karena dengan komunikasi akan membuat ikatan emosional yang kuat dengan pelanggan yang
sudah ada, juga memungkinkan datangnya pelanggan baru. MENINGKATKAN KUALITAS
SUMBER DAYA MANUSIA SEBAGAI PELAKU UMKM Kualitas sumber saya manusia
(SDM) pelaku usaha UMKM dapat ditingkatkan dengan berbagai cara seperti memberikan
program pelatihan, pendampingan, penyediaan fasilitas kepada pelaku UMKM. Pelatihan dan
pendampingan tersebut disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan kualitas SDM pelaku
UMKM di tiap-tiap daerah di Indonesia. Pelatihan dan pendampingan yang diberikan tersebut
dimaksudkan salah satunya agar pelaku UMKM dapat memanfaatkan segala bentuk jenis
peluang terutama dalam memanfaatkan peluang kemajuan teknologi dan era kemudahan
mengakses informasi saat ini. Dengan demikian pemanfaatan teknologi informasi, perusahaan
mikro, kecil maupun menengah akan semakin mudah memasuki pasar global. Dukungan berupa
pelatihan, pendampingan serta penyediaan fasilitas akan sangat membantu peningkatan
pengembangan UMKM di Indonesia walaupun harus menghadapi segala keterbatasannya.
Program ini haruslah mampu menjangkau hingga pelosok terpencil di negeri ini, hal ini didasari
pada kenyataan bahwa sebagian besar UMKM berlokasi di desa-desa dan kota-kota kecamatan.
Jika program ini berhasil menjangkau hingga kebagian terjauh dinegeri ini tentu ini akan sangat
mempermudah UMKM dalam memperluas pasar baik di dalam negeri maupun pasar luar negeri.
Sehingga tingkat kesejahteraan masyarakat dan tenaga kerja yang terlibat di dalamnya akan
meningkat, dan secara bersinergi akan berdampak positif terhadap keberhasilan pembangunan
nasional. Jika semuanya berhasil bersinergi dengan baik diyakini UMKM di Indonesia akan
memenangkan persaingan, UMKM pun akan lebih siap untuk bersaing tidak hanya di dalam
negeri tetapi juga dengan produk-produk luar negeri. Kita dapat bersaing dari segi kualitas,
pengemasan, dan kecepatan operasi perusahaan serta dalam pemasaran produk UMKM.
KESIMPULAN DAN SARAN Pada Tataran Kebijakan atau regulasi diharapkan akan diberikan
kemudahan bagi UMKM dalam kepengerusan segala bentuk jenis perizinan. Memperluas
gerakan kewirausahaan keseluruh Indonesia, mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan
tinggi, menciptakan UKM yang inovatif melalui peran inkubator Bisnis. Menghidupkan kembali
pengembangan produk unggulan daerah melalui One Village One Product (OVOP), tidak hanya
itu penyedian fasilitas berupa penguatan teknologi baik untuk produksi maupun pemasaran juga
mutlak diperlukan. Perlu dilakukannya pemetaan produk unggulan UMKM dan pedampingan
terhadap pemasaran produk ke ASEAN. Memanfaatkan peran perwakilan luar negeri untuk
mempromosikan produk UMKM di kawasan ASEAN. Selain itu, untuk memperkuat produk
UMKM di negeri sendiri dapat dilakukan melalui meningkatkan kampanye cinta produk dalam
negeri. Bagi pelaku usaha mikro, kecil dan menengah itu sendiri perlu aktif untuk bekerjasama
dan berkoordinasi dengan Pemerintah pusat maupun daerah dalam rangka mensukseskan seluruh
program yang telah dicanangkan. Keseluruhan hal ini lah yang dapat menjadi penentu siap atau
tidaknya pelaku UMKM di Indonesia memasuki era pasar bebas saat ini. Semakin siap pelaku
UMKM tentu akan semakin matang, dan semakin kokohlah dalam menghadapi semua tantangan
era pasar bebas 2015 yang tengah berlangsung saat ini.

DAFTAR PUSTAKA
Artikel dalam Jurnal Publikasi Mandala Manurung, Uang Perbankan Dan Ekonomi Moneter
:Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2004.
Nunuy
Nur
Afiah, Kewirausahaan
Dalam
Memperkuat
UKM
Indonesia
Menghadapi
Krisis
Finansial
Global : Bandung: Universitas Padjadjaran. 2009. Sartika Tiktik Partomo,
Usaha Kecil Menengah Dan Koperasi: Jakarta : Center For Industry And Sme Studies Faculty Of
Economics University Of Trisakti. 2004 Sri Susilo, Y., (2007b), “Masalah dan Dinamika Usaha
Kecil: Studi Empiris Pedagang “Klithikan” di Alun-alun Selatan”, Jurnal Ekonomi, Tahun
XII/01/2007, hal. 64 –77. Sudaryanto. 2011. The Need for ICT-Education for Manager or
Agribusinessman to Increasing Farm Income : Study of Factor Influences on Computer Adoption
in East Java Farm Agribusiness.International Journal of Education and Development, JEDICT,
Vol 7 No 1 halm. 56-67 Sudaryanto dan Hanim,Anifatul. 2002. Evaluasi kesiapan UKM
Menyongsong PasarBebas Asean (AFTA) : Analisis Perspektif dan Tinjauan Teoritis. Jurnal
Ekonomi Akuntansi dan Manajemen, Vol 1 No 2, Desember 2002 Tambunan, T.T.H., 2006,
Development of Small Medium Enterprises in Indonesia from the Asia Pacific Perspective,
LPFE Usakti, Jakarta. Tambunan, T.T.H., 2004, Globalisasi dan Perdagangan Internasional,
Cetakan I, Ghalia Indonesia, Jakarta. Tambunan, Tulus, 2001, Perdagangan Internasional dan
Neraca Pembayaran, Teori danTemuan Empiris, LP3ES, Jakarta Tambunan, Tulus, 2010, Center
for Industry, SME and Business Competition Studies, Trisakti University, Indonesia Tim Peneliti
ISEI, 2010, “Strategi Pengembangan UMKM di Indonesia”, Ringkasan Eksekutif, Sidang Pleno
ISEI XIV, Bandung 20 – 22 Juli 2010. Buku Hamdy, Hady. 2001. Ekonomi Internasional – Teori
dan Kebijakan Perdagangan Internasional. Buku 1, Edisi Revisi Jakarta, Ghalia Indonesia. R.
Winantyo dkk, Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 : Memperkuat Sinergi ASEAN di
Tengah Kompetisi Global, PT Elex Media Komputindo : 2008. Republik Indonesia. 2008.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Jakarta :
Sekretariat Negara Republik Indonesia. 2010. Departemen Perdagangan Indonesia. Jakarta :
Sekretariat Negara Website/ laman Atep AbduRofiq, Menakar Pengaruh Masyarakat Ekonomi
Asean 2015 Terhadap Pembangunan Indonesia[Online], Tersedia
di:https://www.academia.edu/9997959. 2015. [Diakses pada tanggal 24 Februari 2016]

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/sabirinsaiga/era-pasar-bebas-usaha-mikro-kecil-
menengah-umkm-indonesia-siap-atau-tidak_571f8ae5c322bd7408cd1b24

Anda mungkin juga menyukai