Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN LERENG DAN LEBAR PONDASI DENGAN

RASIO d/B = 1 TERHADAP DAYA DUKUNG PONDASI PADA PEMODELAN FISIK


LERENG DENGAN PERKUATAN GEOGRID

Ditha Permata, As’ad Munawir, Yulvi Zaika


Jurusan Teknik Sipil – Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jalan MT. Haryono 167, Jawa Timur, Indonesia
Email : dithapermataa@gmail.com

ABSTRAK

Menipisnya ketersediaan lahan tanah datar mengalihkan dunia konstruksi untuk


memulai memanfaatkan kondisi tanah yang memiliki kemiringan tertentu ( lereng ).
Pembangunan diatas tanah lereng tentu memiliki resiko tinggi terhadap bahaya longsor.
Penelitian ini dilakukan dengan membuat pemodelan fisik lereng tanpa dan dengan perkuatan
geogrid dengan RC 74%. Variabel kemiringan yang digunakan disesuaikan dengan variasi
yang telah ditentukan dengan meletakkan pondasi lajur menerus diatas lereng dengan variasi
dimensi lebar yang telah ditentukan. Jenis perkuatan yang akan digunakan ialah geogrid
berjenis biaxial yang terbuat dari bahan polyester. Hasil dari penelitian ini diperoleh bahwa
semakin kecil sudut kemiringan lereng akan menghasilkan daya dukung yang optimum.
Sedangkan dalam variasi dimensi lebar diperoleh semakin besar dimensi pondasi maka daya
dukung yang diperoleh tidak optimum. Kontribusi dari jumlah perkuatan yang digunakan
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap penentuan dimensi lebar pondasi agar diperoleh
hasil yang optimum. Dalam penelitian ini peningkatan daya dukung yang optimum berada
pada kondisi kemiringan 46 dengan lebar pondasi 4 cm, dimana peningkatan yang terjadi
2,746.

Kata kunci : daya dukung pondasi menerus, lereng tanah pasir, perkuatan geogrid, variasi
kemiringan lereng, variasi lebar pondasi.

PENDAHULUAN
Menipisnya ketersediaan lahan tanah datar diperhatikan guna memperoleh daya
mengalihkan dunia konstruksi untuk dukung yang diinginkan. Terdapat
memulai memanfaatkan kondisi tanah berbagai jenis alternatif yang dapat
yang memiliki kemiringan tertentu dilakukan guna meningkatkan daya
(lereng). Pembangunan diatas tanah lereng dukung pada sebuah lereng, salah satunya
memiliki resiko tinggi terhadap bahaya ialah dengan perkuatan geogrid. Oleh
longsor. Faktor yang harus diperhatikan sebab itu penelitian ini dilakukan untuk
dalam menghindari kelongsoran adalah mendapatkan parameter variabel
kemiringan lereng itu sendiri. Selain itu, kemiringan lereng dan lebar pondasi yang
pemilihan bentuk dan dimensi pondasi menghasilkan daya dukung paling
juga merupakan faktor yang perlu optimum pada lereng dengan perkuatan.
TUJUAN kelongsoran tanah yang biasanya terjadi
seperti yang dijelaskan Gambar 2. Adalah
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk
kelongsoran translasi dan kelongsoran
mengetahuibagaimana mekanisme kinerja
rotasi.
perkuatan geogrid dalam meningkatkan
nilai daya dukung. Selain itu diharapkan
dapat diketahui variabel kemiringan sudut
dan variabel dimensi lebar yang dapat
menghasilkan daya dukung paling
optimum

TINJAUAN PUSTAKA
Keruntuhan pada lereng
Suatu permukaan tanah yang miring
dengan sudut tertentu terhadap bidang Gambar 2. Jenis-jenis Kelongsoran
horizontal kita sebut sebagai lereng. Analisis Daya Dukung Pondasi Dangkal
Lereng ini dapat terjadi secara alamiah di atas Lereng Tanpa Perkuatan
atau buatan. Bila permukaan tanah tidak
datar, maka komponen berat tanah yang Solusi Meyerhof
sejajar dengan kemiringan lereng akan Dalam teori Meyerhof
menyebabkan tanah bergerak ke arah menyarankan persamaan daya dukung
bawah seperti Gambar 1. Bila komponen dengan memperhatikan bentuk pondasi,
berat tanah tersebut cukup besar, kemiringa beban, dan kuat geser tanah
kelongsoran lereng dapat terjadi. diatas dasar pondasi. Untuk tanah pasir,
Meyerhof menyatakan daya dukung
pondasi menerus di atas lereng pada
persamaan berikut ini :
1
qu = 2  B Nq

dimana.
qu = daya dukung (kN/m2)
B = lebar pondasi ( cm )
Gambar 1. Kelongsoran Lereng
Nq = faktor daya dukung
Lereng dapat digolongkan dalam dua tipe
 = berat isi tanah ( gr/cm3 )
yaitu lereng tak terbatas dan lereng terbatas
, Lereng tak terbatas merupakan kondisi Solusi Hansen dan Vesic
dimana tanah yang mempunyai kedalaman
Untuk kondisi b = 0 (pondasi tepat
tertentu dengan permukaan miring, terletak
berada di tepi lereng ), Hansen menyatakan
di atas lapisan batu dengan kemiringan
daya dukung batas dari pondasi menerus
permukaan yang sama. Sedangkan lereng
tersebut sebagaimana dijelaskan pada
terbatas merupakan kondisi di mana suatu
persamaan :
timbunan terletak di atas tanah asli yang
miring. Adapun jenis-jenis gerakan
tanpa perkuatan geogrid, yang dapat dilihat
pada persamaan :
𝑞
BCI = 𝑞𝑜
q = . Df
Nc, Nq, N = Faktor – faktor daya Perkuatan Geogrid
dukung Hansen
Geogrid adalah inovasi yang dibuat
c , q ,  = Faktor – faktor lereng
untuk menutupi kekurangan pada
geotekstil terutama dalam masalah
Solusi Meyerhof-Gemperline
kekakuan bahan dan mekanisme
Persamaan Gemperline diperlihatkan pada perkuatan. Dalam penelitian ini, digunkan
persamaan : jenis geogrid biaxial. Kuat tarik yang
dimiliki bahan jenis ini ialah bervariasi
diantara 20 kN/m hingga 40 kN/m. Metode
Dengan : kerja geogrid biaxial adalah interlocking,
artinya geogrid jenis ini akan bekerja
mengunci agregat yang ada di atas geogrid
 = sudut geser dalam tanah
sehingga lapisan agregat tersebut lebih
 = sudut kemiringan lereng
kaku, dan mudah dilakukan pemadatan.
B = lebar pondasi ( inchi )
Dalam penelitian ini jenis perkuatan yang
L = panjang pondasi ( inchi )
akan digunakan akan dijelaskan
d = jarak pondasi kepuncak lereng
sebagaimana dalam Tabel 1
f = 10 ( 0,1159 - 2,386)
fB = 10 (0,34 – 0,2 log B ) Tabel 1 Karakteristik Geogrid
f D/B = 1 + 0,65 (D/B) Karakteristik Nilai

f B/L = 1 – 0,27 (B/L) Tipe Biaxial

f D/B, B/L = 1 + 0.39 (D/L) Polymer Polyester


Bentuk Lembaran
f, b/B = 1 – 0,8 [ 1 – ( 1 – tan  )2] Warna Hitam

{2/[2 + (b/B)2 tan  ]}


Tensile strength 40 kN/m
Regangan 11 %

f, b/B, B/L = 1 + 0,33 (D/B) tan  {2/[2 + Creep limited strength
Construction damage
28.6 kN/m ( 60 tahun )
1.21

(b/B)2 tan  ]} Environmental effects soil 1.05

Bearing Capacity Improvement (BCI) METODE PENELITIAN


Pengaruh adanya perkuatan baik Pengujian Dasar
menggunakan geoggrid ataupun perkuatan
jenis lain, digambarkan dalam bentuk Dalam penelitian ini dipergunakan tanah
besaran non-dimensional yang biasa pasir dengan pemadatan relative (Rc) 74%.
disebut BCI. Bearing Capacity Dilakukan Uji pemeriksaan dasar pada
Improvement ( BCI ) adalah perbandingan tanah, yaitu :
rasio antara daya dukung tanah saat diberi a. Pemeriksaan analisis saringan
perkuatan dengan daya dukung tanah tanpa berdasarkan ASTM C-136-46
diberi perkuatan. Dari penelitian ini dapat b. Pemeriksaan berat jenis tanah
diketahui peningkatan daya dukung ( berdasarkan ASTM D-854-58
Improvement Bearing Capacity ) dengan c. Kepadatan standart ( Compaction )
membandingkan daya dukung dengan dan berdasarkan ASTM D-698-70
d. Pemeriksaan kekuatan geser Metode Pengambilan Data
langsung ( Direct Shear )
Dalam penelitian ini dibuat 9 pemodelan
bedasarkan ASTM D-3080-72
lereng tanpa perkuatan dan 9 pemodelan
lereng dengan perkuatan geogirf dengan
Jumlah dan Perlakuan benda uji
variabel berupa variasi kemiringan sudut
Pada penelitian ini pemodelan 46, 51, dan 56dan variasi dimensi lebar
dibuat sebanyak 9 buah benda uji dengan pondasi 4 cm, 6 cm, dan 8 cm. Variasi
menggunakan variasi kemiringan sudut perlakuan pemodelan dapat dilihat dalam
lereng dan variasi dimensi lebar pondasi Tabel 2
yang sudah ditentukan untuk pondasi
Tabel 2 Variasi Pemodelan Lereng
menerus yang diletakkan di permukaan
Penelitian
lereng. Pemodelan lereng dibuat dengan
tiga variasi sudut yaitu 46 , 51, dan 56 Rc 74% 
dan tiga variasi dimensi lebar pondasi yaitu Jarak antar geogrid ( Sv ) = 3 cm
4 cm , 6 cm , dan 8 cm. Penempatan Panjang Geogrid = 40 cm
46° 51° 56°
pondasi menggunakan rasio jarak pondasi Rasio d/B = 1
ke tepi lereng dengan lebar pondasi sebesar Jumlah Lapisan (n) = 2
satu ( d/B = 1 ). Untuk pemasangan B = 4 cm   
geogrid digunakan 2 lapisan, dengan jarak B = 6 cm   
antar geogrid 3 cm dan panjang geogrid 40 B = 8 cm   
cm. Pemodelan lereng ditampikan pada
Gambar 3 Setelah dilakukan uji pembebanan dan
B B
memperoleh beban runtuh maksimum dan
penurunan di setiap masing masing
pemodelan dengan variasinya, dilakukan
2@3,2

40 pengolahan data dengan menghitung nilai


daya dukung ultimit menggunakan
10

persamaan sebagaimana berikut :


70
10

 𝑷𝒖
10

qu =
𝑨
10

Dimana,
10

10 105
Pu = Beban maksimum yang dicatat
Gambar 3 Model Penelitian saat uji pembebanan ( kg )
A = Luasan Pondasi ( cm2 )
Dalam penelitian ini box yang
digunakan merupakan box yang Kemudian setelah memperoleh nilai daya
menggunakan pelat baja dengan ukuran dukung ultimit, selanjutnya akan dilakukan
150 cm x 100 cm x 100 cm. Box dibuat analisis peningkatan nilai daya dukung
cukup kaku dengan harapan agar dapat atau Bearing Capacity Improvement (BCI)
mempertahankan kondisi regangan. sebagaimana dijalskan dalam tinjauan
pustaka.
HASIL DAN PEMBAHASAN sebesar 79,847 kN/m2. Hasil dan grafik
Analisis Bahan Penelitian eksperimen dijelaskan dalam Tabel 4 dan
Dalam penelitian ini pasir yang akan Gambar 4.
digunakan ialah tanah berbutir kasar yang
Tabel 4 Nilai daya dukung berdasarkan
tergolong kedalam Poorly Graded Sand, eksperimen untuk lereng perkuatan dengan
dengan pesentase lolos saringan no. 200 B = 4 cm dan variasi kemiringan lereng
sebesar 3,47% dimana nilai Cu sebesar ()
4,33 dan Cc sebesar 0,641. Untuk hasil
Lebar Kemiringan Beban Penurunan qu qu
analisis specific gravity berat jenis rata- Pondasi (B) Lereng () (kg) (mm)
s/B (%)
(kg/cm2) (kN/m2)
rata yang diperoleh ialah 2,6481. 46° 313 6,165 15,4125 0,79847 79,8469
4 cm 51° 294 5,76 14,4 0,75 75
Sedangkan dalam analisis pemadatan kadar 56° 258 5,2375 13,1 0,65816 65,8163

air optimum yang digunakan dalam


penelitian ini ialah sebesar 13,04% dengan
lap 1,333 gr/cm3 yang akan dijadikan
angka control kadar air pada setiap lapisan
pemodelan lereng.

Analisis Daya Dukung Tanah Pasir


dengan RC 74%
Gambar 4 Grafik hubungan daya dukung
Pada analisis lereng tanpa perkuatan, dapat dan penurunan lereng menggunakan
digunakan beberapa pendekatan analitik perkuatan
dalam menghitung nilai daya dukung
Analisis Bearing Capacity Improvement
sehingga dapa membandingkan nilai yang
Bedasarkan Daya Dukung Batas
dihasilkan dalam eksperimen percobaan
(BCIqu)
dengan nilai yang dihasilkan dalam
perhitungan metode Gemperline dan Untuk mengetahui terjadinya
metode Hansen seperti yang disajikan peningkatan nilai daya dukung pada lereng
dalam Tabel 3. tanpa perkuatan dengan menggunakan
geogrid maka dilakukan analisis Bearing
Tabel 3 Nilai Daya Dukung eksperimen
Capacity Improvement (BCIqu). Dalam
dan analitik
penelitian ini menunjukkan peningkatan
No Variabel tetap Variabel bebas
Eksperimen
2
(kN/m )
Hansen
2
(kN/m )
Meyerhoff-Gemperline
2
(kN/m )
yang terjadi dengan nilai BCI yang lebih
1
2
B = 4 ; a = 46
B = 4 ; a = 51
29.082
27.806
7.058
7.042
16.876
16.835
dari 1. Hasil dan grafik analisis BCIqu
3 B = 4 ; a = 56 27.168 7.026 16.794
4 B = 6 ; a = 46 28.656 10.588 23.342 akan disajikan pada Tabel 5 dan Gambar
5 d/B = 1 B = 6 ; a = 51 27.551 10.563 23.285
6 B = 6 ; a = 56 26.701 10.539 23.229 5 berikut.
7 B = 8 ; a = 46 27.806 14.117 29.383
8 B = 8 ; a = 51 26.913 14.085 29.312
9 B = 8 ; a = 56 25.957 14.052 29.241 Tabel 5 Nilai BCIqu
Analisis Daya Dukung untuk Lereng Lebar Kemiringan qu qu lereng tanpa perkuatan
BCIqu
Pondasi (B) Lereng () (kN/m2) (kN/m2)
dengan Perkuatan pada variasi Lebar 46 79.85 29.08 2.746
4 cm 51 75.00 27.81 2.697
Pondasi dan Kemiringan Lereng 56 65.82 27.17 2.423
46° 71.09 28.66 2.481
6 cm 51° 64.97 27.55 2.358
Pada hasil eksperimen lereng dengan 56° 62.41 26.70 2.338
46° 56.51 27.81 2.032
perkuatan diperoleh daya dukung 8 cm 51° 55.23 26.91 2.052
56° 50.00 25.96 1.926
maksimum berada pada kondisi dimensi
lebar pondasi empat cm dan dengan sudut
kemiringan lereng sebesar 46, yakni
Gambar 6 Grafik perbandingan
peningkatan BCIs pada saat s/B=2%

Gambar 5 Grafik perbandingan Tabel 7 Nilai BCIs pada saat s/B = 4%


peningkatan BCIqu antar lereng dengan Lebar Kemiringan q lereng tanpa perkuatan q BCI s
perkuatan Pondasi ( cm ) Lereng ( α )
46
(kN/m )
14.240
2 2
(kN/m )
37.959 2.666
4 51 14.190 35.830 2.525
56 13.023 31.760 2.439
Analisis Bearing Capacity Improvement 46 23.306 58.532 2.511
6 51 22.927 56.354 2.458
(BCIs) Berdasarkan Penurunan saat s/B 56
46
20.534
27.099
49.887
55.404
2.430
2.045

(rasio penurunan) 2%, 4%, dan 6%. 8 51


56
26.827
25.598
52.204
49.895
1.946
1.949

Analisis Bearing Capacity


Improvement (BCIs) ini dilakukan untuk
mengetehui rasio peningkatan yang terjadi
pada lereng tanpa perkuatan dengan
menggunakan perkuatan geogrid pada saat
penurunan (settlement) yang sama.
Analisis BCIs ini dilakukan dalam tiga
kondisi yang berbeda yakni pada saat s/B Gambar 7 Grafik perbandingan
peningkatan BCIs pada saat s/B=4%
2%, s/B 4%, dan s/B 6%. Hasil dari
analisis BCIs ini menunjukkan bahwa rasio Tabel 8 Nilai BCIs pada s/B = 6%
peningkatan yang paling maksimum terjadi Lebar Kemiringan q lereng tanpa perkuatan q
BCI s
(kN/m2)
pada konidisi lebar pondasi 4 cm dan Pondasi ( cm ) Lereng ( a )
46 19.073
(kN/m )
52.648
2

2.760
dengan sudut kemiringan 46. Pada s/B 2% 4 51
56
19.320
18.950
50.914
46.429
2.635
2.450
46 27.398 70.103 2.559
nilai BCIs maksimum mencapai 2,406, 6 51 25.780 62.266 2.415
56 25.377 58.695 2.313
pada saat s/B 4% diperoleh hasil BCIs 46 27.806 56.505 2.067
8 51 26.913 55.198 2.051
maksimum mencapai 2,666, sedangkan 56 25.957 50.000 1.926

pada saat s/B 6% BCIs maksimum yang


dicapai ialah sebesar 2,760. Hasil analisis
BCIs akan disajikan pada Tabel 6, Tabel
7, dan Tabel 8. Sedangkan grafik analisis
BCIs akan disajikan pada Gambar 6,
Gambar 7 dan Gambar 8.
Tabel 6 Nilai BCIs pada saat s/B = 2%
Lebar Kemiringan q lereng tanpa perkuatan q
Gambar 8 Grafik perbandingan
BCI s
Lereng (  )
Pondasi
46
(kN/m2)
8,570
2
(kN/m )
20,621 2,406
peningkatan BCIs pada saat s/B=6%
4 cm 51 8,274 19,274 2,329
56 4,092 8,382 2,048
46 16,700 37,840 2,266
6 cm 51 13,701 26,968 1,968
56 11,170 21,380 1,914
46 24,635 49,887 2,025
8 cm 51 21,126 41,167 1,949
56 18,624 35,714 1,918
Analisis Faktor Nγ berdasarkan Daya penelitian ini daya dukung yang
Dukung Ultimit maksimum terjadi pada sudut kemiringan
46.
Untuk mengetahui pengaruh variasi
lebar pondasi dan sudut kemiringan lereng Dalam hasil perhitungan BCIs yang sama
terhadap nilai Nq maka selanjutnya saat s/B 2%, 4%, dan 6% peningkatan
dilakukan analisis faktor N dengan paling optimum di dapatkan ketikan variasi
1
menggunakan formula qu = 2x  x B x N. sudut 46. Hal ini sejalan dengan
Hasil analisis menunjukkan bahwa penelitian yang dilakukan oleh SV Anil
semakin besar lebar pondasi maka terjadi Kumar dan K. Ilamparuthi, yang
memperoleh hasil semakin kecil
penurunan pada faktor N. Hasil dan
kemiringan lereng daya dukung tanah
Grafik akan disajikan dalam Tabel 9 dan
lereng di bawah pondasi akan semakin
Gambar 9.
meningkat.
Tabel 9 Nilai Faktor N untuk setiap
Jika ditinjau dari peningkatan beban runtuh
variasi lebar pondasi
maksimal pada variasi lebar pondasi,
Lebar Pondasi ( cm ) sudut (  ) qu N pondasi dengan lebar 8 cm memiliki baban
46 79,84693878 273,47
4 51 75 256,87 paling maksimal. Namun hal sebaliknya
56 65,81632653 225,41 terjadi pada nilai daya dukung, dimana
46 71,08843537 162,31
6 51 64,96598639 148,33 semakin besar lebar pondasi diperoleh nilai
56 62,41496599 142,51
46 56,50510204 96,76
daya dukung yang kian mengecil. Hal ini
8 51 55,22959184 94,58 disebabkan pada penelitian eksperimen
56 50 85,62
digunakan persamaan qu = P/A, sehingga
didapatkan kondisi semakin besar lebar
pondasi nilai daya dukungnya kian
menurun, selain itu hal ini juga mungkin
dapat disebabkan oleh kondisi jarak antar
lapisan perkuatan dimana dalam penelitian
ini lebar pondasi 8 cm tidak masuk ke
dalam rentang jarak yang digunakan yaitu
Gambar 9 Grafik perbandingan nilai 0.75B. Jika ditinjau dari penurunan
faktor N (settlement) yang sama saat s/B 2%, s/B
4%, dan s/B 6% menghasilkan daya
Pengaruh Kemiringan Lereng dan dukung yang sama dimana peningkatan
Lebar Pondasi terhadap Nilai Daya terbesar terjadi pada kondisi lebar pondasi
Dukung 4 cm dengan sudut kemiringan 46.
Data hasil eksperimen pada variasi KESIMPULAN
kemiringan lereng menunjukkan terjadi Berdasarkan penelitian yang telah
peningkatan daya dukung hampir seragam dilakukan, didapatkan kesimpulan
dari lereng tanpa perkuatan terhadap lereng sebagaimana berikut :
yang menggunakan perkuatan geogrid.
Untuk peningkatan yang ditinjau dari daya 1. Terjadi peningkatan daya dukung
dukung ultimit memiliki trend line yang pondasi menerus dari kondisi
serupa, yaitu semakin besar sudut maka lereng tanpa perkuatan dengan
daya dukung akan berkurang. Dalam
lereng yang menggunakan Pondasi Menerus Pada Perkuatan Lapisan
perkuatan geogrid Lereng Pasir. Mesir : Universitas Tata
2. Peningkatan daya dukung
dipengaruhi oleh variasi Naieni, S.A., Rabe, B. Khadem, dan
kemiringan sudut dimana semakin Mahmoodi, E. 2011. Daya Dukung
kecil kemiringan sudut lereng, dan Penurunan Pondasi Menderus
maka daya dukung yang dihasilkan Pada Perkuatan Geosintetik
akan semakin meningkat Lapisan Lempung. Iran : Imam
3. Dalam penelitian ini variabel yang Khomeni International University
dominan dalam meningkata an SV Anil Kumar, K. Ilamparuthi. 2009.
daya dukung adalah variabel Respons of Footing on Sand
kemiringan sudut yang dapat Slopes. Indian Geotechnical
meningkatkan hingga 30,42%. Society Chennai Chapter. India :
4. Beban runtuh maksimum terjadi Anna Universitas Chennai
pada dimensi lebar pondasi 8 cm Christady H., Hary. 1990. Mekanikan
dan pada kemiringan sudut 46. Tanah. Yogyakarta: Jurusan Teknik
5. Ditinjau dari nilai BCIqu, maka Sipil Fakultas Teknik Universitas
yang menghasilkan daya dukung Gajah Mada
maksimum adalah kondisi pada
saat B = 4 cm dan α = 46. Craig, R.F. 1989. Mekanika Tanah Edisi
6. Berdasarkan analisis nilai BCIs Keempat. Jakarta : Erlangga
pada saat kondisi s/B=2%, s/B=4%, Das, Braja M. 1984. Mekanika Tanah
dan s/B=6% yang terjadi, variasi (Prinsip-pinsip Rekayasa
yang memberikan nilai daya Geoteknis) Jilid 2. Jakara :
dukung paling optimum terjadi Erlangga
pada saat B = 4cm dan α = 46.
Das, Braja M. 1984. Mechanic Foundatin
7. Berdasarkan analisis faktor N
engineering, Fourth Edition. New
berdasarkan daya dukung ultimit,
York : PWS Publishing
N maksimum terjadi pada sudut
kemiringan 46 dan lebar pondasi 4 DPU. 2009. Pedoman Konstruksi
cm sebesar 273,47 pada daya Bangunan: Perencanaan dan
dukung ultimit sebesar 79,847 Pelaksanaan Perkuatan Tanah
kN/m2 . dengan Geosintetik No.
003/BM/2009
DAFTAR PUSTAKA
Hoang, C. Nguyen, Canh V. Le, Vu P. Q.
Nguyen, and Tri P. Truong. 2012. Bearing
Altalhe, Enas B., Mohd Raihan Taha,
Capacity of footing Strip Resting on Slope
Numerical and Experimental Evaluation of
Using Upper Bound Limit Analysis.
Bearing Capacity Faktor N of Strip
Journal of Engineering Technology and
Footing on Sand Slope. International
Education. GTSD2012
Journal of Physical Science. Malaysia :
Universiti Kebangsaan Malaysia.

El Sawwaf, Mostafa A dan Nazir, Ashraf


K. 2011. Perilaku Penurunan Siklis

Anda mungkin juga menyukai