SKRIPSI
Disusun Oleh:
SUROTUL ILMIYAH
NIM : 1110101000038
ABSTRAK
ii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
PUBLIC HEALTH DEPARTMENT
HEALTH PROMOTION SPECIALIZATION
ABSTRACT
HIV-AIDS epidemic increased remains a serious public health problem in
the world, including Indonesia. Voluntary Counselling and Testing (VCT) is a
public health strategy to anticipate the spread of HIV infection. Ciputat Health
Center is the first health center in South Tangerang which already have VCT
services. However, It found a problem in practice. This study aims to describe the
social marketing planning of VCT (Voluntary Counselling and Testing) of HIV-
AIDS program in Ciputat Health Center, 2014.
This research was a qualitative research with a descriptive approach.
Informants were selected by purposive sampling, It obtained by 7 informants,
including Responsible Person of VCT program at the health center, head of the
health center, health promotion Workers, South Tangerang Health Department,
NGO partner, VCT patients in Health Center, and non-VCT patients. The results
showed thet Ciputat Health Center has not made an optimal social marketing plan
of VCT HIV-AIDS programs because there is no authentic evidence of VCT social
marketing proposal legalized by Head of Puskesmas. This Health Center just
support the planning of target audience profile, factors influencing adoption of
behavior, develop a strategic marketing mix (4P’s), outline a plan for monitoring
and evaluating, establish budget and find funding source, plan for campaign
implementation and management. It does not describe background, purpose and
focus, situation analysis, marketing objectives and goals, positioning statement.
This proves that the low interest of the community due to an unoptimal social
marketing plan. It is expected that health center can do a social marketing
planning efforts for VCT HIV-AIDS program in detail of describe background,
purpose and focus, situation analysis, marketing objectives and goals, positioning
statement and documented in the form of social marketing proposals validated by
the Head of Health Center as guidelines for the implementation of social
marketing.
iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Judul Skripsi
GAMBARAN PERENCANAAN PEMASARAN SOSIAL PROGRAM
VOLUNTARY COUNSELLING AND TESTING (VCT) HIV-AIDS
DI PUSKESMAS CIPUTAT
TAHUN 2014
Disusun Oleh:
SUROTUL ILMIYAH
NIM. 1110101000038
Pembimbing I Pembimbing II
iv
PANITIA SIDANG SKRIPSI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Penguji I
Penguji II
Penguji III
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Agama : Islam
Kewarnegaraan : Indonesia
Alamat
: Jl. Ibnu Taimia IV No. 195 Komplek Dosen UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta 15419
E-mail : ilmiyah_hkarim@yahoo.co.id
Telepon : 085780334188
Riwayat Pendidikan :
TAHUN PENDIDIKAN FORMAL
vi
Penghargaan:
TAHUN PENGHARGAAN
2010 Penerima Beasiswa S1 Program Beasiswa Santri
Berprestasi (PBSB) Kementrian Agama RI
2011 Juara Harapan 3 Lomba National Business Plan
2012 Runner Up dan Juara Favorit Mahasiswa Berprestasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
2013 Delegasi Indonesia untuk AISEF Student Exchange,
ASEAN Youth Friendship Network in Chiang Mai,
Thailand
2013 Best Delegate International Studies Club ISCDC United
State Diplomatic Course
2013 Inspiring Writer for a Great Dream Book, Ministry of
Religious Affairs
2013 Juara 1 Lomba Health Interprofesionalism Education
Pengalaman Kerja :
TAHUN PROFESI
2010 Freelance Writer in Mata Pena Writer (MPW)
2011-2012 Researcher in KOMPAS
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT dan junjungan Nabi besar kita,
Muhammad SAW atas segala limpahan rahmat serta hidayahnya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul
“GAMBARAN PERENCANAAN PEMASARAN SOSIAL PROGRAM
VOLUNTARY COUNSELLING AND TESTING (VCT) HIV-AIDS DI
PUSKESMAS CIPUTAT TAHUN 2014”. Penulis menyadari bahwa
dalam penyusunan proposal ini tidak terwujud tanpa ada bantuan dan
bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini penulis tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. Komarudin Hidayat, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Prof. DR (hc). Dr. M. K. Tadjudin, Sp. And selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat, Febrianti, SP, M.Si dan
Sekretaris Program Studi Kesehatan Masyarakat, Catur Rosidati,
MKM yang senantiasa mengorganisasi Prodi Kesehatan Masyarakat
dengan baik.
4. Raihana N. Alkaff, SKM, MMA, selaku dosen pembimbing fakultas,
mentor promosi kesehatan yang telah memberi kesempatan dan
dukungan kepada penulis untuk melakukan penelitian
5. Dr. Drs. M. Farid Hamzenz, M.Si selaku dosen pembimbing fakultas,
mentor promosi kesehatan yang telah memberi kesempatan dan
dukungan kepada penulis untuk melakukan penelitian
6. dr. Yuli Prapancha Satar, MARS yang telah banyak memberikan
saran selama menjadi penguji sidang skripsi
7. Milza N. Rosad, SH, MARS yang telah banyak memberikan saran
selama menjadi penguji sidang skripsi
8. Kepada seluruh staf dosen pengajar peminatan promosi kesehatan dan
Program Studi Kesehatan Masyarakat, ibu Yuli Amran, MKM, Fase
viii
Badriah, PhD, Rostini, MKM, Julie Rostina, MKM, Narila Mutia
Nasir, Ph.D, Gitalia Budhi Utami, MKM, Farihah Sulasiah, MKM,
Riastuti MKM, Minsarnawati Tahangnacca, MKM, Lilis Muchlisoh,
MKM, Ratri Ciptaningtyas,S.sn.Kes, Prof. Alisa, Prof. Huzaimah
Tahido Yanggo dosen penulis yang telah memberikan banyak ilmu
yang bermanfaat, saran dan bimbingan selama kuliah
9. Dr. Abdillah Assegaff, dr. Derly, Ibu Februanti, Bidan Popoy, Bidan
Rahma, Mba Chory LSM Kotek, Mas Puja, S.Kep dari Dinas
Kesehatan Kota Tangerang Selatan, segenap staff serta ibu kader
Puskesmas Ciputat terima kasih atas ilmu yang diberikan, telah
mengizinkan peneliti untuk menyelesaikan penelitian skripsi
10. Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementrian
Agama RI, Bapak Dr. H. Imam Safei, M.Pd, Kasubdit Pendidikan
Pesantren, Drs. Khaeroni, M.Si Kasubdit Penelitian dan Pengabdian
pada Masyarakat, Bapak Ruchman Basori yang telah memberikan
banyak inspirasi dan membimbing selama proses menjalankan studi
S1 dari Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB)
11. dr. Fika Ekayanti, M.Med.Ed pembimbing dan pengelola PBSB
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta
12. Pengasuh Pondok Pesantren Terpadu Miftahul Ulum Al-Yasini
beserta Dewan Guru, KH. A. Mujib Imron, SH, MH, Ibu Nyai Hj.
Zakiyah, Ning Hj. Hanifah, Ning Hj. Ilvi Nur Diana, Ning Hj. Nanik,
Mas Ahmad Ghozali, SE, Mas Fuad, dr. Kholidatul Husna yang telah
memberikan banyak wejangan, ilmu yang bermanfaat serta semangat
untuk menempuh pendidikan tinggi.
13. Keluarga tercinta, khususnya untuk Ayah H. Abdul Karim dan Umi
Hj. Siti Anisah, Adik tersayang M. Ainul Yaqin, M. Ainur Rofiq yang
selalu memberikan doa dan motivasi tak terhingga selama proses studi
dan skripsi. Terima kasih untuk kasih sayang yang tak bertepi.
14. Ari Hardianto, SPd.I calon pendamping dunia akhirat, terima kasih
untuk motivasinya, waktunya, bantuannya dan doanya dalam
menyelesaikan skripsi ini.
ix
15. Dr. H. TB. Ace Hasan Syadzily, M.Si, anggota DPR RI Komisi VIII
beserta istri Hj. Rita Fitria, SPd.I yang telah banyak memberikan
inspirasi dan motivasi serta memberikan tempat untuk mengajar di
TPQ At Taawun.
16. Sahabat seperjuangan penulis Kurnia Anisah, S.Farm, Qoriatus
Sholiha, Miftahul Ma’wah, Ayu Wulan Sari, Siti Anisah Mahfudzhoh
sahabat di Community Santri Scholar of Ministry of Religious Affairs
(CSS MoRA), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII),
KOPRI dan ASPI PMII Cabang Ciputat, Sahabat-sahabat terbaikku di
Promosi Kesehatan 2010, Promkes 2011, Kesmas 2010, terima kasih
atas kebersamaan yang telah kita lalui selama empat tahun ini semoga
kebersamaan ini selalu terjaga
17. Terima kasih untuk seluruh sahabat Redaktur majalah SANTRI CSS
MoRA Nasional, sahabat seprofesi di LSM Indonesian Women’s
Institute (IWI) Hj. Siti Haniatunnisa Ma’ruf Amin, LLB, MH, Any
Arifaeni, SThi, sahabat di Himpunan Pengusaha Santri Indonesia
(HIPSI), sahabat Pimpinan Wilayah Fatayat NU Banten, Pimpinan
Cabang Fatayat Tangerang Selatan.
18. Terima kasih untuk anak didikku di TPQ At-Ta’awun, member-
member ku dan sahabat tutor di Alphabet English Course and Camp.
19. Terima kasih untuk kakak angkatku di CSS MoRA Kak Ida Farida,
SKM, Zumroti, SKM, Liazul Kholifah, SKM, Azizatul Hamidiyah,
SKM dan adik angkatku di CSS MoRA, Sukma Mardiyah, Astuti, Sri
Purwanti, semoga kebersamaan kita tetap terjaga.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih
kurang dari sempurna sehingga penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran demi kemajuan dan kesuksesan di masa yang akan datang.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
x
LEMBAR PERSEMBAHAN
“Hidup itu bukan sekedar untuk hidup, hidup juga bukan sekedar untuk mati,
tapi hidup itu untuk hidup selamanya” (Ayah)
xi
DAFTAR ISI
ABSTRAK …………………………………………………………............. ii
LEMBAR PERSEMBAHAN……………………………………............... xi
BAB I PENDAHULUAN
xii
1.6 Ruang Lingkup Penelitian................................................................14
xiii
BAB III KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH
xiv
5.4 Gambaran Perencanaan Latar Belakang, Tujuan dan Fokus
Program........................................................................................78
BAB VI PEMBAHASAN
xv
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN.......................................................173
7.1 Simpulan…………………….........……......…….….....................173
7.2 Saran…………………….........……......………………................176
DAFTAR PUSTAKA…………………….........……......…….….............xxi
LAMPIRAN
xvi
DAFTAR TABEL
No. Tabel
Ciputat........................................................................................ 143
Tabel 6.3 Peran Pihak Yang Terlibat dalam Pemasaran Sosial VCT
xvii
DAFTAR BAGAN
No. Bagan
xviii
DAFTAR GAMBAR
xix
DAFTAR LAMPIRAN
xx
DAFTAR PUSTAKA
Basir, Abdul. (2006). Beberapa Faktor yang Berhubungan Dengan Minat Ulang
Bandung.
Cheng, Hong, Kotler, Lee. 2009. Social Marketing for Public Health An
Clinical Services Unit FHI. 2007. Standar Operasional Prosedur Klinik IMS dan
Cooper D.R dan Schinder, P.S. 2006. Metode Riset Bisnis. Jakarta: Media Global
Edukasi.
Dinas Kesehatan Banten. 2012. Estimasi Jumlah Populasi Kunci Tahun 2012.
xxi
Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. 2013. Laporan Bulanan Program
Komponen AIDS Bulanan Q-15 Bulan Januari s.d Maret 2014. Pamulang:
Dinas Kesehatan Provinsi Banten. 2006. Konseling dan Tes HIV Sukarela
Ditjen PP & PL DepKes RI, 2006. Pedoman Pelayanan Konseling dan Testing
http://www.aids-ina.org/files/publikasi/panduanvct.pdf
PP LKNU
Glanz, Karen, Lewis, F.M., Rimer, B.K (2008). Health Behavior and Health
xxii
ibid. (1997). Health Behavior and Health Education: Theory, Research, and
Gordon, Ross dkk. 2006. The Effectiveness of Social Marketing Interventions for
Health
Marketing Association
Kementrian Kesehatan. 2011. Modul Pelatihan Konseling dan Tes Sukarela HIV
2014-2019. Jakarta
ibid. 2013. Final Laporan HIV-AIDS Triwulan III 2013. Jakarta: P2PL Kemenkes.
Dasar Puskesmas
http://bksikmikpikkfki.net/file/download/KMKNo.128Th2004ttg Kebijakan
xxiii
www.perpustakaan.depkes.go.id diakses tanggal 23 juni 2014 pukul 12.00
WIB
http://kpa-provsu.org/vct.php
Custom Publishing.
Lee, Nancy & Kotler. 2012. Social Marketing Influencing Behaviors for Good
EGC.
Milles, M.B. and Huberman, M.A. 1984. Qualitative Data Analysis. London:
Sage Publication
ibid. 1984. Qualitative Data Analysis. London: Sage Publication dalam Sahid,
Remaja Rosdakarya
Rineka Cipta
Cipta.
xxiv
Novelli, D. William. (1990). Applying Social Marketing to Health Promotion and
Disease Prevention dalam Glanz, Karen, Lewis, F.M., Rimer, B.K. Health
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. 2013. Profil Kesehatan
Kesehatan RI.
RI.
ibid. 2014. Laporan Bulanan Konseling dan Tes HIV Sukarela (KTS/VCT) Juni
http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/regulasi/kepmenkes/RENST
Rimawati, Eti, dkk. 2011. Ketrampilan Konselor Klinik VCT (Studi Kasus di
xxv
Pengembangan Sistem dan Kebijakan Kesehatan, Badan Litbangkes
Wulansari, Ayu. 2014. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Niat Ibu Hamil untuk
xxvi
BAB I
PENDAHULUAN
tubuh disebabkan oleh virus HIV. Infeksi tersebut menyebabkan penderita sangat
mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain. (Kementrian Kesehatan: 2011)
masyarakat dunia, di negara maju maupun negara berkembang. Hal ini terbukti dengan
komitmen global pada target ketujuh MDGs (Millenium Development Goals) 2015
HIV/AIDS. Data penemuan kasus WHO 2013 menunjukkan, tahun 2012 jumlah Orang
Dengan HIV dan AIDS (ODHA) di seluruh dunia diperkirakan sudah mencapai 35,3
juta (32,2-38,8 juta) dengan infeksi HIV baru mencapai 2,3 juta (1,9-2,7 juta) dan
diperkirakan 1,6 juta (1,4-1,9 juta) orang meninggal karena AIDS. Setiap hari, sekitar
6.300 orang terinfeksi HIV, 700 orang pada anak-anak berusia dibawah 15 tahun,
sekitar 5.500 infeksi pada orang remaja/dewasa muda berusia 15 tahun keatas, yaitu
Berdasarkan data WHO 2013, sekitar 95% orang terinfeki HIV adalah dari
negara berkembang. Data infeksi HIV dan kematian akibat AIDS tertinggi adalah di
negara sub sahara Afrika yaitu 25 juta, disusul dengan negara-negara Asia dan Asia
tenggara sebanyak 3,9 juta dengan kasus infeksi HIV baru mencapai 270.000 (160.000
1
– 440.000) orang. Prevalensi infeksi HIV pada remaja dan dewasa usia 15-49 tahun
sekitar 0,3% dan estimasi jumlah orang terinfeksi HIV dari remaja dan anak-anak
adalah melalui hubungan seks, dimana prevalensi HIV lebih dari 40%. Ledakan
epidemi HIV dari penasun terjadi di 100 kawasan di seluruh dunia. Penggunaan alat
suntik bersama lebih menonjol djumpai di banyak negara Asia, Eropa Timur dan
Selatan. Dari sini dapat dilihat bahwa Benua Asia khususnya Asia Tenggara termasuk
membentuk tiga pola epidemi, yaitu epidemi meluas (HIV sudah menyebar di
tertentu seperti kelompok pekerja seks), dan epidemi rendah (HIV telah ada, namun
belum meluas ke sub populasi tertentu). Secara umum di Asia, negara yang tergolong
epidemi generalisata yaitu Kamboja, sebagian India, Myanmar, dan Thailand. Epidemi
Sedangkan epidemi rendah yaitu Bangladesh, Bhutan, Laos, Filipina, Republik Korea,
dan Srilanka (Kementrian Kesehatan: 2011). Dari sini dapat dilihat bahwa Indonesia
sejak tahun 2005 sampai 2013. Profil kesehatan tahun 2013 menyebutkan, jumlah
kumulatif infeksi HIV yang dilaporkan sebanyak 118.787 orang. Sedangkan jumlah
kumulatif AIDS sebanyak 45.650 orang. Persentase kumulatif AIDS tertinggi yaitu
2
pada kelompok umur 20–29 tahun (34,5%), kemudian diikuti kelompok umur 30–39
tahun (28,7%), kelompok umur 40-49 tahun (10,6%), kelompok umur 15-19 tahun
(3,2%) dan 50-59 tahun (3,2%). Jumlah AIDS tertinggi adalah pada kelompok
wiraswasta (5630), ibu rumah tangga (5353), karyawan (4847), buruh kasar (1897),
penjaja seks (1771), petani, peternak, nelayan (1757), pelajar/ mahasiswa (1123).
penasun (17,4%), diikuti penularan melalui perinatal (2,7%), dan homoseksual (2,8%).
(Kementrian Kesehatan: 2013). Data menunjukkan bahwa infeksi HIV mulai menyebar
ke masyarakat luas (epidemi generalisata), terutama kalangan ibu rumah tangga dan
dengan infeksi HIV terbanyak adalah DKI Jakarta (27.224), Jawa Timur (15.273),
Papua (12.840), Jawa Barat (9.340), Jawa Tengah (5882), Bali (7791), Sumatera Utara
(7588), Jawa Tengah (5882), Kalimantan Barat (3973), Kepulauan Riau (3640),
Sulawesi Selatan (3563), Banten (2983). Sedangkan, sepuluh provinsi dengan kasus
AIDS terbanyak adalah Papua (7.795 kasus), Jawa Timur (7.714 kasus), DKI Jakarta
(6299 kasus), Jawa Barat (4131 kasus), Bali (3798 kasus), Jawa Tengah (3348 kasus),
Kalimantan Barat (1699 kasus), Sulawesi Selatan (1660 kasus), Banten (957 kasus),
Dari laporan diatas dapat dilihat bahwa Provinsi DKI Jakarta merupakan
provinsi tertinggi. Namun, dalam laporan triwulan III Kemenkes 2013 menunjukkan,
akses Perawatan, Dukungan dan Pengobatan (PDP) HIV untuk DKI Jakarta juga tinggi
yaitu sebanyak 33.894 (101%) yang sudah mendapatkan perawatan HIV dari 33.523
3
total kasus HIV-AIDS. Sedangkan akses perawatan HIV di Banten hanya 1.906 (48%)
dari 3.940 total kasus HIV-AIDS. Akses PDP ini juga mencakup akses VCT. Banten
Indonesia. Hal ini menunjukkan adanya masalah terkait dengan akses kesehatan HIV-
populasi berisiko HIV-AIDS tahun 2012 di Provinsi Banten cukup besar yaitu 20.000
orang yang terdiri dari WPS (Wanita Pekerja Seks), MSM (Man Sex Man), IDU
Dalam laporan triwulan III Kemenkes 2013 disebutkan, Kota Tangerang Selatan
merupakan kota dengan angka temuan kasus terendah di Banten yaitu 17 kasus infeksi
HIV dari total 28 kasus AIDS kumulatif. Selain itu, tiga Kab/Kota dengan angka
temuan kasus terendah lain yaitu Kab. Pandeglang, Kab. Lebak, Kota Serang.
Kabupaten/Kota dengan angka tertinggi dalam temuan kasus yaitu Kab. Tangerang 125
kasus dari 303 kasus, Kota Tangerang 85 dari total 302 kasus, Kota Cilegon 44 dari 82
Selatan memiliki estimasi populasi beresiko tertinggi kedua di Banten yaitu 18.488
orang. Jumlah tersebut terdiri dari 11.741 Laki-laki Seks dengan Laki-laki (LSL), 236
Wanita Pekerja Seks Tidak Langsung (WPSTL), 2.334 pelanggan WPSTL, 70 Wanita
Pekerja Seks Langsung (WPSL), 1.196 pelanggan WPSL, 357 waria, 2.451 pelanggan
waria, 103 orang pengguna jarum suntik (Dinas Kesehatan Banten: 2012).
4
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2013 tentang Penanggulangan HIV-
AIDS. Peraturan ini mengatur upaya-upaya promotif, preventif, konseling testing HIV
Counseling and Testing (VCT) dianggap sebagai pintu masuk bagi masyarakat untuk
komunikasi-informasi dan edukasi (KIE) telah berjalan cukup baik, namun program
pelayanan dan dukungan masih terbatas, khususnya program konseling dan tes sukarela
utama dalam program penanggulangan HIV/AIDS, tetapi sampai kini VCT belum
2011).
kesehatan masyarakat. VCT yang berkualitas baik tidak saja membuat orang
mempunyai akses terhadap berbagai pelayanan, tetapi juga efektif bagi pencegahan
terhadap HIV. Pelayanan VCT dapat digunakan untuk mengubah perilaku berisiko dan
pengetahuan tentang cara penularan, pencegahan, dan pengobatan terhadap HIV, seperti
penggunaan kondom, tidak berbagi alat suntik, dan penggunaan alat suntik steril. VCT
5
dapat dibangun di berbagai layanan yang terintegrasi di pelayanan kesehatan baik
Indonesia yang aktif melaporkan sebanyak 899 layanan Konseling dan Tes HIV.
Jumlah kunjungan masyarakat untuk VCT ada 203.654 orang. Namun, yang berhasil
melakukan tes VCT sejumlah 187.061 orang, dengan kasus HIV positif sebanyak
10.210 orang atau 5,5 %. Profil Kesehatan 2012, sebanyak 4,152 orang beresiko yang
berkunjung ke klinik VCT di Provinsi Banten. Hal ini masih sedikit jika di bandingkan
dengan estimasi populasi berisiko HIV/AIDS tahun 2012 di Provinsi Banten yaitu
Kesehatan tahun 2013, jumlah yang melakukan tes VCT di Puskesmas sebanyak 99
Namun, dari 99 orang yang melakukan tes VCT di Puskesmas se-Tangerang Selatan,
hanya terdapat sebanyak 17 orang yang terdeteksi HIV positif yaitu di Puskesmas
Ciputat. Semua klien VCT ini hanya berasal dari populasi kunci atau kelompok
populasi beresiko tinggi seperti transgender, pekerja seks, pengguna NAPZA, bukan
masyarakat umum.
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa Puskesmas Ciputat termasuk satu-satunya
Puskesmas di Tangerang Selatan yang aktif menjaring infeksi HIV melalui pelayanan
VCT. Puskesmas Ciputat juga termasuk puskesmas pertama di Tangerang Selatan yang
6
didominasi oleh kelompok kunci yang sebelumnya telah melakukan terapi metadon.
Artinya, pelayanan tes VCT hanya dilakukan oleh sejumlah kecil kelompok, belum
secara umum dimanfaatkan oleh masyarakat luas sekitar Ciputat. Padahal, Kementrian
penduduk usia 15 tahun keatas sesuai dengan Sasaran Strategis Pengendalian HIV-
dominan wilayah yang terdiagnosa oleh penyakit HIV AIDS. Ciputat merupakan zona
merah kasus HIV-AIDS di Kota Tangerang Selatan dengan total kasus 83 orang.
Wilayah tertinggi kedua yaitu Pamulang dengan total kasus 55 orang. Wilayah tertinggi
Tangerang Selatan menyebutkan, potensi HIV-AIDS yang tidak terdeteksi masih cukup
Tegal Rotan, Kampung Sawah, Pondok Kacang Timur, Setu, Victor dan beberapa
layanan panti pijat. Puskesmas Ciputat merupakan salah satu Puskesmas yang
puskesmas yang baru membuka layanan VCT seperti Puskesmas Pondok Aren, Setu
dan Kampung Sawah. Layanan VCT ini bertujuan untuk menjaring pasien yang
terinfeksi HIV terutama pasien yang berasal dari daerah ciputat dan sekitarnya.
Pada unit layanan VCT ini, pasien akan mendapatkan konseling atau
penyuluhan individu langsung yang merupakan salah satu kegiatan dari program
7
penanggulangan HIV-AIDS di Puskesmas Ciputat. Layanan VCT di Puskesmas Ciputat
ini masih tergolong baru dua tahun beroperasi, namun termasuk puskesmas yang aktif
Puskesmas Ciputat menunjukkan, layanan VCT sudah beroperasi dari tahun 2010
setelah melalui pelatihan konselor VCT dari Kementrian Kesehatan RI. Namun,
terdapat beberapa kendala yang dialami puskesmas dalam peningkatan layanan VCT.
VCT, baik SDM konselor yang melakukan layanan VCT, maupun koordinator
pelayanan non medis yang melakukan upaya promosi kesehatan. Puskesmas mengaku,
kendala yang dirasa paling prioritas adalah kurangnya upaya perencanaan pemasaran
sosial program VCT pada masyarakat umum. Lemahnya perencanaan pemasaran sosial
bulan minimal ada 50 orang yang memeriksakan diri, namun kenyataannya terdapat
kurang dari 20 orang saja dalam satu bulan. Berdasarkan hasil telaah dokumen laporan
bulanan VCT Puskesmas Ciputat juni 2014, jumlah klien yang berkunjung bulan juni
hanya sebanyak lima orang. Hal ini terlihat ada indikasi kurangnya minat masyarakat
dan kelompok acuan. Pemasaran sosial merupakan rekomendasi upaya yang efektif
8
Bashir (2006) minat masyarakat dalam pemanfaatan layanan kesehatan dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu adanya dukungan kelompok acuan (keluarga, teman,
sosial program.
layanan VCT di Banten yaitu umur, jenis kelamin, jenis populasi kunci dimana WPS
sebagai reference, pengetahuan VCT, keyakinan manfaat VCT, dukungan LSM dan
produk kesehatan, diperlukan program komunikasi yang menyampaikan isi secara rinci
dan jelas dengan frekuensi penampilan pesan yang cukup tinggi agar ekspos cukup
kesehatan.
satu upaya pemasaran sosial yang telah dilakukan puskesmas yaitu sosialisasi program
kelurahan (rakorkel) dan setiap ada kesempatan di pelayanan kesehatan. Rata-rata klien
yang datang periksa adalah orang yang sudah memanfaatkan layanan Program Terapi
Rumatan Metadon (PTRM) dan dari rujukan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
dalam pemanfaatan layanan VCT masih kurang. Hal ini dikarenakan perencanaan
9
pemasaran sosial program VCT masih belum optimal, sehingga berimbas pada
Ciputat.
Oleh karena itu, peneliti bermaksud melakukan kajian lebih mendalam tentang
Ciputat Tahun 2014 yang meliputi perencanaan pemasaran sosial berupa identifikasi
latar belakang, tujuan dan fokus program, analisis situasi, menentukan target sasaran,
tujuan dan target pemasaran, faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku, bauran
minat masyarakat untuk melakukan pemeriksaan VCT di Puskesmas Ciputat. Hal ini
dapat dilihat dari sedikitnya jumlah yang melakukan tes VCT setiap bulan yaitu rata-
rata hanya kurang dari 20 orang setiap bulan, padahal target Puskesmas Ciputat 50
orang setiap bulan. Kurangnya minat ini didukung dengan data kunjungan VCT
10
VCT, semuanya berasal dari kelompok kunci, bukan kelompok masyarakat umum.
Sedangkan, klien yang terdeteksi HIV positif hanya berjumlah 17 dari 99 orang. Pasien
infeksi HIV tersebut rata-rata adalah pasien tetap yang sudah menggunakan layanan
metadon dan rujukan dari LSM, padahal diluar itu masih banyak kelompok beresiko di
program VCT, meskipun sudah ada upaya sosialisasi layanan VCT pada masyarakat.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa kendala utama Puskesmas dalam pelaksanaan
layanan VCT adalah rendahnya minat masyarakat terhadap program, serta kurangnya
Atas dasar itu, peneliti ingin melihat gambaran pemasaran sosial program VCT
fokus, peneliti menggunakan teori social marketing for public health Hong Cheng,
Philip Kotler, dan Nancy R. Lee (2009) yaitu 1) identifikasi latar belakang, tujuan dan
fokus program (describe background, purpose and focus), 2) analisis situasi (SWOT),
manajemen.
11
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka berikut beberapa pertanyaan dalam
penelitian ini:
2) Bagaimana gambaran perencanaan latar belakang, tujuan dan fokus program VCT
Puskesmas Ciputat?
12
11) Bagaimana gambaran perencanaan kampanye implementasi dan manajemen
Ciputat?
Berdasarkan pertanyaan penelitian diatas, maka berikut tujuan dari penelitian ini:
di Puskesmas Ciputat
13
7) Mengetahui gambaran perencanaan bauran pemasaran sosial program VCT
Ciputat
Ciputat
Puskesmas Ciputat
VCT HIV-AIDS
14
Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa semester akhir Peminatan
tahun 2014. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juni 2014
yang telah dan belum melakukan VCT di Puskesmas Ciputat. Penelitian ini
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Immunodeficency Virus, yaitu virus atau jasad renik yang sangat kecil yang menyerang
sistem kekebalan tubuh manusia. Di dalam tubuh manusia terdapat sel-sel darah putih
yang berfungsi untuk melawan dan membunuh bibit atau kuman penyakit yang masuk
ke dalam tubuh manusia, sehingga manusia tidak jatuh sakit. Inilah yang disebut sistem
Dalam sel darah putih, atau sistem kekebalan tubuh manusia terdapat sel CD4
(atau disebut juga sel T). Jika ada bibit penyakit, kuman atau virus yang masuk atau
menyusup ke dalam tubuh, sel CD4 akan mengenali si penyusup ini, kemudian
darah putih yang sesuai untuk menangkal atau membunuh kuman, virus atau bibit
penyakit tersebut. Virus HIV yang masuk ke dalam tubuh manusia secara khusus
menjadikan sel-sel CD4 sebagai target sasarannya, dengan cara menghancurkan dinding
selnya, masuk dan berkembang atau memperbanyak diri di dalamnya, lalu keluar
mencari sel CD4 yang lain dan melakukan serangan yang sama, sehingga lama
Pada tahap awal serangan, tubuh masih melakukan perlawanan, sel-sel CD4
yang belum terserang mengirim informasi tentang HIV ini, tubuh membentuk sel-sel
16
jumlah sel-sel CD4, mengakibatkan semakin sedikit sel-sel pertahanan yang terbentuk
karena rusaknya sistem informasi sel darah putih. Akibatnya jumlah virus semakin
Pada saat tubuh telah begitu parah kehilangan sel-sel CD4 hal ini berarti orang
tersebut telah masuk dalam kondisi AIDS. AIDS adalah sebutan untuk kondisi tubuh
seseorang yang sistem kekebalan tubuhnya telah sangat rusak, akibat serangan HIV.
AIDS merupakan singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome yang artinya
(Kemenkes: 2013).
Pada kondisi ini tubuh telah sangat parah kehilangan sistem kekebalannya,
sehingga segala jenis kuman, virus dan bibit penyakit dapat menyerang tubuh tanpa
dapat dilawan. Bahkan untuk serangan penyakit atau virus yang paling umum seperti
influenza yang bagi orang sehat dapat hilang dengan sendirinya tanpa diobati, cukup
dengan makan dan istirahat/tidur, tidak demikian halnya dengan orang dalam kondisi
AIDS, baginya serangan influenza akan menetap lebih lama dan terasa lebih
menyakitkan.
Seseorang yang sudah masuk kondisi AIDS, yakni kekebalan tubuhnya sudah
rusak parah, akan dengan mudah diserang atau terinfeksi penyakit, bahkan kadang-
kadang beberapa penyakit sekaligus. Keadaan ini disebut infeksi oportunistik, yaitu
masuknya penyakit dalam tubuh karena sangat lemahnya daya tahan tubuh. HIV
memengaruhi hampir semua organ tubuh. Penderita AIDS juga berisiko lebih besar
17
menderita kanker seperti sarkoma Kaposi, kanker leher rahim, dan kanker sistem
kedinginan, merasa lemah, serta penurunan berat badan. Infeksi oportunistik tertentu
yang diderita pasien AIDS, juga tergantung pada tingkat kekerapan terjadinya infeksi
Untuk berada di dalam tubuh manusia, HIV harus masuk langsung ke dalam
aliran darah orang yang bersangkutan. Sedangkan di luar tubuh manusia HIV sangat
cepat mati. HIV bertahan lebih lama di luar tubuh manusia hanya bila darah yang
mengandung HIV tersebut masih dalam keadaan belum mengering. Dalam media
darah kering HIV akan cepat mati. Di dalam tubuh manusia, HIV terutama terdapat
dalam cairan: darah, cairan kelamin (cairan sperma dan cairan vagina), dan ASI (air
susu ibu). Telah terbukti ketiga cairan inilah yang dapat menularkan HIV. (Kemenkes:
2013).
Penularan HIV terjadi jika ada kontak atau percampuran dengan cairan tubuh
- Melalui darah, yaitu saat penggunaan jarum suntik yang tidak steril diantara
pengguna narkoba, dan melalui transfusi darah yang ternyata darah yang
18
rahimnya, dan alat suntik atau benda tajam yang tercemar drah yang
- Melalui ASI, dari ibu yang mengidap HIV kepada bayi yang dikandungnya
hubungan seksual, dan penggunaan jarum suntik yang tidak steril diantara pengguna
Untuk mengetahui apakah seseorang terinfeksi HIV, harus dilakukan tes darah
untuk melihat apakah ada zat anti-bodi HIV dalam darah, yang merupakan bukti
terdapatnya HIV dalam darah. Tes ini disebut Tes anti-bodi HIV atau Tes HIV.
Tes HIV ini termasuk bagian dari VCT (Voluntary Conselling and Testing) atau
KTS (Konseling dan Tes HIV Sukarela) yang terdapat di hampir semua rumah sakit
daerah. Orang yang terinfeksi HIV akan terlihat normal seperti orang sehat lainnya,
dan mungkin dia sendiri juga tidak tahu bahwa dirinya mengidap HIV (Kemenkes:
2013)
HIV mudah mati di luar tubuh manusia, maka HIV tidak dapat ditularkan
- Berjabat tangan
- Berenang bersama
19
- Menggunakan WC/toilet yang sama
- Tinggal serumah
Secara singkat seseorang yang terinfeksi HIV akan mengalami tahapan yang
1) Stadium Satu
dimulai sejak saat pertama terinfeksi HIV. Tidak ada tanda-tanda khusus,
dalam beberapa hari atau beberapa minggu orang tersebut mungkin akan
menjadi sakit dengan gejala-gejala mirip flu, yaitu adanya demam, rasa
lemas dan lesu, sendi-sendi terasa nyeri, batuk, dan nyeri tenggorokan.
Jika dilakukan tes darah untuk HIV, hasilnya mungkin negatif, karena
belum terdeteksinya antibodi HIV dalam darah. Periode ini disebut Periode
Jendela (window period) yaitu sejak masuknya HIV ke dalam tubuh, diikuti
dengan perubahan serologis pada darah sampai tes anti-bodi terhadap HIV
dinyatakan positif.
Lamanya window period adalah satu sampai tiga bulan, bahkan dapat
ditemukan anti-bodi dalam tubuh berarti ada cukup zat anti yang dapat
20
melawan virus tersebut. Pada HIV kebalikannya, jika ditemukan adanya
anti-bodi HIV dalam tubuh itu adalah konfirmasi adanya HIV dalam tubuh.
Meski masih dalam Periode Jendela, hasil tes darah untuk HIV masih
negatif, namun orang tersebut sudah dapat menularkan HIV kepada orang
2) Stadium Dua
telah berkembang biak, dan hasil tes darah untuk HIV dinyatakan positif.
Namun orang tersebut masih terlihat sehat, dan merasa sehat. Pada stadium
ini tidak ada gejala yang terlihat, orang tersebut masih terlihat sama seperti
orang sehat lainnya. Hal ini berlangsung rata-rata selama 5-10 tahun.
3) Stadium Tiga
sistem kekebalan tubuh menurun. Mulai muncul gejala meliputi diare kronis
yang tidak jelas penyebabnya, pembesaran kelenjar limfe atau kelenjar getah
bening secara tetap dan merata, tidak hanya muncul di satu tempat dan
berlangsung lebih dari satu bulan. Flu terus menerus (Kemenkes: 2013).
4) Stadium Empat
tubuh rusak parah, tubuh menjadi lemah terhadap serangan penyakit apapun.
21
(bronchi) atau paru-paru dan sarkoma kaposi, dan berbagai kanker.
(Kemenkes: 2013).
Jenis penyakit yang sering ditemukan pada pengidap yang telah masuk ke
memiliki kekebalan tubuh yang baik, tetapi umumnya dijumpai pada orang yang
terinfeksi HIV.
- Tuberkulosis (TBC)
lainnya yang terkait HIV, karena dapat ditularkan kepada orang yang sehat
penyakit paru-paru. Pada stadium lanjut infeksi HIV, ia sering muncul sebagai
tidak terbatasi pada satu tempat. TBC yang menyertai infeksi HIV sering
kelenjar getah bening (nodus limfa regional), dan sistem syaraf pusat. Dengan
- Esofagitis
makanan dari mulut ke lambung. Pada individu yang terinfeksi HIV, penyakit
ini terjadi karena infeksi jamur (jamur kandidiasis) atau virus (herpes simpleks-1
Diare kronis yang tidak dapat dijelaskan pada infeksi HIV dapat terjadi
karena berbagai penyebab; antara lain infeksi bakteri dan parasit yang umum
serta infeksi oportunistik yang tidak umum dan virus (seperti kriptosporidiosis,
Pada beberapa kasus, diare terjadi sebagai efek samping dari obat-obatan
yang digunakan untuk menangani HIV, atau efek samping dari infeksi utama
(primer) dari HIV itu sendiri. Selain itu, diare dapat juga merupakan efek
(misalnya pada Clostridium difficile). Pada stadium akhir infeksi HIV, diare
23
infeksi organisma atas sistem syaraf yang telah menjadi rentan, atau sebagai
- Toksoplasmosis
satu, yang disebut Toxoplasma gondii. Parasit ini biasanya menginfeksi otak
- Meningitis kriptokokal
kepala, lelah, mual, dan muntah. Pasien juga mungkin mengalami sawan dan
- Leukoensefalopati
disebabkan oleh virus JC, yang 70% populasinya terdapat di tubuh manusia
dalam kondisi laten, dan menyebabkan penyakit hanya ketika sistem kekebalan
sangat lemah, sebagaimana yang terjadi pada pasien AIDS. Penyakit ini
2013).
24
- Kompleks demensia AIDS
(ensefalopati metabolik) yang disebabkan oleh infeksi HIV; dan didorong pula
oleh terjadinya pengaktifan imun oleh makrofag dan mikroglia pada otak yang
- Kerusakan syaraf
HIV terjadi. Hal ini berhubungan dengan keadaan rendahnya jumlah sel T
- Sarkoma Kaposi
virus herpes Sarkoma Kaposi (KSHV). Penyakit ini sering muncul di kulit
Kanker getah bening tingkat tinggi (limfoma sel B) adalah kanker yang
menyerang sel darah putih dan terkumpul dalam kelenjar getah bening,
25
misalnya seperti limfoma Burkitt (Burkitt's lymphoma) atau sejenisnya
- Limfoma
Limfoma sistem syaraf pusat primer, lebih sering muncul pada pasien yang
yang buruk. Pada beberapa kasus, limfoma adalah tanda utama AIDS.
Limfoma ini sebagian besar disebabkan oleh virus Epstein-Barr atau virus
Kanker leher rahim pada wanita yang terkena HIV dianggap tanda utama
- Kanker lainnya, limfoma Hodgkin, kanker usus besar bawah (rectum), dan
kanker anus.
besar (kolitis) seperti yang dijelaskan di atas, dan gangguan radang pada retina
(Kemenkes: 2013).
disebut Penisiliosis, kini adalah infeksi oportunistik ketiga yang paling umum
26
(setelah tuberkulosis dan kriptokokosis) pada orang yang positif HIV di daerah
Ada beberapa macam obat ARV, penggunaan ARV secara kombinasi (triple
drugs) yang dijalankan dengan dosis dan cara yang benar mampu membuat jumlah
HIV menjadi sangat sedikit, bahkan sampai tidak terdeteksi. Menurut data Pokdisus
AIDS FKUI/RSCM, lebih dari 250 ODHA (Orang Dengan HIV dan AIDS) yang
minum HIV secara rutin setiap hari, setelah 6 bulan jumlah viral load-nya
Meski sudah tidak terdeteksi, pemakaian ARV tidak boleh dihentikan, karena
jika dihentikan dalam waktu dua bulan akan kembali kekondisi sebelum diberi
adalah alasan utama mengapa kebanyakan individu gagal memperoleh manfaat dari
penerapan ARV.
Terdapat bermacam-macam alasan atas sikap tidak taat dan tidak teratur untuk
- Adanya efek samping/dampak pengobatan tidak bisa ditolerir (diare, tidak enak
27
Tanpa terapi antiretrovirus, rata-rata lamanya perkembangan infeksi HIV
menjadi AIDS ialah sembilan sampai sepuluh tahun, dan rata-rata waktu hidup setelah
mengalami AIDS hanya sekitar 9,2 bulan. Namun demikian, laju perkembangan
penyakit ini pada setiap orang sangat bervariasi, yaitu dari dua minggu sampai 20
- Kekuatan tubuh untuk bertahan melawan HIV (seperti fungsi kekebalan tubuh)
dari orang yang terinfeksi. Orang tua umumnya memiliki kekebalan yang lebih
lemah daripada orang yang lebih muda, sehingga lebih berisiko mengalami
- Akses yang kurang terhadap perawatan kesehatan dan adanya infeksi lainnya
- HIV memiliki beberapa variasi genetik dan berbagai bentuk yang berbeda, yang
bertahan hidup.
Melihat kondisi yang harus dihadapi di atas, pilihan yang paling tepat yang bisa
dilakukan adalah mencegah agar tidak tertular, dengan berperilaku yang bertanggung
jawab baik bagi diri sendiri dan orang lain, menjauhi perilaku yang berisiko, menjauhi
28
situasi dan kondisi yang dapat membuat kita tertular, berperilaku sesuai dengan iman
dan norma agama serta adat budaya luhur bangsa kita(Kemenkes: 2013)..
hubungan seksual hanya dengan pasangannya saja (suami atau istri sendiri).
pengguna narkoba yang sadar akan kesterilan jarum suntik, apalagi ada rasa
kekompakan untuk memakai jarum suntik yang sama secara bergantian, dan
menularkan HIV dari pecandu yang telah terinfeksi kepada pecandu lainnya.
tubuh atau yang dapat melukai kulit, seperti jarum akupuntur, alat tindik,
pisau cukur, agar semuanya steril dari HIV lebih dulu sebelum digunakan,
atau pakai jarum atau alat baru yang belum pernah digunakan
bebas HIV
29
3) Pencegahan penularan dari ibu kepada anak
Transmisi HIV dari ibu ke anak dapat terjadi melalui rahim (in utero)
persalinan. Bila tidak ditangani, tingkat penularan dari ibu ke anak selama
kehamilan dan persalinan adalah sebesar 25-45%. Risiko ini semakin besar jika
ibu telah masuk ke kondisi AIDS. Risiko dapat diturunkan jika dilakukan:
- Ibu memberikan susu formula sebagai pengganti ASI, karena ASI ibu
HIV/AIDS secara sukarela, konseling dalam VCT adalah kegiatan konseling yang
Counseling Test (VCT) sebagai proses konseling pra testing, konseling post
testing, dan testing HIV secara sukarela yang bersifat confidential dan secara
30
lebih dini membantu orang mengetahui status HIV. Konseling pra testing
keputusan untuk testing, dan perencanaan atas isu HIV yang akan dihadapi.
Konseling post testing membantu seseorang untuk mengerti dan menerima status
masyarakat.
31
2.2.3 Tahap VCT
Pra konseling disebut juga konseling pencegahan AIDS. Dua hal yang
penting dalam konseling ini, yaitu aplikasi perilaku klien yang menyebabkan
klien dapat berisiko tinggi terinfeksi HIV/AIDS dan apakah klien mengetahui
HIV/AIDS dengan benar. Tujuan konseling pra tes HIV ini adalah agar klien
memahami benar kegunaan tes HIV/AIDS, klien dapat menilai risiko dan
dan memahami apakah ia akan melakukan tes darah HIV/AIDS atau tidak
(Nursalam: 2007)
yang diberikan oleh orang dewasa yang secara kognisi dapat mengambil
tindakan medik lainnya) bagi dirinya atau atas spesimen yang berasal dari
untuk suatu keperluan penelitian. Semua klien sebelum menjalani testing HIV
informasi maka tugas konselor untuk berlaku jujur dan obyektif dalam
32
Tes HIV adalah tes darah yang dilakukan untuk memastikan apakah
seseorang sudah positif terinfeksi HIV atau belum. Hal ini perlu dilakukan agar
2007).
testing serologis untuk mendeteksi antibodi HIV dalam serum atau plasma.
Spesimen adalah darah klien yang diambil secara intravena, plasma atau
diberikan setelah hasil tes diketahui, baik hasilnya positif maupun negatif,
konseling pasca tes sangat penting untuk membantu klien yang hasilnya positif
agar dapat mengetahui cara menghindarkan penularan HIV kepada orang lain.
Cara mengatasinya dan menjalani hidup secara positif. Bagi mereka yang hasil
tesnya HIV negatif, maka konseling pasca tes bermanfaat untuk membantu
2007).
33
Secara Sukarela (Voluntary Counseling and Testing) Departemen Kesehatan
terdiri dari:
tanpa paksaan, dan tanpa tekanan. Keputusan untuk dilakukan testing terletak
ditangan klien. Kecuali testing HIV pada darah donor di unit transfusi dan
transplantasi jaringan, organ tubuh dan sel. Testing dalam VCT bersifat
disimpan dalam tempat yang tidak dapat dijangkau oleh mereka yang tidak
berhak. Untuk penanganan kasus klien selanjutnya dengan seijin klien, informasi
berisiko. Dalam VCT dibicarakan juga respon dan perasaan klien dalam
34
menerima hasil testing dan tahapan penerimaan hasil testing positif.
senantiasa diikuti oleh konseling pasca testing oleh konselor yang sama atau
kesehatan yang dewasa ini mulai digunakan dalam program kesehatan. Sebagai
35
program yang ditujukan untuk meningkatkan penerimaan gagasan sosial atau
sasaran.
pemasaran sosial berkaitan dengan cara atau langkah untuk mengubah perilaku
deliver value in order to influence target audience behaviors that benefit society
(public health, safety, the environment, and communities) as well as the target
36
keterampilan manajemen hal mengidentifikasi kesempatan-kesempatan untuk
maksimal dan/ atau perbaikan dalam kesehatan mereka. (Elwest 1994 dalam
Maulana 2009).
(Maulana: 2009).
Menurut Glanz dkk (2008), terdapat lima prinsip dalam pemasaran sosial
to the Four Ps, and (5) using audience segmentation to identify meaningful
3. Keuntungan produk sosial tidak segera tampak atau tidak dapat segera
dirasakan
37
4. Saluran distribusi produk sosial sulit digunakan dan dikontrol
seperti pada pemasaran komersial. Hal ini berarti bahwa tingkat keberhasilan
masyarakat.
38
Keenam langkah pemasaran sosial tersebut digambarkan sebagai roda
pemasaran sosial program Voluntary Conseling Test (VCT). Menurut Hong Cheng,
Philip Kotler, dan Nancy R. Lee (2009) perencanaan pemasaran sosial program
tujuan dan fokus program, 2) Analisis Situasi (SWOT), 3) segmentasi pasar, 4) tujuan
yang diakhiri dengan proposal pemasaran sosial yang dilegalisasi dan dilaksanakan oleh
seluruh staf Puskesmas. Secara rinci, sepuluh langkah dalam perencanaan pemasaran
sosial meliputi
39
Langkah pertama yaitu Describe the Plan Background, Purpose and Focus atau
deskripsi latar belakang, tujuan dan fokus program. Dimulai dengan memfokuskan
pada isu sosial yang akan di angkat, dilanjutkan dengan latar belakang mengapa
memilih untuk melakukan pemasaran sosial pada program tersebut dan tujuan dari
terjadi, baik menggunakan aspek epidemiologi kejadian luar biasa seperti SARS,
ataupun pengembangan isu seperti isu rokok, maupun isu yang membutuhkan
the plan background, purpose and focus sebagai identifikasi siapa sponsor
tujuan dan fokus program. “who are sponsors? Why are they doing this? What
social issue and population will the plan focus on, and why?. Semua ini harus
Pernyataan tujuan atau Purpose statement juga diperlukan untuk melihat secara
spesifik dampak atau manfaat apa yang diinginkan dalam kampanye pemasaran
mempersempit ruang lingkup kampanye pemasaran sosial. Hal ini dapat berfungsi
40
sebagai strategi untuk membuat penggunaan sumber daya secara efektif,
tantangan yang akan di hadapi dalam melakukan pemasaran sosial ini. menurut
Kotler dan Nancy (2008), Situation Analysis (SWOT) is a quick audit of factors and
Sedangkan Kotler (2009) dalam social marketing for public health mengatakan,
analisi situasi yaitu analisa kekuatan, kelemahan, kesempatan dan tantangan yang
dan telaah lingkungan program yang berfokus pada upaya-upaya serupa “SWOT
learned”.
jejaring sosial, asset masyarakat serta tahapan dalam perubahan (stage of changes).
41
Tujuan dari segmentasi ini adalah untuk menentukan cara, metode, media yang
tiga kelompok sasaran yaitu primer (yang bisa mengadopsi perilaku), sekunder
tujuan, yang harus diperhatikan adalah harus memenuhi kriteria SMART (Specific,
Menurut Kopler (2009) terdapat empat hal yang harus diidentifikasi sebagai faktor
42
perilaku yang ditargetkan, manfaat potensial untuk perilaku yang ditargetkan,
adopsi perilaku atau menyebarkan informasi. Benefits diartikan sebagai hasil atau
lain. influencers diartikan sebagai kelompok masyarakat atau individu yang dapat
mempengaruhi sasaran dalam perubahan perilaku. Pada langkah ke lima ini sudah
diketahui siapa target audience dan apa yang akan dilakukan oleh changing agent
dalam rangka merubah perilaku target audience yang ada, dengan melihat pesaing,
6) Pernyataan Positioning
seperti apa yang diinginkan pemasar melihat atau menilai produk didalam benak
positioning sebagai tindakan yang dilakukan marketer untuk membuat citra produk
dan hal-hal yang ingin ditawarkan kepada pasarnya berhasil memperoleh posisi
yang jelas dan mengandung arti dalam benak sasaran konsumennya. Sedangkan
43
disajikan kepada konsumen, sehingga strategis bernilai dipikiran konsumen.
Langkah yang ke tujuh yaitu develop a strategic marketing mix (4ps) atau
mix sebagai campuran pemasaran yang tepat (atau kombinasi dari unsur-unsur
strategis), sering digambarkan dalam hal "empat Ps:" Produk, Price, Place, dan
meliputi core product (produk utama atau manfaat) nya, actual product (tindakan
atau perilaku), seperti tes HIV, dan augmented product (barang dan layanan).
Strategi Price yaitu harga, waktu, atau pengorbanan baik psikologis maupun
fisik yang harus diberikan klien dalam pemanfaatan program kesehatan. Strategi
Place yaitu strategi pemasaran dalam menciptakan kemudahan akses layanan bagi
keunggulan dan manfaat produk sosial meliputi metode, pesan, promotor, saluran
yang berisikan pengukuran yang bisa dipakai untuk memonitor dan mengevaluasi
tujuan dan sasaran monitoring dan evaluasi, rencana metode dan waktu monitoring
44
dan evaluasi, dan indikator monitoring evaluasi yang dipakai
(input/output/outcome/impact).
proposal yang berisi secara spesifik nama dan job desk masing-masing yang
terlibat dalam kegiatan pemasaran. Selain itu diikuti juga dengan waktu
dan perbaikan, dan evaluasi. Delapan dari sepuluh penentu keberhasilan pemasaran
2.3.5.1 Manajemen
45
keseluruhan meskipun dibentuk kelompok kerja. Dengan demikian, manajer
dilaksanakan
2.3.5.2 Konsumen
kepada kelompok sasaran yang sesuai. Misalnya pesan imunisasi harus khusus
ditujukan pada ibu dari anak usia balita. Berdasarkan hasil penelitian, pesan
yang berbeda diperlukan bagi para ibu yang mempunyai anak dengan usia
berbeda. kelompok sasaran dapat berbeda berdasarkan pola makan anak pada
umur yang berbeda sehingga pesan dapat ditujukan kepada ibu dari setiap
46
2.3.5.4 Identitas
2.3.5.5 Manfaat
atau keuntungan yang jelas dan nyata. Penelitian yang cermat akan membantu
2.3.5.6 Biaya
tersembunyi yang harus dikeluarkan seperti, waktu, biaya untuk jajan anak,
datang ke posyandu
2.3.5.7 Ketersediaan
47
Promosi apapun tidak bisa berhasil jika produk atau pelayanan yang
dipromosikan tidak dapat atau sulit diperoleh. Oleh karena itu, harus
dicanangkan.
seperti media massa, kader dan kelompok masyarakat. tentukan juga berapa
persen kelompok yang dapat dicapai setiap saluran informasi dan berapa
mungkin dengan biaya yang tersedia. Panduan media yang digunakan sangat
2.3.5.10 Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada akhir program sesuai jangka waktu yang ditentukan
48
jumlah persentase dan menyangkut sebagian besar responden. Hal ini berbeda
peneliti menggunakan mengacu pada buku social marketing for public health
Hong Cheng, Philip Kotler, dan Nancy R. Lee (2009). Perencanaan pemasaran
dan target pemasaran sosial (Marketing Objectives and Goals), 5) faktor yang
49
(Specific, measurable, achievable, relevant, time-bound). Identifikasi faktor
manajemen dalam proposal yang berisi mitra dan job desk masing-masing yang
50
BAB III
pendekatan teori Hong Cheng, Philip Kotler, dan Nancy R. Lee (2009) yang
Proses perencanaan pemasaran sosial ini merupakan sebuah langkah yang sengaja
VCT. Ada sepuluh variabel yang harus terpenuhi dalam perencanaan pemasaran
sosial menurut Hong Cheng, Philip Kotler, dan Nancy R. Lee (2009) yaitu 1)
manajemen.
51
3.2. Definisi Istilah
Tabel 3.1
Matriks Definisi Istilah
No Lingkup Definisi Metode Instrumen
Penelitian
1 Perencanaan Perencanaan Wawancara Pedoman
pemasaran sosial pemasaran sosial mendalam wawancara
program VCT HIV- Telaah dan
AIDS yang meliputi dokumen Pedoman
10 langkah yaitu telaah
1)menggambarkan dokumen
latar belakang, tujuan
dan fokus program,
Analisis Situasi
(SWOT), 3)
segmentasi pasar, 4)
perencanaan tujuan
dan target pemasaran
5) faktor yang
mempengaruhi
perubahan perilaku 6)
pernyataan positioning
7) bauran pemasaran
8) perencanaan
pemantauan dan
evaluasi, 9) anggaran
dana 10) perencanaan
implementasi
kampanye dan
manajemen
2 Perencanaan Latar Identifikasi sponsor Wawancara Pedoman
Belakang, Tujuan kegiatan VCT, alasan mendalam wawancara
dan Fokus Program penyelenggaraan dan telaah mendalam
VCT program, masalah dokumen dan
sosial yang pedoman
melatarbelakangi telaah
berdasarkan aspek dokumen
epidemiologi maupun
isu khusus, serta
tujuan dan fokus
program VCT.
52
(SWOT) kelemahan, mendalam wawancara
kesempatan dan dan telaah mendalam
tantangan yang akan dokumen dan
di hadapi dalam pedoman
pemasaran sosial telaah
program VCT dokumen
(strengths,
weaknesses,
opportunities, threats),
serta telaah literatur
pemasaran sosial dan
lingkungan program
serupa dengan VCT
4 Segmentasi sasaran Memilih sasaran Wawancara Pedoman
(Target Audience pemasaran sosial mendalam wawancara
Profile) program VCT dan telaah mendalam
berdasarkan aspek dokumen dan
demografis, geografis, pedoman
psikografis, perilaku, telaah
jejaring sosial, asset dokumen
masyarakat, tahapan
dalam perubahan
(stage of changes)
serta jumlah sasaran
target pemasaran.
5 Tujuan dan target Tujuan pemasaran Wawancara Pedoman
pemasaran sosial sosial program VCT mendalam wawancara
(Marketing yang dipakai baik dan telaah mendalam
Objectives and berkaitan dengan dokumen dan
Goals), perilaku (behaviors) pedoman
atau attitudes telaah
(pengetahuan dan dokumen
kepercayaan)
berdasarkan kriteria
SMART (Specific,
measurable,
achievable, relevant,
time-bound).
6 Faktor yang Identifikasi faktor Wawancara Pedoman
mempengaruhi yang mempengaruhi mendalam, wawancara
perubahan perilaku perilaku pemanfaatan dan telaah mendalam,
(Factors layanan VCT, dokumen panduan
influencing meliputi hambatan observasi
adoption of pemanfaatan, benefit dan
53
behavior), pemanfaatan VCT, pedoman
perilaku yang telaah
ditargetkan kompetitor dokumen
program, pengaruh
orang penting lain.
7 Pernyataan Pernyataan seperti apa Wawancara Pedoman
Positioning yang diinginkan mendalam, wawancara
puskesmas dalam telaah mendalam,
penilaian produk dokumen telaah
dibenak target sasaran dokumen
pemasaran sosial
program VCT
8 Bauran pemasaran Kombinasi empat Wawancara Pedoman
(Develop a unsur strategi mendalam wawancara
Strategic Marketing pemasaran sosial dan telaah mendalam
Mix (4P’s)) program VCT dokumen dan
meliputi 1) Product pedoman
(core product atau telaah
produk manfaat), dokumen
actual product atau
produk perilaku dan
augmented product
atau barang dan
layanan). 2) Price
(harga, waktu, atau
pengorbanan baik
psikologis maupun
fisik yang harus
diberikan klien dalam
pemanfaatan program
VCT), 3) Place
(kemudahan akses
layanan bagi klien), 4)
Promotion (metode,
pesan, promotor,
saluran media promosi
yang digunakan)
9 Perencanaan Membuat perencanaan Wawancara Pedoman
pemantauan dan yang berisikan mendalam wawancara
evaluasi, (Outline a pengukuran yang bisa dan telaah mendalam
plan for Monitoring dipakai untuk dokumen dan
and Evaluating) memonitor dan pedoman
mengevaluasi telaah
pemasaran sosial dokumen
54
program VCT
meliputi tujuan dan
sasaran, rencana
metode dan waktu
monitoring dan
evaluasi, dan indikator
yang dipakai
(input/output/outcome/
impact).
10 Perencanaan Membuat perhitungan Wawancara Pedoman
anggaran (Establish anggaran biaya yang mendalam wawancara
Budget and Find dibutuhkan untuk dan telaah mendalam
Funding Source) menjalankan dokumen dan
perencanaan pedoman
pemasaran program telaah
VCT dan perencanaan dokumen
sumber dana serta
donatur yang akan
membiayai.
11 Perencanaan Perencanaan ini Wawancara Pedoman
implementasi diakhiri dengan mendalam wawancara
kampanye dan sebuah proposal dan telaah mendalam
manajemen (Plan pemasaran sosial dokumen dan
for campaign program VCT yang pedoman
Implementation and berisi secara spesifik telaah
management) nama dan job desk dokumen
masing-masing yang
terlibat dalam kegiatan
pemasaran. Selain itu
diikuti juga dengan
waktu pelaksanaannya
(time frames).
55
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
HIV dan AIDS di Puskesmas Ciputat Tahun 2014. Menurut Moleong (2007), penelitian
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Menurut Cooper dan Scindler (2006), riset kualitatif merupakan suatu rangkaian
menjelaskan makna, bukan frekuensi dari suatu kejadian dalam dunia sosial yang
kurang lebih terjadi secara alami. Riset kualitatif ditujukan untuk mendapatkan
perasaan, emosi, motivasi, persepsi bahasa konsumen atau perilaku yang menjelaskan
pribadi. Artinya, riset kualitatif didesain untuk memberitahu periset bagaimana (proses)
social or human problem. The researcher builds a complex, holistic picture, analize
words, report detailed views of information, and conducts the study in natural setting.
Penggunaan metode kualitatif pada penelitian ini untuk memperoleh informasi yang
56
gambaran serta kendala perencanaan pemasaran sosial program Voluntary Conseling
2014. Puskesmas Ciputat dipilih karena termasuk puskesmas dengan kasus infeksi
HIV terbanyak di kota Tangerang Selatan. Selain itu, Puskesmas Ciputat termasuk
satu-satunya Puskesmas yang aktif menjaring infeksi HIV melalui pelayanan VCT.
memiliki layanan VCT. Puskesmas lain di Tangsel yang baru memiliki layanan VCT
penelitian ini tidak dilakukan secara acak, tetapi dengan menggunakan metode
sesuai dengan tujuan dan masalah penelitian untuk memperoleh informasi yang lengkap
(adequency).
utama, pendukung dan informan kunci. Informan utama adalah objek utama dalam
57
penelitian, yaitu penanggungjawab program VCT di Puskesmas Ciputat dan tenaga
Masyarakat (LSM) yang bekerjasama dalam program VCT dengan Puskesmas, Pasien
yang telah melakukan VCT dan pasien yang belum melakukan VCT di Puskesmas
Ciputat. Informan Kunci adalah Kepala Puskesmas Ciputat dan Dinas Kesehatan Kota
Tangerang Selatan.
Dalam lingkup penelitian latar belakang, tujuan dan fokus (describe background,
purpose and focus) dilakukan wawancara mendalam kepada para informan dan telaah
dokumen perencanaan program VCT. Dalam lingkup analisis situasi dan segmentasi
pasar dilakukan wawancara mendalam terhadap para informan dan telaah dokumen
perilaku, jejaring sosial, asset masyarakat, tahapan dalam perubahan (stage of changes)
serta jumlah. Dalam lingkup tujuan dan target (marketing objectives and goals)
VCT dan telaah dokumen persepsi hambatan dan manfaat, motivator serta kompetitor
program.
wawancara mendalam terhadap informan dan telaah dokumen strategi program VCT.
wawancara mendalam terhadap para informan, dan telaah dokumen proposal yang
58
berisi rencana monev, anggaran biaya, rencana implementasi, dan manajemen
pembagian tupoksi job desk masing-masing yang terlibat dalam kegiatan pemasaran
sosial.
Tabel 4.1
Informan Penelitian
No. Lingkup Kriteria Informan Teknik Unsur yang
penelitian Diteliti
1 Perencanaan - Penanggungjawab - Wawancara - Adanya
pemasaran program VCT mendalam perencanaan dan
sosial - Telaah Apa yang
dokumen dilakukan (10
langkah)
- Siapa yang
melakukan dan
pihak yang terlibat
- Dimana
- Kapan
2 Latar belakang, - Penanggungjawab - Wawancara - Sponsor program
tujuan dan fokus program VCT di mendalam - Alasan
program VCT Puskesmas Ciputat - Telaah penyelenggaraan
dokumen - Masalah sosial
- Kepala Puskesmas
(epidemiologi/isu
Ciputat. khusus)
- Tenaga promosi - Tujuan dan fokus
kesehatan program VCT
- Dinas Kesehatan - Kendala dalam
perencanaan
Tangerang Selatan
59
3 Analisis situasi - Penanggungjawab - Wawancara - Strenght (kekuatan
program VCT di mendalam lembaga)
Puskesmas Ciputat - Telaah - Weakness
dokumen (kelemahan)
- Kepala Puskesmas - Opportunity
Ciputat. (peluang
- Tenaga promosi lingkungan)
kesehatan di Puskesmas - Threats (tantangan)
Ciputat. - Telaah lingkungan
- LSM dan program serupa
- Kendala dalam
perencanaan
60
6 Faktor yang - Penanggungjawab program - Wawancara - Persepsi
mempengaruhi VCT di Puskesmas Ciputat mendalam hambatan
perubahan - Kepala Puskesmas Ciputat. - Telaah Pemanfaatan
perilaku dokumen - Persepsi
- Tenaga promosi kesehatan
benefit
- Pasien yang telah pemanfaatan
melakukan VCT di VCT,
Puskesmas Ciputat. - perilaku yang
- Pasien yang belum ditargetkan
melakukan VCT di kompetitor
- Pengaruh
Puskesmas Ciputat. orang penting
- LSM lain.
- Kendala
dalam
perencanaan
61
8 Bauran - Penanggungjawab program - Wawancara - Strategi
Pemasaran VCT di Puskesmas Ciputat mendalam Product (core
(marketing - Kepala Puskesmas Ciputat. - Telaah product/
mix) Dokumen manfaat),
- Tenaga promosi kesehatan actual
- Observasi
Puskesmas tempat product/perila
- Pasien yang telah ku dan
melakukan VCT di augmented
Puskesmas Ciputat. product/
- Pasien yang belum barang dan
layanan).
melakukan VCT di - Strategi Price
Puskesmas Ciputat. (harga,
- LSM waktu,
pengorbanan
psikologis/
fisik)
- Strategi Place
(kemudahan
akses layanan
bagi klien),
- Strategi
Promotion
(metode,
pesan,
promotor,
saluran media
promosi yang
digunakan)
- Kendala
dalam
perencanaan
62
9 Perencanaan - Penanggungjawab program - Wawancara - Tujuan dan
pemantauan VCT di Puskesmas Ciputat mendalam sasaran,
dan evaluasi - Kepala Puskesmas Ciputat. - Telaah metode dan
Dokumen waktu
- Tenaga promosi kesehatan monitoring
di Puskesmas Ciputat. dan evaluasi
- Indikator
yang dipakai
(input/output/
outcome/
impact)
- Kendala
perencanaan
10 Perencanaan - Penanggungjawab program - Wawancara - Anggaran
anggaran VCT di Puskesmas Ciputat mendalam biaya,
biaya - Kepala Puskesmas Ciputat. - Telaah - Sumber dana
Dokumen dan dana
- Tenaga promosi kesehatan
donatur
di Puskesmas Ciputat. - Kendala
- LSM dalam
perencanaan
63
muka terhadap informan dengan menggunakan pedoman wawancara mendalam
direkam dengan alat perekam dan ditulis oleh peneliti. Observasi dilakukan
melalui laporan dan dokumen lain yang berkaitan dengan perencanaan pemasaran
b. Pedoman observasi
d. Perekam suara
e. Kamera
a. Data Primer
64
Ciputat dan data hasil observasi pelaksanaan VCT di Puskesmas
Ciputat.
b. Data Sekunder
lembaga.
65
yang berbeda. Data diperoleh dengan wawancara mendalam,
ini adalah model Miles dan Hubberman (1984). Menurut Miles dan
yaitu data reduction (Reduksi Data), data display (penyajian data), dan
Bagan 4.1
Pengolahan dan Analisis Data
66
sosial, faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku, positioning
marketing planning menurut Hong Cheng, Philip Kotler, dan Nancy R. Lee
(2009) dalam buku social marketing for public health serta teori Heri
67
BAB V
HASIL PENELITIAN
Gambar 5.1
Peta Penyebaran Kasus HIV-AIDS Tangerang Selatan 2014
68
Persentase cara penularan penyakit HIV-AIDS, yakni dengan
diketahui 4%, Man Sex Man 2% dan Waria 1%. Penularan HIV-
(Dinkes: 2014).
dari berbagai kalangan tidak hanya pada pekerja tertentu saja yang
28%, Ibu Rumah Tangga 19%, Lainnya 16%, Tidak Bekerja 15%,
Karyawan 8%, Pekerja Seks 7%, Mahasiswa 7%, PNS 0,84%, Buruh
sebanyak 21 kasus yang terdiri dari usia 20-29 sebanyak 9 orang, 40-
69
ditangani. Jumlah kematian akibat AIDS berjumlah 6 orang, usia 20-
Counselling and Testing (VCT) yang terdiri dari lima Puskesmas dan
telah launching sejak Juli 2012. Klinik ini melayani klien dari
70
kemungkinan bagi klien dari wilayah lain. Letak klinik berbatasan
Tabel 5.1
Tenaga Kesehatan Voluntary Counselling and Testing (VCT)
No Tenaga Jumlah
1 Pemegang program + Konselor 1
2 Asisten Konselor 2
3 Analis 1
4 Perawat 1
5 Kepala promosi kesehatan 1
Total 6 orang
71
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK). Selain itu, klinik VCT
i. Visi Puskesmas :
swasta
Informan pada penelitian ini terdiri dari informan utama yang menjadi
72
yaitu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bekerjasama dalam
program VCT dengan Puskesmas, Klien yang telah melakukan VCT dan
73
5.3 Gambaran Perencanaan Pemasaran Sosial Program VCT
tujuan dan fokus program, analisis situasi, segmentasi pasar, faktor yang
punya. Kalau proposal pemasaran sosialnya kita tidak buat, kita adanya
POA tahunan atau bulanan, gabung aja sama program yang lain, jadi ya
74
“Saya tidak begitu terlibat saat perencanaan, saya hanya terlibat saat
penanggungjawab program yang lebih tahu ya, saya tidak begitu terlibat
Operasional BOK UPT Puskesmas Ciputat bulan Mei dan Juni 2014,
cost. Dokumen POA ini merupakan resume semua kegiatan yang akan
Data latar belakang, tujuan dan fokus program VCT, analisis situasi,
optimal.
dan fokus program VCT, analisis situasi, penentuan tujuan dan target
75
pemasaran sosial, serta pernyataan positioning. Pelaksanaan pemasaran
sosial tersebut dimulai sejak launching klinik VCT awal tahun 2012 di Aula
hasil wawancara,
pada saat launching klinik awal tahun 2012 maupun sosialisasi pada saat
melibatkan beberapa orang dan lembaga, yaitu tim VCT Puskesmas yang
76
“Dilibatkan perencanaannya sih nggak, tapi pelaksanaan dilibatkan”.
(F-RS-2)
klinik metadon. Saat pelaksanaan sosialisasi kita libatkan dinas, kita juga
Kampung Sawah, LSM Kotek dan BMG, LSM BMG untuk penjangkauan
(VCT) HIV-AIDS secara optimal karena belum ada bukti otentik proposal
“Nggak tahu ketentuannya, kalau data yang kita pakai ya data kasus HIV
tangsel” (D-RS-1).
77
5.4 Gambaran Perencanaan Latar Belakang, Tujuan dan Fokus Program
VCT
yaitu perencanaan latar belakang, tujuan dan fokus program VCT. Secara
belakang program VCT dilakukan oleh Dinas Kesehatan saat forum rapat
“Kalau perencanaan latar belakang, tujuan dan fokus kebijakan itu semua
eksekusinya ke pelaksana”(A-RS-3)
tujuan dan fokus program VCT yang dilaksanakan ketika forum bersama
78
latar belakang program dalam slide presentasi HIV dan VCT. Peneliti
Berikut kutipannya,
“Latar belakang, fokus dan tujuan dibahas saat forum bersama di Dinkes
kita nggak punya. Hanya ada slide presentasi HIV dan VCT” (P-RS-5)
fokus program VCT. Pertama yaitu latar belakang, yang meliputi sponsor
khusus). Kedua yaitu perencanaan tujuan program dan ketiga yaitu fokus
program.
Metadon (PTRM), serta ketentuan konseling dan tes HIV atau VCT.
79
Kesehatan (BOK) APBD Kota Tangerang Selatan dan Lembaga donor
2012 sebagai kelanjutan dari klinik metadon PTRM tahun 2010. Program
ini merupakan tindak lanjut Dinas Kesehatan Provinsi Banten dan Dinas
informan kunci, program VCT ini berawal dari screening VCT pada
VCT untuk kelompok beresiko, ibu hamil dan masyarakat umum setelah
narkoba suntik ke obat steril metadon, yang mana dalam perjalanan kita
curigai ada risiko HIV sampai tingkatan menjadi AIDS, maka kita bikin
tenaga VCT untuk ikut pelatihan VCT dari Kemenkes, kemudian kita
80
melakukan program dari dan BOK, kita membuka klinik VCT, dari BOK
kita bikin program screening HIV pada kelompok masyarakat, bisa ibu
HIV di wilayah kerja Puskesmas Ciputat ini sesuai dengan sasaran VCt
populasi dewasa dari 0,2 menjadi dibawah 0,5% serta jumlah orang yang
berumur 15 tahun atau lebih yang menerima konseling dan testing HIV
kutipannya,
81
Kota Tangerang Selatan 2013, program ini dilatarbelakangi oleh masalah
Tangerang Selatan pada juni 2013 hanya 28% atau 69 orang yang terdiri
dari klien VCT Puskesmas Ciputat dan Pondok Aren. Angka ini sangat
rendah jika dibandingkan dengan indikator target pada bulan juni 2013
yaitu sebanyak 243 orang atau 100%. Hasil evaluasi capaian pada
september 2013 naik menjadi 34% atau 99 orang dari target kumulatif
100% atau 289 orang. Dari sini dapat dilihat bahwa indikator pencapaian
kesadaran kelompok risiko tinggi (risti) akan bahaya penyakit IMS dan
Penularan masalah HIV di Ciputat yaitu dari pemakai narkoba, seks, dari
suami ke istri, dan anak, sekitar 300 lebih kelompok beresiko di Tangsel
yang sudah dampingi LSM, mulai dari suami, istri, anak, LSL, Waria,
dari pemakai narkoba, seks, dari suami ke istri, terus ke anak, untuk anak
tidak terlalu banyak tapi sudah ada dan tambah banyak, kalau sudah
infeksi lumayan banyak, lebih banyak dari suami ke istri sekitar 300 lebih
kelompok beresiko yang sudah kita dampingi, itu campur dari suami,
82
istri, anak, LSL, Waria, untuk ciputat sendiri juga banyak, yang termasuk
zona merah di ciputat dan pamulang, ciputat lebih banyak ibu rumah
tangga. Setiap tahun peninggkatannya ada, awal tahun 2010 sekitar 10-
laki Seks dengan Laki-Laki (LSL), jumlah ODHA LSL 1.597, estimasi
orang, estimasi IDU 103 orang, ODHA Injecting Drug Use (IDU) 30
zona hijau atau tertinggi ketiga yaitu Pondok Aren berjumlah 47 orang.
83
Masalah-masalah HIV-AIDS di Kota Tangerang Selatan yang
Kasus HIV-AIDS Tahun Diagnosa 2009 s.d Mei 2014, Grafik Penemuan
Kasus dan Kematian HIV-AIDS Tahun 2009 s.d Mei 2014, Persentase
Penularan Tahun 2009 s.d Mei 2014, Persentase Kumulatif Kasus HIV-
AIDS Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tahun 2009 s.d Mei 2014, Persentase
mereka yang beresiko tertular HIV tidak tahu akan status HIV-nya,
upaya deteksi dini untuk mengetahui akan status HIV seseorang melalui
Konseling dan Tes HIV Sukarela atau Voluntary Counselling and Testing
84
layanan tes VCT bagi masyarakat yang membutuhkan di Kota Tangerang
Konseling dan Tes HIV secara sukarela atau Voluntary Counselling and
Testing (VCT) dan Konseling Tes HIV atas inisiasi petugas Kesehatan
prevalensi HIV tinggi. Populasi yang menjadi fokus program adalah ibu
dengan dua pendekatan yaitu Konseling dan Tes HIV secara sukarela
atau Voluntary Counselling and Testing (VCT) oleh klien dan Konseling
Tes HIV atas inisiasi petugas Kesehatan atau Provider Initiated Test and
85
Counselling (PITC). Penerapan bisa dilakukan di layanan IMS, PTRM,
“Tujuannya agar banyak masyarakat yang melakukan tes VCT untuk lihat
kasusnya bisa ditemukan, maka harus ada pengobatan, kalau sembuh kan
kelompok-kelompok lokalisasi, tempat khusus sih nggak ada, tapi itu ada
narkoba kan banyak, hubungan seks dari suami ke istri juga banyak gitu
Ciputat, PTRM awalnya waktu itu, buka setiap hari untuk pasien narkoba
ya., (C-RS-4)
86
“Saya mah nggak tahu tujuan, latar belakang gitu-gitu, kalau itu tanya
sosialisasi” (F-RS-2)
banyak penularan dari perilaku seks ya, kita susah mengkoordinir untuk
mengumpulkan” (A-RS-3)
87
“Diskriminasi, banyak orang awam yang nggak mau, padahal risiko
udah ada, biasanya dari mereka tahu VCT sampai yakin mau VCT sekitar
2 minggu” (C-RS-4)
informan.
“Data analisis situasi kita tidak punya, tapi kalau Kekuatannya, klinik VCT
ini uda ada di 5 puskesmas, layanannya setiap hari bisa dilayani, gampang
juga tes VCTnya, konselornya sudah ada empat orang termasuk saya.
88
“Kalau kelemahan program VCT, sasaran hotspotnya silent tersembunyi,
PSK siapa yang mau ngaku PSK? Beda sama program imunisasi, semua
kelihatan.
“Kita ada kader yang aktif, penyebaran info banyak mouth to mouth, kita
punya forum lokbul, lokmin, pertemuan kelurahan, ada LSM, kita juga
sumberdaya sudah ada, SDM uda, sarana prasarana tempat sudah ada,
terkena HIV, itu hambatannya disitu. Kendalanya karena kita tidak punya
peroleh dari luar ciputat, jadi data dibawah kita belum ada. Peluangnya
ya dari lingkungan sekitar, untuk saat ini peluangnya da, komunitas yang
kita curigai ada, tinggal kapan VCT gitu aja, tapi susah untuk
sama TB, kalau HIV positif bisa kena karena daya tahan turun. Tantangan
89
untuk VCT tidak ada, tapi kalau untuk klinik metadon ini yang ada, karena
yang lain, kalau pas dia lagi sakau kan dikhawatirkan mengganggu pasien
yang lain”(A-RS-3)
LSM Kotek mengakui tidak terlalu ikut terlibat dalam analisis situasi
“Kalau kekuatan lembaga sih, kita ada program ini dengan bantuan
Global Fund AIDS dari NU, tapi nggak tahu kedepannya gimana, kita sih
ngga terlalu masuk kesana. Kalau PMTCT ketika sudah VCT, kalaupun
hasilnya negatif, tapi suami positif tetep harus PMTCT, minum obatnya.
(C-RS-4)
VCT
“Kalau itu yang lebih tahu penyelenggara program ya, promkes hanya
RS-2)
dalam pemasaran sosial program VCT HIV-AIDS, namun tidak ada upaya
perencanaan secara detail dan tidak ada penelitian khusus atau identifikasi
90
khusus yang dilakukan puskesmas untuk segmentasi pasar. Pemilihan
berdasarkan faktor risiko untuk masyarakat berisiko HIV atau yang wajib,
sekedar pencegahan.
Test and Counseling) maka wajib untuk VCT. Kalau untuk masyarakat
91
umum lewat rakor penjelasannya, kan VCT itu untuk mengetahui kita kena
HIV atau nggak, walau nggak punya risiko, jadi beda bahasa verbal saja,
Waria, Laki-laki Seks Lelaki (LSL), Injecting Drug User (IDU), Pasangan
Risiko Tinggi, Pelanggan dan lainnya serta masyarakat umum. Jumlah yang
Selatan yaitu sebanyak 336 orang yang melakukan tes VCT pada tahun
2014.
“Masyarakat umum dan kelompok yang berisiko, dan ibu hamil. Jumlahnya
50 sebulan” (D-RS-1).
“Ada, kita lebih ke kualitas pendampingan, kita dapat banyak pun tapi
kalau untuk pendamping sebaya, paling tidak 6-10 pasien baru per orang.
Kalau kita berlima, paling nggak, 5 per orang sudah 30 an per bulan” (C-
RS-4)
mengakui lebih menyasar segmen usia produktif, namun bayi juga ada.
92
Untuk jenis kelamin, puskesmas tidak secara khusus membedakan. Untuk
(D-RS-1).
“Kalau usia, yang usia produktif ya, dewasa muda lah.. asal dan jenis
kelamin sama saja, daerah tangerang selatan, untuk ciputat biasanya dari
“Nggak, semua yang datang, kita tidak melihat jenis kelamin, atau asalnya,
kalau wilayah bukan ciputat juga nggak apa-apa. Misalnya di tegal rotan,
“Iya, ada, biasanya ada pendatang juga, kita pendataan berdasarkan usia
produktif ada, bahkan bayi juga ada, jenis kelamin, ada, kalau untuk lebih
banyak yang mana, untuk sekarang kita bisa diratain sih” (C-RS-4)
pemilahan segmen berdasarkan usia, jenis kelamin dan asal daerah. Klien
yang belum pernah tes VCT berpendapat ada pembedaan segmen sasaran
“Nggak kali mbak, sama aja. Saya dulu karena hamil saja disuruh tes VCT,
“Oh iya dibedakan, itukan supaya tes itu kan ya siapa yang mau, siapa
yang masih ragu-ragu, ya harus dibedakan, ngga mungkin bayi juga di tes,
93
kecuali orang tuanya ragu-ragu kan ya umur baligh lah, uda 19 keatas (H-
RS-7)
berdasarkan usia, jenis kelamin dan asal daerah. Data sasaran ini terlihat
Kasus HIV-AIDS dimana tertera disitu data usia dengan rentang <4, 5-14,
15-19, 20-24, 25-49, dan ≥50, jenis kelamin laki-laki dan perempuan, serta
asal. Pasien Puskesmas Ciputat lebih banyak datang dari wilayah Kelurahan
VCT: 2014).
pecandu narkoba, silent client seperti ibu rumah tangga, man mobile with
money (3M) yang punya mobilitas tinggi, pekerja seks pendekatan lewat
orang Dinas dan Puskesmas mau datang ke tempat prostitusi maka harus
dan membuat mereka nyaman dengan kedatangan. Informan dari klien yang
sudah pernah VCT mengatakan perilaku sering keluar malam, sering di luar
94
rumah. Sedangkan klien non VCT mengatakan klien yang rentan menjadi
sasaran adalah masyarakat yang hidup di kota-kota besar seperti Jakarta dan
pekerja seks yang terbiasa melayani pelanggan, pecandu narkoba, ada juga
“Iya ada, kan dari setiap faktor risiko kan punya karakter berbeda, kita ada
itu, biasanya kalau ada man mobile with money, laki-laki dengan mobilitas
tinggi, ibu rumah tangga yang cenderung tersembunyi ya, kita pendekatan
lewat suaminya, biasanya kalau suaminya kena. Kalau ke PSK, kita adakan
pendekatan personal, bilang kita cuma mau akses kesehatan mereka, bukan
takutnya mreka kan takut dijaring , kalau mereka yang sadar kesehatan
mereka, mereka mau VCT, mau ikut program kita, bahkan membagikan
kondom juga mereka mau, kalau ke maminya ya kita bilang, kita Cuma
sebatas, ayo mi, kita Cuma mau ngadain VCT kok mi, supaya jaga
kesehatan mereka kok mi, kan sekarang ada obatnya mi, gitu tapi ya susah,
kita sih bujuknya, walaupun masuknya aja susah, mereka kalau tahu kita
mau dateng, uda, kabur, apalagi kalau ada orang dinkes makanya kalau
kita kesana, kita anjurkan jangan pakai seragam dinas, jangan pakai mobil
95
dinas, begitu kita datang , uda, mereka hilang, seringnya gagal kita. Ya
“Apa ya, mungkin yang sering keluar malam, di luar rumah” (S-RS-5)
RS-6)
Selatan oleh Dinas Kesehatan Tangerang Selatan. Klien yang belum tes
“Kalau data seperti itu biasanya dinas, untuk data seTangsel (A-RS-3)
“Iya ada, kan untuk WPS sendiri, ada di wilayah mana, penasun HRL kan
96
kalau waria, PSK biasanya ada di tegal rotan, pondok aren, setu, kita
biasanya mobile VCT kesana, iya mereka uda kenal kita” (C-RS-4).
“Ya mungkin tempat tinggal yang kotor sekali, siapa aja” (S-RS-6)
disitu ada hiburan malam, saya taunya kan HIV bisa nular karna narkoba
pemasaran sosial, yang dilakukan selama ini hanya pendataan lokasi yang
di Tangerang Selatan seperti yang tertera dalam gambar 5.1 diatas. Lokasi
Kampung Sawah, Pondok Kacang Timur, Setu, Victor, dan beberapa panti
pijat.
Rotan, Kampung Sawah, Pondok Kacang Timur, Setu, Victor, dan beberapa
panti pijat”(P-RS-5)
tingkat resiko yang dilakukan dalam rekam medik formulir VCT seperti
suntik, transfusi darah, transmisi dari ibu ke anak dan lainnya (Formulir
VCT: 2014).
97
“Penyebaran informasi berdasarkan faktor risiko sama identifikasi perilaku
biasanya dari rekam medik, disitu ada kajian tingkat risiko, apa dari seks,
“Dari segi perilaku, ada yang cenderung mau itu yang tidak berisiko pasti.
Nah, ada yang cenderung nggak mau misalnya orang yang sudah berisiko,
sih, ciputat pun ada, kita curigai, biasanya kita minta bantu dinas, LSM,
Satpol PP, KPA, biasanya puskesmas diminta tenaga yang meriksa aja”
(A-RS-3)
Wanita Penjaja Seksual (WPS) yang selalu ketakutan jika ada orang asing
ada yang sangat terbuka ada yang tidak, LSM melakukan pendekatan
98
komunitas mereka. Sedangkan ibu rumah tangga dan anak-anak, melalui
“Ada, beda-beda kita kan caranya, masuknya kita juga beda, kalau WPS
kan mereka berkesannya takut, ngumpet gitu ya, ya kita pelan-pelan temui
maminya dulu, kalau uda ketemu diisitu ya mereka mau, kalau penasun kan
mereka pemakai, kalau yang open-open banget, kalau kita masuk ya harus
ada imbalan yang mereka terima entah itu rokok atau apa gitu, ibu rumah
tangga kita kan dari suami dulu, suami ketahuan, kita tanya, gimana pak,
apa bapak sendiri yang bilang ke istrinya, atau kita bantu bicaranya,
biasanya mereka lebih kena sama kita ketimbang penjelasan dari suami,
kalau yang langsung ke layanan mereka uda kena biasanya, kita udah tahu,
wah ini suspek nih, ya kita ajak ngobrol dulu lah, buat mereka nyama dulu
LSM mengatakan, pembedaannya dapat dilihat dari perilaku, dari yang tidak
mau tes VCT menjadi mau, dari klien yang memiliki hasil VCT negatif,
“Biasanya dari mereka yang nggak mau sampai mau gitu ya, terus mereka
yang uda tahu risikonya, kalau mreka hasilnya negatif, mereka langsung
99
berubah, ganti perilaku dari yang berisiko, jadi ngga, caranya gimana sih,
perilaku sehatnya langsung ada dan kita rutin ada pertemuan, biasanya
sebulan kita tiga kali ya, untuk pertemuan FGD yang hadir teman-teman
ODHA kita, ada teman dari kemenkes juga TB Paru, ada ODHA meeting
juga, kita untuk ODHA meeting kita di puskesmas bisa, bisa juga di luar
wilayah” (C-RS-4),
Sedangkan klien VCT mengaku pada awalnya takut untuk tes VCT,
mau tes VCT. klien yang belum tes VCt juga mengatakan hal yang sama,
secara umum masyarakat akan takut untuk tes tapi jika mendapat penjelasan
5)
“Motivasi berperilaku, jadi HIVnya aja orang uda takut ya, apa lagi untuk
tes, ya harus kuat, menurut saya harus ada penyuluhan, kalau mereka tahu,
“Ada, VCT di Ciputat bisa dilihat di website dinas kesehatan, banyak yang
100
“Kita ada forum Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) Pelangi, Forum
“Setahu saya saja juga belum pernah tes itu, belum tahu pastinya, kayaknya
sampai dengan Mei 2013. Tujuan umum (goal) program yaitu menurunkan
101
memperbaiki kinerja pengendalian HIV-AIDS. Dinas Kesehatan Kota
a. Dalam tiga bulan (Januari-Maret 2014), sebanyak 100% atau 336 orang
Methadone
c. Dalam tiga bulan (Januari-Maret 2014), sebanyak 100% atau 198 orang
Tangerang Selatan
AIDS dan mau mengikuti Voluntary Counselling and Testing (VCT) dengan
kutipannya,
HIV-AIDS, agar masyarakat banyak yang mau tes VCT dan mau mencegah”
(D-RS-1).
102
Hal senada disampaikan oleh Kepala bagian Promosi Kesehatan
“Ke arah perilaku tanpa dia sadari, misal gay yang tidak menggunakan
pelindung, jarum suntik ya, ke perilaku pencegahan setelah dia VCT,, misal
“Perilaku dan pengetahuan. Perilaku yang kita harapkan mereka paling tidak
menghentikan risiko yang uda pernah ada, dan mereka bisa akses ke VCT”
(C-RS-4)
Untuk hambatan atau kendala dalam penentuan tujuan dan goal standar
103
LSM mengakui hambatan dalam hal ini adalah pelaksanaan untuk mencapai
mau tes VCT. Sedangkan informan yang lain mengaku tidak ada hambatan.
Berikut kutipannya,
“Hambatan karna kita nggak pakai target ya, kalau kita pakai target mungkin
iya cakupannya yang tidak tercapai. Kalau program lain sudah ada target.
Lah, mungkin dari pemegang program. Kalau program secara nasional ngga
ada” (A-RS-3).
“Terkadang mereka nggak semua mau juga, mereka tahu, tapi untuk
2014). Kutipan,
104
mengetahui manfaatnya dan merasa bahwa dirinya beresiko baik karena
“Mau jika dari temen, keluarga atau yang dia kenal ada yang positif, tapi
hingga saat ini kan untuk mengetahui status HIV itu kan suatu kerahasiaan,
dukungan keluarga.
“Malu, terkadang pasien yang berisiko belum siap untuk VCT” (D-RS-1)
“Bagi masyarakat umum, hambatannya, hal seperti VCT itu masih awam
kali ya, kalau bagi yang berisiko, mereka takut kalau hasilnya positif” (F-
RS-2).
“Ya mungkin mereka ada rasa takut, kerahasiaan mereka takut orang lain
tahu, ada juga hambatan dari keluarga, ada beberapa yang kita dampingi,
keluarga nggak mau terlibat, ada juga yang peduli banget, kita banyak yang
105
Sedangkan pendapat masyarakat mewakili klien VCT, alasan melakukan
bagi informan tidak ada karena VCT merupakan layanan gratis. Berikut
kutipannya, “Pengen tau aja, , buat mencegah, saya disuruh, semua yang
hamil disuruh, wajib, takut anaknya ketularan juga jadi diobatin lebih dini.
Hambatan nggak ada sih, gratis juga, tapi ada yang bayar, yang bukan
melakukan VCT mengatakan bahwa akan tes VCT jika sudah memahami
Berikut kutipannya,
“Yah, mungkin kalau saya sudah begitu paham tentang HIV dan kalau
dalam hidup saya berisiko Hiv ya saya akan lakukan tes, banyak
masyarakat yang nggak tes VCT karena belum tahu aja” (H-RS-7).
“Pasti ada, untuk lihat status HIV, kita kan tujuannya supaya bermanfaat
106
“Mereka tahu itu bermanfaat banget, sekarang juga banyak yang sadar
terhadap manfaat VCT yaitu masyarakat jadi lebih mengetahui positif dan
“Kalau VCT itu kan untuk menambah keyakinan supaya yakin bahwa dia
program VCT yaitu 1) Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang lebih
Layanan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang mendukung untuk tes VCT
tes VCT untuk pencegahan HIV pada ibu hamil dan anak. Klien yang belum
pernah VCT mengatakan ada program Kampanye Aku bangga Aku Tahu
107
(ABAT) dari Kementrian Kesehatan yang juga fokus ke pencegahan HIV-
“KIA menjaring ibu hamil, lebih banyak KIA dari pada ke VCT” (D-RS-1).
“Program mendukung VCT itu seperti PTRM, IMS, PMTCT, PITC. Semua
AIDS,, bahkan awalnya VCT di Puskesmas Ciputat itu dari pasien PTRM
metadon” (P-RS-5)
“Kalau saya lihat ada di plang-plang itu, kayak program kemenkes itu ada
program Aku Bangga Aku tahu, mereka juga ngasih tau tentang VCT itu
108
tokoh agama, KUA belum ada kerjasama lintas sektor hanya sama
“Ada, sampai saat ni belum kita denger tuh di masyaakat ada persatuan
masyarakat, kita juga uda coba sosialisasi ke ulama’ kita juga sampaikan
kalau tangsel ini termasuk zona merah, PBNU juga baru meluncurkan buku
Klien yang sudah pernah tes VCT mengatakan, ada pengaruh orang
“Kalau gitu sebenernya nggak ada sih kalau orang satu, kalau istrinya
ibunya faham, anaknya mah nggak usah disuruh, ya keluarga dekatnya lah,
kalau guru itu mau penyuluhan berapa kali juga, nggak mempan, kalau
hal ini. Namun, LSM mengaku kendala utama terkadang klien yang sudah
tes VCT banyak yang tetap melakukan perilaku berisiko HIV. Misalnya
kadang kita bingung tuh, uda tahu berisiko, tapi mereka tetap ngelakuin
juga, dari yang di VCT dan yang didampingi, mereka memakai kondom,
109
kalau WPS kadang mengeluh, kalau kita pakai kondom kita nggak dapat
biasanya” (C-RS-4)
tidak ada kendala. Yang mereka lakukan hanya menjadikan program VCT
“Kita belum ada positioning statement. Tapi program VCT ini termasuk
“Kita inginnya masyarakat bisa mengenal, dan nggak tabu lagi lah, VCT itu
110
Pertama, strategi produk yaitu core product (produk utama atau
yaitu Klinik VCT di Puskesmas, Klinik VCT keliling atau Mobile VCT,
Alat untuk tes HIV yang mendapat support dari dinkes Tangerang Selatan.
“Manfaatnya, untuk mengetahui status HIV secara lebih dini, perilaku yang
VCT di Puskesmas, Klinik VCT keliling atau Mobile VCT, Alat untuk tes
maupun fisik yang harus diberikan klien dalam pemanfaatan program VCT.
menetapkan free charge atau mengratiskan harga tes VCT untuk warga
111
layanan buka setiap hari kecuali hari Minggu, Puskesmas juga menyediakan
hasil wawancara,
“Kita gratis untuk program VCT, kalau yang tangsel. Kalau non-tangsel
kena perda, kalau dirujuk LSM gratis. Kalau stategi untuk atasi
“Untuk tangsel kan gratis semua ya, yang non tangsel masih kena biaya
“Gratis ya, kalau memang warga tangsel, kalaupun bukan warga tangsel
VCT itu nggak mahal kok, Cuma 5000, untuk penanganan mental kita ada
konseling, baik sebelum VCT, sesudah sampai mereka buka hasil, konseling
pengorbanan waktu selama tes kurang lebih satu jam. Sedangkan bagi klien
mental, terlalu banyak pertimbangan baik dan buruknya setelah tes VCT,
selain karena stigma masyarakat, ada rasa takut jika hasil tes positif. Berikut
kutipannya,
112
“Aku gratis, tapi ada yang bayar juga yang KTPnya bukan
soalnya lumayan lama sih nunggunya, belum di bidan, terus disuruh keatas,
cuma dibilangin kalau ibu hamil sekarang ada tes VCT, terus diperiksa,
diambil darahnya, setelah itu tunggu, pas uda dapet hasilnya cuma
dikasih tahu, sejaman tesnya dari nunggu ngambil darah sampe hasil, antri,
sih lebih ke mental ya, banyak yang dipikirkan baik buruknya, kalau dia
kena ya apa yang mungkin akan terjadi, ya stigma, pengorbanan waktu iya,
paling kuat mental, kalau waktu dan fisik kan bisa di.., ya mental lah” (H-
RS-7)
kemudahan akses layanan VCT bagi klien. Salah satu bentuknya adalah
strategis, ada ruangan khusus klinik VCT di lantai dua Puskesmas, berikut
kutipannya.
“Kalau tempat, kita ada ruangan khusus diatas, tidak campur sama yang
lain, di samping lab, tapi gabung sama klinik TB paru, letak puskesmas juga
“Mobile VCT itu juga strategi Place untuk mendekatkan dengan klien ya,,
113
Selain itu, berdasarkan hasil observasi, Klinik VCT di Puskesmas
dilengkapi dengan tempat duduk bagi klien dan konselor, rekam medis,
informed consent, catatan medis klien, formulir pra dan pasca testing,
lembar rujukan, alat tulis, kondom dan alat peraga penis, tisu, air minum,
lemari arsip.
Untuk ruang pengambilan darah dilengkapi dengan jarum dan speril steril, tabung
penyimpan darah, stiker kode, kapas alkohol, cairan disinfektan, sarung tangan
karet, apron plastik, sabun dan tempat cuci tangan dengan air mengalir, tempat
sampah disinfektan, barang tidak terinfeksi dan barang tajam, petunjuk pajanan
okupasional. Ruang petugas kesehatan dan non kesehatan dilengkapi dengan meja
dan kursi, tempat pemeriksaan fisik, stetoskop dan tensi meter, kondom dan alat
alat timbangan berat badan. Ruang laboratorium dilengkapi dengan reagen untuk
testing kit, buku-buku register, cap tanda positif atau negatif, pedoman testing
HIV, pedoman pajanan okupasi, lemari arsip yang terkunci. Berikut foto ruangan
konseling
114
Gambar 5.2 Ruang Konseling dan Tes HIV
beresiko HIV-AIDS, resiko jangka panjang dan saran untuk tes VCT.
115
Metode yang digunakan yaitu sosialisasi melalui Lokbul, posyandu,
angkutan umum dan kelompok risiko tinggi. Promotor yang terlibat adalah
Tim VCT, bagian Promosi Kesehatan Puskesmas, LSM Kotek, BMG, Dinas
(KPA), dan kader kesehatan. Saluran media yang dipakai yaitu jejaring
“Strategi promosi, kita pakai leaflet, peresmian PTRM metadon sama klinik
posyandu, paguyuban penasun. kita lebih sering promosi lisan ya, , staf
maka disarankan untuk VCT, metode yang dipakai mobile visit ke tukang
angkot, VCT disana, terus ke kelompok risti bersama LSM dan Dinas” (A-
RS-3),
temenin kita, kita juga pakai kartu nama, brosur-brosur VCT itu seperti
apa, itu juga ada, penyuluhan juga, kita ada jejaring sosial, email , grup FB
116
ada, kalau kita pakai FB KDS pelangi,kita juga pakai KIE Diary ODHA,
mereka kalau nggak tersedia kondom mereka minta, jadi kita sediakan
“Kader nggak ngasih tahu tuh, bidan posyandu juga nggak ngasih tahu, apa
akunya kali ya yang nggak tahu. Ya, promosinya paling dari bidan yang
ada, bahkan bagian dari klien yang positif terkadang membuka pertemanan
kontrak waktu saat mobile visit serta ada wilayah yang tertutup terhadap
kan ngga mungkin juga di mall, pastikan di tempat yang sesuai. Kita selama
puskesmas.” (F-RS-2)
117
“Ya kendalanya ya, kemauannya aja, kadang tidak mau, menolak,
menawarkan, kita jemput bola, kalau mau ya sudah, kalau nggak ya nggak
apa-apa” (A-RS-3).
dimana sih tempat lo, kita mau maen, atau lo mau datang ke sekretariat
sini” (C-RS-4)
“Kendala saat mobile visit yaitu kontrak waktu, kemudian ada wilayah yang
terbuka terhadap kita, ada juga yang tertutup tergantung wilayah” (P-RS-
5)
Puskesmas yaitu cukup puas, menurut mereka layanan VCT cukup bagus,
kalau saya kasih nilai dari 1-10 saya pilih 8 deh untuk kualitasnya” (S-RS-
6)
standar dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan untuk pemantauan dan
Officer SSR Kota Tangerang Selatan. Aspek yang dinilai yaitu jumlah tenaga
118
yang aktif, jumlah tenaga yang dilatih, persediaan reagen dan kondom ARV,
bulan sekali di internal Puskesmas dan di Kelurahan saat lokbul dan lokmin,
serta ada monitoring dan evaluasi bersama Dinas Kesehatan dan seluruh
“Kita bikin Plan of Action (POA) bulanan ya, evaluasi target, kalau
perencanaan kita nggak bikin satu buku khusus, karena terkendala dana jadi
“Kita ada monev setiap tiga bulan sekali, kita undang Puskesmas se-
atau kemajuan layanan VCT dan memantau jumlah klien positif HIV. Sasaran
“Ada, untuk melihat kemajuan atau berjalan ngga VCTnya, ada ngga yang
positif” (D-RS-1).
119
“Untuk moitoring dan evaluasi, kita adakan pertemuan tiga bulanan HIV-
AIDS, mulai dari IMS, VCT, PICT, PTRM, sampai distribusi kondom”(P-RS-
5).
Indikator yang dipakai adalah indikator output sesuai dengan standar tiga
bulanan Global Fund untuk Dinas Kesehatan Tangerang Selatan. Hasil telaah
output untuk layanan VCT di Kota Tangerang Selatan periode Januari sampai
dengan Maret 2014 yaitu sebanyak 336 orang kelompok resiko tinggi (resti)
mendapatkan tes VCT HIV dan mengambil hasil. Sedangkan untuk indikator
indikator input yaitu laporan selesai tepat waktu, keterlibatan tim dan evaluasi
“Indikator input, misal, laporan selesai ngga, target tercapai ngga, tepat
waktu nggak, kendala/masalah apa yang ada, tim yang terlibat. Indikator
output, berapa orang yang VCT, kita tidak punya standar khusus dari dinas,
“Indikator output ya, lihat jumlah yang memakai layanan dan jumlah yang
positif” (F-RS-2)
indikator input meliputi jumlah SDM yang terlibat, kuantitas dan kualitas
120
sarana prasarana, peningkatankapasitas konselor, belum sampai pada indikator
kepuasan klien terhadap layanan dan konselor, kita sampai input saja” (D-
RS-1)
“Kalau monev, kita emang untuk pendampingan yang sudah positif, jadi kita
mereka uda akses obat apa aja sih , efektif nggak” (C-RS-4),
disitu tertera indikator output seperti jumlah orang yang ditawarkan tes HIV,
jumlah orang yang tes HIV, jumlah yang menerima hasil, jumlah orang yang
HIV positif, jumlah orang yang dirujuk konseling lanjutan, jumlah ibu hamil
yang ditawarkan tes HIV, julmlah ibu hamil yang di tes HIV, yang positif
yang dirujuk ke PDP dan PPIA, jumlah kondom yang diberikan ke klien,
jumlah orang HIV yang dirujuk ke petugas pendukung (LSM, manajer kasus,
kader), jumlah orang HIV yang dirujuk oleh petugas pendukung, jumlah
pasangan ibu hamil positif yang mendapat konseling dan tes HIV, jumlah
Kendala dalam monitoring evaluasi yaitu ada klien yang tidak patuh
121
“Kendalanya kadang mereka ngga patuh minum obat, kadang juga putus
sosial program VCT. Biaya VCT didapatkan dari dana Bantuan Operasional
“Honor masih dari GF yang kerjasama dengan NGO, alat tes dari dinas
“GF AIDS sama APBD dari BOK untuk barang habis pakai” (P-RS-5)
“Ngga ada, paling kalau program berakhir, dana untuk VCT berkurang”
(D-RS-1).
“Ngga ada sih, soalnya uda ditentuin alokasinya berapa persen gitu dari
pusat” (F-RS-2).
“Keterbatasan dana, karena dana BOK kan untuk semua program KIA dan
122
5.13 Gambaran Perencanaan Implementasi Kampanye, dan Manajemen
Dinas Kesehatan sudah cukup mewakili isi proposal, karena proposal berisi
untuk seluruh program puskesmas, minta ke dinas aja, cukup laporan kita
yang di Dinas sudah mewakili program kita kok, saya nggak ada copiannya,
nggak tau disimpan dimana, nggak usah aja proposalnya, yang di dinas
aja” (D-RS-1)
Berikut kutipannya,
“Karena VCT itu uda ada timnya ya, kita kan puna rencana tahunan,
123
“Kampanye implementasi kita lewat kegiatan mereka, kalau ada
“Ya pasang spanduk kan ya, bisa di halaman depan puskesmas, launching
2011 ada layanan PTRM di Puskesmas Ciputat, tahun 2012 klinik VCT
2013 terdapat 5 puskesmas, dan satu RSUD yang memiliki klinik VCT di
“2011, klinik metadon di Puskesmas Ciputat, 2012 baru ada klinik VCT di
Puskesmas Ciputat, 2013 ada 5 puskesmas yang memiliki klinik VCT yaitu
KIE
124
3. Koordinasi yang baik antara Dinas Kesehatan, LSM BMG, Kotek, KPA,
diperlukan
pemasaran sosial yaitu LSM Kotek, LSM BMG, Dinas kesehatan, Bidang
Bidan-bidan yang kadang jadi konselor, Ada juga analis kesehatan yang
ambil darah, ada perawat yang juga bisa ambil darah” (D-RS-1).
dinas, ke sini minta bantuan tenaga kita, dia kirim rujukan kasus, menjangkau
masyarakat untuk semua masyarakat umum, khusus untuk HIV, Dinas sosial
ini yang uda berjalan kalau penasun pelatihan bengkel-bengkel kecil gitu,
kalau waria salon, jadi lebih ke softskill. Kalau dinas kesehatan bantu ke
125
penyuluhan kesehatan, KPA penyuluhan juga dan pelaporan, Puskesmas
tapi sejauh ini fungsinya nggak terlalu berjalan baik, biasanya mereka kalau
ada pelaporan, terus mau seperti apa, kalau turun ke lapangan lebih bayak
LSM” (C-RS-4)
belum terjadinya kontrak waktu yang jelas dengan komunitas dan seringnya
terjadi pemutusan sepihak serta ada beberapa wilayah yang tertutup terhadap
“Kendalanya apa ya, miss komunikasi aja, antara KPA gitu kan, karena KPA
kendalanya diskriminasi, apalagi soal pembagian kondom, masih jadi pro dan
kontra tuh, kita melibatkan dinas untuk penyuluhan, kita pembagian kondom
126
“Kendalanya kontrak waktu, belum terjadinya kontrak waktu yang jelas
127
BAB VI
PEMBAHASAN
hasil wawancara dan observasi serta data sekunder hasil telaah dokumen.
sebagai berikut.
Plan of Action (POA) atau rencana kerja tahunan dan bulanan. Namun
dan data.
128
4) Adanya subyektivitas pada diri peneliti. Unsur subyektivitas tersebut
manajemen.
Menurut Hong Cheng, Philip Kotler, dan Nancy R. Lee (2009) dalam buku
karena belum ada bukti otentik proposal pemasaran sosial VCT yang
129
dilegalisasi Kepala Puskesmas. Perencanaan ini hanya mendukung data untuk
Sedangkan data tentang latar belakang, tujuan dan fokus program VCT,
ini, yaitu kurangnya minat masyarakat melakukan tes VCT yang diduga
langkah dan diakhiri dengan bukti otentik sebuah proposal pemasaran sosial
sosial juga dilakukan secara bertahap. Urutan tahap perubahan perilaku yaitu
program komunikasi yang menyampaikan isi secara rinci dan jelas dengan
frekuensi penampilan pesan yang cukup tinggi agar ekspos cukup kuat untuk
130
sosial program untuk menumbuhkan minat dalam pemanfaatan produk
kesehatan. Pada tahap minat, minat target adopter dibangkitkan agar mampu
ini sangat ditentukan oleh pesan persuasif yang dapat menarik minat target
adopter agar terbujuk memahami dan mencoba produk sosial yang ditawarkan.
dianggap sebagai perencanaan pemasaran sosial jika tidak ada bukti otentik
menyusun draft serta proposal perencanaan secara sistematis dan tertulis yang
evaluasi. Dalam hal ini, pemasaran sosial yang dilakukan oleh Puskesmas
131
pertama. Oleh karena itu, Puskesmas perlu melakukan perencanaan pemasaran
kesadaran pasien, sehingga pasien selalu menuntut hak dan informasi yang
jelas tentang segala tindakan yang akan diambil, 3) Berorientasi pada pasien,
pemborosan, karena akan banyak alat dan obat yang tidak termanfaatkan dan
rusak.
pelayanan yang baik, tetapi juga pelayanan yang nyaman. Kesembilan yaitu
logis (Ristrini:2009).
132
Selain itu, dalam hal ini terlihat bahwa Puskesmas tidak melakukan
telah direvisi melalui UU No. 32 tahun 2004, dan UU No. 25 tahun 1999
tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah yang telah
kesehatan.
selling concept. Pelayanan prima sebenarnya sudah menjadi salah satu misi
Puskesmas Ciputat.
133
puskesmas milik pemerintah tidak perlu melakukan upaya pemasaran, karena
Untuk itu, sudah saatnya upaya pengembangan puskesmas pada era otonomi
daerah sekarang ini, harus lebih mengacu pada konsep-konsep pemasaran jasa
’kurang bermutu’ dan sebagai unit pelayanan kesehatan bagi orang miskin,
VCT
aspek epidemiologi maupun isu khusus, serta tujuan dan fokus program VCT.
secara detail berada pada tingkat Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.
134
Lembaga Swadaya Masyarakat dalam pengjangkauan dan pendampingan
belakang, tujuan dan fokus program. Data yang ada hanyalah dokumen
laporan bulanan program VC`T, laporan ini tidak dapat dijustifikasi sebagai
perencanaan latar belakang, tujuan dan fokus pemasaran sosial yang baik
publik yang jelas, yang mungkin menjadi epidemi yang parah, sebuah isu
didasarkan pada data penelitian yang memadai atau untuk mendukung dan
tujuan kampanye.
135
Menurut Notoatmodjo (2007) pemasaran sosial harus diawali dengan
latar belakang, tujuan dan fokus pemasaran sosial berisi tentang rencana
pertanyaan berikut, Why are you doing this? It also includes a clear statement
of purpose and focus for the plan. What social issue (problem) is the plan
intended to impact? What population and broad solution will the plan focus
on, and why? mengapa kau melakukan ini (sponsor dan faktor penyebab)? Ini
juga mencakup pernyataan yang jelas tentang tujuan dan fokus untuk rencana
Populasi dan solusi luas apa yang akan menjadi fokus rencana, dan mengapa?
sosial program VCT. Perencanaan latar belakang, tujuan dan fokus program
a. Why: Mengapa melakukan ini (sponsor dan faktor penyebab)? Ini juga
mencakup pernyataan yang jelas tentang tujuan dan fokus untuk rencana
tersebut.
136
dan keputusan untuk mengembangkan kampanye tersebut dalam Laporan
sosial VCT.
bertanggungjawab.
Tes HIV atas inisiasi petugas Kesehatan atau Provider Initiated Test and
137
Identifikasi masalah kesehatan masyarakat ditunjukkan dengan data
ibu rumah tangga dari suami ke istri, dan anak, pengangguran, karyawan,
masyarakat umum.
bulanan belum mencapai 100%, daat dilihat pada bulan april sampai
dengan juni 2013 hanya 28% atau 69 orang klien dari indikator target
sebanyak 243 orang atau 100%. Bulan juli sampai dengan september
2013 naik menjadi 62% atau 178 orang dari target kumulatif 100% atau
tinggi (risti) akan bahaya penyakit IMS dan HIV-AIDS serta rendahnya
c. Populasi dan solusi luas apa yang akan menjadi fokus rencana, dan
mengapa?
138
Populasi yang menjadi fokus program adalah ibu hamil, komunitas supir
kalangan Wiraswasta, ibu rumah tangga dari suami ke istri dan anak,
untuk VCT.
139
lingkungan program serupa dengan VCT. Dalam hal ini, puskesmas belum
ancaman untuk mempersiapkan meliputi tren utama dan pengaruh luar yang
dan hukum. Anda juga akan melakukan kajian literatur dan memindai
lingkungan program saat ini dan masa lalu, dengan fokus pada orang-orang
waktu yang dibuka setiap hari, Adanya tim VCT, Sarana prasarana
140
on Mother To Child Transmission (PMTCT), TB, antenatal care yang
lembaga donor internasional Global Fund AIDS sampai tahun 2014 ini,
pemasaran sosial
141
tinggi banyak memberikan pengaruh negatif berupa tingginya angka
142
Tabel 6.1
Analisis SWOT Pemasaran Sosial Program VCT di Puskesmas Ciputat
Kekuatan Kelemahan
- Klinik VCT sudah ada di 5 puskesmas di - Sasaran program VCT termasuk silent
Kota Tangerang Selatan hotspot atau tersembunyi tidak seperti
- Puskesmas Ciputat merupakan Puskesmas program lain
terbaik di Tangerang Selatan - Kesamaan waktu berkunjung bagi
- Layanan dibuka setiap hari, klien VCT yang berasal dari pengguna
- Kemudahan proses tes VCT, narkoba yang dikhawatirkan akan
- Adanya tim VCT, yang terdiri dari konselor mengganggu pasien lain
dan penggungjawab program, asisten - Tidak ada data sebaran HIV-AIDS di
konselor dari perawat dan bidan, analis internal wilayah kerja Puskesmas
untuk uji lab di puskesmas. Ciputat karena data hanya diperoleh
- Sarana prasarana memadai dari luar Ciputat.
- Ada support dana Bantuan Operasinal - Letak ruangan tidak strategis karena
Kesehatan (BOK) Puskesmas dari APBD berada di lantai 2
- Adanya program pendukung VCT di - Pendanaan HCPI yang akan berakhir.
internal Puskesmas seperti layanan IMS, - Layanan promosi kesehatan belum
Klinik Metadone (PTRM), Prevention on menjangkau semua masyarakat .
Mother To Child Transmission (PMTCT), - Terbatasnya jumlah tenaga kesehatan
TB, antenatal care yang lebih dulu terlatih dan terampil.
dibanding VCT. - Terbatasnya SDM pengelola program
dan petugas klinik
Peluang Tantangan
- Ada kader kesehatan aktif puskesmas, - Kemitraan, kerjasama belum
- Penyebaran informasi lebih banyak mouth optimum.
to mouth, - Sasaran malu untuk tes VCT
- Adanya forum lokbul, lokmin, pertemuan - Rendahnya kesadaran masyarakat
kelurahan, untuk tes VCT
- Adanya LSM BMG dan Kotek untuk - Adanya stigma masyarakat
penjangkauan dan pendampingan klien - Lintas sektoral belum begitu
VCT berambisi tidak seperti program lain.
- Adanya Dinas Kesehatan/SKPD yang lain, - Tangerang Selatan termasuk daerah
Dinas Pendidikan, Pariwisata, lintas perbatasan Jakarta yang memiliki
sektoral. banyak penduduk dengan mobilitas
- Adanya komunitas yang dicurigai terkena tinggi
HIV-AIDS, - Pesatnya teknologi dan tuntutan gaya
- Adanya kelompok dukungan Sebaya hidup tinggi banyak memberikan
ODHA pengaruh negatif berupa tingginya
- Adanya support dana sponsor dari angka kriminalitas dan
lembaga donor internasional Global Fund hiperseksualitas.
AIDS sampai tahun 2014 ini - Pembiyaan Program sebagian
- Kemajuan pesat teknologi di Tangerang masih didanai oleh Negara
Selatan yang dapat menjadi acuan saluran Pendonor/Asing.
media pemasaran sosial
143
Menurut Prof. Punam Anand Keller Tuck School of Business at
Analisis situasi harus memuat setidaknya lima kunci, 1) Daya tarik pasar
pasar atau masyarakat, analisis klien, dan analisis pesaing. Hasil penelitian
Analisis situasi juga harus melibatkan bagian promosi kesehatan dan LSM
yang dalam hasil penelitian ini terlihat tidak begitu dilibatkan saat analisis
program VCT.
144
tahapan dalam perubahan (stage of changes) serta jumlah sasaran target
pasar sasaran yang potensial, dapat diukur, dapat dijangkau dan spesifik.
segmentasi pemasaran sosial program ini seperti berikut, yaitu ibu hamil,
kelompok berisiko HIV-AIDS seperti WPS, PPS, Waria, LSL, IDU, WPB,
dikelompokkan <4, 5-14, 15-19, 20-24, 25-49, dan ≥50, asal daerah Ciputat
bebas, gonta-ganti pasangan, pecandu narkoba, silent client seperti ibu rumah
145
tangga, man mobile with money (3M) yang punya mobilitas tinggi, pekerja
klien. Misalnya untuk kelompok waria, Pekerja Seks Komersial (PSK) tempat
global sebaran kasus dari Dinas Kesehatan Tangerang Selatan. Menurut klien
hiburan malam. Dinas kesehatan memiliki data segmen dalam bentuk peta
gambar 5.1. Lokasi yang berisiko menurut Dinkes Tangerang Selatan yaitu
Ciputat sesuai data rekam medik seperti hubungan seks vaginal beresiko, anal
seks beresiko, bergantian peralatan suntik, transfusi darah, transmisi dari ibu
(WPS) yang selalu ketakutan jika ada orang asing non pelanggan masuk, LSM
146
meminta bantuan mucikari untuk melakukan pendekatan. Sedangkan penasun,
mereka berbeda karakter masing-masing, ada yang sangat terbuka ada yang
kegiatan yang dirancang untuk menjadi intervensi sesuai dengan usia atau
sangat sesuai dengan setting dan saluran penyampaian, atau sesuai dengan
rendah atau minoritas etnis. Hal ini sesuai dengan pembedaan cara
pengenalan tahap perilaku dari yang tidak mau tes VCT menjadi mau, dari
klien yang memiliki hasil VCT negatif, ketika mengetahui perilaku beresiko
147
KDS Pelangi, forum pertemuan ODHA, mouth to mouth oleh Bidan
Puskesmas.
memilih satu atau lebih sebagai titik fokus untuk rencana tersebut. Anda ingin
memberikan perkiraan ukuran dan deskripsi kaya yang target pemirsa dalam
bagian ini dari rencana pemasaran. Anda harus menyorot demografi kunci,
Sebuah deskripsi yang ideal adalah salah satu yang membuat Anda percaya
bahwa Anda akan tahu audiens target Anda jika mereka masuk ke ruangan.
perlu ditetapkan siapa yang akan menjadi khalayak atau sasaran pemasaran,
untuk mengetahui apakah ada segi-segi tertentu yang tidak dapat diterima
segmen program.
148
norma, dan keyakinan). Dari karakteristik tersebut dapat ditentukan
tujuan pemasaran sosial program VCT yang dipakai baik berkaitan dengan
target pemasaran sosial secara tertulis. Tujuan dan target hanya dimiliki oleh
Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Dimana tujuan dan target global
range setiap tiga bulan. Tujuan yang tercantum dalam laporan bulanan untuk
GF ATM AIDS yaitu dalam tiga bulan (Januari-Maret 2014), sebanyak 100%
149
atau 336 orang kelompok resiko tinggi (resti) di Kota Tangerang Selatan
VCT
150
setiap bulan. Tujuan ini belum menjadi kesepakatan bersama secara
tertulis. Namun, perlu diakui dan dihargai inisiatif dari Puskesmas Ciputat
HIV-AIDS
VCT
Sekitarnya
tentang akses di bawah umur zat, untuk membujuk dewan lokal untuk
151
Kendala dalam penentuan tujuan dan goal standar program yaitu
dan tantangan yang diperoleh setelah tes HIV, pencegahan HIV dan
peningkatan kualitas hidup dengan HIV. Faktor yang dilihat adalah persepsi
152
kompetisi, dan pengaruh orang lain yang penting bagi target audiens. Alasan
hambatan bagi audiens yang tidak ingin berperilaku positif, manfaat apa
yang mereka lihat untuk mengadopsi perilaku, atau motivasi apa yang
program seperti PITC, PTRM metadon, KIA, Tuberkulosis, klinik IMS yang
153
tokoh masyarakat, keluarga. LSM mengaku melibatkan Dinas Sosial, Dinas
sampel yang diteliti terdapat 92,1% ibu hamil yang berpengetahuan kurang
tentang VCT dan 7,9% ibu hamil yang berpengetahuan baik tentang VCT.
manfaat VCT, layanan apa saja yang diberikan dari layanan VCT, tahapan –
diwajibkan untuk segmen ibu hamil, pada kenyataannya ibu hamil tidak
154
layanan VCT. sedangkan mayoritas segmen ibu hamil di wilayah kerja
manfaat VCT. Dari sini terlihat banyak ibu hamil yang belum mendapat
informasi VCT secara benar, sehingga banyak ibu hamil yang tidak
yang sudah tes VCT banyak yang tetap melakukan perilaku berisiko HIV.
dilakukan marketer untuk membuat citra produk dan hal-hal yang ingin
(2009) mengartikan positioning statement sebagai posisi apa atau seperti apa
155
yang diinginkan pemasar melihat atau menilai produk didalam benak target
beresiko, kita yang tidak beresiko juga harus melakukan tes VCT HIV-AIDS
yaitu strategi produk, harga, tempat dan promosi. Dalam penelitian ini,
product atau produk manfaat), actual product atau produk perilaku dan
augmented product atau barang dan layanan). 2) Price (harga, waktu, atau
pengorbanan baik psikologis maupun fisik yang harus diberikan klien dalam
pemasaran berupa strategi produk, harga, tempat dan promosi, namun tidak
begitu detail.
lebih dari satu elemen dari Marketing Mix. Berdasarkan hasil penelitian,
156
pemasaran sosial yaitu strategi produk, harga, tempat, dan promosi. Strategi
product (produk utama atau manfaat) Actual product (tindakan atau perilaku)
program yaitu mengetahui status HIV lebih dini (D-RS-1), perencanaan dan
keliling atau Mobile VCT, alat untuk tes HIV yang mendapat support dari
Tabel 6.2
Strategi Produk Pemasaran Sosial VCT
157
f. Normalisasi HIV-AIDS dan Selatan.
mengurangi stigma, (D-RS-1)
g. Perencanaan dan perawatan
untuk masa depan,
h. Menerima keadaan terinfeksi
HIV dan penyelesaiannya
(Dinkes Banten: 2006).
maupun fisik yang harus diberikan klien dalam pemanfaatan program VCT.
tes VCT untuk warga yang memiliki KTP Tangerang Selatan, sedangkan untuk
non-tangsel dikenakan biaya sesuai Perda. Hal ini karena ada support kebijakan
dari Pemerintah Daerah. Strategi untuk pengorbanan waktu, selain layanan buka
setiap hari kecuali hari Minggu, Puskesmas juga menyediakan waktu khusus
VCT secara gratis. Untuk pengorbanan waktu selama tes kurang lebih satu jam.
Sedangkan bagi klien yang belum pernah tes VCT mengaku lebih menekankan ke
pengorbanan mental, terlalu banyak pertimbangan baik dan buruknya setelah tes
VCT, selain karena stigma masyarakat, ada rasa takut jika hasil tes positif.
kemudahan akses layanan VCT bagi klien. Salah satu bentuknya adalah adanya
mobile VCT, klinik VCT di Puskesmas yang memiliki lokasi strategis, ada
158
Berdasarkan hasil observasi, Klinik VCT di Puskesmas Ciputat memang
memiliki beberapa fasilitas yang nyaman seperti ruang tunggu yang dilengkapi
media poster, leaflet, brosur tentang HIV-AIDS,kotak saran, tempat sampah, meja
kusi, kalender. Ruang konseling dilengkapi dengan tempat duduk bagi klien dan
konselor, rekam medis, informed consent, catatan medis klien, formulir pra dan
pasca testing, lembar rujukan, alat tulis, kondom dan alat peraga penis, tisu, air
minum, lemari arsip. Untuk ruang pengambilan darah dilengkapi dengan jarum
dan speril steril, tabung penyimpan darah, stiker kode, kapas alkohol, cairan
disinfektan, sarung tangan karet, apron plastik, sabun dan tempat cuci tangan
dengan air mengalir, tempat sampah disinfektan, barang tidak terinfeksi dan
barang tajam, petunjuk pajanan okupasional. Ruang petugas kesehatan dan non
kesehatan dilengkapi dengan meja dan kursi, tempat pemeriksaan fisik, stetoskop
dan tensi meter, kondom dan alat peraga penggunaannya, KIE HIV-AIDS serta
pendingin, alat sentrifusi, ruang penyimpanan testing kit, buku-buku register, cap
tanda positif atau negatif, pedoman testing HIV, pedoman pajanan okupasi, lemari
arsip yang terkunci. Puskesmas juga memiliki alula pertemuan, serta wadah rapat
wadah ini dapat dijadikan sebagai strategi tempat untuk pemasaran sosial program
VCT.
terdiri dari 1). Papan nama / petunjuk, 2). Ruang tunggu yang tersedia materi KIE
159
: Poster, leaflet, brosur yang berisi bahan pengetahuan tentang HIV/AIDS, Infeksi
Menular Seksual (IMS), Keluarga Berencana (KB), Ante Natal Care (ANC),
pencegahan penularan, dan seks yang aman, Informasi prosedur konseling dan
testing, Kotak saran, Tempat sampah, tissu,dan persediaan air minum, Bila
mungkin sediakan televisi, video, dan mainan anak, Buku catatan resepsionis
untuk perjanjian klien, kalau mungkin komputer untuk mencatat data, Meja dan
kursi yang tersedia dan nyaman, Kalendar. Sesudah jam layanan selesai, ruang ini
dapat dipakai untuk dinamika kelompok, diskusi, proses edukasi, pertemuan para
terpisah dari ruang tunggu dan ruang pengambilan darah. Ruang konseling
dilengkapi dengan tempat duduk bagi klien maupun konselor, buku catatan
perjanjian klien dan catatan harian, formulir informed consent, catatan medis
klien, formulir pra dan pasca testing, buku rujukan, formulir rujukan, kalender,
dan alat tulis, kondom dan alat peraga penis, jika mungkin alat peraga alat
oportunistik, dan alat peraga menyuntik yang aman, Buku resep gizi seimbang,
Tisu, Air minum, Kartu rujukan, Lemari arsip atau lemari dokumen yang dapat
dikunci, ruang konseling hendaknya cukup luas untuk 2 atau 3 orang, dengan
penerangan yang cukup untuk membaca dan menulis, ventilasi lancar, dan suhu
dapat terpisah dari ruang laboratorium. Peralatan yang harus ada dalam ruang
160
pengambilan darah adalah Jarum dan semprit steril, tabung dan botol tempat
penyimpan darah, stiker kode, kapas alkohol, cairan desinfektan, sarung tangan
karet, apron plastik, sabun dan tempat cuci tangan dengan air mengalir, tempat
sampah barang terinfeksi, barang tidak terinfeksi, dan barang tajam (sesuai
Ruang petugas kesehatan dan petugas non kesehatan, yang berisi meja
dan kursi, tempat pemeriksaan fisik, stetoskop dan tensimeter, kondom dan alat
dalam sarana kesehatan atau sarana kesehatan lainnya, laboratorium letaknya ada
di bagian Patologi Klinik atau di pelayanan VCT sendiri. Materi yang harus
tersedia dalam laboratorium adalah reagen untuk testing dan peralatannya, sarung
okupasional) atau komputer pencatat, cap tanda Positif atau Negatif, cairan
Puskesmas memang memiliki sarana yang lengkap untuk Tes VCT, namun ada
beberapa yang dirasa masih kurang, pertama KIE yang hanya sedikit dan masih
stok lama, tidak ada buku resep seimbang di ruang konseling, tidak ada jas lab di
161
ruangan laboratorium. Dengan demikian, secara sarana, Puskesmas Ciputat
serta kartu nama pendamping ODHA LSM, penyediaan kondom. Untuk konten,
panjang dan saran untuk tes VCT. Metode yang digunakan yaitu sosialisasi
peresmian atau launching PTRM dan klinik VCT, pendekatan personal LSM,
sopir angkutan umum dan kelompok risiko tinggi. Promotor yang terlibat adalah
Tim VCT, bagian Promosi Kesehatan Puskesmas, LSM Kotek, BMG, Dinas
(KPA), dan kader kesehatan. Saluran media yang dipakai yaitu jejaring sosial
yang sudah pernah melakukan tes VCT mengatakan belum pernah mendapat
sosialisasi dari kader kesehatan tentang VCT, hanya mengetahui ketika diberitahu
mengaku kendalanya hanya kemauan masyarakat untuk tes VCT, Kepala bidang
pemasangan media, misal spanduk, sedangkan LSM mengaku tidak ada, bahkan
162
bagian dari klien yang positif terkadang membuka pertemanan dengan teman
mereka yang lain, atau berkomunikasi interpersonal dengan LSM untuk sekedar
sharing. Dinas Kesehatan mengaku kendala utama kontrak waktu saat mobile
Namun, dari semua strategi, pendapat klien atas layanan VCT Puskesmas
yaitu cukup puas, menurut mereka layanan VCT cukup bagus, layanannya cepat,
mereka memberi nilai delapan untuk kualitas layanan VCT. Berikut kutipannya,
tujuan dan sasaran, rencana metode dan waktu monitoring dan evaluasi, dan
tujuan, rencana metode dan waktu serta indikator yang dipakai untuk pemantauan
dan evaluasi.
supervisi yaitu untuk mengetahui apakah program pelayanan konseling dan tes
pada aspek (output). Konsekuensinya, evaluasi baru dapat dilakukan jika program
163
VCT sudah berjalan dalam satu periode, sesuai dengan tahapan sasaran yang
dirancang, misalnya dalam satu tahun jika memang programnya dirancang dalam
satu tahun. Selain itu, untuk kepentingan VCT maka evaluasi dapat dilakukan
instrumen pelayanan VCT. Aspek yang dimonitor dan dievaluasi oleh tim
Monitoring and Evaluation Officer SSR Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan
berikut:
VCT.
Aspek yang dinilai yaitu jumlah tenaga yang aktif, jumlah tenaga yang
dilatih.
kondom ARV
Klinik IMS dan VCT dari Dinas Kesehatan, UNAIDS dan LSM
Family Health Indonesia (FHI) tahun 2007. Dalam hal ini, Dinas
164
f. Hambatan pelayanan VCT
medik, kepatuhan petugas pada peran dan tanggung jawab dan aspek
mengelola.
anggaran.
j. Kepuasan dan evaluasi klien secara langsung atau melalui kotak saran.
dan di Kelurahan saat lokbul dan lokmin, serta evaluasi eksternal yaitu
165
setiap tiga bulan sekali. Menurut Depkes (2006) monitoring evaluasi
maupun eksternal.
atau kemajuan dan hambatan layanan VCT dan memantau jumlah klien
Indikator yang dipakai adalah indikator output sesuai dengan standar tiga
bulanan Global Fund untuk Dinas Kesehatan Tangerang Selatan. Hal ini
di Kota Tangerang Selatan periode Januari sampai dengan Maret 2014 yaitu
sebanyak 336 orang kelompok resiko tinggi (resti) mendapatkan tes VCT HIV
166
tidak ada indikator khusus tiap puskesmas, namun pihaknya hanya memiliki
target kasar sebanyak 50 orang mendapat layanan VCT tiap bulan. Selain
monitoring evaluasi yaitu ada klien yang tidak patuh minum obat atau putus di
tengah jalan.
media yang digunakan. Indikator keluaran dapat berupa cakupan dari kegiatan
Jika mengacu pada laporan bulanan Puskesmas Ciputat, disitu tertera tabel
yang dapat disesuaikan sebagai bahan untuk indikator output seperti jumlah
orang yang ditawarkan tes HIV, jumlah orang yang tes HIV, jumlah yang
167
menerima hasil, jumlah orang yang HIV positif, jumlah orang yang dirujuk
konseling lanjutan, jumlah ibu hamil yang ditawarkan tes HIV, jumlah ibu
hamil yang di tes HIV, yang positif yang dirujuk ke PDP dan PPIA, jumlah
kondom yang diberikan ke klien, jumlah orang HIV yang dirujuk ke petugas
pendukung (LSM, manajer kasus, kader), jumlah orang HIV yang dirujuk oleh
konseling dan tes HIV, jumlah orang HIV positif diskrining gejala TB. Maka
dalam hal ini, puskesmas telah memiliki indikator input, output dan outcome.
Namun, aspek yang dinilai masih kurang adalah indikator proses pemasaran
VCT dan perencanaan sumber dana serta donatur yang akan membiayai.
layanan kesehatan setempat lainnya serta kebijakan subsidi silang. Kotler dkk
168
rencana anggaran dan sumber dana sebagai membuat perhitungan anggaran
program VCT yang berisi secara spesifik nama dan job desk masing-masing
yang terlibat dalam kegiatan pemasaran. Selain itu diikuti juga dengan waktu
mengakui ada rencana kerja tahunan dan bulanan VCT yang tergabung dengan
seluruh program Puskesmas, yaitu Plan of Action (POA) tahunan dan bulanan
sudah cukup mewakili isi proposal, karena proposal berisi rencana untuk
seluruh program bukan hanya untuk VCT. Puskesmas mengakui tidak ada
pemasaran sosial yang dilakukan oleh Puskesmas belum bisa disahkan sebagai
169
Menurut Lee (2012), Langkah ke-10 dalam perencanaan pemasaran sosial
yang akan melakukan apa, kapan, dan berapa banyak, termasuk mitra dan
peran mereka. Ini berfungsi sebagai dokumen kerja ringkas untuk berbagi dan
tepat waktu, dan dalam anggaran. Paling umum, rencana ini merupakan
minimal kegiatan satu tahun dan, idealnya, dua atau tiga tahun
kegiatan dalam jangka waktu satu tahun. kegiatan itu seperti penyuluhan di
VCT oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, kampanye melalui hari-
hari besar kesehatan, seperti Hari AIDS Sedunia, intensifikasi dan optimalisasi
produksi dan distribusi media KIE, koordinasi yang baik antara Dinas
yang jelas, yaitu Dinas Kesehatan sebagai pihak yang melakukan monitoring
170
Pelaksana Program dan Tenaga VCT dan Fasilitasi Penyuluhan. Puskesmas
melakukan Konseling and Tes HIV, Analis kesehatan dan Perawat sebagai
171
Tabel 6.3
Peran Pihak Yang Terlibat dalam Pemasaran Sosial VCT Puskesmas
Ciputat
mengaku tidak beguti banyak kendala, hanya manajemen waktu saja. Sedangkan
kontrak waktu yang jelas dengan komunitas dan seringnya terjadi pemutusan
sepihak serta ada beberapa wilayah yang tertutup terhadap kedatangan tenaga
kesehatan
172
BAB VII
7.1 Simpulan
belum ada bukti otentik proposal pemasaran sosial VCT yang dilegalisasi
tentang latar belakang, tujuan dan fokus program VCT, analisis situasi,
Conseling Test) di Puskesmas Ciputat secara detail berada pada tingkat Dinas
173
Tangerang Selatan. Namun, peneliti tidak menemukan dokumen proposal
analisis pribadi informan saat diwawancara, tidak ada bukti otentik analisis
174
mengatakan tujuan pemasaran sosial VCT yaitu agar masyarakat mengetahui
pendampingan klien.
Test) Puskesmas Ciputat sudah mencakup empat yaitu strategi produk, harga,
laporan dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Indikator yang dipakai
yaitu input, output, outcome. Namun, aspek yang dinilai masih kurang yaitu
175
Global Fund AIDS. Sedangkan LSM mengaku mendapat dana dari PBNU
implementasi berupa waktu, sasaran, tempat dan lainnya. Namun, tidak ada
proposal pemasaran sosial khusus program VCT yang memuat jobdes pihak
pemasaran sosial.
7.2 SARAN
sosial.
176
proposal pemasaran sosial yang dilegalisasi oleh Kepala Puskesmas
serta aspek penilaian klien baik melalui kotak saran maupun melalui
Puskesmas.
puskesmas.
program kesehatan
177