Sains, Teknologi, dan Tantangan Masa Depan Manusia
Peran sains dalam ekologisme sangat penting untuk mengidentifikasi batas-
batas dalam ekologisme. Ekologisme merupakan teori politik yang benar-benar bergaul rapat dnegan pengetahuan ilmiah. Tanpa pengetahuan ilmiah, sebagian masalah ekologis yang menyangkut teori politik hijau tidak akan menjadi sebuah “masalah”. Hal ini menunjukkan bahwa studi penelitian teori politik hijau, tidak akan berhasil tanpa pengetahuan ilmiah. Namun bagi sebagian ekologiman politis, sains hadir sebagai bagian dari masalah, bukan solusi. Pandangan-pandangan itu lahir dengan merujuk pada perkembangan teknologis seperti nuklir, mesin pembakaran internal, bioteknologi, dan sains-sains yang menghabiskan sumber- sumber daya planet ini. Banyak teoretikus hijau yang memasukkan konsep dan wacana seputar masyarakat resiko sebagai bagian dari perspektif hijau. Di dunia yang sedang mengglobal dan semakin dikendalikan secara teknologis, Kaum Hijau mengeluarkan suara teguran yang menekankan bahaya asumsi dan tujuan mendasar kontrol teknologi manusia atas dunia alam berdasarkan pengetahuan sains. Kecaman terhadap sains dan teknologi menggerakkan ekologi ke arah kecaman Ulrich Beck tentang masyarakat resiko dan bahaya yang dibawa teknologi meja bagi masyarakat modern dalam bahaya aktual maupun demokratis. Teori Politik Hijau mengalami perdebatan yang memberikan kontribusi dinamika dalam Hubungan Internasional. Politik Hijau muncul karena adanya permasalahan lingkungan yang awalnya tidak pernah dilirik oleh disiplin ilmu Hubungan Internasional yang hanya berfokus pada negara saja. Konsep ini menjadi penting demi melestarikan dunia yang akan mendatang. (Burchill, Scott & Andrew Linklater. 1996) Tantangan masa depan manusia menurut teori ini adalah manusia yang tidak memperhatikan alam sebagai satu kesatuan kehidupan. Manusia hanya memanfaatkan sumber daya demi membuat sebuah industri dan bahkan produksi industri tersebut dapat merusak alam, bahkan menghancurkan dunia; nuklir.