Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis, dimana keadaan
tersebut merupakan suatu fase teristimewa dalam kehidupan seorang
wanita. Beberapa ibu hamil tersebut bisa melewatinya dengan ceria hingga
melahirkan, tetapi juga tidak jarang yang mengalami masalah kesehatan
dalam kehamilannya. Masalah kesehatan yang sering muncul pada
kehamilan salah satunya adalah hipertensi dalam kehamilan
(Yohanna,Yovita, & Yessica, 2011).Penyakit hipertensi dalam kehamilan
ini salah satunya diakibatkan oleh perubahan pada sistem kardiovaskuler
dan pembuluh darah yang terjadi sebelum kehamilan, komplikasi selama
masa kehamilan atau pada awal pasca partum. Perubahan kardiovaskuler
disebabkan oleh peningkatan cardiac afterload dan penurunan
cardiacpreload, sedangkan pada pembuluh darah terjadi vasokonstriksi
arteriol, vasospasme sistemik dan dan kerusakan pada pembuluh darah
(Reeder,Martin, & Griffin, 2011).
Hipertensi dalam kehamilan adalah suatu kondisitekanan darah
sistol diatas 140 mmHg dan diastol diatas 90 mmHg atau peningkatan
tekanan sistolik sebesar 30 mmHg atau lebih atau peningkatan diastolik
sebesar 15mmHg atau lebih diatas nilai dasar yang mana diukur dalam dua
keadaan, minimal dalam jangka waktu 6 jam (Reeder dkk, 2011). Hipertensi
dalam kehamilan merupakan 5-15 % penyulit kehamilan dan merupakan
salah satu dari tiga penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu bersalin
(Prawirohardjo, 2013).
Preeklampsia dan eklampsia merupakan kesatuan penyakit yang
disebabkan oleh kehamilan walaupun belum jelas bagaimana terjadi.
Diindonesia preeclampsia, eklampsia, disamping perdarahan dan infeksi
masih merupakan sebab utama kematian ibu dan sebab kematian perinatal
yang tinggi. (professor dotor dokter sarwono prawirhadjo, DSOG).
Berdasarkan data UNICEF (2015), menyatakan jumlah kematian ibu
dan anak s tiap tahun akibat komplikasi kehamilan dan persalinan menurun
dari 532.000 pada tahun 1990 menjadi 303.000 pada tahun 2015, dan ini
terjadi hampir di 99% negara berkembang. Penyebab utama kematian ibu
adalah akibat komplikasi dari kehamilan atau melahirkan. Komplikasi
tersebut salah satunya adalah hipertensi dalam kehamilan yang telah
menyumbangkan 14% penyebab kematian maternal di dunia
(UNICEF,2015).
Kematian ibu di Indonesia yang disebabkan oleh hipertensi mulai
dari tahun 2010 sampai 2013 terus mengalami peningkatan. Tahun 2010
angka kematian ibu mencapai 21,5 %, tahun 2011 (24,7%), tahun 2012
(26,9%), sedangkan pada tahun 2013 mencapai 27,1% (Kemenkes RI,
2015).
Kejadian hipertensi dalam kehamilan berkaitan erat dengan faktor
risiko terjadinya hipertensi dalam kehamilan tersebut. Berdasarkan hasil
penelitian Radjamuda & Montolalu tahun 2014, yaitu tentang Faktor Risiko
Terjadinya Hipertensi Dalam Kehamilan di Poli Klinik Obs-Gin Rumah
Sakit Jiwa Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Kota Manado salah satunya adalah
usia ibu hamil. Sebagian besar ibu hamil yang mengalami hipertensi yaitu
pada umur kurang dari 20 tahun (56,5%), primipara (52,7%), dan ibu hamil
yang memiliki riwayat hipertensi (pree lamsi-eklamsi)(55,6%)(Radjamuda
& Montolalu, 2014).

B. Manfaat
Sebagai salah satu sumber informasi bagi mahasiswa, serta sebagai salah
satu persyaratan dalam untuk memenuhi tugas perkuliahan Dan Diharapkan
dapat mengaplikasiksan dan menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam
menerapkan asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan hipertensi yang
telah dipelajari.
C. Rumusan Masalah
Bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan
hipertensi
D. Tujuan

a. Tujuan Umum

Supaya mahasiswa mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan


pada ibu hamil dengan hipertensi

b. Tujuan khusus

Agar mahasiswa mampu memahami


Definisi,etiologic,patofisiologi,manifestasi klinis,klasifikasi,
komplikasi dan asuahan keperawatan dengan pasien hipertensi
dalam kehamilan.

E. Metode Penulisan

Studi literature : Yaitu bersumber dari jurnal dan karya tulis ilmiah yang
relevan.

F. Sistematika Penulisan

Berdasarkan dari hasil penyusunan makalah ini, disini kelompok membuat


sistematika penulisan yang dimulai dari:
BAB I : PENDAHULUAN
Yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II: TINJAUAN TEORI
Yang terdiri dari defenisi, anatomi fisiologi, klasifikasi, etiologi,
patofisiologi, pathway, komplikasi, manifestasi klinik, pemeriksaan
diagnostik, penatalaksanaan medik, dan asuhan keperawatan pada pasien
dengan penyakit Osteomyelitis
BAB III : PENUTUP
Yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORI
I. Konsep Dasar Medis
A. Definisi
Hipertensi dalam kehamilan adalah suatu kondisi dalam
kehamilan dimana tekanan darah sistol diatas 140 mmHg dan
diastol diatas 90 mmHg atau adanya peningkatan tekanan sisstolik
sebesar 30 mmHg atau lebih atau peningkatan diastolik sebesar 15
mmHg atau lebih diatas nilai dasar yang mana diukur dalam dua
keadaan, minimal dalam jangka waktu 6 jam (Reeder dkk, 2011).
Hipertensi dalam kehamilan ialah tekanan darah sistolik dan
sistolik ≥140/90 mmHg pengukuran tekanan darah sekurang-kurangnya
dilakukan 2 kali selang 4 jam. Kenaikan tekanan darah sistolik ≥ 30
mmHg dan kenaikan tekanan darah diastolik ≥ 15 mmHg sebagai
parameter hipertensi sudah tidak dipakai lagi (Prawirohardjo, 2013).

B. Epidemiologi
pada kehamilan berperan besar dalam morbiditas dan
mortalitas maternal dan perinatal. Hipertensi diperkirakan menjadi
komplikasi sekitar 7-10% seluruh kehamilan. Dari seluruh ibu yang
mengalami hipertensi selama hamil, setengah sampai dua pertiganya
didiagnosis mengalami preeklampsi atau eklampsi (Bobak, 2005).

Di Indonesia, mortalitas dan morbiditas hipertensi pada


kehamilan juga masih cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh etiologi
yang tidak jelas, dan juga perawatan dalam persalinan masih
ditangani petugas non medik serta sistem rujukan yang belum
sempurna. Hipertensi pada kehamilan dapat dipahami oleh semua
tenaga medik baik di pusat maupun di daerah ( Prawirohardjo,
2013).

Angka kematian ibu (AKI) di Provinsi Lampung pada tahun


2012 berdasarkan laporan dari kabupaten terlihat kasus kematian ibu
(kematian ibu pada saat hamil, melahirkan, dan nifas) seluruhnya
sebanyak 179 kasus dimana kasus kematian ibu terbesar (59,78%)
terjadi pada saat persalinan dan 70,95% terjadi pada usia 20 – 34
tahun, dan kasus kematian ibu tertinggi berada di Kota Bandar
Lampung (Profil Kesehatan Lampung, 2012).

C. Anatomi dan fisiologi

a. Uterus

Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama di


bawah pengaruh estrogen dan progesteron yang kadarnya
meningkat. Pembesaran ini pada dasarnya disebabkan oleh
hipertrofi otot polos uterus. Pada bulan-bulan pertama
kehamilan bentuk uterus seperti buah advokat, agak gepeng.
Pada kehamilan 4 bulan uterus berbentuk bulat dan pada
akhir kehamilan kembali seperti semula, lonjong seperti
telur. (Wiknjosastro, H, 2006, hal. 89).
Perkiraan umur kehamilan berdasarkan tinggi fundus uteri :
1) Pada kehamilan 4 minggu fundus uteri blum teraba.
2) Pada kehamilan 8 minggu, uterus membesar seperti telur
bebek fundus uteri berada di belakang simfisis.
3) Pada kehamilan 12 minggu kira-kira sebesar telur angsa,
fundus uteri 1-2 jari di atas simfisis pubis.
4) Pada kehamilan 16 minggu fundus uteri kira-kira
pertengahan simfisis dengan pusat.
5) Kehamilan 20 minggu, fundus uteri 2-3 jari di bawah
pusat.
6) Kehamilan 24 minggu, fundus uteri kira-kira setinggi
pusat.
7) Kehamilan 28 minggu, fundus uteri 2-3 jari di atas pusat.
8) Kehamilan 32 minggu, fundus uteri pertengahan
umbilicus dan prosessus xypoideus.
9) Kehamilan 36-38 minggu, fundus uteri kira-kira 1 jari
di bawah prosessus xypoideus.
10) Kehamilan 40 minggu, fundus uteri turun kembali kira-
kira 3 jari di bawah prosessus xypoideus. (Wiknjosastro, H,
2006. Hal. 90-91 dan Mandriwati, G. A. 2008. Hal. 90.
b. Vagina
Vagina dan vulva juga mengalami perubahan akibat hormon
estrogen sehingga tampak lebih merah, agak kebiru-biruan (livide).
Tanda ini disebut tanda Chadwick. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 95).

c. Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum
graviditatis sampai terbentuknya plasenta pada kira-kira kehamilan
16 minggu. Namun akan mengecil setelah plasenta terbentuk,
korpus luteum ini mengeluarkan hormon estrogen dan progesteron.
Lambat laun fungsi ini akan diambil alih oleh plasenta.
(Wiknjosastro, H. 2006. Hal .95).
d. Payudara
Payudara akan mengalami perubahan, yaitu mebesar dan
tegang akibat hormon somatomammotropin, estrogen, dan
progesteron, akan tetapi belum mengeluarkan air susu. Areola
mammapun tampak lebih hitam karena hiperpigmentasi.
(Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 95)
e. Sistem Sirkulasi
Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh
adanya sirkulasi ke plasenta, uterus yang membesar dengan
pembuluh-pembuluh darah yang membesar pula. Volume darah ibu
dalam kehamilan bertambah secara fisiologik dengan adanya
pencairan darah yang disebut hidremia. Volume darah akan
bertambah kira-kira 25%, dengan puncak kehamilan 32 minggu,
diikuti dengancardiac output yang meninggi kira-kira 30%.
(Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 96).
f. Sistem Respirasi
Wanita hamil pada kelanjutan kehamilannya tidak jarang
mengeluh rasa sesak nafas. Hal ini ditemukan pada kehamilan 32
minggu ke atas karena usus tertekan oleh uterus yang membesar ke
arah diafragma sehingga diafragma kurang leluasa bergerak.
(Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 96).
g. Traktus Digestivus
Pada bulan pertama kehamilan terdapat perasaan enek
(nausea) karena hormon estrogen yang meningkat. Tonus otot
traktus digestivus juga menurun. Pada bulan-bulan pertama
kehamilan tidak jarang dijumpai gejala muntah pada pagi hari yang
dikenal sebagai moorning sickness dan bila terlampau sering dan
banyak dikeluarkan disebut hiperemesis gravidarum. (Wiknjosastro,
H. 2006. Hal. 97).
h. Traktus Urinarius
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing
tertekan oleh uterus yang membesar sehingga ibu lebih sering
kencing dan ini akan hilang dengan makin tuanya kehamilan, namun
akan timbul lagi pada akhir kehamilan karena bagian terendah janin
mulai turun memasuki Pintu Atas Panggul. (Wiknjosastro, H. 2006.
Hal. 97).
i. Kulit
Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan
hiperpigmentasi karena pengaruh hormon Melanophore Stimulating
Hormone (MSH) yang dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis.
Kadang-kadang terdapat deposit pigmen pada dahi, pipi, dan hidung,
dikenal sebagai kloasma gravidarum. Namun Pada kulit perut
dijumpai perubahan kulit menjadi kebiru-biruan yang disebut striae
livide. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 97).
j. Metabolisme dalam Kehamilan
Pada wanita hamil Basal Metabolik Rate (BMR) meningkat
hingga 15-20%. Kelenjar gondok juga tampak lebih jelas, hal ini
ditemukan pada kehamilan trimester akhir. Protein yang diperlukan
sebanyak 1 gr/kg BB perhari untuk perkembangan badan, alat
kandungan, mammae, dan untuk janin, serta disimpan pula untuk
laktasi nanti.Janin membutuhkan 30-40 gr kalsium untuk
pembentukan tulang terutama pada trimester ketiga. Dengan
demikian makanan ibu hamil harus mengandung kalsium, paling
tidak 1,5-2,5 gr perharinya sehingga dapat diperkirakan 0,2-0,7 gr
kalsium yang tertahan untuk keperluan janin sehingga janin tidak
akan mengganggu kalsium ibu. Wanita hamil juga memerlukan
tambahan zat besi sebanyak 800 mg untuk pembentukan
haemoglobin dalam darah sebagai persiapan agar tidak terjadi
perdarahan pada waktu persalinan. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 98).
k. Kenaikan Berat Badan
Peningkatan berat badan ibu selama kehamilan menandakan
adaptasi ibu terhadap pertumbuhan janin. Perkiraan peningkatan
berat badan adalah 4 kg dalam kehamilan 20 minggu, dan 8,5 kg
dalam 20 minggu kedua (0,4 kg/minggu dalam trimester akhir) jadi
totalnya 12,5 kg. (Salmah, Hajjah.2006. Hal.60-61).

D. Etiologi

Prawirohardjo (2013), menjelaskan penyebab hipertensi


dalam kehamilan belum diketahui secara jelas. Namun ada beberapa
faktor risiko yang menyebabkan terjadinya hipertensi dan
dikelompokkan dalam factor risiko.
Beberapa faktor risiko sebagai berikut :

a. Primigravida, primipaternitas

b. Hiperplasentosis, misalnya : mola hidatidosa, kehamilan


multipel,diabetes melitus, hidrops fetalis, bayi besar.
c. Umur

d. riwayat keluarga pernah pre eklampsia/ eklampsia

e. penyakit- penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada


sebelum hamil

E. Patofisiologi

Prawirohardjo (2013), menjelaskan beberapa teori yang


mengemukakan terjadinya hipertensi dalam kehamilan diantaranya
adalah

a. teori kelainan vaskularisasi plasenta

kehamilan normal, rahim dan plasenta mendapat aliran darah


dari cabang-cabang arteri uterina dan arteri ovarika. Kedua
pembuluh darah tersebut menembus miometrium berupa
uteri arkuarta dan memberi cabang arteri radialis. Arteri
radialis menembus endometrium menjadi arteri basalis dan
artrei basalis memberi cabang arteri spiralis.

Kehamilan normal akan terjadi invasi trofoblas ke dalam


lapisan otot arteri spiralis yang menimbulkan degenerasi
lapisan otot tersebut sehingga terjadi dilatasi arteri spiralis.
Invasi trofoblas juga memasuki jaringan sekitar arteri
spiralis, sehingga jaringan matriks menjadi gembur dan
memudahkan arteri spiralis mengalami distensi dan dilatasi.
Keadaan ini akan memberi dampak penurunan tekanan
darah, penurunan resistensi vaskular, dan peningkatan
tekanan darah pada daerah utero plasenta. Akibatnya aliran
darah ke janin cukup banyak dan perfusi jaringan juga
meningkat, sehingga dapat menjamin pertumbuhan janin
dengan baik. Proses ini sering dinamakan dengan
remodeling arteri spiralis.
Sebaliknya pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi
invasi selsel trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan
jaringan matriks sekitarrya. Lapisan otot arteri spiralis
menjadi tetap kaku dan keras sehingga lumen arteri spiralis
tidak memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi.
Akibatnya arteri spiralis relatif mengalami vasokonstriksi
dan terjadi kegagalan remodeling arteri spiralis. Sehingga
aliran darah uteroplasenta menurun, dan terjadi hipoksia dan
iskemia plasenta.

b. Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel

Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan


menghasilkan oksidan yang disebut juga radikal bebas.
Iskemia plasenta tersebut akan menghasilkan oksidan
penting, salah satunya adalah radikal hidroksil yang sangat
toksis, khususnya terhadap membran sel endotel pembuluh
darah. Radikal hidroksil tersebut akan merusak membran sel
yang mengandung banyak asam lemak tidak jenuh menjadi
peroksida lemak. Peroksida lemak tersebut selain akan
merusak membran sel, juga akan merusak nukleus, dan
protein sel endotel.

Peroksida lemak sebagai oksidan akan beredar diseluruh


tubuh dalam aliran darah dan akan merusak membran sel
endotel. Akibat sel endotel terpapar terhadap peroksida
lemak, maka terjadi kerusakan sel endotel, yang
kerusakannya dimulai dari membran sel endotel Kerusakan
membran sel endotel mengakibatkan terganggunya fungsi
endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel endotel

c. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin


HLA-G (human leukocyte antigen protein G) merupakan
prakondisi untuk terjadinya invasi trofoblas kedalam
jaringan desidua ibu, disamping untuk menghadapi sel
natular killer. HLA-G tersebut akan mengalami penurunan
jika terjadi hipertensi dalam kehamilan. Hal ini
menyebabkan invasi desidua ke trofoblas terhambat. Awal
trimester kedua kehamilan perempuan yang mempunyai
kecendrungan terjadi pre-eklampsia, ternyata mempunyai
proporsi helper sel yang lebih rendah bila dibanding pada
normotensif.

d. Teori adapts Kardiovaskuler

Daya refrakter terhadap bahan konstriktor akanhilangjika


terjadi hipertensi dalam kehamilan, dan ternyata terjadi
peningkatan kepekaan terhadap bahan-bahan vasopresor.
Artinya daya refrakter pembuluh darah terhadap bahan
vasopresor hilang hingga pembuluh darah menjadi sangat
peka terhadap bahan vasopresor.

e. Teori genetic

Genotip ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam


kehamilan secara familial jika dibandingkan dengan
genotipe janin. Telah terbukti bahwa pada ibu yang
mengalami pre-eklampsia, 2,6% anak perempuannya akan
mengalami preeklampsia pula, sedangkan hanya 8% anak
menantu mengalami preeclampsia

f. Teori defisiensi Gizi

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kekurangan


defisiensi gizi berperan dalam terjadinya hipertensi dalam
kehamilan. Misalnya seorang ibu yang kurang
mengkonsumsi minyak ikan, protein dan lain-lain.

g. Teori stimulus inflamasi


Teori ini berdasarkan fakta bahwa lepasnya debris trofoblas
di dalam sirkulasi darah merupakan rangsangan utama
terjadinya proses inflamasi. Plasenta juga akan melepaskan
debris trofoblas dalam kehamilan normal. Sebagai sisa-sisa
proses apoptosis dan nekrotik trofoblas, akibar reaksi steress
oksidatif.

Bahan-bahan ini sebagai bahan asing yang kemudian


merangsang timbulnya proses inflamasi. Proses apoptosis
pada preeclampsia terjadi peningkatan stress oksidatif,
sehingga terjadi peningkatan produksi debris apoptosis dan
dan nekrotik trofoblas. Makin banyak sel trofoblas plasenta
maka reaksi stress oksidatif makin meningkat, sehingga
jumlah sisa debris trofoblas juga makin meningkat. Keadaan
ini menimbulkan beban reaksi inflamasi dalam darah ibu
menjadi jauhlebih besar dibanding reaksi inflamasi pada
kehamilan normal(Prawirohardjo, 2013).

Berdasarkan teori di atas, akan mengakibatkan terjadinya


kerusakan membran sel endotel. Kerusakan ini
mengakibatkan terganggunya fungsi endotel, bahkan
rusaknya seluruh struktur sel endotel. Keadaan ini disebut
dengan disfungsi sel endotel. Apabila terjadi disfungsi sel
endotel, maka akan terjadi beberapa gangguan dalam tubuh,
diantaranya adalah :

1. Gangguan metabolisme prostaglandin, karena salah


satu fungsi sel endotel adalah memproduksi
prostaglandin, yaitu menurunnya produksi
prostasiklin (PGE2) yang merupakan suatu
fasodilator kuat.

2. Perubahan pada sel endotel kapiler glomerulus

3. Peningkatan permeabilitas kapiler


4. Peningkatan produksi bahan- bahan vasopresor, yaitu
endotelin. Kadar NO (vasodilator) menurun,
sedangkan endotelin (vasokonstriktor) meningkat

5. Peningkatan vaktor koagulasi

6. Agresi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang


mengalami kerusakan. Agresi sel-sel trombosit ini
untuk menutupi tempattempat di lapisan endotel
yang mengalami kerusakan. Terjadinya agresi
trombosit akan memproduksi tromboksan (TXA2)
yang mana tromboksan tersebut merupakan suatu
vasokonstriktor kuat. Ibu hamil yang mengalami
hipertensi akan terjadi perbandingan kadar
tromboksan (vasokonstriktor kuat) lebih tinggi dari
pada prostasiklin (vasodilator kuat), sehingga
menyebabkan pembuluh darah cendrung mengalami
vasokonstriksi, dan terjadi kenaikan tekanan darah.

Reeder (2011), menjelaskan patofisiologi hipertensi dalam


kehamilan terjadi karena adanya vasokonstriksi arteriol, vasospasme
sistemik, dan kerusakan pembuluh darah merupakan karakteristik
terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Sirkulasi arteri terganggu
karena adanya segmen yang menyempit dan melebar yang
berselang-seling. Kerja vasospastik tersebut merusak pembuluh
darah akibat adanya penurunan suplai darah dan penyempitan
pembuluh darah di area tempat terjadinya pelebaran. Apabila terjadi
kerusakan pada endotelium pembuluh darah, trombosit, fibrinogen,
dan hasil darah lainnya akan dilepaskan ke dalam interendotelium.
Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan peningkatan
permeabilitas albumin, dan akan mengakibatkan perpindahan cairan
dari ruang intravaskuler ke ruang ekstravaskuler yang terlihat secara
klinis sebagai edema (Reeder, 2011).
F. Pathway
G. Manifestasi klinis

Jhonson (2014), menjelaskan beberapa manifestasi klinis dari


hipertensi dalam kehamilan adalah sebagai berikut : Gejala yang
timbul akan beragam, sesuai dengan tingkat PIH dan organ yang
dipengaruhi

a. Spasme pembuluh darah ibu serta sirkulasi dan nutrisi yang


buruk dapat mengakibatkan kelahiran dengan berat badan
dan kelahiran premature

b. Mengalami hipertensi diberbagai level

c. Protein dalam urin berkisar dari +1 hingga +4

d. Gejala neurologi seperti pandangan kabur, sakit kepala dan


hiper refleksia mungkin akan terjadi

e. Berpotensi gagal hati.

f. kemungkinan akan mengalami nyeri di kuadran kanan atas.

g. meningkatnya enzim hati.dan jumlah trombosit menurun.

Perubahan Sistem dan Organ pada Preeklampsia

1. Volume Plasma

Volume plasma pada kehamilan normal akan meningkat


dengan bermakna guna memenuhi kebutuhan pertumbuhan
janin. Sebaliknya pada preeklampsia terjadi penurunan
volume plasma antara 30-40% dibanding hamil normal
disebut hipovolemia. Hipovolemia diimbangi dengan
vasokonstriksi, sehingga terjadi hipertensi.

2. Hipertensi

Hipertensi merupakan tanda terpenting dalam menegakkan


diagnosis hipertensi dalam kehamilan. Tekanan diastolik
menggambarkan resistensi perifer, sedangkan tekanan
sistolik menggambarkan besaran curah jantung.Peningkatan
reaktivitas vaskuler pada preeclampsia terjadi pada umur
kehamilan 20 minggu, tetapi hipertensi dideteksi umumnya
pada trimester II.

3. Fungsi Ginjal

Perubahan fungsi ginjal disebabkan oleh hal-hal berikut :

a. Menurunnya aliran darah ke ginjal


akibat hipovolemia, sehingga terjadi
oliguria, bahkan anuria
b. Kerusakan sel glomerulus
mengakibatkan meningkatnya
permeabilitas membran basalis
sehingga terjadi kebocoran dan
mengakibatkan terjadinya proteinuria
c. Gagal ginjal akut terjadi akibat
nekrosis tubulus ginjal. Bila sebagian
besar kedua korteks ginjal mengalami
nekrosis, maka terjadi nekrosis
korteks ginjal yang bersifat
irreversible
d. Dapat terjadi kerusakan intrinsik
jaringan ginjal akibat vasopasme
pembuluh darah.
4. Protenuria
Proteinuria merupakan syarat untuk diagnosis preeklampsia,
tetapi proteinuria umumnya timbul jauh pada akhir
kehamilan, sehingga sering dijumpai preeklampsia tanpa
proteinuria, karena janin sudah lahir lebih dulu. Pengukuran
protein dapat dilakukan dengan urin dipstik, yaitu 100 mg/l
atau +1, sekurang-kurangnya diperiksa dua kali urin acak
selang 6 jam dan bisa juga dengan pengumpulan proteinuria
dalam 24 jam. Dianggap patologis bila besaran proteinuria ≥
300 mg/ 24 jam.
5. Asam urat serum
Umumnya meningkat ≥ 5 mg/cc. Keadaan ini disebabkan
oleh hipovolemia yang menimbulkan menurunnya aliran
darah filtrasi aliran darah, sehingga menurunnya sekresi
asam urat. Peningkatan asam urat terjadi karena iskemia
jaringan.
6. Kreatinin
Kadar kreatinin serum pada preeklampsia juga meningkat,
hal ini disebabkan oleh hipovolemia, maka aliran darah
ginjal menurun mengakibatkan menurunnya filtrasi
glomerulus, sehingga menurunnya sekresi kreatinin,
disertai peningkatan kreatinin plasma.
7. Oliguria dan anuria
Oliguria dan anuria terjadi karena hipovolemia sehingga
aliran darah ke ginjal menurun yang mengakibatkan
produksi urin menurun (oliguria), bahkan dapat terjadi
anuria.
8. Elektrolit

Kadar elektrolit total menurun pada waktu hamil normal.


Sama halnya dengan preeklampsia kadar elektrolit normal
sama dengan hamil normal, kecuali jika diberi diuretikum
banyak, restriksi konsumsi garam atau pemberian cairan
oksitosin yang bersifat anti diuretik.Preeklampsia berat
yang mengalami hipoksia dapat menimbulkan gangguan
keseimbangan asam basa. Kadar natrium dan kalium pada
preeklampsia sama dengan kadar hamil normal, yaitu sama
dengan proporsi jumlah air dalam tubuh.
9. Viskositas Darah

Viskositas darah ditentukan oleh volume plasma, molekul


makro: fibrinogen dan hematokrit. Pada preeklampsia
viskositas darah meningkat, mengakibatkan meningkatnya
resistensi perifer dan menurunnya aliran darah ke organ.

10. Hematokrit

Terjadi peningkatan hematokrit pada ibu hamil dengan


hipertensi karena hipovolemia yang menggambarkan
beratnya preeklampsia.

11. Edema

Edema terjadi karena hipoalbuminemia atau kerusakan sel


endotel kapiler. Edema yang patologik adalah edema yang
nondependen pada muka, dan tangan atau edema
generalista, dan biasanya disertai dengan kenaikan berat
badan yang cepat.

12. Neurologik

Perubahan apat berupa :

a. Nyeri kepala disebabkan hiperperfusi


otak, sehingga menimbulkan
vasogenik edema

b. Akibat spasme arteri retina dan edema


retina dapat terjadi gangguan visus,
dapat berupa: pandangan kabur,
skotomata, amaurosis yaitu kebutaan
tanpa jelas adanya kelainan dan
ablasio retina.

c. Kejang eklamptik, penyebabnya


belum diketahui dengan jelas. Faktor-
faktor yang menyebabkan kejang
eklamptik yaitu edema serebri,
vasopasme serebri, dan iskemia
serebri.

d. Perdarahan intrakranial juga dapat


terjadi pada PEB dan eklampsia.
(Prawirohardjo, 2013).

H. Komplikasi

Purwaningsih & Fatmawati (2010) dan Mitayani (2011),


menyebutkan beberapa komplikasi yang mungkin terjadi akibat
hipertensi dalam kehamilan pada ibu dan janin

Pada ibu :

a. Eklampsia

b. Pre eklampsia berat

c. Solusio plasenta

d. Kelainan ginjal

e. Perdarahan subkapsula hepar

f. Kelainan pembekuan darah

g. Sindrom HELLP (hemolisis, elevated, liver, enzymes, dan low


platellet count).

h. Ablasio retina.

Pada Janin

a. Terhambatnya pertumbuhan janin dalam uterus

b. Kelahiran premature
c. Asfiksia neonatorum

d. Kematian dalam uterus

e. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal

I. Pemeriksaan Diagnostik

Manuaba dkk (2013) dan Purwaningsih & Fatmawati(2010)


menyebutkan pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada ibu
hamil dengan hipertensi diantaranyana

a. Uji urin kemungkinan menunjukkan proteinuria

b. Pengumpulan urin selama 24 jam untuk pembersihan


kreatinin dan protein.

c. Fungsi hati : meningkatnya enzim hati (meningkatnya


alamine aminotransferase atau meningkatnya aspartate ).

d. Fungsi ginjal: profil kimia akan menunjukkan kreatinin dan


elektrolit abnormal, karena gangguan fungsi ginjal.

e. Tes non tekanan dengan profil biofisik.

f. USG seri dan tes tekanan kontraksi untuk menentukan status


janin

g. Evaluasi aliran doppler darah untuk menentukan status janin


dan ibu.
J. Penatalaksanaan

Manuaba dkk(2013), menjelaskan beberapa penatalaksanaan yang


dapat dilaukan pada pasien dengan hipertensi dalam kehamilan
diantaranya

a. Hipertensi ringan

Kondisi ini dapat diatasi dengan berobat jalan. Pasien diberi


nasehat untuk menurunkan gejala klinis dengan tirah baring
2x2 jam/hari dengan posisi miring. Untuk mengurangi darah
ke vena kava inferior, terjadi peningkatan darah vena untuk
meningkatkan peredaran darah menuju jantung dan plasenta
sehingga menurunkan iskemia plasenta, menurunkan
tekanan darah, meningkatkan aliran darah menuju ginjal dan
meningkatkan produksi urin.Pasien juga dianjurkan segera
berobat jika terdapat gejala kaki bertambah berat (edema),
kepala pusing, gerakan janin terasa berkurang dan mata
makin kabur

b. Hipertensi Berat

Dalam keadaan gawat, segera masuk rumah sakit, istirahat


dengan tirah baring ke satu sisi dalam suasana isolasi.
Pemberian obat-obatan untuk menghindari kejang (anti
kejang), antihipertensi, pemberian diuretik, pemberian infus
dekstrosa 5%, dan pemberian antasida

c. Hipertensi kronis

Pengobatan untuk hipertensi kronis adalah di rumah sakit


untuk evaluasi menyeluruh, pemeriksaan laboratorium
lengkap serta kultur, pemeriksaan kardiovaskuler pulmonal
(foto thorax, EKG, fungsi paru).
Penatalaksanaan terhadap hipertensi dalam kehamilan tersebut juga
dijelaskan oleh Purwaningsih dan Fatmawati (2010) dan
Prawirohardjo (2013), beberapa penatalaksanaan hipertensi dalam
kehamilan diantaranya :

a. Anjurkan melakukan latihan isotonik


dengan cukup istirahat dan tirah
baring.

b. Hindari kafein, merkok, dan alkohol.

c. Diet makanan yang sehat dan


seimbang, yaitu dengan
mengkonsumsi makanan yang
mengandung cukup protein, rendah
karbohidrat, garam secukupnya, dan
rendah lemak

d. Menganjurkan agar ibu melakukan


pemeriksaan secara teratur, yaitu
minimal 4 kali selama masa
kehamilan. Tetapi pada ibu hamil
dengan hipertensi dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan kehamilan
yang lebih sering, terutama selama
trimester ketiga, yaitu harus
dilakukan pemeriksaan setiap 2
minggu selama 2 bulan pertama
trimester ketiga, dan kemudian
menjadi sekali seminggu pada bulan
terakhir kehamilan.

e. Lakukan pengawasan terhadap


kehidupan dan pertumbuhan janin
dengan USG.
f. Pembatasan aktivitas fisik

g. Penggunaan obat- obatan anti


hipertensi dalam kehamilan tidak
diharuskan, karena obat anti
hipertensi yang biasa digunakan dapat
menurunkan perfusi plasenta dan
memiliki efek yang merugikan bagi
janin. Tetapi pada hipertensi berat,
obat-obatan diberikan sebagai
tindakan sementara. Terapi anti
hipertensi dengan agen farmakologi
memiliki tujuan untuk mengurangi
tekanan darah perifer, mengurangi
beban kerja ventrikel kiri,
meningkatkan aliran darah ke uterus
dan sisitem ginjal serta mengurangi
resiko cedera serebrovaskular.
II. Konsep Asuhan keperawatan

1. Pengkajian

A. Anamnesa

a. Identitas Pasien

Pada wanita hamil berusia kurang dari 25 tahun


insiden lebih tiga kali lipat. Pada wanita hamil berusia lebih
dari 35 tahun dapat terjadi hipertensi laten.
Meskipun proporsi kehamilan dengan hipertensi
kehamilan di Amerika Serikat pada dasawarsa yang lalu
meningkat hampir sepertiga. Peningkatan ini sebagian
diakibatkan oleh peningkatan jumlah ibu yang lebih tua dan
kelahiran kembar. Sebagai contoh, pada tahun 1998 tingkat
kelahiran di kalangan wanita usia 30-44 dan jumlah
kelahiran untuk wanita usia 45 dan lebih tua berada pada
tingkat tertinggi dalam 3 dekade, menurut National Center
for Health Statistics. Lebih jauh lagi, antara 1980 dan 1998,
tingkat kelahiran kembar meningkat sekitar 50 persen secara
keseluruhan dan 1.000 persen di kalangan wanita usia 45-49;
tingkat triplet dan orde yang lebih tinggi kelahiran kembar
melompat lebih dari 400 persen secara keseluruhan, dan
1.000 persen di kalangan wanita di mereka 40-an.
b. Data riwayat Kesehata
1. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya ibu akan mengalami: sakit kepala di daerah
frontal, terasa sakit di ulu hati/ nyeri epigastrium, bisa
terjadi gangguan visus, mual dan muntah, tidak nafsu
makan, bisa terjadi gangguan serebral, bisa terjadi
edema pada wajah dan ekstermitas, tengkuk terasa berat,
dan terjadi kenaikan berat badan 1 kg/ minggu. Pada
pasien jantung hipertensi dalam kehamilan, biasanya
akan diawali dengan tanda-tanda mudah letih, nyeri
kepala (tidak hilang dengan analgesik biasa ), diplopia,
nyeri abdomen atas (epigastrium), oliguria (<400 ml/ 24
jam)serta nokturia dan sebagainya. Perlu juga
ditanyakan apakah klien menderita diabetes, penyakit
ginjal, rheumatoid arthritis, lupus atau skleroderma,
perlu ditanyakan juga mulai kapan keluhan itu muncul.
Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan
atau menghilangkan keluhan-keluhan tersebut.
2. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya akan ditemukan riwayat: kemungkinan ibu
menderita penyakit hipertensi pada kehamilan
sebelumnya, kemungkinan ibu mempunyai riwayat
preeklampsia dan eklampsia pada kehamilan terdahulu,
biasanya mudah terjadi pada ibu dengan obesitas, ibu
mungkin pernah menderita gagal ginjal kronis
3. Riwayat Kesehatan keluarga
Kemungkinan mempunyai riwayat kehamilan dengan
hipertensi dalam keluarga
d. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi
akan mengalami kelemahan.
TD : Pada ibu hamil dengan hipertensi akan
ditemukan tekanan darah darah sistol diatas 140 mmHg dan
diastol diatas 90 mmHg.
Nadi : Biasanya pada ibu hamil dengan hipertensi
akan ditemukan denyut nadi yang meningkat, bahkan pada
ibu yang mengalami eklampsia akan ditemukan nadi yang
semakin cepat.
Nafas : Biasanya pada ibu hamil dengan hipertensi
akan ditemuksn nafas pendek, dan pada ibu yang mengalami
eklampsia akan terdengar bunyi nafas yang berisik dan
ngorok
Suhu : Ibu hamil yang mengalami hipertensi dalam
kehamilan biasanya tidak ada gangguan pada suhunya,
tetapi jika ibu hamil tersebut mengalami eklampsia maka
akan terjadi peningkatan suhu,
BB : Biasanya akan terjadi peningkatan berat
badan lebih dari 0,5 kg/minggu, dan pada ibu hamil yang
mengalami preeklampsia akan terjadi peningkatan BB lebih
dari 1 kg/minggu atau sebanyak 3 kg dalam 1 bulan
Kepala : Biasanya ibu hamil akan ditemukan kepala
yang berketombe dan kurang bersih dan pada ibu hamil
dengan hipertensi akan mengalami sakit kepala.
Wajah : Biasanya pada ibu hamil yang mengalami
preklampsia/eklampsia wajah tampak edema.
Mata :Biasanya ibu hamil dengan hipertensi akan
ditemukan konjungtivasub anemis, dan bisa juga ditemukan
edema pada palvebra. Pada ibu hamil yang mengalami
preeklampsia atau eklampsia biasanya akan terjadi gangguan
penglihat yaitu penglihatan kabur
Mulut : Biasanya terjadi pembengkakan vaskuler pada gusi,
menyebabkan kondisi gusi menjadi hiperemik dan lunak,
sehingga gusi bisa mengalami pembengkakan dan
perdarahan
Paru-paru : Biasanya akan terjadi peningkatan respirasi,
edema paru dan napas pendek
jantung : pada ibu hamil akan mengalami palpitasi jantung,
pada ibu yang mengalami hipertensi dalam
kehamilan,khususnya pada ibu yang mengalami
preeklampsia beratakan terjadi dekompensasi jantung.
Payudara : Biasanya akan ditemukan payudara membesar,
lebih padat dan lebih keras, puting menonjol dan areola
menghitam dan membesar dari 3 cm menjadi 5 cm sampai 6
cm, permukaan pembuluh darah menjadi lebih terlihat
Abdomen : :Pada ibu hamil akan ditemukan umbilicus
menonjol keluar, danmembentuk suatu area berwarna gelap
di dimding abdomen, serta akan ditemukan linea alba dan
linea nigra. Pada ibu hamil dengan hipertensibiasanya akan
ditemukan nyeri pada daerah epigastrum, dan akanterjadi
anoreksia, mual dan muntah
Pemeriksaan Janin : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi
bisa terjadi bunnyi jantung janin yang tidak teratur dan
gerakan janin yang melemah (Mitayani, 2011).
Sistem pernafasan : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi
bisa ditemukan hiper refleksia, klonus pada kaki

e. Pemeriksaan penunjang
Mitayani (2011), mengatakan beberapa pemeriksaan
penunjang hipertensi dalam kehamilan yang dapat dilakukan
adalah :
a. Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeiksaan darah
Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan
darah
a) Penurunan hemoglobin (nilai rujukan
atau kadar normal untukwanita hamil
adalah 12-14 gr%)
b) Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-
43 vol%)
c) Trombosit menurun (nilai rujukan 150-
450 ribu/mm3
2. Urinalisis
Untuk menentukan apakah ibu hamil dengan
hipertensi tersebut mengalami proteinuria
atau tidak. Biasanya pada ibu hipertensi
ringan tidak ditemukan protein dalam urin
3. Pemeriksaan fungsi hati

1) Bilirubin meningkat (N=< 1 mg/ dl)

2) LDH (Laktat dehidrogenase) meningkat


3) Aspartat aminomtransferase (AST) > 60
ul.
4) Serum glutamat pirufat transaminase
(SGPT) meningkat (N:15-45 u/ml).
5) Serum glutamat oxaloacetic trasaminase
(SGOT) meningkat (N: < 31 u/l).
6) Total protein serum normal (N: 6,7-8,7
g/dl).
b. Radiologi
a) Ultrasonografi : bisa ditemukan retardasi
pertumbuhan janin intrauterus, pernapasan
intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan
volume cairan ketuban sedikit
b) Kardiotografi Diketahui denyut jantung janin
lemah

b. Data social ekonomi


Hipertensi pada ibu hamil biasanya lebih banyak
terjadi pada wanita dengan golongan ekonomi
rendah, karena mereka kurang mengonsumsi
makanan yang mengandung protein dan juga
melakukan perawatan antenatal yang teratur
2. Daignosa keperawatan
Purwaningsih dan Fatmawati (2010); Reeder dkk (2011),
menyebutkan beberapa kemungkinan diagnosa yang terjadi pada ibu
hamil dengan hipertensi diantaranya adalah:
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
kurang suplai oksigen ke jaringan
3. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis
4. Intoleran aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen
4. INTERVENSI

NO DX NOC NIC
1 Ketidakefektifan pola NOC : Setelah dilakukan NIC : a. Monitor vital
nafas berhubungan tindakan keperawatan,
sign
dengan sindrom diharapkan partisipan
hipoventilasi menunjukkan keefektifan Tindakan keperawatam
dalam bernafas dan dengan
1) Memonitor tekanan
indikator :
darah, nadi, suhu, dan
a. Status pernafasan status pernafasan,
2) Memonitor denyut
Kriteria hasil:
jantung
1) frekunsi pernapasan
3) Memonitor suara
normal
paruparu
2) irama pernafasan
4) Memonitor warna kulit
normal
5) Meniai CRT
3) tidak ada dispnea
pada saat istirahat
4) tidak ada suara
b. Monitor
mendengkur
Pernafasan
1) Memonitor tingkat,
irama, kedalaman, dan
kesulitan bernafas
2) Memonitor gerakan
dada
3) Monitor bunyi
pernafasan
4) Auskultasi bunyi paru
5) Memonitor pola nafas
6) Monitor suara nafas
Tambahan

c. Pengaturan posisi
1) Poposisikanpasien
untuk mengurangi dispnea,
misalnya posisi semi
fowler
2 Ketidakefektifan Setelah dilakukan a. Oxygen therapy (terapi
perfusi jaringan tindakan keperawatan, oksigen)
perifer berhubungan diharapkan partisipan 1) Monitor kemampuan
dengan kurang suplai menunjukkan keefektifan pasien dalam
oksigen ke jaringan perfusi jaringan perifer mentoleransi kebutuhan
dengan indicator oksigen saat makan
Perfusi Jaringan Perifer 2) Monitor perubahan
warna
Kriteria hasil :
kulit pasien
1) Pengisian kapiler jari
3) Monitor posisi pasien
normal
untuk membantu
2) Pengisian kapiler jari
masuknya oksigen
kakinormal
4) Memonitor penggunaan
3) Kekuatan denyut nadi
oksigen saat pasien
karotisnormal
beraktivitas
4) Edema perifer tidak
ada
b. Peripheral
sensationManagement
(menajemen sensasi
perifer)
1) Memonitor perbedaan
terhadap rasa
tajam,tumpul,panas atau
dingin
2) Monitor adanya mati
rasa,rasa geli.
3) Diskusikan tentang
adanya kehilangan
sensasi atau perubahan
sensasi
4) Minta keluarga untuk
memantau perubahan
warna kulit setap hari
3 Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri :
berhubungan dengan tindakan keperawatan, 1) Lakukan pengkajian
agen cedera biologis diharapkan partisipan nyeri secara
mampu menangani komprehensif yang
masalah nyeri dengan meliputi lokasi,
indikator : karakteristik, durasi,
kontrol nyeri intensitas dan faktor
1) mengenali kapan nyeri pencetus
terjadi 2) Observasi adanya
2) menggunakan tindakan petubjuk non verbal
pencegahan mengenai
3) mengenali gejala yang ketidaknyamanan
terkait dengan nyeri 3) Gunakan strategi
4) melaporan nyeri komunikasi terapeutik
Terkontrol untuk mengetahui
pengalaman nyeri
4) Kaji pengetahuan
kepuasan klien pasien
manajemen nyeri megenai nyeri
1) nyeri terkontrol 5) Tentukan akibat dari
2) mengambil tindakan pengalaman nyeri
untuk mengurangi terhadap kualitas hidup
nyeri seperti tidur, nafsu
3) mengambil tindakan makan, perasaan,
untuk memberikan
dllfrekwensi, kualitas
kenyamanan
4) informasi disediakan
untuk mengurangi
nyeri
5 Intoleran aktifitas Setelah dilakukan a. terapi aktifitas
berhubungan dengan tindakan keperawatan, Aktivitas keperawatan :
ketidakseimbangan diharapkan partisipan 1) Bantu klien
antara suplai dan menunjukkan toleransi menngidentifikasi
kebutuhan oksigen dalam beraktivitas dengan aktivitas yang mampu
indikator : dilakukan
2) Bantu klien untuk
a. toleransi terhadap
memilih aktivitas yang
aktifitas
sesuai dengan
Kriteria hasil :
kemampuan fisik,
1) Saturasi oksigen
psikologi, dan sosial
dengan
3) Bantu untuk
beraktivitasnormal
mengidentifikasi dan
2) frekuensi nadi ketika
mendapatkan sumber
beraktivitasnormal
yang diperlukan untuk
3) frekuensi pernapasan
aktivitas yang
bila beraktivitasnormal
diinginkan
4) Warna kulitnormal
4) Bantu untuk
5) Tekanan darah ketika
mengidentifikasi
Beraktifitasnormal
aktivitas yang disukai
5) Bantu pasien atau
keluarga untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
6) Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri

Anda mungkin juga menyukai