Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Matahari adalah sumber energi yang sangat besar dan tidak akan pernah
habis. Energi sinar matahari yang dipancarkan ke bumi dapat dimanfaatkan
untuk berbagai keperluan misalnya pembangkit listrik dengan sistem solar cell,
photovoltatic, DSSC (Dye Sensitized Solar Cell) dan lain lain. Selain itu sinar
matahari juga memiliki peran penting dalam reaksi fotoredoks baik fotooksidasi
maupun fotoreduksi dalam beberapa aplikasi seperti self cleaning, anti bacteria,
dan lain lain.
Sel surya adalah teknologi penyimpan sekaligus converter energi matahari
menjadi energi listrik. Sel surya tersusun dari material semikonduktor yang dapat
mengubah sinar (cahaya) matahari sebagai partikel (foton) menjadi tenaga listrik
secara langsung menggunakan prinsip fotovoltaik. Semikonduktor yang
menyusun sel surya menjadi faktor kunci dalam pengembangan sel surya. Oleh
karena itu, teknologi semikonduktor sekarang ini banyak dikembangan untuk
memunculkan inovasi dalam sel surya.
Bahan bahan organik atau alamiah dalam bidang teknologi semakin
banyak dikembangkan karena sifatnya yang ramah lingkugan (mudah
terdekomposisi di alam). Bahan organik yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan
semikonduktor adalah makromolekul terkonjugasi yang memiliki ikatan tunggal
C-C dan ikatan rangkap C=C terkonjugasi yang memiliki sistem elektron π pada
rantainya.
Porfirin merupakan senyawa makrosiklik yang memiliki ikatan rangkap
terkonjugasi dan terdiri dari empat pirola yang dihubungkan oleh ikatan π
melalui gugus etilen (=CH-) yang dimilikinya. Hal ini yang memungkinkan
terjadinya proses serapan gelombang elektromagnetik untuk eksitasi elektron
dari tingkat dasar ke tingkat tereksitasi. Panjang gelombang yang diserap
mencirikan tipe radiasi elektromagnetik, seperti gelombang radio, ultraviolet,

1
2

inframerah, tampak dan sebagainya yang menjelaskan bahwa senyawa tersebut


dapat menyerap salah satu dari radiasi elektromagnetik. Pofirin ini merupakan
bahan organik yang memiliki kemiripan struktur dengan klorofil sehingga dapat
menyerap panjang gelombang elektromagnetik yang dipancarkan matahari.
Sistem susunan ikatan rangkap porfirin terkonjugasi menyebabkan porfirin
mempunyai tingkat absorpsi yang baik terhadap sinar ultra violet (UV) (Aitala,
2010).

Gambar 1.1. Struktur Porfirin


Panjang gelombang yang diserap oleh senyawa porfirin terkait dengan
beda energi Highest Occupied Molecular Orbital (HOMO) dan Lowest Unoccupied
Molecular Orbital (LUMO). Perbedaan energi pada kedua tingkat orbita ini ini
akan mempengaruhi energi yang dibutuhkan untuk eksitasi elektron dari tingkat
HOMO ke LUMO. Perbedaan inilah yang disebut sebagai band gap.
Para ilmuan telah melakukan berbagai studi tentang semikonduktor
organik yang ditinjau dari aspek kinetik dan dinamiknya melalui metode
eksperimen di laboratorium. Eksperimen yang di lakukan di laboratorium
menggunakan perangkat analisis instrumen yang menghabiskan biaya yang
sangat mahal, waktu yang lama dan tenaga profesional. Seiring dengan
berkembangnya cabang ilmu kimia, kimia komputasi dapat digunakan untuk
mempelajari proses transisi elektronik atau eksitasi elektronik pada suatu
molekul, sehingga bisa mereduksi perhitungan spektra elektronik dari orbital
dalam suatu senyawa.
Eksperimen menggunakan media komputer memainkan peranan yang
penting dalam perkembangan sains. Hal ini mengubah secara substansial
hubungan antara teori dan eksperimen. Simulasi menggunakan media komputer
sering dilakukan dengan kondisi yang sangat mirip dengan eksperimen sehingga
hasil dari perhitungan komputasi dapat dibandingkan secara langsung dengan
eksperimen. Selain itu juga, dapat mengkaji bagian yang tidak dapat dijangkau
secara eksperimen karena keterbatasan peralatan, waktu dan biaya.
Kimia komputasi adalah cabang ilmu kimia menggunakan hasil kimia teori
yang diterjemahkan ke dalam program komputer untuk menghitung sifat-sifat
molekul serta perubahannya maupun melakukan simulasi terhadap sistem-
sistem besar dan menerapkan program tersebut pada sistem kimia nyata. Sifat-
sifat molekul yang dapat dihitung antara lain optimasi struktur, energi, selisih
tingkat energi, muatan, momen dipol, kereaktifan, frekuensi getaran, besaran
spektroskopi dan lain-lain.
Penelitian terdahulu tentang semikonduktor telah dilakukan oleh Bintarti
(2008) menggunakan senyawa phthalocyanine dengan perhitungan band gap
menggunakan metode komputasi ab initio tingkat HF dengan basis sets STO 3G.
Dalam penelitian ini juga dibahas tentang vibrasi molekular pada phthalocyanine
yang disisipi oleh logam Cu. Selain itu penelitian teoritis tentang fotosensitivitas
suatu senyawa pernah dilakukan menggunakan senyawa antibakteri
fluorokuinolon berdasarkan karakteristik spektra elektronik dan selisih energi
HOMO-LUMO (Tahir et al., 2005). Penelitian tentang struktur elekronik pada
keadaan transisi dari polivinil sinamat yang mempunyai gugus yang bersifat
fotosensitif (Tsuda dan Oikawa, 1976).
Penelitian dengan pendekatan kimia komputasi ini penting untuk
menentukan kaitan antara struktur porfirin tersubtitusi dengan aktifitasnya. Hal
ini dilakukan untuk mendapatkan kejelasan teoritis tentang aktivitas porfirin
tersubtitusi dalam sensitivitasnya terhadap sinar UV. Porfirin telah banyak
diteliti menggunakan metode komputasi, antara lain porfirin yang dikonjugasikan
dengan logam mulai dilakukan Rovira (1997) menggunakan logam Fe dengan
metode Density Functional Theory (DFT). Fe-porfirin ini menghasilkan serapan
pada gelombang UV, sehingga energi yang dibutuhkan sangat besar untuk
melakukan eksitasi elektron. Penelitian selanjutnya porfirin yang dikonjugasikan
dengan beberapa logam, seperti Zn, Mg, dan Ni telah dilakukan Pedersen
(2004). Ketiga logam tersebut dikonjugasikan dengan porfirin pada posisi pusat
menggunakan metode ab-initio. Zn-Porfirin dan Ni-Porfirin memiliki peluang
menjadi detektor inframerah organik dan cahaya tampak karena memiliki celah
energi yang kecil yaitu 0,63 eV. Kompleks logam-porfirin yang diteliti ini
membutuhkan waktu yang lama untuk optimasi geometrinya, karena basis set
yang digunakan adalah ab initio.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini mengkaji porfirin
yang dikonjugasikan dengan logam tertentu agar serapan panjang gelombang
terjadi pada daerah visible sehingga energi yang dibutuhkan eksitasi tidak besar.
Selain itu penelitian ini menggunakan metode kimia komputasi DFT yang lebih
cepat dan hasilnya tidak jauh berbeda dengan metode ab initio yang
menggunakan korelasi elektron.

I.2 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah mempelajari secara teoritis struktur kompleks
porfirin berdasarkan optimasi geometri yang dilakukan dengan metode DFT.
Secara spesifik tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
 Menentukan metode kimia komputasi yang sesuai digunakan untuk
optimasi kompleks logam-porfirin
 Menentukan struktur geometri yang stabil dari kompleks logam-porfirin
berdasarkan kajian perbandingan energi interaksinya
 Menetukan kompleks logam porfirin yang sesuai untuk digunakan sebagai
bahan semikonduktor berdasarkan selisih nilai energi HOMO-LUMO
 Menganalisis sifat fotosensitivitas UV-Vis terhadap senyawa kompleks
logam-porfirin hasil optimasi geometri berdasarkan perhitungan transisi
elektronik
 Mengkaji serapan vibrasi kompleks logam-porfirin pada panjang
gelombang infrared

I.3 Manfaat Penelitan


Dengan mempelajari energi interaksi, energi HOMO LUMO, transisi
elektronik, dan tipe aktivitas serapan senyawa porfirin yang disisipi logam Cu,
Ag, dan Au dapat memberikan informasi tentang sifat photonic akibat
perubahan efek elektromunisensi. Selain itu juga akan membantu informasi
penunjang untuk pembuatan aplikasi sensor inframerah dan bahan
semikonduktor organik sebagai penyusun sel surya yang lebih ramah lingkungan
dan lebih kompatibel dibandingkan dengan semikonduktor anorganik.

Anda mungkin juga menyukai