Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

KECEMASAN (ANSIETAS)

A. MASALAH UTAMA
Kecemasan

B. PROSES TERJADINYA MASALAH


a. Pengertian
Kecemasan
Kecemasan adalah suatu perasaan yang sifatnya umum, dimana seseorang merasa
ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang tidak jelas asal maupun wujudnya.
(Sutardjo, 2005)
Kecemasan adalah sesuatu yang menimpa hampir setiap orang pada waktu
tertentu dalam kehidupannya. Kecemasan merupakan reaksi normal terhadap siatuasi
yang sangat menekan kehidupan seseorang. Kecemasan bisa muncul atau bergabung
dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi. (Savitri, 2003)
Kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan mental yang
menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan mengatasi suatu masalah
atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menentu tersebut pada umumnya
tidak menyenangkan yang nantinya akan menimbulkan atau disertai perubahan
fisiologis dan psikologis (Kholil, 2010).
Jadi, kecemasan adalah rasa takut atau khawatir pada situasi tertentu yang sangat
mengancam yang dapat menyebabkan kegelisahan karena adanya ketidakpastian
dimasa mendatang serta ketakutan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.

Gangguan panik
Merupakan suatu episode ansietas yang cepat, intens, dan meningkat, yang
berlangsung 15 sampai 30 menit, ketika individu mengalami ketakutan emosioanl
yang besar juga ketidaknyamanan fisiologis.

b. Penyebab atau Etiologi


Secara umum, ansietas terjadi ketika seseorang mengalami kesulitan menghadapi
situasi, masalah, dan tujuan hidup.
Faktor Predisposisi
Menurut Stuart dan Laraia, terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan ansietas,
diantaranya:
1. Biologis
Setiap orang mempunyai potensi mengalami kecemasan yang kemungkinan besar
dipengaruhi oleh ketidakseimbangan senyawa kimia di dalam otak yang membuat
kecemasan atau ketakutan menjadi abnormal. Hal ini terjadi karena seseorang
mengalami abnormalitas elektroensefalografik pada lobus temporal yang biasanya
berespons terhadap karbamazepin (suatu antikonvulsan) atau obat-obatan lain.
(Sullivan & Coplan, 2000).
a. Genetik
Ansietas dapat memiliki komponen yang diwariskan karena kerabat tingkat
pertama individu yang mengalami peningkatan ansietas memiliki kemungkinan
lebih tinggi mengalami ansietas dengan wanita berisiko dua kali lipat lebih
besar daripada pria. Horwath dan Weissman (2000) menjelaskan bahwa suatu
kemungkinan “sindrom kromosom 13 yang dapat terlibat dalam hubungan
genetika yang mungkin pada gangguan panik, seperti sakit kepala hebat,
masalah ginjal, kandung kemih, atau tiroid, prolaps katup mitral.

2. Psikologis:
a. Perilaku
Ansietas merupakan sesuatu yang diperlajari melalui pengalaman individu.
Pola-pola perilaku tertentu mengajarkan seseorang bertindak dengan cara
berbeda. Misalnya, jika sejak kecil seringkali diterapkan perilaku main sendiri
atau jarang bersosialisasi, maka kondisi tersebut bisa terbawa hingga dewasa
yang membuatnya menjadi takut atau cemas untuk berhadapan dengan orang
lain. Ansietas merupakan segala sesuatu yang mengganggu kemampuan
seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku
menganggap sebagai dorongan belajar berdasarkan keinginan dari dalam
untuk menghindari kepedihan. Individu yang terbiasa dengan kehidupan dini
dihadapkan pada ketakutan berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas
dalam kehidupan selanjutnya

2
b. Psikodinamik (Pandangan Psikoanalitik)
Ego atau aku berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang
bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
Teori psikodinamik berpendapat bahwa beberapa ketakutan berakar dari
trauma atau kekerasan di masa kecil seperti pernah diejek atau dipermalukan.
Ketakutan ini bisa dilupakan tapi dapat muncul kembali di kemudian hari.
c. Pandangan Interpersonal
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan
penolakan interpersonal. Ansietas berhubungan dengan perkembangan trauma,
seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik.
Orang yang mengalami harga diri rendah terutama mudah mengalami
perkembangan ansietas yang berat.
3. Sosial budaya
Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga. Ada tumpang tindih
dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi. Faktor
ekonomi, latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap terjadinya ansietas.

Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dibedakan menjadi:
1. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang
akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
2. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas , harga diri,
dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.

c. Tanda dan Gejala

Awitan gangguan ansietas sangat bervariasi. Awitan secara akut atau bertahap. Awitan
dapat timbul tanpa peristiwa pencetus atau terjadi karena peritiwa akut yang
menimbulkn stress atau bahkan stressor kronis seperti masalah kesehatan, pekerjaan,
nutrisi, medikasi atau keluarga. Gangguan ansietas ditandai dengan tingkat ansietas
yang tinggi, yang terlihat pada perilaku yang tidak lazim, misalnya khawatir, panik,
pikiran dan tindakan obsesif-kompulsif atau takut terhadap objek atau peristiwa yang
tidak sesuai dengan realitas situasi.

3
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis dan
psikologis (Sheila,2008)

1. Respon fisiologis
a. Kardiovaskuler : tekanan arteri meingkat, denyut jantung meningkat,
konstruksi pembuluh darah perifer, tekanan darah meningkat, tekanan darah
menurun, denyut nadi menurun
b. Pernafasan : nafas cepat dan pendek, nafas dangkal dan terengah-engah
c. Gastrointestinal : nafsu makan menuru, tidak nyaman pada perut, mual dan
diare
d. Neuromuskular : tremor, gugup, gelisah, insomnia dan pusing
e. Traktus urinarius : sering berkemih
f. Kulit : keringat dingin, gatal dan wajah kemerahan

2. Respon perilaku
Respon perilaku yang sering muncul adalah gelisah, tremor, ketegangan fisik,
reaksi terkejut, gugup, bicara cepat, menghindar, kurang koordinasi, menarik diri
dari hubungan interpersonal dan melarikan diri dari masalah.

3. Respon kognitif
Respon kognitif yang muncul adalah perhatian terganggu, pelupa, salah dalam
memberikan penilaian, hambatan berpikir logis, tidak mampu berkonsentrasi,
tidak mampu mengambil keputusan, menurunnya lapangan persepsi dan
kreatifitas, bingung, takut, kehilangan kontrol, takut pada gambaran visual dan
takut cedera atau kematian.

4. Respon afektif
Respon afektif yang sering muncul adalah mudah terganggu, tidak sabar, gelisah,
tegang, ketakutan, waspada, gugup, mati rasa, rasa bersalah dan malu.

D. Mekanisme koping
Kemampuan individu menanggulangi kecemasan secara konstruksi merupakan
faktor utama yang membuat klien berperilaku patologis atau tidak. Bila individu
sedang mengalami kecemasan ia mencoba menetralisasi, mengingkari atau
meniadakan kecemasan dengan mengembangkan pola koping.
Pada kecemasan ringan, mekanisme koping yang biasanya digunakan adalah
menangis, tidur, makan, tertawa, berkhayal, memaki, merokok, olahraga,
mengurangi kontak mata dengan orang lain, membatasi diri pada orang lain

4
(Suliswati, 2005). Mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan sedang, berat
dan panik membutuhkan banyak energi.
Menurut Suliswati (2005), mekanisme koping yang dapat dilakukan ada dua
jenis, yaitu :
a) Task oriented reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas.
Merupakan pemecahan masalah secara sadar digunakan untuk menanggulangi
ancaman stressor yang ada secara realistis, yaitu:
a. Perilaku menyerang (agresif)
Biasanya digunakan individu untuk mengatasi rintangan agar memenuhi
kebutuhan.
b. Perilaku menarik diri
Digunakan untuk menghilangkan sumber ancaman baik secara fisik maupun
secara psikologis.

c. Perilaku kompromi.
Digunakan untuk mengubah tujuan-tujuan yang akan dilakukan atau
mengorbankan kebutuhan personal untuk mencapai tujuan.

b) Ego oriented reaction atau reaksi berorientasi pada ego.


Mekanisme pertahanan Ego membantu mengatasi ansietas ringan maupun
sedang yang digunakan untuk melindungi diri dan dilakukan secara tidak sadar
untuk mempertahankan ketidakseimbangan.
Adapun mekanisme pertahanan Ego adalah:
a. Kompensasi
Adalah proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan
secara tegas menonjolkan keistimewaan/kelebihan yang dimilikinya.
b. Penyangkalan (Denial)
Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari realitas
tersebut. Mekanisme pertahanan ini paling sederhana dan primitif.
c. Pemindahan (Displacemen)
Pengalihan emosi yag semula ditujukan pada seseorang/benda tertentu yang
biasanya netral atau kurang mengancam terhadap dirinya.
d. Disosiasi
Pemisahan dari setiap proses mental atau prilaku dari kesadaran atau
identitasnya.
e. Identifikasi (Identification)
Proses dimana seseorang mencoba menjadi orang yang ia kagumi dengan
mengambil/menirukan pikiran-pikiran,prilaku dan selera orang tersebut.
f. Intelektualisasi (Intelektualization)

5
Penggunaan logika dan alasan yang berlebihan untuk memghindari
pengalaman yang mengganggu perasaannya.
g. Introjeksi (Intrijection)
Mengikuti norma-norma dari luar sehingga ego tidak lagi terganggu oleh
ancaman dari luar (pembentukan superego).

h. Fiksasi
Berhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek tertentu (emosi atau
tingkah laku atau pikiran) sehingga perkembangan selanjutnya terhalang.
i. Proyeksi.
Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang lain
terutama keinginan. Perasaan emosional dan motivasi tidak dapat ditoleransi.
j. Rasionalisasi
Memberi keterangan bahwa sikap/tingkah lakunya menurut alasan yang
seolah-olah rasional,sehingga tidak menjatuhkan harga diri.
- Reaksi formasi
- Bertingkah laku yang berlebihan yang langsung bertentangan dengan
keinginan-keinginan,perasaan yang sebenarnya.
k. Regressi
Kembali ketingkat perkembangan terdahulu (tingkah laku yang primitif),
contoh; bila keinginan terhambat menjadi marah, merusak, melempar barang,
meraung, dan sebagainya.
l. Represi
Secara tidak sadar mengesampingkan pikiran, impuls, atau ingatan yang
menyakitkan atau bertentangan, merupakan pertahanan ego yang primer yang
cenderung diperkuat oleh mekanisme ego yang lainnya.
m. Sublimasi
Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat
untuk suatu dorongan yang mengalami halangan dalam penyalurannya secara
normal.
n. Supresi
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi
sebetulnya merupakan analog represi yang disadari;pengesampingan yang
disengaja tentang suatu bahan dari kesadaran seseorang;kadang-kadang dapat
mengarah pada represif berikutnya.

6
E. Sumber koping
Individu dapat menanggulangi stress dan kecemasan dengan menggunakan
atau mengambil sumber koping dari lingkungan baik dari sosial, intrapersonal dan
interpersonal. Sumber koping diantaranya adalah aset ekonomi, kemampuan
memecahkan masalah, dukungan sosial budaya yang diyakini. Dengan integrasi
sumber-sumber koping tersebut individu dapat mengadopsi strategi koping yang
efektif (Suliswati, 2005).

III. RENCANA TINDAKAN

Tujuan Umum:
Klien akan menunjukkan mekanisme koping adaptif dalam mengatasi stres dan mampu
mengurangi ansietasnya dari tingkat ringan hingga panik.
Tujuan Khusus:
a. Klien mampu mengenal ansietas.
b. Klien mampu mengekspresikan dan mengidentifikasi tentang ansietasnya.
c. Klien mampu mengidentifikasi situasi yang menyebabkan ansietas.
d. Klien mampu mengatasi ansietas melalui teknik relaksasi.
e. Klien mampu memperagakan dan menggunakan teknik relaksasi untuk mengatasi
ansietas.
f. Klien mampu membina hubungan saling percaya.
g. Klien mampu melakukan aktifitas sehari-hari.

7
h. Klien mampu meningkatkan kesehatan fisik dan kesejahteraannya.
i. Klien terlindung dari bahaya.

TINDAKAN KEPERAWATAN:

a. Bina hubungan saling percaya


1) Pertimbangkan agar pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi.
2) Tindakan yang harus dilakukan dalam membina hubungan saling percaya
meliputi:
i) Mengucapkan salam terapeutik
ii) Berjabat tangan
iii) Menjelaskan tujuan interaksi
iv) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien atau
klien.
b. Bantu pasien mengenal ansietas
1) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya.
2) Bantu pasien menjelaskan situasi yang menimbulkan ansietas.
3) Bantu pasien mengenal penyebab ansietas.
4) Bantu klien menyadari perilaku akibat ansietas.
c. Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan rasa percaya diri.
1) Pengalihan situasi
2) Latihan relaksasi:
i) Tarik nafas dalam
ii) Mengerutkan dan mengendurkan otot-otot.
3) Hipnotis diri sendiri (latihan 5 jari).
d. Motivasi klien melakukan teknik relaksasi setiap kali ansietas muncul.

TINDAKAN KEPERAWATAN: SP 1
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Membantu pasien mengenal ansietas.
c. Mengajarkan tehnik relaksasi dengan pengalihan situasi.
d. Memasukkan ke dalam jadwal kegiatan sehari-hari.

TINDAKAN KEPERAWATAN: SP 2

a. Mengevaluasi latihan teknik pengalihan situasi.


b. Mengajarkan dan melatih tehnik relaksasi nafas dalam.
c. Memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian.

TINDAKAN KEPERAWATAN: SP 3

a. Mengevaluasi latihan teknik tarik nafas dalam


b. Mengajarkan dan melatih tehnik relaksasi progresif: mengerutkan dan
mengendurkan otot.
8
c. Memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian.

TINDAKAN KEPERAWATAN: SP 4

a. Mengevaluasi latihan tehnik relaksasi progresif mengerutkan dan mengendurkan


otot.
b. Mengajarkan dan melatih tehnik relaksasi lima jari.
c. Memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian.

Teknik relaksasi progresif:

a. Otot yang dapat dilatih mulai dari otot muka sampai otot kaki.
b. Kerutkan otot muka, kendurkan, 3-10 kali.
c. Otot punggung
d. Otot perut
e. Otot tangan
f. Otot kaki.

Teknik relaksasi lima jari:

a. Membayangkan, distraksi.
b. Sentuhkan ibu jari dengan telunjuk, sambil melakukannya, kenang saat merasa
sehat, menikmati kegiatan fisik yang menyenangkan, misalkan membayangkan
ketika baru saja selesai mengikuti pertandingan bulu tangkis dan bapak menjadi
pemenangnya.
c. Kedua, sentuhkan ibu jari dengan jari tengah, sambil melakukannya, kenang saat
pertama kali jatuh cinta, saat pertama kali bertemu dengan istri dan kenangan
indah yang lain.
d. Ketiga, sentuhkan ibu jari dengan jari manis dan bayangkan ketika saat pertama
menerima pujian yang paling berkesan.
e. Terakhir, sentuhkan ibu jari dengan kelingking dan bayangkan berada di satu
tempat yang paling disukai, misalnya pantai, bayangkan berjalan di sekeliling
pantai, kembangkan imajinasi.

Rencana Keperawatan berdasarkan tingkat ansietas:


1. Ansietas Ringan

Deskripsi Batasan Karakter Intervensi

9
Ansietas ringan a) Tidak nyaman. a) Gerakan tidak tenang.
adalah ansietas b) Gelisah. b) Perhatikan tanda peningkatan
normal dimana c) Insomnia ringan. ansietas.
motivasi individu d) Perubahan nafsuc) Bantu klien menyalurkan energi
pada keseharian makan ringan. secara konstruktif.
dalam batas e) Peka. d) Gunakan obat bila perlu.
kemampuan untuk f) Pengulangan e) Dorong pemecahan masalah.
melakukan dan pertanyaan. f) Berikan informasi akurat dan
memecahkan g) Perilaku mencarifuktual.
masalah meningkat. perhatian. g) Sadari penggunaan mekanisme
h) Peningkatan pertahanan.
kewaspadaan. h) Bantu dalam mengidentifikasi
i) Peningkatan keterampilan koping yang berhasil.
persepsi pemecahani) Pertahankan cara yang tenang dan
masalah. tidak terburu.
j) Mudah marah. j) Ajarkan latihan dan tehnik
relaksasi.

2. Ansietas Sedang

Deskripsi Batasan Karakter Intervensi


Ansietas sedang a) Perkembangan daria) Pertahankan sikap tidak tergesa-gesa,
adalah cemas ansietas ringan. tenang bila berurusan dengan pasien.
yang b) Perhatian terpilihb) Bicara dengan sikap tenang, tegas
mempengaruhi dari lingkungan. meyakinkan.
pengetahuan c) Konsentrasi hanyac) Gunakan kalimat yang pendek dan
baru dengan pada tugas-tugas individu. sederhana.
penyempitan d) Suara bergetar. d) Hindari menjadi cemas, marah, dan
lapangan e) Ketidaknyamanan melawan.
persepsi sehngga jumlah waktu yange) Dengarkan pasien.
individu digunakan. f) Berikan kontak fisik dengan
kehilangan f) Takikardia. menyentuh lengan dan tangan pasien.

10
pegangan tetapi gj) Perubahan dalamg) Anjurkan pasien menggunakan
dapat mengikuti nada suara. tehnik relaksasi.
pengarahan h) Gemetaran. h) Ajak pasien untuk mengungkapkan
orang lain. i) Peningkatan perasaannya.
ketegangan otot. i) Bantu pasien mengenali dan
j) Menggigit kuku,menamai ansietasnya.
memukul-mukulkan jari,
menggoyangkan kaki dan
mengetukkan jari kaki.

3. Ansietas Berat

Deskripsi Batasan Karakter Intervensi


Pada ansietas berat a) Perasaan terancam. a) Isolasi pasien dalam lingkungan
lapangan persepsi b) Ketegangan otot yangyang aman dan tenang.
menjadi sangat berlebihan. b) Biarkan perawatan dan kontak
menurun. Individu c) Diaforesis. sering sampai konstan.
cenderung d) Perubahan pernapasan. c) Berikan obat-obatan pasien
memikirkan hal e) Napas panjang. melakukan hal untuk dirinya sendiri.
yang sangat kecil f) Hiperventilasi. d) Observasi adanya tanda-tanda
saja dan g) Pusing. peningkatan agitasi.
mengabaikan hal h) Perubahan e) Jangan mennyentuh pasien
yang lain. Individu gastrointestinalis. tanpa permisi.
tidak mampu i) Mual muntah. f) Yakinkan pasien bahwa dia
berfikir realistis j) Rasa terbakar pada ulu hati. aman.
dan membutuhkan k) Anoreksia. g) Kaji keamanan dalam
banyak l) Diare atau konstipasi. lingkungan sekitarnya.
pengarahan, untuk m) Perubahan kardivaskuler
dapat memusatkan
pada daerah lain.
TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA
Tujuan tindakan untuk keluarga:

11
a. Keluarga mampu mengenal masalah ansietas pada anggota keluarganya.
b. Keluarga mampu memahami proses terjadinya masalah ansietas.
c. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami ansietas.
d. Keluarga mampu mempraktekkan cara merawat pasien dengan ansietas.
e. Keluarga mampu merujuk anggota keluarga yang mengalami ansietas.

Tindakan keperawatan keluarga yang dapat dilakukan adalah:

a. Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien.


b. Diskusikan tentang proses terjadinya ansietas serta tanda dan gejala.
c. Diskusikan tentang penyebab dan akibat dari ansietas.
d. Diskusikan cara merawat pasien dengan ansietas dengan cara mengakarkan teknik
relaksasi:
i) Mengalihkan situasi
ii) Latihan relaksasi
iii) Menghipnotis diri sendiri (latihan 5 jari).
e. Diskusikan dengan keluarga perilaku pasien yang perlu dirujuk dan bagaimana
merujuk pasien.
f. Terapi Aktivitas Kelompok.

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

A. SP 1 Pasien

Membantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya,menjelaskan


situasi, penyebab ansietas, menyadari perilaku ansietas,

Mengajarkan pasien teknik relaksasi nafas dalam untuk meningkatkan kontrol dan rasa

percaya diri : pengalihan situasi.

1. Fase Orientasi

12
a. Salam Terapeutik

“Assalamu’alaikum, Selamat pagi pak! Saya perawat yang bertugas pada pagi ini,
nama saya ima. Saya adalah mahasiswa dari Unversitas Respati Yogyakarta. Nama
bapak siapa?”

“bapak senangnya dipanggil apa?”

b. Evaluasi/validasi

“Bagaimana perasaan bapak hari ini? semalam tidurnya nyenyak?”

c. Kontrak :

1) Topik

“Bagaimana jika sekarang kita berbincang-bincang tentang kecemasandan


latihan cara mengontrol cemas dengan latihan relaksasi pak”

2) Waktu

“Berapa lama ibu punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya?


Bagaimana kalau 15 menit saja”

3) Tempat

“Dimana ibu mau berbincang-bincang dengan saya? Ya sudah, Bagaimana


jika diruangan ini saja kita berbincang-bincang”

4) Tujuan

“Tujuan dari kegiatan ini supaya ibu dapat mengetahui kecemasan yang
ibu rasakan serta cara mengatasinya”

2. Fase Kerja

“Sekarang coba ibu ceritakan apa yang bapak rasakan saat ini”

“Coba bapak ceritakan pada saya”

“Ouw jadi bapak merasa takut jika ketakutan bapak terhadap botol diketahui oleh
murid-murid bapak. Jika boleh saya tahu, bagaimana cara bapak mengatasi ketakutan
tersebut”

13
“Saya mengerti bagaimana perasaan bapak. Setiap orang akan memiliki perasaan
yang sama jika diposisi bapak. Tapi saya sangat kagum sama bapak Karena bapak
mampu menahan semua cobaan ini. Bapak adalah orang yang luar biasa. Yang perlu
bapak ketahui adalah bapak saat ini berada pada tingkat kecemasan yang sedang.
Untuk itu, bapak perlu melakukan terapi disaat bapak merasakan perasaan cemas
yang berat. Terapi ini akan membantu menurunkan tingkat kecemasan
bapak. Bagaimana kalau sekarang kita coba mengatasi kecemasanbapak dengan
latihan relaksasi dengan cara tarik nafas dalam, ini merupakan salah satu cara untuk
mengurangi kecemasan yang bapak rasakan”

“Bagaimana kalau kita latihan sekarang, Saya akan lakukan, bapak perhatikan saya,
lalu bapak bisa mengikuti cara yang sudah saya ajarkan. Kita mulai
ya pak.bapak silakan duduk dengan posisi seperti saya. Pertama-tama, bapak tarik
nafas dalam perlahan-lahan, setelah itu tahan nafas dalam hitungan tiga setelah
itubapak hembuskan udara melalui mulut dengan meniup udara perlahan-
lahan.Sekarang coba ibu praktikkan”

“Bagus sekali, bapak sudah mampu melakukannya. bapak bisa melakukan latihan ini
selama 5 sampai 10 kali sampai bapak merasa relaks atau santai. Selain cara tersebut
untuk mengatasi kecemasan bapak, bapak bisa melakukan dengan metode pengalihan
yaitu dengan bapak melepas kecemasan dengan tertawa, berolahraga, menulis
kecemasan bapak disebuah kertas,bersantai seperti jalan-jalan atau bapak juga bisa
mengatasinya dengan mendengarkan musik.

3. Fase Terminasi

a. Evaluasi

1) Subyektif

“Bagaimana perasaan bapak setelah kita ngobrol tentang masalah


yangbapak rasakan dan latihan relaksasi?”

2) Obyektif

“Coba bapak ulangi lagi cara yang sudah kita pelajari.”

3) Rencana Tindak Lanjut (RTL)

“Jam berapa bapak akan berlatih lagi melakukan cara ini?”

“Mari, kita masukkan dalam jadwal harian bapak. Jadi, setiap bapakmerasa

cemas, bapak bisa langsung praktikkan cara ini”

14
b. Kontrak yang akan datang

1) Topik

“Cara yang kita praktikkan tadi baru mengurangi sedikit kecemasan yang
bapak rasakan, bagamana jika kita latihan kembali besok pak? Jangan lupa
bapak mencoba teknik yang lain untuk mengurangi kecemasan bapak ya”

2) Waktu

“Bagaimana kalau kita latihan cara yang kedua ini besok, dengan jamyang
sama seperti hari ini. Berapa lama bapak punya waktu untuk berbincang-
bincang dengan saya besok? Bagaimana kalau 20 menit saja”

3) Tempat

“Dimana bapak akan latihan dengan saya besok? Ya sudah, bagaimana kalau
besok kita melakukannya disini saja”

B. SP 2 Pasien

Mengajarkan pasien teknik distraksi untuk meningkatkan kontrol diri dan mengurangi
ansietas :Melakukan hal yang disukai, Menonton TV, Mendengarkan music yang
disukai, Membaca koran, buku atau majalah, Motivasi pasien untuk melakukan teknik
distraksi setiap kali ansietas muncul.

1. Salam Terapeutik

“ Assalamu’alaikum, Selamat pagi bapak ! masih ingat dengan saya bapak?”

2. Evaluasi/Validasi

“Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah ibu sudah melatih cara mengalihkan
situasi untuk menghilangkan kecemasan bapak seperti yang saya ajarkan kemarin?”

“Coba bapak praktekan sekarang.” Bagus sekali bapak masih mengingatnya.”

“apakah bapak merasa terbantu dengan tehnik tersebut untuk mengatasi kecemasan
bapak?.”

3. Kontrak :

a. Topik

15
“Baiklah pak sesuai janji kita kemarin, hari ini saya datang kembali untuk
mendiskusikan tentang latihan distraksi dengan tehnik pengalihan.”

b. Waktu

” Berapa lama kita akan berlatih pak? “Bagaimana jika 10 menit?”

c. Tempat

“Dimana kita akan berdiskusi? “Bagaimana jika di halaman samping?”

d. Tujuan

“Tujuan dari latihan hari ini adalah agar bapak dapat meningkatkan
kontrol kecemasan pada diri bapak dan bapak dapat mempraktekkannya dalam
kehidupan sehari-hari bapak.”

4. Fase Kerja

“bapak, kemarin waktu kita diskusi bapak mengatakan bahwa saat cemas rasanya
seluruh badan ibu tegang, baik pikiran maupun fisik. Nah, latihan distraksi ini
bermanfaat untuk mengalihkan rasa cemasbapak sehingga membuat pikiran dan fisik
ibu relak atau santai. Dalam teknik ini ibu harus melakukan hal-hal yang dapat
membuat bapak relak misalnya dengan menonton acara televisi kesukaan bapak,
membaca buku atau majalah yang bapak suka, atau dengan mendengar music
yang bapak sukai. Nah, sekarang bapak sudah tau kan hal-hal apa saja yang
dapat bapak lakukan untuk mengurangi rasa cemas bapak. Nanti apabila ibu merasa
cemas lagi, bapak bisa melakukan salah satu teknik distraksi atau pengalihan yang
saya beritahu tadi.kegiatan mana yang bapak sukai? Baiklah sekarang kita
mendengarkan musik, bapak suka musik apa? Saya putarkan ya pak?

5. Fase Terminasi

a. Evaluasi

(1) Subjektif

“Bagaimana apa ada yang ingin bapak tanyakan dari penjelasan saya
tadi?”

(2) Objektif

“Coba ibu ulangi lagi cara yang sudah kita pelajari. Wah bagus sekali,nanti
jika ibu merasa cemas, ibu dapat melakukan teknik ditraksi yang tadi saya
jelaskan ya.”

16
b. Rencana Tindak Lanjut (RTL)

“Kapan bapak akan mulai mencoba melakukan cara ini? Baiklah


setiapbapak merasa cemas, bapak bisa langsung mempraktikkan cara ini.”

c. Kontrak yang akan datang

(1) Topik

“Nah, bapak, masih ada cara yang bisa digunakan untuk mengatasi
kecemasan bapak yaitu dengan teknik hipnotis diri sendiri atau hipnotis
dengan 5 jari.”

(2) Waktu

“Bagaimana kalau kita latihan cara yang ketiga ini besok dengan jamyang
sama seperti hari ini?”

(3) Tempat

“Mau latihan dimana kita pak? Bagaimana jika disini lagi ? Apa masih ada
yang mau ditanyakan pak? Baiklah kalau tidak ada saya pamit dulu.
Selamat siang.”

C. SP 3 Pasien

Menjelaskan cara teknik relaksasi hipnotis 5 jari, membantu pasien


mempraktikkan teknik relaksasi hipnotis 5 jari

1. Fase Orientasi

Salam Terapeutik

“Selamat pagi bapak”

2. Evaluasi/validasi

“Bagaimana perasaan bapak pagi ini? Apakah bapak masih gelisah dan tidak bisa
tidur? Apakah yang kemaren saya ajarkan sudah di praktekkan dalam jadwal harian
bapak? Nah kalau sudah coba di praktikkan kembali ya. Bagus pak”

3. Kontrak

a. Topik, Waktu, Tempat, Tujuan

“Baiklah pak, bagaimana kalau sekarang kita berbincang-bincang tentang


perasaan yang bapakrasakan? Dan saya akan mengajarkan bapak teknik

17
relaksasi hipnotis 5 jari untuk menghilangkan rasa gelisah bapak. Kita akan
berbincang-bincang selama 30 menit. Kita akan lakukan disini saja yapak.”

b. Tujuan

“Tujuan perbincangan kita hari ini adalah agar bapak mengetahui cara untuk
menghilangkan rasa gelisah bapak dengan teknik relaksasi hipnotis 5 jari dan
bapak dapat mempraktekkan ketika rasa gelisah bapak datangkembali.”

4. Fase Kerja

“Tadi bapak katakan, bapak merasa gelisah, tidak bisa tidur, coba bapak ceritakan
lebih lanjut tentang perasaan bapak, kenapa bapak tidak gelisah, apa yang bapak
pikirkan?”

“Oh, jadi bapak merasa takut jika ketakutan bapak terhadap botol diketahui orang
lain, Nah bapak, sekarang saya akan mengajarkan bapak teknik relaksasi degan cara
hipnotis 5 jari. Kita mulai ya pak. bapak pejamkan mata bapak, nah sekarang
tautkan jari telunjuk ibu dengan jempol bapak, sekarang bayangkan pada saat bapak
sedang bahagia. Sekarang tautkan jari tengah ibu dengan jempol, bayangkan saat
bapak bersama orang yang bapak sayangi/ cintai, sekarang taukan jari manis bapak
dengan jempol, bayangkan ketika bapak di puji oleh seseorang karena prestasi bapak,
dan sekarang tautkan jari kelingking bapak, bayangkan tempat yang paling indah
yang pernah di kunjungi. bapak, coba ulangi lagi cara teknik hipnotis 5 jari yang
sudah kita pelajari tadi. Wah bagus sekali, mari kita masukkan dalam jadwal harian
bapak. Jadi, setiap bapak merasa cemas, bapak bisa langsung praktikkan cara ini, dan
bisa melakukannya lagi sesuai jadwal yang telah kita buat.”

5. Fase Terminasi

a. Evaluasi

(1) Subyektif

“Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang bincang tentang


masalah yang bapak rasakan dan latihan mempaktekkan teknik relaksasi
hipnotis 5 jari?”

18
(2) Obyektif

“Nah, coba bapak praktikkan kembali apa yang


telah saya ajarkan tadi.Bagus, ternyata bapak masih ingat apa yang telah
saya ajarkan.”

b. Rencana Tindak Lanjut (RTL)

“Saya harap apa yang tadi saya ajarkan kepada bapak, bapak dapat
mempraktekkan kembali sekitar 2 kali dalam sehari ya pak.”

c. Kontrak yang akan datang

(1) Topik, Waktu, Tempat

“bapak sudah tidak terasa sudah 30 menit kita berbincang-bincang.Latihan


relaksasi ini adalah cara ke-3 yang bisa digunakan untuk mengatasi
kecemasan atau ketegangan bapak, kita bertemu lagi besok ya pak untuk
berbincang-bincang tentang apa yang sudah saya ajarkan kepada bapak
mau jam berapa pak? Seperti biasa jam 10 pagi ya dikamarbapak? Masih
ada yang mau ditanyakan atau tidak pak? Baiklah kalau tidak ada saya
pamit dulu. Selamat siang pak.”

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Carpenito, L.J., 1998. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 6. Alih Bahasa : Yasmin
Asih. Editor Monica Aster, Jakarta : EGC.
2. Carpenito, L.J.2007.Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta:EGC.
3. Cutler, Howard C. 2004. Seni Hidup Bahagia. Alih Bahasa: Alex Tri Kantjono Widodo.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
4. David AT. 2004. Buku Saku Psikiatri.Ed.6. Jakarta:EGC.
5. Herdman, T Heather. 2012. NANDA International, diagnosis Keperawatan definisi dan
klasifikasi. 2012-2014. Jakarta: EGC
6. Keliat, Budi Anna. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Editor Yasmin Asih,
Jakarta : EGC
7. Mallapiang.2003.Keperawatan Jiwa.Jakarta:EGC.
8. Potter Patricia A, Anne Griffin, P. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep
Klinis, Proses dan Praktik. Alih Bahasa: Yasmin Asih dkk. Editor edisi bahasa Indonesi:
Dewi Yulianti.
9. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Editor Yasmin Asih, 2000. Jakarta : EGC.
10. Rasmun, 2001, Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga.
Edisi Pertama, Jakarta : CV, Sagung Seto.
11. Ramaiah, Savitri. 2003. Kecemasan Bagaimana Mengatasi Penyebabnya. Jakarta:
Pustaka Populer Obor
12. Rochman, Kholil Lur. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto: Fajar Media Press
13. Struart, G.W., Sundeen, S.J., 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3.Jakarta: EGC
14. Stuart & Sundeen.2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Alih Bahasa: Achir Yani S
Hamid. Editor: Yasmin Asih. Cetakan 1. Jakarta: EGC.
15. Suliswati.2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
16. Townsend, M. C., 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri.
Edisi 3. Alih Bahas Novi Helena. Editor Monica Ester, Jakarta : EGC.
17. Tirtojiwo. 2012. Anxiey (Kecemasan). http://tirtojiwo.org/wpcontent/uploads/2012/06/
kuliah-anxiety.pdf diakses pada 25 Agustus 2014 pukul 18.57 WIB.
18. Videbeck, S.J., 2008, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC
19. Wiramihardja, Sutardjo. 2005. Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung: Refika Aditama
20. Yustinus, Semium. 2006. Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Kanisius

20

Anda mungkin juga menyukai