CRS - CKD
CRS - CKD
OLEH
Sri Rahayu MK 1210312023
PRESEPTOR
Dr. Djunianto, Sp.PD
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
Gagal ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari
3 bulan, berdasarkan kelainan patologis atau petanda kerusakan ginjal seperti
proteinuria. Jika tidak ada tanda kerusakan ginjal diagnosis penyakit ginjal kronik
ditegakkan jika nilai laju filtrasi glomerulus kurang dari 60 ml/menit/1,73m².
Batasan penyakit ginjal kronik:1,2
1. Kerusakan ginjal > 3 bulan, yaitu kelainan struktur atau fungsi ginjal,
dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus berdasarkan:
Kelainan patologik
Petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria atau kelainan pada
pemeriksaan pencitraan radiologi
2. Laju filtrasi glomerulus < 60 ml/menit/1,73m² selama > 3 bulan dengan
atSau tanpa kerusakan ginjal.
1.2 Klasifikasi
1.3 Epidemiologi
1. Glomerulonefritis (46,39%)
2. Diabetes Mellitus (18,65%)
3. Obstruksi dan infeksi (12,85%)
4. Hipertensi (8,46%)
5. Sebab lain (13,65%)
Penyakit gagal ginjal kronik lebih sering terjadi pada pria daripada wanita.
Insidennya pun lebih sering pada kulit berwarna daripada kulit putih.2
1.4 Etiologi1,3,4
Dari data yang sampai saat ini dapat dikumpulkan oleh Indonesian Renal
Registry (IRR) pada tahun 2007-2008 didapatkan urutan etiologi terbanyak
sebagai berikut glomerulonefritis (25%), diabetes melitus (23%), hipertensi (20%)
dan ginjal polikistik (10%).
a. Glomerulonefritis
Kebanyakan kasus terjadi pada pasien berusia 5-15 tahun. Hanya 10%
terjadi pada pasien yang lebih tua dari 40 tahun. Gejala glomerulonefritis akut
yaitu dapat terjadi hematurim oligouri, edema preorbital yang biasanya pada pagi
hari, hipertensi, sesak napas, dan nyeri pinggang karena peregangan kapsul
ginjal.2
b. Diabetes mellitus
c. Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik ≥ 90 mmHg pada seseorang yang tidak makan obat anti hipertensi.
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu
hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya atau
idiopatik, dan hipertensi sekunder atau disebut juga hipertensi renal.5,6
Tabel 2. Klasifikasi tekanan darah sistolik, diastolik, modifikasi gaya
hidup, serta terapi obat berdasarkan Joint National Committee (JNC) VII:5,6
Target tekanan darah pada terapi pasien dengan CKD atau diabetes adah
<130/80 mmHg.
d. Ginjal polikistik
Kista adalah suatu rongga yang berdinding epitel dan berisi cairan atau
material yang semisolid. Polikistik berarti banyak kista. Pada keadaan ini dapat
ditemukan kista kista yang tersebar di kedua ginjal, baik di korteks maupun di
medula. Selain oleh karena kelainan genetik, kista dapat disebabkan oleh berbagai
keadaan atau penyakit. Jadi ginjal polikistik merupakan kelainan genetik yang
paling sering didapatkan. Nama lain yang lebih dahulu dipakai adalah penyakit
ginjal polikistik dewasa (adult polycystic kidney disease), oleh karena sebagian
besar baru bermanifestasi pada usia di atas 30 tahun. Ternyata kelainan ini dapat
ditemukan pada fetus, bayi dan anak kecil, sehingga istilah dominan autosomal
lebih tepat dipakai daripada istilah penyakit ginjal polikistik dewasa.2
1.5 Faktor risiko
Faktor risiko gagal ginjal kronik, yaitu pada pasien dengan diabetes
melitus atau hipertensi, penyakit autoimun, batu ginjal, sembuh dari gagal ginjal
akut, infeksi saluran kemih, berat badan lahir rendah, dan faktor social dan
lingkungan seperti obesitas atau perokok, berumur lebih dari 50 tahun, dan
individu dengan riwayat penyakit diabetes melitus, hipertensi, dan penyakit ginjal
dalam keluarga, berpendidikan rendah, dan terekspos dengan bahan kimia dan
lingkungan tertentu.3
1.6 Patofisiologi
Perjalanan umum gagal ginjal kronik dapat dibagi menjadi empat stadium.
Stadium ringan dinamakan penurunan cadangan ginjal. Selama stadium ini
kreatinin serum dan kadar BUN normal dan penderita asimptomatik. Gangguan
fungsi ginjal mungkin hanya dapat diketahui dengan memberi beban kerja yang
berat pada ginjal tersebut, seperti test pemekatan kemih yang lama atau dengan
mengadakan test LFG yang teliti.1
Stadium berat dan stadium terminal gagal ginjal kronik disebut gagal
ginjal stadium akhir atau uremia. Gagal ginjal stadium akhir timbul apabila sekitar
90% dari massa nefron telah hancur, atau hanya sekitar 200.000 nefron saja yang
masih utuh. Nilai LFG hanya 10% dari keadaan normal, dan bersihan kreatinin
mungkin sebesar 5-10 ml per menit atau kurang. Pada keadaan ini kreatinin serum
dan kadar BUN akan meningkat dengan sangat menyolok sebagai respons
terhadap LFG yang mengalami sedikit penurunan. Pada stadium akhir gagal
ginjal, penderita mulai merasakan gejala-gejala yang cukup parah, karena ginjal
tidak sanggup lagi mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit dalam
tubuh. Kemih menjadi isoosmotis dengan plasma pada berat jenis yang tetap
sebesar 1,010. Penderita biasanya menjadi oligourik (pengeluaran kemih kurang
dari 500 ml/hari) karena kegagalan glomerulus meskipun proses penyakit mula-
mula menyerang tubulus ginjal. Kompleks perubahan biokimia dan gejala-gejala
yang dinamakan sindrom uremik mempengaruhi setiap sistem dalam tubuh. Pada
stadium akhir gagal ginjal, penderita pasti akan meninggal kecuali kalau ia
mendapat pengobatan dalam bentuk transplantasi ginjal atau dialisis.1
a. Kelainan hemopoeisis
Evaluasi terhadap anemia dimulai saat kadar hemoglobin < 10 g/dL atau
hematokrit < 30 %, meliputi evaluasi terhadap status besi (kadar besi serum /
serum iron, kapasitas ikat besi total / Total Iron binding Capacity (TIBC), feritin
serum), mencari sumber perdarahan, morfologi eritrosit, kemungkinan adanya
hemolisis dan sebagainya.1,6
Mual dan muntah sering merupakan keluhan utama dari sebagian pasien
gagal ginjal kronik terutama pada stadium terminal. Patogenesis mual dan muntah
masih belum jelas, diduga mempunyai hubungan dengan dekompresi oleh flora
usus sehingga terbentuk amonia. Amonia inilah yang menyebabkan iritasi atau
rangsangan mukosa lambung dan usus halus. Keluhan-keluhan saluran cerna ini
akan segera mereda atau hilang setelah pembatasan diet protein dan antibiotika.2
c. Kelainan mata
d. Kelainan kulit
e. Kelainan neuropsikiatri
Beberapa kelainan mental ringan seperti emosi labil, dilusi, insomnia, dan
depresi sering dijumpai pada pasien gagal ginjal kronik. Kelainan mental berat
seperti konfusi, dilusi, dan tidak jarang dengan gejala psikosis juga sering
dijumpai pada pasien GGK. Kelainan mental ringan atau berat ini sering dijumpai
pada pasien dengan atau tanpa hemodialisis, dan tergantung dari dasar
kepribadiannya (personalitas).
f. Kelainan kardiovaskular
Patogenesis gagal jantung kongestif (GJK) pada gagal ginjal kronik sangat
kompleks. Beberapa faktor seperti anemia, hipertensi, aterosklerosis, kalsifikasi
sistem vaskular, sering dijumpai pada pasien gagal ginjal kronik terutama pada
stadium terminal dan dapat menyebabkan kegagalan faal jantung.
5. Meramalkan prognosis
ii) sindrom uremia yang terduru daru lemah, letargi, anoreksia, mual,
muntah, nokturia, kelebihan cairan (volume overload), neuropati perifer,
pruritusm uremic frost, perikarditis, kejang-kejang sampai koma;
b. Pemeriksaan laboratorium
1.9 Penatalaksanaan1,2,3,6
1. Terapi konservatif
Tujuan dari terapi konservatif adalah mencegah memburuknya faal ginjal
secara progresif, meringankan keluhan-keluhan akibat akumulasi toksin azotemia,
memperbaiki metabolisme secara optimal dan memelihara keseimbangan cairan
dan elektrolit.
a. Peranan diet
Terapi diet rendah protein (DRP) menguntungkan untuk mencegah
atau mengurangi toksin azotemia, tetapi untuk jangka lama dapat merugikan
terutama gangguan keseimbangan negatif nitrogen.
b. Kebutuhan jumlah kalori
2. Terapi simptomatik
a. Asidosis metabolik
b. Anemia
c. Keluhan gastrointestinal
d. Kelainan kulit
e. Kelainan neuromuskular
f. Hipertensi
a. Hemodialisis
1.11 Pencegahan
2.1 IDENTIFIKASI
• Nama : Ny. T
• Umur : 27 tahun
• Jenis kelamin : Perempuan
• Alamat :
• Status : Menikah
• Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
• Agama : Islam
2.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama
Sesak napas sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit. Sesak dirasakan
terus-menerus. Sesak meningkat dengan aktivitas. Sesak tidak dipengaruhi oleh
cuaca dan makanan. Sesak tidak menciut. Pasien tidur menggunakan 3 bantal
untuk mengurangi sesak. Riwayat terbangun malam karena sesak ada.
Batuk dirasakan pasien sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit, batu
dirasakan terutama ketika sesak. Batuk berdahak, dan warna dahak putih. Demam
tidak ada.
Badan terasa letih sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit. BAB tidak
lancar sejak 6 hari sebelum masuk rumah sakit.
Buang air kecil (BAK) tidak ada keluhan. Riwayat batu saluran kemih
disangkal. Riwayat BAK berpasir disangkal. Riwayat BAK berdarah disangkal.
Riwayat BAK seperti air cucian daging disangkal. Riwayat nyeri pinggang
disangkal.
Keadaan umum
Kesadaran : composmentis
Pernafasan : 36 x/menit
Suhu : 36,5° C
Keadaan spesifik
Kulit
Warna sawo matang, efloresensi (-), scar (-), pigmentasi normal, ikterus (-
), sianosis (-), spider nevi (-), telapak tangan dan kaki pucat (-), pertumbuhan
rambut normal.
Kelenjar Getah Bening
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening di leher, submandibula,
supraklavikula, infraklavikula, aksila, inguinalis.
Kepala
Mata
Hidung
Bagian luar tidak ada kelainan, septum dan tulang-tulang dalam perabaan
baik, tidak ditemukan penyumbatan maupun perdarahan, pernapasan cuping
hidung (-).
Telinga
Kedua meatus acusticus eksternus normal, cairan (-), Tophi (-), nyeri tekan
processus mastoideus (-), pendengaran baik.
Mulut
Pembesaran tonsil (-), pucat pada lidah (-), atrofi papil (-), gusi berdarah (-
), stomatitis (-), rhagaden (-), bau pernafasan khas (-).
Leher
Pembesaran kelenjar tiroid tidak ada, pembesaran kelenjar KGB tidak ada,
JVP (5+3) cmH2O, kaku kuduk (-).
Thoraks
Paru-paru
Jantung
P : batas atas ICS II, batas jantung kanan linea sternalis dextra, batas
jantung kiri LMCS RIC VI
Abdomen
P: supel, nyeri tekan (-), hepar teraba 2 jari di bawah arcus costae kanan,
dan 1 jari dibawah processu xipoideus, lien tidak membesar.
P : timpani
A: BU (+) normal
Alat kelamin
Tidak diperiksa
Ekstremitas atas : nyeri sendi (-), gerakan bebas, edema (-), jaringan
parut (-), pigmentasi normal, telapak tangan pucat (-), jari
tabuh (-), turgor kembali lambat (-), eritema palmaris (-),
sianosis (-).
Ekstremitas bawah : nyeri sendi (-), gerakan bebas, edema pretibia (+)
pada kedua tungkai, jaringan parut (-), pigmentasi normal,
jari tabuh (-), turgor kembali lambat (-), akral pucat (-),
sianosis (-).
Pemeriksaan Laboratorium
Darah rutin:
Hb : 3,4 gr/dl
Leukosit : 16.600/mm3
Trombosit : 629.000/mm3
Hematokrit : 10 %
MCV : 90 u3
MCH : 30 pikogram
MCHC : 33 %
LED : 170 mm
Hitung jenis
Basofil :0%
Eosinofil : 1%
Batang : 0%
Segmen : 77%
Limposit : 20%
Monosit : 2%
Kimia Klinik :
HDL : 16 mg/dl
SGOT : 13 u/l
SGPT : 23 u/l
pH : 7,14
Urinalisa
Warna
pH : 8.5
Reduksi : negatif
Bilirubin : negatif
Urobilin : normal
Sedimen
- silinder : negatif
- kristal : negatif
Rontgen Thoraks
Diagnosis Kerja
Bronkopneumoni duplex
Penatalaksanaan
Nonfarmakologis
Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungtionam : malam
Rencana Lanjutan
DISKUSI
Klasifikasi NYHA untuk congestive heart failure dibagi atas 4, yaitu kelas
1 (tidak terdapat batasan dalam melakukan aktivitas fisik, aktivitas fisik sehari-
hari tidak menimbulkan kelelahan, palpitasi atau sesak napas), kelas II ( terdapat
batasan aktivitas ringan. Tidak terdapat keluhan saat istirahat, namun aktivitas
fisik sehari-hari menimbulkan kelelahan, palpitasi dan sesak napas), kelas III
(terdapat batasan aktivitas yang bermakna. Tidak terdapat keluhan saat istirahat,
tetapi aktivitas fisik ringan menyebabkan kelelahan palpitasi dan sesak napas) dan
kelas IV (tidak dapat melakukan aktivitas fisik tanpa keluhan). Pada pasien ini
terdapat batasan aktivitas yang bermakna, tidak terdapat keluhan saat istirahat,
tetapi aktivitas fisik ringan menyebabkan kelelahan palpitasi dan sesak napas,
sehingga diklasifikasikan sebagai NYHA kelas III.9
Pasien ini dikatakan mengalami penyakit ginjal kronik. Hal ini
disimpulkan berdasarkan keluhan yang mengarah ke sindroma uremia, dan
pemeriksaan penunjang, seperti pemeriksaan ureum dan kreatinin yang
meningkat. Kadar ureum yang tinggi (uremia) akan menyebabkan keluhan
berbagai organ seperti saluran cerna (nafsu makan menurun, mual, muntah), kulit
(uremic frost dan gatal di kulit), kelainan neuropsikiatri ( emosi labil, dilusi,
insomnia, dan depresi) dan kelainan kardiovaskular (gagal jantung, hipertensi,
edema). Pada pasien terdapat peningkatan kadar ureum (379 mg/dl) yang
menyebabkan keluhan mual dan muntah, hipertensi, edema dan gagal jantung
kongestif.
Kadar ureum 379 mg/dl dan kreatinin 5,7 mg/dl. Berdasarkan rumus
Kockroft-Gault, maka didapatkan nilai LFG sebagai berikut :1
72x 5,7
1. Glomerulonefritis (46,39%)
2. Diabetes Mellitus (18,65%)
3. Obstruksi dan infeksi (12,85%)
4. Hipertensi (8,46%)
5. Sebab lain (13,65%)
Pada anamnesis perlu ditanyakan penyebab gagal ginjal kronik pada
pasien seperti riwayat hipertensi, riwayat DM, riwayat gangguan miksi
sebelumnya, misalnya miksi tidak lancar karena adanya batu saluran kemih atau
BPH, urin seperti cucian daging karena glomerulonefritis, nyeri pinggang karena
infeksi dan peradangan ginjal serta riwayat penggunaan obat-obatan.11Pada pasien
ini riwayat hipertensi disangkal, riwayat DM disangkal, riwayat gangguan miksi
sebelumnya disangkal dan terdapat riwayat penggunaan obat-obatan penghilang
rasa nyeri jangka lama.