SARS
(SEVERE ACUTE RESPIRATORY SYNDROME)
Oleh
Kelompok 3
Dosen Pembimbing :
Supriliyah, P, S.Kep, Ns
Anggota Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
iii
4.6 Inteverensi Keperawatan ...................................................................................... 31
4.7 Implementasi .............................................................................................33
4.8 Evaluasi ......................................................................................................34
BAB V PENUTUP
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................36
3.2 Kritik dan Saran ..............................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................37
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahuidefinisi sars
2. Mengetahui penyebabnya
3. Bagaimana klasifikasi
4. Mengetahui manifestasi
5. Mengetahui cara pencegahan
6. Mengetahui komplikasi
1
BAB II
PEMBAHASAN
Saat munculnya virus SARS, Tiongkok membungkam berita wabah SARS baik internal
maupun internasional, sehingga penyakit ini menyebar sangat cepat, mencapai negeri tetangga
Hong Kong dan Vietnam pada akhir Februari 2003, kemudian ke negara lain dengan perantaraan
wisatawan internasional. Kasus terakhir dari epidemi ini terjadi pada Juni 2003. Dalam wabah itu,
8.069 kasus muncul yang menewaskan 775 orang.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), selama wabah SARS 2003 total 8,098 orang
di seluruh dunia adalah muak dengan SARS dan 774 meninggal - secara keseluruhan kasus tingkat
kematian sekitar 10% dan tertinggi (50%) pada mereka lebih dari 60 tahun usia.
Global conference on SARS yang disponsori oleh WHO di Malaysia pada Juni 2003
mengumpulkan lebih dari 900 peserta dari 441 negara untuk mendiskusikan situasi - pandangan
dan informasi tentang klinis, laboratorium dan epidemiologi pengalaman dipertukarkan pada cara
terbaik untuk mengandung wabah SARS.
2
2.2 Etiologi
SARS tampaknya disebabkan oleh jenis baru dari coronavirus. Coronavirus lainnya
menyebabkan flu biasa atau menulari berbagai binatang. SARS menyebar dari hubungan tatap
muka, kemungkinan dengan menghirup tetesan bersin atau batuk orang yang tertular. Hal tersebut
bisa juga menyebar dengan terkena ludah orang yang tertular dan kemudian memegang hidung,
mulut, atau mata.
Kebanyakan yang tertular adalah orang yang berhubungan dekat dengan orang yang tertular:
perawat kesehatan, anggota keluarga, atau orang yang berada di sekitar penderita ketika duduk di
pesawat atau tempat tidur di rumah sakit. Meskipun begitu, beberapa orang yang menderita SARS
bisa belum pernah berhubungan dekat dengan orang yang tertular, dan banyak orang yang
berhubungan dekat dengan orang yang tertular tidak terkena. Virus juga terdapat di tinja, dan
beberapa orang tampak telah tertular setelah terkena langsung dengan persediaan air yang
tercemari oleh kotoran.
1. Fase Pertama
Terjadi selama 10 hari pertama penyakit, pada fase ini melibatkan proses akut yang
mengakibatkan diffuse alveolar damage (DAD) yang eksudatif. Fase ini dicirikan dengan
adanya infiltrasi dari sel-sel inflamasi serta edema dan pembentukan membran hialin.
Membran hialin ini terbentuk dari endapan protein plasma serta debris nucleus dan
sitoplasma sel-sel epitel paru (pneumosit) yang rusak. Dengan adanya nekrosis sel-sel epitel
paru maka barrier antara sirkulasi darah dan jalan udara menjadi hilang sehingga cairan yang
berasal dari pembuluh darah dapat masuk ke dalam ruang alveolus (efusi). Namun masih
belum dapat dibuktikan apakah kerusakan sel-sel paru tersebut diakibatkan karena efek
toksik dari virus tersebut secara langsung atau kerusakan tersebut terjadi karena perantara
3
sistem imun. Pada saat fase eksudatif ini dapat diamati dan diidentifikasi RNA dan antigen
virus yang terdapat pada makrofag alveolar.
2. Fase kedua
Fase ini dimulai tepat setelah fase pertama selesai (setelah 10 hari). Fase ini ditandai
dengan perubahan pada DAD eksudatif menjadi DAD yang terorganisir. Pada periode ini
didapati metaplasia sel epitel skuamosa bronchial, bertambahnya ragam sel dan fibrosis pada
dinding lumen alveolus. Pada fase ini juga tampak dominasi pneumosit tipe 2 dengan
perbesaran nucleus dan nucleoli yang eosinofilik.
Selanjutnya juga ditemukan adanya sel raksasa dengan banyak nucleus
(multinucleated giant cell) dalam rongga alveoli. Sel raksasa tersebut diduga merupakan
akibat langsung dari COV SARS, namun sumber lain mengatakan bahwa hal tersebut bukan
karena COV SARS namun disebabkan karena proses inflamasi yang berat pada tahap DAD
eksudatif
4
Tinja, droplet, Udara
WOC terkontaminasi coronaV
Kontak/invasi saluran
pernafasan
Reaksi Pertahanan:
Perubahan RR
Asam Laktat
Predisposisi edema
selebral
Penekanan SSP
5
Penurunan Kesadaran
2.4 Manifestasi Klinis
1. Demam tinggi (>380 C)
2. Satu atau lebih gangguan pernafasan yaitu batuk, nafas pendek, kesulitan bernafas,
3. Satu atau lebih keadaan berikut:
a. Dalam 10 hari terakhir sebelum sakit, mempunyai riwayat kontak erat dengan
seseorang yang telah didiagnosa sebagai penderita SARS
b. Dalam 10 hari terakhir sebelum sakit, melakukan perjalanan ke tempat yang
dilaporkan adanya penderita SARS.
2.5 Komplikasi
Komplikasi meliputi :
1. Abses paru
2. Efusi pleural
3. Empisema
4. Gagal nafas
5. Perikarditis
6. Meningitis
7. Atelektasis
8. Hipotensi
9. Delirium
10. Asidosis metabolic
11. Dehidrasi
12. Penyakit multi lobular
13. Septikemi
14. Superinfeksi dapat terjadi sebagai komplikasi pengobatan farmakologis
2.6 Prognosis
Angka kematian melebihi 40%. Apabila penyakit tidak ditangani dengan baik maka kondisi
bagian tubuh yang diserang, yakni paru-paru, makin bertambah berat rusaknya. Keadaan pasien
yang semula mengalami radang paru dapat berlanjut ke kondisi gagal napas yang berat karena paru
6
sudah tidak dapat berfungsi sebagai alat pernapasan yang menerima oksigen dan membuang
karbondioksida. Tanda jasmani tidak begitu kelihatan dan mungkin tidak ada. Beberapa pasien
akan mengalami tachypnea dan crackle pada auscultation. Kemudian, tachypnea dan lethargy
kelihatan jelas.
Pada penderita yang menjalani terapi ventilator dalam waktu yang lama, cenderung akan
terbentuk jaringan parut di paru-parunya. Jaringan parut tertentu membaik beberapa bulan setelah
ventilator dilepas.
Penderita yang bereaksi baik terhadap pengobatan, biasanya akan sembuh total, dengan atau
tanpa kelainan paru-paru jangka panjang
2.7 Pencegahan
7
sang tubuh bisa leluasa "berkonsentrasi" meningkatkan daya tahan tanpa harus terlalu
memikirkan kuman infeksi lainnya, sederhananya seperti itu.
> Pemberian kortikosteroid dengan pemberian obat ini, diharapkan dalam satu atau dua hari
panas bisa segera terkontrol dan bisa meningkatkan perasaan nyaman penderita yang penting
bagi pembentukan kekebalan tubuh
> pemberian ribavirin (antivirus spektrum luas)
Khusus mengenai ribavirin, obat yang tadinya digunakan untuk mengobati hepatitis itu kini
memang masih jarang di Indonesia karena tergolong mahal. Mudah-mudahan dalam waktu
dekat, kasus SARS semakin banyak, produsen obat dalam negeri akan mulai melirik obat yang
tadinya digunakan untuk mengobati penyakit hepatitis. Yang paling penting dari semuanya
adalah semangat penderita untuk berusaha sembuh dari penyakitnya. Diharapkan dengan
perawatan yang dilakukan, tubuh penderita akan membentuk kekebalan sendiri dan bisa sembuh
dalam waktu yang tidak terlalu lama.
8
BAB III
ASKEP TEORI
1. Keluhan Utama :
Biasanya Pasien dengan penyakit sars : sesak nafas, suhu tubuh meningkat, lemas,
jantung berdebar debar .
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengutarakan apa yang di rasakan saat pertama masuk rumah sakit dan masa
setelah rawat inap
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
Biasanya klien mempunyai riwayat penyakit gondoktiroid,
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
Biasanya salah satu keluarga dari pasien mengalami penyakit yang sama
9
3.3 PEMERIKSAAN TTV
Suhu : Biasanya suhu tubuh meningkat
Berat badan : Berat Badan akan turun karena anorexia
RR : RR meningkat karena Pasien mengalami sesak nafas
Nadi : Denyut nadi bertambah cepat
Tekanan Darah : Akan terjadi penurunan tekanan darah.
3. 4 PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan persistem :
A. Sistem Pernafasan
Anamnesa :Pasien biasanya dispnea
a. Hidung
Inspeksi: Nafas cuping hidung tidak ada, Secret / ingus tidak ada, oedem pada
mukosa tidak ada, kebersihan bersih, deformitas tidak ada, pemberian O2 ada jika
pasienya sesak nafas.
Palpasi: nyeri tekan tidak ada, fraktur tulang nasal tidak ada.
b. Mulut
Inspeksi : mukosa bibir tidak sianosis, Alat bantu nafas ETT tidak ada.
Sinus paranasalis
Inspeksi : pemeriksaan sinus paranasalis normal
Palpasi : nyeri tekan tidak ada
c. Leher
Inspeksi : trakheostomi tidak ada
Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, adanya massa tidak ada, pembesaran kelenjar limfe
tidak ada, posisi trachea di tengah.
d. Faring :
Inspeksi : kemerahan tidak ada, oedem / tanda-tanda infeksi tidak ada
e. Area dada:
Inspeksi: pola nafas teratur, penggunaan otot Bantu pernafasan tidak ada,pergerakan
dada simetris, waktu inspirasi ekspirasi (rasio inspirasi : ekspirasi normal), trauma
dada tidak ada, pembengkakan tidak ada.
10
Palpasi: nyeri tekan tidak ada, bengkak tidak ada.
Auskultasi : Suara nafas tambahan tidak ada
B. Cardiovaskuler Dan Limfe
Anamnesa: nyeri dada tidak ada, sesak saat mencium bau menyengat
a. Wajah
Inspeksi : sembab(-), pucat(-), sianosis(-), pembuluh darah mata pecah(-),
konjungtiva anemis.
b. Leher
Inspeksi : bendungan vena jugularis tidak ada
Palpasi : Arteri carotis communis(-)
c. Dada
Inspeksi : bentuk dada simetris, odema tidak ada.
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : bunyi jantung normal ( BJ 1 dan BJ 2) tidak ada kelainan bunyi
jantung.
a. Ekstrimitas Atas
Inspeksi : sianosis(-), clubbing finger(-)
Palpasi : CRT kembali kurang dari 2 detik, suhu akral hangat
b. Ekstrimitas Bawah
Inspeksi : Varises(-), sianosis(-), clubbing finger(-), oedem(-)
Palpasi : CRT kembali kurang dari 2 detik, suhu akral hangat, oedemq(-)
C. Persyarafan
Anamnesis : Pada pasien mengalami nyeri kepala berputar-putar,nyeri kepala
sebelah,hilang keseimbangan, mual dan muntah, perubahan berbicara, dan tremor.
• Pemeriksaan nervus (diperiksa jika ada indikasi dengan kelainan persyarafan):
1. Uji nervus I olfaktorius ( pembau)
Pasien dapat membedakan bau-bau yang menyengat dan tidak menyengat (seperti
minyak kayu putih,parfum dan kopi).
2. Uji nervus II opticus ( penglihatan)
Pada pasien pandangan sudah agak kabur dikarenakan faktor usia.
11
Jarak pandangan antara 20-30cm.
3. Uji nervus III oculomotorius
Pada pasien tidak terdapat oedema kelopak mata,tidak terdapat sklera mata jauh,bola
mata menonjol dan celah mata sempit,tetapi pasien konjungtiva matanya anemis.
4. Nervus IV toklearis
Pasien diperiksa pupilnya normal dan refleks pupilnya normal pada saat diberi
sinaran oleh cahaya.
5. Nervus V abdusen :
Pada pasien saat dilakukan pemeriksaan gerak bola mata, pergerakannya adalah
normal antar mata kanan dan kiri.
6. Uji nervus VI facialis dengan cara : kedua alis mata simetris
7. Nervus VII auditorius/AKUSTIKUS :
Pada pasien pendengaran normal tidak ada gangguan pada pendengaran.
8. Nervus VIII vagus:
Pada pasien pergerakan lidahnya dapat bergerak penuh dan tidak ada gangguan pada
pergerakan lidah pasien,dapat menelan secara normal.
9. Nervus IX aksesorius :
Pada pasien pergerakan kepala dan bahu normal. Kepala dapat menggeleng, menoleh
kanan dan kiri. Dan bahu dapat bergerak penuh.
Tingkat kesadaran (kualitas):
Compos Mentis : sadar sepenuhnya, dapat menjawab pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya,dapat berkomunikasi dengan baik.
Tingkat kesadaran (Kuantitas) :
GCS (Glasgow Coma Scale), yang dinilai yaitu : E4,M6,V5
- Eye/membuka mata (E) :
4 = dapat membuka mata spontan
- Motorik (M) :
6 = dapat bergerak sesuai perintah
- Verbal/bicara (V) :
5 = orientasi baik : orang, tempat, waktu
12
D. Perkemihan-Eliminasi Uri
Anamnesa: Pasien bisa merasakan miksi dengan tidak memakai kateter. Dan dapat
BAK dengan normal. Urine yang dikeluarkan pasien sehari 4 kali antara 1500-
1600cc
a. Kandung kemih:
Inspeksi : Tidak ada benjolan, jaringan parut (-), kandung kemih tidak tegang
Palpasi : nyeri tekan(-), tidak teraba massa
b. Ginjal :
Inspeksi : tidak terjadi pembesaran ginjal
Palpasi : tidak teraba adanya pembesaran ginjal
Perkusi : nyeri ketok (-)
E. Sistem Pencernaan-Eliminasi Alvi
Anamnesa : Nafsu makan pasien bagus, pasien makan dengan pola pagi-siang-malam
tetapi tidak selalu habis, tidak ada keluhan mual muntah, nyeri tenggorokan, maupun
gangguan menelan. Pada hari dilakukan pengkajian pasien belum BAB. Pasien
merasakan nyeri pada perut bagian bawah kanan.
Provokatif : nyeri ditimbulkan dari peradangan pada appendik
Qualitas : nyeri seperti tertusuk-tusuk
Regio : kuadaran IV, pada titik Mc Burney
Skala : 5
Time : hilang timbul
a. Mulut:
Inspeksi : mukosa bibir kering, pada gigi terdapat gigi yang tanggal (1) karies (-),
terdapat plak pada sela gigi. Stomatitis (-), pembesaran kelenjar parotis (-)
Palpasi : nyeri tekan pada rongga mulut (-), massa(-)
b. Lidah
Inspeksi : letak simetris, warna merah muda pucat, tidak ada gerakan tremor.
Palpasi : Nodul(-), oedema(-), nyeri tekan(-)
c. Faring - Esofagus :
Inspeksi : warna palatum merah muda
Palpasi : pembesaran kelenjar(-)
13
Abdomen (dibagi menjadi 4 kuadran)
Inspeksi: tidak ada pembesaran abdomen yang abnormal, tidak tampak vena Port
d. hepatika
Auskultasi : bising usus normal
Perkusi : hipertympai
Palpasi:
Kuadran I:
Hepar hepatomegali(-), nyeri tekan(-)
Kuadran II:
Gaster nyeri tekan abdomen(-)
Lien splenomegali(-)
Kuadran III:
Terdapat massa
Kuadran IV:
Nyeri tekan pada titik Mc Burney
F. Sistem Muskuloskeletal & Integumen
Anamnese : tidak ada nyeri dan tidak terjadi kelemahan ekstremitas
Warna kulit
Hiperpigmentasi(-), hipopigmentasi(-), kulit tidak bersisik
Kekuatan otot : 5 5
5 5
Fraktur : pasien tidak mengalami fraktur dan tidak pernah ada riwayat fraktur
Luka : tidak ditemukan luka pada tubuh pasien
G. Sistem Endokrin dan Eksokrin
Anamnesa: tidak merasakan kram, pandangan kabur sesuai penambahan usia,
perubahan berat badan dan tinggi badan normal, kesulitan menelan(-), berkeringat(-),
tremor(-), hot flushes (panas pada wajah tidak ada)
Riwayat KB : pasien tidak pernah melakukan KB karena setiap selesai melahirkan
pasien langsung melakukan kiret.
14
a. Kepala :
Inspeksi : distribusi rambut(menyebar), tebal, kerontokan(-)
b. Leher
Inspeksi : bentuk(normal), pembesaran kelenjar thyroid(-), perubahan warna(-).
Palpasi : pembesaran kelenjar(thyroid, parathyroid tidak ada), nyeri tekan(-),suhu
badan hangat
c. Payudara
Inspeksi : pembesaran mamae (-)
d. Genetalia :
Inspeksi : Rambut pubis (ketebalan merata, kerontokan tidak ada),
bersih, pengeluaran (darah, cairan, lender tidak ada).
Palpasi : benjolan(-),
Ekstremitas bawah
Palpasi : edema non pitting(-)
H. Sistem Reproduksi
Anamnesa :
1. cyclus haid (normal), lama haid(7hari),darah banyak & sifat(cair), flour albus
(normal tidak bau dan warna normal),disminore(-), terjadi nyeri punggung saat
menstruasi
2. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas, Keluarga berencana
Payudara
Inspeksi : bentuk(normal),kebersihan(+), warna areola(coklat
kehitaman), bentuk papilla mamae(normal),massa(-),luka(-),payudara(simetris).
Palpasi :benjolan(-), pengeluaran(-), nyeri tekan(-).
Axilla :
Inspeksi : benjolan(-).
15
Palpasi : teraba benjolan(-).
Abdomen:
Inspeksi : pembesaran abdomen(-), luka post SC(-).
Palpasi : pembesaran (-),massa(-).
Genetalia :
Inspeksi : Rambut pubis(merata),kebersihan(+),odema(-),varices(-),benjolan(-),
pengeluaran (-), tanda-tanda infeksi(-).
Palpasi : benjolan(-), massa(-), dan nyeri tekan(-).
I. Persepsi sensori :
Anamnesa : Nyeri mata(-),penurunan tajam penglihatan(+),mata berkunang-kunang(-
), penglihatan ganda( -),mata berair(-), gatal(-), kering(-), benda asing dalam mata(-),
penurunan pendengaran(-), nyeri(-).
Mata
Inspeksi : Mata simetris, bentuk normal, lesi Papelbra ( normal ), Bulu mata
(menyebar), produksi air mata(normal).
Kornea : Normal berkilau, transparan
Iris dan pupil :warna iris dan ukuran(normal),reflek cahaya pada pupil(normal).
Lensa : Normal jernih dan transparan.
Sclera: warna ( putih normal)
Palpasi:
Teraba lunak, nyeri dan pembengkakan kelopak mata(-), palpasi kantong
lakrimal(normal).
Penciuman (Hidung) :
Palpasi : Sinus (tidak ada nyeri tekan), Palpasi fossa kanina (tidak
nyeri),Pembengkakan(-), Deformitas(-).
Perkusi : regio frontalis sinus frontalis dan fossa kanina kita lakukan apabila palpasi
pada keduanya menimbulkan reaksi hebat(-).
16
3.5 ANALISA DATA
NS.
DIAGNOSIS : Gangguan pertukaran gas
(NANDA-I)
Diaforesis
Dispnea
Gangguan pengelihatan
Gas darah arteri abnormal
Gelisah
Hiperkapnia
Hipoksemia
Hipoksia
DEFINING Iritabilitas
CHARACTER Konfusi
ISTICS Nafas cuping hidung
Penurunan karbon dioksida
Ph arteri abnormal
Pola pernafasan abnormal(mis,
kecepatan,irama,kedalaman)
Saki kepala saat bangun
Sianosis
Somnolen
Takikardi
Warna kulit abnormal (mis,pucat, kehitaman)
17
RELATED Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
FACTORS: Perubahan membran alveolar-kapiler
Batuk RR meningkat
ASSESSMENT
Gelisa
Diagno Related to
stic
Ketidak keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
Statem
ent:
18
NIC
INTERVENS TUJUAN
AKTIVITAS
I
Ganguan 1. Kolaborasi dengan 1. Setelah diberikan asuhan keperawatan
pertukaran tim tenaga medis selama 24 jam diharapkan klien
gas 2. Anjurkan pasien meninggalkan ambulasi ataua ktivitas
istirahat
3. Berikan
lingkungan tenang
Keseimbanga 1. Kaji riwayat 1. Meredahkan sesak nafas
n pernafasan penyakit pernafasan
penyumbatan 2. Beri oksigen
yang di tambahan jika perlu
karenakan 3. Memonitoring bagai
sesak nafas mana keadaan dada
dan virus apakah ada nyeri
colon 4. Menjaga alat alat
yang terpasang pada
pasien
3.7 IMPLEMENTASI
1. Pengertian Implementasi
Merupakan ini siatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.
Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing
orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan dan memfasilitasi koping.
19
IMPLEMENT TUJUAN
AKTIVITAS
ASI
Gangguan 1. Kolaborasi Setelah diberikan asuhan
pertukaran dengan tim keperawatan selama 24 jam
gas b.d tenaga medis diharapkan klien meninggalkan
kelemahan R/ Pemberian terapi ambulasi atau aktivitas
umum 2. Anjurkan pasien
istirahat
R/ Pasien susah tidur
3. Berikan
lingkungan
tenang
R/ Pasien masih
pusing dengan
lingkungan tenang
Keseimbangan 1. Kaji riwayat 2. Meredahkan sesak nafas
pernafasan penyakit
penyumbatan pernafasan
yang di 2. Beri oksigen
karenakan tambahan jika
sesak nafas dan perlu
virus colon 3. Memonitoring
bagai mana
keadaan dada
apakah ada nyeri
4. Menjaga alat alat
yang terpasang
pada pasien
20
3.8 EVALUASI
Penulis dapat mengevaluasi keadaan pasien dan tindakan keperawatan selanjutnya
setelah dilakukan implementasi. Evaluasi terdiri dari subjektif, berdasarkan apa yang
dikatakan oleh pasien, objektif, berdasarkan pengamatan terhadap keadaan pasien.
Data yang diperoleh :
1. Terhindar dari resiko perfusi perifer
2. Bebas dari nyeri
3. Terpenuhinya akivitas sehari-hari
4. Terpenuhinya kebutuhan nutrisi
5. Menunjukkan penurunan kecemasan
6. Memahami penyakit dan tujuan perawatannya
7. Mematuhi semua aturan medis
21
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
Ny Y berumur beumur 48 tahun datang ke RS muhammadiyah pada tanggal 01-02-2016 jam
13:43. klien mengatakan jalan-jalan dari china untuk berlibur. Sekitar satu minggu pulang dari
china klien tampak gelisah, pucat dan mengalami sesak nafas, sakit kepala saat bangun, sianosis,
demam yang panasnya tak kunjung turun dan nafas tidak teratur. Setelah dilakukan pemeriksaan
fisik diperoleh data TD: 98/60 mmHg, nadi :110 x/menit ,suhu :38,9 C, HR: 95xpermenit RR:
24x/menit
4.1 PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : Ny Y
Umur : 48 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan :-
Suku : Jawa
Alamat : Jl. Pattimura E12
Diagnosa Medis : pneumonia
No. RM :
Tanggal masuk RS : 01 Februari 2016
Tanggal / Waktu pengkajian : 01 Februari 2016
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Sesak nafas dan batuk
b. Riwayat penyakit sekarang
sesak nafas, demam,badan cepat lelah, batuk,dan diare
c. Riwayat penyakit dahulu
klien mempuyai penyakit asma.
d. Riwayat penyakit keluarga
Tidak terdapatnya riwayat penyakit keturunan pada klien,
22
4.2 PEMERIKSAAN TTV
Suhu : 38.9 derajat celcius
Berat badan : 76 kg
RR : 24x/menit
Nadi : 110 x/menit
Tekanan Darah : 98/60 mmHg
4.3 PEMERIKSAAN FISIK
1. Sistem Pernapasan
Anamnesa: batuk kering dan sesak nafas
Hidung
Inspeksi : bentuk simetri ,tidak ada secret / ingus, tampak bersih , tidak ada odem
pemberian O2 : masker .
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Mulut
Inspeksi : mukosa bibir pucat, alat bantu nafas ETT.
Sinus paranasalis
Inspeksi : ada infeksi virus corona penyebab adanya sinus
Palpasi : ada nyeri tekan
Leher
Inspeksi : simestri,
Palpasi :tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri tekan.
Faring
Inspeksi : infeksi virus paramoxyviridae virus ini menyebabakan batuk yang kering
atau tersumbatnya salura faring
23
Area dada
Inspeksi : Bentuk dada simetris, pengembangan dada simetris , Frekuensi 20 x/menit,
Palpasi : ada nyeri tekan, ada odem pada bronkritis.
Auskultasi : suara nafas whezing.
Wajah
Leher
Dada
Palpasi : letak ictus cordis (ics 5, 1 cm medial dari garis mid clavicula sinistra)
Ekstrimitas Atas
Inspeksi : tidak ada sianosis, tidak ada clubing finger, perfusi pucat
Ekstrimitas Bawah
Inspeksi : tidak ada odem, tidak ada sianosis, tidak ada clubing finger
24
Palpasi : suhu akral panas
3. Persyarafan
Anamnesa : klien mengeluhkan pusing
Pemeriksaan Nervus :
Normal : bisa pengarahkan bola mata ke arah perawat dengan berbagai arah
Normal : klien mampu menutupkan mulut tiba-tiba dan mampu mengekpresikan wajah
sesuai yang di rasakan pada tubuhnya
Uji Nervus 6
25
Normal : mampu mendengarkan ucapan perawat dengan jelas dan tidak mengalami
kehilangan keseimbangan, tidak mampu berjalan atau berdiri secara seimbang.
Normal : timbul reflek muntah ketika perawat menyentuh tongs patel keposterior
faring pasien
Normal : mampu menggerakan kepala dan bahu sesuai yang di perintahkan perawat
4. Perkemihan-Eliminasi Urine
Anamnesa : oliguri (jumlah urin 600ml/24jam). Warna kuning tidak berbui
Genetelia Eksternal Perempuan :
Inspeksi : tidak ada odem, tidak ada kemerahan, tidak ada infeksi
Palpasi : tidak benjolan dan tidak ada nyeri tekan
Kandung Kemih
Inspeksi : tidak ada masa atau benjolan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Ginjal :
Inspeksi : tidak pembesaran daerah pinggang
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada abdomen kwadran 1 dan 2 di atas umbilikus, sub
kulit hangat
Perkusi : Tidak ada nyeri ketok
26
5. Sistem Pencernaan
Anamnesa : nafsu makan berkurang, pola makan klien tidak teratur, porsi makan
sedikit dan jumlah air 4 gelas/hari
Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir pucat, jumlah gigi 20 gigi, gusi tidak berdarah, tidak ada
bengkak dan odem
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Lidah
Inspeksi : posisi simetris, bersih
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
27
7. Sistem Endokrin dan Eksokrin
Anamnesa : lemah, perubahan pada berat badan
Kepala
Inspeksi : rambut tebal, tidak rontok
Leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada perubahan warna
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar, tidak ada nyeri tekan, suhu hangat
Genetalia
Inspekssi : tidak ada rambut kubis, bersih
Palpasi : tidak ada benjolan
8. Sistem Reproduksi
Anamnesa :
1. Riwayat menstruasi
Mestruasi tidak teratur biasanya menstruasi 5-7 ketika sakit ini hanya 3-4 hari,
2. Riwayat kehamilan
Sudah pernah melelahirkan 2 kali dengan cara persalinan normal sekarang
mengguakan KB suntik
Payudara :
Inspeksi : bentuk, kebersihan, warna areola, bentuk papilla mamae,
Palpasi : tidak benjolan abnormal,
Axilla :
Inspeksi : tidak adanya benjolan abnormal,
Palpasi : tidak benjolan abnormal
Abdomen:
Inspeksi : pembesaran abdomen ,
Palpasi : pembesaran (kontur, ukuran),.
28
Genetalia :
Inspeksi : Rambut pubis, kebersihan,odema, varices, benjolan,.
Palpasi : tidak ada benjolan/ massa dan nyeri tekan.
HBS Ag negative
DEFINITION:
29
Kelebihan atau deficit oksigenasi dan / atau eliminasi karbondioksida
pada membrane alveolar-kapiler
Diaforesis
Dipsnea
Gangguan penglihatan
Gas Darah arteri abnormal
Gelisah
Hiperkapnia
Hipoksemia
Hipoksia
DEFINING Iritabilitas
CHARACTERISTICS Konvusi
Napas Cuping hidung
Penurunan karbondioksida
pH arteri abnormal
Pola nafas abnormal ( misalya : kecepatan ,irama ,kedalaman )
Sakit kepala saat bangun
Sianosis
Somnolen
Takikardia)
Warna kulit abnormal ( misalnya : pucat ,kehitaman )
30
Subjective data entry Objective data entry
SESSMENT
sesak nafas HR: 95xpermenit
AS
RR: 24x/menit
sakit kepala saat bangun
sianosis
demam
31
komplikasi yang syringe dan manometer passages for air 041012 : ability to
disebabkan oleh mercury exchange clear secretions
penggunaan alat- 3. Beri makan pada makanan
041002 : anxiety
alat tersebut enteral sesuai kebutuhan .
cek tekanan tabung segera 041011 : fear
setelah pemberian
041003 : choking
anesthesia general
4. Inspeksi kulit di daerah 041007 :
sekitas stoma untuk adventitious breath
mengetahui adanya cairan sounds
iritasi atau kemerahan
041013 : nasal
faring
041014 : gasping
041015 : dyspnea at
test
041016 : dyspnea
with mild exertion
041018 : accessory
muscle use
041019 : coughing
041020 :
accumulation of
sputum
041021 : agonal
respirations
32
4.7 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No No diagnose Tanggal/ jam Tindakan Paraf
09.00 WIB
3. Menentukan apa dan berapa
banyak aktivitas yang di
butuhkan untuk menentukan
durasinya.
Perawat menjadwalkan
aktivitas pasien selama
berada di rumah sakit
33
10.00 WIB 5. Memonitoring alat alat yang
terpasang di pasien
Perwat mengecek alat alat
apaka sudah di pasang
dengan benar sesai standrat
dan menjaga kesterilan alat
mengecek antara 3-4 jam
4.8 EVALUASI
No Masalah keperawatan / Tanggal / jam Catatan perkembangan Paraf
kolaborasi
34
intervensi
sebelumnya
35
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
SARS (severe Acute Respiratory Syndrome) yang dikenal juga sebagi pneumonia atorpik
adalah infeksi virus saluran napas akut yang disebabkan oleh Corona virus. Penderita
SARS pada mingu pertama penyakitnya mula-mula mengalami demam (>38C) disertai
menggigil dan rasa sakit disekujur badan penderita. Selain itu penedrita mengeluh sakit
kepala yang disertai rasa lemah dan lesuh. Beberapa orang penderita juga mengalami
gangguan pernapasan ringan dan diare.
36
DAFTAR PUSTAKA
1. http://dhewynerz.blogspot.co.id/2009/11/askep-sars.html
2. http://www.news-medical.net/health/Severe-Acute-Respiratory-Syndrome-
%28Indonesian%29.aspx
3. http://analismuslim.blogspot.co.id/2012/02/sars-severe-acut-respiratory-syndrome.html
5. http://tomysyandarapramana.blogspot.co.id/2013/09/sars.html
37