SPEECH DELAY
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani
Disusun Oleh :
Izzatunisa
Pembimbing:
Kemampuan bicara dan bahasa adalah dua hal yang diukur secara terpisah dan
secara bersama-sama dianggap mencerminkan kemampuan lisan seorang anak secara
keseluruhan. Kemampuan bicara terdiri dari berbagai bunyi yang dibuat orang dengan
mulut mereka untuk berkomunikasi. Hal tersebut diukur dengan membandingkan
berbagai bunyi yang dibuat orang dengan mulut mereka untuk menyampaikan suatu
pesan; hal tersebut merupakan suatu saran yang digunakan untuk berkomunikasi. Hal
tersebut diukur dengan membandingkan berbagai bunyi tertentu serta berbagai
kombinasi bunyi yang digunakan seorang anak dengan norma-norma yang ada bagi
kelompok seusianya. Kemampuan bicara juga melibatkan kualitas, puncak, taksiran,
dan intonasi suara
C. Retardasi Mental
Redartasi mental adalah kurangnya kepandaian seorang anak dibandingkan
anaklain seusianya. Redartasi mental merupakan penyebab terbanyak dari gangguan
bahasa. Pada kasus redartasi mental, keterlambatan berbahasa selalu disertai
keterlambatan dalam bidang pemecahan masalah visuo-motor.
D. Genetik Heriditer dan Kelainan Kromosom
Gangguan karena kelainan genetik yang menurun dari orang tua.
Biasanya juga terjadi pada salah satu atau ke dua orang tua saat kecil. Biasanya
keterlambatan. Menurut Mery GL anak yang lahir dengan kromosom 47
XXX terdapat keterlambatan bicara sebelum usia 2 tahun dan membutuhkan
terapi bicara sebelum usia prasekolah. Sedangkan Bruce Bender berpendapat
bahwa kromosom 47 XXY mengalami kelainan bicara ekpresif dan
reseptif lebih berat dibandingkan kelainan kromosom 47 XXX.
F. Autisme
Gangguan bicara dan bahasa yang berat dapat disebabkan karena autism.
Autisme adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai
dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa,
perilaku, komunikasi dan interaksi sosial.
G. Mutism Selektif
Mutisme selektif biasanya terlihat pada anak berumur 3-5 tahun, yang
tidak mau bicara pada keadaan tertentu, misalnya di sekolah atau bila ada orang
tertentu. Atau kadang-kadang ia hanya mau bicara pada orang tertentu, biasanya anak
yang lebih tua. Keadaan ini lebih banyak dihubungkan dengan kelainan yang
disebut sebagai neurosis atau gangguan motivasi. Keadaan ini juga ditemukan
pada anak dengan gangguan komunikasi sentral dengan intelegensi yang normal
atau sedikit rendah.
H. Gangguan Emosi dan Perilaku Lainnya
Gangguan bicara biasanya menyerta pada gangguan disfungsi otak minimal,
gejala yang terjadi sangat minimal sehingga tidak mudah untuk dikenali.
Biasanya diserta kesulitan belajar, hiperaktif, tidak terampil dan gejala tersamar
lainnya
I. Alergi Makanan
Alergi makanan ternyata juga bisa mengganggu fungsi otak, sehingga
mengakibatkan gangguan perkembangan salah satunya adalah keterlambatan
bicara pada anak. Gangguan ini biasanya terjadi pada manifestasi alergi pada
gangguan pencernaan dan kulit. Bila alergi makanan sebagai penyebab
biasanya keterlambatan bicara terjadi usia di bawah 2 tahun, di atas usia 2 tahun
anak tampak sangat pesat perkembangan bicaranya.
J. Deprivasi Lingkungan
Dalam keadaan ini anak tidak mendapat rangsang yang cukup dari
lingkungannya. Penelitian menunjukkan sedikit keterlambatan bicara, tetapi tidak
berat. Bilamana anak yang kurang mendapat stimulasi tersebut juga mengalami
kurang makan atau child abuse, maka kelainan berbahasa dapat lebih berat
karena penyebabnya bukan deprivasi semata-mata tetapi juga kelainan saraf
karena kurang gizi atau penelantaran anak. Berbagai macam keadaan
lingkungan yang mengakibatkan keterlambatan bicara adalah :
1. Lingkungan yang Sepi
Bicara adalah bagian tingkah laku, jadi ketrampilannya melalui meniru.
Bila stimulasi bicara sejak awal kurang, tidak ada yang ditiru maka
akan menghambat kemampuan bicara dan bahasa pada anak.
2. Status Ekonomi Sosial
Menurut penelitian Mc Carthy, orang tua guru, dokter atau ahli hukum
mempunyai anak dengan perkembangan bahasa yang lebih baik dibandingkan
anak dengan orang tua pekerja semi terampil dan tidak terampil.
3. Tehnik Pengajaran yang Salah
Cara dan komunikasi yang salah pada anak sering menyebabkan
keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa pada anak, karena
perkembangan mereka terjadi karena proses meniru dan pembelajaran dari
lingkungan.
4. Sikap Orang Tua/Orang Lain Di Lingkungan Rumah yang Tidak
Menyenangkan
Bicara bisa mengekspresikan kemarahan, ketegangan, kekacauan dan
ketidak senangan seseorang, sehingga anak akan menghindari untuk
berbicara lebih banyak untuk menjauhi kondisi yang tidak menyenangkan
tersebut.
5. Harapan Orang Tua yang Berlebihan Terhadap Anak
Sikap orang tua yang mempunyai harapan dan keinginan yang berlebihan
terhadap anaknya, dengan memberikan latihan dan pendidikan yang
berlebihan dengan harapan anaknya menjadi superior. Anak akan mengalami
tekanan yang justru akan menghambat kemampuan bicarnya.
6. Anak Kembar
Pada anak kembar didapatkan perkembangan bahasa yang lebih buruk dan
lama dibandingkan dengan anak tunggal. Mereka satu sama lain saling
memberikan lingkungan bicara yang buruk, karena biasanyamempunyai
perilaku yang saling meniru. Hal ini menyebabkan mereka saling meniru pada
keadan kemampuan bicara yang sama –sama belum bagus.
7. Bilingual ( 2 bahasa)
Pemakaian 2 bahasa kadang juga menjadi penyebab keterlambatan bicara,
namun keadaan ini tidak terlalu mengkawatirkan. Umumnya anak akan
memiliki kemampuan pemakaian 2 bahasa secara mudah dan baik. Smith
meneliti pada kelompok anak bilingual tampak mempunyai
perbendaharaan yang kurang dibandingkan anak dengan satu bahasa, kecuali
pada anak dengan kecerdasan yang tinggi.
8. Keterlambatan Fungsional
Dalam keadaan ini biasanya fungsi reseptif sangat baik, dan anak hanya
mengalami gangguan dalam fungsi ekspresif: Ciri khas adalah anak tidak
menunjukkan kelainan neurologis lain.
I. Data Administrasi
1. Anamnesis (heteroanamnesis)
a. Alasan Kedatangan/keluhan utama
Anak belum bisa berbicara
b. Keluhan lain/tambahan
Anak tidak menoleh ketika dipanggil
c. Riwayat perjalanan penyakit sekarang
Pasien dibawa oleh orangtuanya dengan keluhan belum bisa berbicara
sampai usia 3 tahun. Pasien belum bisa mengeluarkan kata-kata, hanya
berupa teriakan, atau ‘aaaa’. Pasien juga tidak menoleh ketika dipanggil
atau ketika mendengar suara benda jatuh, kecuali suara yang sangat besar
(suara mobil atau suara petasan dari jarak dekat). Hal ini disadari ibu
pasien sejak usia anak 1 tahun, namun saat ditanyakan ke dokter di
puskesmas dikatakan tidak apa-apa. Kemudian pasien mulai di bawa
berobat lagi sejak usia 2 tahun. Pasien dapat berespon dengan gerakan
apabila diajak bicara secara tatap muka yang dibantu dengan gerakan
tangan.
d. Riwayat penyakit keluarga
Adik pasien yang berusia 33 hari lahir preterm (pada usia kehamilan 32
minggu) dengan presentasi bokong dan mengalami plasenta previa. Saat
ini ibu pasien rutin melakukan kontrol ulang ke RSUDZA.
Paman pasien pernah menderita batuk-batuk lama, dan memiliki kebiasaan
merokok, namun riwayat minum obat selama 6 bulan disangkal. Riwayat
anggota keluarga dirumah atau tetangga sekitar dengan keluhan batuk-
batuk lama disangkal, riwayat anggota keluarga dengan gangguan
pendengaran atau bicara disangkal.
e. Riwayat penyakit dahulu (postnatal)
Ibu pasien mengaku saat usia 4 bulan pasien mengalami demam tinggi
selama 3 hari setelah dilakukan imunisasi BCG di puskesmas Lampaseh.
Kemudian teraba adanya benjolan di ketiak kanan pasien. Pasien
kemudian dibawa ke RS meuraksa dan didiagnosa dengan TB kelenjar dan
mulai mengkonsumsi obat TB selama 8 bulan sejak usia 6 bulan, ibu
pasien mengaku melakukan pengobatan sampai tuntas. Ibu pasien
mengaku tidak ingat lagi nama-nama obat yang dikonsumsi.. Riwayat
kejang disangkal, riwayat trauma disangkal, riwayat kuning disangkal.
f. Riwayat kehamilan (prenatal)
Ibu pasien mengaku tidak menderita DM, Hipertensi, asma maupun
demam tinggi selama hamil
g. Riwayat persalinan (natal)
Pasien lahir secara pervaginam tanpa bantuan alat di RSIA, lahir cukup
bulan dengan presentasi bokong dan berat badan lahir 2480 gr. Pasien
dirawat di NICU RSIA selama 2 hari karena berat lahir rendah, riwayat
kuning disangkal.
h. Riwayat Pemberian makanan
0-4 bulan: ASI eksklusif
4-8 Bulan: ASI + nasi/pisang lembek
8 bulan-2 tahun: ASI+ nasi biasa
2 tahun-sekarang: makan biasa
i. Riwayat Imunisasi
Hb-0: usia 0 hari
BCG: usia 4 bulan
j. Riwayat kebiasaan
Pasien sering bermain di halaman rumah tanpa alas kaki. Ibu pasien
merupakan seorang guru di akademi farmasi, ibu mengaku anaknya mau
makan dengan baik. Ayah pasien seorang pedagang, merokok sebanyak 5-
6 batang per hari, ayah pasien mengaku merokok hanya diluar rumah.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum, tanda vital, dan status gizi
KU: Baik TD: tidak diperiksa BB: 11 kg
Suhu: 36,8 ˚C TB: 88 cm
Nadi: 102 x/menit LK: 47 cm (mikrosefali)
RR: 22 x/menit LILA: 14 cm
Status gizi:
BB/U: Gizi Kurang
TB/U: Pendek
BB/TB: Normal
Status Gizi
BB/U: > -3SD –
< -2SD
: Gizi Kurang
- Speech delay
- Sensorineural hearing loss bilateral
- Gizi kurang
- Post Limfadenitis TB
3. Aspek Resiko Internal: Pasien pernah menderita penyakit TB kelenjar
sejak usia 4 bulan dan mengkonsumsi obat TB sejak usia 6 bulan.
4. Aspek Resiko Eksternal: Paman pasien pernah menderita batuk lama
1. Health promotion:
– Merangsang perkembangan anak dengan sering mengajaknya
berbicara dan mempelajari gerakan isyarat
– Memberitahukan ibu untuk rutin melakukan ANC dan imunisasi
lengkap selama kehamilan berikutnya maupun terhadap bayinya
untuk mencegah kecacatan pada bayi
– Menghindari penggunaan obat-obatan teratogenik selama ibu
hamil dan menyusui
– Menanamkan pada ibu tentang pentingnya konsumsi buah dan
sayur, suplemen besi dan asam folat selama hamil dan menyusui
– Rutin melakukan skrining tumbuh kembang ke puskesmas untuk
anak selanjutnya sejak dini, termasuk skrining pendengaran pada
bayi sejak usia 2 hari.
– Memberitahukan kepada ayah tentang bahaya rokok pada keluarga
meskipun tidak merokok di dalam rumah, serta memberi motivasi
dan saran untuk berhenti merokok.
– Edukasi tentang gejala dan tanda TB pada keluarga dan segera ke
puskesmas jika terdapat anggota keluarga dengan keluhan batuk
lebih dari 3 minggu.
2. Spesific Protection:
- Melakukan pemeriksaan skrining perkembangan secara rutin dengan
KPSP di Fasilitas layanan primer dan tes perkembangan denver di
fasilitas kesehatan rujukan
Kuesioner Pra-Skrining Perkembangan (KPSP)
Keterangan:
- Bila jawaban YA=9-10 : perkembangan anak sesuai dengan tahapan
perkembangan
- Bila jawaban YA=7-8 : perkembangan anak meragukan
- Bila jawaban YA=≤ 6 : kemungkinan ada penyimpangan
Interpretasi:
Jawaban YA : 5
Jawaban TIDAK: 4
Kesimpulan: kemungkinan ada penyimpangan (P)
- Vit A 200.000 IU
- Terapi non farmakologi yakni dengan memenuhi kebutuhan gizi anak sesuai
kebutuhan kalori. Kebutuhan kalori ditentukan berdasarkan berat badan ideal
dikalikan RDA menurut usia tinggi (height age). Pemberian kalori awal
sebesar 50-75% dari target .
4. Disability limitation:
Pada pasien ini sudah dilakukan pemeriksaan dan saran intervensi oleh
spesialis THT berupa penggunaan alat bantu dengar dievaluasi setelah 3 bulan setelah
pemeriksaan BERA, Speech therapy, implan koklea dan audio visual therapy.
Berdasarkan tabel status gizi WHO pasien ini berada pada (-2 SD) – (-3SD)
yang menandakan anak berada pada status gizi kurang. Hal tersebut bisa disebabkan
faktor risiko pasien dengan riwayat menderita limfadenitis TB ketika berusia 8 bulan.
Sedangkan dari status sosial dan ekonomi pasien tergolong dengan ekonomi
menengah ke bawah sehingga intake tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh pasien.
DAFTAR PUSTAKA