SKRIPSI
LUTFIANA
NIM : 109102000053
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi
LUTFIANA
NIM : 109102000053
ii
iii
iv
v
ABSTRAK
Nama : Lutfiana
Program Studi : Farmasi
Judul : Uji Aktivitas Antiinflamasi pada Daun Kelor (Moringa oleifera L.)
dengan Metode Stabilisasi Membran Sel Darah Merah.
Kelor (Moringa oleifera L.) merupakan tanaman yang banyak digunakan dalam
pengobatan tradisional. Analisis fitokimia ekstrak tanaman kelor mengungkapkan
adanya kandungan senyawa flavonoid dan senyawa polifenol lain yang diketahui
memiliki aktivitas antiinflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas
antiinflamasi dari ekstrak etanol 70%, fraksi n-heksan, fraksi etil asetat dan fraksi etanol
50% dari daun kelor menggunakan metode stabilisasi membran sel darah merah.
Penghambatan lisis sel darah merah akibat induksi larutan hipotonis digunakan sebagai
ukuran aktivitas antiinflamasi. Aktivitas antiinflamasi dari ekstrak dan fraksi daun kelor
tersebut kemudian dibandingkan dengan standar natriun diklofenak. Hasil uji aktivitas
antiinflamasi menggunakan metode stabilisasi membran sel darah manusia
berdasarkan perhitungan % stabilitas menunjukkan bahwa fraksi yang mempunyai
aktivitas tertinggi adalah fraksi etil asetat. Kemudian fraksi etil asetat tersebut dibuat
beberapa seri konsentrasi (50 ppm, 100 ppm, 200 ppm, 400 ppm dan 800 ppm dan
1000 ppm) dan dibandingkan dengan kontrol positif berupa Na diklofenak pada
konsentrasi yang sama. Diperoleh perlindungan paling efektif dari semua konsentrasi
padakonsentrasi 1000 ppm yaitu sebesar 90,575%, sehingga dengan demikian
konsentrasi tersebut dikatakan yang paling tinggi/efektif memberikan perlindungan
membran sel darah merah yang diinduksi larutan hipotonik. Semakin tinggi
konsentrasi stabilisasi yang digunakan maka kemampuan dalam menstabilkan
membran sel darah merah yang induksi larutan hipotonik akan semakin
meningkat, sehingga dengan demikian aktivitas menstabilkan membran sel darah
merah dapat dikaitkan dengan konsentrasi. Hasil ini ditunjang dengan uji statistik
ANOVA, yang menyatakan bahwa (P≤0,05) yang artinya terdapat perbedaan yang nyata
pada setiap konsentrasi dengan perlakuan.
Kata kunci: Antiinflamasi, Moringa oleifera, Na diklofenak, membran sel darah merah,
stabilisasi membran.
vi
ABSTRACT
Name : Lutfiana
Program Study : Pharmachy
Tittle :Evaluation of Anti-inflammatory Activity of Leaf Extracts of Moringa
oleifera L. By Human Red Blood Cell Membrane Stabilisation
Method.
vii
KATA PENGANTAR
Skripsi dengan judul “Uji Aktivitas Antiinflamasi pada Daun Kelor (Moringa
oleifera L.) dengan Metode Stabilisasi Membran Sel Darah Merah” ini diajukan untuk
memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis dibantu oleh berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sedalam-dalamnya
kepada :
1. Prof. Dr. H. Chairul,Apt sebagai Pembimbing I dan Eka Putri, M.Si, Apt sebagai
Pembimbing II yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaganya serta
memberikan nasehat, arahan dan ilmu terbaik yang mereka miliki.
2. Departemen Agama RI yang telah membiayai penulis selama menjalani
pendidikan di jenjang S1 Farmasi UIN Syarif Hidayatullah ini..
3. Prof. Dr. (hc) dr. M. K. Tadjudin, Sp.And, selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Drs. Umar Mansyur, M.Sc., Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
5. Ibu/Bapak Dosen dan Staff Akademika Program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.
viii
6. Ayahanda Ali Riza dan Ibunda Salwa yang selalu memberikan kasih sayang,
semangat,dukungan baik moril maupun materil, do’a dan nasihatnya yang tak
terhingga yang tak akan pernah mampu penulis membalas semua itu. Adik-adik
penulis, Nadia Soba dan Muhammad Akbar yang sangat penulis cintai.
7. Laboran yang telah membantu keseharian penulis selama penelitian di
laboraturium, teh Ana, teh Lina, ka Lisna dan ka Liken.
8. Teman-teman farmasi angkatan 2009 khususnya teman-teman Edta-C. Terima
kasih atas kesempatan mengenal kalian semua.
9. Teman-teman penelitian di LIPI Cibinong, Leliana Nurul Wachidah, Nurul
Fithriyah dan Muhammad Arif yang telah berjuang bersama.
10. Teman-teman CSSMoRA 2009, PIM Lovers, Butet, Nuyung, Leli, Omi, Dhea,
Dhila, Wali, Lulu, Ziza, Cime, Dyah, Ainul, Nurul, Cucut, Neneng, Cucut, Zaky,
Ferry, terima kasih telah menjadi keluarga kedua bagi penulis. Serta semua pihak
yang telah membantu penulis selama ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna,
Kritik dan saran pembaca diharapkan penulis guna perbaikan dimasa mendatang. Akhir
kata, penulis berharap mudah-mudahan skripsi ini berguna bagi kita semua, Amin.
Lutfiana
ix
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………… ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ……………………….. iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………... iv
ABSTRAK ………………………………………………………………… v
ABSTRACT ………………………………………………………………. vi
KATA PENGANTAR ……………………………………………………. vii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ……… ix
DAFTAR ISI …………………………………………………………….… x
DAFTAR TABEL ………………………………………………………… xii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………….... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………. xiv
BAB 1. PENDAHULUAN ……………………………………………….... 1
1.1. Latar Belakang ………………………………………………... 1
1.2. Rumusan Masalah ………………………………………….…. 2
1.3. Tujuan Penelitian ……………………………………………... 3
1.4. Manfaat Hasil Penelitian ………………………………….…... 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA……………………………………….…… 4
2.1. Moringa oleifera L. …………………………………………... 4
2.1.1. Klasifikasi spesies Moringa Oleifera L. ………………. 4
2.1.2. Sinonim …………………………………………….….. 4
2.1.3. Nama daerah …………………………………….…….. 5
2.1.4. Deskripsi ………………………………………………. 5
2.1.5. Penyebaran …………………………………………….. 6
2.1.6 Kandungan kimia ………………………………………. 7
2.1.7. Khasiat ………………………………………………… 8
2.2. Ekstraksi dan Fraksinasi ………………………………..……… 10
2.2.1. Ekstraksi ………………………………………..….….. 10
2.2.2. Fraksinasi Partisi ……………………………….....…… 11
2.3. Skrining Fitokimia ……………………………………..…..….. 12
2.3.1. Alkaloid …………………………………….…………. 12
2.3.2. Flavonoid ………………………………….………..…. 13
2.3.3. Saponin …………………………………….………….. 13
2.3.4. Tanin ……………………………………….………….. 14
2.3.5. Antrakuinon …………………………………………… 15
xi
2.3. Inflamasi ………………………………………………………. 15
2.2.1. Definisi ………………………………………………... 15
2.2.2. Mekanisme inflamasi …………………………………. 16
2.2.3. Penyebab Inflamasi …………………………………… 18
2.2.4. Tipe inflamasi ……………………………………........ 19
2.2.5. Mediator inflamasi …………………………………… 20
2.4. Obat Antiinflamasi …………………………………………….. 23
2.4.1. Obat antiinflamasi Steroid ……………………………. 23
2.4.2. Obat antiinflamasi Non steroid ……………………….. 24
2.5. Uji Aktivitas Antiinflamasi …………………………………… 25
2.5.1. Metode stabilisasi membran sel darah merah manusia 25
2.6. Spektrofotometer UV-VIS…………………………………...... 26
BAB 3. METODE PENELITIAN………………………………………... 29
3.1. Lokasi dan Waktu ……………………………………………... 29
3.2. Bahan ………………………………………………………….. 29
3.2.1. Bahan uji ……………………………………………….. 29
3.2.2. Bahan kimia ……………………………………………. 29
3.3. Alat ……………………………………………………………. 30
3.4. Prosedur Kerja ………………………………………………… 30
3.4.1. Penyiapan simplisia ……………………………………... 30
3.4.2. Ekstraksi ………………………………………………… 30
3.4.3. Fraksinasi bertingkat denan metode partisi cair-cair …… 31
3.4.5 Uji aktivitas anti inflamasi metode stabilisasi membran eritrosit 32
3.4.4. Skrining fitokimia ………………………………….…... 35
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………… 37
4.1. Hasil ……………………………………………….……………. 37
4.1.1. Hasil Determinasi Tanaman ………………….………….. 37
4.1.2. Hasil Penyerbukkan simplisia ……………….…………... 37
4.1.3. Hasil Ekstraksi dan Fraksinasi ……………….…………... 37
4.1.5. Hasil Uji Aktivitas Antiinflamasi ………………………… 39
4.1.4. Hasil Skirining Fitokimia ………………………………… 44
4.2. Pembahasan ……………………………………………………… 45
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 54
5.1. Kesimpulan ………………………………………………………. 54
5.2. Saran …………………………………………………………….. 54
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 55
LAMPIRAN …………………………………………………………………. 60
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
(OAINS) dan steroid yang berguna untuk mengurangi pembengkakan dan rasa sakit
peradangan. Tetapi obat-obatan ini membawa risiko toksisitas gastrointestinal,
toksisitas jantung dan lainnya untuk penggunaan yang berkepanjangan. Untuk alasan
ini, ada kebutuhan untuk memiliki obat antiinflamasi dengan efek samping yang lebih
ringan saat digunakan untuk penyakit inflamasi kronis. Oleh karena itu, tumbuhan
lebih banyak dipilih sebagai obat alternatif dan alami untuk pengobatan berbagai
penyakit, tetapi masih kurangnya bukti ilmiah untuk khasiat tersebut (Madhavi et al.,
2012).
Salah satu tanaman yang sering digunakan dalam pengobatan adalah Moringa
oleifera Lam. (Syn. Moringa pterygosperma Gaertn.) atau pohon kelor. Khasiatnya
sebagai obat telah lama dikenal dalam sistem obat tradisional. Beberapa bagian
berbeda dari digunakan dalam pengobatan tradisional untuk berbagai penyakit seperti
rematik, kelumpuhan dan epilepsi. Selain itu ekstrak daun, biji, dan akar dari pohon
kelor telah dipelajari secara ekstensif untuk berbagai potensi penggunaan termasuk
antiinflamasi, antitumor, antihepatotoksik dan analgesik (Sashidhara et al., 2009).
Kandungan fitokimia dalam daun kelor yaitu tanin, steroid dan triterpenoid,
flavanoid, saponin, antraquinon, dan alkaloid. Flavonoid inilah yang mempengaruhi
berbagai macam aktivitas biologi atau farmakologi, diantaranya antioksidan,
antitumor, antiangiogenik, antiinflamasi, antialergik dan antiviral (Kasolo et al.,
2010).
Pada penelitian terdahulu ekstrak etanol daun kelor (M. oleifera) telah
dilaporkan memiliki aktivitas antiinflamasi pada dosis 500mg/ kgBB tikus putih
jantan dengan metode induksi karagenan (Singh et al., 2012), oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian lanjutan yang akan memperkuat potensi dari tumbuhan tersebut
sebagai sumber senyawa antiinflamasi dengan menguji aktivitas stabilisasi atau
perlindungan membran eritrosit dari induksi larutan hipotonis.
Apakah ekstrak daun kelor memiliki aktivitas anti-inflamasi secara in-vitro ditinjau
dari kemampuannya untuk menstabilisasi membran sel darah merah?
2.1.2 Sinonim
4
5
2.1.4 Deskripsi
2.1.5 Penyebaran
Asal tepat spesies ini tidak diketahui secara pasti karena telah
dibudidayakan secara luas sejak zaman dahulu. Tumbuhan ini
dimanfaatkan oleh Roma, Yunani dan Mesir kuno dan kini banyak
dibudidayakan di seluruh daerah tropis dan subtropis di dunia (Fahey,
2005).
Biji yang tua Crude protein, Crude fat, karbohidrat, metionin, sistein, 4-
(α-L-ramnopiranosiloksi)-benzilglukosinolat,
benzilglukosinolat, moringin, mono-palmitat and di-oleic
trigliserida
2.1.7 Khasiat
yang sesuai. Ekstraksi yang benar dan tepat tergantung dari jenis
senyawa, tekstur dan kandungan air bahan tumbuhan yang akan
diekstraksi. Dalam mengekstraksi suatu tumbuhan sebaiknya
menggunakan jaringan tumbuhan yang masih segar, namun kadang-
kadang tumbuhan yang akan dianalisis tidak tersedia di tempat
sehingga untuk itu jaringan tumbuhan yang akan diekstraksi dapat
dikeringkan terlebih dahulu (Kristanti, 2008).
2.3.2 Flavonoid
2.3.3 Saponin
Saponin mula-mula diberi nama demikian karena sifatnya yang
menyerupai sabun yaitu ketika menimbulkan busa bila dikocok dalam
air. Senyawa saponin merupakan senyawa golongan glikosida yang
apabila dihidrolisis secara sempurna akan didapatkan gula dan satu
fraksi non gula yang disebut sapogenin atau genin. Pengujian senyawa
CH3 H H CH3 H H
CH3 CH3
O O
CH3 H CH3 H CH3
CH3
O O
H H H H H
H
HO HO
H H
Smilagenin Tigogenin
CH3
CH3 H H CH3
CH3
O OH
O
CH3 H CH3 CH3 H
O OH CH3
H H H H H
HO HO
Diosgenin Dihydrokryptogenin
2.3.4 Tanin
2.3.5. Antrakuinon
2.4 INFLAMASI
2.4.1 Definisi
Inflamasi adalah reaksi jaringan tubuh tehadap luka, seperti
trauma fisik, benda asing, zat kimia, pembedahan, radiasi, atau arus
listrik. Tujuan akhir dari respon inflamasi adalah menarik protein
plasma dan fagosit ke tempat yang mengalami cedera atau terinvasi agar
keduanya dapat mengisolasi, menghancurkan, atau menginaktifkan
antigen yang masuk, membersihkan debris dan mempersiapkan jaringan
untuk proses penyembuhan (Robbins, 2007).
Luka (jejas)
Retardasi marginisasi
Nekrosis PUS
5) Ulser, yaitu defek lokal pada permukaan organ atau jaringan, yang
dihasilkan oleh terkelupasnya jaringan nekrotik terinflamasi
(Robbins et al., 2007).
MEDIATOR INFLAMASI
Sel Plasma
e) Interleukin-1
2) C3a dan C5a
Disebut juga sebagai anafilatoksin, komplemen-komplemen yang
meningkatkan permeabilitas pembuluh darah. C3a dapat secara
langsung mengalami cleaving oleh plasmin, bakterial protease dan
enzim C3-cleaving yang tersebar di berbagai jaringan. C5a
merupakan zat kemotaksis tinggi terhadap netrofil, eosinofil,
basofil dan monosit yang dilepaskan oleh aktivasi komplemen
melalui tripsin, bakteri protease dan enzim pada netrofil serta
makrofag.
3) Bradikinin
Zat yang sangat poten meningkatkan permeabilitas pembuluh
darah, juga menyebabkan kontraksi otot polos, dilatasi pembuluh
darah dan rasa sakit ketika diinjeksikan pada kulit. Bradikinin
bukan merupakan zat kemotaksis, diaktivasi oleh faktor XII sistem
pembekuan darah intrinsik, melalui kontak permukaaan bahan
aktif seperti kolagen, membran basal dan endokrin.
4) Prostaglandin
Merupakan suatu zat autokoid, dibentuk dengan cepat dan bekerja
secara lokal, hilang secara spontan atau melalui proses enzimatis.
Prostaglandin berasal dari biosintesis asam arakidonat jalur
siklooksigenase membentuk prostaglandin endoperoksida PGG2
selanjutnya diubah secara enzimatis menjadi PGH2. Dari PGH2
diubah lagi secara enzimatis menjadi :
a) Tromboksan A2 (TXA2)
Ditemukan pada platelet dan sel lainnya, memiliki masa
hidup yang singkat (waktu paruh dalam detik), poten sebagai
penghambat agregator platelet dan konstriktor pembuluh
darah.
b) Prostasilkin (PGI2)
Ditemukan pada dinding pembuluh darah, poten sebagai
penghambat agregasi platelet dan vasodilator.
c) PGE2, PGF2 dan PGD2
Memiliki kerja yang bervariasi terhadap permeabiltas
pembuluh darah.
Fosfolipid pada
membran sel
Lipoksigenase Siklooksigenase
Prostasiklin Tromboksan
Leukotrin sintetase sintetase
(vasokontriksi,
bronkokontriksi, Prostasiklin (PgI2) Tromboksan (TXA2)
↑permeabilitas (vasodilatasi vaskular, (vasokontriksi,
vaskular) menghambat agregasi agregasi platelet,
platelet, udem) kontraksi otot
bronkial)
Prostaglandin
Inflamasi
Spektrum absorpsi daerah ini adalah sekitar 220 nm sampai 800 nm dan
dinyatakan sebagai spektrum elektron. Suatu spektrum ultraviolet meliputi
daerah bagian ultraviolet (190-380 nm), spektrum Visible bagian sinar tampak
(380-780 nm).
Pengukuran dengan alat spektrofotometer UV-Vis didasarkan pada
hubungan antara berkas radiasi elektromagnetik yang ditransmisikan
(diteruskan) atau yang diabsorpsi dengan tebalnya cuplikan dengan
konsentrasi dari komponen penyerap (Sastroamidjojo, 1985). Hubungan
antara intensitas, tebal medium dan konsentrasi zat digambarkan dengan
persamaan yang sesuai dengan Hukum Lambert-Beers, yakni :
Keterangan :
A=a.b.c
A : Serapan
a : Daya serap
b : Tebal kuvet
c : Konsentrasi larutan
Sumber
Monokromator Kuvet Detektor Amplifier
cahaya
Rekorder
3.2. Bahan
3.2.1 Bahan Uji
Bahan uji yang digunakan adalah daun kelor (Moringa oleifera
L.) dikumpulkan dari kota Cilegon, Banten pada bulan Januari-Februari
2013. Tanaman sebelumnya dideterminasi di Herbarium Bogoriense,
Pusat Penelitian Biologi LIPI, Bogor, Jawa Barat.
29
30
3.3. Alat
3.4.2.Ekstraksi
3. 4.2.1 Maserasi dengan Pelarut Etanol 70%
Serbuk daun kelor sebanyak 700 gr dimasukkan ke dalam alat
perkolator, dimana bagian bawah alat ini telah dialasi dengan kapas.
Kemudian dimasukkan pelarut etanol 70% untuk kali pertama
menggunakan etanol panas (70OC) guna mematikan aktivitas enzim
tanaman yang akan mengganggu proses berikutnya (Harbone,1987).
Selanjutnya proses maserasi dilakukan berulangkali hingga pelarut
mendekati tidak berwarna.
a. Fraksi n-Heksan
d. Pembuatan Hiposalin
0,25 gram NaCl dilarutkan dalam dapar fosfat pH.7,4 (0,15 M) sampai
volume 100 mL pada suhu ruang (Oyedapo et al., 2010). Kemudian
disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 115oC.
e. Penyiapan konsentrasi ekstrak dan Na diklofenak
50 mg ekstrak dari setiap fraksi dilarutkan dalam isosalin sampai 50 mL
(1000 ppm) pada suhu ruang. Begitu juga dengan Na diklofenak, sebanyak
50 mg Na diklofenak dilarutkan dalam 50 mL isosalin (1000 ppm) pada
suhu ruang. Kemudian kedua larutan tersebut diencerkan menjadi beberapa
seri konsentrasi (50, 100, 200, 400 dan 800 ppm).
Metode ini dijelaskan oleh Gandhisan, 1991 dalam Kumar et al., 2012
dan dimodifikasi dengan metode Sadique et al., 1989 dalam Oyedapo et al.,
2010. Darah diambil dari sukarelawan sehat sebanyak 10 mL lalu
dimasukkan kedalam tabung centrifuge yang telah berisi larutan alsever
steril sebanyak 10 mL. Campuran darah dan larutan alsever steril tersebut
kemudian disentrifugasi pada 3000 rpm selama 10 menit pada suhu 27oC.
Supernatan yang terbentuk dipisahkan menggunakan pipet steril. Endapan
sel-sel darah yang tersisa kemudian dicuci dengan larutan isosalin dan
disentrifugasi kembali. Proses tersebut diulang 4 kali sampai isosalin jernih.
Volume sel darah diukur dan diresuspensi dengan isosalin sehingga
didapatkan suspensi sel darah merah dengan konsentrasi 10% v/v. Suspensi
sel darah tersebut disimpan pada suhu 4oC jika belum digunakan (Oyedapo
et al., 2010)
Larutan uji (4,5 mL) terdiri dari 1 mL dapar fosfat pH 7,4 (0,15 M), 2
mL hiposalin, 0,5 mL suspensi sel darah merah dan 1 mL larutan sampel.
Larutan kontrol positif terdiri dari 1mL dapar fosfat pH 7,4 (0,15 M),
2 mL hiposalin, 0,5 mL suspensi sel darah merah dan 1 mL larutan Na
diklofenak.
Larutan kontrol larutan uji terdiri dari 1 mL dapar fosfat pH 7,4 (0,15
M), 2 mL hiposalin, 0,5 mL larutan isosalin sebagai pengganti suspensi sel
darah merah dan 1 mL larutan sampel.
Larutan kontrol negatif terdiri dari 1 mL dapar fosfat pH 7,4 (0,15 M),
2 mL hiposalin, 0,5 mL suspensi sel darah merah dan 1 mL larutan isosalin
sebagai pengganti larutan sampel.
% Stabilitas =
3.4.7.2 Flavonoid
tabung reaksi lain. Campuran ditambahkan 0,5 mL HCl pekat, 3-4 butir
Mg dan ditambahkan 1 mL amil alkohol. Kocok kuat-kuat dan biarkan
beberapa saat kemudian amati perubahan warna pada masing-masing
lapisan pelarut. Apabila terjadi pembentukan atau perubahan warna
menunjukkan reaksi positif terhadap flavonoida (Guevara & Recio,
1985).
3.4.7.3 Saponin
Uji Forth
3.4.7.4 Tanin
3.4.7.5 Antrakuinon
Metode Borntrager’s
4.1. Hasil
4.1.1. Hasil Determinasi
Untuk memastikan kebenaran simplisia yang digunakan dalam
penelitian ini, maka dilakukan determinasi di Herbarium Bogoriense,
Pusat Penelitian Biologi LIPI, Bogor, Jawa Barat. Hasil determinasi
menunjukkan bahwa sampel merupakan spesies Moringa oleifera L..
Sertifikat hasil determinasi dapat dilihat pada Lampiran 1.
Daun kelor segar yang digunakan sebanyak 1,5 kg, setelah melalui
serangkaian proses pembuatan simplisia seperti pengeringan, penyerbukan
dan pengayakan diperoleh serbuk daun kelor sebanyak 800 gram. Serbuk
simplisia yang dihasilkan halus dan berwarna hijau. Gambar serbuk simplisia
dapat dilihat pada Gambar 9 .
37
38
Bobot ekstrak
Bobot awal
N0. Tahapan dan fraksi Rendemen
yang ditimbang
yang didapat
1. Ekstrak etanol 70% 700 g 258,620 g 36,953%
(diambil dari
3. Fase etil asetat 20,64 g 13,760%
ekstrak etanol
70%)
4. Fase etanol 50% 89,468 g 59,645%
A B C D
Gambar 10: A; ekstrak etanol 70%, B; fraksi n-heksan, C; etil asetat dan D;
etanol 50%
4.4. Hasil Uji Stabilisasi Membran Eritrosit Ekstrak etanol 70%, Fase n-
heksan, Etil Asetat dan fraksi Etanol 50% pada konsentrasi 1000 ppm
Uji IV 86,943
Kontrol Lar.Uji IV 0,035 87,862
0,123
(fraksi etanol 50%)
0,032 89.897
0,127
Uji V 92,138
0,065 Kontrol Lar. Uji V 0,005 91,724
(Na diklofenak)
0,070 0,012 92,000
93%
91%
E. EtOH 70%
% Stabilitas
89% F. heksan
F. EA
87% F. EtOH 50%
Na diklo
85%
83%
E. EtOH F. heksan F. EA F. EtOH Na diklo
70% 50%
Stabilitas 87.63% 86.48% 90.58% 86.94% 92.14%
Tabel 4. Stabilisasi fraksi etil asetat daun kelor terhadap membran eritrosit
akibat induksi larutan hipotonik dengan beberapa variasi
konsentrasi.
Konsentrasi Absorbansi Rata-rata
Sampel % Stabilisasi
(µg/ml) Lar. Uji stabilisasi (%)
0,232 69,104
50 0,229 69,517 69,333
0,230 69,380
0,182 77,380
100 0,183 77,242 77,334
0,182 77,380
0,173 79,600
200 0,172 79,862 79,862
Fraksi etil asetat 0,171 80,000
daun kelor
0,160 81,931
(Moringa oleifera L.)
400 0,159 82,069 82,069
0,158 82,207
0,125 87,448
800 0,125 87,448 87,448
0,125 87,448
0,109 90,345
1000 0,110 90,897 90,575
0,111 90,483
0,123 83,586
50 0,116 84,552 84,138
0,117 84,276
0,105 86,345
100 0,106 86,069 86,299
0,103 86,483
0,084 89,269
200 0,094 87,917 87,678
Na diklofenak 0,109 85,848
(kontrol positif) 0,089 88,690
400 0,090 88,828 88,828
0,089 88,966
0,076 90,897
800 0,072 91,449 91,173
0,074 90,173
0,062 92,690
1000 0,065 91,724 92,138
0,070 92,000
95
90
85
Frak.EA
% Stabilitas
80 Na diklofenak
75
70
65
60
0 200 400 600 800 1000
Konsentrasi (ppm)
IC50
6.6
6.4
y = 0.289x + 5.4949
R² = 0.9881
6.2
Probit
Frak. EA
6
Na diklofenak
5.8 Linear (Frak. EA)
y = 0.4784x + 4.7252
Linear (Na diklofenak)
R² = 0.9639
5.6
5.4
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Log Konsentrasi
Gambar 13. Kurva antara Probit dan Log Konsentrasi Fraksi Etil Asetat
Daun Kelor pada Berbagai Varian Konsentrasi
4.6. Pembahasan
4.6.1. Ekstraksi
Proses ekstraksi daun kelor dilakukan menggunakan metode maserasi.
Proses ekstraksi dengan cara maserasi merupakan salah satu metode
ekstraksi yang menguntungkan karena sel simplisia yang direndam di dalam
pelarut akan mengalami pemecahan dinding dan membran sel akibat
perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel, sehingga metabolit
sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik.
Pelarut dapat melarutkan komponen dalam sel dengan melintasi membran sel
ke dalam bagian sel, dengan mengalirnya bahan pelarut kedalam sel dapat
menyebabkan protoplasma membengkak, dan bahan kandungan sel akan
terlarut sesuai dengan kelarutannya. Bahan kandungan tersebut berpindah
secara osmosis melalui ruang antar rongga sel, gaya yang bekerja adalah
perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan pelarut yang mula-
mula masih tanpa bahan aktif. Bahan kandungan sel akan mencapai ke dalam
cairan disebelah luar selama osmosis melintasi membran sampai
6.2.1 Flavonoid
Fraksi etil asetat daun kelor menunjukan kandungan senyawa
golongan flavonoid dengan terbentuknya warna merah seulas pada lapisan
amil alkohol. Dalam Gambar 14 menjelaskan reaksi pembentukan warna
pada flavonol. Menurut Guevara & Recio (1985), senyawa golongan
flavonoid seperti flavonol, flavanon, dan xanton akan memberikan warna
merah jika direduksi dengan logam magnesium dan asam klorida. Warna
merah terbentuk merupakan senyawa kompleks garam flavilium. Garam
tersebut dengan basa akan menghasilkan kembali flavonoid semula
(Marliana et al., 2005). Digunakan senyawa murni rutin sebagai kontrol
positif.
6.2.3 Saponin
Pengujian pada saponin dalam fraksi etil asetat daun kelor digunakan
uji Forth. Timbulnya busa pada uji saponin menunjukkan adanya glikosida
yang mempunyai kemampuan membentuk buih dalam air yang terhidrolisis
menjadi glukosa dan senyawa lainnya (Guevara & Recio, 1985). Menurut
Marlinda et al. (2012) senyawa yang memiliki gugus polar dan non polar
bersifat aktif permukaan sehingga saat dikocok dengan air, saponin dapat
membentuk misel. Pada struktur misel, gugus polar menghadap ke luar
sedangkan gugus non polarnya menghadap ke dalam. Keadaan inilah yang
tampak seperti busa. Reaksi pembentukan busa di tunjukkan pada Gambar
15.
6.2.4 Tanin
Pada pengujian tanin ini digunakan pereaksi FeCL3 1%. . Pada uji
tanin diperoleh hasil positif, dengan terjadinya perubahan warna dengan
penambahan FeCl3 1%, dimana penambahan garam-garam besi (FeCl3),
mengakibatkan tanin membentuk senyawa larut air bewarna hijau
kehitaman. Sebenarnya tanin dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok
yaitu tanin terhidrolisis dan tanin terkondensasi. Pada reaksi tersebut,
tanin bereaksi dengan asam sehingga mengakibatkan tanin terhidrolisis
pecah menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana, sementara tanin
yang terkondensasi menjadi kompleks produk yang tidak larut air. Tanin
dalam pengobatan berfungsi sebagai antikanker, antitumor, antioksidan,
antiinflamasi, antivirus dan antimikroba (Quideau, 2009).
asetat berbeda secara bermakna (P< 0,05) dengan ekstrak etanol 70%, fraksi n-
heksan dan fraksi etanol 50%. Namun, identik (P>0,05) dengan Na diklofenak
sebagai kontrol positif. Oleh karena itu fraksi etil asetat daun kelor dilanjutkan
pada uji stabilitas selanjutnya, dengan dibuat pada berbagai varian konsentrasi
(50, 100, 200, 400, dan 800 ppm).
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis 1000 ppm fraksi
etil asetat daun kelor mampu menstabilisasi membran sel darah merah.
Pada konsentrasi 1000 ppm memperlihatkan kemampuan stabilisasi
terbesar yaitu 90,345%. Sedangkan pada dosis 50 ppm memperlihatkan
kemampuan stabilitas terkecil yaitu 66,333%. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin besar konsentrasi maka semakin besar pula kemampuan
stabilitas sel darah merahnya. Hal ini juga ditunjang dengan analisa
secara statistik, untuk analisa awal dilakukan uji normalitas dengan
metode Kalmogorof-Smirnov untuk melihat distribusi data persen
stabilitas membran sel darah merah fraksi etil asetat dan Na diklofenak
pada konsentrasi 50, 100, 200, 400 dan 800 ppm menunjukkan semua
kelompok perlakuan terdistribusi normal. Kemudian dilanjutkan uji
homogenitas dengan metode Levene untuk melihat data persen stabilitas
membran sel darah merah fraksi etil asetat dan Na diklofenak pada
konsentrasi yang sama homogen atau tidak, hasil menunjukkan ke-2
kelompok perlakuan tersebut tidak terdistribusi secara homogen
(p≤0,05) maka dilanjutkan dengan uji Kruskal-Wallis. Selanjutnya
dilakukan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) dengan metode LSD
(Lampiran 11) (Santoso, 2008).
Antar konsentrasi pada perlakuan etil asetat berbeda secara
bermakna membuktikan bahwa peningkatan konsentrasi akan
memberikan peningkatan yang bermakna pada kemampuannya untuk
menstabilisasi membran sel darah merah. Semakin tingginya konsentrasi
juga menunjukkan kemampuan yang hampir sama dengan kontrol
positifnya (Na diklofenak). Dimana, etil asetat dengan konsentrasi 800 ppm
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pada penelitian ini, kesimpulan yang dapat diambil adalah:
1. Hasil skrining fitokimia, senyawa-senyawa yang terdapat pada fraksi etil
asetat dari daun kelor adalah flavonoid, saponin, dan tanin.
2. Fraksi yang mempunyai kemampuan stabilisasi membran sel darah merah
tertinggi adalah fraksi etil asetat, yaitu sebesar 90.357% pada konsenterasi
1000 ppm.
3. Kemampuan stabilisasi membran sel darah merah meningkat seiring dengan
pertambahan konsenterasi. Hasil ini ditunjang dengan uji statistik yang
menunjukkan hubungan yang signifikan ( P <0,05) antara konsentrasi dan %
stabilitas.
4. Nilai IC50 fraksi daun kelor sebesar 3,753 ppm sedangkan Na diklofenak
sebesar 0,035 ppm. Kedua nilai tersebut tergolong sangat aktif.
5.2. Saran
1. Perlu dilakukannya isolasi untuk mengetahui secara pasti senyawa yang
bertanggungjawab terhadap aktivitas antiinflamasi.
2. Perlu dilakukan skrining terhadap tanaman lain yang mempunyai aktivitas
antiinflamasi dengan menggunakan metode yang sama yaitu stabilisasi
membran sel darah merah.
54
DAFTAR PUSTAKA
Chippada SC, Sharan SV, Srinivasa RB, Meena V. 2011. In Vitro Anti
Inflammatory Activity Of Methanolic Extract Of Centella Asiatica By
Hrbc Membrane Stabilization. RASĀYAN Journal Chemistry. 4(2) ; 457-
460
Fessenden, RJ. and JS. Fessenden. 1981. Organic Chemistry, Third Edition.
Diterjemahkan oleh A.H. Pudjatmaka. 1982. Kimia Organik Edisi 3 Jilid I.
Jakarta : Erlangga;.315-317
Gilman, A.G., Theodore, W.R., Alan, S.N., Palmer, T. 1985. Goodman and
gilman’s: The pharmacological basis of therapeutics, 18th Ed, Vol.II.
USA: McGraw-Hill, 638-669, 1685
55
56
Haughton, P.J and A. Raman. 1998. Laboratory Handbook for the Fractionation
of Natural Extracts. Chapman & Hall, London.
Kasolo, JN., Bimeya, GS., Ojok, L., Ochieng, J., Okwal-okeng, JW.2010.
Phytochemicals and Uses of Moringa oleifera Leaves in Ugandan Rural
Communities. Journal of Medical Plant Research,4(9): 753-757.
Kristanti A.N., Aminah, N.S., Tanjung, M., Kurniadi, B., 2008. Buku ajar
Fitokimia. Surabaya: Airlangga university Press.
Kusuma FR, Zaky 2005. Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat. Jakarta : Agromedia
Pustaka.
Luqman S., Suchita S., Ritesh K., Anil K.M.,Debabrata C. 2012. Experimental
Assessment ofMoringa oleifera Leaf and Fruit for Its Antistress,
Antioxidant, and Scavenging Potential Using In Vitro and In Vivo
Marliana, S D., Venty. S., Suyono., 2005. Skrining Fitokimia dan Analisis
Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam
(Sechium edule Jacq. Swartz.) dalam Ekstrak Etanol. Biofarmasi 3
(1); 26-31.
Marlinda M, Meiske SS, Audy DW. 2012. Analisis Senyawa Metabolit Sekunder
dan Uji Toksisitas Ekstrak Etanol Biji Buah Alpukat (Persea americana
Mill.). Jurnal Mipa Unsrat Online, 1 (1); 24-28
Navie S., Steve C. 2010. Weed risk assessment, Horseradish tree (Moringa
oleifera).Queensland Government
Nodin, J.H., Siegler, P.E. 1968. Animal and clinical pharmacologic techniques in
drug evaluation. USA: Year Book Medical Publisher Inc., 495-500
Qin, YZ., RR. Holt., SA Lazarus., TJ Orozco and CL Kenn. 2002. Inhibitory
effect of cocoa flavanols and procyanidin oligomers on free radical-
induced erythrocyte hemolysis. Experimental Biology Medicine. 22 (5);
321-329.
R. Ilakkiya, Neelvizhi K., Tamil Selvi S., Bharathidasan R., Rekha D. 2013. A
comparative study of anti-inflammatory activities of certain herbal leaf
extracts. International Journal of Pharmacy and Integrated Life
Sciences. 1(2); 67-77
Robbins, Stanley L., Kumar, Vinay., Cotran, Ramzi S., 2007. Buku Ajar Patologi
Edisi 7 Volume 1. Jakarta : EGC
Santoso S. 2008. Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPSS 16. PT.
Elex Media Komputindo. Jakarta ; 237-247
Tursiman, Puji A, Risa N. 2012. Total Fenol Fraksi Etil Asetat dari Buah Asam
Kandis (Garcinia dioica Blume). JKK. 1(1) ; 45-48
LAMPIRAN
Ekstraksi
(Maserasi dengan etanol 70%) Fraksinasi (etanol 50%,
n-heksan, dan etil asetat)
Pereaksi Pereaksi
Dragendorf (+) Mayer (+)
Terbentuk Terbentuknya
endapan jingga endapan putih
Perhitungan :
Fraksi n-heksan =
% Rata- rata
Larutan Absorbansi Larutan Absorbansi
Stabilitas % Stabilitas
0,119 0,021 86,483
Uji I
0,113 Kontrol Lar.Uji I 0,029 87,632
88,414
(ekstrak etanol 70%)
0,114 0,027 88,000
0,137 0,036 86,069
Uji II 86,483
0,136 Kontrol Lar.Uji II 0,037 86,345
(fraksi n-heksan )
0,132 0,038 87,035
0,109 0,039 90,345
Uji III
Kontrol Lar.Uji III 0,044 90,575
0,110 90,897
(fraksi etil asetat)
0,111 0,042 90,483
0,128 0,027 86,069
Uji IV 86,943
0,123 Kontrol Lar.Uji IV 0,035 87,862
(fraksi etanol 50%)
0,127 0,032 89.897
0,062 0,009 92,690
Uji V 92,138
0,065 Kontrol Lar. Uji V 0,005 91,724
(Na diklofenak)
0,070 0,012 92,000
0,737
Kontrol negatif 0,727 0,725
0,711
% Stabilitas =
Contoh perhitungan analisis stabilisasi eritrosit terhadap fraksi etil asetat daun
kelor (Moringa oleifera L.) pada konsentrasi 50 ppm.
% Stabilitas =
% Stabilitas =
% Stabilitas =
Konsentrasi Rata-rata
Sampel Absorbansi % Stabilitas
(µg/ml) stabilisasi (%)
0,123 83,586
50 0,116 84,552 84,138
0,118 84,276
0,105 86,345
Fraksi Etil 100 0,107 86,069 86,299
Asetat Daun 0,104 86,483
Kelor 0,087 88,966
(Moringa 200 0,095 87,862 87,908
oleifera L.) 0,102 86,897
0,090 88,690
400 0,089 88,828 88,828
0,088 88,966
0,076 90,897
800 0,072 91,449 91,173
0,074 91,173
Contoh perhitungan analisis stabilisasi membran sel darah merah terhadap kontrol
positif (Na diklofenak) pada konsentrasi 50 ppm.
Lampiran 10. Hasil Uji Statistik Persen Stabilitas Ekstrak Etanol 70%,
fraksi n-heksan, fraksi etil asetat, fraksi etanol 50% dan Na
diklofenak pada konsentrasi 1000 ppm
Pengambilan keputusan
Jikia nilai signifikan ≥ 0,05 maka Ho diterima
Jika nilai signifikan ≤ 0,05 maka Ho ditolak
Stabilitas
N 14
a
Normal Parameters Mean 88.73664
Positive .133
Negative -.126
Kolmogorov-Smirnov Z .497
Pengambilan keputusan
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima
Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
Persen Stabilitas
Stabilitas
2.118 4 10 .153
c. Uji ANOVA
Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data persen
stabilitas pada seluruh sampel uji.
Hipotesis
Ho : Data persen stabilitas membran sel tidak berbeda secara bermakna
Ha : Data persen stabilitas membran sel berbeda secara bermakna
Pengambilan Keputusan
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima
Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
Persen Stabilitas
ANOVA
Stabilitas
Total 75.482 14
Keputusan : Data persen stabilitas pada semua kelompok sampel uji berbeda
secara bermakna maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil
(BNT/LSD). Uji BNT merupakan uji lanjutan yang dilakukan apabila
hasil pengujian menunjukkan adanya perbedaan nilai secara
bermakna. Tujuannya adalah untuk menentukan kelompok mana yang
memberikan nilai yang berbeda secara bermakna dengan kelompok
lainnya.
Pengambilan Keputusan:
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima
Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
Multiple Comparisons
Stabilitas LSD
Ekstrak Etanol 70% Fraksi n-heksan 1.149333 .839009 .201 -.72009 3.01876
*
Fraksi Etil Asetat -2.942667 .839009 .006 -4.81209 -1.07324
Fraksi n-heksan Ekstrak Etanol 70% -1.149333 .839009 .201 -3.01876 .72009
*
Fraksi Etil Asetat -4.092000 .839009 .001 -5.96143 -2.22257
*
Fraksi n-heksan 5.655000 .839009 .000 3.78557 7.52443
Kesimpulan :
1. Kelompok perlakuan fraksi etil asetat berbeda secara
bermakna dengan ekstrak etanol 70%, fraksi n-heksan dan
fraksi etanol 50%. Namun, identik dengan Na diklofenak
sebagai kontrol positif.
Lampiran 11. Hasil Uji Statistika Persen Stabilitas Fraksi Etil Asetat dan Na
Diklofenak pada Konsentrasi 50, 100, 200, 400 dan 800 ppm
Pengambilan keputusan
Jikia nilai signifikan ≥ 0,05 maka Ho diterima
Jika nilai signifikan ≤ 0,05 maka Ho ditolak
Stabilitas
N 36
a
Normal Parameters Mean 84.68831
Positive .107
Negative -.155
Kolmogorov-Smirnov Z .928
Pengambilan keputusan
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima
Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
Persen Stabilitas
Stabilitas
3.659 11 24 .004
Keputusan : Hasil data signifikasi (P=0,004) lebih kecil dari 0,05 hal
ini menunjukkan bahwa varian data tidak homogen
maka dilanjutkan dengan uji Kruskal-Wallis karena
syarat homogenitasnya belum terpenuhi.
c. Uji Kruskal-Wallis
Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data persen
stabilitas pada semua kelompok perlakuan yang tidak memenuhi syarat
pengujian ANOVA.
Hipotesis
Ho : Data persen stabilitas membran sel tidak berbeda secara bermakna
Ha : Data persen stabilitas membran sel berbeda secara bermakna
Pengambilan Keputusan
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima
Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
Persen Stabilitas
a,b
Test Statistics
Stabilitas
Chi-Square 34.085
df 11
Asymp. Sig. .000
d. Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada kelompok konsentrasi etil asetat
dan Na diklofenak
Tujuan : Untuk mengetahui persen stabilitas yang bermakna diantara 6
kelompok perlakuan
Hipotesis
Ho : Tidak terdapat berbedaan yang bermakna di antara kelima
kelompok perlakuan
Ha : Terdapat perbedaan yang bermakna di antara kelima kelompok
perlakuan
Pengambilan Keputusan:
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima
Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
Multiple Comparisons
Stabilitas
LSD
*
800 ppm EA -10.11400 .505783 .000 -11.15788 -9.07012
*
1000 ppm EA -13.24100 .505783 .000 -14.28488 -12.19712
*
50 ppm ND -6.80400 .505783 .000 -7.84788 -5.76012
*
100 ppm ND -8.96500 .505783 .000 -10.00888 -7.92112
*
200 ppm ND -10.34400 .505783 .000 -11.38788 -9.30012
*
400 ppm ND -11.49400 .505783 .000 -12.53788 -10.45012
*
800 ppm ND -13.50567 .505783 .000 -14.54955 -12.46178
*
1000 pmm ND -14.56267 .505783 .000 -15.60655 -13.51878
*
200 ppm EA 50 ppm EA 10.48700 .505783 .000 9.44312 11.53088
*
100 ppm EA 2.48667 .505783 .000 1.44278 3.53055
*
400 ppm EA -2.24833 .505783 .000 -3.29222 -1.20445
*
800 ppm EA -7.62733 .505783 .000 -8.67122 -6.58345
*
1000 ppm EA -10.75433 .505783 .000 -11.79822 -9.71045
*
50 ppm ND -4.31733 .505783 .000 -5.36122 -3.27345
*
100 ppm ND -6.47833 .505783 .000 -7.52222 -5.43445
*
200 ppm ND -7.85733 .505783 .000 -8.90122 -6.81345
*
400 ppm ND -9.00733 .505783 .000 -10.05122 -7.96345
*
800 ppm ND -11.01900 .505783 .000 -12.06288 -9.97512
*
1000 pmm ND -12.07600 .505783 .000 -13.11988 -11.03212
*
400 ppm EA 50 ppm EA 12.73533 .505783 .000 11.69145 13.77922
*
100 ppm EA 4.73500 .505783 .000 3.69112 5.77888
*
200 ppm EA 2.24833 .505783 .000 1.20445 3.29222
*
800 ppm EA -5.37900 .505783 .000 -6.42288 -4.33512
*
1000 ppm EA -8.50600 .505783 .000 -9.54988 -7.46212
*
50 ppm ND -2.06900 .505783 .000 -3.11288 -1.02512
*
100 ppm ND -4.23000 .505783 .000 -5.27388 -3.18612
*
200 ppm ND -5.60900 .505783 .000 -6.65288 -4.56512
*
400 ppm ND -6.75900 .505783 .000 -7.80288 -5.71512
*
800 ppm ND -8.77067 .505783 .000 -9.81455 -7.72678
*
1000 pmm ND -9.82767 .505783 .000 -10.87155 -8.78378
*
800 ppm EA 50 ppm EA 18.11433 .505783 .000 17.07045 19.15822
*
100 ppm EA 10.11400 .505783 .000 9.07012 11.15788
*
200 ppm EA 7.62733 .505783 .000 6.58345 8.67122
*
400 ppm EA 5.37900 .505783 .000 4.33512 6.42288
*
1000 ppm EA -3.12700 .505783 .000 -4.17088 -2.08312
*
50 ppm ND 3.31000 .505783 .000 2.26612 4.35388
*
100 ppm ND 1.14900 .505783 .032 .10512 2.19288
200 ppm ND -.23000 .505783 .653 -1.27388 .81388
*
400 ppm ND -1.38000 .505783 .012 -2.42388 -.33612
*
800 ppm ND -3.39167 .505783 .000 -4.43555 -2.34778
*
1000 pmm ND -4.44867 .505783 .000 -5.49255 -3.40478
*
1000 ppm EA 50 ppm EA 21.24133 .505783 .000 20.19745 22.28522
*
100 ppm EA 13.24100 .505783 .000 12.19712 14.28488
*
200 ppm EA 10.75433 .505783 .000 9.71045 11.79822
*
400 ppm EA 8.50600 .505783 .000 7.46212 9.54988
*
800 ppm EA 3.12700 .505783 .000 2.08312 4.17088
*
50 ppm ND 6.43700 .505783 .000 5.39312 7.48088
*
100 ppm ND 4.27600 .505783 .000 3.23212 5.31988
*
200 ppm ND 2.89700 .505783 .000 1.85312 3.94088
*
400 ppm ND 1.74700 .505783 .002 .70312 2.79088
800 ppm ND -.26467 .505783 .606 -1.30855 .77922
*
1000 pmm ND -1.32167 .505783 .015 -2.36555 -.27778
*
50 ppm ND 50 ppm EA 14.80433 .505783 .000 13.76045 15.84822
*
100 ppm EA 6.80400 .505783 .000 5.76012 7.84788
*
200 ppm EA 4.31733 .505783 .000 3.27345 5.36122
*
400 ppm EA 2.06900 .505783 .000 1.02512 3.11288
*
800 ppm EA -3.31000 .505783 .000 -4.35388 -2.26612
*
1000 ppm EA -6.43700 .505783 .000 -7.48088 -5.39312
*
100 ppm ND -2.16100 .505783 .000 -3.20488 -1.11712
*
200 ppm ND -3.54000 .505783 .000 -4.58388 -2.49612
*
400 ppm ND -4.69000 .505783 .000 -5.73388 -3.64612
*
800 ppm ND -6.70167 .505783 .000 -7.74555 -5.65778
*
1000 pmm ND -7.75867 .505783 .000 -8.80255 -6.71478
*
100 ppm ND 50 ppm EA 16.96533 .505783 .000 15.92145 18.00922
*
100 ppm EA 8.96500 .505783 .000 7.92112 10.00888
*
200 ppm EA 6.47833 .505783 .000 5.43445 7.52222
*
400 ppm EA 4.23000 .505783 .000 3.18612 5.27388
*
800 ppm EA -1.14900 .505783 .032 -2.19288 -.10512
*
1000 ppm EA -4.27600 .505783 .000 -5.31988 -3.23212
*
50 ppm ND 2.16100 .505783 .000 1.11712 3.20488
*
200 ppm ND -1.37900 .505783 .012 -2.42288 -.33512
*
400 ppm ND -2.52900 .505783 .000 -3.57288 -1.48512
*
800 ppm ND -4.54067 .505783 .000 -5.58455 -3.49678
*
1000 pmm ND -5.59767 .505783 .000 -6.64155 -4.55378
*
200 ppm ND 50 ppm EA 18.34433 .505783 .000 17.30045 19.38822
*
100 ppm EA 10.34400 .505783 .000 9.30012 11.38788
*
200 ppm EA 7.85733 .505783 .000 6.81345 8.90122
*
400 ppm EA 5.60900 .505783 .000 4.56512 6.65288
*
400 ppm ND 3.06867 .505783 .000 2.02478 4.11255
*
800 ppm ND 1.05700 .505783 .047 .01312 2.10088
Kesimpulan :
1. Masing-masing kelompok konsentrasi etil asetat berbeda secara
bermakna.
2. Etil asetat dengan konsentrasi 800 ppm identik dengan Na
diklofenak dalam konsentrasi 200 ppm (P≤0,05), sedangkan
kelompok etil asetat dengan konsentrasi 1000 ppm identik dengan
Na diklofenak dalam konsentrasi 800 ppm.
Lampiran 12. Perhitungan Nilai IC50 Fraksi Etil Asetat dan Na Diklofenak
dengan Metode Analisa Probit (Raj, 2013)
a. Persen stabilitas dikonversi menjadi harga probit yang ada pada tabel Finney
IC50
6.6
6.4 y = 0.289x + 5.4949
6.2 R² = 0.9881
Probit
6
Frak. EA
5.8
5.6 y = 0.4784x + 4.7252 Na diklofenak
R² = 0.9639
5.4
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Log Konsentrasi
IC50 Na diklofenak
Y = 0,289x + 5,4949
5,0 = 0,289x + 5,4949
X = = -1,7124
Antilog -1,7124 = 0,035
Jadi, nilai IC50 dari Na diklofenak adalah 0,035 ppm
Alkaloid
Flavonoid
Saponin
Tanin
Antrakuinon
a. Data Absorbansi Ekstrak Etanol 70%, Fraksi n-heksan, fraksi etil asetat, fraksi
etanol 50% dan Na diklofenak opada Konsentrasi 1000 ppm
b. Data Absorbansi Frraksi Etil Asetat pada Konsentrasi 50, 100, 200, 400 dan 800
ppm.
c. Data Absorbansi Na Diklofena pada Konsentrasi 50, 100, 200, 400 dan 800 ppm.