Anda di halaman 1dari 18

PEMBIAYAAN SUKUK

(memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Syariah)

OLEH KELOMPOK 3

NUR ALAM PUTRI (A311 15 007)

DEWI RAHMADHANI (A311 15 016)

NUR FADHILAH (A311 15 043)

AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pembiayaan Sukuk” ini dengan lancar.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang di
berikan Dosen yang mengajar mata kuliah Akuntansi Syariah.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan makalah ini masih


mendapatkan bimbingan, dorongan, dan bantuan dari berbagai pihak sehingga dalam
kesempatan ini dengan kerendahan hati dan rasa hormat kami mengucapkan terima
kasih.

Kami juga menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam pembuatan


makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih.

Makassar. 3 Maret 2018

Kelompok 3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dimasa dewasa ini banyak dari kalangan masyarakat yang menjalankan kegiatan
inventasi. Dalam kegiatan investasi tersebut pada umumnya dikoordinasikan oleh suatu
lembaga, yaitu bursa efek, yang mana dalam kegiatannya selalu diawasi oleh
BAPEPAM. Dalam kegiatan investasi tersebut, sebagaimana yang kita ketahui bersama
pada pasar modal terdapat beberapa instrument investasi yang sering digunakan
sebagai alternatifi kegiatan investasi ini, yaitu Saham dan Obligasi.

Secara global, bagi orang-orang yang tak mementingkan unsur halal dan haram
(Konvensional) tidaklah ada masalah dalam menjalankan kegiatan investasi ini.
Namun, bagi kita kaum muslim tentu menjalankan suatu usaha ataupun kegiatan bisnis
harus mempertimbangkan halal dan haramnya, sesuai dengan yang telah diatur dalam
hukum Syara’ diantaranya dalam kegiatan tersebut harus terhindar dari unsur Riba,
Judi, Gharar, dan Haram.

Oleh karena itu dalam terdapat beberapa produk Syariah dalam kegiatan investasi
ini, seperti Saham Syariah dan Obligasi Syariah atau sering disebut dengan Sukuk.
Adanya produk tersebut pada dasarnya untuk membantu para kaum muslim yang ingin
ikut serta dalam kegiatan investasi agar tidak terjerumus kedalam praktik-praktik yang
diharamkan oleh hukum Syara’.

Dalam makalah ini akan dijelaskan sedkit mengenai Sukuk, macam – macam jenis
Sukuk dan hal – hal yang berhubungan dengan Sukuk.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Apa yang dimaksud sukuk?
1.2.2. Apa saja dasar hukum sukuk?
1.2.3. Apa saja karakteristik sukuk dan macam-macam sukuk?
1.2.4. Bagaimana proses penerbitan Sukuk dan siapa saja pihak-pihak dalam
penerbitan sukuk?
1.2.5. Apa saja risiko-risiko yang ada pada sukuk?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Sukuk

Sukuk adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah
yang di keluarkan oleh emiten (perusahaan penerbit obligasi) kepada pemegang sukuk
yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada investor berupa bagi
hasil / margin / fee serta membayar kembali dana investasi pada saat jatuh tempo.
(Ketentuan umum fatwa dewan syariah nasional nomor 59/dsr-mui/v/2007 tentang
obligasi syariah mudharobah konversi).

Melalui fatwanya tersebut, DSN mengkategorikan tiga jenis pemberian


keuntungan kepada investor pemegang Obligasi Syariah. Yaitu, pertama adalah
berupa bagi hasil kepada pemegang Obligasi Mudharabah atau Musyarakah. Kedua,
keuntungan berupa margin bagi pemegang Obligasi Murabahah, Salam atau Istishna.
Dan ketiga, berupa fee (sewa) dari aset yang disewakan untuk pemegang Obligasi
dengan akad Ijarah. Pada prinsipnya, semua Obligasi Syariah adalah surat berharga
bukti investasi jangka panjang yang berdasarakan prinsip syariah Islam. Namun yang
membedakan adalah akad dan transaksinya.

Sukuk berasal dari bahasa Arab yaitu sak (tunggal) dan sukuk (jamak) yang
memiliki arti mirip dengan sertifikat atau note. Dalam pemahaman praktisnya, sukuk
merupakan bukti (claim) kepemilikan. Sementara itu, menurut fatwa Majelis Ulama
Indonesia No 32/DSN-MUI/IX/2002 sukuk adalah suatu surat berharga jangka
panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang
obligasi syariah.

Pada prinsipnya sukuk mirip seperti obligasi konvensional dengan perbedaan


pokok antara lain berupa penggunaan konsep imbalan dan bagi hasil sebagai pengganti
bunga, adanya suatu transaksi pendukung (underlying transaction) berupa sejumlah
tertentu asset yang menjadi dasar penerbitan sukuk dan adanya akad atau perjanjian
antara para pihak yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Selain itu, sukuk
juga harus distruktur secara syariah agara instrument keuangan ini aman dan terbebas
dari riba, gharar dan maysir.

Sukuk bukan merupakan utang berbunga tetap, tetapi lebih merupakan


penyertaan dana (investasi) yang didasarkan pada prinsip bagi hasil jika menggunakan
akad mudharabah dan musyarakah. Transaksinya bukan akad hutang piutang
melainkan penyertaan.

Adapun perbedaan Perbedaan sukuk dengan obligas Konvensional Dalam


harga penawaran, jatuh tempo pokok obligasi, saat jatuh tempo, dan rating antara
obligasi syariah dengan obligasi konvensional tidak ada perbedaannya. Perbedaan
terdapat pada pendapatan dan return. Dimana Obligasi Konvensional pendapatan atau
return didapat dari bunga bunga yang besarnya sudah ditetapkan / ditentukan di awal
transaksi dilakukan. Sedangkan pada obligasi syariah pendapatan didapat dari bagi
hasil di masa yang akan datang.

Berikut perbandingan antara sukuk dan obligasi dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Deskripsi Sukuk Obligasi


Dasar hukum Undang-undang Undang-undang

Pemerintah Pemerintah
Penerbit
- Korporasi - Korporasi

Ketentuan
trodable Trodable
perdagangan
Sertifikat kepemilikan/
Sifat instrumen Pengakuan utang
penyerahan asset-asset
konvensional
Tipe investor Konvensional
- syariah
Penghasilan bagi Imbalan, bagi hasil, Bunga/kupon, capital
investor margin gain

dokumen Dokumen pasar modal Dokumen pasar


yangdiperlukan - Dokumen syariah modal

Underlying asset Perlu Tidak perlu


Penggunaan Harus sesuai bebas
hasil syariah
Lembaga terkait SPV, trustee, trustee,
costodion, agen costodion, agen
pembayar pembayar
Syariah Perlu Tidak perlu
endorsement
2.2. Dasar Hukum Sukuk
2.2.1. Firman Allah SWT
o QS. Al-Ma’idah : 1
‫بِ ْالعُقُو َِد أَ ْوفُوا آ َمنُوا الَّذِينََ أَيُّ َها يَا‬
Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu!...

Aqad (perjanjian) mencakup: janji prasetia hamba kepada


Allah dan perjanjian yang dibuat oleh manusia dalam pergaulan
sesamanya.

o QS. Al-Isra’ : 34

‫ول كَانََ ْال َع ْه ََد ِإ َّنَ ِب ْال َع ْه َِد َوأ َ ْوفُوا‬


ًَ ُ ‫َم ْسئ‬
Artinya:

dan penuhilah janji; Sesungguhnya janji itu pasti diminta


pertanggungan jawabnya.

2.2.2. Kaidah Fiqh


Terdapat tiga kaidah yang digunakan, yaitu:
a. Pada dasarnya semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada
dalil yang mengharamkannya.
b. Kesulitan dapat menarik kemudahan
c. Sesuatu yang berlaku berdasarkan adat/ kebiasaan sama dengan
sesuatu yang berlaku berdasarkan syara (selama tidak bertentangan
dengan syariah).
2.2.3. Pendapat Ulama

Dengan mempertimbangkan beberapa dalil diatas, akhirnya


dikeluarkanlah Fatwa dewan syari`ah Nasional No. 32/DSN-
MUI/IX/2002, tentang Sukuk (Obligasi syari`ah) adalah surat berharga
berjangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikelurkan emitten
kepada pemegang obligasi syariah, tersebut berupa bagi
hasil/margin/fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh
tempo.”

Abu Hanifa dan muridnya Abu Yusuf memberikan pandangan


bahwa penjualan sesuatu/properti yang belum diterima oleh si penjual
namun sudah jelas keberadaan fisiknya (dapat dicek keberadaannya)
adalah diperbolehkan. Maka dari sinilah pondasi instrument bernama
sukuk di abad modern ini bermula.

2.3. Karakteristik dan Macam – Macam Sukuk


2.3.1. Karakteristik Sukuk

Terdapat beberapa karakteristik mengenai sukuk, karakteristik


tersebut adalah (Depkeu:2010):

1. Merupakan bukti kepemilikan suatu aset berwujud atau hak


manfaat,
2. Pendapatan berupa imbalan (kupon), marjin, dan bagi hasil,
sesuai jenis akad yang digunakan,
3. Terbebas dari unsur riba, gharar, dan maysir;
4. Penerbitannya melalui Special Purpose Vehicle (SPV),
5. Memerlukan underlying asset; dan,
6. Penggunaan proceds (hasil jual) harus sesuai prinsip syariah.
2.3.2. Macam – Macam Sukuk
Terdapat beberapa macam-macam sukuk, antara lain:
1. Sukuk Ijarah
Adalah suatu sertifikat yang memuat nama pemiliknya
(investor) dan melambangkan kepemilikan terhadap aset yang
bertujuan untuk disewakan, atau kepemilikikan manfaat dan
kepemilikan jasa sesuai jumlah efek yang dibeli denagn harapan
mendapatkan keuntungan dari hasil sewa yang berhasil
direalisasikan berdasar transaksi ijarah.
Ketentuan akad ijarah sebagai berikut:

a. Objeknya dapat berupa barang (harta fisik yang bergerak, tak


bergerah, harta perdagangan) maupun berupa jasa
b. Manfaat dari objek dan nilai manfaat tersebut diketahui dan
disepakati oleh kedua belah piahak.
c. Ruang lingkup dan jangka waktu pemakaiannya harus
dinyatakan secara spesifik.
d. Penyewa harus membagi hasil manfaat yang diperolehnya dalam
bentuk imbalan atau sewa/upah
e. Pemakaian manfaat harus menjaga objek agar manfaat yang
diberikan oleh objek tetap terjaga
f. Pembeli sewa haruslah pemilik mutlak.
Secara teknis, obligasi ijarah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

 Investor dapat bertindak sebagai penyewa , sedangkan emiten


dapat bertindak sebagai wakil investor.
 Setelah investor memperoleh hak sewa, maka investor
menyewakan kembali objek sewa tersebut kepada emiten
2. Sukuk Musyarakah
Adalah obligasi syariah yang diterbitkan berdasarkan
perjanjian atau akad musyarakah di mana dua pihak atau lebih
bekerja sama menggabungkan modal untuk pembangunan proyek
baru, mengembangkan proyek baru, mengembangkan proyek yang
telah ada atau membiayai kgiatan usaha.

3. Sukuk Istishna
Adalah obligasi syariah yang diterbitkan berdasarkan
perjanjian atau akad istishna’ di mana para pihak menyepakati jual
beli dalam rangka pembiayaan suatu proyek/barang.

4. Sukuk Mudharabah

Yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau


akad mudarabah yang merupakan satu bentuk kerjasama, yang satu
pihak menyediakan modal (rabb al-mal) dan pihak lain
menyediakan tenaga dan keahlian (mudarib), keuntungan dari
kerjasama tersebut akan dibagi berdasarkan perbandingan yang telah
disetujui sebelumnya. Kerugian yang timbul akan ditanggung
sepenuhnya oleh pihak penyedia modal.

Dalam Fatwa No. 33 / DSN-MUI / X / 2002 tentang obligasi


syariah mudharabah, dinyatakan antara lain bahwa:

1. Obligasi syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang


berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada
pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk
membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah
merupakan bagi ahsil, margin atau fee serta membayar dana
obligasi pada saat obligasi jatuh tempo.
2. Obligasi syariah mudharabah adalah obligasi syariah yang
berdasarkan akad mudarabah dengan memperhatikan substansi
fatwa DSN-MUI No. 7 / DSN-MUI / IV / 2000 tentang
Pembiayaan Mudharabah.
3. Obligasi mudharabah emiten bertindak sebagai mudharib
(pengelola modal), sedangkan pemegang obligasi mudharabah
bertindak sebagai shahibul maal (pemodal).
4. Jenis usaha emiten tidak boleh bertentangan dengan prinsip
syariah.
5. Nisbah keuntungan dinyatakan dalam akad.
6. Apabila emiten lalai atau melanggar perjanjian, emiten wajib
menjamin pengambilan dana dan pemodal dapat meminta emiten
membuat surat pengakuan utang.
7. Kepemilikan obligasi syariah dapat dipindahtangankan selama
disepakati dalam akad.
2.4. Proses Penerbitan Sukuk dan Pihak – Pihak dalam Penerbitan
Sukuk

Dalam melakukan penerbitan sukuk ada beberapa tahap-tahap dalam


proses penerbitannya, antara lain:

 Untuk menerbitkan obligasi syariah harus memenuhi syarat sebagai berikut:


1. Jenis usaha yang dilakukan oleh emiten tidak bertentangan dengan
syariah, sesuai dengan fatwa No. 20/DSN-MUI/IV/2001, tentang jenis
usaha sesuai syariah.
2. Memiliki fundamental dan citra yang baik.
 Dalam penerbitan obligasi syariah, sebelum ditawarkan kepada investor
harus melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1. Emiten melalui Underwriter menyerahkan proposal penerbitan obligasi


syariah kepada DSN/MUI.
2. Pihak penerbit melakukan presentasi proposal di Badan pelaksana
Harian DSN.
3. DSN mengadakan rapat dengan tim ahli DPS, dan hasil rapat
menyatakan opini syarian terkait proposal yang diajukan.
 Setelah disetujui oleh DSN, maka proses penawarannya sebagai berikut :

1. Emiten menyerahkan dokumen yang diperlukan untuk penerbitan


obligasi syariah kepada underwriter (wakil dari emiten).
2. Underwriter melakukan penawaran kepada investor.
3. Bila investor tertarik, maka akan menyerahkan dananya kepada emiten
melalui Underwriter.
4. Emiten akan membayarkan bagi hasil dan pembayaran pokok kepada
investor.
Dokumen Penawaran

Dalam hal pengawasan penerbitan obligasi syariah. Pengawasannya


dilakukan oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam), untuk produk pasar
modal syariah, terdapat satu pengawas lain yang mengawasi aspek syariahnya,
yaitu DPS (DSN).
Pengawasan aspek syariah berfokus pada penggunaan dana yang didapat
dari penerbitan obligasi syariah. Apakah dana tersebut benar-benar digunakan
untuk usaha-usaha yang telah dijanjikan dalam perjanjian antara emiten dengan
pemegang obligasi atau tidak, serta halal atau tidaknya. Jika ternyata dana hasil
penerbitan obligasi tersebut digunakan untuk hal-hal di luar usaha yang telah
diperjanjiakan, maka itu termasuk pengingkaran perjanjian dan menyalahi
tujuan.

Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam penerbitan sukuk adalah


(Depkeu:2010), yaitu:

1. Obligor, adalah pihak yang bertanggung jawab atas pembayaran imbalan


dan nilai nominal sukuk sampai dengan sukuk jatuh tempo.
2. Special Purpose Vehicle (SPV), adalah badan hukum yang didirikan khusus
untuk penerbitan sukuk dengan fungsi: a. sebagai penerbit sukuk; b. menjadi
counterpart (rekan/teman imbangan) dalam transaksi pengalihan aset.
bertindak sebagai wali amanat (trustee) untuk mewakili kepentingan
investor.
3. Investor, adalah pemegang sukuk yang memiliki hak atas imbalan, margin,
dan nilai nominal sukuk sesuai partisipasi masing-masing.

Didalam obligasi syariah terdapat juga beberapa pokok ketentuan sukuk,


yakni: ketentuan umum dan ketentuan khusus:

 Ketentuan umum
 Obligasi yang tidak dibenarkan menurut syariah yaitu obligasi yang
bersifat utang dengan kjewajiban membayar berdasarkan bunga .
 Obligasi yang dibenarkan menurut syariah yaitu obligasi yang
berdasarkan prinsi-prinsip syariah.
 Ketentuan khusus
- Akad yang dapat digunakan dalam penerbitan obligasi syariah anatara
lain:
o Mudharobah (muqaradhoh)/qiradh
o Musyarokah
o Murabahah
o salam
o istishna
o ijarah
- Jenis usaha yang dilakukan emiten (mudharib) tidak boleh bertentangan
dengan syariah.
- Pendapatan (hasil) investasi yang dibagikan emiten kepada pemegang
obigasi syariah mudharabah (shahibul mal) harus bersih dari unsur non
halal.
- Pendapatan (hasil) yang diperoleh pemegang obligasi syariah sesuai
akad yang digunakan.
- Pemindahan kepemilikan obligasi syariah mengikuti akad-akad yang
digunakan.

2.5. Bentuk – Bentuk Risiko pada Sukuk


Risiko sukuk terbagi menjadi beberapa bagian diantaranya:
2.5.1. Risiko Kontrak Sukuk
Kontrak sukuk biasanya melibatkan pihak-pihak dan melalui
tahapan-tahapan tertentu, yang menimbulkan risiko yang akan dialami
oleh masing-masing pihak yang berkontrak. Tahapan-tahapan yang
dimaksud adalah:

a. Kontrak sukuk melibatkan partnership (originator, SPV, dan


investor), keadaan risiko semacam ini disebut counterparty risks.
Risiko lainnya adalah moral hazard, hal itu disebabkan oleh
kelalaian kemitraan dalam melaksanakan kewajiban.
b. Kontrak sukuk melibatkan tiga tahapan, yaitu:
1) antara originator dengan SPV pada saat pembentukan underlying
assets,
2) kontrak antara sejumlah SPV dengan sejumlah investor saat
pengeluaran dan penjualan sertifikat sukuk,
3) kontrak saat penebusan setelah jatuh tempo.
c. Kontrak sukuk yang melibatkan aset riil sebagai objek akad, ketika
objek jual atau aset hilang dan musnah karena bencana alam,
perpindahan hak milik (warisan), kematian, pengurangan nilai aset
akibat perubahan harga (inflasi), maka akan memberikan pengaruh
pada underlying assets dalam bentuk risiko aset dan risiko pasar.
d. Pengeluaran sukuk oleh SPV menggunakan kontrak baik ijarah,
musyarakah, mudharabah, salam maupun istishna masih menjadi
perdebatan yang beragam hukumnya.
e. Sukuk yang dijual antar negara berarti menggunakan mata uang US
dollar. Risiko yang ditimbulkan oleh penjualan sukuk antarnegara
tersebut adalah kesesuaian undang-undang antarnegara, hubungan
politik dari satu bangsa ke lain bangsa, dan risiko kadar tukar mata
uang asing.
f. Jika investor ingin mencairkan dananya sebelum jatuh tempo, maka
investor akan mengalami risiko likuiditas atau investor tidak dapat
menukar bentuk investasi baru yang lebih unggul. Contohnya,
investor memiliki sukuk mudharabah, namun karena sukuk ijarah
lebih menguntungkan, maka investor ingin mencairkan dananya
sebelum jatuh tempo dan ingin menukarkan pada sukuk ijarah, dan
hal itu sulit dilakukan.
g. Risiko terakhir adalah penebusan oleh SPV kepada investor ketika
jatuh tempo, risiko yang mungkin timbul adalah jika SPV gagal
membayar modal dan keuntungan kepada investor. Hal ini disebut
risiko kredit dan risiko operasional.

Oleh karena itu, berdasarkan bentuk kontrak dan hubungan para


pihak, maka risiko sukuk secara keseluruhan dapat dikelompokkan ke
dalam beberapa risiko, diantaranya:

Risiko Sukuk dalam Pasar Modal


a. Risiko pasar

Risiko pasar secara sistematis disebabkan oleh pergerakan


harga pasar secara menyeluruh. Sedangkan risiko pasar secara tidak
sistematis disebabkan oleh beberapa faktor yang menjadi penyebab
utamanya, yaitu risiko nilai tukar asing, risiko kadar faedah, dan
risiko likuiditas.

Risiko nilai tukar asing adalah suatu konsekuensi


sehubungan dengan pergerakan atau fluktuasi nilai tukar terhadap
rugi laba bank. Meskipun sukuk tidak berpengaruh terhadap kurs
secara langsung karena ada syarat tidak boleh ada transaksi yang
bersifat spekulasi (seperti forward, margin trading, option, dan
swap), tetapi transaksi sukuk tetap tidak akan bisa terlepas dari
valuta asing.

Dalam sukuk, transaksi yang diperbolehkan adalah untuk


kebutuhan transaksi dan berjaga-jaga (simpanan) dan transaksi harus
tunai atau spot. Tunai ialah pembayaran cek, pemindahbukuan,
transfer dan sarana pembayaran tunai lainnya.

b. Risiko Operasional
Risiko operasional merupakan risiko yang diakibatkan oleh
lemahnya sistem informasi atau sistem pengawasan intern
perusahaan. Risiko ini disebabkan oleh kesalahan manusia (human
error) atau disebut juga moral hazard.

c. Risiko kredit

Risiko yang dihubungkan dengan kualitas aset atau pinjaman


yang kemungkinan tidak dapat diperoleh lagi, apabila terjadi
kelalaian para pihak dalam penyelesaiannya. Risiko dalam hal ini
dapat terjadi karena beberapa sebab, diantaranya 1) risiko kegagalan
proses, 2) risiko pengurangan nilai, 3) risiko counterparty, dan 4)
risiko penyelesaian kontrak.
d. Risiko aset

Risiko aset dapat dilihat berdasarkan benda aset (akibat


bencana alam, kebakaran dll) dan nilai aset (perubahan harga/inflasi
dll). Oleh karena itu jika aset turun nilai, maka pemilik asal aset
akan mengalami kerugian disebabkan ia melakukan kontrak tersebut.
Risiko lainnya adalah ketika aset yang telah dijadikan jaminan sukuk
tidak dapat dijual, disewakan, atau dijadikan sebagai jaminan dalam
kontrak lain, sekalipun dalam pengawasan pihak SPV.

e. Risiko negara

Risiko negara disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya


perbedaan jenis mata uang, perbedaan undang-undang cukai,
perbedaan hak kepemilikan bagi penduduk asing, perbedaan
penggunaan standar hukum Syariah, perbedaan aturan regulasi dan
aturan mengenai financial reporting.

f. Risiko counterparty

Moral hazard mendominasi dalam bentuk risiko ini, dimana


pihak yang berkontrak dituntut menjalankan tanggungjawab secara
benar dan jujur karena ia merupakan amanah.

g. Risiko kesesuaian Syariah

Risiko ini timbul akibat pemahaman teoritikal fiqih yang


beragam, akibatnya akan berpengaruh terhadap sukuk yang
diamalkan. Contohnya, menurut sarjana Muslim kontrak sukuk
murabahah hanya mengikat penjual dan tidak mengikat pembeli.
Sedangkan pakar fiqih lainnya berpendapat bahwa sukuk murabahah
mengikat keduanya dalam pembentukan kontrak. Risiko terbesarnya
adalah pembeli dapat kapan saja membatalkan konraknya secara
sepihak, hal itu dapat mengakibatkan pihak lain mengalami
kerugian.

2.5.2. Risiko Khusus SPV pada Sukuk


Risiko yang mungkin dihadapi oleh SPV adalah bentuk
kegagalan pihak-pihak lain seperti originator dan investor dalam
melaksanakan tanggungjawabnya masing-masing. Kegagalan investor
mentrasfer aset, kelalaian membayar keuntungan, sewa, mark-up,
ataupun diskon yang mengakibatkan SPV menghadapi kerugian.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Sukuk adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarka prinsip syariah
yang di keluarkan oleh emiten (perusahaan penerbit obligasi) kepada pemegang
sukuk yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada investor
berupa bagi hasil / margin / fee serta membayar kembali dana investasi pada saat
jatuh tempo.

Terdapat beberapa karakteristik mengenai sukuk, karakteristik tersebut adalah


(Depkeu:2010): merupakan bukti kepemilikan suatu aset berwujud atau hak
manfaat, Pendapatan berupa imbalan (kupon), marjin, dan bagi hasil, sesuai jenis
akad yang digunakan, Terbebas dari unsur riba, gharar, dan maysir;
Penerbitannya melalui Special Purpose Vehicle (SPV), Memerlukan underlying
asset; dan Penggunaan proceds (hasil jual) harus sesuai prinsip syariah.

Macam-macam sukuk, yaitu Mudharobah (muqaradhoh)/qiradh, Musyarokah,


Murabahah, salam, istishn, ijarah

Untuk menerbitkan obligasi syariah harus memenuhi syarat sebagai berikut:


Jenis usaha yang dilakukan oleh emiten tidak bertentangan dengan syariah, sesuai
dengan fatwa No. 20/DSN-MUI/IV/2001, tentang jenis usaha sesuai syariah. ,
Memiliki fundamental dan citra yang baik.

Risiko sukuk terbagi dua bagian, yaitu Risiko Kontrak Sukuk dan Risiko
Khusus SPV pada Sukuk.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an

AKUNTANSI SYARIAH Perkembangan Sukuk Di Dunia Handityo Nugroho


0906607951 - lib@ui PDFlib.ui.ac.id › file
https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://lib.ui.ac.id/file%
3Ffile%3Ddigital/20369039-MK-
Handityo%2520Nugroho.pdf&ved=2ahUKEwjy2sLu9c_ZAhXNNpQKHd8EBSIQ
FjAEegQIBBAB&usg=AOvVaw2BXVufxVxNdI593l95goz5 (diakses pada 3
Maret 2018pukul 18.25 WITA)

https://3kh4.wordpress.com/2008/05/06/obligasi-syariah/. (di akses pada 3 Maret


2018 Pukul 16.15 WITA)
https://www.academia.edu/12090759/PERBANDINGAN_RESIKO_SUKUK_DA
N_OBLIGASI_KONVENSIONAL (diakses pada 3 Maret 2018 pukul 17.47 WITA)

www.keuangankita.com/2016/pihak-pihak-yang-terlibat-dalam.html?m=1 (di akses


pada 3 Maret 17.51 WITA)

Anda mungkin juga menyukai