Penciptaan Alam Semesta Dalam Al
Penciptaan Alam Semesta Dalam Al
Ayat ini menerangkan bahwa Tuhan yang telah menurunkan Alquran kepada
Muhammad saw itu adalah Tuhan Pencipta langit dan bumi dan segala sesuatu yang ada
di antara keduanya dalam enam masa. Yang dimaksud dengan enam masa dalam ayat
ini bukanlah hari (masa) yang dikenal seperti sekarang ini, tetapi adalah hari sebelum
adanya langit dan bumi. Hari pada waktu sekarang ini adalah setelah adanya langit dan
bumi serta telah adanya peredaran bumi mengelilingi matahari dan sebagainya.
Setelah Allah menciptakan langit dan bumi, maka Dia pun bersemayam di atas
Arasy, sesuai dengan kekuasaan dan kebesaran-Nya.Allah SWT menegaskan bahwa
tidak seorangpun yang dapat mengurus segala urusannya, menolak bahaya, malapetaka
dan siksa. Dan tidak seorangpun yang dapat memberi syafaat ketika azab menimpanya,
kecuali Allah semata, karena Dialah Yang Maha Kuasa menentukan segala
sesuatu.Kemudian Allah SWT memperingatkan: “Apakah kamu hai manusia tidak dapat
mengambil pelajaran dan memikirkan apa yang selalu kamu lihat itu? Kenapa kamu
masih juga menyembah selain Allah?
[2] Q.S. Al-Kahfi :51
ضدًا
ُ ع ِ ض َو ََلخ أَلقَ أ َ أنفُ ِس ِه أم َو َما ُك أنت ُ ُم مت ه ِخ َذ أال ُم
َ َض ِلٍّين ِ ت َو أاْل َ أر َما أ َ أش َه أدت ُ ُه أم خ أَلقَ ال ه
ِ س َم َاوا
Artinya: “aku tidak menghadirkan mereka (iblis dan anak cucunya) untuk menyaksikan
penciptaan langit dan bumi dan tidak (pula) penciptaan diri mereka sendiri; dan tidaklah
aku mengambil orang-orang yang menyesatkan itu sebagai penolong.”(Q.S. Al-Kahfi
[18] :51 )
Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan kekuasaan-Nya, dan bahwa setan itu
tidak berhak untuk menjadi pembimbing atau pelindung bagi manusia. Setan itu tidak
mempunyai hak sebagai pelindung, tidak hanya disebabkan kejadiannya dari lidah api
saja tetapi juga karena mereka tidak mempunyai saham dalam menciptakan langit dan
bumi ini. Allah SWT menegaskan bahwa iblis dan setan-setan itu tidak dihadirkan untuk
menyaksikan penciptaan langit dan bumi ini, di kala Allah menciptakannya, bahkan
tidak pula penciptaan dari mereka sendiri, dan tidak pula sebagian mereka
menyaksikan penciptaan sebagian yang lain. Bilamana mereka tidak hadir dalam
penciptaan itu, bagaimana mungkin mereka memberikan pertolongan dalam
penciptaan tersebut.
Patutkah setan-setan itu dengan keadaan demikian dijadikan sekutu Allah? Allah
SWT dalam menciptakan langit dan bumi ini tidak pernah sama sekali menjadikan
setan-setan, berhala-berhala, sembahan-sembahan lainnya sebagai penolong, hanya Dia
sendirilah yang menciptakan alam semesta ini, tanpa pertolongan siapapun. Bilamana
setan-setan itu dan berhala-berhala itu tidak ikut serta dalam menciptakan itu tentulah
mereka tidak patut dijadikan sekutu Allah dalam peribadatan seseorang hamba Nya.
Sebab orang yang ikut disembah yang ikut pula dalam penciptaan bumi dan langit ini.
Sekutu dalam penciptaan, sekutu pula dalam menerima ibadah. Dan sebaliknya tidak
bersekutu dalam penciptaan, tidak bersekutu pula dalam menerima ibadah.
(Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu); sebagai
kemuliaan dari-Nya dan nikmat bagi manusia serta perbekalan hidup dan kemanfaatan
untuk waktu tertentu. (dan Dia berkehendak [menciptakan] langit); lafazh “Tsummas
tawa: (artinya): ‘dan Dia berkehendak (menciptakan)’ ”, mashdar/kata bendanya adalah
istiwa’. Jadi, al-Istiwa’ artinya meninggi dan naik keatas sesuatu sebagaimana makna
firman Allah Ta’ala (dalam ayat yang lain-red): “Apabila kamu dan orang-orang yang
bersamamu telah berada di atas bahtera itu…”. (QSAl-Mu’minun/23:28). (lalu dijadikan-
Nya); meluruskan (menyempurnakan) penciptaannya (langit) sehingga tidak bengkok
(tidak ada cacat didalamnya-red) [Zub]. (tujuh langit! Dan Dia Maha Mengetahui segala
sesuatu); meskipun demikian Ilmu-Nya mencakup segala sesuatu, Maha Suci Dia Yang
tiada ilah dan Rabb (Yang berhak disembah) selain-Nya.
Dari ketiga ayat di atas ini menunjukan bahwa Allah SWT lah dengan segala ke
maha kuasaan-Nya yang telah menciptakan alam semesta, tanpa ada campur tangan
dari siapapun. Ketiga ayat di atas pun sekaligus menentang pada pernyataan para
philosof materalis yang mengatakan bahwa “alam semesta ini telah ada sejak dulu tanpa
ada perubahan apapun dan akan tetap menjadi seperti ini sampai akhir nanti.” (Harun
Yahya).
Fase-Fase Penciptaan Alam Semesta Menurut Al-Quran
Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kata ‘fase’ adalah tingkatan masa
(perubahan, perkembangan, dsb). Sehingga dapat disimpulkan perkembangan ataupun
perubahan tahap-tahap penciptaan alam semesta dalam hal ini ditinjau dari al-Qur’an
dan tidak lupa juga menyertakan penjelasan di dalam Hadits. Akan tetapi, menyusun
tahapan penciptaan alam semesta di dalam a-Qur’an bukan perkara yang mudah –
disamping minimnya referensi terutama asbabun nuzul (sebab-sebab turunnya ayat)
ataupun penjelasan dari hadits berkaitan dengan fase-fase penciptaan diperparah
dengan kemunculan cerita-cerita dari Israiliyat dan hadits yang dlaif maupun maudlu
(palsu).
Sebab, dari segi susunan ayat yang menerangkan tahapan penciptaan di dalam
al-Qur’an seolah mengalir seperti firman Allah di dalam surat Fushilat ayat 9-12. Tidak
seperti puzzle yang memang harus disusun sehingga membentuk satuan gambar yang
utuh bisa dikenali. Namun, jika disusun seperti puzzle yang pernah kita mainkan maka
akan membentuk sebuah gambaran penciptaan alam semesta yang saat ini dunia akui
keabsahannya dari berbagai rangkaian eksperimen dan bukti yang otentik.
Enam Masa Penciptaan Alam Semesta
Al-Qur’an menyebutkan dalam sittati ayyaamin yang berarti enam masa yang
panjang.
Sebagaimana dalam al-qur’an (Q.S. Al-Sajdah [32] :4 ):
Dari ayat di atas Allah SWT menyebutkan penciptaan langit dan bumi dalam
enam masa (sittati ayyaamin) selanjutnya para mufasir bersepakat dalam menafsirkan
ayat ini, bahwa yang disebut dengan (sittati ayyaamin) adalah enam tahapan atau
proses bukan enam hari sebagaimana mengartikan kata ayyaamin.
Fase Pertama
ض َكانَتَا َرتأقًا َ ت َو أاْل َ أر ََ َولَ أميَ َرالهذِينَ َكفَ ُرواأ َ هن ال ه
ِ س َم َاوا
ي أَفَ ََل يُؤأ ِمنُون َ اء ك هل
ٍٍّ ش أيءٍ َح ِ فَفَت َ أقنَا ُه َما َو َجعَ ألنَا ِمنَ أال َم
Artinya: “Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi
itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara
keduanya…”(Q.S. AlAnbiya [21] :30)
Ini dimulai dengan sebuah ldakan besar (bigbang) sekitar 12-20 miliar tahun
lalu.Inilah awal terciptanya materi, energy, dan waktu. “Ledakan” pada hakikatnya
adalah pengembangan ruang.Materi yang mula-mula terbentuk adalah hydrogen yang
menjadi bahan dasar bagi bintang-bintang generasi pertama.Hasi fusi nuklir antara inti-
inti hydrogen, meghasilkan unsure-unsur yang lebih berat, seperti karbon, oksigen,
sampai besi atau disebut juga Nukleosintesis Big Bang.
Fase Kedua
ع ِليم ت َو ُه َوبِ ُك ٍِّل ش أ
َ ٍَيء ٍ س َم َاوا َ س هوا ُه هن
َ س أب َع َ َاء ف
ِ س َم ِ ُه َوالهذِي َخلَقَلَ ُك أم َمافِي أاْل َ أر
ض َج ِميعًا ث ُ هم ا أست ََوى ِإلَى ال ه
Artinya : “Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia
berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha
mengetahui segala sesuatu” (Q.S. Al-Baqarah [2] : 29)
Masa ini adalah pembentukan langit. Pengetahuan saat ini menunjukan bahwa
langit biru hanyalah disebabkan hamburan cahaya matahari oleh partikel-partikel
atmosfer. Di luar atmosfer langit biru tak ada lagi, yang ada hanyalah titik cahaya
bintang , galaxy, dan benda-benda langit lainnya. Jadi, langit bukanlah hanya kubah biru
yang ada di atas sana, melainkan keseluruhan yang ada di atas sana (bintang-bintang,
galaxy, dan benda-benda langit lainnya), maka itulah hakikat langit yang sesungguhnya.
Adapun dalam fase ini, pembentukan bintang-bintang di dalam galaxy yang masih
berlangsung hingga saat ini.
Fase Ketiga
Pada masa ini dalam penciptaan alam semesta adalah proses penciptaan tata
surya, termasuk bumi. Selain itu pada masa ini juga terjadi proses pembentukan
matahari sekitar 4,6 miliar tahun lalu dan mulai di pancarkannya cahaya dan angin
matahari. Proto-bumi (bayi bumi) yang telah terbentuk terus berotasi menghasilkan
fenomena siang dan malam di bumi sebagaimana yang Allah SWT firmankan dengan
indah :
Fase Keempat
Fase Kelima
Hadirnya air dan atmosfer di bumi menjadi prasyarat terciptanya kehidupan di
bumi. Sebagaimana firmanAllah SWT :
َي أَفَ ََل يُؤأ ِمنُون ِ … َو َج َع ألنَا ِمنَ أال َم
َ اء ُك هل
ٍٍّ ش أيءٍ َح
Artinya :“…dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup… “ (Q.S. al-anbiya [21] :
30
Selain itu, pemanasan matahari menimbulkan fenomena cuaca dibumi, yakni
awan dan halilintar. Melimpahnya air laut dan kondisi atmosfer purba yang kaya akan
gas metan (CH4)dan ammonia (NH3) serta sama sekali tidak mengandung
oksigenbebas dengan bantuan energy listrik dan halilintar diduga menjadi awal
kelahiran senyawa organic.Senyawa organic yang mengikuti aliran air akhirnya
tertumpuk di laut. Kehidupan diperkirakan bermula dari laut yang hangat sekitar 3,5
miliar tahun lalu berdasarkan fosil tertua yang pernah ditemukan. Sebagaimana
dikembalikan pada surat Al Anbiya [21] ayat 30 yang telah menyebutkan bahwasannya
semua makhluk hidup berasal dari air.
Fase Keenam
Masa keenam dalam proses penciptaan ala mini adalah dengan lahirnya
kehidupan di bumi yang dimulai dari makhluk bersel tunggal dan tumbuh-
tumbuhan.Hadirnya tumbuhan dan proses fotosintesis sekitar 2 miliar tahun lalu
menyebabkan atmosfer mulai terisi dengan oksigen bebas. Pada masa ini pula proses
geologis yang menyebabkan pergeseran lempengan tektonik dan lahirnya rantai
pegunungan di bumi terus berlanjut.
Setelah mengkaji cara Al-Quran menjelaskan tentang penciptaan alam semesta. Penulis
menyadari bahwa ilmu pengetahuan dan Al-Qur’an adalah bagaikan dua sisi mata uang
yang tak bisa dipisahkan antara satu sama lainnya. Seperti yang penulis kutip dari
seorang ilmuan besar Albert Einsten: ”religion without science is blind and science
without religion is damage.” (Albert Einstein, 1960).
Ilmu yang tidak disertai dengan agama akan hancur dan tumbang karena tidak
adanya kekuatan iman. Sedangkan agama tanpa ilmu akan menjadi rusak karena akan
dapat salah mengartikannya. Sebagaimana orang-orang materalis yang selalu
menentang akan adanya penciptaan alam semesta. Ini merupakan contoh yang sangat
signifikan jika ilmu pengetahuan tidak disertai dengan ajaran-ajaran agama.
Kesimpulan
Sumber :