Anda di halaman 1dari 4

Uji benedict atau tes benedict digunakan untuk menunjukkan adanya monosakarida dan gula pereduksi.

Tembaga sulfat dalam reagen benedict akan bereaksi dengan monosakarida dan gula pereduksi
membentuk endapan berwarna merah bata. Monosakarida dan gula pereduksi dapat bereaksi dengan
reagen benedict karena keduanya mengandung aldehida ataupun keton bebas. Hasil positif ditunjukkan
dengan perubahan warna larutan menjadi hijau, kuning, orange, atau merah bata dan muncul endapan
hijau, kuning, orange atau merah bata.

Ringkasan reaksi:

Monosakarida / gula pereduksi + ion tembaga dari reagen benedict = karboksilat + tembaga (I) oksida
(warna merah bata)

reaksi uji benedict

Reaksi dalam uji benedict

Bahan dan pereaksi:

Reagen benedict

Bahan yang akan diuji

Langkah kerja:

Masukkan 5 ml reagen benedict ke dalam tabung reaksi

Tambahkan dengan 0,5 ml bahan yang akan diuji

Panaskan dalam air mendidih (penangas air) selama 5 menit atau di atas api langsung selama dua menit.

Perhatikan perubahan warna dan munculnya endapan.

Catatan:

Semakin banyak konsentrasi monosakarida atau gula pereduksi dalam suatu larutan, akan membuat
warna larutan semakin merah bata. Jadi apabila setelah diuji benedict suatu larutan berwarna hijau,
maka konsentrasi monosakarida atau gula pereduksinya sedikit. Apabila berwarna kuning maka
konsentrasinya lebih banyak, dan apabila berwarna merah bata maka konsentrasinya lebih banyak lagi.
Namun apabila larutan tetap berwarna biru, hal itu menandakan bahwa tidak terdapat monosakarida
atau gula pereduksi dalam larutan tersebut.

Cara Gerhardt
Tes ini berdasar kepada reaksi antara asam aceto-acetat dan ferrichlorida yang menyusun zat berwarna
seperti anggur port (warna merah-coklat). Asam aceto-acetat sampai pengenceran 1 : 1000 dapat
dinyatakan oleh reaksi ini (jauh kurang peka dari reaksi Rothera), sedangkan aceton dan asam beta-
hidroxibutirat tidak bereaksi.

Warna yang dicari mungkin samar-samar oleh presipitat ferrifosfat yang selalu terbentuk; maka dari itu
dianjurkan supaya menyaring cairan dan mencari warna itu di dalam filtrate.

Warna merah anggur itu tidak hanya dapat ditimbulkan oleh asam aceto-acetat.fenol, salicylat-salicylat,
antipyrin dan natriumbikarbonat juga memberi warna serupa, hasil tes itu menjadi positif palsu. Jarang-
jarang terjadi warna hijau, disebabkan fenilalanin.

Test Gerhardt yang positif selalu harus disertai test Rothera yang positif juga. Seandainya Gerhardt
positif, sedangkan Rothera negative, maka konklusi ialah Gerhardt positif palsu karena tes Rothera amat
lebih peka terhadap asam aceto-acetat daripada tes Gerhardt.

Meskipun tes Gerhardt kurang peka, ada gunanya juga dipakai disamping tes Rothera, karena bilamana
tes Gerhardt itu positif, diberikan olehnya isyarat bahwa ketonuria lebih berat daripada yang hanya
menyebabkan Rothera positif saja.

Cara Rothera (satu modifikasi)

Percobaan ini berdasar kepada reaksi antara nitroprussida dan asam aceto-acetat atau aceton yang
menyusun suatu zat berwarna ungu. Teristimewa terhadap asam aceto-acetatlah reaksi ini peka
seakali(positif sampai 1 : 400.000); terhadap aceton kepekaan 1 : 20.000, sedangkan asam beta-
hidroxibutirat tidak dapat dinyatakan dengan reaksi ini.

Reagens Rothera : natriumnitroprussida 5 g; ammonium sulfat 200 g; campur baik-baik dengan


menggerusnya dalam lumpangdan simpanlah sebuk itu dalam botol bersumbat teguh.

Dalam tes ini Penting untuk memakai urin yang segar. Perubahan asam aceto-acetat menjadi aceton dan
menguapnya aceton dari urin yang diberikan mengurangi kemungkinan hasil positif dalam urin yang
mengandung zat-zat keton itu.

Cara kerja

Sampel R

1. Metode Rothera

o Tebung reaksi di isi 5 ml urin.

o Ditambah 1 gr (sepucuk batang pengaduk) regen rothera dan campur sampai larut.
o Ditambah 1-2 ml NH4OH pekat 18 % melalu dinding tabung secara hati-hati sehingga menyusun
lapisan atas dari cairan di dalm tabung.

o Letakkan tabung tegak lurus, diamkan 5 menit lalu diamati perbatasan kedua larutan.

2. Metode Gerhard

o Tabung reaksi di isi 5 ml urin.

o Ditambah beberapa tetes FeCl3 10 % dicampur, dimati perubahan warna yang terjadi.

Sampel G

1. Metode Rothera

o Tabung reaksi di isi 5 ml urin.

o Ditambah 1 gr (sepucuk batang pengaduk) regen rothera dan campur sampai larut.

o Ditambah 1-2 ml NH4OH pekat 18 % melalu dinding tabung secara hati-hati sehingga menyusun
lapisan atas dari cairan di dalm tabung.

o Letakkan tabung tegak lurus, diamkan 5 menit lalu diamati perbatasan kedua larutan.

2. Metode Gerhard

o Tabung reaksi di isi 5 ml urin.

o Ditambah beberapa tetes FeCl3 10 % dicampur, dimati perubahan warna yang terjadi.

· Hasil pengamatan :

Sampel R

1. Metode Rothera

o 5 ml urin + 1 gr reagen rothera, campur + 1-2 ml NH4OH pekat 18 % -> cincin ungu kemerahan (+) ->
mengandung aseton.

2. Metode Gerhard

o 5 ml urin + FeCl3 10 % diamati -> tidak ada warna merah anggur (saat penambahan) tidak
mengandung asam aseto asetat (-).
Sampel G

1. Metode Rothera

o 5 ml urin + 1 gr reagen rothera, campur + 1-2 ml NH4OH pekat 18 % -> cincin ungu kemerahan (+) ->
mengandung aseton.

2. Metode Gerhard

o 5 ml urin + FeCl3 10 % diamati -> warna merah anggur, mengandung asam aseto asetat (+).

· Pembahasan :

Adanya benda keto dalam urin dikarenakan metabolism lemak dan asam lemak secara berlebihan,
kurangnya karbohidrat dalam tubuh sehingga simpanan asam lemak digunakansebagai sumber energi.
Dalam sampel R dengan metode Rothera menunjukkan hasil (+) dan metode Gerhardt menunjukkan
hasil (-). Sedangkan pada sampel G dengan metode Rothere menunjukkan hasi (+) dan metode Gerhard
menunjukkan hasil (+).

Anda mungkin juga menyukai