Anda di halaman 1dari 2

Masalah keperawatan meningitis yang pertama pada Tn.

F adalah nyeri akut


berhubungan dengan proses infeksi.Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang
tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Nyeri adalah
alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan. Nyeri terjadi bersama
banyak proses penyakit atau bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik atau
pengobatan. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang dibandingkan
suatu penyakit manapun (Brunner & Suddart, 2002 edisi). Batasan karakteristik nyeri akut
sebagai berikut: perubahan selera makan, perubahan tekanan darah, perubahan frekwensi
jantung, perubahan frekwensi pernafasan, laporan isyarat, diaforesis, sikap melindungi area
nyeri, dilatasi pupil, gangguan tidur, melaporkan nyeri secara verbal. (Nanda, 2015)

Nyeri menurut Lyndon (2013), adalah cara nyeri merambat dan dipersepsikan oleh
individu masih belum sepenuhnya dimengerti. Namun, bisa tidaknya nyeri dirasakan dan
derajat nyeri tersebut mengganggu dipengaruhi oleh system algesia tubuh dan transmisi
system saraf serta interpretasi stimulus. Nyeri dihantarkan oleh reseptor yang disebut
nosiseptor. Nosiseptor merupakan ujung saraf perifer yang bebas dan tidak bermielin atau
hanya memiliki sedikit mielin. Resiptor ini tersebar dikulit dan mukosa, khususnya pada
visera, persendian, dinding arteri, hati dan kandung kemih. Reseptor nyeri tersebut dapat
dirangsang oleh stimulus mekanis, termal, listrik, atau kimiawi (misalnya histamin,
bradikinin, dan prostaglandin).

Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah keperawatan nyeri akut dapat


teratasi dengan kriteria hasil: mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri), mampu
menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan), melaporkan
bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri, mampu mengenali nyeri (
skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri), menyatakan rasan nyaman setelah nyeri
berkurang. Intervensi yang dilakukan adalah lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan presipitasi, observasi reaksi
nonverbal dari ketidaknyamanan, kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri, ajarkan
tentang teknik nonfarmakologi, tingkatkan istirahat, cek instruksi dokter tentang jenis obat,
dosis dan frekuensi, evaluasi efektifitas analgesik, tanda dan gejala, kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil. (Nanda, 2015).

Pada kasus Tn. F ini dimunculkan diagnosa nyeri karena ditemukan data-data sebagai
berikut: Rentang nyeri klien skala 5, tanda-tanda Vital : nadi: 80x/menit, tekanan darah:
140/60 mmHg, pernafasan : 20x/menit, klien selalu mengerang ketika terasa nyeri. Setelah
dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam masalah keperawatan nyeri akut dapat teratasi
dengan kriteria hasil: skala nyeri berkurang, klien dapat beristirahat, klien tidak mengerang
kesakitan. Implementasi yang dilakukan untuk mengatasi nyeri pada Tn. F sebagai berikut:
melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan presipitasi. Hasil: klien tampak mengerang ketika merasakan nyeri.
Memberikan analgesic keterolak 3x10 mg, cefitriaxon 2x2gram Deksametason
(dexamethasone) 4x1 amp. Hasil: klien tampak tenang ketika diberikan anti nyeri. Keterolak
adalah obat analgesic dan anti inflamasi nonsteroid yang digunakan ntuk meredakan nyeri,
demam dan peradangan. Cefitriaxon digunakan untuk mengobati beberapa kondisi akibat
infeksi bakteri, Deksametason (dexamethasone) obat ini adalah obat kortikosteroid jenis
glukokortikoid sintetis yang digunakan sebagai agen anti alergi, imunosupresan, anti
inflamasi dan anti shock yang sangat kuat.

Evaluasi pada kasus ini pada hari kedua didapatkan data: ibu klien mengatakan
anaknya masih menggerang ketika terasa nyeri. Sesuai dengan kriteria hasil yang ditetapkan
pada awal memberikan asuhan keperawatan ini tujuan keperawatan belum tercapai.
Intervensi keperawatan dilanjutkan.

Masalah keperawatan kedua adalah resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak


berhubungan dengan edema serebral/ penyumbatan aliran darah . Resiko ketidakefektifan
perfusi jaringan otak adalah resiko penurunan sirkulasi jaringan otak. (Heather, 2009).
Batasan karakteristik resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak adalah sebagai berikut:
edema, tanda hofman positif, perubahan karakteristik kulit (rambut, kuku, kelembaban),
denyut nadi lemah atau tidak ada, diskolorisasi kulit, perubahan suhu kulit, perubahan
sensasi, kebiru-biruan, perubahan tekanan darah di ekstremitas, pulsasi arterial kurang, warna
kulit pucat, warna tidak kembali pada penurunan kaki. ( Nanda, 2011)

Anda mungkin juga menyukai