Jawab:
Pada kasus ini dilihat dari sudut pandang utilitarian, Unocal telah melakukan
hal yang cocok dengan konsep ini. Pada kasus ini pihak Unocal mendapatkan banyak
sekali keuntungan diantaranya adalah keuntungan dari segi nominal dan mudahnya
mendapatkan tenaga kerja yang murah tetapi sudah cukup berpendidikan. Bukan
hanya pihak Unocal saja yang diuntungkan, masyarakat Burma juga mendapatkan
kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan. Namun tidak semua masyarakat Burma
merasakan hal yang sama, hanya petinggi-petinggi negara, masayarakat menengah
keatas, dan masyarakat yang hidup di sekitar pembangunan pipa. Para
penduduk di beberapa wilayah merasa dirugikan karena adanya pelanggaran HAM
seperti pemaksaan bekerja, penggusuran, bahkan pembunuhan.
Berdasarkan dari sudut pandang rights, pada kasus Unocal terdapat beberapa
hal yang bertentangan dengan Hak Asasi Manusia. Burma merupakan negara yang
memiliki basic militer diktator karena mereka menggunakan SLORC (State Law and
Order Restoration Council) yang beranggotakan para petinggi senior militer Burma
sebagai garda depan pemerintahan. Unocal menyewa badan konsultasi Control Risk
Group untuk membaca situasi yang terjadi saat proyek berjalan.Hasilnya didapati
bahwa pemerintah Burma melakukan pemaksaan terhadap forced labor untuk
melakukan pembangunan infrastruktur seperti Camp Base, jalan raya dan sebagainya.
Ada juga salah satu pihak yang merasa dirugikan yaitu ada 15 orang masyarakat
Karen, salah satu society di Burma yang mengajukan tuntutan ke U.S Courts,
bahwasannya ada anggota keluarga mereka yang direlokasi paksa dan menjadi forced
labor dalam proyek pipa tersebut.
Tindakan Unocal dalam kasus ini berdasarkan sudut pandang caring menurut
saya sangat bertolak belakang, karena Unocal membiarkan tindakan-tindakan yang
tidak manusiawi seperti forced labor, berbuat semena-mena dengan memaksa
masyarakat untuk bekerja serta menggusur penghuni yang lahannya dilewati jalur
pipa tanpa adanya kompensasi.
“Unocal in Burma”
Oleh:
Ihsanuddin
MAGISTER MANAJEMEN
2018