Oleh :
Farisah Izzati 1110312033
Esha Almara 1110312155
Preseptor :
1
TINJAUAN PUSTAKA
Pelvis (panggul) tersusun atas empat tulang: sakrum, koksigis, dan dua
tulang inominata yang terbentuk oleh fusi ilium, iskium, dan pubis. Tulang-tulang
Panggul dibagi menjadi dua regio oleh bidang imajiner yang ditarik dari
a. Panggul palsu
b. Panggul sejati
superior (pintu atas panggul) dan arpetura pelvis inferior (pintu bawah panggul). 2
2
Panggul memiliki empat bidang imajiner:
lebih bulat daripada lonjong. Terdapat empat diameter pintu atas panggul yang
tetapi diameter ini dapat sangat pendek pada panggul abnormal. Konjugata
promontorium sakrum dan simfisis pubis. Konjugata obstetris tidak dapat diukur
secara langsung dengan pemeriksaan jari. Untuk tujuan klinis, konjugata obstetris
diperkirakan secara tidak langsung dengan mengukur jarak tepi bawah simfisis ke
cm. 3
3
Panggul tengah diukur setinggi spina iskiadika, atau bidang dimensi
panggul terkecil. Memiliki makna khusus setelah engagement kepala janin pada
Pintu bawah panggul terdiri dari dua daerah yang menyerupai segitiga.
Area-area ini memiliki dasar yang sama yaitu garis yang ditarik antara dua
tuberositas iskium. Apeks dari segitiga posteriornya berada di ujung sakrum dan
Segitiga anterior dibentuk oleh area di bawah arkus pubis. Tiga diameter pintu
sagital posterior.4
4
Gambar 1.4 Pintu bawah panggul
5
Gambar 1.5. Empat tipe panggul dengan klasifikasi Caldwell-Moloy. Garis yang
melintasi diameter transversal terlebar membagi pintu atas menjadi segmen
posterior dan anterior. 1
panggul android merupakan varian dari panggul pria. Panggul android lebih
sering ditemukan pada wanita dengan akitvitas fisik yang berat selama masa
keterlambatan dalam posisi tegak, yaitu setelah usia 14 bulan, sementara panggul
platipeloid lebih sering ditemukan pada wanita yang memiliki kemampuan posisi
Pada usia kehamilan aterm, wajah hanya merupakan sebagian kecil dari
kepala, sisanya merupakan tengkorak padat yang terdiri dari dua tulang frontalis,
dua tulang parietalis, dan dua tulang temporalis, ditambah bagian atas tulang
6
Tulang-tulang tengkorak dipisahkan oleh ruangan membranosa yang
disebut sutura. Sutura yang paling penting adalah sutura frontalis, sutura sagitalis,
ditutupi oleh suatu membran yang disebut sebagai ubun-ubun. Ubun-ubun besar
atau anterior berbentuk belah ketupat, terletak di pertemuan antara sutura sagitalis
dan sutura koronaria. Ubun-ubun kecil atau posterior berbentuk segitiga, terletak
Gambar 1.6. Kepala janin pada kehamilan aterm yang memperlihatkan ubun-
ubun, sutura, dan diameter biparietal. 1
a. Diameter oksipitofrontalis (11,5 cm), mengikuti garis dari titik tepat di atas
b. Diameter biparietalis (9,5 cm), garis tengah transversal terpanjang pada kepala,
7
c. Diameter bitemporalis (8,0 cm), jarak terjauh antara dua sutura temporalis.
d. Diameter oksipitomentalis (12,5 cm), dari dagu ke bagian yang paling menonjol
dari oksiput.
normal dihubungkan hanya oleh sebuah lapisan tipis jaringan fibrosa yang
ukuran dan bentuk panggul ibu. Proses ini disebut sebagai molding. Pada
memiliki tengkorak yang lebih lunak dan sutura yang lebih lebar sehingga
8
Posisi kepala dan derajat osifikasi menghasilkan spektrum plastisitas
kranium yang bervariasi, dari minimal hingga maksimal. Pada beberapa kasus, hal
sesarea. 4
a. Ukuran janin
Ukuran janin dapat ditentukan secara klinis melalui palpasi abdomen atau melalui
labor.
b. Letak janin
uterus. Letak janin dapat bervariasi yaitu: longitudinal, transversal, atau oblik.
Pada kehamilan tunggal, hanya janin dengan letak longitudinal yang dapat selamat
c. Presentasi janin
jalan lahir. Janin dengan letak longitudinal memiliki presentasi wajah atau
bokong. Presentasi campuran menyatakan bahwa terdapat lebih dari satu bagian
tubuh janin pada pintu atas panggul. Presentasi funik menyatakan presentasi tali
bagian dari tulang tengkorak yang tampak yaitu oksiput (veteks), sinsiput, wajah,
9
atau dahi .Malpresentasi menunjuk pada presentasi selain verteks, dan hal ini
Gambar 1.8. Letak memanjang, presentasi kepala. Perbedaan sikap tubuh janin
pada presentasi (A) verteks, (B) sinsiput, (C) wajah, (D) dahi. 1
d. Sikap atau postur janin
janin (derajat fleksi/ ekstensi kepala janin). Fleksi kepala penting dalam
engagement kepala fetus pada panggul ibu. Jika dagu fetus mengalami fleksi
pintu atas panggul. Hal ini merupakan diameter terkecil yang dapat muncul pada
presentasi kepala. Diameter yang muncul pada pintu atas panggul meningkat
sejalan dengan derajat ekstensi (defleksi) kepala. Hal ini dapat menyebabkan
peningkatan aktivitas uterus dapat memperbaiki derajat defleksi pada tahap awal
persalinan.3
e. Posisi janin
Posisi janin menyatakan hubungan antara titik acuan pada bagian terbawah
janin dengan sisi kanan atau kiri jalan lahir. Hal ini dapat ditentukan melalui
pemeriksaan vagina. Pada presentasi kepala, oksiput menjadi acuan penilaian. Jika
10
oksiput mengarah secara langsung ke anterior, posisi menjadi oksiput anterior
(OA). Jika oksiput mengarah ke sisi kanan ibu, posisi menjadi oksiput anterior
kanan (ROA). Pada presentasi oksiput, variasi posisi janin dapat disingkat dengan
presentasi verteks posisi dapat ditentukan dengan palpasi sutura janin. Sutura
sagitalis merupakan sutura yang paling mudah dipalpasi. Biasanya kepala janin
memasuki pintu atas panggul dalam posisi tranversal, dan pada persalinan normal,
kepala mengalamai rotasi menjadi posisi OA. Kebanyakan bayi dilahirkan dengan
posisi OA, ROA, ataupun LOA. Malposisi menunjukkan persalinan dengan posisi
f. Station
Standar klasifikasi dinyatakan dalam derajat -5 sampai dengan +5. Penentuan ini
didasarkan pada pengukuran kuantitatif dalam sentimeter pada tepi awal tulang
dari spina iskiadia. Titik tengah (station 0) didefinisikan sebagai bidang spina
iskiadika ibu. Spina iskiadika ibu dapat dipalpasi pada pemeriksaan vagina, kira-
11
Gambar 1.9 Bidang Hodge
1.4.1. Definisi
ketidaksesuaian antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat
janin yang besar ataupun kombinasi keduanya. Seorang ibu dapat dicurigai
menderita CPD apabila posisi kepala yang masih tinggi setelah memasuki usia
kehamilan 39 minggu, memanjangnya fase laten, kurang baiknya posisi fetus pada
1.4.2. Etiologi
janin yang terlalu besar, atau yang lebih sering, akibat kombinasi keduanya.
12
1. Kapasitas panggul
pintu atas panggul, pintu tengah panggul, pintu bawah panggul, atau penyempitan
yang biasanya lebih panjang 1,5 cm. Dengan demikian, penyempitan pintu atas
panggul biasanya didefinisikan sebagai konjugata diagonal yang kurang dari 11,5
cm. 7
berukuran 9,5-9,8 cm, sehingga sangat sulit bagi janin bila melewati pintu atas
kecil, namun juga memiliki kemungkinan janin kecil. Distosia akan lebih berat
pada kesempitan kedua diameter dibandingkan sempit hanya pada salah satu
tertahan oleh pintu atas panggul, menyebabkan serviks uteri kurang mengalami
pembukaan serviks.6
13
Pada nulipara normal aterm, bagian terbawah janin biasanya sudah masuk
panggul sempit terdapat presentasi wajah dan bahu tiga kali lebih sering dan
prolaps tali pusat empat sampai enam kali lebih sering dibandingkan wanita
14
terhenti nya kepala janin pada bidang transversal sehingga perlu tindakan forceps
posterior panggul tangah adalah 13,5 cm atau kurang. Ukuran terpenting yang
distansia interspinarum. Apabila ukuran ini kurang dari 9,5 cm, perlu diwaspadai
Pintu bawah panggul bukan suatu bidang datar melainkan dua segitiga
sulit ditentukan. Didapati 2/3 bayi yang memerlukan seksio sesarea setelah
gagalnya persalinan dengan menggunakan forsep memiliki berat kurang dari 3700
keluarnya janin melalui jalan lahir. Hal ini termasuk ansinklintismus, posisi
15
Pada panggul normal, biasanya tidak menimbulkan terjadinya kesulitan
dalam proses melahirkan janin yang beratnya kurang dari 4500gram. Kesulitan
dalam persalinan biasanya terjadi karena kepala janin besar atau kepala keras yang
biasanya terjadi pada postmaturitas tidak dapat memasuki pintu atas panggul, atau
karena bahu yang lebar sulit melalui rongga panggul. Bahu yang lebar selain dapat
ditemukan pada janin yang memiliki berat badan lebih juga dapat dijumpai pada
anensefalus. Janin dapat meninggal selama proses persalinan dapat terjadi karena
terjadinya asfiksia dikarenakan selama proses kelahiran kepala anak sudah lahir,
melahirkan bagian janin yang lain. Sedangkan penarikan kepala janin yang terlalu
kuat ke bawah dapat mengakibatkan terjadinya cedera pada nervus brakhialis dan
muskulus sternokleidomastoideus.4
Pada persalinan normal, kepala janin pada waktu melewati pintu jalan lahir
berada dalam keadaan fleksi dengan presentasi belakang kepala. Dengan adanya
presentasi muka maka dapat menimbulkan kemacetan dalam persalinan. Hal ini
dimungkinkan karena kepala tidak dapat masuk PAP karena diameter kepala pada
anteroposterior panggul.1
1.4.3. Prevalensi
Tenggara sebanyak 6,3% dari kelahiran total. Hal ini menjadi indikasi kedua
16
fetopelvik di Indonesia berjumlah 3,8% dari kelahiran total, dan disproporsi
Indonesia. Menurut laporan World Health Organization (WHO) pada tahun 2005,
1.5.5. Diagnosis
17
terhadap janin, tapi tidak memiliki nilai prediktif tambahan terhadap terjadinya
disproporsi fetopelvik. 6
Akhirnya disimpulkan bahwa tidak ada satu pun dari metode-metode ini
Perubahan pada kardiotokograf (KTG) dapat menjadi tanda adanya kompresi pada
kepala dan ditemukannya mekonium bisa pula menjadi tanda adanya disproporsi. 5
18
1.4.6. Pemeriksaan pada Disproporsi Kepala Panggul
1. Pelvimetri klinis:6
a. Pelvimetri eksternal
Angulus Subpubic
Bituberous diameter
b. Pelvimetri internal
Diameter transversa
Diameter anteroposterior
19
Konjugata diagonalis
Distansia interspinarum
Distansia intertuberosum
Diameter anteroposterior
Diameter sagitalposterior
20
2. Pelvimetri Radiologis
Metode Osborn: Tangan kiri menekan kepala janin dari atas ke arah
rongga panggul sedangkan tangan kanan diletakkan di atas simfisis pubis untuk
menekannya ke arah rongga panggul, sedangkan dua jari tangan yang lain
mengikuti tekanan tersebut. Ibu jari tangan kanan diletakkan di atas simfisis pubis
muller Hillis namun dilakukan pada saat kala II. Metode ini memiliki nilai
1.5. Tatalaksana
21
Definisi tepat untuk persalinan percobaan adalah percobaan persalinan
hingga mencapai dilatasi penuh serviks dan dilanjutkan ke kala dua persalinan
janin dan panggul dapat diperkirakan bahwa persalinan dapat berlangsung per
merupakan tes terhadap kekuatan his, daya akomodasi, termasuk moulage karena
bisa pada letak sungsang, letak dahi, letak muka, atau kelainan letak lainnya.
Ketentuan lainnya adalah umur keamilan tidak boleh lebih dari 42 minggu karena
kepala janin bertambah besar sehingga sukar terjadi moulage dan ada
percobaan. 3
Pada janin yang besar kesulitan dalam melahirkan bahu tidak akan selalu
dapat diduga sebelumnya. Apabila dalam proses kelahiran kepala bayi sudah
medioateral yang cukup luas, kemudian hidung dan mulut janin dibersihkan,
kepala ditarik curam kebawah dengan hati-hati dan tentunya dengan kekuatan
terukur. Bila hal tersebut tidak berhasil, dapat dilakukan pemutaran badan bayi di
22
merupakan bahu belakang dan lahir dibawah simfisis. Bila cara tersebut masih
Kemudian bahu depan diputar ke diameter miring dari panggul untuk melahirkan
bahu depan. 5
Persalinan percobaan ada dua macam yaitu trial of labour dan test of
labour. Trial of labour serupa dengan persalinan percobaan di atas, sedangkan test
of labour sebenarnya adalah fase akhir dari trial of labour karena baru dimulai
pada pembukaan lengkap dan berakhir 2 jam kemudian. Saat ini test of labour
dengan pangul sempit dan terdapat kematian anak yang tinggi pada cara ini. 6
vaginam atau dibantu ekstraksi dengan keadaan ibu dan anak baik. Persalinan
keadaan ibu atau anak kurang baik, ada lingkaran bandel, setelah pembukaan
lengkap dan ketuban pecah kepala tidak masuk PAP dalam 2 jam meskipun his
baik, serta pada forceps yang gagal. Pada keadaan ini dilakukan seksio sesarea. 7
1.5.2.1 Definisi
Seksio sesarea merupakan suatu proses insisi dinding abdomen dan uterus
1.5.2.2 Indikasi
23
Stanton (2008) membagi indikasi seksio sesarea menjadi 2 kelompok
besar yaitu indikasi absolut dan indikasi relatif. Indikasi absolut dilakukannya
sesarea antara lain: riwayat seksio sesarea, prematuritas, dan berat janin kurang
1.6.2.3 Teknik
a. Insisi abdomen
Biasanya dengan melakukan insisi vertikal pada bagian tengah atau insisi
transversal.
• Insisi vertikal
cepat dibuat. Insisi ini harus cukup panjang agar janin dapat lahir tanpa kesulitan.
Oleh karena ini, panjang insisi harus sesuai dengan taksiran ukuran janin.
sepotong fasia di garis tengah dengan lebar sekitar 2 cm. otot rektus dan
• Insisi transversal
24
garis rambut pubis dan diperluas sedikit melebihi batas lateral otot rektus. Insisi
jenis ini memiliki keunggulan kosmetik. Namun, insisi jenis ini juga memiliki
kekurangan. Pada sebagian wanita, pemajanan uterus yang hamil dan apendiksnya
tidak sebaik pada insisi vertikal. Apabila diperlukan ruang lebih banyak, insisi
vertikal dapat dengan cepat diperluas melingkari dan ke atas pusar, sementara
lega, insisi Maylard merupakan pilihan yang aman. Pada insisi ini, otot rektus
b. Insisi uterus
atau yang lebih jarang, secara vertikal. Insisi transversal memiliki keunggulan
bawahnya. Apabila insisi diperluas ke arah lateral, dapat terjadi laserasi pada salah
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG, Gant FN, Leveno KJ, dkk. Obstetri Williams. Edisi 21.
Jakarta: EGC, 2005.
2. Amatsu Therapy Association and Amatsu Association of Ireland, 2006.
Available from: www.amatsuireland.com/publications/ANMA/AnmaModul
PelvisandSacrum.pdf.
3. American College of Obstetrics and Gynecology Committee on Practice
Bulletins–Obstetrics. 2003. Dystocia and augmentation of labor. ACOG
Practice Bulletin No 49. Obstet Gynecol, 102: 1445-54.
4. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Bandung. Obstetri Fisiologi. Bandung: Elemen, 1983.
5. Leong, A., 2006. Sexual Dymorphism of the Pelvic Architecture: A struggling
Response to Destructive and Parsimonious Forces by Natural & Mate
Selection. McGill Journal of Medicine, 9: 61-66.
6. Saifuddin AB. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi Keempat.
Jakarta: BP- SP,2008.
7. Sari Wardani MP, Indikasi Operasi Caesar Pada Pasien Dengan Disproporsi
KepalaPanggul. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2006.
8. Winkjosastro H. Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Jakarta: YBP-SP, 2007.
9. Barghella, V., Baxter, J. K., Chauhan, S. P., 2005. Evidence-based surgery for
cesarean delivery. Am J Obstet Gynecol. 193(5): 1607.
10. Stanton, C., Ronsmans, C., Bailey, P., Belizan, J., Buekens, P., et al., 2008.
Recommendations for routine reporting on indications for cesarean delivery in
developingcountries. Birth35:204–211.
26