Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertumbuhan dan perkembangan merupakan salah satu sifat dari makhluk hidup. Kita
terkadang mengalami kesulitan dalam membedakan dua hal tersebut, karena dua hal tersebut
selalu berjalan secara beriringan, bersama dan saling melengkapi satu sama lain. Apakah
pertumbuhan dan perkembangan itu ?
Pertumbuhan adalah proses pertambahan volume yang irreversible (tidak berubah
kembali ke asal). Selama pertumbuhan terjadi pertambahan jumlah dan ukuran sel. Pertumbuhan
dapat di ukur dan di nyatakan secara kuantitatif. Perkembangan adalah proses menuju
tercapainya kedewasaan atau tingkat yang lebih sempurna. Perkembangan tidak dapat di
nyatakan secara kuantitatif.
Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan terjadi proses pembelahan
sel, pemanjangan sel, dan diferensiasi sel. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses
yang berjalan sejajar dan sulit untuk dipisahkan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu pertumbuhan dan perkembangan?
2. Apa saja hormon-hormon yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada
tumbuhan?

1.2Tujuan
1.Mendeskripsikan pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan
2. Mendeskrepsikan hormon-hormon yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
pada tumbuhan

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Penemuan Hormon


Terdapatnya atau peran zat pengatur tumbuh di tumbuhan pertama kali dikemukan oleh
Charles Darwin dalam bukunya “The Power of movement in plants.” Beliau melakukan
percobaan dengan rumput Canari (Phalaris canariensis) dengan memberinya sinar dari samping
dan ternyata terjadi pembengkokan ke arah datangnya sinar . Bagian yang tidak mendapat sinar
terjadi pertumbuhan yang lebih cepat daripada yang mendapat sinar sehingga terjadi
pembengkokkan. Tetapi jika ujung kecambah dari rumput Canari dipotong akan tidak terjadi
pembengkokan. Sehingga dianalisa bahwa jika ujung kecambah mendapat cahaya dari samping
akan menyebabkan terjadi pemindahan “pengaruh atau sesuatu zat” dari atas ke bawah yang
menyebabkan terjadinya pembengkokkan.
Boysen-jemsen (1913) melakukan penelitian dengan koleoptil Avena (kecambah dari biji
rumput-rumputan) menyatakan “pemindahan pengaruh adalah pemindahan zat alami yang
dihasilkan dalam koleoptil Avena. Paal (1919) menguatkan pendapat dengan menyatakan bahwa
“ujung batang adalah merupakan pusat pertumbuhan

2.2Pengertian Hormon Tumbuhan (Fitohormon)


Hormon merupakan zat pengatur tumbuh, yaitu molekul organik yang dihasilkan oleh
satu bagian tumbuhan dan ditransportasikan ke bagian lain yang dipengaruhinya. Hormon
pada tumbuhan (fitohormon) adalah sekumpulan senyawa organik bukan hara (nutrien), baik
yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia, yang dalam kadar sangat kecil (di
bawah satu milimol per liter, bahkan dapat hanya satu mikromol per liter) mendorong,
menghambat, atau mengubah pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan (taksis) tumbuhan.
Hormon tumbuhan merupakan bagian dari sistem pengaturan pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan. Kehadirannya di dalam sel pada kadar yang sangat rendah menjadi prekursor
(“pemicu”) proses transkripsi RNA. Hormon tumbuhan sendiri dirangsang pembentukannya
melalui signal berupa aktivitas senyawa-senyawa reseptor sebagai tanggapan atas perubahan
lingkungan yang terjadi di luar sel. Kehadiran reseptor akan mendorong reaksi pembentukan

2
hormon tertentu. Apabila konsentrasi suatu hormon di dalam sel telah mencapai tingkat tertentu,
atau mencapai suatu nisbah tertentu dengan hormon lainnya, sejumlah gen yang semula tidak
aktif akan mulai berekspresi. Dari sudut pandang evolusi, hormon tumbuhan merupakan bagian
dari proses adaptasi dan pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan
hidup jenisnya.
Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi genetik dan berfungsi sebagai
prekursor. Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya hormon tumbuhan. Bila konsentrasi
hormon telah mencapai tingkat tertentu, sejumlah gen yang semula tidak aktif akan mulai
ekspresi. Dari sudut pandang evolusi, hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses adaptasi
dan pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk mempertahankankelangsungan hidup
jenisnya.Pemahaman terhadap fitohormon pada masa kini telah membantu peningkatan hasil
pertanian dengan ditemukannya berbagai macam zat sintetis yang memiliki pengaruh yang sama
dengan fitohormon alami. Aplikasi zat pengatur tumbuh dalam pertanian modern mencakup
pengamanan hasil (seperti penggunaan cycocel untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap
lingkungan yang kurang mendukung), memperbesar ukuran dan meningkatkan kualitas produk
(misalnya dalam teknologi semangka tanpa biji), atau menyeragamkan waktu berbunga
(misalnya dalam aplikasi etilena untuk penyeragamanpembungaan tanaman buah musiman),
untuk menyebut beberapa contohnya. Hormon tumbuhan tidak dihasilkan oleh suatu kelenjar
sebagaimana pada hewan, melainkan dibentuk oleh sel-sel yang terletak di titik-titik tertentu
pada tumbuhan, terutama titik tumbuh di bagian pucuk tunas maupun ujung akar. Selanjutnya,
hormon akan bekerja pada jaringan di sekitarnya atau, lebih umum, ditranslokasi ke bagian
tumbuhan yang lain untuk aktif bekerja di sana. Pergerakan hormon dapat terjadi melalui
pembuluh tapis, pembuluh kayu, maupun ruang-ruang antarsel. Hormon dalam menjalankan
perannya, dapat berperan secara tunggal maupun dalam koordinasi dengan kelompok hormon
lainnya.
Penggunaan istilah “hormon” sendiri menggunakan analogi fungsi hormon pada hewan. Hormon
dalam konsentrasi rendah menimbulkan respons fisiologis. Terdapat 2 kelompok hormon yaitu :
a. Hormon pemicu pertumbuhan (auksin, Giberelin dan sitokinin)
b. Hormon penghambat pertumbuhan (asam absisat, gas etilen, hormon kalin dan asam
traumalin.

3
2.3Mekanisme Kerja Hormon
Tanaman secara alamiah tanaman sudah mengandung hormon pertumbuhan seperti
Auksin, giberelin dan Sitokin yang dalam tulisan ini diistilahkan dengan hormon endogen.
Kebanyakan hormon endogen di tanaman berada pada jaringan meristem yaitu jaringan yang
aktif tumbuh seperti ujung-ujung tunas/tajuk dan akar. Tetapi karena pola budidaya yang
intensif yang disertai pengelolaan tanah yang kurang tepat maka kandungan hormon endogen
tersebut menjadi rendah/kurang bagi proses pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman.
Akibatnya sering dijumpai pertumbuhan tanamaman lambat, kerontokan bunga/ buah, ukuran
umbi/buah kecil yang merupakan sebagian tanda kekurangan hormon (selain kekurangan zat
lainnya seperti unsur hara). Oleh karena itu penambahan hormon dari luar (hormon eksogen)
seperti produk hormonik yang mengandung hormon Auksin, Giberelin dan Sitokinin organik
(Non sintetik/kimia) mutlak diperlukan untuk menghasilkan pertumbuhan vegetatif dan generatif
tanaman yang optimal.
Untuk mengetahui bagaimana mekanisme kerja hormonik (Auksin, giberelin dan Sitokinin) pada
tanaman, berikut diuraikan secara global dan sederhana. Pemberian Auksin eksogen (hormonik)
akan meningkatkan permeabilitas dinding sel yang akan mempertinggi penyerapan unsur ,
diantaranya unsur N, Mg, Fe, Cu untuk membentuk chlorofil yang sangat diperlukan untuk
mempertinggi fotosintesis. Dengan fotosintesis yang semakin meningkat akan dihasilkan hasil
fotosintesis yang meningkat dan bersama dengan auxin akan bergerak ke akar untuk memacu
pembentukan giberelin dan Sitokinin di akar yang akan membantu pembentukan dan
perkembangan akar . Penambahan kandungan Auksin eksogen di akar akan meningkatkan
tekanan turgor akar sehingga giberelin dan Sitokinin endogen di akar akan diangkut ke atas/
bagian tajuk tanaman.
Adanya penambahan Sitokinin dan giberelin eksogen maka terjadi peningkatan
kandungan Sitokinin dan giberelin ditanaman (tajuk) dan akan meningkatkan jumlah sel (oleh
hormon Sitokinin) dan ukuran sel (oleh hormon giberelin) yang bersama-sama dengan hasil
fotosintat yang meningkat di awal penanaman akan mempercepat proses pertumbuhan vegetatif
tanaman (termasuk pembentukan tunas-tunas baru) selain juga mengatasi kekerdilan tanaman.
Seiring dengan pertumbuhan vegetatif tanaman, hasil fotosentesis akan meningkat terus dan
ditambah kandungan giberelin dan sitokinin eksogen akan meningkatkan perbandingan C/N yang
menyebabkan peralihan dari masa vegetatif ke generatif dengan terbentuknya kuncup

4
bunga/buah atau umbi. Pada saat terbentuk bunga atau buah, jika kandungan auksin rendah maka
sel-sel antara tangkai bunga/buah dengan ranting/cabang akan berubah menjadi jaringan mati
yaitu jaringan gabus sehingga bunga/buah mudah rontok. Dengan penambahan Auxin Eksogen
akan menghambat perubahan sel-sel tersebut menjadi jaringan gabus sehingga kerontokkan dapat
dicegah/dikurangi. Pada fase generatif ini penambahan hormon sitokinin dan giberelin eksogen
akan meningkatkan kapasitas jaringan penyimpanan hasil fotosintesa yang dipanen (umbi, buah
dll) yaitu sitokinin akan memperbanyak sel jaringan penyimpanan dan giberelin akan
memperbesar sel jaringan penyimpanan sehingga mampu menerima hasil-hasil fotosintesa lebih
banyak yang berakibat ukuran jaringan penyimpanan (buah) lebih besar (semangka, kentang, dll)
atau bernas (padi, jagung dll).
Hormon bekerja melalui pengikatan dengan reseptor spesifik\pengikatan dari hormon ke
reseptor ini pada umumnya memicu suatu perubahan penyesuaian pada reseptor sedemikian rupa
sehing menyampaikan informasi kepada unsur spesifik lain dari sel.
Reseptor initerletak pada permukaan sel atau intraselular. Interaksi permukaan hormonreseptor
memberikan sinyal pembentukan dari "messenger kedua"Interaksi hormon-reseptor ini
menimbulkan pengaruh pada ekspresi gen(3,7) Distribusi dari reseptor hormon memperlihatkan
variabilitas yang besar sekali. Reseptor untuk beberapa hormon, seperti insulin dan
glukokortikoid, terdistribusi secara luas, sementara reseptor untuk sebagianbesar
hormonmempunyai distribusi yang lebih terbatas. Adanya reseptor merupakandeterminan
(penentu) pertama apakah jaringan akan memberikan responterhadap hormon. Namun, molekul
yang berpartisipasi dalam peristiwa pasca-reseptor juga penting; hal ini tidak saja menentukan
apakah jaringan akanmemberikan respon terhadap hormon itu tetapi juga kekhasan dari
responitu. Hal yang terakhir ini memungkinkan hormon yang sama memiliki responyang berbeda
dalam jaringan yang berbeda.

2.4Macam-macam Hormon pada Tumbuhan


Macam hormon yang terdapat pada tumbuhan, antara lain auksin, giberelin, sitokinin, etilen,
asam traumalin, asam absisat, kalin.
A.Auksin
Auksin merupakan senyawa asetat (gugus indol) yang terdapat pada indol, contohnya
pada tanaman bawang merah Konsentrasi auksin lebih banyak terdapat pada daerah yang tidak

5
terkena cahaya. Bagi tanaman (batang) yang tidak terkena cahaya akan mengalami pertumbuhan
yang lebih cepat dibandingkan bagian lain yang terkena cahaya matahari akibat adanya auksin
ini. Pada tumbuhan, auksin dapat ditemukan di embrio biji, meristem tunas apical, dan daun-
daun muda.
Selain berpengaruh meningkatkan laju pemanjangan sel pada pertumbuhan seperti di
uraikan di atas, auksin juga merupakan hormone pengatur fisiologi yang dapat digunakan
untuk memacu pembentukan buah tanpa penyerbukan (disebut partenokarpi).

b) Giberelin
Giberelin merupakan hormon yang mirip dengan auksin. Hormone ini ditemukan Oleh P.
kurosawa (tahun 1926, di Jepang) pada jamur Giberella fujikuroi. Giberelin di produksi oleh
tumbuhan di meristem tunas apical, akar, daun muda, dan embrio.

Fungsi giberelin :
1) Memacu pertumbuhan buah tanpa biji (partenokarpi)
2) Menyebabkan tanaman mengalami pertumbuhan raksasa
3) Meyebabkan tanaman berbunga sebelum waktunya (tidak pada musimnya)
4) Memacu pembentukan cambium pada tanaman dikotil
5) Mematahkan dormansi buah dan biji

c) Sitokinin
Sitokinin ditemukan pada batang tembakau Oleh Skoog dan Miller.Struktur kimia
sitokinin mirip dengan adenine (basa nitrogen yang terdapat pada DNA dan ATP). Selain dapat
ditemukan di batang, sitokinin juga dapat di hasilkan di dalam akar dan akan diangkut ke organ
yang lain.

Fungsi Sitokinin, antara lain :


1) Memacau pembelahan sel
2) Mempercepat pelebaran daun
3) Mempercepat tumbuhnya akar
4) Memacu pertunasan lateral pada pucuk batang

6
5) Menunda pengguguran daun, Bungan, dan buah.

d) Etilen
Etilen merupakan satu-satunya hormone tumbuhan yang berbentuk gas.Gas etilen
mempercepat pemasakan buah, contohnya pada buah tomat, pisang, apel, dan jeruk.Buah-buah
tersebut dipetik dalam keadaan masih mentah dan berwarna hijau.Selanjutnya, buah-buah
tersebut dikemas dalam bentuk kotak berventilasi dan diberi gas etilen untuk mempercepat
pemasakan buah sehingga buah sampai ditempat tujuan dalam keadaan masak.Selain itu, gas
etilen juga menyebabkan penebalan batang dan memacu pembungaan.Oleh karena itu, etilen
dapat ditemukan pada jaringan buah yang sedang matang, buku batang, daun, dan bunga yang
menua.
e) Asam Traumalin
Seperti florigen, asam traumalin sebenarnya merupakan hormon hipotetik yaitu
merupakan gabungan beberapa aktivitas hormone yang ada (auksin, giberelin, sitokinin, etilen,
dan asam absisat). Apabila tumbuhan mengalami luka atau perlukaan karena gangguan fisik
maka akan segera terbentuk cambium gabus. Pembentukan cambium gabus itu terjadi karena
adanya pengaruh hormone luka (asam traumalin). Sebenarnya, peristiwa ini merupakan hasil
kerja sama antar hormone pada tumbuhan yang di sebut restitusi (regenerasi). Awalnya luka pada
tumbuhan akan memacu pengeluaran hormone luka yang kemudian merangsang pembentukan
cambium gabus. Pembentukan cambium gabus dilakukan oleh hormone giberelin, selanjutnya,
karena pengaruh hormone sitokinin, terbentuklah sel-sel baru yang akan membentuk jaringan
penutup luka yang disebut kalus. Asam traumalin ini dapat ditemukan pada dinding sel
tumbuhan.

f) Asam Absisat
Salah satu fungsi asam absisat adalah menghambat pertumbuhan tumbuhan. Pada
musim tertentu pertumbuhan akan terhambat. Hal itu merupakan adaptasi pertumbuhan terhadap
perubahan linkungan yang tidak memungkinkan bagi tumbuhan untuk tumbuh. Asam absisat
dapat ditemukan pada daun, batang, akar , dan buah biji.
Fungsi lain asam absisat adalah membantu tumbuhan mengatasi dan bertahan pada kondisi
lingkungan yang tidak menguntungkan (masa dormansi). Dalam keadaan dorman, tumbuhan

7
terlihat seperti mati, tetapi setelah kondisi lingkungan menguntungkan, ia akan tumbuh lagi dan
mucul tunas-tunas baru. Contohnya adalah pohon jati yang meranggas pada musim kemarau.

6. Asam jasmonat
7. Steroid (brasinosteroid)
8. Salisilat
9. Poliamina.
10. Asam traumalin
11. Kalin

2.5 Pengaruh Hormon pada Tumbuhan


Sinyal kimia interseluler untuk pertama kali ditemukan pada tumbuhan. Konsentrasi yang
sangat rendah dari senyawa kimia tertentu yang diproduksi oleh tanaman dapat memacu atau
menghambat pertumbuhan atau diferensiasi pada berbagai macam sel-sel tumbuhan dan dapat
mengendalikan perkembangan bagian-bagian yang berbeda pada tumbuhan.Dengan
menganalogikan senyawa kimia yang terdapat pada hewan yang disekresi oleh kelenjar ke aliran
darah yang dapat mempengaruhi perkembangan bagian-bagian yang berbeda pada tubuh, sinyal
kimia pada tumbuhan disebut hormon pertumbuhan. Namun, beberapa ilmuwan memberikan
definisi yang lebih terperinci terhadap istilah hormon yaitu senyawa kimia yang disekresi oleh
suatu organ atau jaringan yang dapat mempengaruhi organ atau jaringan lain dengan cara khusus.
Berbeda dengan yang diproduksi oleh hewan senyawa kimia pada tumbuhan sering
mempengaruhi sel-sel yang juga penghasil senyawa tersebut disamping mempengaruhi sel
lainnya, sehingga senyawa-senyawa tersebut disebut dengan zat pengatur tumbuh untuk
membedakannya dengan hormon yang diangkut secara sistemik atau sinyal jarak jauh.
a. Hormon Sitokinin
Hormon Sitokinin berfungsi mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi akar,
mendorong pembelahan sel dan pertumbuh-an secara umum, mendorong perkecambahan,
dan menunda penuaan. Cara kerja hormon Sitokinin yaitu dapat meningkatkan pembelahan,
pertumbuhan dan perkembangan kultur sel tanaman. Sitokinin juga dapat menunda penuaan
daun, bunga, dan buah dgn cara mengontrol dgn baik proses kemunduran yg menyebabkan
kematian sel-sel tanaman. Hormon Sitokinin diproduksi pada akar. Sitokinin sering juga disebut

8
dengan kinin, merupakan nama generik untuk substansi pertumbuhan yang khususnya
merangsang pembelahan sel (sitokinesis) (Gardner, dkk., 1991). Selanjutnya dijelaskan kinin
disintesis dalam akar muda, biji dan buah yang belum masak dan jaringan pemberi makan
(misalnya endosperm cair). Buah jagung, pisang, apel, air kelapa muda dan santan kelapa yang
belum tua merupakan sumber kinin yang kaya.
Kinin terbentuk dengan cara fiksasi suatu rantai beratom C – 5, ke suatu molekul adenin. Rantai
beratom C – 5 dianggap berasal dari isoprena. Basa purin merupakan penyusun kimia yang
umum pada kinin alami maupun kinin sintetik (Millers, 1955 dalam Wilkins, 1989). Biosintesis
sitokinin dengan bahan dasar mevalonic acid. Sebenarnya sudah sejak tahun 1892 ahli fisologi I.
Wiesner, menyatakan bahwa aktivitas pembelahan sel membutuhkan zat yang spesifik dan
adanya keseimbangan antara faktor-faktor endogenous. Secara pasti baru tahun 1955 sitokinin
ditemukan oleh C.O. Miller, Falke Skoog, M.H. Von Slastea dan F.M. Strong dinyatakan sebagai
isolasi zat yang disebut kinetin dari DNA yang diautoklap, sangat aktif sebagai promotor
mitosis dan pembelahan sel kalus (Moree, 1979).
Selanjutnya dijelaskan bahwa kata sitokinin berasal dari pengertian cytokinesis yang
berarti pembelahan sel. Sitokinin alami ditemukan oleh D.S. Lethan dan C.O. Miller tahun 1963
diisolasi dalam bentuk kristal dari biji jagung yang belum matang disebut zeatin. Sitokini alami
terjadi dari derivat isopentenyl adenine. Sitokinin sintetik yang paling umum dimanfaatkan di
bidang pertanian seperti BA, kinetin dan PBA. Kinin menimbulkan kisaran respons yang luas,
tetapi kinin bertindak secara sinergis dengan auxin dan juga hormon lain.
Sebagian besar tumbuhan memiliki pola pertumbuhan yang kompleks yaitu tunas lateralnya
tumbuh bersamaan dengan tunas terminalnya. Pola pertumbuhan ini merupakan hasil interaksi
antara auksin dan sitokinin dengan perbandingan tertentu. Sitokinin diproduksi dari akar dan
diangkut ke tajuk, sedangkan auksin dihasilkan di kuncup terminal kemudian diangkut ke bagian
bawah tumbuhan. Auksin cenderung menghambat aktivitas meristem lateral yang letaknya
berdekatan dengan meristem apikal sehingga membatasi pembentukan tunas-tunas cabang dan
fenomena ini disebut dominasi apikal. Kuncup aksilar yang terdapat di bagian bawah tajuk
(daerah yang berdekatan dengan akar) biasanya akan tumbuh memanjang dibandingkan dengan
tunas aksilar yang terdapat dekat dengan kuncup terminal. Hal ini menunjukkan ratio sitokinin
terhadap auksin yang lebih tinggi pada bagian bawah tumbuhan.

9
Interaksi antagonis antara auksin dan sitokinin juga merupakan salah satu cara tumbuhan dalam
mengatur derajat pertumbuhan akar dan tunas, misalnya jumlah akar yang banyak akan
menghasilkan sitokinin dalam jumlah banyak. Peningkatan konsentrasi sitokinin ini
akanmenyebabkan sistem tunas membentuk cabang dalam jumlah yang lebih banyak. Interaksi
antagonis ini umumnya juga terjadi di antara ZPT tumbuhan lainnya.
b. Hormon Auksin
Auksin adalah zat yang di temukan pada ujung batang, akar, pembentukan bunga yang
berfungsi untuk sebagai pengatur pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel di daerah
belakang meristem ujung. Hormon auksin adalah hormon pertumbuhan pada semua jenis
tanaman.nama lain dari hormon ini adalah IAA atau asam indol asetat. Letak dari hormon auksin
ini terletak pada ujung batang dan ujung akar.
Fungsi dari hormon auksin ini dalah membantu dalam proses mempercepat pertumbuhan, baik
itu pertumbuhan akar maupun pertumbuhan batang, mempercepat perkecambahan, membantu
dalam proses pembelahan sel, mempercepat pemasakan buah, mengurangi jumlah biji dalam
buah. kerja hormon auksin ini sinergis dengan hormon sitokinin dan hormon giberelin.tumbuhan
yang pada salah satu sisinya disinari oleh matahari maka pertumbuhannya akan lambat karena
kerja auksin dihambat oleh matahari tetapi sisi tumbuhan yang tidak disinari oleh cahaya
matahari pertumbuhannya sangat cepat karena kerja auksin tidak dihambat.sehingga hal ini akan
menyebabkan ujung tanaman tersebut cenderung mengikuti arah sinar matahari atau yang
disebut dengan fototropisme.
Untuk membedakan tanaman yang memiliki hormon yang banyak atau sedikit kita harus
mengetahui bentuk anatomi dan fisiologi pada tanaman sehingga kita lebih mudah untuk
mengetahuinya. sedangkan untuk tanaman yang diletakkan ditempat yang terang dan gelap
diantaranya untuk tanaman yang diletakkan ditempat yang gelap pertumbuhan tanamannya
sangat cepat selain itu tekstur dari batangnya sangat lemah dan cenderung warnanya pucat
kekuningan.hal ini disebabkan karena kerja hormon auksin tidak dihambat oleh sinar matahari.
sedangkan untuk tanaman yang diletakkan ditempat yang terang tingkat pertumbuhannya sedikit
lebih lambat dibandingkan dengan tanaman yang diletakkan ditempat gelap,tetapi tekstur
batangnya sangat kuat dan juga warnanya segar kehijauan, hal ini disebabkan karena kerja
hormon auksin dihambat oleh sinar matahari.

10
Cara kerja hormon Auksin adalah menginisiasi pemanjangan sel dan juga memacu protein
tertentu yg ada di membran plasma sel tumbuhan untuk memompa ion H+ ke dinding sel. Ion H+
mengaktifkan enzim ter-tentu sehingga memutuskan beberapa ikatan silang hidrogen rantai
molekul selulosa penyusun dinding sel. Sel tumbuhan kemudian memanjangm akibat air yg
masuk secara osmosis.
Auksin merupakan salah satu hormon tanaman yang dapat meregulasi banyak proses
fisiologi, seperti pertumbuhan, pembelahan dan diferensiasi sel serta sintesa protein. Auksin
diproduksi dalam jaringan meristimatik yang aktif (yaitu tunas , daun muda dan buah) (Gardner,
dkk., 1991). Kemudian auxin menyebar luas dalam seluruh tubuh tanaman, penyebarluasannya
dengan arah dari atas ke bawah hingga titik tumbuh akar, melalui jaringan pembuluh tapis
(floom) atau jaringan parenkhim (Rismunandar, 1988).
Auksin atau dikenal juga dengan IAA = Asam Indolasetat (yaitu sebagai auxin utama pada
tanaman), dibiosintesis dari asam amino prekursor triptopan, dengan hasil perantara sejumlah
substansi yang secara alami mirip auxin (analog) tetapi mempunyai aktifitas lebih kecil dari IAA
seperti IAN = Indolaseto nitril,TpyA = Asam Indolpiruvat dan IAAld = Indolasetatdehid. Proses
biosintesis auxin dibantu oleh enzim IAA-oksidase (Gardner, dkk., 1991).
Auksin pertama kali diisolasi pada tahun 1928 dari biji-bijian dan tepung sari bunga yang tidak
aktif, dari hasil isolasi didapatkan rumus kimia auksin (IAA = Asam Indolasetat) atau
C10H9O2N. Setelah ditemukan rumus kimia auksin, maka terbuka jalan untuk menciptakan
jenis auksin sintetis seperti Hidrazil atau 2, 4 - D (asam -Nattalenasetat), Bonvel Da2, 4 -
Diklorofenolsiasetat), NAA (asam (asam 3, 6 - Dikloro - O - anisat/dikambo), Amiben atau
Kloramben (Asam 3 - amino 2, 5 – diklorobenzoat) dan Pikloram/Tordon (asam 4 – amino – 3,
5, 6 – trikloro – pikonat).
Auksin sintetis ini sudah digunakan secara luas dan komersil di bidang pertanian, dimana batang,
pucuk dan akar tumbuh-tumbuhan memperlihatkan respon terhadap auksin, yaitu peningkatan
laju pertumbuhan terjadi pada konsentrasi yang optimal dan penurunan pertumbuhan terjadi pada
konstrasi yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Setelah pemanjangan ini, sel terus tumbuh
dengan mensintesis kembali material dinding sel dan sitoplasma. Selain memacu peman-jangan
sel, hormon Auksin yg di kombinasikan dengan Giberelin dapat memacu pertumbuhan jaringan
pembuluh dan mendorong pembelahan sel pada kambium pembuluh sehingga mendukung
pertumbuhan diameter batang.

11
c.Asam absisat (ABA)
Musim dingin atau masa kering merupakan waktu dimana tanaman beradaptasi menjadi
dorman (penundaan pertumbuhan). Pada saat itu, ABA yang dihasilkan oleh kuncup
menghambat pembelahan sel pada jaringan meristem apikal dan pada kambium pembuluh
sehingga menunda pertumbuhan primer maupun sekunder. ABA juga memberi sinyal pada
kuncup untuk membentuk sisik yang akan melindungi kuncup dari kondisi lingkungan yang
tidak menguntungkan. Dinamai dengan asam absisat karena diketahui bahwa ZPT ini
menyebabkan absisi/rontoknya daun tumbuhan pada musim gugur. Nama tersebut telah popular
walaupun para peneliti tidak pernah membuktikan kalau ABA terlibat dalam gugurnya daun.
Pada kehidupan suatu tumbuhan, merupakan hal yang menguntungkan untuk
menunda/menghentikan pertumbuhan sementara. Dormansi biji sangat penting terutama bagi
tumbuhan setahun di daerah gurun atau daerah semiarid, karena proses perkecambahan dengan
suplai air terbatas akan mengakibatkan kematian. Sejumlah faktor lingkungan diketahui
mempengaruhi dormansi biji, tetapi pada banyak tanaman ABA tampaknya bertindak sebagai
penghambat utama perkecambahan. Biji-biji tanaman setahun tetap dorman di dalam tanah
sampai air hujan mencuci ABA keluar dari biji. Sebagai contoh, tanaman dune primroses (bunga
putih) dan tanaman matahari (bunga kuning) di gurun Anza – Borrego (California), biji-bijinya
akan berkecambah setelah hujan deras .
Sebagaimana telah dibahas di atas bahwa giberelin juga berperan dalam perkecambahan
biji. Pada banyak tumbuhan, rasio ABA terhadap giberelin menentukan apakah biji akan tetap
dorman atau berkecambah. Hal yang sama juga terdapat pada kasus dormansi kuncup yang
pertumbuhannya dikontrol oleh keseimbangan konsentrasi antar ZPT. Sebagai contoh pada
pertumbuhan kuncup dorman tanaman apel, walaupun konsentrasi ABA pada kenyataannya
lebih tinggi, tetapi gibberellin dengan konsentrasi yang tinggi pada kuncup yang sedang tumbuh
menunjukkan pengaruh yang sangat kuat pada penghambatan pertumbuhan tunas dorman.
Selain perannya pada dormansi, ABA berperan juga sebagai “ stress plant growth hormon” yang
membantu tanaman tersebut menghadapi kondisi yang tidak menguntungkan, misalnya pada saat
tumbuhan mengalami dehidrasi, ABA diakumulasikan di daun dan menyebabkan stomata
menutup. Hal ini walaupun mengurangi laju fotosintesis, tumbuhan akan terselamatkan dari
kehilangan air lebih banyak melalui proses transpirasi.

12
d. Giberelin
Kita akan melakukan percobaan 2 kelompok tanaman padi yang sedang tumbuh.
Kelompok di sebelah kiri adalah tanaman padi dengan pertumbuhan normal; sedangkan tanaman
di sebelah kiri adalah tanaman padi dengan tinggi tanaman yang lebih besar tetapi memiliki daun
yang berwarna kuning. Tanaman padi ini telah terinfeksi oleh cendawan Gibberella fujikuroi.
Bibit padi yang telah terinfeksi akan rebah dan mati sebelum sempat menjadi dewasa dan
berbunga. Selama berabad-abad petani padi di Asia mengalami kerugian akibat kerusakan yang
ditimbulkan oleh cendawan ini. Di Jepang, pola pertumbuhan yang menyimpang ini disebut juga
dengan “bakanae” atau “foolish seedling disease” atau “penyakit rebah anakan/kecambah“ .
Pada tahun 1926, ilmuwan Jepang (Eiichi Kurosawa) menemukan bahwa cendawan Gibberella
fujikuroi mengeluarkan senyawa kimia yang menjadi penyebab penyakit tersebut. Senyawa
kimia tersebut dinamakan Giberelin. Belakangan ini, para peneliti menemukan bahwa giberelin
dihasilkan secara alami oleh tanaman yang memiliki fungsi sebagai ZPT. Penyakit rebah
kecambah ini akan muncul pada saat tanaman padi terinfeksi oleh cendawan Gibberella fujikuroi
yang menghasilkan senyawa giberelin dalam jumlah berlebihan.
Pada saat ini dilaporkan terdapat lebih dari 110 macam senyawa giberelin yang biasanya
disingkat sebagai GA. Setiap GA dikenali dengan angka yang terdapat padanya, misalnya GA6 .
Giberelin dapat diperoleh dari biji yang belum dewasa (terutama pada tumbuhan dikotil), ujung
akar dan tunas , daun muda dan cendawan. Sebagian besar GA yang diproduksi oleh tumbuhan
adalah dalam bentuk inaktif, tampaknya memerlukan prekursor untuk menjadi bentuk aktif. Pada
spesies tumbuhan dijumpai kurang lebih 15 macam GA. Disamping terdapat pada tumbuhan
ditemukan juga pada alga, lumut dan paku, tetapi tidak pernah dijumpai pada bakteri. GA
ditransportasikan melalui xilem dan floem, tidak seperti auksin pergerakannya bersifat tidak
polar.
Asetil koA, yang berperan penting pada proses respirasi berfungsi sebagai prekursor pada
sintesis GA. Kemampuannya untuk meningkatkan pertumbuhan pada tanaman lebih kuat
dibandingkan dengan pengaruh yang ditimbulkan oleh auksin apabila diberikan secara tunggal.
Namun demikian auksin dalam jumlah yang sangat sedikit tetap dibutuhkan agar GA dapat
memberikan efek yang maksimal. Sebagian besar tumbuhan dikotil dan sebagian kecil tumbuhan
monokotil akan tumbuh cepat jika diberi GA, tetapi tidak demikian halnya pada tumbuhan

13
konifer misalnya pinus. Jika GA diberikan pada tanaman kubis tinggi tanamannya bisa mencapai
2 m. Banyak tanaman yang secara genetik kerdil akan tumbuh normal setelah diberi GA.
Efek giberelin tidak hanya mendorong perpanjangan batang, tetapi juga terlibat dalam
proses regulasi perkembangan tumbuhan seperti halnya auksin .Pada beberapa tanaman
pemberian GA bisa memacu pembungaan dan mematahkan dormansi tunas-tunas serta biji.
Disintesis pada ujung batang dan akar, giberelin menghasilkan pengaruh yang cukup luas. Salah
satu efek utamanya adalah mendorong pemanjangan batang dan daun. Pengaruh GA umumnya
meningkatkan kerja auksin, walaupun mekanisme interaksi kedua ZPT tersebut belum diketahui
secara pasti. Demikian juga jika dikombinasikan dengan auksin, giberelin akan mempengaruhi
perkembangan buah misalnya menyebabkan tanaman apel, anggur, dan terong menghasilkan
buah walaupun tanpa fertilisasi. Diketahui giberelin digunakan secara luas untuk menghasilkan
buah anggur tanpa biji pada varietas Thompson. Giberelin juga menyebabkan ukuran buah
anggur lebih besar dengan jarak antar buah yang lebih renggang di dalam satu gerombol
Giberelin juga berperan penting dalam perkecambahan biji pada banyak tanaman. Biji-biji yang
membutuhkan kondisi lingkungan khusus untuk berkecambah seperti suhu rendah akan segera
berkecambah apabila disemprot dengan giberelin. Diduga giberelin yang terdapat di dalam biji
merupakan penghubung antara isyarat lingkungan dan proses metabolik yang menyebabkan
pertumbuhan embrio. Sebagai contoh, air yang tersedia dalam jumlah cukup akan menyebabkan
embrio pada biji rumput-rumputan mengeluarkan giberelin yang mendorong perkecambahan
dengan memanfaatkan cadangan makanan yang terdapat di dalam biji. Pada beberapa tanaman,
giberelin menunjukkan interaksi antagonis dengan ZPT lainnya misalnya dengan asam absisat
yang menyebabkan dormansi biji.

2.6 Faktor - Faktor Hormon pada Tumbuhan


a. Faktor Regulasi
Faktor regulasi adalah senyawa kimia yang mengontrol produksi sejumlah hormon yang
memiliki fungsi penting bagi tubuh. Senyawa tersebut dikirim ke lobus anterior kelenjar pituitari
oleh hipotalamus.Terdapat 2 faktor regulasi, yaitu faktor pelepas (releasing factor) yang
menyebabkan kelenjar pituitari mensekresikan hormon tertentu dan faktor penghambat
(inhibiting factor) yang dapat menghentikan sekresi hormon tersebut. Sebagai contoh adalah
FSHRF (faktor pelepas FSH) dan LHRF (faktor pelepas LH) yang menyebabkan

14
dilepaskannya hormon FSH dan LH.

b. Hormon Antagonistik
Hormon antagonistik merupakan hormon yang menyebabkan efek yang berlawanan,
contohnya glukagon dan insulin. Saat kadar gula darah sangat turun, pankreas akan
memproduksi glukagon untuk meningkatkannya lagi. Kadar glukosa yang tinggi menyebabkan
pankreas memproduksi insulin untuk menurunkan kadar glukosa tersebut.

15
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan makalah yang telah dibuat, hormon pada tumbuhan terdiri dari beberapa
hormon dan fungsi yang berbeda-beda. Hormon dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan pada tanaman.

4.2. Saran
Penulis menyarankan agar pembaca dapat memahami materi yang diberikan oleh penulis.

16
DAFTAR PUSTAKA

Hanafi Ikhsan,S.Pd.2006,EKSIS(EFEKTIF UNTUK KEGIATAN SISWA).Citra Pustaka.

17

Anda mungkin juga menyukai