Anda di halaman 1dari 27

Askep Endoftalmitis

Askep Endoftalmitis
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Mata dapat terkena berbagai kondisi. beberapa diantaranya bersifat primer sedang yang lain,
sekunder akibat kelainan pada sistem organ tubuh lain. kebanyakan kondisi tersebut dapat
dicegah bila terdeteksi awal, dapat dikontrol dan penglihatan dapat dipertahankan.
(Brunner dan Suddarth, 2001)
Inflamasi ,inefksi dan peradangan dapat terjadi pada beberapa struktur mata dan terhitung
lebih dari setengah kelainan mata. kelainan-kelainan yang umum terjadi pada mata oarng
dewasa meliputi sebagai berikut :
1. Radang/inflamasi pada kelopak mata, konjungtira, kornea, koroid badan ciriary dan iris
2. Katarak, kekeruhan lensa
3. Glaukoma, peningkatan tekanan dalam bola mata (IOP)
4. Retina robek/lepas
5. Endoftalmitis, peradangan lapisan mata
Tetapi sebagian orang mengira penyakit radang mata/mata merah hanya penyakit biasa cukup
diberi tetes mata biasa sudah cukup. padahal bila penyakit radang mata tidak segera
ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan
menimbulkan komplikasi seperti Glaukoma, katarak maupun ablasi retina. untuk itu kali ini
penulis memusatkan pada pencegahan dan penata laksanaan radang yaitu pada endoftalmitis
(Barbara C.Long, 1996)
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk menambah wawasan pembaca tentang penyakit endoftalmitis
2. Tujuan Khusus
1.Mengetahui definisi endoftalmitis
2. Mengetahui etiologi dari endoftalmitis
3. Mengerti tentang tanda dan gejala endoftalmitis
4. Mengetahui klasifikasi endoftalmitis
5. Mengetahui patofisiologi endoftalmitis
6. Mengetahui cara pencegahan dan penatalaksanaan endoftalmiti
7. Mengetahui komplikasi dari endoftalmitis

BAB II
KONSEP MEDIS
A. Pengertian endoftalmitis
- Endoftalmitis adalah peradangan pada seluruh lapisan mata bagian dalam, cairan dalam bola
mata (humor vitreus) dan bagian putih mata (sklera).
- Merupakan radang purulen pada seluruh jaringan intra okuler disertai dengan terbentuknya
abses didalam badan kaca. Penyebab Sepsis, selulitis orbita, trauma tembus, ulkus.
B. Etiologi
Penyebab terjadinya endoftalmitis antara lain:
1. Tindakan pembedahan.
2. Luka yang menembus mata.
3. Bakteri. Penyebab paling banyak adalah Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus
aureus, dan spesies Streptococcus
4. Jamur. Penyebab paling banyak adalah Aspergilus, fitomikosis dan aktinomises.
C. Tanda dan Gejala
Peradangan yang disebabkan bakteri akan memberikan gambaran klinik rasa sakit yang
sangat, kelopak merah dan bengkak, kelopak sukar dibuka, konjungtiva kemotik dan merah,
kornea keruh, bilik mata depan keruh. Selain itu akan terjadi penurunan tajam penglihatan
dan fotofobia (takut cahaya). Endoftalmitis akibat pembedahan biasa terjadi setelah 24 jam
dan penglihatan akan semakin memburuk dengan berlalunya waktu. Bila sudah memburuk,
akan terbentuk hipopion, yaitu kantung berisi cairan putih, di depan iris.
Gejalanya seringkali berat, yaitu berupa:
- nyeri mata
- kemerahan pada sklera
- fotofobia (peka terhadap cahaya)
- gangguan penglihatan.
Tanda seringkali muncul:
Kelopak merah, bengkak, dan sukar dibuka, kornea keruh, bilik mata keruh.

D. Kalsifikasi
Terdapat 2 tipe endoftalmitis, endogen dan eksogen
1. Endoftalmitis endogen diakibatkan penyebaran bakteri dari tempat lain di tubuh kita
melalui aliran darah
2. Endoftalmitis eksogen dapat terjadi akibat trauma tembus atau infeksi pada tindakan
pembedahan yang membuka bola mata. Endoftalmitis endogen sangat jarang, hanya 2-15%
dari seluruh endoftalmitis.
E. Patofisologi
Endoftalmitis atau abses korpus vitreus adalah peradangan berat dalam bola mata, biasanya
akibat trauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis. Berbentuk radang supuratif dalam bola
mata, dan akan mengakibatkan abses di badan kaca. Endoftalmitis eksogen terjadi akibat
trauma tembus atau infeksi sekunder pada tindakan pembedahan yang membuka bola mata.
Endoftalmitis endogen akibat penyebaran bakteri, jamur atau parasit dari fokus infeksi dalam
tubuh.
Peradangan oleh bakteri memberikan gambaran berupa rasa sakit yang sangat, kelopak mata
merah dan bengkak, bilik mata depan keruh, kadang disertai hipopion. Di dalam badan kaca
dapat ditemukan massa putih abu-abu hippion ringan dan bentuk abses satelit di dalam badan
kaca.

F. Penatalaksanaan

Pengobatan endoftalmitis tergantung penyebabnya. Segera setelah diagnosis endoftalmitis


ditegakkan, pengobatan dapat diberikan karena keterlambatan beberapa jam saja dapat
membedakan hasil yang diinginkan. Bila disebabkan oleh bakteri, dan hal ini sudah
dikonfirmasikan pemeriksaan laboratorium, antibiotik dapat dipakai. Antibiotik ini dapat
berbentuk tetes mata, per oral (diminum) atau lewat intra vena. Suntikan antibiotik dapat
langsung dilakukan ke dalam mata. Bila penyebabnya adalah jamur, dapat diberikan
antijamur seperti Amphotericin B yang langsung disuntikan ke dalam mata ataupun
Fluconazol yang pemberiannya per oral (diminum). Jika infeksi sudah semakin berat, dokter
spesialis mata dapat melakukan tindakan bedah yang disebut Vitrectomy untuk mengangkat
cairan dan nanah dari dalam mata.
G. Pencegahan
Jika pernah mengalami operasi katarak, pencegahan resiko terjadinya infeksi dengan cara
mengikuti instruksi dokter tentang perawatan mata setelah operasi dan juga kontrol yang
teratur ke dokter mata untuk mengetahui perkembangan perbaikan mata setelah operasi.
Untuk mencegah endoftalmitis yang disebabkan karena trauma mata, gunakan pelindung
mata di tempat kerja dan saat berolahraga berat. Kacamata pelindung atau helm dapat
melindungi dari terjadinya trauma pada mata di tempat kerja.
H. Komplikasi
Kebutaan

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1.Pengkajian
a. Pengkajian ketajaman mata
b. Pengkajian rasa nyeri
c. Kesimetrisan kelopak mata
d. Reaksi mata terhadap cahaya/gerakan mata
e. Warna mata
f. Kemampuan membuka dan menutup mata
g. Pengkajian lapang pandang
h. Menginspeksi struktur luar mata dan inspeksi kelenjar untuk mengetahui adanya
pembengkakan 4
inflamasi
( Brunner dan Suddarth, 2001)
Analisa Data
a. Data fokus
1). Nyeri (ringan sampai berat)
2). Fotofobia (sensitif terhadap cahaya) atau blepharospasme (kejang kelopak mata)
3). Ketajaman pengelihatan
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri pada mata berhubngan dengan proses peradangan dan inflamasi
b. Gangguan penglihatan berhubungan proses peradangan
c. Gangguan citra tubuh berhubung dengan hilangnya penglihatan
3. Fokus Intervensi
a. Nyeri pada mata berhubngan dengan proses peradangan dan inflamasi
Tujuan yang diharapkan
Keadaan nyeri pasien berkurang
Intervensi
1). Beri kompres basah hangat
Rasionalisasi : Mengurangi nyeri, mempercepat penyembuhan, dan membersihkan mata
2). Beri irigasi
Rasionalisasi : untuk mengeluarkan sekret, benda asing/kotoran dan zat-zat kimia dari mata
(Barbara C .Long, 1996)
5). Beri obat untuk megontrol nyeri sesuai resep
Rasionalisasi : pemakaian obat sesuai resep akan mengurangi nyeri
(Brunner dan Suddarth, 1996)
b. Gangguan penglihatan berhubungan proses peradangan
Tujuan yang diharapkan Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu.
Intervensi
1). Tentukan ketajaman, catat apakah satu atau kedua mata terlibat
Rasionalisasi : kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilangan
penglihatan
terjadi lambat dan progesif, bila bilateral, tiap mata dapat berlanjut pada laju yang berbeda
tetapi,
biasanya hanya satu mata diperbaiki per prosedur.
2). Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain diareanya
Rasionalisasi : Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan menurunkan cemas.
(Marilynn E. Doenges, 2000)
c. Gangguan citra tubuh berhubung dengan hilangnya penglihatan
Tujuan yang diharapkan
Menyatakan dan menunjukkan penerimaan atas penampilan tentang penilaian diri
Intervensi
1). Berikan pemahaman tentang kehilangan untuk individu dan orang dekat, sehubungan
dengan
terlihatnya kehilangan, kehilangan fungsi, dan emosi yang terpendam
Rasionalisasi : Dengan kehilangan bagian atau fungsi tubuh bisa menyebabkan individu
melakukan penolakan, syok, marah, dan tertekan
2). Dorong individu tersebut dalam merespon terhadap kekurangannya itu tidak dengan
penolakan, syok, marah,dan tertekan
Rasionalisasi : Supaya pasien dapat menerima kekurangannya dengan lebih ikhlas
3). Sadari pengaruh reaksi-reaksi dari orang lain atas kekurangannya itu dan dorong membagi
perasaan dengan orang lain.
Rasionalisasi : Bila reaksi keluarga bagus dapat meningkatkan rasa percaya diri individu dan
dapat membagi perasaan kepada orang lain.
4). Ajarkan individu memantau kemajuannya sendiri
Rasionalisasi : Mengetahui seberapa jauh kemampuan individu dengan kekurangan yang
dimiliki
(Lynda Jual Carpenito, 1998)

BAB III
A. Kesimpulan
Mata merupakan bagian yang sangat peka. mata dapat terjadi infeksi mata/radang mata yang
disebabkan oleh virus, bakteri, trauma, penyakit sistemik, ataupun sensitivitas terhadap suatu
zat. Seperti halnya endoftalmitis, Endoftalmitis atau abses korpus vitreus adalah peradangan
berat dalam bola mata, biasanya akibat trauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis.
Berbentuk radang supuratif dalam bola mata, dan akan mengakibatkan abses di badan kaca.
Endoftalmitis eksogen terjadi akibat trauma tembus atau infeksi sekunder pada tindakan
pembedahan yang membuka bola mata. Endoftalmitis endogen akibat penyebaran bakteri,
jamur atau parasit dari fokus infeksi dalam tubuh. Peradangan oleh bakteri memberikan
gambaran berupa rasa sakit yang sangat, kelopak mata merah dan bengkak, bilik mata depan
keruh, kadang disertai hipopion. Di dalam badan kaca dapat ditemukan massa putih abu-abu
hippion ringan dan bentuk abses satelit di dalam badan kaca.
B. Saran
1. Untuk klien yang terkena penyakit peradangan pada mata, penulis berharap klien segera
berobat atau peradangan tersebut segera diobati agar tidak terjadi kerusakan pada mata atau
komplikasi-komplikasi yang lain
2. Kita harus menjaga kebersihan mata dan menghindari kosmetik yang berlebihan, karena
kosmetik yang berlebihan merupakan faktor pendukung terjadinya peradangan pada mata

http://ardyanpradana007.blogspot.com/2011/08/askep-endoftalmitis.html

Endoftalmitis

Posted on January 5, 2007 by Anca

Endoftalmitis atau abses korpus vitreus adalah peradangan berat dalam bola mata, biasanya
akibat trauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis. Berbentuk radang supuratif dalam bola
mata, dan akan mengakibatkan abses di badan kaca. Endoftalmitis eksogen terjadi akibat
trauma tembus atau infeksi sekunder pada tindakan pembedahan yang membuka bola mata.
Endoftalmitis endogen akibat penyebaran bakteri, jamur atau parasit dari fokus infeksi dalam
tubuh.
Peradangan oleh bakteri memberikan gambaran berupa rasa sakit yang sangat, kelopak mata
merah dan bengkak, bilik mata depan keruh, kadang disertai hipopion. Di dalam badan kaca
dapat ditemukan massa putih abu-abu hippion ringan dan bentuk abses satelit di dalam badan
kaca.
Diagnosis endoftamitis dipastikan dengan aspirasi 0,5 – 1 ml korpus vitreus dengan anestesi
lokal melalui sklerotomi pars plana dengan menggunakan jarum 20-23, kemudian aspirat
diperiksa secara mikroskopis. Setelah organisme dapat diidentifikasi, diindikasikan
pengobatan medis segera.
Pengobatan endoftalmitis dengan antibiotik topikal dan sistemik, kortikosteroid
(pemberiannya hati-hati) atau dengan eviserasi apabila pengobatan gagal. Pada beberapa
kasus, diindikasikan vitrektomi untuk melakukan drainase abses dan memungkinkan
visualisasi fundul yang lebih jelas. Dengan terapi optimal, abses korpus vitreum memiliki
prognosis buruk.

http://www.alhamsyah.com/blog/kesehatan/endoftalmitis.html

Info Penyakit

Endoftalmitis
Definition :
Endoftalmitis adalah peradangan pada seluruh lapisan mata bagian dalam, cairan dalam bola
mata (humor vitreus) dan bagian putih mata (sklera).

Cause :

 Luka yang menusuk mata


 Pembedahan
 Bakteri yang sampai ke mata melalui aliran darah.

Sign & Symptoms :


Gejalanya seringkali berat, yaitu berupa:
- nyeri mata
- kemerahan pada sklera
- fotofobia (peka terhadap cahaya)
- gangguan penglihatan.

Diagnose :
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata.

Treatment :
Endoftalmitis merupakan suatu keadaan darurat. Pengobatan harus segera diberikan,
menunda pengobatan bisa menyebabkan kebutaan. Diberikan antibiotik dan corticosteroid.
Untuk mengeluarkan cairan yang terinfeksi dari bola mata mungkin perlu dilakukan
pembedahan.

http://www.tanyadokter.com/disease.asp?id=1001130

Definisi
Endoftalmitis merupakan peradangan berat dalam bola mata yang biasa disebabkan oleh
infeksi. Terdapat 2 tipe endoftalmitis, endogen dan eksogen. Endoftalmitis endogen
diakibatkan penyebaran bakteri dari tempat lain di tubuh kita melalui aliran darah.
Endoftalmitis eksogen dapat terjadi akibat trauma tembus atau infeksi pada tindakan
pembedahan yang membuka bola mata. Endoftalmitis endogen sangat jarang, hanya 2-15%
dari seluruh endoftalmitis.

Gbr: Mata Endoftalmitis

Gejala klinis
Peradangan yang disebabkan bakteri akan memberikan gambaran klinik rasa sakit yang
sangat, kelopak merah dan bengkak, kelopak sukar dibuka, konjungtiva kemotik dan merah,
kornea keruh, bilik mata depan keruh. Selain itu akan terjadi penurunan tajam penglihatan
dan fotofobia (takut cahaya). Endoftalmitis akibat pembedahan biasa terjadi setelah 24 jam
dan penglihatan akan semakin memburuk dengan berlalunya waktu. Bila sudah memburuk,
akan terbentuk hipopion, yaitu kantung berisi cairan putih, di depan iris.

Pengobatan endoftalmitis tergantung penyebabnya. Segera setelah diagnosis endoftalmitis


ditegakkan, pengobatan dapat diberikan karena keterlambatan beberapa jam saja dapat
membedakan hasil yang diinginkan. Bila disebabkan oleh bakteri, dan hal ini sudah
dikonfirmasikan pemeriksaan laboratorium, antibiotik dapat dipakai. Antibiotik ini dapat
berbentuk tetes mata, per oral (diminum) atau lewat intra vena. Suntikan antibiotik dapat
langsung dilakukan ke dalam mata. Bila penyebabnya adalah jamur, dapat diberikan
antijamur seperti Amphotericin B yang langsung disuntikan ke dalam mata ataupun
Fluconazol yang pemberiannya per oral (diminum). Jika infeksi sudah semakin berat, dokter
spesialis mata dapat melakukan tindakan bedah yang disebut Vitrectomy untuk mengangkat
cairan dan nanah dari dalam mata.

Pencegahan
Jika pernah mengalami operasi katarak, pencegahan resiko terjadinya infeksi dengan cara
mengikuti instruksi dokter tentang perawatan mata setelah operasi dan juga kontrol yang
teratur ke dokter mata untuk mengetahui perkembangan perbaikan mata setelah operasi.
Untuk mencegah endoftalmitis yang disebabkan karena trauma mata, gunakan pelindung
mata di tempat kerja dan saat berolahraga berat. Kacamata pelindung atau helm dapat
melindungi dari terjadinya trauma pada mata di tempat kerja.

Penyebab
Penyebab terjadinya endoftalmitis antara lain:

1. Tindakan pembedahan.
2. Luka yang menembus mata.
3. Bakteri. Penyebab paling banyak adalah Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus,
dan spesies Streptococcus
4. Jamur. Penyebab paling banyak adalah Aspergilus, fitomikosis dan aktinomises.

http://klikdokter.org/medisaz/read/2010/07/05/38/endoftalmitis

Endoftalmitis

Foto: http://scielo.isciii.es

Diskripsi
Endoftalmitis adalah peradangan bernanah (supuratif) dalam bola mata. Penyebabnya
kemungkinan karena kuman atau jamur. Penderita akan mengalami rasa sakit berat, kelopak
merah, bengkak, dan sukar dibuka, kornea keruh, bilik mata keruh. Komplikasi penyakit ini
bisa berupa kebutaan.

Gejala
Kelopak merah, bengkak, dan sukar dibuka, kornea keruh, bilik mata keruh.

Pengobatan
Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian antibiotik. Sebaiknya penderita
memeriksakan matanya ke dokter ahli mata untuk mengetahui penyebab kuman atau jamur
yang masuk ke mata. Dengan begitu pasien akan mudah disembuhkan.

http://www.detikhealth.com/read/2009/07/01/085354/1156893/770/endoftalmitis

Senin, 02 Agustus 2010

Askep Endoftalmitis
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Mata dapat terkena berbagai kondisi. beberapa diantaranya bersifat primer sedang yang lain,
sekunder akibat kelainan pada sistem organ tubuh lain. kebanyakan kondisi tersebut dapat
dicegah bila terdeteksi awal, dapat dikontrol dan penglihatan dapat dipertahankan.
(Brunner dan Suddarth, 2001)
Inflamasi ,inefksi dan peradangan dapat terjadi pada beberapa struktur mata dan terhitung
lebih dari setengah kelainan mata. kelainan-kelainan yang umum terjadi pada mata oarng
dewasa meliputi sebagai berikut :
1. Radang/inflamasi pada kelopak mata, konjungtira, kornea, koroid badan ciriary dan iris
2. Katarak, kekeruhan lensa
3. Glaukoma, peningkatan tekanan dalam bola mata (IOP)
4. Retina robek/lepas
5. Endoftalmitis, peradangan lapisan mata
Tetapi sebagian orang mengira penyakit radang mata/mata merah hanya penyakit biasa cukup
diberi tetes mata biasa sudah cukup. padahal bila penyakit radang mata tidak segera
ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan
menimbulkan komplikasi seperti Glaukoma, katarak maupun ablasi retina. untuk itu kali ini
penulis memusatkan pada pencegahan dan penata laksanaan radang yaitu pada endoftalmitis
(Barbara C.Long, 1996)
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk menambah wawasan pembaca tentang penyakit endoftalmitis
2. Tujuan Khusus
1.Mengetahui definisi endoftalmitis
2. Mengetahui etiologi dari endoftalmitis
3. Mengerti tentang tanda dan gejala endoftalmitis
4. Mengetahui klasifikasi endoftalmitis
5. Mengetahui patofisiologi endoftalmitis
6. Mengetahui cara pencegahan dan penatalaksanaan endoftalmiti
7. Mengetahui komplikasi dari endoftalmitis

BAB II
KONSEP MEDIS
A. Pengertian endoftalmitis
- Endoftalmitis adalah peradangan pada seluruh lapisan mata bagian dalam, cairan dalam bola
mata (humor vitreus) dan bagian putih mata (sklera).
- Merupakan radang purulen pada seluruh jaringan intra okuler disertai dengan terbentuknya
abses didalam badan kaca. Penyebab Sepsis, selulitis orbita, trauma tembus, ulkus.
B. Etiologi
Penyebab terjadinya endoftalmitis antara lain:
1. Tindakan pembedahan.
2. Luka yang menembus mata.
3. Bakteri. Penyebab paling banyak adalah Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus
aureus, dan spesies Streptococcus
4. Jamur. Penyebab paling banyak adalah Aspergilus, fitomikosis dan aktinomises.
C. Tanda dan Gejala
Peradangan yang disebabkan bakteri akan memberikan gambaran klinik rasa sakit yang
sangat, kelopak merah dan bengkak, kelopak sukar dibuka, konjungtiva kemotik dan merah,
kornea keruh, bilik mata depan keruh. Selain itu akan terjadi penurunan tajam penglihatan
dan fotofobia (takut cahaya). Endoftalmitis akibat pembedahan biasa terjadi setelah 24 jam
dan penglihatan akan semakin memburuk dengan berlalunya waktu. Bila sudah memburuk,
akan terbentuk hipopion, yaitu kantung berisi cairan putih, di depan iris.
Gejalanya seringkali berat, yaitu berupa:
- nyeri mata
- kemerahan pada sklera
- fotofobia (peka terhadap cahaya)
- gangguan penglihatan.
Tanda seringkali muncul:
Kelopak merah, bengkak, dan sukar dibuka, kornea keruh, bilik mata keruh.

D. Kalsifikasi
Terdapat 2 tipe endoftalmitis, endogen dan eksogen
1. Endoftalmitis endogen diakibatkan penyebaran bakteri dari tempat lain di tubuh kita
melalui aliran darah
2. Endoftalmitis eksogen dapat terjadi akibat trauma tembus atau infeksi pada tindakan
pembedahan yang membuka bola mata. Endoftalmitis endogen sangat jarang, hanya 2-15%
dari seluruh endoftalmitis.
E. Patofisologi
Endoftalmitis atau abses korpus vitreus adalah peradangan berat dalam bola mata, biasanya
akibat trauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis. Berbentuk radang supuratif dalam bola
mata, dan akan mengakibatkan abses di badan kaca. Endoftalmitis eksogen terjadi akibat
trauma tembus atau infeksi sekunder pada tindakan pembedahan yang membuka bola mata.
Endoftalmitis endogen akibat penyebaran bakteri, jamur atau parasit dari fokus infeksi dalam
tubuh.
Peradangan oleh bakteri memberikan gambaran berupa rasa sakit yang sangat, kelopak mata
merah dan bengkak, bilik mata depan keruh, kadang disertai hipopion. Di dalam badan kaca
dapat ditemukan massa putih abu-abu hippion ringan dan bentuk abses satelit di dalam badan
kaca.

F. Penatalaksanaan

Pengobatan endoftalmitis tergantung penyebabnya. Segera setelah diagnosis endoftalmitis


ditegakkan, pengobatan dapat diberikan karena keterlambatan beberapa jam saja dapat
membedakan hasil yang diinginkan. Bila disebabkan oleh bakteri, dan hal ini sudah
dikonfirmasikan pemeriksaan laboratorium, antibiotik dapat dipakai. Antibiotik ini dapat
berbentuk tetes mata, per oral (diminum) atau lewat intra vena. Suntikan antibiotik dapat
langsung dilakukan ke dalam mata. Bila penyebabnya adalah jamur, dapat diberikan
antijamur seperti Amphotericin B yang langsung disuntikan ke dalam mata ataupun
Fluconazol yang pemberiannya per oral (diminum). Jika infeksi sudah semakin berat, dokter
spesialis mata dapat melakukan tindakan bedah yang disebut Vitrectomy untuk mengangkat
cairan dan nanah dari dalam mata.
G. Pencegahan
Jika pernah mengalami operasi katarak, pencegahan resiko terjadinya infeksi dengan cara
mengikuti instruksi dokter tentang perawatan mata setelah operasi dan juga kontrol yang
teratur ke dokter mata untuk mengetahui perkembangan perbaikan mata setelah operasi.
Untuk mencegah endoftalmitis yang disebabkan karena trauma mata, gunakan pelindung
mata di tempat kerja dan saat berolahraga berat. Kacamata pelindung atau helm dapat
melindungi dari terjadinya trauma pada mata di tempat kerja.
H. Komplikasi
Kebutaan

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1.Pengkajian
a. Pengkajian ketajaman mata
b. Pengkajian rasa nyeri
c. Kesimetrisan kelopak mata
d. Reaksi mata terhadap cahaya/gerakan mata
e. Warna mata
f. Kemampuan membuka dan menutup mata
g. Pengkajian lapang pandang
h. Menginspeksi struktur luar mata dan inspeksi kelenjar untuk mengetahui adanya
pembengkakan 4
inflamasi
( Brunner dan Suddarth, 2001)
Analisa Data
a. Data fokus
1). Nyeri (ringan sampai berat)
2). Fotofobia (sensitif terhadap cahaya) atau blepharospasme (kejang kelopak mata)
3). Ketajaman pengelihatan
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri pada mata berhubngan dengan proses peradangan dan inflamasi
b. Gangguan penglihatan berhubungan proses peradangan
c. Gangguan citra tubuh berhubung dengan hilangnya penglihatan
3. Fokus Intervensi
a. Nyeri pada mata berhubngan dengan proses peradangan dan inflamasi
Tujuan yang diharapkan
Keadaan nyeri pasien berkurang
Intervensi
1). Beri kompres basah hangat
Rasionalisasi : Mengurangi nyeri, mempercepat penyembuhan, dan membersihkan mata
2). Beri irigasi
Rasionalisasi : untuk mengeluarkan sekret, benda asing/kotoran dan zat-zat kimia dari mata
(Barbara C .Long, 1996)
5). Beri obat untuk megontrol nyeri sesuai resep
Rasionalisasi : pemakaian obat sesuai resep akan mengurangi nyeri
(Brunner dan Suddarth, 1996)
b. Gangguan penglihatan berhubungan proses peradangan
Tujuan yang diharapkan Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu.
Intervensi
1). Tentukan ketajaman, catat apakah satu atau kedua mata terlibat
Rasionalisasi : kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilangan
penglihatan
terjadi lambat dan progesif, bila bilateral, tiap mata dapat berlanjut pada laju yang berbeda
tetapi,
biasanya hanya satu mata diperbaiki per prosedur.
2). Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain diareanya
Rasionalisasi : Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan menurunkan cemas.
(Marilynn E. Doenges, 2000)
c. Gangguan citra tubuh berhubung dengan hilangnya penglihatan
Tujuan yang diharapkan
Menyatakan dan menunjukkan penerimaan atas penampilan tentang penilaian diri
Intervensi
1). Berikan pemahaman tentang kehilangan untuk individu dan orang dekat, sehubungan
dengan
terlihatnya kehilangan, kehilangan fungsi, dan emosi yang terpendam
Rasionalisasi : Dengan kehilangan bagian atau fungsi tubuh bisa menyebabkan individu
melakukan penolakan, syok, marah, dan tertekan
2). Dorong individu tersebut dalam merespon terhadap kekurangannya itu tidak dengan
penolakan, syok, marah,dan tertekan
Rasionalisasi : Supaya pasien dapat menerima kekurangannya dengan lebih ikhlas
3). Sadari pengaruh reaksi-reaksi dari orang lain atas kekurangannya itu dan dorong membagi
perasaan dengan orang lain.
Rasionalisasi : Bila reaksi keluarga bagus dapat meningkatkan rasa percaya diri individu dan
dapat membagi perasaan kepada orang lain.
4). Ajarkan individu memantau kemajuannya sendiri
Rasionalisasi : Mengetahui seberapa jauh kemampuan individu dengan kekurangan yang
dimiliki
(Lynda Jual Carpenito, 1998)

BAB III
A. Kesimpulan
Mata merupakan bagian yang sangat peka. mata dapat terjadi infeksi mata/radang mata yang
disebabkan oleh virus, bakteri, trauma, penyakit sistemik, ataupun sensitivitas terhadap suatu
zat. Seperti halnya endoftalmitis, Endoftalmitis atau abses korpus vitreus adalah peradangan
berat dalam bola mata, biasanya akibat trauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis.
Berbentuk radang supuratif dalam bola mata, dan akan mengakibatkan abses di badan kaca.
Endoftalmitis eksogen terjadi akibat trauma tembus atau infeksi sekunder pada tindakan
pembedahan yang membuka bola mata. Endoftalmitis endogen akibat penyebaran bakteri,
jamur atau parasit dari fokus infeksi dalam tubuh. Peradangan oleh bakteri memberikan
gambaran berupa rasa sakit yang sangat, kelopak mata merah dan bengkak, bilik mata depan
keruh, kadang disertai hipopion. Di dalam badan kaca dapat ditemukan massa putih abu-abu
hippion ringan dan bentuk abses satelit di dalam badan kaca.
B. Saran
1. Untuk klien yang terkena penyakit peradangan pada mata, penulis berharap klien segera
berobat atau peradangan tersebut segera diobati agar tidak terjadi kerusakan pada mata atau
komplikasi-komplikasi yang lain
2. Kita harus menjaga kebersihan mata dan menghindari kosmetik yang berlebihan, karena
kosmetik yang berlebihan merupakan faktor pendukung terjadinya peradangan pada mata

http://kebunge.blogspot.com/2010/08/askep-endoftalmitis.html

10 May 2010

Laporan Kasus : ENDOFTALMITIS ENDOGEN

Filed under: Laporan Kasus — P2KB Perdami Jateng @ 09:14


ENDOFTALMITIS ENDOGEN
Dibacakan oleh : dr. Christiana
Pembimbing : Dr. dr. Winarto, SpMK. SpM(K)
Moderator : dr. Arief Wildan, SpM
Dibacakan tanggal : 18 September 2008

PENDAHULUAN
Endoftalmitis adalah peradangan intraokuler yang melibatkan badan kaca dan segmen
anterior bola mata, serta dapat melibatkan struktur yang berdekatan seperti retina dan
koroid.1 Endoftalmitis diklasifikasikan menjadi 2 yaitu infectious endophthalmitis dan sterile
endophthalmitis.1 Selanjutnya Infectious endophthalmitis dibagi lagi menjadi 2 berdasarkan
cara organisme penyebab endoftalmitis menginfeksi mata yaitu endoftalmitis eksogen
(postoperative, post traumatic) dan endoftalmitis endogen (hematogen). Agen infeksi
penyebab endoftalmitis dapat disebabkan oleh bakteri dan jamur.1
Laporan kasus ini menyajikan seorang wanita dengan endoftalmitis endogen mata kiri dengan
faktor resiko yang multipel. Perjalanan klinis dan penanganan yang dilakukan menjadi bahan
diskusi utama pada kasus ini.

IDENTITAS PENDERTA
Nama : Ny. S
Umur : 52 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Semarang
No. CM : B166228 / 5757769

ANAMNESIS
Autoanamnesis dengan penderita pada tanggal 14 Maret 2008

Keluhan utama : nyeri pada mata kiri


Riwayat penyakit sekarang :
- Sejak 10 hari sebelum MRS, mata kiri penderita terasa nyeri seperti ditusuk-tusuk dan
menjalar ke pelipis.
- Dua belas hari sebelumnya penderita mengalami panas badan kemudian besoknya diikuti
dengan mata merah, nrocos, silau jika melihat cahaya dan penglihatan mendadak semakin
lama semakin kabur. Penderita memberi salep mata klorampenikol dan ciprofloxacin namun
tidak ada perbaikan.
- Enam hari sebelum MRS penderita berobat ke BKIM dan mendapat terapi Polydex ED 6 x
1 tetes mata kiri. Namun juga tidak ada perbaikan

Riwayat penyakit dahulu :


- Dua belas hari sebelum MRS penderita menderita sakit gondong.
- Riwayat sakit gigi pada rahang atas sebelah kiri
- Riwayat sakit kulit berupa gatal-gatal berwarna merah dan menebal pada telapak tangan dan
tungkai bawah sebelah kanan terutama jika stress
- Riwayat nyeri sendi lutut sejak tahun 2005, kontrol rutin dengan terapi glukosamin dan
radin
- Riwayat nyeri pinggang sebelah kanan dan kiri yang menjalar ke paha belakang dan kaki
dengan diagnosa HNP (operasi tahun 2004)
- Riwayat sakit telinga kiri dengan diagnosa Sindroma Meniere pada tahun 2005
- Riwayat trauma pada mata disangkal
- Riwayat menderita darah tinggi disangkal
- Riwayat menderita kencing manis disangkal

Riwayat penyakit keluarga :


- Kencing manis
- Tidak ada anggota keluarga sakit seperti ini

Riwayat sosial ekonomi :


Penderita bekerja sebagai bidan. Suami penderita seorang pensiunan PJKA. Penderita
mempunyai 3 orang anak (seorang masih SMP dan 2 orang sudah mandiri).
Biaya pengobatan ditanggung ASKES. Kesan sosial ekonomi cukup.

PEMERIKSAAN
Status praesen : Obesitas & pembesaran kelenjar parotis dextra
Status Ophthalmologis:

OD OS
Visus 6/10 1/~ LP Baik
Koreksi tidak dilakukan tidak dilakukan
Bulbus okuli Ortofori, Hirschberg test 0º
Parese/Paralise Tidak ada kelainan Gerak bola mata bebas ke segala
arah
Supersilia Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Palpebra Tidak ada kelainan Oedem (+), spasme (+)
Konjungtiva Tidak ada kelainan Mix Injeksi (+), kemosis (+), sekret
(-)
Kornea Tidak ada kelainan Edema (+) KPs (+)
COA Tidak ada kelainan Kesan dangkal,Van Herick Gr II, TE
++ (flare), Hipopion (-)
Iris Tidak ada kelainan Kripte (+) menurun
(edema), sinekia (-),
rubeosis iridis (+)
Pupil Tidak ada kelainan Bulat, sentral, regular, Ø 5 mm,
refleks pupil (+) lambat
Lensa Tidak ada kelainan Jernih (+), pigmen iris (+)
CV Tidak ada kelainan Turbiditas (+), Sellen (+), opacity
(+)
Fundus refleks (+) cemerlang (-)
TIO 14,6 mmHg 23,8 mmHg
(Tonometri Schiotz
)

Funduskopi :
OD : Retinopati Diabetika NPDR derajat ringan
OS : sulit dinilai akibat kekeruhan media refrakta (CV Turbidity)

Laboratorium darah :
• Lekositosis
• Diabetes Melitus
• Peningkatan LED dan CRP

Ultrasonografi (B SCAN OS) : kesan endoftalmitis


Kultur darah : tidak didapatkan pertumbuhan kuman
Kultur dan tes sensitivitas dari rembesan cairan vitreous OS :
Klebsiella pneumoniae dan Klebsiella oxytoca, sensitif terhadap Amikasin, Cefepime,
Cefotaxime, Ceftazidime, Ciprofloxacin, Fosfomycin, Gentamicin, Meropenem, Tetracyclin

DIAGNOSA BANDING
• OS Panuveitis
• OS Endoftalmitis Eksogen
• OS Endoftalmitis Endogen

DIAGNOSA KERJA
OS Endoftalmitis Endogen (H44.0)

DIAGNOSA TAMBAHAN
• OD Suspek Kelainan Refraksi (H52) + Retinopati Diabetika Non Proliferative Derajat
Ringan (H36.0)
• OS Glaukoma Sekunder (H40.4)
• Parotitis Epidemica (B26)
• Diabetes Melitus (E11)
• Osteoarhritis (M13.1)

PENATALAKSANAAN
• Cefotaxime inj 2×1 g iv (skin test dulu)
• Diamox 2 x 250 mg
• KCl 2 x 250 mg
• Lameson 16 mg 2-0-1 p.c
• As. Mefenamat 3 x 500 mg p.c
• Cendo Xytrol ED 6 x 1 gtt OS
• SA 1 % ED extra OS
• Timolol 0,5% ED 2 x 1 gtt OS

SARAN DAN RENCANA


• Konsul Bagian Interna untuk pengelolaan DM, Parotitis dan mencari fokal infeksi.
• Konsul Bagian Kulit Kelamin, THT, Gigi Mulut untuk mencari fokal infeksi.

PROGNOSIS

OD OS
Quo ad Visam Dubia Ad bonam Ad malam
Quo ad Sanam Dubia Ad bonam Ad malam
Quo ad Vitam Dubia
Quo ad Cosmeticam Dubia

EDUKASI
1. Menjelaskan bahwa penyakit yang diderita memiliki prognosa yang buruk yang mengancam
bola mata dan nyawa apabila tidak tertangani.
2. Menjelaskan bahwa penyakit tersebut dapat mengenai mata satunya, sehingga perlu
dilakukan pengawasan yang ketat tentang adanya tanda-tanda inflamasi pada mata seperti
mata merah, bengkak, nrocos, turunnya tajam penglihatan, kotoran pada mata untuk segera
untuk diperiksakan ke dokter mata.
3. Menjelaskan bahwa penderita menderita diabetes yang memerlukan pengontrolan yang
ketat baik secara diet maupun medikamentosa. Hal ini disebabkan oleh karena kondisi
hiperglikemia akan meningkatkan resiko terjadinya bakteriemi yang dapat menyerang mata
satunya, atau bahkan dapat berakibat fatal jika menyebar ke otak.
4. Perlunya menjaga kebersihan gigi mulut, sistem saluran kencing yang memungkinkan
menjadi fokal infeksi dari endoftalmitis endogen.

http://p2kb.wordpress.com/2010/05/10/laporan-kasus-endoftalmitis-endogen/

PERAN PERAWAT PADA FASE PRE-OPERATIF


1. Pengkajian Praoperatif di klinik/per telepon

a. melakukan pengkajian perioperatif awal

b. merencanakan metode penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan pasien

c. melibatkan keluarga dalam wawancara

d. memastikan kelengkapan pemeriksaan perioperatif

e. mengkaji kebutuhan pasien terhadap transportasi dan perawatan pascaoperatif.

2. Unit Bedah

a. melengkapi pengkajian praoperatif

b. mengkoordinasi penyuluhan pasien dengan staf keperawatan lain

c. menjelaskan fase-fase dalam periode perioperatif dan hal-hal yang diperkirakan


terjadi

d. membuat rencana asuhan.

3. Ruang Operatif

a. mengkaji tingkat kesadaran pasien

b. menelaah lembar observasi pasien

c. mengidentifikasi pasien

d. memastikan daerah pembedahan.


4. Perencanaan

a. menentukan rencana asuhan

b. mengkoordinasi pelayanan dan sumber-sumber yang sesuai.

5. Dukungan Psikologis

a. menceritakan pada pasien apa yang sedang terjadi

b. menentukan status psikologis

c. memberikan peringatan akan stimuli nyeri

d. mengkomunikasikan status emosional pasien pada anggota tim kesehatan yang


berkaitan.

PENGKAJIAN FISIK UMUM


Pengkajian klien bedah meliputi evaluasi faktor-faktor fisik dan psikologis secara luas.
Banyak parameter dipertimbangkan dalam pengkajian menyeluruh terhadap klien, dan
berbagai masalah klien atau diagnosis keperawatan dapat diantisipasi atau diidentifikasi
dengan dibandingkan pada data dasar.

1. Status Nutrisi dan Penggunaan Bahan Kimia

a. mengukur tinggi dan berat badan

b. mengukur lipat kulit trisep

c. mengukur lingkar lengan atas

d. mengkaji kadar protein darah dan keseimbangan nitrogen

e. kadar elektrolit darah

f. asupan makanan pre-operatif

Keadaan khusus :

a. Obesitas : jaringan lemak rantan terhadap infeksi, peningkatan masalah teknik dan
mekanik (resiko dehisensi), dan nafas tidak optimal.

b. Penggunaan obat dan alcohol : rentan terhadap cedera, malnutrisi, dan tremens
delirium.

2. Status Pernafasan
a. berhenti merokok 4 – 6 minggu sebelum pembedahan

b. latihan nafas dan penggunaan spirometer intensif

c. pemeriksaan fungsi paru dan analisa gas darah (AGD)

d. riwayat sesak nafas atau penyakit saluran pernafasan yang lain.

3. Status Kardiovaskuler

a. penyakit kardiovaskuler

b. kebiasaan merubah posisi secara mendadak

c. riwayat immobilisasi berkepanjangan

d. hipotensi atau hipoksia

e. kelebihan cairan/darah

f. tanda-tanda vital

g. riwayat perdarahan.

4. Fungsi Hepatik dan Ginjal

a. kelainan hepar

b. riwayat penyakit hepar

c. status asam basa dan metabolisme

d. riwayat nefritis akut, insufisiensi renal akut.

5. Fungsi Endokrin

a. riwayat penyakit diabetes

b. kadar gula darah

c. riwayat penggunaan kortikosteroid atau steroid (resiko insufisiensi adrenal)

6. Fungsi Imunologi

a. kaji adanya alergi

b. riwayat transfusi darah

c. riwayat asthma bronchial


d. terapi kortikosteroid

e. riwayat transplantasi ginjal

f. terapi radiasi

g. kemoterapi

h. penyakit gangguan imunitas (AIDS, Leukemia)

i. suhu tubuh.

7. Sistem Integumen

a. keluhan terbakar, gatal, nyeri, tidak nyaman, paresthesia

b. warna, kelembaban, tekstur, suhu, turgor kulit

c. alergi obat dan plesterriwayat puasa lama, malnutrisi, dehidrasi, fraktur mandibula,
radiasi pada kepala, terapi obat, trauma mekanik.

d. Perawatan mulut oleh pasien.

8. Terapi Medikasi Sebelumnya

a. obat-obatan yang dijual bebas dan frekuensinya

b. kortikosteroid adrenal : kolaps kardiovaskuler

c. diuretic : depresi pernafasan berlebihan selama anesthesia

d. fenotiasin : meningkatkan kerja hipotensif dari anesthesia

e. antidepresan : Inhibitor Monoamine Oksidase (MAO) meningkatkan efek hipotensif


anesthesia

f. tranquilizer : ansietas, ketegangan dan bahkan kejang

g. insulin : interaksi insulin dan anestetik harus dipertimbangkan

h. antibiotik : paralysis system pernafasan.

9. Pertimbangan Gerontologi

a. penyakit kronis

b. ketakutan lansia divonis sakit berat — bohong (tidak melaporkan gejala)

c. fungsi jantung
d. fungsi ginjal

e. aktivitas gastrointestinal

f. dehidrasi, konstipasi, malbutrisi

g. keterbatasan sensori penglihatan

h. penurunan sensitivitas sentuhan

i. riwayat cedera, kecelakaan dan luka bakar

j. arthritis

k. keadaan mulut (gigi palsu)

l. kajian integumen (kulit) : gatal-gatal, penurunan lemak — perubahan suhu tubuh

m. penyakit pribadi

FAKTOR-FAKTOR RESIKO UNTUK SEGALA PROSEDUR


PEMBEDAHAN
1. Faktor-faktor Sistemik

a. hipovolemia

b. dehidrasi atau ketidakseimbangan elektroli

c. defisit nutrisi

d. usia tua

e. BB ekstrim

f. Infeksi dan sepsis

g. Kondisi toksik

h. Abnormalitas imunologi

2. Penyakit Paru

a. penyakit obstruktif

b. kelainan restriktif

c. infeksi pernafasan
3. Penyakit Saluran Perkemihan dan Ginjal

a. penurunan fungsi ginjal

b. infeksi saluran perkemihan

c. obstruksi

4. Kehamilan

Hilangnya cadangan fisiologis maternal

5. Penyakit Kardiovaskuler

a. penyakit arteri koroner

b. gagal jantung

c. disritmia

d. hipertensi

e. katub jantung prostetik

f. treomboembolisme

g. diatesis hemoragik

h. penyakit serebrovaskuler

6. Disfungsi Endokrin

a. Diabetes Mellitus

b. kelainan adrenal

c. malfungsi tiroid

7. Penyakit Hepatik

a. Sirosis

b. Hepatitis

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Data laboratorium memberikan petunjuk yang bermanfaat untuk mengkaji status klinik pasien
dan potensial risiko infeksi. Meskipuntidak dapat digunakan tanpa referansi dari data klinik
yang lain, hasil pemeriksaan laboratorium dapat memberikan petunjuk penting untuk
menentukan tindakan keperawatan perioperatif. Adapun pemeriksaan laboratorium yang
perlu dilakukan sebelum tindakan pembedahan adalah :

Hematokrit BJ urin

Hemoglobin AGD

Trombosit Leukosit atau sel darah putih

Albumin Gamma globulin

Elektrolit darahantibodi serum terhadap HIV HbSAg

Gula darah Golongan darah

Selain itu hasil pemeriksaan radiologis seperti rontgen foto, USG abdomen, USG ginjal, MRI,
BNO-IVP, dll yang terkait dengan prosedur pembedahan atau kasus, harus pula disertakan.

KLASIFIKASI STATUS FISIK UNTUK ANESTHESIA SEBELUM


PEMBEDAHAN
(ASA : American Society of Anesthesiology)

1. Baik : tidak ada penyakit organic, tidak ada gangguan sistemik

Contoh : hernia tidak terkomplikasi, fraktur

2. Cukup : gangguan sistemik ringan sampai sedang

Contoh : penyakit jantung ringan, diabetes ringan

3. Buruk : gangguan sistemik berat

Contoh : diabetes dengan kontrol yang buruk, komplikasi pulmonary, penyakit jantung
sedang

4. Serius : penyakit sistemik yang mengancam jiwa

Contoh : penyakit ginjal berat, penyakit jantung berat

5. Moribund : kans bertahan hidup kecil tetapi pengiriman ke ruang operasi harus dilakukan

Contoh : ruptur aneurisme abdomen dengan syok hebat, embolus pulmonary massif

6. Kedaruratan : semua dari yang telah disebutkan di atas ketika pembedahan dilakukan dalam
suatu situasi kedaruratan
Contoh : Hernia tidak terkomplikasi yang menjadi strangulata dan berkaitan dengan mual
muntah.

KLASIFIKASI PROSEDUR OPERASI

KATEGORI DEFINISI KARAKTERISTIK INTERVENSI BEDAH


Operasi bersih Kontaminasi Non traumatic, tidak terinfeksi, tidak ada
endogen inflamasi.
(ex : herniorrafi) minimal; luka
tidak terinfeksi Saluran nafas, cerna, dan GU tidak dimasuki,
tidak melanggar teknik aseptic, penutupan
utama, tidak ada drain (beberapa institusi
membolehkan penggunaan penghisapan
luka tertutup untuk operasi bersih)
Operasi bersih Kontaminasi bakteri Saluran nafas, cerna dan GU dimasuki tanpa
terkontaminas dapat terjadi dari percikan yang berarti (atau urin atau
i sumber endogen empedu terinfeksi, untuk traktus GU dan
pohon biliaris).
(ex :
appendiktomi) Vagina dan orofaring dimasuki. Melanggar
teknik aseptic. Luka dapat berair.
Operasi Kontaminasi telah Percikan dari traktus GI; urin atau empedu
terkontaminas terjadi terinfeksi (pada prosedur traktus GU atau
i biliaris). Luka terbuka traumatic yang baru;
inflamasi non purulen akut ditemui.
(ex : perbaikan Melanggar teknik aseptic.
trauma baru,
terbuka)
Operasi kotor dan Dijumpai infeksi, Luka traumatic lama (lebih dari 12 jam). Luka
terinfeksi jaringan mati, terinfeksi, viscera mungkin mengalami
atau kontaminasi perforasi.
(ex : drainase mikroba
abses)

FORMULIR KEPERAWATAN PERIOPERATIF


Formulir keperawatan perioperatif apapun bentuknya sesuai dengan ketentuan masing-masing
pelayanan kesehatan/rumah sakit (seperti yang sudah dicontohkan pada halaman
sebelumnya), harus mengandung hal-hal sebagai berikut :

1. pengkajian dan perancanaan yang terus menerus selama periode perawatan perioperatif

2. identifikasi semua partisipan yang memberikan perawatan dan nama mereka, gelar, dan
kewenangan mereka
3. pemeriksaan awal saat kedatangan di unit perawatan perioperatif (tingkat kesadaran,
status emosional, dan fisik)

4. integritas kulit pasien secara menyeluruh saat masuk dan keluar dari unit perawatan
perioperatif

5. ada atau tidaknya alat bantu komunikasi (alat bantu dengar, alat bantu vokal) dan protese
(lensa kontak, gigi palsu, wig). Jika alat-alat ini menyertai pasien ke dalam kamar operasi,
penempatannya harus dicatat

6. alat-alat pemberi posisi dan alat-alat tambahan yang digunakan selama operasi (papan
lengan, pengikat pengaman, penahan ekstremitas, matras berbentuk telur)

7. area pemasangan bantalan bedah listrik, tipe unit bedah listrik, nomor seri unit, dan
tempatnya

8. kategori klasifikasi luka, sehingga perawat dapat mengidentifikasi pasien beresiko tinggi
terhadap infeksi, dan dapat mengambil tindakan pengamanan yang tepat

9. penempatan lead EKG atau alat-alat elektronik lainnya (Doppler, EEG)

10. area penempatan unit termia, nomor seri unit, waktu pencatatan dan suhu

11. obat-obatan yang diberikan selama operasi

12. penghitungan alat-alat bedah dan hasilnya

13. pemasangan manset torniquet, waktu pemasangan dan pelepasan, tekanan torniquet

14. pemasangan semua drain, tampon, balutan dan kateter

15. implan prostetik, pabrik, nomor, tipe, ukuran

16. pemberian anesthesia lokal

17. larutan persiapan tempat operasi, kondisi kulit sebelum dan setelah pemakaian larutan

18. pemeriksaan diagnostik selama intraoperatif

19. keluaran urine dan perkiraan darah yang hilang

20. jenis spesimen dan pengirimannya

21. waktu penyelesaian operasi, keluarnya pasien, status pasien dan alat pemindahan yang
digunakan

22. instruksi post-op

DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Berdasarkan pada data pengkajian, diagnosis keperawatan pre-operatif mayor klien bedah
dapat mencakup :

1. Cemas, berhubungan dengan pengalaman bedah (anesthesi, nyeri) dan hasil akhir dari
pembedahan

2. Kurang pengetahuan mengenai prosedur dan protokol pre-operatif dan harapan pasca-
operatif

3. Takut

PERENCANAAN dan IMPLEMENTASI

Tujuan utama asuhan keperawatan pre-operatif pada klien bedah dapat meliputi :
menghilangkan ansietas pre-operatif dan peningkatan pengetahuan tentang persiapan pre-
operatif dan harapan pasca-operatif.

INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Menurunkan ansietas pre-operatif

2. Penyuluhan klien (lihat “Persiapan Operasi jangka panjang : latihan nafas dalam, batuk dan
relaksasi, perubahan posisi dan gerakan tubuh aktif, kontrol dan medikasi nyeri, dan kontrol
kognitif)

3. Persiapan operasi segera

4. Berikan dorongan untuk pengungkapan. Dengarkan, pahami klien dan berikan informasi
yang membantu menyingkirkan kekhawatiran klien

5. Libatkan peran dari keluarga atau sahabat klien, sepanjang masih memungkinkan

6. Dorong klien untuk mengekspresikan ketakutan atau kekhawatiran tentang pembedahan


yang akan dihadapinya

7. Pertahankan komunikasi terbuka dengan klien

8. Bantu klien untuk mendapatkan bantuan spiritual yang klien inginkan

9. Persiapan nutrisi dan cairan

10. Persiapan intestinal

11. Persiapan kulit pre-operatif

12. Medikasi pre-anesthesia


13. Lengkapi catatan pre-operatif

14. Transportasi ke ruang bedah (OK)

15. Membantu keluarga klien melewati pengalaman bedah klien*

* Membantu keluarga klien melewati pengalaman bedah klien :

Kebanyakan rumah sakit dan pusat-pusat pembedahan mempunyai ruang tunggu khusus
dimana keluarga dapat menunggu selama klien sedang menjalani pembedahan. Ruangan ini
mungkin dilengkapi dengan kursi yang nyaman, televisi, telepon dan fasilitas-fasilitas untuk
refreshing ringan. Setelah pembedahan, ahli bedah dapat menemui keluarga di ruang
tunggu dan mendiskusikan hasil dari operasi.

Keluarga seharusnya tidak menilai keseriusan operasi dengan lamanya waktu klien berada
di ruang operasi. Klien mungkin dalam pembedahan lebih lama daripada waktu operasi yang
aktual untuk beberapa alasan :

1. Sudah menjadi kebiasaan untuk mengirim klien lebih dahulu dari waktu operasi yang
sesungguhnya

2. Ahli anesthesi sering membuat persiapan tambahan yang dapat memerlukan waktu sekitar
30 – 60 menit

3. Kadang-kadang dokter bedah memerlukan waktu lebih lama dari yang diperkirakan dengan
kasus yang ada, yang memperlambat mulainya prosedur pembedahan berikutnya

4. Setelah pembedahan, klien dibawa ke ruang unit pasca anesthesi (ruang pemulihan) untuk
memastikan tidak adanya keadaan kedaruratan akibat anesthesi.

Bagi keluarga/sahabat yang menunggu klien selama pembedahan, dapat diinformasikan


bahwa mungkin setelah pembedahan, pada klien dapat terpasang peralatan tertentu ketika
kembali ke ruangan (mis : IV-line, kateter urine, botol penghisap, drain, selang oksigen,
peralatan pemantau dan jalur transfusi darah).

Bagaimanapun, temuan pembedahan dan prognosisnya, bahkan ketika hasil pembedahannya


memuaskan, hal ini merupakan tanggung jawab ahli bedah dan bukan prerogatif atau
tanggung jawab perawat.

EVALUASI

Banyak institusi menggunakan catatan medis yang berorientasi pada masalah (POMR).
Dokumentasi POMR memuat masalah pasien dan luas masalah yang sudah teratasi.sistem
POMR mencakup catatan perawat, dokter dan tim kesehatan lainnya yang diberi nomor dan
label dalam urutan angka.
Konsep POMR telah dikembangkan menjadi catatan SOAP atau SOAPIE (Groah, 1983) :

1. Subjektif : status kesehatan pasien, apa yang ia pikirkan dan rasakan tentang masalah
kesehatannya

2. Objektif : temuan fisik dan laboratorium serta observasi pasien

3. Pengkajian : rumusan diagnosis keperawatan, masalah klien, hasil yang diharapkan dan
kriteria evaluasi

4. Perencanaan : aktivitas-aktivitas yang diperlukan pasien untuk mencapai tujuan

5. Implementasi : aktivitas keperawatan yang dilaksanakan

6. Evaluasi : sejauhmana pasien mencapai tujuan yang psesifik.

Evaluasi umum pre-operatif :

1. Ansietas dikurangi :

a. Mendiskusikan kekhawatiran yang berkaitan dengan tipe anesthesia dan induksi dengan ahli
anesthesia

b. Mengungkapkan suatu pemahaman tentang medikasi pra anesthesi dan anesthesi umum

c. Mendiskusikan kekhawatiran saat-saat terakhir dengan perawat atau dokter

d. Mendiskusikan masalah-masalah finansial dengan pekerja sosial, bila diperlukan

e. Meminta kunjungan petugas rohani, bila diperlukan

f. Benar-benar rileks setelah dikunjungi oleh anggota tim kesehatan

2. Menyiapkan klien terhadap intervensi pembedahan :

a. Ikut serta dalam persiapan pre-operatif

b. Menunjukkan dan menggambarkan latihan yang diperkirakan akan dilakukan klien setelah
operasi

c. Menelaah informasi tentang perawatan pasca-operatif

d. Menerima medikasi pra-anesthesi


e. Tetap berada di tempat tidur

f. Relaks selama transformasi ke unit operasi

g. Menyebutkan rasional penggunaan pagar tempat tidur.

http://yenibeth.wordpress.com/2008/06/26/askep-pre-operatif/

Anda mungkin juga menyukai