Anda di halaman 1dari 8

Tugas Review Manajemen Warisan Budaya

Program Perlindungan
Monumen: Melindungi apa, bagaimana, dan
untuk siapa?

GENDRO KELING
17/419224/PSA/08186
Review
• Review ini diambil dari bab 9 dari buku: MANAGING
ARCHAEOLOGY, editor: Malcolm A.Cooper, Antony Firth, John
Carman, David Wheatley
• Tahun terbit: 1995, penerbit: Routledge
• Judul artikel: Chapter nine – The Monument Protection
Programme: Protecting what, how, and for whom?
• Penulis: Bill Startin
• Halaman : 133-141
Review
• Dalam Bab sembilan ini Bill Startin mengemukakan mengenai
inisiasi program MPP (Monument Protection Program), latar belakang
dibentuknya dan prinsip dasar program tersebut. Studi kasus yang
dibahas adalah di Inggris.
• MPP dibuat dalam rangka pengembangan Program Peningkatan
Penjadwalan (Inspektorat Monumen Kuno 1984), karena uraian di
bawah Akta 1979 dan 1983 terlalu terbatas atau terlalu umum.
• MPP adalah bentuk usaha untuk memberi batasan yang jelas dalam
memahami 'daerah perkotaan' dan ‘lanskap pusaka' sebagai bidang
topik yang terpisah dari 'monumen tunggal‘.
• MPP di susun untuk memutus kerumitan dan ketidak jelasan
batasan, definisi, serta pedoman antara peninggalan bernilai nasional,
monumen yg terjadwal (monumen yang masuk daftar pelestarian) dan
pengelolaan zonasi (penulis menyebut istilah ini dengan “kaleng
cacing”).
APA YANG KITA LINDUNGI?
• MPP memberikan tiga prinsip dasar dalam pengelolaan Sumber Daya
Arkelogi:
1. Kita harus memahami terlebih dahulu jenis sumber daya
arkeologi yang mau kita kelola itu seperti apa
2. Kita harus mengembangkan pengetahuan mengenai sumber
daya yg akan dikelola
3. Kita harus dapat menentukan strategi seperti apa yang bisa
dikembangkan agar efektif dan studi lanjutan yang dapat
dilakukan.
Bagaimana kita melindungi?
1. Mengkaji dan mengevaluasi data yang diperoleh
2. Membuat rekomendasi kepada pemerintah agar melindungi
sumberdaya arkeologi dibawah payung hukum dan
memasukkannya ke dalam daftar warisan budaya nasional,
dan memberikan alternatif kebijakan lain yang dapat
dilakukan.
3. Menyusun informasi data yang lengkap (database) dalam
upaya pelestarian dan tindakan pelindungan yang mungkin
dapat dilakukan.
4. Memanfaatkan penilaian/assestment data arkeologi.
5. Mengidentifikasi kerangka kerja yang baik agar dapat
memberikan rekomendasi kepada Pemerintah untuk
perlindungan sumber daya yang lebih baik.
• Artikel ini mendiskusikan mengenai program atau pedoman tentang
pelestarian warisan budaya. Agar lebih memahami acuan dasar yang
dikemukakan oleh Bill, kita harus memahami butir demi butir pakta
atau piagam mengenai pedoman pelestarian yang diberlakukan di
Inggris.
• Banyak jenis contoh tinggalan yang bisa menjadi objek kajian
pelestarian yang dikemukakan oleh Bill, salah satunya juga
tinggalan bawah air, lanskap pusaka, situs
• Secara khusus Bill tidak merinci hasil dari kajian warisan budaya ini
nanti untuk siapa, tapi secara tegas menyampaikan bahwa kebijakan
pelestarian tidak hanya untuk generasi saat ini, akan tetapi juga
masa depan.
• Jika dikaitkan dengan upaya pelestarian warisan budaya di Indonesia,
maka kita mempunyai undang-undang cagar budaya no 11 tahun 2010,
sebagai pedoman dan payung hukum.
• Satu bahasan tidak dibahas secara rinci oleh Bill yaitu “untuk siapa?”
perlu juga dibahas disini adalah siapa saja yang berkompeten dalam
berkontribusi untuk program ini??
• Piagam - piagam internasional bisa dijadikan sumber acuan untuk
menyusun program MPP.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai