PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan lansia?
2. Bagaimana perubahan yang terjadi pada lansia, baik perubahan
psikologis maupun fisiologis?
3. Bagaimana pemenuhan pangan dan gizi untuk lansia?
4. Apa saja kebutuhan gizi pada lansia?
5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi pada lansia?
6. Bagaimana permasalahan gizi pada lansia?
7. Bagaimana kriteria makanan sehat untuk lansia?
8. Bagaimana pemberian menu harian untuk lansia?
9. Penyakit apa saja yang umum diderita pada lansia?
1.3 Tujuan
Setelah mempelajari materi ini pembaca diharapkan mampu:
1. Menjelaskan tentang pengertian lansia
2. Menjelaskan perubahan fisiologis dan psikologis pada lansia
3. Menjelaskan pemenuhan pangan dan gizi untuk lansia
4. Menyebutkan kebutuhan gizi pada lansia
5. Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi pada
lansia
6. Menjelaskan permasalahan gizi pada lansia
7. Menjelaskan kriteria makanan sehat untuk lansia
8. Menjelaskan pemberian menu harian untuk lansia
9. Menyebutkan penyakit yang umum diderita pada lansia
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
6. Terbentuknya pigmen ketuaan pada otot jantung, sel-sel saraf, kulit
dan sebagainya.
4
Otot Kekurangan Mudah letih Olahraga rutin ,
kekuatan seperti kecenderungan melakukan
otot gerak untuk tidak aktifitas ringan
bergerak sehari-hari
Kardiovaskular Pemompaan Tekanan Menjaga pola
jantung diastolik dan makan ,mengons
berkurang sistolik umsi suplemen,
meningkat olahraga rutin
Pernapasan Diameter Penurunan Mengatur pola
anteroposterior fungsi paru, hidup sehat
paru membesar pernapasan Senam pernapasan
terganggu
Gigi Gigi dan gusi Tanggalnya Menjaga kebersihan
kerap terinfeksi, gigi, gigi
sekresi air ludah pengeringan
berkurang rongga mulut,
menurunkan
cita rasa
Hati Perubahan aliran Mengganggu Mengurangi
darah dan metabolisme konsumsi
aktivitas enzim dan penetralisir makanan atau
hepatik racun obat-obatan yang
dapat menggangu
fungsi hati
Ginjal Berkurangnya Nokturia Mengonsumsi
aliran darah renal meningkat, makanan yang
dan kerja ginjal metabolisme mudah dicerna
dalam proses berkurang
pencernaan
terganggu
Gastrausus Pergerakan kolon Sembelit Perbanyak
berkurang konsumsi serat
5
Saraf Reaksi terhadap Pelaksanaan Memperbaiki
rangsangan fungsi saraf massa untuk
lambat, memerlukan reaksi
Kinestesia waktu yang Kurangi
berkurang, lama, rangsangan
Gangguan kemampuan tertentu
pengecapan, berjalan Jalan santai
penglihatan dan berkurang, Berikan
pendengaran kehilangan rangsangan
indra secara terhadap selera
berangsur- makan
angsur Gunakan
kacamata,
kurangi silauan
darai cahaya,
gunakan alat
bantu
pendengaran,
jauhkan dari
suara yang bising
Saraf Pusat Fungsi otak Dementia Menjaga
berkurang, pola (ganguan daya kestabilan
tidur berubah ingatan), susah emosi/hindari
untuk tidur lelap depresi
Hindari konsumsi
kopi, alkohol
Hindari tidur
larut malam
Rongga Mulut
Bagian dalam rongga mulut yang lazim terpengaruh adalah gigi,
gusi dan ludah. Tanggalnya gigi bukan hanya disebabkan oleh ketuaan,
6
tetapi juga dikondisikan oleh pemeliharaan yang tidak baik,
Ketidakbersihan mulut menyebabkan gizi dan gusi kerap terinfeksi. Selain
itu, sekresi air ludah berkurang sampai kira-kira 75% sehingga
mengakibatkan pengeringan rongga mulut dan berkemungkinan
menurunkan cita rasa.
7
Periodontium Ginggivitis Nyeri mulut,
pengecapan tak
nyaman
Periodontitis Nyeri mulut,
efisiensi
mengunyah
berkurang,
pengecapan tak
nyaman
Tulang Gigi Massa berkurang Efesiensi mengunyah
berkurang, sendi rahang
terganggu (resorpsi
tulang), gigi goyah dan
tanggal, tidak bisa
menggunakan gigi palsu
Sendi rahang Gangguan fungsi Nyeri sendi dan otot mulut
dan muka serta mulut,
rahang lecet dan
gerakannya terbatas,
trismus, efisiensi
mengunyah berkurang
Otot mulut dan Atrofi Efisiensi
muka mengunyah
berkurang,
kekuatan menggigit
dan muka
berkurang, disfagia,
Diskinesia mulut tak bisa pakai gigi
palsu
Efisiensi
mengunyah
berkurang, disfagi
8
Lidah Glositis Kemampuan
mengecap hilang
Glosodinia Nyeri mulut,
odinofagia
Lapisan mukosa Atrofi Efisiensi
mengunyah
berkurang,
glosodinia, daya
Sindrom rasa terbakar kecap hilang
Nyeri mulut,
glosodinia, odino
Kandidiasis fagia
Nyeri mulut,
Stomatitis kontak odinofagia
Kanker Ulkus trauma Nyeri mulut,
disfagia
Nyeri mulut,
disfagia
Gigi Palsu Kebersihan buruk Kepekaan
mengecap kurang
Stomatitis Nyeri mulut
Ulserasi Nyeri mulut
Wearing Efisiensi
mengunyah dan
kepekaan
pengecapan
berkurang
9
2.3 Pangan dan Gizi untuk Lansia
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air,
baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukan sebagai makanan
atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan,
bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses
penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau minuman
(Arisma, 2010).
Asupan pangan yang dibutuhkan oleh lansia harus sesuai dengan
angka kecukupan gizi sehingga mempengaruhi pula terhadap status gizi
lansia tersebut. Angka kecukupan gizi pada lansia tersebut. Angka
kecukupan gizi pada lansia berbeda antara satu dengan yang lainnya. Hal
ini sesuai dengan jenis kelamin, usia dan berat badan lansia.
Perhitungan kebutuhan gizi lansia.
Angka kecukupan kalori manula laki-laki : 2500 kalori/hari
Angka kecukupan gizi manula perempuan : 2200 kalori/hari
Tabel 4. Angka Kecukupan Gizi untuk Lansia
Zat Gizi Laki-laki (BB=62kg) Perempuan (BB=54kg)
Energi (kkal) 2050 1600
Protein (gr) 60 45
Vitamin A (RE) 600 500
Vitamin D (ug) 15 15
Vitamin E (mg) 15 15
Vitamin K (mg) 65 55
Thiamin (mg) 1,0 0,8
Riboflavin (mg) 1,3 1,1
Niasin (mg) 16 14
Vitamin B12 (mg) 2,4 2,4
Asam folat (ug) 400 400
Piridoksin (mg) 1,7 1,5
Vitamin C (mg) 90 75
Kalsium (mg) 800 800
10
Fosfor (mg) 600 600
Besi (mg) 13 12
Seng (mg) 13,4 9,8
Yodium (mg) 150 150
Selenium (mg) 30 30
11
protein yang baik diantaranya adalah pangan hewani dan kacang-
kacangan.
3. Lemak
Konsumsi lemak yang dianjurkan adalah 30% atau kurang dari
total kalori yang dibutuhkan. Konsumsi lemak total yang terlalu tinggi
(lebih dari 40% dari konsumsi energi) dapat menimbulkan penyakit
atherosclerosis (penyumbatan pembuluh darah ke jantung).
Dianjurkan pula 20% dari konsumsi lemak tersebut adalah asam
lemak tidak jenuh (PUFA = Poly Unsaturated Faty Acid). Minyak
nabati merupakan sumber asam lemak tidak jenuh yang baik,
sedangkan lemak hewan banyak mengandung asam lemak jenuh.
4. Karbohidrat dan Serat Makanan
Salah satu masalah yang banyak diderita para lansia adalah
sembelit atau konstipasi (susah BAB) dan terbentuknya benjolan-
benjolan pada usus. Serat makanan telah terbukti dapat
menyembuhkan kesulitan tersebut. Sumber serat yang baik bagi lansia
adalah sayuran, buah-buahan segar, dan biji-bijian utuh. Lansia tidak
dianjurkan mengonsumsi suplemen serat (yang dijual komersial),
karena dikuatirkan konsumsi seratnya terlalu banyak. Hal ini dapat
menyebabkan mineral dan zat gizi lain terserap oleh serat, sehingga
tidak dapat diserap tubuh. Lansia dianjurkan untuk mengurangi
konsumsi gula-gula sederhana dan menggantinya dengan karbohidrat
kompleks yang berasal dari kacang-kacangan dan biji-bijian yang
berfungsi sebagai sumber energi dan sumber serat.
5. Vitamin dan Mineral
Hasil penilitian menyimpulkan bahwa umumnya lansia kurang
mengonsumsi vitamin A, B1, B2, B6, niasin, asam folat, vitamiin C,D,
dan E. Secara umum, kekurangan ini terutama disebabkan dibatasinya
konsumsi makanan, khususnya buah-buahan dan sayuran, kekurangan
mineral yang paling banyak diderita lansia adalah kurang mineral
kalsium yang menyebabkan kerapuhan tulang dan kekurangan zat besi
yang dapat menyebabkan anemia. Kebutuhan vitamin dan mineral bagi
12
lansia menjadi penting untuk membantu metabolisme zat-zat gizi yang
lain. Sayuran dan buah hendaknya dikonsumsi secara teratur sebagai
sumber vitamin, mineral dan serat.
6. Air
Cairan berbentuk air dalam minuman dan makanan sangat
diperlukan tubuh untuk mengganti cairan yang hilang (dalam bentuk
keringat dan urine), membantu pencernaan makanan dan
membersihkan ginjal (membantu fungsi kerja ginjal). Pada lansia
dianjurkan minum lebih dari 6-8 gelas per hari.
13
tubuh
Kesulitan dalam Polifarmasi
bekerjasama
Kegemaran terhadap Insomnia
makanan
Takut pada keadaan Anoreksia
Pengeluaran urine tidak Berkurangnya daya otot
terkendali
Lingkungan yang tidak Aturan pola makan
menyenangkan
14
2. Gizi kurang
Gizi kurang disebabkan oleh masalah-masalah sosial ekonomi dan
karena gangguan penyakit. Apabila konsumsi kalori terlalu rendah dari
yang dibutuhkan, maka dapat menyebabkan berat badan kurang dari
normal. Apabila hal ini disertai dengan kekurangan protein, maka
dapat menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak dapat
diperbaiki, akibatnya terjadilah kerontokan rambut.
3. Kekurangan Vitamin
Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan berkurang, ditambah
dengan kekurangan protein dalam makanan, maka akibatnya nafsu
makan berkurang, penglihatan menurun, kulit kering, penampilan
menjadi lesu dan tidak bersemangat.
4. Kekurangan Kalori Protein
Lansia dengan riwayat pendapatan kurang, kurang bersosialisasi, hidup
sendirian, kehilangan pasangan hidup atau teman, kesulitan
mengunyah, pemasangan gigi palsu yang kurang tepat, sulit untuk
menyiapkan makanan, sering mengonsumsi obat-obatan yang
mengganggu nafsu makan, dan nafsu makan berkurang merupakan hal
yang harus diwaspadai. Hal ini harus dapat ditanggulangi karena
berpengaruh besar terhadap timbulnya kekurangan kalori protein yang
berakibat menjadi lebih mudah sakit dan tidak bersemangat.
5. Kekurangan Vitamin D
Biasanya terjadi pada lansia yang kurang mendapatkan paparan sinar
matahari, jarang atau tidak pernah minum susu, juga kurang
mengonsumsi vitamin D yang banyak terkandung pada ikan, hati, susu,
dan produk olahan lainnya.
6. Masalah Cairan pada Lansia
Masalah yang sering timbul pada lansia adalah masalah
kekurangan cairan tubuh. Hal ini berhubungan dengan berbagai
perubahan-perubahan yang dialami lansia, diantaranya adalah
peningkatan jumlah lemak pada lansia, penurunan fungsi ginjal untuk
memekatkan urine dan penurunan rasa haus.
15
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan pada lansia
adalah :
a. Berat badan/lemak tubuh cenderung meningkat dengan
bertambahnya usia, sedangkan sel-sel lemak sedikit mengandung
air, sehingga komposisi air dalam tubuh lansia kurang dari manusia
dewasa yang lebih muda atau anak-anak dan bayi.
b. Fungsi ginjal menurun dengan bertambahnya usia. Terjadi
penurunan kemampuan untuk memekatkan urine, menyebabkan
kehilangan air menjadi lebih tinggi.
c. Terdapat penurunan asam lambung yang dapat mempengaruhi
individu untuk mentoleransi makanan-makanan tertentu. Lansia
juga rentan terhadap konstipasi karena penurunan pergerakan usus,
makanan cairan yang terbatas, pantangan diet dan penurunan
aktifitas fisik dapat menunjang perkembangan konstipasi.
Penurunan laksatif yang berlebihan atau tidak tepat dapat mengarah
pada masalah diare.
d. Lansia mempunyai pusat haus yang kurang sensistif dan mungkin
memiliki masalah dalam mendapatkan cairan (misalnya gangguan
dalam berjalan) atau mengungkapkan keinginan untuk minum
seperti pada pasien yang terserang stroke.
16
Kelompok sayuran : bayam (1mangkok=1001gr)
Kelompok buah-buahan : pepaya (1potong=100gr) dan susu
(1gelas=100gr)
17
4. Membatasi konsumsi gula dan minuman yang banyak mengandung
gula
5. Menghindari konsumsi garam yang terlalu banyak, merokok dan
minuman beralkohol
6. Cukup banyak mengonsumsi makanan berserat (buah-buahan, sayuran
dan sereal) untuk menghindari sembelit/konstipasi
7. Minuman yang cukup
18
d. Penggunaan obat – obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan
darah, seperti obat penahan nafsu makan, pil kontrasepsi, obat-
obatan bebas (obat sakit kepala, flu, dan obat anti peradangan)
e. Stres
f. Kurangnya aktifitas fisik
g. Adanya penyakit tertentu, seperti diabetes, gout, dan gagal ginjal.
Jenis makanan yang diperbanyak untuk dikonsumsi oleh penderita
hipertensi adalah makanan yang kaya akan serat, seperti kacang hijau,
kacang merah, kacang tolo, kacang kedelai, tempe, tahu, sayuran
seperti buncis, bayam, kangkung, kacang panjang, tauge, labu siam,
wortel, oyong, serta buah-buahan seperti apel, jambu biji, pir, anggur.
Jenis konsumsi yang perlu dibatasi adalah, pemakaian garam,
makanan yang diawetkan dengan garam, seperti sosis, daging asap,
kornet, sarden cis, ikan asin, abon, ebi, pindakas, kecap, tauco, petis,
terasi, saus tomat, bumbu masak.
2. Diabetes
Diabetes melitus adalah kumpulan keadaan yang disebabkan oleh
kegagalan pengendalian gula darah. Kegagalan ini terjadi karena 2 hal,
yang pertama karena kondisi hormon insulin yang tidak memadai atau
tidak ada, kedua adalah resistensi insulin yang meningkat.
Gejala yang paling umum diderita oleh lansia penderita diabetes
antara lain seperti poliuria (banyak kencing), polidipsia (banyak
minum), polifagi (banyak makan), penglihatan menjadi kabur, berat
badan berkurang secara drastis meskipun jumlah makan meningkat,
timbul rasa pusing atau mual, dan sebagainya.
Jenis makanan yang dianjurkan untuk mencegah atau mengobati
diabetes diantaranya: apel, kayu manis, jeruk, ikan salmon, makanan
kaya serat, kacang-kacangan (seperti kacang panjang, kacang tanah,
dsb), teh hijau, bayam, pare, coklat, cuka, sumber karbohidrat (seperti
nasi beras merah, roti tawar, sagu, sereal, mie, kentang, gandum, ubi,
dan singkong), perbanyak konsumsi air putih, tapak dara, binahong,
19
sirih merah, gadung, mahkota dewa, lidah buaya, bawang merah,
bawang putih, kemangi, kacang buncis, dan lainnya.
3. Asam Urat
Asam urat merupakan sisa metabolisme zat purin yang berasal dari
makanan yang kita konsumsi. Ini juga merupakan efek samping dari
pemecahan sel dalam darah. Purin sendiri adalah zat yang terdapat
dalam setiap bahan makanan yang berasal dari tubuh makhluk hidup.
Dengan kata lain, dalam tubuh makhluk hidup terdapat zat purin ini,
lalu karena kita memakan makhluk hidup tersebut, maka zat purin
tersebut berpindah ke dalam tubuh kita.
Beberapa pola makan yang dianjurkan oleh para ahli bagi penderita
asam urat adalah sebagai berikut:
a. Hindari makanan yang kaya akan purin (mengandung 100-1000
mg purin/ gr bahan makanan) seperti: otak, hati, jantung, ginjal,
jeroan, paru, kaldu, bebek, angsa, sarden, kornet, makarel, remis,
kerang, udang rebon, alkohol, bir, tape, ragi, roti manis, durian,
serta makanan yang diawetkan.
b. Batasi makanan yang mengandung kadar purin sedang (50-100 mg
gr purin/ gr bahan makanan) seperti: daging sapi, ayam, ikan,
(maksimum 50-75 gr atau 1 potong/ hari), serta beberapa sayuran
seperti bayam, asparagus, kembang kol, brokoli, daun singkong,
kangkung, serta daun dan biji melinjo. Maksimum 100 gr atau 1
mangkok/ hari.
c. Bahan makanan yang mengandung kadar purin sedikit (0-50 mg
purin/ gr bahan makanan), bebas dikonsumsi seperti buah-buahan,
sayur tahu tempe, oncom, susu tanpa lemak, nasi, ubi, singkong,
jagung, roti, mie, bihun, tepung beras, cake, kue kering, puding,
susu, telur, minyak, dan gula. Buah dan sayur seperti wortel, sawi,
kemangi, seledri, mentimun, oyong, labu siam, dan kacang panjang.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menua (menjadi tua/aging)/ Lansia adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki atau mengganti dirinya, serta mempertahankan struktur dan
fungsi normalnya, sehinggga tidak dapat bertahan terhadap lesion/luka
(termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita
(Constantinides dalam Darmojo dan Martono, 2000). Hal tersebut
menyebabkan kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan makin
banyaknya penumpukan distorsi metabolik dan struktural yang disebut
sebagai penyakit degeneratif.
Kebutuhan gizi atau nutrisi yang harus dipenuhi oleh lansia yaitu kalori
(laki-laki sebanyak 1960 kal, sedangkan untuk wanita 1700 kal), protein,
lemak (yang dianjurkan adalah 30% atau kurang dari total kalori yang
dibutuhkan), karbohidrat dan serat makanan (sumber serat yang baik bagi
lansia adalah sayuran, buah-buahan segar, dan biji-bijian utuh), dan
vitamin dan mineral.
3.2 Saran
3.2.1 Perawat hendaknya melibatkan keluarga dalam melakukan
pemenuhan gizi bagi lansia..
3.2.2 Pendidikan kesehatan pada keluarga klien sangat dianjurkan untuk
meningkatkan pengetahuan keluarga tentang gizi dan nutrisi
khususnya bagi lansia.
3.2.3 Dalam melaksanakan tindakan keperawatan agar dapat dilakukan
dengan baik, selain disesuaikan dengan situasi dan kondisi,
diperlukan juga kerjasama dengan tim kesehatan yang lain.
21
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perubahan Psikologis pada Lansia
No Kemunduran dan Kelemahan
1 Pergerakan dan kestabilan terganggu
2 Intelektual terganggu (dementia)
3 Isolasi diri (diri)
4 Inkontinesia dan impotensia
5 Defisiensi imunologis
6 Infeksi, konstipasi malnutrisi
7 Latrogenesis dan insomnia
8 Kemunduran penglihatan, pendengar, pengecapan, pembauan,
komunikasi, integritas kulit
9 Kemunduran proses penyembuhan
22
kekuatan seperti kecenderungan melakukan
otot gerak untuk tidak aktifitas ringan
bergerak sehari-hari
Kardiovaskular Pemompaan Tekanan Menjaga pola
jantung diastolik dan makan ,mengons
berkurang sistolik umsi suplemen,
meningkat olahraga rutin
Pernapasan Diameter Penurunan Mengatur pola
anteroposterior fungsi paru, hidup sehat
paru membesar pernapasan Senam pernapasan
terganggu
Gigi Gigi dan gusi Tanggalnya Menjaga kebersihan
kerap terinfeksi, gigi, gigi
sekresi air ludah pengeringan
berkurang rongga mulut,
menurunkan
cita rasa
Hati Perubahan aliran Mengganggu Mengurangi
darah dan metabolisme konsumsi
aktivitas enzim dan penetralisir makanan atau
hepatik racun obat-obatan yang
dapat menggangu
fungsi hati
Ginjal Berkurangnya Nokturia Mengonsumsi
aliran darah renal meningkat, makanan yang
dan kerja ginjal metabolisme mudah dicerna
dalam proses berkurang
pencernaan
terganggu
Gastrausus Pergerakan kolon Sembelit Perbanyak
berkurang konsumsi serat
Saraf Reaksi terhadap Pelaksanaan Memperbaiki
23
rangsangan fungsi saraf massa untuk
lambat, memerlukan reaksi
Kinestesia waktu yang Kurangi
berkurang, lama, rangsangan
Gangguan kemampuan tertentu
pengecapan, berjalan Jalan santai
penglihatan dan berkurang, Berikan
pendengaran kehilangan rangsangan
indra secara terhadap selera
berangsur- makan
angsur Gunakan
kacamata,
kurangi silauan
darai cahaya,
gunakan alat
bantu
pendengaran,
jauhkan dari
suara yang bising
Saraf Pusat Fungsi otak Dementia Menjaga
berkurang, pola (ganguan daya kestabilan
tidur berubah ingatan), susah emosi/hindari
untuk tidur lelap depresi
Hindari konsumsi
kopi, alkohol
Hindari tidur
larut malam
24
Tabel 3. Keadaan dalam rongga mulut yang mengganggu proses makan
25
mengunyah
berkurang,
pengecapan tak
nyaman
Tulang Gigi Massa berkurang Efesiensi mengunyah
berkurang, sendi rahang
terganggu (resorpsi
tulang), gigi goyah dan
tanggal, tidak bisa
menggunakan gigi palsu
Sendi rahang Gangguan fungsi Nyeri sendi dan otot mulut
dan muka serta mulut,
rahang lecet dan
gerakannya terbatas,
trismus, efisiensi
mengunyah berkurang
Otot mulut dan Atrofi Efisiensi
muka mengunyah
berkurang,
kekuatan menggigit
dan muka
berkurang, disfagia,
Diskinesia mulut tak bisa pakai gigi
palsu
Efisiensi
mengunyah
berkurang, disfagi
Lidah Glositis Kemampuan
mengecap hilang
Glosodinia Nyeri mulut,
odinofagia
Lapisan mukosa Atrofi Efisiensi
26
mengunyah
berkurang,
glosodinia, daya
Sindrom rasa terbakar kecap hilang
Nyeri mulut,
glosodinia, odino
Kandidiasis fagia
Nyeri mulut,
Stomatitis kontak odinofagia
Kanker Ulkus trauma Nyeri mulut,
disfagia
Nyeri mulut,
disfagia
Gigi Palsu Kebersihan buruk Kepekaan
mengecap kurang
Stomatitis Nyeri mulut
Ulserasi Nyeri mulut
Wearing Efisiensi
mengunyah dan
kepekaan
pengecapan
berkurang
27
Thiamin (mg) 1,0 0,8
Riboflavin (mg) 1,3 1,1
Niasin (mg) 16 14
Vitamin B12 (mg) 2,4 2,4
Asam folat (ug) 400 400
Piridoksin (mg) 1,7 1,5
Vitamin C (mg) 90 75
Kalsium (mg) 800 800
Fosfor (mg) 600 600
Besi (mg) 13 12
Seng (mg) 13,4 9,8
Yodium (mg) 150 150
Selenium (mg) 30 30
28
Penganiayaan orang tua Alkoholisme
Kurangnya perhatian Kesehatan mulut
Kebudayaan Perubahan kerangka
tubuh
Kesulitan dalam polifarmasi
bekerjasama
Kegemaran terhadap Insomnia
makanan
Takut pada keadaan Anoreksia
Pengeluaran urine tidak Berkurangnya daya otot
terkendali
Lingkungan yang tidak Aturan pola makan
menyenangkan
29
selada
Susu Susu: susu sapi, susu kambing, susu kerbau, susu
kedelai, skim
30
DAFTAR PUSTAKA
31