BAB I
PENDAHULUAN
Proses perjalanan : Pada hari pertama mapping kami yaitu hari Sabtu
tanggal 6 Mei 2017, saya berangkat dari KM. 8
bersama dengan teman-teman kelompok saya
pada pukul 09.45 WITA dengan kondisi cuaca
yang sangat cerah menuju ke lokasi pemetaan
kami yaitu di daerah KM. 13. Kami sampai di
lokasi pada pukul 10.00 WITA dan kemudian
kami langsung mencari daerah yang terdapat
singkapan. Sebelum ke lapangan, kami sudah
diajarkan bagaimana cara membaca kompas,
mengukur strike dip, membaca gps dan membaca
peta. Pada hari pertama kami mendapatkan 5
singkapan dan selesai sekitar pukul 14.00 WITA,
kemudian kami kembali untuk beristirahat. Pada
hari kedua mapping kami yaitu hari Kamis
tanggal 11 Mei 2017, kami berkumpul di kampus
KM. 8 pada pukul 09.00 WITA dan menuju
lokasi KM. 13 pada pukul 09.15 WITA dengan
kondisi cuaca yang sangat cerah dan terik.
Setelah sampai di lokasi KM.13 kami langsung
mencari daerah yang terdapat singkapan. Kami
mendapatkan 5 singkapan sehingga total
singkapan yang kami dapatkan adalah 10
singkapan. Pada hari kedua hendak mengukur
singkapan 8 dan 9 tiba-tiba cuaca berubah
mendung dan turun hujan sehingga gps kami
tidak berfungsi, jadi kami putuskan untuk
berteduh dan menunggu hingga hujan reda.
Setelah hujan reda namun cuaca masih mendung
kami mencoba untuk mengukur singkapan 8 dan
singkapan 9. Ketika kami mengukr singkapan 10
5
1.4 Metodologi
Adapun metode peninjauan lapangan ialah mengukur peyebaran
lapisan (stike and dip) dari suatu sampel lapisan dan kekar menggunakan
kompas giologi serta mencatat hasil dari pengukurannya. Disamping itu
juga menentukan posisi suatu lereng dari tempat berdiri.
Adapun metode peninjauan lapangan kedua adalah mengetahui
statigrafi perlapisan batuan.
6
BAB II
GEOLOGI REGIONAL
PULAU KALIMANTAN
H
N
UG
O
TR
AN
KOTA
+ +S
ES
E
T
Brunei + + MP+OR + + +
BA
LI
NA
NE
AM
NW.BORNEO + HI
GH
BASIN +
TARAKAN
+ + +
BASIN
+ + + +
Malaysia
LU + + + +
PA
R
LI + + KUCHING
+ + OROGENIC
+ + + + +
NE M Celebes Sea
+ + + + + + ANG+KAL
+ + + + + COMPLEX
KUCHING
IHA
+ + + + + + + + + Indonesia
+ + + + TH
IGH
+ + + + + + +
MELAWI BASIN Sangatta
+ + + + KUTAI BASIN
UPPER Semberah
KETUNGAU BASIN Badak/Nilam
GH
+ + + + ADA
SAMARINDA
OU
Tunu
NG
FLE LOWER
TR
+ + + + + + + XUR
E
Mutiara Handil
R
SA
+ + + + + + + PLAT BARITO
FORM BALIKPAPAN
S
SCHWANNER BLOCK
KA
PALANGKARAYA
MA
+ + + + + + +
ESI
AS TU AS O
T
RI
LAW
EM S H IN
AS IGH
BA
+ + + + + + +
EM
B
SU
BANJARMASIN PATERNOSTER
A
PLATFORM
ER
N
M
SI
BA
Java Sea
Gambar 2.1: Kerangka Tektonik Pulau Kalimantan (Bachtiar, 2006)
7
RR
F
200 N
PA
SCS
LS
100 N
INDIA
MS
W. SUL.
?
00
TETHYS
I - AU
L
100 S
S N
EARLY - MIDDLE EOCENE
Volcanic arc Fore-arc basin Rajang Accretionary Prism Luconia Platform
X Y
Plate motion
Mulainya collision antara India dan Asia pada Eosen tengah (50
Ma) dan mempengaruhi perkembangan dan penyesuaian lempeng Asia.
Adanya subsidence pada Eosen dan sedimentasi di Kalimantan dan
wilayah sekitarnya merupakan fenomena regional dan kemungkinan
dihasilkan dari penyesuaian lempeng, sebagai akibat pembukaan bagian
back-arc Laut Celebes.
Tektonisme Oligosen
Tektonisme pada pertengahan Oligosen di sebagian Asia tenggara,
termasuk Kalimantan dan bagian utara lempeng benua Australia,
diperkirakan sebagai readjusement dari lempeng pada Oligosen. Di pulau
New Guinea, pertengahan Oligosen ditandai oleh ketidakselarasan
(Piagram et al., 1990 op cit., Van de Weerd dan Armin, 1992) yang
dihubungkan dengan collision bagian utara lempeng Australia (New
Guinea) dengan sejumlah komplek busur. New Guinea di ubah dari batas
14
SCS
PHIL. PL
IND
NP
10 0 N RB
MS
KUT EI B
E. SUL
00
SU
NG
6 cm / yr DA
I - AU BAN
0
10 S
AU
NW SE - DIPPING SUBDUCTION SE
INNER O UTER
SECO ND EPISO DE MA KUTEI B KUTEI B W. SULAWESI
SCS SPREADING
IAB BA MS BA
MERSING MA
FA
SUBDUCTION
KUCHING UPLIFT
32 - 16.2 Ma
O LIGO CENE - M. MIO CENE
- CO LLISIO N BA - SU - W. SULA
- TERMINATIO N SUBDUCTIO N
PA - RB - TERMINATIO N SUBDUCTIO N
TRANSPRESSIO N / TRANSTENSIO N
16.2 - 0 Ma DEFO RMATIO N
( M. MIO CENE - PRESENT )
PA - RB PALAWAN / MERATU'S
REED BANK BA - SU
UPLIFT BANGGAI /
CO LLISIO N
W. SUL E. SUL SULA MICRO -
CO NTINENT
BA - SU
M. MIOCENE - PRESENT ( 0 - 16 )
100 0 E 110 0 E 120 0 E 130 0 E
PHIL. PL
10 0 N
NP
KUT EI B
00
BA - SU
NG
10 0 S
I - AU
AU
Tektonisme Miosen
Di wilayah sekitar SCS pada Miosen awal-tengah terjadi
perubahan yang Sangat penting. Pemekaran lantai samudera di SCS
berhenti, sebagai subduksi di Sabah dan Palawan; mulai terjadinya
pembukaan Laut Sulu (silver et al., 1989; Nichols, 1990; op cit., Van de
Weerd dan Armin, 1992); dan obduksi ofiolit di Sabah (Clennell, 1990, op
cit., Van de Weerd dan Armin, 1992). Membukanya cekungan marginal
Laut Andaman terjadi pada sebagian awal Miosen tengah (Harland et al.,
1989. op cit., Van de Weerd dan Armin, 1992).
17
Gambar 2.8: Elemen Tektonik Pulau Kalimantan pada Miosen tengah. Nuay,
1985, op cit., Oh, 1987.)
18
2.2 Geomorfologi
Morfologi Kalimantan dibedakan menjadi 3 yaitu : Pegunungan, Dataran, dan
Rawa.
dilapisi oleh timbunan gambut muda yang dangkal dan kipas aluvial yang
tertimbun karena luapan sungai.
Di pegunungan Maratus, terdapat tanah yang paling lapuk yaitu exisol, didominasi
oleh liat yang mempunyai sedikit mineral yang terdapat lapuk dan menghasilkan
sedikit hara tanaman. Jenis tanah ini terdapat diatas batuan ulta basa.
Air
Keberadaan air di pegunungan sangat banyak, karena banyak tersimpan pada
hutan-hutan yang terdapat di pegunungan. Selian itu, air tersimpan pada
kedalaman yang relatif dangkal sehingga mudah untuk dimanfaatkan untuk segala
kebutuhan.
Penggunaan lahan
Potensi pertambangan banyak terdapat di pegunungan dan perbukitan di bagaian
tengah dan hulu sungai. Deposit pertambangan yang cukup potensial adalah emas,
mangan, bauksit, pasir kwarsa, fosfat, mika dan batubara. Tambang minyak dan
gas alam cair terdapat di dataran rendah, pantai, dan lepas pantai.
Kegiatan perkebunan pada umumnya berada pada wilayah di perbukitan dataran
rendah. Perkebunan yang potensi dan berkembang adalah : sawit, kelapa, karet,
tebu dan perkebunan tanaman pangan.
asam, berpasir, dan lahan yang memiliki kelerengan curam. Kalimantan dapat
dikembangkan, tetapi hanya dalam batas-batas ekologis yang agak ketat dan
dengan kewaspadaan tinggi.
Tanah di atas bagian utama Kalimantan tengah dan Kalimantan timur laut adalah
ultasol (acrisol). Tanah yang mengalami pelapukan sangat berat ini membentuk
jenis tanah podsolik merah-kuning di sebagian besar daratan Kalimantan yang
bergelombang. Tanah histosol, nonmineral atau tanah yang terutama tersusun atas
bahan organik disebut gambut, mencakup daerah yang luas di dataran rendah
Kalimantan. Tanah ini semula berupa dataran aluvial berbatu di rawa.
Jenis tanah entisol berasal dari batuan yang lebih muda dan kurang berkembang.
Fluvent dan aquents (tanah aluvial) terdapat di dataran-dataran banjir pada
lembah-lembah sungai dan di dataran pantai, yang menerima endapan baru dari
lembah-lembah sungai dan di dataran pantai, yang menerima endapan baru dari
tanah aluvial secara berkala. Tanah aluvial yang lebih baru ini umumnya lebih
subur dari pada lereng-lereng sekitarnya, tetapi tidak sesubur tanah aluvial laut
atau abu vulkanik. Tanah-tanah aluvial di dataran tepi sungai di Kalimantan
adalah tanah- tanah yang paling subur dan merupakan habitat yang mudah
dikelola.
Air
Ketersediaan air di Kalimantan cukup banyak. Hal itu karena Klimantan berada di
garis Khatulistiwa dengan hujan yang turun sepanjang tahun, dan kawasan hutan
yang masih luas sehingga ketersediaan air tetap terjaga. Di dataran, air mudah
diambil karena kondisinya yang relatif dangkal dan banyak terdapai sungai, danau
dan rawa.
Penggunaan lahan
Penggunaan lahan di dataran banyak digunakan untuk kawasan hutan, baik hutan
lindung ataupun hutan produksi, dan perkebunan. Selain itu, beberapa lahan
kering di manfaatkan utuk pertanian.
Tanah
Tanah hydraquents terdapat di rawa pasang surut Kalimantan dengan ciri tanah ini
muda, lunak, berlumpur dan belum berkembang. Tanah sulfaquents umumnya
terdapat bersama-sama dengan hydraquents. Tanah-tanah yang tersalir buruk ini
sangat terbatas untuk tanah pertanian, karena mengandung pirit, yang jika
dikeringkan akan menimbulkan kondisi yang sangat masam dengan kadar besi
dan aluminium sulfat yang cukup tinggi, sehingga bersifat beracun. Tanah asam
sulfat ini terdapat di daerah Pulau Petak, Kalimantan Selatan.
Air
Kondisi air di daerah rawa dalam kondisi murni air tawar memiliki karakteristik
kimiawi yang khas yaitu airnya sangat asam (pH 3,0-4,5). Keberadaan air di
daerah rawa dipengaruhi oleh sungai-sungai di sekitarnya. Lahan gambut ini
mampu menyerap air dan menyimpannya dalam jumlah yang banyak sehingga
dapat mengurangi resiko terjadinya banjir.
Penggunaan lahan
Penggunaan lahan lahan di daerah rawa apabila musim kemaran/kering di jadikan
sebagai pertanian, yaitu untuk menanam padi jenis tertentu yang memiliki daya
toleran terhadap lahan gambut. Selain itu, di daerah rawa banyak ditanami mohon
bakau untuk mencegah terjadinya banjir.
25
berasal dari erosi di deretan pegunungan bagian tengah Kalimantan, dan maraknya
pembuangan sampah di sungai.
2.3 Struktur
Secara ringkas Formasi Balikpapan dan Formasi Pulau Balang
yang terdiri dari perselingan batu pasir kuarsa, batu lempung lanauan dan
serpih dengan sisipan napal , batu gamping dan batu bara, berumur Miosen
tengah-akhir. Formasi tersebut ditutupi secara tidak selaras oleh Formasi
Kampung Baru terdiri dari batu lempung pasiran, batu pasir kuarsa, batu
lanau, sisipan batubara, napal, batu gamping dan batu bara muda, berumur
Miosen Akhir . Kedua Formasi diatas mengalami perlipatan jenis Antiklin
dan Sinklin, mempunyai sumbu kearah Timur Laut – Barat Daya.
Sedangkan Formasi lebih tua terdiri dari Pamaluan dan Bebuluh berumur
Miosen Awal-tengah terdiri dari batupasir, serpih, batu lanau, batu
gamping. Ketebalan seam batu bara berkisar 0.5 meter sampai 6.0 meter,
dengan ketebalan seam rata-rata berkisar 2 meter pada batuan batu lanau
dan serpih mengalami kompaksi. Struktur geologi yang berkembang di
daerah pendataan adalah struktur lipatan yang termasuk kedalam antiklin
Tenggarong, yang menerus kearah Timur Laut antiklin Segihan, sedangkan
kearag barat daya antiklin Gitan. Struktur antklin dan sinklin terdapat pada
batuan Formasi Balikpapan dan Formasi Pulau Balang, masing-masing
sayap tidak simetris . Struktur sesar terdapat pada melalui Formasi
Balikpapan, berarah timur laut-barat daya, jenisnya sementara belum dapat
ditentukan karena terbatasnya data.
28
2.4 Stratigrafi
Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur
relatif serta distribusi perlapisan batuan dan interpretasi lapisan-lapisan
batuan untuk menjelaskan sejarah bumi. Dari hasil perbandingan atau
korelasi antar lapisan yang berbeda dapat dikembangkan lebih lanjut studi
mengenai litologi (litostratigrafi), kandungan fosil (biostratigrafi), dan umur
relatif maupun absolutnya (kronostratigrafi). stratigrafi kita pelajari untuk
mengetahui luas penyebaran lapisan batuan.
29
- Pembajian
Menipisnya suatu lapisan batuan pada tepi cekungan sedimentasinya
- Perubahan Fasies
Perbedaan sifat litologi dalam suatu garis waktu pengendapan yang
sama, atau perbedaan lapisan batuan pada umur yang sama
(menjemari).
1. Jarum Magnet
Ujung jarum bagian utara selalu mengarah ke kutub utara magnet
bumi (bukan kutub utara geografi). Oleh karena itu terjadi penyimpangan
dari posisi utara geografi yang kita kenal sebagai deklinasi. Besarnya
deklinasi berbeda dari satu tempat ke tempat lain. Agar kompas dapat
menunjuk posisi geografi yang benar maka “graduated circle” harus
diputar.
Penting sekali untuk memperhatikan dan kemudian mengingat
tanda yang digunakan untuk mengenal ujung utara jarum kompas itu.
Biasanya diberi warna (merah, biru atau putih).
3. Klinometer
Yaitu bagian kompas untuk mengukur besarnya kecondongan atau
kemiringan suatu bidang atau lereng. Letaknya di bagian dasar kompas dan
dilengkapi dengan gelembung pengatur horizontal dan pembagian skala
(Gb. II.3A). Pembagian skala tersebut dinyatakan dalam derajat dan
persen.
36
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Lokasi
Secara geografis wilayah Kota Balikpapan berada antara 1.0 LS –
1.5 LS dan 16,5 BT– 117,5 BT dengan luas wilayah 503,35 Km².Dilihat dari
topografinya sekitar 70% wilayah Kota Balikpapan merupakan daerah yang
berbukit-bukit, sedangkan sisanya berupa dataran landai yang berada di tepi
laut. Perbukitan berada di daerah utara, Kecamatan Balikpapan Barat,
Balikpapan Tengah, dan Balikpapan Timur. Daerah ini menjadi daerah
penyangga kota, diantaranya hutan lindung kota di Kecamatan Balikpapan
Selatan, lokasi konservasi alam di Kecamatan Balikpapan Utara dan
Balikpapan Selatan, serta hutan lindung Sungai Wain di wilayah Balikpapan
Utara dan Balikpapan Barat.
7. Baca dan catatlah nilai / angka dip secara akurat dengan memperhatikan
skala nonius klinometer,
8. Pencatatan kedudukan unsur struktur batuan pada singkapan apabila
memakai kompas tipe pembacaan sudut azimuth horizontal 0o – 360o
ditulis : N 160oE/30o. Dengan mengingat apabila menggunakan kompas
dengan pembagian derajat 0o – 90o berarti pembacaan angka sudut azimuth
horizontal dimulai dari Utara ( N ) dan dari Selatan ( S ), sehingga
penulisan nilai / angka kedudukan bidang unsur struktur singkapan batuan
ditulis N30oE/25oNW, dapat juga dibaca dengan mengacu azimuth
Selatan yang ditulis S60oW/25oNE.
Arah yang dimaksudkan disini adalah arah dari titik tempat berdiri ke
tempat yang dibidik atau dituju. Titik tersebut dapat berupa : puncak bukti,
arm dan garis tengah dan garis tengah pada cermin. Sangat penting
39
BAB IV
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Gabro.M.2009.kompas geologi.makassar
Hartono.2012. http://psdg.bgl.esdm.go.id/tenggarong.
Herdy.2010. http://herdyborgir.blogspot.com/geology-regional.
PT.PerencanaDjajaCiptalaras2011.http://ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/timur/ka
ltim/balikpapan.pdf.
Wahyudia.AS.2011.Stratigrafi Geometri.Kalsel
November 2012.
http://www.toiki.or.id. Aku Peta Aku Peta Aku Peta Geologi. 10 November 2012
November 2012
42
LAMPIRAN
Gambar Perlapisan
Gambar Sample