Anda di halaman 1dari 14

PANDUAN

PELAYANAN PASIEN TERMINAL

SIPAKATAU

SIPAKATUO

RUMAH SAKIT UMUM AT MEDIKA


Jl. Andi Djemma No. 6 Kota Palopo
Telp. (0471) 21596, Fax (0471) 23008 Kode Pos 91921
Email. rs.atmedika.plp@gmail.com
HALAMAN PENGESAHAN

PENGESAHAN DOKUMEN RUMAH SAKIT UMUM AT MEDIKA

NAMA KETERANGAN TANDA TANGAN TANGGAL

DAFTAR ISI

Halaman Judul ........................................................................................................................................ i

Lembar Pengesahan .............................................................................................................................. ii

Daftar Isi ................................................................................................................................................. iii

Bab I Defenisi ......................................................................................................................................... 4

Bab II Ruang Lingkup .............................................................................................................. ............... 7

Bab III Tata Laksana .............................................................................................................................. 8

Bab IV Dokumentasi .............................................................................................................................. 14


BAB I
DEFENISI

A. Pengertian
Pelayanan pada tahap terminal adalah pelayanan yang diberikan untuk pasien yang mengalami sakit
atau penyakit yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh dan menuju pada proses kematian dalam 6
(enam) bulan atau kurang. Pasien yang berada pada tingkat akhir hidupnya memerlukan pelayanan yang
berfokus akan kebutuhannya yang unik. Pasien dalam tahap ini dapat menderita gejala lain yang
berhubungan dengan proses penyakit atau terapi kuratif atau memerlukan bantuan berhubungan dengan
faktor psikososial, agama, dan budaya yang berhubungan dengan proses kematian. Keluarga dan pemberi
layanan dapat diberikan kelonggaran melayani pasien tahap terminal dan membantu memberikan rasa
sedih dan kehilangan
Penyakit terminal adalah suatu penyakit yang tidak bisa disembuhkan lagi. Kematian adalah tahap
akhir kehidupan. Kematian bisa datang tiba-tiba tanpa peringatan atau mengikuti periode sakit yang
panjang. Kondisi terminal adalah suatu proses progresif menuju kematian berjalan menuju suatu tahapan
proses penurunan fisik, psikososial, dan spritual bagi idividu (Carpenito, 1995). Pasien terminal adalah
pasien- pasien yang dirawat, yang sudah jelas bahwa mereka akan meninggal atau keadaan mereka makin
lama makin memburuk (P.J.M Stevens dkk, 1999). Pendampingan dalam proses kematian adalah suatu
pendampingan dalam kehidupan karena mati itu termaksud bagian dari kehidupan. Manusia dilahirkan,
hidup beberapa tahun dan akhirnya mati. Manusia akan menerima bahwa itu adalah kehidupan, dan itu
memang akan terjadi, kematian adalah akhir dari kehidupan (P.J.M. Stevens,dkk 1999).
Sakaratul maut (Dying) merupakan kondisi pasien yang sedang menghadapi kematian, yang memiliki
harapan tertentu untuk meninggal. Kematian (Death) merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi,
tekanan darah serta hilangnya respons terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan terhentinya aktivitas
otak atau terhentinya fungsi jantung dan paru secara menetap.
Selain itu, dr. H.Ahmad NH, Sp,KJ juga mendefenisikan death :
1. Hilangnya fase sirkulasi dan respirasi yang irreversible
2. Hilangnya fase keseluruhan otak, termasud batang otak
Dying dan Death merupakan dua istilah yang sulit dipisahkan, serta merupakan suatu fenomena
tersendiri. Dying lebih kearah suatu proses, sedangkan death merupakan dari hidup
Pasien yang menuju akhir hidupnya, dan keluarganya, memerlukan asuhan yang terfokus akan
kebutuhan mereka yang unik. Pasien dalam tahap terminal dapat mengalami gejala yang berhubungan
dengan proses penyakit atau terapi kuratif atau memerlukan bantuan yang berhubungan dengan
masalah-masalah psikososial, spiritual dan budaya yang berkaitan dengan kematian dan proses kematian.
Kehilangan dan kematian adalah peristiwa dari pengalaman manusia yang bersifat universal dan unik
secara individual. Hidup adalah serangkaian kehilangan dan pencapaian. Duka cita adalah respon alamiah
terhadap kehilangan. Penting artinya untuk di perhatikan bahwa apapun yang dikatakan disini tentang
proses duka cita dan kehilangan yang terdapat dalam perspektif sosial dan historis mungkin berubah
sepanjang waktu dan situasi. Menjadi tua adalah proses alamiah yang akan dihadapi oleh setiap makhluk
hidup dan meninggal dengan tenang adalah dambaan setiap insan. Namun setiap kali harapan dan
dambaan tersebut tidak tercapai. Kondisi terminal merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami
sakit atau penyakit yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh dan menuju pada proses kematian dalam
6 bulan atau kurang. Dalam masyarakat kita umur harapan hidup semakin bertambah dan kematian
semakin banyak disebabkan oleh penyakit-penyakit degeneratif seperti kanker atau stroke. Pasien dengan
penyakit kronik seperti ini akan melalui suatu proses pengobatan dan perawatan yang panjang. Jika
penyakitnya berlanjut maka suatu saat akan dicapai stadium terminal yang ditandai dengan kelemahan
umum, penderitaan ketidakberdayaan, dan akhirnya kematian.
Proses terjadinya kematian diawali dengan munculnya tanda-tanda yaitu sakaratul maut dalam istilah
disebut dying. Untuk itu perlu adanya pendampingan tehadap pasien yang menghadapi sakaratul maut
(dying)
Pada tahap pelayanan terhadap pasien dalam kondisi terminal juga bisa dikondiskan pasien dalam
kondisi sakaratul maut sehingga seluruh aspek pelayanan dan perawatan pada pasien berada dalam
kondisi ini dapat disamakan.
Sangat penting diketahui untuk kita , sebagai tenaga kesehatan tenang bagaimana cara menangani
pasien yang menghadapi sakaratul maut. Inti dari penanganan pasien yang menghadapi tahap terminal
adalah dengan memberikan perawatan yang tepat seperti memberikan perhatian yang lebih terhadap
pasien sehingga pasien dan keluarga lebih sabar dan ikhlas menghadapi kondisi sakaratul maut
Untuk meningkatkan pelayanan akan kebutuhan yang unik ini Rumah Sakit diperlukan suatu panduan.
Buku panduan tersebut dapat menjadi pegangan atau acuan dalam memberikan pelayanan terhadap pasien
tahap terminal secara konprehensif dan juga terhadap pasien dalam kondisi sakaratul maut di Rumah Sakit
Umum AT Medika

B. Tujuan
 Menghargai nilai yang dianut pasien, agama, dan prefensi budaya
 Mengikutsertakan pasien dan keluarga dalam aspek pelayanan kesehatan

 Memberikan respon pada hal psikologis, emosional, spritual dan budaya pasien dari pasien dan
keluarganya
 Memastikan bahwa pasien dengan penyakit terminal
BAB II
RUANG LINGKUP
 Instalasi Rawat Inap
 IGD
 ICU
BAB III
TATA LAKSANA

Pada tata laksana pelayanan pada pasien yang mengalami tahap terminal dan sakaratul maut ini dapat
dilihat hal-hal yang berkaitan :
Diskripsi rentang pola hidup sampai menjelang kematian :
Pandangan pengetahuan tentang kematian yang dipahami oleh seseorang berbeda-beda. Adapun
seorang ahli yang mengemukakan pendapatnya tentang deskripsi rentang pola hidup sampai menjelang
kematian adalah martocchio. Menurut martocchio, rentang pola hidup sampai menjelang kematian sebagai
berikut :
1. Pola puncak dan lembah
Pola ini karakteristik periodik yang sangat tinggi (puncak) dan periode krisis (lemah). Pada kondisi
puncak, pasien benar-benar merasakan harapan yang tinggi atau besar. Sebaliknya pada periode lemah
klien merasa sebagai kondisi yang menakutkan sampai bisa menimbulkan depresi
2. Pola dataran yang turun
Karakteristik dari pola ini adalah adanya sejumlah tahapan dari kemunduran yang terus bertambah dan
tidak terduga, yang terjadi selama atau setelah periode kesehatan yang stabil serta berlangsun pada
waktu tidak bisa di pastikan
3. Pola tebing yang menurun
Karakteristik dari pola ini adalah kondisi penurunan yang menetap atau stabil, yang menggambarkan
semakin buruknya kondisi. Kondisi ini dapat diramalkan dalam waktu yang bisa diperkirakan baik dalam
ukuran jam atau hari. Kondisi ini lazim ditemui di unit khusus (ICU)
4. Pola landai yang turun sedikit-sedikit
Karakteristik dari pola ini kehidupan yang mulai surut dan hampir tidak teramati sampai akhirnya menuju
maut
Perkembangan Persepsi Tentang Kematian
Di dalam kehidupan masyarakat dewasa, kematian adalah suatu yang sangat menakutkan. Sebaliknya
pada anak usia 0-7 tahun kematian itu adalah sesuatu hal yang biasa saja, yang ada dipikirannya kematian
adalah sesuatu hal yang hanya terjadi pada orang tua yang sakit. Mereka sangat acuh sekali dengan
kematian
Seiring dengan perkembangan usianya menuju kedewasaan mereka mengerti tentang apa itu
kematian, karena itu berkembanglah klasifikasi tentang kematian mengenai umur yang didefenisikan oleh
Eny Retna Ambarwati, yaitu :

 Bayi -5 Tahun
Tidak mengerti tentang kematian, keyakinan bahwa mati adalah tidur atau pergi yang temporer
 5-9 Tahun
Mengerti bahwa titik akhir orang mati dapat dihindari
 9-12 Tahun
Mengerti bahwa mati adalah akhir dari kehidupan dan tidak dapat dihindari, dapat mengepresikan ide-ide
tentang kematian yang dapat diperoleh dari orang tua atau dewasa lainnya.
 12-18 Tahun
Mereka takut dengan kematian yang menetap, kadang-kadang memikirkan tentang kematian yang
dikaitkan dengan sikap religi
 18-45 Tahun
Memiliki sikap terhadap kematian yang mempengaruhi oleh religi dan keyakinan
 46-65 Tahun
Menerima tentang kematian terhadap dirinya. Kematian merupakan puncak kecemasan
 65 Tahun keatas
Takut kesakitan yang lama. Kematian mengandung beberapa makna: terbebasnya dari rasa sakit dan
reuni dengan anggota keluarga yang telah meninggal.
Ciri-ciri Pokok Pasien Yang Akan Meninggal
Pasien yang menghadapi sakaratul maut akan memperlihatkan tingkah laku yang khas antara lain:
1. Penginderaan dan gerakan menghilang secara berangsur-angsur yang dimulai pada gerakan paling
ujung khususnya pada ujung kaki, tangan, ujung hidung, yang terasa dingin dan lembab.
2. Kulit nampak kebiru-biruan kelabu atau pucat
3. Nadi mulai tak teratur lamah dan puncak
4. Terdengar suara mendengkur disertai gejala napas cyene nokes
5. Menurunnya tekanan darah perederan darah perifer menjadi terhenti dan rasa nyeri bila ada biasanya
menjadi hilang. Kesadaran dan tingkat kekuatan ingatan bervariasi dari individu. Otot rahang menjadi
mengendur, wajah pasien yang tadinya kelihatan cemas tampak lebih pasrah menerima
Tatalaksana kegiatan pelayanan pada tahap terminal akhir hidup di rumah sakit Rumah Sakit Umum AT
Medika Palopo terdiri antara lain :
 Menghormati keputusan dokter untuk tidak melanjutkan pengobatan dengan persetujuan pasien dan
atau keluarganya
 Melakukan assesmen dan pengelolaan yang sesuai terhadap pasien dalam tahap terminal. Problem
yang berkaitan dengan kematian antara lain :

1. Problem fisik berkaitan dengan kondisi atau penyakit terminalnya


2. Problem psikologi, ketidakberdayaan, kehilangan kontrol, ketergantungan, dan kehilangan diri dan
harapan
3. Problem sosial, isolasi dan perpisahan
4. Problem spiritual
5. Ketidaksesuaian antara kebutuhan dan harapan dengan perlakuan yang didapat (dokter, perawat,
keluarga dsb)
 Memberikan pelayanan dan perawatan pada pasien tahap terminal dengan hormat respect
 Melakukan intervensi untuk mengurangi rasa nyeri, secara primer atau sekunder serta memberikan
pengobatan sesuai permintaan pasien dan keluarga
 Menyediakan akses terapi lainnya yang secara realistis diharapkan dapat memperbaiki kualitas hidup
pasien yang mencakup terapi allternatif atau terapi nontradisional
 Melakukan intervensi dalam masalah keagamaan dan aspek budaya pasien dan keluarga
 Melakukan assesmen status mental terhadap keluarga yang ditinggalkan serta edukasi terhadap
mekanisme penanganannya
 Peka dan tanggap terhadap harapan keluarganya
 Menghormati hak pasien untuk menolak pengobatan atau tindakan medis lainnya
 Mengikut sertakan keluarga dalam pemberian pelayanan
Layanan tahap akhir di rumah sakit dilakukan di instalasi gawat darurat dan unit rawat inap. Adapun proses
operasioal layanan ini atau assesment pasien tahap terminal dilakukan oleh perawat/bidan dengan
kwalifikasi lulusan DIII/ DIV/ SI Keperawatan/ Kebidanan yang mempuyai surat tanda registrasi (STR) dan
bekerja di Rumah Sakit Umum AT Medika minimal 6 bulan yang meliputi intervensi atau mengurangi rasa
sakit, gejala primer dan atau sekunder, mencegah gejala dan komplikasi sedapat mungkin intensitas dalam
hal psikologis, pasien dan keluarga, masalah emosional dan kebutuhan spiritual mengenai kematian dan
kesusahan, intervensi dalam masalah keagamaan dan aspek budaya dan keluarga serta mengikut sertakan
pasien dan keluarga dalam pemberian pelayanan

Instalasi Gawat Darurat Fasilitas Pelayanan Pada Tahap Terminal Meliputi :


Fasilitas yang ada :
1. Monitor
2. Defibrilator
3. Ambubag (VSM)
4. Masker Oksigen dan Tabung Oksigen
5. Suction Set
6. Endoctrachealtube
7. Kateter
8. Pipa Endotracheal
9. Nasogatric tube (NGT)
10. Disposible Spoit
11. Alkohol Swab
12. Injeksi Plug
13. Wing niddle
14. Infuset
15. Injeksi analgesik
16. Obat-obatan resusitasi (adrenalin, dopamin, sulfas atropin, dll)
Unit Rawat Inap (termasuk ICU)
1. Monitor
2. ECG
3. Defebrilator
4. Ambubag (VSM)
5. Masker oksigen dan tabung oksigen
6. Suction set
7. Endotrakeal tube
8. Kateter
9. Pipa endotracheal
10. Nasogastric tube (NGT)
11. Disposible Spoit
12. Alkohol swab
13. Injeksi plug
14. Wing niddle
15. Infus set
16. Injeksi Analgetik
17. Obat-obatan resusistasi (adrenalin, dopamin, sulfat antropin, dan lain-lain)
Unit Rawat Inap Lainnnya :
Bila kondisi pasien yang terminal atau sakratul maut menempati ruang biasa seperti zaal, maka pasien
ditempatkan pada bagian pinggir dekat jendela,, dan ditemani oleh keluarga dan dimonitor oleh perawat
sebagai penangggung jawab untuk mengontrol kondisi pasien, dan bila sewaktu-waktu mengalam
perubahan kondisi dan melaporkan pada Dokter Penanggung Jawab Pasien atau Dokter jaga IGD untuk
memastikan kondisi pasien
Bila pasien meninggal dunia, maka dilakukan tibdakan perawatan pasien setelah meninggal dunia atau
perawatan jenazah, dengan tujuan : Membersihkan dan merapikan jenazah, memberikan penghormatan
terakhir dan rasa puas kepada sesama insani.
Peralatan yang diperlukan :
1. Celemek atau Skort
2. Verban atau kasa gulung
3. Pinset
4. Sarung tangan
5. Gunting perban
6. Bengkok atau piala ginjal 1
7. Baskom
8. Waslap
9. Kantong plastik kecil (tempat perhiasan)
10. Kartu identitas pasien atau gelang identitas
11. Kain kafan
12. Kapas lipat lembab dalam koran
13. Kapas berminyak dalam kom
14. Kapas lipat kering dalam kom
15. Kaapas berminyak (Baby Oil) dalam kom
16. Kapas alkohol dalam kom
17. Lysol 2-4 %
18. Ember bertutup
Prosedur :
1. Memberitahukan pada keluarga pasien
2. Mempersiapkan peralatan dan dekatkan ke jenazah
3. Mencuci tangan
4. Memakai celemk atau skort
5. Memakai handscoon
6. Melepas perhiasan dan benda-benda berharga lain diberikan kepada keluarga pasien ( dimasukkan
dalam kantong plastik)
7. Melepaskan peralatan invasif (selang, kateter, NGT tube dan lain-lain)
8. Membersihkan mata pasien dengan kassa, dan ditutup dengan kapas berminyak
9. Membersihkan bagian hidung dengan kassa, dan ditutup dengan kapas berminyak
10. Membersihkan bagian telinga dengan kassa, dan ditutup dengan kapas berminyak
11. Membersihkan bagian mulut dengan kassa
12. Merapikan rambut jenazah dengan sisir
13. Mengikat dagu dari bawah dagu sampai keatas kepala dengan verban gulung
14. Menurunkan selimut sampai kebawah kaki
15. Membuka pakaian bagian atas jenazah, taruh dalam ember
16. Melipat tangan dan mengikat pada pergelangan tangan dengan perban gulung
17. Membuka pakaian bawah, taruh dalam ember
18. Membersihkan genetalia dengan kassa kering dan waslap
19. Membersihkan bagian anus dengan cara memiringkan jenazah kearah kiri dengan meminta bantuan
keluarga
20. Memasukkan kassa berminyak kedalam anus jenazah
21. Melepaskan stick laken dan perlak bersamaan dengan membentangkan kain kafan, lipat stick laken
dan taruh dalam ember
22. Mengembalikan keposisi semula
23. Mengikat kaki bagian lutut jenazah pergelangan kaki, dan jari-jari jempol dengan menggunakan perban
gulung
24. Mengikatkan identitas ijazah pada jempol kaki
25. Membuka boven laken bersamaan dengan pemasangan kain kafan
26. Jenazah dirapikan dandipindahkan kebrankar
27. Alat-alat tenun dilepas dan dimasukkan kedalam ember dan melipat kasur
28. Merapikan alat
29. Melepas handscoon
30. Melepaskan celemek
31. Mencuci tangan
Setelah selesai perawat jenazah, kemudian jenazah dibawa ke kamar jenazah dan setelah mencapai 2
jam, boleh dibawa pulang oleh keluarga, dengan serah terima antar perawat dan keluarga, gelang identitas
dilepas

BAB III
DOKUMENTASI

Pelayanan tahap terminal dalam rekam medis

Anda mungkin juga menyukai