Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1. Tujuan Percobaan
Menentukan jarak fokus lensa cembung (konvergen) dan cekung (divergen) serta sifat bayangan
2. Alat-alat Percobaan
a. Bangku optik yang berbentuk rel berskala dengan tiang statif tempat lensa, benda, cermin, dan
tabir (layar)
b. Lensa cembung dan cekung
c. Tabir, cermin, benda berbentuk panah, dan penggaris berskala
d. Lampu proyektor sebagai sumber cahaya
3. Teori Dasar
3-1. Rumus Gauss
Benda nyata yang terletak didepan lensa konvergen dapat membentuk bayangan nyata dibelakang
lensa. Bayangan ini dapat ditangkap oleh tabir dibelakang lensa sehingga dapat terlihat. Secara
sederhana pembentukan bayangan tersebut diperhatika pada gambar 1.
Gambar 1. Diagram pembentukan bayangan oleh lensa konvergen. f = titik fokus, O = pusat
sumbu optik lensa.
(1)
Persamaan ini berlaku umum dengan ketentuan
f = jarak titik fokus lensa, bertanda (+) untuk lensa konvergen dan (-) untuk divergen
v = jarak benda terhadap pusat sumbu optik lensa, bertanda (+) untuk benda nyata dan (-)
untuk benda maya
b = jarak bayangan terhadap pusat sumbu optik lensa, bertnda (=) untuk bayangan nyata dan
(-) untuk bayangan maya
1
Bayangan nyata terletak dibelakang lensa dan dapat ditangkap oleh tabir sementara benda maya
terletak di depan lensa dan tidak ditangkap oleh tabir. Selanjutnya benda maya terletak dibelakang
lensa dan biasanya dihasilkan oleh bayangan komponen optik lainnnya (lensa dan cermin)
Disamping itu perbesaran yang didefinisikan sebagai perbandingan besar bayangan terhadap objek
dapat diperoleh dari persamaan
𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑦𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏
M= 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎
=- 𝑣
(2)
Munculnya tanda negatif hanya karna keinginan agar jika m positif untuk bayangan tegak dan
negatif untuk bayangan terbalik. Jika dihilangkan tanda negatif dari rumus (2) maka perjanjiannnya
akan terblik.
Jika jarak antara benda dan tabir dibuat teteap dan lebih besar dari 4f maka terdapat dua kedudukan
lensa positif yang akan menghasilkan bayangan tajam diperkecil dan diperbesar pada tabir, lihat
gambar 2.
Gambar 2. Kedudukan lensa positif yang membentuk bayangan tajam pada tabir
Pada gambar tersebut, posisi-b dan posisi-k masing-masing menyatakan posisi lensa yang
menghasilkan bayangan tajam diperbesar dan diperkecil, sedangkan
d = jarak antara dua kedudukan lensa yang menghasilkan bayangan tajam yang diperbesar
dan diperkecil
2
𝑏𝑘 = jarak bayangan ke lensa yang menghasilkan bayangan diperkecil
d = 𝑣𝑘 - 𝑣𝑏 (3a)
= 𝑏𝑏 - 𝑏𝑘 (3b)
= 𝑏𝑏 – 𝑣𝑏 (3c)
𝒶+ 𝒹
𝑏𝑏 = 2
(4)
Substitusi persamaan (4) ke persamaan (1) mnghasilkan
2
𝒶2 − 𝒹
f = 4𝒶
(5)
Perhatikan bahwa 𝒶 dan d selalu positif
Gambar 3. Menentukan panjang fokus lensa (+) dengan bantuan cermin datar
Oleh lensa, berkas sinar yang berasal dari benda akan dibiaskan dalam berkas sejajar sehingga
terbentuk bayangan ditempat tak terhingga. Selanjutnyaoleh cermin datar berkas ini akan
dipantulkan dan kemudian dibiaskan kembali oleh lensa sehinga terbentuk bayangan sama besar
pada bidang fokus/benda.
3
Untuk tujuan tertentu sering digunakan gabungan beberapa lensa. Dalam analisis pembentukan
bayangan lensa gabungan ini dapat dibayangkan seolah-olah menjadi sebuah lensa dengan jarak
fokus 𝑓𝑔 . Untuk gabngan dua lensa 𝑓𝑔 dirumuskan sebagai
1 1 1 1
𝑓𝑔
=𝑓 +𝑓 -𝑓𝑓
1 2 1 2
(6)
(7)
Lensa negatif akan selalu membentuk bayangan maya dari benda nyata tetapi dari benda maya
dapat dibentuk bayangan nyata. Atas dasar ini maka diperlukan bantuan lensa positif dengan
susunan seperti gambar berikut.
G a m b a r 4 . P e m b e n t u k a n b a y a n g a n o l e h g a b u n g a n l e n s a k o n v e r g e n d a n divergen
O- adalah bayangan nyata yang dibentuk oleh lensa positif dan bayangan ini menjadi
objek/ benda maya lensa divergen (-). B- adalah nyata yang dibentuk lensa divergen dari benda O-
4. Jalannya Percobaan
4-1. Menentukan Jarak Focus Lensa Kovergen
4
Merujuk pada teori di atas maka penentuan jarak focus lensa kovergen dapat dilakukan dengan
tiga cara, yaitu Bessel, Gauss, dan berbantuan cermin datar.
1. Ambil benda berbentuk panah dan ukur tingginya sebanyak 5 kali. isikan pada tabel
data.
2. ambil tabir dan lensa konvergen yang akan diukur jarak focusnya.
3. letakkan benda, lensa, dan tabir rel optik sehingga terbentuk susunan seperti gambar 1.
4. atur posisi benda, lensa, tabir sehingga terbentuk bayangan tajam diperkecil.
5. ukurlah v,b,tinggi bayangan h', dan posisi bayangan apakah tegak atau terbalik.
Isikan hasil ini pada tabel data.
6. Geser lensa mendekati benda sejarak 2cm dan atur posisi tabir sehingga terbentuk
bayangan tajam. Lakukan pengukuran seperti langkah 5.
7. ulangi langkah 6 terus menurus selama masih mungkin.
4-1-B. Cara Bassel
1. Ukurlah tinggi benda yang terbentuk anak panah dan catat hasilnya. ulangi pengukuran
ini sampai 5 kali.
2. tempatkan benda di depan lampu sorot.
3. tempatkan tabir sejarak sekitar 100 cm di belakang benda.
4. tempatkan lensa yang akan diukur jarak focusnya diantara lensa dan tabir
susunan posisi benda, lensa dan tabir akan seperti gambar 2.
5. Geser-geser lensa untuk melihat sekilas apakah terbentuk bayangan tajam diperbesar
dan diperkecil. jika tidak terjadi anda mungkin perlu menaikan/menurunkan posisi
lensa dan benda agar sinar dari benda tepat jatuh pada lensa atau menggeser posisi tabir.
6. jika langkah 5 berhasil, maka aturlah posisi lensa secara halus untuk medapatkan
bayangan tajam diperbesar dan diperkecil.
7. catat kedua posisi lensa (vb dan bk), tinggi bayangan dan catat apakah bayangan
terbalik atau tegak.
8. isikan hasil pengukuran ini pada tabel data.
9. ulangi langkah 6 dan 7 sampai 5 kali. pada setiap pengulangan posisi lensa harus
digeser-geser.
4-1-C. Dengan bantuan Cermin datar
1. tempatkan benda, lensa (+) dan tabir sehingga terbentuk susunan seperti gambar 3.
2. geserlah posisi benda sehinga pada bidang benda terbentuk bayangan yang sama besar
dengan benda
3. catat jarak benda ke lensa (lihat tabel data)
4. ulangi percobaan ini sampai 5 kali.
4-2. Menentukan Jarak Fokus Lensa Divergen
1. ambil lensa konvergen dan lensa divergen yang akan ditentukan jarak focusnya
2. tempatkan benda, lensa kovergen, dan tabir di belakang lensa
3. aturlah posisi lensa dan tabir sehingga terbentuk bayangan tajam pada tabir.
4. catat posisi benda, lensa, dan tabir
5. letakkan lensa divergen di antara tabir dan lensa kovergen. perhatikan bayangan pada tabir
akan kabur atau hilang.
6. atur posisi lensa divergen dan tabir sehingga terbentuk bayangan tajam.
7. catat posisi lensa divergen dan tabir
5
8. berdasarkan data posisi ini maka hitunglah v+, b+, d, b+, dan b- dan hasilnya diisikan pada
tabel data. variabel d adalah jarak antara lensa kovergen dan divergen.
9. ulangi percobaan di atas sebanyak sampai 5 kali.
Berdasarkan data percobaan, hitung jarak focus lensa dengan persamaan (5).
Berdasarkan data jarak benda, anda langsung mendapatkan jarak focus, f=v. buat table
ringkasan hasil perhitungan jarak focus kekuatan lensa (dalam Dioptri) dari ketiga cara di atas.
Beri catatan/ulasan mengapa terjadi perbedaan hasil dari ketiga cara di atas.
f[cm]
6. Hasil Percobaan
1. Menentukan jarak focus lensa konvergen
a. Cara gauss
Tinggi benda h = 4,5 cm
Mt = M = - f
No. v (cm) b (cm) h’ (cm) Tegak/terbalik
h’/h b/v
1 35,5 49,5 5 Terbalik 1,1 -1,39 20,67
2 30 66 7,5 Terbalik 1,6 -2,2 20,62
3 33 56 6 Terbalik 1,3 -1,69 20,76
4 34 52 3,5 Terbalik 1,4 -1,53 20,56
5 37 47 3 Terbalik 1,2 -1,27 20,70
Kesimpulan:
Percobaan lensa konvergen dengan cara gauss, didapat hasil percobaan sesuai dengan sifat dari
lensa konvergen. Yaitu didapat bayangan yang nyata, terbalik dan diperbesar.
6
b. Cara Bessel c. Dengan cermin datar
No v (cm) f (cm)
a (cm) vb (cm) vk (cm) D f (cm)
.
1 96 30 63,5 33,5 21,07 10 10
2 96 29 64 35 20,80 20 20
3 116 26 86 60 21,2 10 10
4 86 33 52 19 20,4 10 10
5 91 31 59 28 20,59 20 20
Kesimpulan :
Pada percobaan lensa konvergen dengan cara Bessel, pada kedua a (jarak tabir dan
benda), 100 cm dan 90 cm, didapatkan dua jenis bayangan yaitu bayangan besar dan kecil
dengan jarak vb dan vk berbeda. Semakin jauh lensa digeser ke arah tabir maka akan semakin
kecil bayangan yang didapat, kemudian sebaliknya.
Pada percobaan lensa konvergen dengan cermin datar. Didapatkan v=f, karena sifat
cermin datar memantulkan bayangan yang tegak, bayangan yang dihasilkan sama besar dengan
benda, jarak benda sama dengan jarak bayangan, serta bayangan dihasilkan merupakan
bayangan semu karena berupa hasil pantulan.
d. Lensa divergen
No. v+ (cm) b+ (cm) v- (cm) d (cm) b- (cm) f- (cm)
1 29 76 5 71 10 3,3
Kesimpulan :
Pada percobaan lensa divergen seharusnya didapatkan focus lensa divergen negative (-), karena
lensa divergen bersifat menyebarkan cahaya. Kemungkinan kami kurang teliti dalam
penghitungan sehingga tidak sesuai dengan teori
7
SISTEM SENSORIK
I. TUJUAN
1. Membedakan perasaan subjektif panas dan dingin
2. Menetapkan adanya titik-titik panas, dingin, tekan dan nyeri dikulit.
3. Memriksa daya menentukan tempat rangsangan taktil (lokalisasi taktil).
4. Memeriksa daya membedakan dua titik tekan (diskriminasi taktil) pada perangsangan serentak
(simultan) dan perangsangan berurutan (suksetif).
5. Menentukan adanya perasaan iringan dan menerangkan mekanisme terjadinya (afterimage).
6. Memeriksa daya membedakan berbagai sifat benda:
a. Kekerasan permukaan
b. Bentuk
c. Bahan pakaian
7. Memriksa daya menetukan sikap anggota tubuh.
8. Mengukur waktu reaksi.
9. Menyebutkan faktor-faktor sikap anggota tubuh.
8
VII.2. Apakah ada perbedaan antara ke 3 hasil akhir tindakan pada sub 4,5 dan 6 apa sebabnya
?
C. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
o.p.: Muthia
a. Tangan kanan suhu 200 C: o.p merasakan tangannya dingin
b. Tangan kiri suhu 400C: o.p merasakan tangannya panas
c. Tangan kanan dan kiri 300C:
Kanan : dingin menjadi panas
Kiri : panas menjadi dingin
Pengeringan:
Peniupan tangan kurang lebih 10 detik pertama (butuh waktu 1 menit 7 detik)
Peniupan tanga kurang lebih 10 detik kedua, setelah tangan direndam kembali ( butuh
waktu 1 menit 13 detik)
Diolesi dengan alcohol (butuh waktu 25 detik dan merasakan dingin)
D. Menjawab Pertanyaan
Apakah ada perbedaan antara ke 3 hasil akhir tindakan pada sub 4,5 dan 6 apa sebabnya ?
Jawab:
tangan kanan kering di pegang masih terasa lembab
tangan kiri benar-benar kering saat dipegang
Sebab: eter/alkohol lebih cepat menguap saat terkena udara luar
E. Kesimpulan
Kulit memiliki fungsi sebagai mekanoreseptor, thermoreseptor, kemoreseptor, perpindahan kalor
(mengambil kalor) sehingga tangan tampak seolah-olah berpindah rasa dingin menjadi panas dan
sebaliknya. Sedangkan pada proses pengeringan, proses yang kedua lebih cepat dibandingkan yang
pertama dan dengan alcohol lebih cepat kering dibandingkan yang kedua.
9
disebabkan oleh asam, panas, luka yang dalam. Rangsangan pada dendrite di nosiseptor
menimbulkan depolarisasi, bila segmen akson mencapai batas ambang dan terjadi potensial
aksi di susunan saraf pusat
b. Thermoreseptor
Temperatur reseptor/ thermoreseptor merupakan free nerve ending yang terletak pada dermis,
otot skeletal, liver, hipotalamus. Reseptor dingin tiga/ empat kali lebih banyak daripada reseptor
panas. Tidak ada strukur yang membedakan reseptor dingin dan panas.
Sensasi temperature diteruskan pada jalur yang sama dengan sensasi nyeri. Mereka dikirim ke
formation retikularis, thalamus dan korteks primer sensoris. Thermoreseptor merupakan phasic
reseptor, aktif bila temperature berubah, tetapi cepat beradaptasi menjadi temperature yang
stabil.
c. Mechanoreseptor
Mechanoreseptor sangat sensitif terhadap rangsangan yang terjadi pada membrane sel.
Membran sel memiliki regulasi mekanis ion channel dimana bias terbuka ataupun tertutup bila
ada respon terhadap tegangan, tekanan dan yang bias menimbulkan kelainan pada membrane.
Terdapat tiga jenis mechanoreseptor antara lain:
- Tactile reseptor memberikan sensasi sentuhan, tekanan dan getaran. Sensasi sentuhan
memberikan inforamsi tentang bentuk atau tekstur, dimana tekanan memberikan sensasi
derajat kelainan mekanis. Sensasi getaran memberikan sensasi denyutan/ debaran.
- Baroreseptor untuk mendeteksi adanya perubahan tekanan pada dinding pembuluh darah
dan pada tractus digestivus, urinarius dan system reproduksi.
- Proprioseptor untuk memonitor posisi sendi dan otot, hal ini merupakan struktur dan fungsi
yang kompleks pada reseptor sensoris.
d. Chemoreseptor
Spesialisasi pada neuron chemoreseptor dapat dideteksi dengan perubahan kecil dari
konsentrasi kimia. Umumnya chemoreseptor berespon terhadap substansi water-soluble dan
lipid soluble yang larut dalam cairan.
Chemoreseptor tidak mengirim informasi pada korteks primer sensoris, jadi kita tidak tahu
adanya sensai yang diberikan kepada reseptor tersebut. Saat informasi datang lalu diteruskan
menuju batang otak yang merupakan pusat otonomik yang mengatur pusat respirasi dan fungsi
cardiovascular
Reflek mempunyai waktu reaksi yang terukur, waktu yang dibutuhkan dari saat perangsangan
sampai timbulnya respon tersebut disebut waktu refelks. Respon dari aksi reflex yang sederhana
akan lebih cepat ketimbang respons dari aksi reflex yang kompleks. Waktu reaksi dipengaruhi oleh
intensitas rangsangan dan kompleksitas aksi reflex. Pada umumnya makin kuat intensitas
rangsangan maka waktu reaksi makin pendek sedangkan makin komleks aksi reflex maka waktu
reaksi makin lama.
B. Tata Kerja
1. Letakkan punggung tangan kanan diatas sehelai kertas dan tarik garis pada pinggir tangan dan
jari-jari sehingga terdapat lukisan tangan
2. Gambarkan ditelapak tangan suatu daerah 3 x 3 cm dan gambarkan pula dilukisan tangan pada
kertas
3. Tutup mata o.p dan letakkan punggung tangan kanannya santai di meja
4. Selidiki secara teratur menurut garis-garis sejajar titik-titik yang memberikan kesan panas yang
jelas pada telapak tangan tersebut dengan menggunakan kerucut kuningan yang telah dipanasi.
Cara memanasi kerucut kuningan yaitu dengan menempatkannya dalam bejana berisi kikiran
kuningan yang di rendam dalam airpanas bersuhu 500 C. tandai titik-titik panas yang diperoleh
dengan tinta
10
5. Ulangi penyelidikan yang serupa pada sub 4 dengan kerucut kuningan yang telah didinginkan
dgn cara menempatkandi dalam bejana air es
6. Selidiki pula menurut cara diatas titik-titik yang memberikan kesan tekan dengan menggunakan
estesioner rambut Frey dan titik-titik yang memberikan kesan nyeri dengan jarum
7. Gambar dengan symbol yang berbeda semua titik yang diperoleh pada lukisan tangan di kertas
VII.3. Menurut teori, kesan apakah yang diperoleh bila titik dingin dirangsang oleh benda
panas? Bagaimana keterangannya ?
C. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
o.p.: Nur Aini
Pada daerah 1 titik saja yang terdapat rangsang dingin, panas dan nyeri bersamaan
Rangsang dingin di 5 titik
Rangsang panas di satu titik
Rangsang nyeri di lima titik
D. Menjawab Pertanyaan
Menurut teori, kesan apakah yang diperoleh bila titik dingin dirangsang oleh benda panas?
Bagaimana keterangannya ?
Jawab:
Perubahan suhu tubuh dikedua arah mengubah aktivitas sel-peningkatan suhu mempercepat reaksi-
reaksi kimia sel, sedangkan penurunan suhu memperlambat reaksi-reaksi tersebut. Karena fungsi
sel sensitif terhadap fluktuasi suhu internal maka manusia secara homeostasis mempertahankan
11
suhu tubuh pada tingkat yang optimal agar metabolisma sel berlangsung stabil. Panas berlebihan
berakibat lebih serius darpada pendinginan. Bahkan peningkatan moderat suhu tubuh mulai
menyebabkan malfungsi syaraf dan denaturasi protein ireversibel.
E. Kesimpulan
Titik panas,dingin,tekan dan nyeri berbeda pada tiap tempat di kulit
12
3. Ujung jari dan daerah-daerah lainnya yang mengandung banyak sekali badan meissner biasanya
juga mengandung reseptor taktil yang ujung nya meluas,yang salah satu jenis nya diskus
Merkel. Berperan penting dalam melokalisasi sensasi raba di daerah permukaan tubuh yang
spesifik dan menentukan bentuk apa yang dirasakan.
4. Pergerakkan sedikit saja pada setiap rambut tubuh akan merangsang serabut saraf yang pangkal
nya melilit.jadi setiap rambut, dan bagian dasar serabut saraf yang disebut organ ujung rambut.
Reseptor ini dapat mendeteksi, pergerakkan objek pada permukaan tubuh atau kontak awal
dengan tubuh.
5. Ruffini reseptor ini berguna untuk menjalarkan sinyal perubahan bentuk jaringan yang terus-
menerus, missal nya sinyal raba dan tekan yang besar dan berkepanjangan.
6. Badan paccini . reseptor ini hanya dapat dirangang oleh penekkanan local jaringan yang cepat
karena reseptor ini beradaptasi dalam waktu sepersekian detik.
B. Tata Kerja
1. Tutup mata orang percobaan dan tekankan ujung pensil pada suatu titik di kulit ujung jari nya.
2. Suruh sekarang orang percobaan melokalisasi tempat yang baru d rangsang tadi dengan ujung
sebuah pensil pula.
3. Tetapkan jarak antara titik rangsang dang titik yang d tunjuk.
4. Ulangi percobaaan ini sampai 5 kali dan tentukan jarak rata-rata untuk kulit ujung jari,telapak
tangan,lengan bawah,lengan atas dan tengkuk.
VII.4. Apakah kemampuan lokalisasi taktil seseorang sama besarnya untuk seluruh bagian
tubuh?
VII.5. Apakah istilah kemampuan seseorang untuk menentukan tempat rangsang taktil?
Jika kurang dari 5 cm maka hasilnya adalah baik, dan jika lebih dari 5 cm maka hasilnya adalah
tidak baik pada syaraf perabanya.
TPL (Two Point Localization) lebih peka pada bagian yang menonjol, seperti hidung, mata,
bibir, dan lain-lain; merupakan suatu system yang bersifat menyebar dan melingkar
Waktu mempengaruhi sehingga ada penyebaran sensasi.
D. Menjawab Pertanyaan
VII.4.Apakah kemampuan lokalisasi taktil seseorang sama besarnya untuk seluruh bagian tubuh?
Jawab: kemampuan lokalisasi taktil tidak sama besarnya di seluruh bagian tubuh, reseptor
taktil yang berbeda memiliki kepekaan dan kecepatan mengirim impuls yang berbeda pula.
13
E. Kesimpulan
Kemampuan lokalisasi taktil seseorang tidak sama besar pada seluruh bagian tubuh.
14
Bagian yang terbesar ambang diskriminasi taktilnya yakni bibir bawah dan bibir atas. Yang terkecil
di pipi. Ini membuktikan bahwa sentuhan dua titik di bibir atas dan bawah sulit dibedakan, karena
reseptor peraba lebih banyak namun lapang reseptif kecil di ujung jari atau bibir.
D. Menjawab Pertanyaan:
Bagaimana caranya saudara mengatahui bahwa jarak antar kedua ujung jangka dibawah ambang
diskriminasi taktil?
Jawab:
Dengan bertanya ke OP apakah ia bisa membedakan sentuhan yang terasa satu atau dua titik, jika
terasa dua titik dimana sebelumnya ia merasa satu, maka itu ambang diskriminsi taktilnya.
Apabila kedua titik menyentuh lapangan reseptif yang sama, keduanya akan dirasakan sebagai satu
titik. Seseorang dapat menentukan jarak minimal sebagai 2 titik yang terpisah dan bukan menjadi
satu yang mencerminkan dari ukuran lapangan reseptif di daerah tersebut. Ambang 2 titik berkisar
antara 2mm di ujung jari. Bila di kulit betis terangsang 48mm.
E. Kesimpulan
Apabila kedua titik menyentuh lapangan reseptif yang sama, keduanya akan dirasakan sebagai satu
titik
D. Menjawab Pertanyaan
Bagaimana mekanisme terjadinya perasaan iringan?
Jawab:
Adanya adaptasi reseptor terhadap rangsangan benda yang dihasilkan melalui tekanan, getaran
dan sifat sifat fisik benda, mengakibatkan kita terbiasa dalam memakai benda tersebut. sehingga
15
pada saat mencopot benda, reseptor-reseptor tersebut memperlihatkan suatu “off reseptor” dan
adanya sirkuit reverberasi atau sirkuit bolak balik menyebabkan kita menyadari bahwa benda telah
di copot. Mekanisme adaptasi ini dilakukan oleh badan paccini.
Perasaan iringan terjadi karena adanya impuls yang terus beredar dalam lingkaran rantai neuron
daerah yang terangsang, walaupun stimulus sudah tidak ada lagi.
E. Kesimpulan
Adanya adaptasi reseptor terhadap rangsangan benda yang dihasilkan melalui tekanan, getaran dan
sifat-sifat fisik benda,mengakibatkan kita terbiasa dalam memakai benda tersebut.
D. Menjawab Pertanyaan:
Bila orang percobaan membuat kesalahan dalam membedakan sifat benda (ukuran, bentuk, berat,
permukaan), apa kelainan neurologis yang di deritanya?
Jawab:
Terjadi lesi pada lobus parietal yang tidak dominan.gangguannya disebut “agnosia”.jika pasien
mempunyai daya visus normal dan tidak dapat mengenali benda itu,disebut “agnosia visual”.jika
ketidakmampuan seorang pasien mengenali sebuah benda dengan palpasi tanpa adanya gangguan
sensorik di sebut “agnosia taktil”
16
Bentuk : Asterogsia (agnosia aktif)
Berat : Baragnosia
E. Kesimpulan
Kemampuan dapat membedakan berbagai sifat benda menunjukkan bahwa sifat sensoris baik
17
b. Saraf Tepi:
Sistem saraf tepi terdiri dari saraf-saraf yang berada di luar system saraf pusat (otak dan
sumsum ulang belakang). Artinya system saraf tepi merupakan saraf yang menyebar pada
seluruh bagian tubuh yang melayani organ-organ tubh tertentu, sepeti kulit, persendian,
otot, kelenjar, saluran darah dan lain-lain.
2. Susunan saraf tak sadar.
a. Susunan saraf simpatis
b. Susunan saraf parasimpatis
Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang terjadi tanpa disadari
yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari reseptor, ke
saraf sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian hasil olahan oleh
otak, berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh
efektor.
B. Tata Kerja
1. Suruh orang percobaan duduk dan tutup matanya
2. Pegang dan gerakkan secara pasif lengan bawah orang percobaan kedekat kepalanya, ke dekat
dadanya, ke dekat lututnya dan akhirnya gantungkan di sisi badannya.
3. Tanyakan setiap kali sikap dan lokasi lengan orang percobaan
4. Suruh orang percobaan dengan telunjuknya menyentuh telinga, hidung dan dahinya dengan
perlahan-lahan setelah setiap kali mengangkat lurus lengannya
5. Perhatikan apakah ada kesalahan.
VII.9. Bila orang percobaan membuat kesalahan dalam melokalisasi tempat-tempat yang
diminta, apa nama neurologis yang dideritanya?
C. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
o.p.: Sri maryana
Dari hasil percobaan, o.p dapat meniru atau mensinkronkan gerakan asisten dengan tangannya:
1. Telinga
2. Mulut dan hidung
3. Alis, mata, dan hidung
4. Kuping
Jadi, o.p singkron melakukan gerakan antara subjek dan asisten.
Gerak adalah suatu tanggapan tehadap rangsangan baik itu dari dalam tubuh maupun dari luar
tubuh. Gerak merupakan pola koordinasi yang sangat sederhana untuk menjelaskan penghantaran
impuls oleh saraf. Seluruh mekanisme gerak yang terjadi di tubuh kita tak lepas dari peranan system
saraf. Sistem saraf ini tersusun atas jaringan saraf yang di dalamnya terdapat sel-sel saraf atau
neuron.
18
terjadilah respon/tanggapan. Pasien dapat melakukan gerakan yang diperintah oleh pemeriksa
dengan benar. Pasien normal dan tidak mengalami gangguan neurologis.
D. Menjawab Pertanyaan
Bila orang percobaan membuat kesalahan dalam melokalisasi tempat-tempat yang diminta, apa
nama neurologis yang dideritanya?
Jawab:
Dysdiadochokinesis
E. Kesimpulan
Jika tafsiran sikap benar, maka daya menentukan sikap anggota tubuh baik.
Oleh karena itu, perlu adanya pengkajian lebih lanjut tentang waktu reaksi dalam hubungannya
dengan aktivitas kerja. Waktu reaksi menjadi hal yang sangat penting dan signifikan dalam
pengukuran performansi kerja. Dalam praktikum ini, akan diteliti bagaimana perbandingan waktu
reaksi sederhana sebelum dan sesudah melakukan aktivitas fisik.
Waktu reaksi merupakan interval waktu yang diperlukan seseorang untuk memberikan reaksi
terhadap sinyal atau rangsangan yang muncul ketika seseorang memberikan respon tentang sesuatu
yang didengar, dilihat, atau dirasakan. Ada berbagai macam eksperimen waktu reaksi:
1. Arousal
19
Arousal atau state of attention, dalam hal ini didalamnya termasuk tekanan darah. Waktu reaksi
akan menjadi cepat bila tekanan darah ada di level tengah (dalam keadaan normal), dan akan
melambat bila praktikan terlalu santai atau terlalu tegang
2. Usia
Waktu reaksi menjadi berkurang mulai usia bayi hingga akhir 20-an, bertambah pada usia 50-
60 tahun, lalu melambat pada usia 70 tahun keatas. Penurunan waktu reaksi pada orang dewasa
mungkin disebabkan karena orang dewasa lebih hati-hati merespon sebuah stimulus. Orang
dewasa juga cenderung mencurahkan pikirannya pada satu stimulus dan mengabaikan stimulus
yang lainnya.
3. Jenis kelamin
Biasanya laki-laki memiliki waktu reaksi yang lebih cepat daripada wanita.
7. Kelelahan
Waktu reaksi akan melambat bila subyek sedang mengalami kelelahan.
8. Gangguan
Adanya gangguan pada saat stimulus diberikan dapat meningkatkan waktu reaksi.
10. Alkohol
Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menurunkan waktu reaksi.
B. Tata Kerja
1. Suruh orang percobaan duduk dan meletakkan lengan bawah dan tangannya di tepi meja dengan
ibu jari dan telunjuk berjarak 1 cm siap menjepit
20
2. Pemeriksa memegang mistar pengukur waktu reaksi pada titik hitam dengan menempatkan
garis tebal diantara dan setinggi ibu jari dan telunjuk orang percobaan tanpa menyentuh jari-
jari orang percobaan
3. Dengan tiba-tiba pemeriksa melepaskan mistar tersebut dan orang percobaan harus mengangkat
selekas-lekasnya. Ulangi percobaan ini sebanyak 5 kali
4. Tetapkan waktu reaksi orang percobaan (rata-rata dari ke 5 hasil yang diperoleh)
C. Hasil Pengamatan
o.p.: Siti Rohaeni
NO. Waktu Reaksi
I. 0,28
II. 0,25
III. 0,19
IV. 0,25
V. 0,26
(rata-rata) 0,246
Dari hasil percobaan, didapatkan kesimpulan bahwa waktu reaksi o.p normal. Karena masih di
bawah rata-rata waktu reaksi manusia yang normal yaitu 0,5 s.
D. Menjawab Pertanyaan
Apa yang menentukan waktu reaksi seseorang ?
Jawab:
Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu reaksi seseorang adalah : usia, jenis kelamin, suhu tubuh,
kesiapan bertindak, indera penerima rangsang yang terlibat, dan banyaknya reseptor yang distimuli.
E. Kesimpulan
Waktu reaksi seseorang dtentukan oleh kecepatan dan ketanggapannya
21
PENGLIHATAN I: Uji Visus dan Buta Warna
I. Tujuan percobaan
Untuk mengetahui ketajaman penglihatan
𝟑.𝟓
Mata kiri: V =
𝟏𝟓
Cara baca rumus adalah dengan jarak 3.5 m subjek bisa melihat sampai dengan skala 15.
Penglihatan normal disebut emetropi. Bila benda yang dilihat jatuh di depan fovea sentralis
disebut rabun jauh (myopi) dan dapat diatasi dengan lensa cekung (negatif), bila benda yang dilihat
jatuh di belakang fovea sentralis disebut rabun dekat (hypermetropi), dapat diatasi dengan lensa
cembung (positif)
Untuk dapat melihat benda stimulus berupa cahaya harus jatuh di reseptor (penerima) yang
selanjutnya di teruskan ke pusat penglihatan (fovea sentralis) dan diperlukan ketajaman (visus)
penglihatan. Visus sangat dipengaruhi sifat fisis mata (aberasi mata = kegagalan sinar untuk
berkonvergensi/bertemu di titik identik), besarnya pupil, komposisi cahaya, mekanisme akomodasi,
elastisitas otot, faktor stimulus (warna yang kontras, besar kecilnya stimulus, durasi, intensitas
cahaya, serta faktor retina (semakin kecil dan rapat sel kerucut), maka semakin kecil minimum
separabel (separable minimum)
Bila seseorang mengalami rabun jauh dan juga rabun dekat secara bersamaan disebut
astigmatisma maka dapat diperbaiki dengan kacamata jenis silindaris yang berfungsi untuk
mengatasi kedua rabun tersebut, tetapi bila elastisitas lensa kristalina menurun karena usia dan
pengapuran menyebabkan presbyopia. Pengapuran ini dapat terjadi buramnya/kaburnya
penglihatan yang disebut sebagai katarak.
Visus adalah sebuah ukuran kuantitatif suatu kemampuan untuk mengidentifikasi simbol-
simbol berwarna hitam dengan latar belakang putih dengan jarak yang telah distandardisasi serta
ukuran dari simbol yang bervariasi. Ini adalah pengukuran fungsi visual yang tersering digunakan
dalam klinik. Istilah “visus 20/20” adalah suatu bilangan yang menyatakan jarak dalam satuan kaki
yang mana seseorang dapat membedakan sepasang benda. Satuan lain dalam meter dinyatakan
sebagai visus 6/6. Dua puluh kaki dianggap sebagai tak terhingga dalam perspektif optikal
(perbedaan dalam kekuatan optis yang dibutuhkan untuk memfokuskan jarak 20 kaki terhadap tak
terhingga hanya 0.164 dioptri). Untuk alasan tersebut, visus 20/20 dapat dianggap sebagai performa
nominal untuk jarak penglihatan manusia; visus 20/40 dapat dianggap separuh dari tajam
penglihatan jauh dan visus 20/10 adalah tajam penglihatan dua kali normal.
22
Untuk menghasilkan detail penglihatan, sistem optik mata harus memproyeksikan gambaran
yang fokus pada fovea, sebuah daerah di dalam makula yang memiliki densitas tertinggi akan
fotoreseptor konus/kerucut sehingga memiliki resolusi tertinggi dan penglihatan warna terbaik.
Ketajaman dan penglihatan warna sekalipun dilakukan oleh sel yang sama, memiliki fungsi
fisiologis yang berbeda dan tidak tumpang tindih kecuali dalam hal posisi. Ketajaman dan
penglihatan warna dipengaruhi secara bebas oleh masing-masing unsur.
Cahaya datang dari sebuah fiksasi objek menuju fovea melalui sebuah bidang imajiner yang
disebut visual aksis. Jaringan-jaringan mata dan struktur-struktur yang berada dalam visual aksis
(serta jaringan yang terkait di dalamnya) mempengaruhi kualitas bayangan yang dibentuk. Struktur-
struktur ini adalah; lapisan air mata, kornea, COA (Camera Oculi Anterior = Bilik Depan), pupil,
lensa, vitreus dan akhirnya retina sehingga tidak akan meleset ke bagian lain dari retina. Bagian
posterior dari retina disebut sebagai lapisan epitel retina berpigmen (RPE) yang berfungsi untuk
menyerap cahaya yang masuk ke dalam retina sehingga tidak akan terpantul ke bagian lain dalam
retina. RPE juga memiliki fungsi vital untuk mendaur-ulang bahan-bahan kimia yang digunakan
oleh sel-sel batang dan kerucut dalam mendeteksi photon. Jika RPE rusak maka kebutaan dapat
terjadi.
Seperti pada lensa fotografi, ketajaman visus dipengaruhi oleh diameter pupil. Aberasi optik
pada mata yang menurunkan tajam penglihatan ada pada titik maksimal jika ukuran pupil berada
pada ukuran terbesar (sekitar 8 mm) yang terjadi pada keadaan kurang cahaya. Jika pupil kecil (1-
2 mm), ketajaman bayangan akan terbatas pada difraksi cahaya oleh pupil. Antara kedua keadaan
ekstrim, diameter pupil yang secara umum terbaik untuk tajam penglihatan normal dan mata yang
sehat ada pada kisaran 3 atau 4 mm.
Korteks penglihatan adalah bagian dari korteks serebri yang terdapat pada bagian posterior
(oksipital) dari otak yang bertanggung-jawab dalam memproses stimuli visual. Bagian tengah 100
dari lapang pandang (sekitar pelebaran dari makula), ditampilkan oleh sedikitnya 60% dari korteks
visual/penglihatan. Banyak dari neuron-neuron ini dipercaya terlibat dalam pemrosesan tajam
penglihatan. Perkembangan yang normal dari ketajaman visus tergantung dari input visual di usia
yang sangat muda. Segala macam bentuk gangguan visual yang menghalangi input visual dalam
jangka waktu yang lama seperti katarak, strabismus, atau penutupan dan penekanan pada mata
selama menjalani terapi medis biasanya berakibat sebagai penurunan ketajaman visus berat dan
permanen pada mata yang terkena jika tidak segera dikoreksi atau diobati di usia muda. Penurunan
tajam penglihatan direfleksikan dalam berbagai macam abnormalitas pada sel-sel di korteks visual.
Perubahan-perubahan ini meliputi penurunan yang nyata akan jumlah sel-sel yang terhubung pada
mata yan terkena dan juga beberapa sel yang menghubungkan kedua bola mata, yang bermanifestasi
sebagai hilangnya penglihatan binokular dan kedalaman persepsi atau streopsis.
Segala macam bentuk proses patologis pada sistem penglihatan baik pada usia tua yang
merupakan periode kritis, akan menyebabkan penurunan tajam penglihatan. Maka, pengukuran
tajam penglihatan adalah sebuah tes yang sederhana dalam menentukan status kesehatan mata,
sistem penglihatan sentral, dan jaras-jaras penglihatan menuju otak. Berbagai penurunan tajam
penglihatan secara tiba-tiba selalu merupakan hal yang harus diperhatikan. Penyebab sering dari
turunnya tajam penglihatan adalah katarak, dan parut kornea yang mempengaruhi jalur penglihatan,
penyakit-penyakit yang mempengaruhi retina seperti degenarasi makular, dan diabetes, penyakit-
penyakit yang mengenai jaras optik menuju otak seperti tumor dan sklerosis multipel, dan penyakit-
penyakit yang mengenai korteks visual seperti stroke dan tumor.
23
Pemeriksaan tajam penglihatan dilakukan pada mata tanpa atau dengan kaca mata. Setiap mata di
periksa terpisah. Biasakan memeriksa tajam penglihatan kanan dahulu.
Pada pemeriksaan tajam penglihatan di gunakan kartu baku / standar misalnya kartu baca
snellen.Dengan kartu snellen dapat ditentukan tajam penglihatan atau kemampuan melihat
seseorang, seperti :
- Bila tajam penglihatan 6/6 maka ia dapat melihat huruf pada jarak 6 meter, yang oleh orang
normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 6 meter.
- Bila pasien membaca hanya sebatas huruf baris yang menunjukkan angka 30, tajam penglihtan
pasien adalah 6/30.
- Bila tajam penglihatan adalah 6/60 berarti ia hanya dapat terlihat pada jarak 6 meter yang pada
orang normal dapat dilihat pada jarak 60 meter.
- Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu snellen maka dilakukan uji hitung
jari. Jari dapat dilihat terpisah oleh orang normal pada jarak 60 meter.
- Bila pasien hanya dapat melihat jari pada jarak 3 meter, maka dinyatakan tajam penglihatan
adalah 3/60. Dengan pengujian ini tajam penglihatan hanya dapat dinilai sampai 1/60, yaitu
menghitung jari pada jarak 1 meter.
- Dengan uji lambaian tangan, maka dapat dinyatakan tajam penglihatan pasien lebih buruk dari
1/60. orang normal dapat melihat lambaian tangan pada jarak 300 meter. Bila pasien hanya
dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter, berarti tajam penglihatan 1/300.
- Kadang-kadang mata hanya dapat melihat sinar. Keadaan ini disebut sebagai tajam penglihatan
1/~.
- Bila penglihatan sama sekali tidak mengenal sinar maka penglihatan adalah 0 (buta total).
Bila seseorang diragukan apakah penglihatanya berkurang akibat kelaianan refraksi, maka
dilakukan uji pinhole. Bila dengan pinhole penglihatan lebih baik, maka berarti ada kelainan
refraksi yang masih dapat dikoreksi dengan kacamata. Bila penglihatan berkurang dengan
diletakkan nya pinhole di depan mata berarti ada kelainan organik atau kekeruhan media
penglihatan yang mengakibatkan penglihatan menurun.
24
TES BUTA WARNA
I. Tujuan Percobaan
Mengetahui cara pemeriksaan serta jenis buta warna serta ada tidaknya buta warna pada o.p.
25
2. Dichromacy
Dichromacy adalah jenis buta warna di mana salah satu dari tiga sel kerucut tidak ada atau tidak
berfungsi. Akibat dari disfungsi salah satu sel pigmen pada kerucut, seseorang yang menderita
dikromatis akan mengalami gangguan penglihatan terhadap warna-warna tertentu.
Dichromacy dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan pigmen yang rusak:
a. Protanopia adalah salah satu tipe dichromacy yang disebabkanoleh tidak adanya
photoreceptor retina merah. Pada penderita protonopia, penglihatan terhadap warna merah
tidak ada. Dichromacy tipe ini terjadi pada 1 % dari seluruh pria. Keadaan yang paling
sering ditemukan dengan cacat pada warna merah hijau sehingga sering dikenal dengan
buta warna merah – hijau.
b. Deutranopia adalah gangguan penglihatan terhadap warna yang disebabkan tidak adanya
photoreceptor retina hijau. Hal ini menimbulkan kesulitan dalam membedakan hue pada
warna merah dan hijau (red-green hue discrimination).
c. Tritanopia adalah keadaan dimana seseorang tidak memiliki shortwavelength cone.
Seseorang yang menderita tritanopia akan kesulitan dalam membedakan warna biru dan
kuning dari spektrum cahaya tanpak. Tritanopia disebut juga buta warna biru-kuning dan
merupakan tipe dichromacy yang sangat jarang dijumpai.
3. Monochromacy
Monochromacy atau akromatopsia adalah keadaan dimana seseorang hanya memiliki sebuah
pigmen cones atau tidak berfungsinya semua sel cones. Pasien hanya mempunyai satu pigmen
kerucut (monokromat rod atau batang). Pada monokromat kerucut hanya dapat membedakan
warna dalam arti intensitasnya saja dan biasanya 6/30. Pada orang dengan buta warna total atau
akromatopsia akan terdapat keluhan silau dan nistagmus dan bersifat autosomal resesi
Bentuk buta warna dikenal juga :
1. Monokromatisme rod (batang) atau disebut juga suatu akromatopsia di mana terdapat kelainan
pada kedua mata bersama dengan keadaan lain seperti tajam penglihatan kurang dari 6/60,
nistagmus, fotofobia, skotoma sentral, dan mungkin terjadi akibat kelainan sentral hingga
terdapat gangguan penglihatan warna total, hemeralopia (buta silang) tidak terdapat buta senja,
dengan kelainan refraksi tinggi. Pada pemeriksaan dapat dilihat adanya makula dengan pigmen
abnormal.
2. Monokromatisme cone (kerucut), di mana terdapat hanya sedikit cacat, hal yang jarang, tajam
penglihatan normal, tidak nistagmus
26
a) Membaca angka-angka pada plate no. 22, 23, 24, dan 25. Pada orang normal, akan
terbaca dengan benar angka-angka pada plate-plate tersebut diatas secara lengkap
(dua rangkap). Pada penderita buta warna parsial hanya terbaca satu angka pada
tiap-tiap plate tersebut diatas.
b) Menunjuk arah alur pada plate no. 26, 27, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, dan 38.
Untuk orang normal bisa menunjuk alur secara benar sedangkan untuk buta warna
parsial dapat menunjukkan adanya alur dari satu sisi yang lainnya.
3) Buta warna total
Pada plate no. 28 dan 29, untuk orang normal, tidak bisa menunjukkan adanya alur,
sedangkan untuk penderita buta warna parsial dapat menunjukkan adanya alur dari satu
sisi ke sisi yang lainnya.
IV. Hasil Percobaan dan Analisa
o.p. dapat membaca semua plate dan mengikuti alur di buku ishihara, o.p. normal, tidak buta warna.
V. Kesimpulan
Seseorang yang buta warna memiliki cacat atau kekurangan satu atau lebih jenis sel kerucut. Buta
warna memiliki beberapa klasifikasi yang masing-masing bisa diuji melalui buku ishihara yang
memiliki pola warna-warna tertentu yang harus dibaca.
27
PENGLIHATAN II
TUJUAN:
1. Menimbulkan peristiwa fosfen tekan dan menyebutkan hukum serta fenomena yang berhubungan
dengan peristiwa tersebut.
2. Memeriksa luas pandang untuk beberapa macam warna dengan menggunakan perimeter.
3. Menimbulkan peristiwa diplopia dan menerangkan mekanismenya.
4. Memeriksa refleks pupil langsung dan tidak langsung (konsensuil) dengan refleks pupil pada
akomodasi.
5. Menyatakan adanya bintik buta dengan menggambarkan proyeksinya di kertas
6. Melihat gerakan eritrosit retina sendiri.
TEORI DASAR
Mata adalah struktur khusus tempat reseptor-reseptor peka cahaya yang penting untuk persepsi
penglihatan yaitu, sel kerucut dan sel batang ditemukan di lapisan retina. Iris mengontrol ukuran pupil
dan mengatur jumlah cahaya yang diperbolehkan masuk ke mata. Kornea dan lensa adalah struktur
refraktif utama yang membelokkan berkas cahaya masuk agar bayangan terfokus di retina. Kornea
merupakan penentu utama kemampuan refraktif mata. Kekuatan lensa dapat diubah-ubah melalui kerja
otot siliaris agar mata dapat berakomodasi untuk penglihatan jauh atau dekat.
Sel batang dan kerucut diaktifkan apabila fotopigmen yang mereka miliki menyerap berbagai
panjang gelombang cahaya. Penyerapan cahaya menyebabkan perubahan biokimiawi pada fotopigmeen
yang akhirnya dikonversikan menjadi perubahan kecepatan perambatan potensial aksi di jalur
penglihatan yang meninggalkan retina. Pesan visual di salurkan ke korteks penglihatan di otak untuk
pengolahan perceptual.
Sel kerucut memperlihatkan ketajaman yang tinggi, tetapi hanya dapat digunakan untuk penglihatan
di siang hari, karena memiliki kepekaan yang rendah terhadap cahaya. Penglihatan warna ditimbulkan
oleh bermacam-macam rasio stimulasi terhadap ketiga jenis sel kerucut oleh berbagai panjang
gelombang cahaya. Sel batang menghasilkan penglihatan yang samar berupa rona abu-abu, tetapi
karena sangat peka terhadap cahaya, sel-sel batang dapat digunakan untuk melihat pada malam hari
(Sherwood, L. 2001)
Lapangan pandang mata adalah luas lapangan penglihatan seorang individu. Terdapat tiga jenis
lapangan pandang; lapangan makular yaitu lapangan pandang yang paling jelas dilihat oleh kedua mata,
lapangan binokular yang dilihat oleh kedua mata secara umumnya dan lapangan monokular yaitu
kawasan yang bisa dilihat oleh salah satu mata saja.
Jaringan neural penglihatan terjadi apabila cahaya yang masuk ke dalam mata sampai ke
fotoreseptor di retina.Setelah itu, transmisi impuls pada nervus optikus kepada kiasma optik. Traktus
optikus, yaitu serabut saraf optik dari kiasma optik, membawa impuls ke lobus serebral dimana
penglihatan diinterpretasikan.
Untuk suatu objek terfokus ke atas retina, semakin jauh objek itu, semakin menipis lensa mata untuk
memfokusnya. Pengubahan bentuk lensa dikawal oleh otot siliari yang terdapat pada badan siliari,
disebut akomodasi. Apabila terjadi kontraksi, fiber dalam ligamen suspensori meregang dan
menyebabkan lensa menebal dan menjadi lebih konveks.
28
PEMERIKSAAN LAPANGAN PANDANG
Pemeriksaan lapang pandangan sentral dan perifer dipergunakan untuk tiga alasan yaitu mendeteksi
kelainan tajam penglihatan, mencari lokasi kelainan disepanjang jaras saraf penglihatan, melihat besar
kelainan mata dan perubahannya dari waktu ke waktu atau follow up. Pemeriksaan ini dipergunakan
untuk mengeliminir differential diagnosis dan dipergunakan untuk melihat progresifitas penyakit, dan
biasanya menyertai pemeriksaan lain misalnya: pemeriksaan ketajaman penglihatan, penglihatan warna
atau pemeriksaan mata lainnya.
Pemeriksaan lapang pandangan dapat dilakukan dengan berbagai cara, dari yang sangat sederhana
bahkan tanpa alat, sampai dengan pemakaian alat canggih. Pemeriksaan ini selalu dilakukan pada satu
mata baru kemudian dilakukan pada mata yang lain.
Pemeriksaan lapang pandangan bisa dilakukan dengan cara yaitu dengan uji konfrontasi dan kisi
Amsler, atau dengan cara yang lebih canggih (dengan perimeter Goldmann). Pemeriksaan lapang
pandangan sederhana apabila dikerjakan dengan benar dan didukung dengan pemahaman teori yang
memadai, akan dapat mengungkapkan berbagai kelainan lintasan visual.
Bila kita memfiksasi pandangan kita ke satu benda, benda ini terlihat nyata, sedangkan benda-benda
di sekitarnya tampak kurang tajam. Seluruh lapangan yang terlihat, bila kita memfiksasi mata ke satu
benda disebut lapangan pandang.
Pada pemeriksaan lapangan pandang, kita menentukan batas perifer dari penglihatan, yaitu batas
sampai mana benda dapat dilihat, jika mata difiksasi pada satu titik. Sinar yang datang dari tempat
fiksasi jatuh di makula, yaitu pusat melihat jelas (tajam), sedangkan yang datang dari sekitarnya jatuh
di bagian perifer retina.
Lapangan pandang yang normal mempunyai bentuk tertentu, dan tidak sama ke semua arah.
Seseorang dapat melihat ke lateral sampai sudut 90-100 derajat dari titik fiksasi, ke medial 60 derajat,
ke atas 50-60 derajat dan ke bawah 60-75 derajat. Ada tiga metode standar dalam pemeriksaan lapang
pandang yaitu dengan metode konfrontasi, perimeter, dan kampimeter atau tangent screen.
Perimeter
Perimeter adalah penggunaan alat untuk memeriksa lapangan pandang dengan mata terfiksasi
sentral. Penilaian lapangan pandang merupakan hal yang penting ditakukan pada keadaan penyakit
yang mempunyai potensi terjadinya kebutaan. Pada glaukoma pemeriksaan ini berguna dalam
pengobatan penyakit dan pencegahan kebutaan.
Perimeter adalah setengah lingkaran yang dapat diubah-ubah letaknya pada bidang meridiannya.
Cara pemakaiannya serta cara melaporkan keadaan sewaktu pemeriksaan sama dengan kampimeter.
Pemeriksaan lapang pandangan dilakukan dengan Perimeter, merupakan alat yang dipergunakan
untuk menentukan luas lapang pandangan. Alat ini berbentuk setengah bola dengan jari- jari 30 cm,
dan pada pusat parabola ini penderita diletakkan untuk diperiksa.
Batas lapang pandangan perifer adalah 90o temporal, 75o inferior, 60o nasal, dan 60o superior.
Dapat dilakukan pemeriksaan statik ataupun kinetik.
Pemeriksaan ini berguna untuk :
o Membantu diagnosis pada keluhan penglihatan
o Melihat progresifitas turunnya lapang pandangan
o Merupakan pemeriksaan rutin pada kelainan susunan saraf pusat
o Memeriksa adanya histeria atau malingering.
Dikenal 2 cara pemeriksaan Perimeter, yaitu :
a) Perimeter kinetik yang disebut juga perimeter isotropik dan topografik, dimana pemeriksaan
dilakukan dengan objek digerakkan dari daerah tidak terlihat menjadi terlihat oleh pasien.
b) Perimeter statik atau perimeter profil dan perimeter curve differential threshold, dimana
pemeriksaan dengan tidak menggerakkan objek akan tetapi dengan menaikkan intensitas objek
sehingga terlihat oleh pasien.
29
TATA KERJA:
I. Percobaan Fosten Tekan
1. Pejamkan kedua mata
2. Tekan perlahan-lahan salah satu bola mata dibagian temporal dengan ujung jari
3. Ulangi percobaan ini dengan menekan bola mata yang sama dibagian nasal.
3.1 Apa yang saudara harapkan akan terjadi akibat penekanan pada bola mata bagian temporal
dan nasal?
Yang diharapkan yaitu akan terbentuk suatu bayangan hitam yang terlihat
3.2 Hukum dan fenomena apa yang berhubungan dengan peristiwa fosfen tekan?
Fosfen akibat rangsangan selain cahaya (misalnya, mekanis, listrik) pada sel batang dan
kerucut pada mata atau neuron lain pada sistem visual.
30
14. Lakukan juga pemeriksaan lapang pandang untuk mata kiri hanya dengan bulatan berwarna putih.
3.5 Apa kriteria lapang pandang yang normal untuk cahaya putih dan berwarna.
Lapang pandang yang normal untuk cahaya putih adalah dengan penglihatan binocular
sedangkan warna abu-abu atau berwarna dengan penglihatan monookular.
GAMBAR
LATIHAN VI.3
Gambar 1 Lapang pandang baku (Visual Standart) mata kiri dan kanan
Batas minimal lapang pandang normal:
Temporal 85 derajat Nasal 60 derajat
Temporal Bawah 85 derajat Nasal atas 55 derajat
Bawah 65 derajat Atas 45 derajat
Nasal Bawah 50 derajat Temporal Atas 55 derajat
Luas lapang pandang total : 500 derajat
Hasil percobaan
Kanan Kiri
Temporal 75 80
Temporal bawah 75 65
Bawah 45 40
Nasal bawah 50 50
Nasal 55 50
Nasal atas 55 50
Atas 45 50
Temporal atas 50 55
Total 450 440
31
Kesimpulan: Lapang pandang tidak normal
2. Sorot mata kanan op dengan lampu senter dan perhatikan perubahan diameter pupil
pada mata kirinya
3.8 Peristiwa apa yang saudara lihat disini
Terjadi miosis → refleks pupil positif → parasimpatis
32
3. Suruh sekarang op melihat kepada jari sipemeriksa yang ditempatkan pada jarak ± ~ m
didepannya. Sambil memperhatikan pupilnya, dekatkan jari itu sehingga mata op
berakomodasi
3.9 Peristiwa apa yang saudara lihat disini
Terjadi konvergensi mata menyatu mengarah kiri
Terjadi miosis
Terjadi akomodasi
Hasil percobaan:
33
TES FUNGSI PENDENGARAN DENGAN GARPU TALA
Tujuan Praktikum
Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat :
1. Mendemonstrasikan cara untuk melakukan tes pendengaran yang benar.
2. Memahami hasil interprestasi dari hasil percobaaan dari tes pendengaran yang didapat.
Alat-alat yang diperlukan: Garpu tala
Teori Dasar
a. Test Rinne
Tujuan melakukan tes Rinne adalah untuk membandingkan antara hantaran tulang dengan hantaran
udara pada satu telinga pasien. Ada 2 macam tes rinne, yaitu :
Garputala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya tegak lurus pada
planum mastoid pasien (belakang meatus akustikus eksternus). Setelah pasien tidak mendengar
bunyinya, segera garpu tala kita pindahkan didepan meatus akustikus eksternus pasien. Tes Rinne
positif jika pasien masih dapat mendengarnya. Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien tidak dapat
mendengarnya.
Garputala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya secara tegak lurus pada
planum mastoid pasien. Segera pindahkan garputala didepan meatus akustikus eksternus. Kita
menanyakan kepada pasien apakah bunyi garputala didepan meatus akustikus eksternus lebih keras dari
pada dibelakang meatus skustikus eksternus (planum mastoid). Tes rinne positif jika pasien mendengar
didepan maetus akustikus eksternus lebih keras. Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien mendengar
didepan meatus akustikus eksternus lebih lemah atau lebih keras dibelakang.
Kesalahan pemeriksaan pada tes rinne dapat terjadi baik berasal dari pemeriksa maupun pasien.
Kesalahan dari pemeriksa misalnya meletakkan garputala tidak tegak lurus, tangkai garputala mengenai
rambut pasien dan kaki garputala mengenai aurikulum pasien. Juga bisa karena jaringan lemak planum
mastoid pasien tebal.
Kesalahan dari pasien misalnya pasien lambat memberikan isyarat bahwa ia sudah tidak mendengar
bunyi garputala saat kita menempatkan garputala di planum mastoid pasien. Akibatnya getaran kedua
kaki garputala sudah berhenti saat kita memindahkan garputala kedepan meatus akustukus eksternus.
b. Test Weber
Tujuan melakukan tes weber adalah untuk membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga pasien.
Cara kita melakukan tes weber yaitu: membunyikan garputala 512 Hz lalu tangkainya kita letakkan
tegak lurus pada garis horizontal. Menurut pasien, telinga mana yang mendengar atau mendengar lebih
keras. Jika telinga pasien mendengar atau mendengar lebih keras 1 telinga maka terjadi lateralisasi ke
sisi telinga tersebut. Jika kedua pasien sama-sama tidak mendengar atau sam-sama mendengaar maka
berarti tidak ada lateralisasi.
Getaran melalui tulang akan dialirkan ke segala arah oleh tengkorak, sehingga akan terdengar
diseluruh bagian kepala. Pada keadaan ptologis pada MAE atau cavum timpani missal: otitis media
purulenta pada telinga kanan. Juga adanya cairan atau pus di dalam cavum timpani ini akan bergetar,
biala ada bunyi segala getaran akan didengarkan di sebelah kanan.
34
c. Test Swabach
Bertujuan untuk membandingkan daya transport melalui tulang mastoid antara pemeriksa (normal)
dengan probandus. Penguji meletakkan pangkal garputala yang sudah digetarkan pada puncak kepala
probandus. Probandus akan mendengar suara garputala itu makin lama makin melemah dan akhirnya
tidak mendengar suara garputala lagi. Pada saat garputala tidak mendengar suara garputala, maka
penguji akan segera memindahkan garputala itu, ke puncak kepala orang yang diketahui normal
ketajaman pendengarannya (pembanding). Bagi pembanding dua kemungkinan dapat terjadi : akan
mendengar suara, atau tidak mendengar suara.
Tabel 1. Membedakan Tuli konduktif dan Tuli Sensorineural pada Tes Garputala
Hasil pemeriksaan
Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan pada o.p, maka didapatkan interpretasi hasil normal. Hal ini menunjukan
tidak adanya kelainan pendengaran pada o.p.
Tujuan Praktikum
Pada akhir latihan ini, mahasiswa harus dapat:
1. Mengukur ketajaman pendengaran dengan menggunakan audiometri
35
(pemeriksaan audiometri).
2. Membuat kesimpulan mengenai “hearing loss” dari hasil pemeriksaan audiometri sehingga dapat
menetapkan apakah pendengaran orang percobaan dalam batas-batas normal atau tidak.
Alat-alat yang diperlukan :
1. Audiometer merek ADC. Lengkap dengan telepon telinga dan formulir.
2. Penala berfrekuensi 256:
3. Kapas untuk menyumbat telinga.
Teori Dasar
Pemeriksaan audiometri
Ketajaman pendengaran sering diukur dengan suatu audiometri. Alat ini menghasilkan nada-nada
murni dengan frekuensi melalui aerophon. Pada sestiap frekuensi ditentukan intensitas ambang dan
diplotkan pada sebuah grafik sebagai prsentasi dari pendengaran normal. Hal ini menghasilkan
pengukuran obyektif derajat ketulian dan gambaran mengenai rentang nada yang paling terpengaruh.
a. Definisi
Audiometri berasal dari kata audir dan metrios yang berarti mendengar dan mengukur (uji
pendengaran). Audiometri tidak saja dipergunakan untuk mengukur ketajaman pendengaran, tetapi juga
dapat dipergunakan untuk menentukan lokalisasi kerusakan anatomis yang menimbulkan gangguan
pendengaran.
Pemeriksaan audiometri memerlukan audiometri ruang kedap suara, audiologis dan pasien yang
kooperatif. Pemeriksaan standar yang dilakukan adalah :
*Audiometri nada murni
Suatu sistem uji pendengaran dengan menggunakan alat listrik yang dapat menghasilkan bunyi
nada-nada murni dari berbagai frekuensi 250-500, 1000-2000, 4000-8000 dan dapat diatur intensitasnya
dalam satuan (dB). Bunyi yang dihasilkan disalurkan melalui telepon kepala dan vibrator tulang
ketelinga orang yang diperiksa pendengarannya. Masing-masing untuk menukur ketajaman
pendengaran melalui hantaran udara dan hantran tulang pada tingkat intensitas nilai ambang, sehingga
akan didapatkankurva hantaran tulang dan hantaran udara. Dengan membaca audiogram ini kita dapat
mengtahui jenis dan derajat kurang pendengaran seseorang. Gambaran audiogram rata-rata sejumlah
orang yang berpendengaran normal dan berusia sekitar 20-29 tahun merupakan nilai ambang baku
pendengaran untuk nada murni.
36
*Audiometri tutur
Audiometri tutur adalah sistem uji pendengaran yang menggunakan kata-kata terpilih yang telah
dibakukan, dituturkan melalui suatu alat yang telah dikaliberasi, untuk mengukur beberapa aspek
kemampuan pendengaran. Kata-kata tersebut dapat dituturkan langsung oleh pemeriksa melalui
mikropon yang dihubungkan dengan audiometri tutur, kemudian disalurkan melalui telepon kepala ke
telinga yang diperiksa pendengarannya, atau kata-kata rekam lebih dahulu pada piringan hitam atau pita
rekaman, kemudian baru diputar kembali dan disalurkan melalui audiometer tutur. Penderita diminta
untuk menirukan dengan jelas setip kata yang didengar, dan apabila kata-kata yang didengar makin
tidak jelas karena intensitasnya makin dilemahkan, pendengar diminta untuk menebaknya. Pemeriksa
mencatatat presentase kata-kata yang ditirukan dengan benar dari tiap denah pada tiap intensitas.
Dari audiogram tutur dapat diketahui dua dimensi kemampuan pendengaran yaitu :
a) Kemampuan pendengaran dalam menangkap 50% dari sejumlah kata-kata yang dituturkan pada
suatu intensitas minimal dengan benar, yang lazimnya disebut persepsi tutur atau NPT, dan
dinyatakan dengan satuan de-sibel (dB).
b) Kemamuan maksimal perndengaran untuk mendiskriminasikan tiap satuan bunyi (fonem) dalam
kata-kata yang dituturkan yang dinyatakan dengan nilai diskriminasi tutur atau NDT.
Pada dasarnya tuli mengakibatkan gangguan komunikasi, apabila seseorang masih memiliki sisa
pendengaran diharapkan dengan bantuan alat bantu dengar (ABD/hearing AID) suara yang ada
diamplifikasi, dikeraskan oleh ABD sehingga bisa terdengar. Prinsipnya semua tes pendengaran agar
akurat hasilnya, tetap harus pada ruang kedap suara minimal sunyi. Karena kita memberikan tes paa
frekuensi tertetu dengan intensitas lemah, kalau ada gangguan suara pasti akan mengganggu penilaian.
b. Manfaat audiometri
Untuk kedokteran klinik (khususnya penyakit telinga), untuk kedokteran klinik (kehakiman, tuntutan
ganti rugi), untuk kedokteran klinik pencegahan, deteksi ketulian pada anak-anak
37
gambar 2. Normal gambar 3. CHL
gambar 4. SNHL
I. AUDIOMETER
Pada bagian muka audiometer ADC terdapat berbagai tombol dan skala (lihat gambar) yang berungsi
sebagai berikut :
Tombol1 (T) : tombol utama (gunanya untuk menghidupkan atau mematikan ala1).
Tombol2 (T2) : tombol frekuensi nada
38
Dengan menggunakan T2 ini kita memilih frekuensi nada yang dapat dibangkitkan oleh ala1. Frekuensi
tersebut dapat dibaca pada skala (82) yang dinyatakan dalam satuan hertz.
P-VIA. 2 Apa yang dimaksud dengan frekuensi hertz? hertz merupakan satuan frekuensi yang
menandakan banyakanya suatu gelombang dalam 1 detik.
P-VI.3 Apa yang dimaksud dengan satuan decibel? Desibel (dB) adalah satuan untuk mengukur
intensitas suara. Satu desibel ekuvalen dengan sepersepuluh Bel. Huruf "B" pada dB ditulis dengan
huruf besar karena merupakan bagian dari nama penemunya, yaitu Bell.
Desibel juga merupakan sebuah unit logaritmis untuk mendeskripsikan suatu rasio. Rasio tersebut
dapat berupa daya (power), tekanan suara (sound pressure), tegangan atau voltasi (voltage), intensitas
(intencity), atau hal-hal lainnya. Terkadang. dB juga dapat dihubungkan dengan Phon dan Sone
(satuan yang berhubungan dengan kekerasan suara).
Tombol4 (T4) : tombol pemilih telepon telinga bila tombol ini menunjukan ke “B”, berarti nada yang
dihantarkan ketelepon berwarnahitam (black). Bila tombol menunjukan ke “G” yang bekerja hanya
telepon kalbu (Grey).
Tombol 5 (T5) : tombol penghubung nada. Dengan memutar tombol ini kekiri, nada akan terdengar
ditelepon bila tombol dilepas, nada tidak terdengar lagi.
P-VIA. Apa yang dimaksud pemutus nada pemeriksaan? maksud pemutusan nada pada pemeriksaan
adalah melepas tombol sehingga nada tidak terdengar lagi untuk menguji apakah o.p benar-benar
mendengar atau hanya pura-pura mendengar.
Tata Kerja
1. Pemeriksaan menyiapkan alat sebagai berikut:
a. putar tombol utama (T1) pada “Off”.
b. putar tombol frekuensi nada (T2) pada 125.
c. putar tombol kekuatan nada (T3) pada -10dp.
P-VIA. 5 Apa arti fisikologis intensitas 0 dp pada alat ? 0 db sama dengan tingkat tekanan yang
mengakibatkan gerakan molekul udara dalam keadaan udara diam, yang hanya dapat terdeteksi
dengan menggunakan instrumen fisika, dan tidak akan terdengar oleh telinga manusia.
Oleh karena itu, di dalam audiologi ditetapkan tingkat 0 yang berbeda, yang disebut 0 dB klinis atau 0
audiometrik. Nol inilah yang tertera dalam audiogram, yang merupakan grafik tingkat ketunarunguan.
Nol audiometrik adalah tingkat intensitas bunyi terendah yang dapat terdeteksi oleh telinga orang rata-
rata dengan telinga yang sehat pada frekuensi 1000 Hz.
2. Hubungan audiometer dengan sumbu listrik (125V) dan putar T1 ke “ON”, 51 dan 52 akan menyala,
bila tidak demikian halnya laporkan pada supervisior.
3. Suruhlah orang percobaan duduk membelakangi audiometer dan pasanglah telepon pada telinganya
sehingga telepon “Black” ditelinga kiri.
39
4. Berikan petunjuk pada orang percobaan untuk mengacungkan tangannya ke atas pada saat mulai dan
selama ia mendengar nada melalui salah satu telepon, dan menurunkan tangannya pada saat nada mulai
tidak terdengar lagi.
5. Tunggulah 2 menit lagi untuk “memanaskan” alat.
6. Putarlah T5 ke kiri dan pertahankanlah selama pemeriksaan.
7. Putarlah tombol kekuatan T3 perlahan-lahan searah dengan jarum jam sampai orang percobaan
mengacungkan tangannya keatas.
8. Teruskanlah memutarkan tombol tersebut sebesar 10 db dan kemudian putarlah tombol T3 tersebut
perlahan-lahan berlawanan dengan jarum jam sampai orang percobaan menurunkan tangannya.
Catatlah angka db pada saat itu.
9. Ulangilah tindakan 7 dan 8 dua kali lagi dan ambillah angka terkecil sebagai “hearing loss” orang
percobaan pada frequency 125 Hz.
10. Selama percobaan ini lepaskanlah sekali-kali T5 pada waktu orang percobaan mengacungkan
tangannya untuk menguji apakah orang percobaan benar-benar mendengar nada atau hanya pura-pura
mendengar.
11. Ukurlah, “hearing loss” untuk telinga yang sama dengan cara yang sama pula pada requency
250,500,1000,2000,4000,8000,12000 Hz dan catatlah data hasil pengukuran pada formulir yang telah
disediakan.
12. Ulangi seluruh pengukuran ini untuk telinga yang lain.
13. Buatlah audiogram orang percobaan pada formulir yang telah disediakan dengan data yang
diperoleh pada pengukuran
40
O.p tidak mengalami ketulian karena masih dalam batas normal
Kesimpulan
Semakin tinggi frekuensi yang kita dengar maka akan semakin peka telinga kita. Sehingga kita dapat
mendengar suaranya.
41
SIKAP DAN KESEIMBANGAN BADAN
I. TUJUAN :
Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat :
1. Mengemukakan pelbagai reaksi perubahan sikap badan katak oleh perangsangan kanalis
semisirkularis dan reaksi 11 menegakkan bada “setelah ekstriparsi labirin
2. Menyebutkan beberapa faktoer yang dapat mempengaruhi rekasi perubahan sikap diatas.
3. Mendemomstrasikan kepentingan kedudukan kepala dan mata dalam mempertahankan
keseimbangan badan pada manusia.
4. Mendemonstrasikan dan menerangkan pengaruh percepatan sudut :
a. Dengan kursi Barany terhadap :
- Gerakan bola mata
- Tes penyimpangan penunjukan tes jatuh kesan (sensasi)
b. Dengan berjalan mengelilingi statif
Hewan Deserebrasi mengalami kekakuan spastik bila batang otak seekor hewan d potong
dibawah garis tengah mesensefalon,tetapi pontin sistem retikular mendular juga sistem vestibular
dibiarkan tetap utuh, hewan tersebut mengalami keadaan yang disebut kekauan deserebasi.
Kekakuan inni tidak timbul disemua otot tubuh tetapi hanya otot antigravitasi yaitu otot leher dan
batang tubuh serta ekstensor tungkai.
Aparatus vestibular merupakan organ sensoris untuk mendeteksi sensasi keseimbangan. Alat
ini terbungkus salam satu tabung tulang dan ruangan-ruangan yang terletak dalam bagian petrosus
(bagian seperti batu,bagian keras) dari tulang temporal, yang disebut labirin tulang. Di dalam sistem
ini terdapat tabung membran dan ruangan yang di sebut labirin membranosa yang merupakan
bagian fungsional aparatus vestibular.
Labirin ini terdiri atas koklea (duktus koklearis), tiga kanalis semisirkularis dan dua ruangan
besar yang dikenal sebagai utrikulus dan sakulus. Koklea merupakan organ sensorik utama
pendengaran.dan hampir tidak berhub dg keseimbangan.kanalis semirikularis,utrikulus dan sakulus
,semua ini merupakan bagian intragal dr mekanisme keseimbangan.
42
Makula organ sensorik utrikulus dan sakulus untuk mendeteksi orientasi kepala sehubungan
dengan gravitasi. Makula pada utrikulus terutama terletak pada bidang horizontal permukaan
inferior utrikulus dan berperan penting dalam menentukan orientasi kepala ketika kepala dalam
posisi tegak. Sebaliknya, makula pada sakulus terutama terletak dalam bidang vertikal dan
memberikan sinyal orientasi kepala saat seseorang berbaring.
Setiap makula d tutupi oleh lapisan gelatinosa yang dilekati oleh banyak krista kalsium
karbonat kecil kecil yang di sebut statokonia.dalam makula juga didapati beribu-ribu sel rambut,
pangkal dan sisi sel-sel rambut bersinaps denganujung-ujung sensorik saraf vestibular.
Bila kepala tunduk kira-kira 30 derajat ke depan,kanalis semirikularis lateral kira-kira aada pd
bidang horizontal sesuai dengan permukaan bumi, kemudian kanalis anterior ada pd bidang vertikal
yang arah ptoyeksinya ke depan dan 45 derajat ke luar, dankanalis posterior ada pada bidang
vertikal yang berproyeksi ke belakang dan 45 derajat keluar.
Pada setiap ujung kanalis semisirkualris terdapat pembesaran yang disebut ampula, dan kanlis
serta ampula ini terisi oleh cairan yang disebut endolimfe. Aliran cairan melalui canalis dan
ampulanya merangsang organ sensorik.
Pada puncak krista ini terdapat jaringan longgar massa gelatinosa,yang disebut kupula. Bila
seseorang mulai memutar ke suatu arah, inersia cairan didalam satu atau lebih kanalis semisirkularis
akan mempertahankan cairan agar tetap seimbang sementara kanalis semisirkularis berputar searah
dengan kepala. Hal iini menyebabkan cairan mengalir dari kanalis menuju ampula,membelokkan
kupula ke satu sisi. Putaran kepala dalam arah yang berlawanan menyebabkan kupula berbelok ke
sisi yang berlawanan.
Kedalam kupula terdapat ratusan penjuluran silia dari sel-sel rambut yang terletak pada
sepanjang krista ampularis. Kinosilia sel-sel rambut ini semuanya beorientasi ke arah sisi yang sama
dalam kupula,dan pembelokkannya ke arah yang berlawanan mengakibatkan hiperpolarisasi sel
rambut. Kemudian, dari sel-sel rambut sinyal-sinyal yang sesuai dikirimkan melalui nervus
vestibular untuk memberitahu sistem saraf pusat mengenai perubahan perputaran kepala dan
kecepatan perubahan pada setiap tiga bidang ruangan.
Setiap kepala berputar tiba-tiba,sinyal yang berasal dari kanalis semisirkularis menyebabkan,
mata berputar dengan arah yang berlawanan dengan arah putaran kepala. Keadaan ini timbul akibat
adanya refleks yang dijalarkaan melalui nuklei vestibular dan fasikulus longitudinalis medial
menuju nuklei okulomotor.
43
3. Memperhatikan dengan seksama perubahan-perubahan sikap pada katak
a. Posisi kepala
b. Fleksi/ekstensi ekstermitas
4. Membuka gelas beker dan memalingkan kepala katak kanan, memperhatikan sikapdan
kedudukan kakinya.
P. VI. 4.6 .Apa maksud kita memalingkan kepala katak ?
5. Memasukkan katak itu kedalam bak yang berisi air dan memperhatikan gerakankaki dan arah
berenangnya.
6. Membuang labirin kanan katak itu dengan cara sebagai berikut :
a. Membius katak dengan cara memasukkan bersama-sama dengan kapas yang telah dibasahi
dengan eter ke dalam gelas beker yang ditelungkupkan.
b. Setelah katak itu terbius, meletakkan katak telentang dipapan fiksasi dan sematkan jarum-jarum
pentul pada kakinya.
P. VIA. 4.7.Bagaimana kita mengetahui bahwa katak sudah terbius ?
c. Fiksasi rahang atas katak dengan jarum pentul pada papan fiksasi dan membuka mulut selebar-
lebarnya.
d. Mengunting selaput lendir rahang atas di garis median dengan guting halus sesuai dengan garis
y pada gambar.
e. Membebaskan selaput lender itu dari jaringan dibawahnya dan mendorong kea rah lateral.
Mencegah perdarahan sedapat-dapatnya.
f. Memperhatikan dasar tengkorak katak terutama os. Parabasalenya yang membayang (= p pada
gambar).
g. Merusak labirin kanan dengan jalan member os parabasale di tempatyang diberikan tanda X
secara hati-hatu sedalam ± 1-2 mm (sampai terasa bahwa bor telah menembus tulang yang
keras)
h. Membersihkan daerah operasi dengan kapas dan mengembalikan selaput lender ketempat
semula dengan demikian alat keseimbangan kanantelah dibuang.
7. Setelah efek pembiusan pada katak menghilang, mengulangi tindakan no. 1 s/d no.5
8. Membuang sekarang labirin kiri dengan cara yang sama seperti sub. 6 dengan demikian kedua
alat keseimbangan telah dibuang.
9. Menggulangi sekarang tindakan no. 1 s/d no. 5
10. Mencatat hasil pengamatan pada formulir yang tersedia.
B. Hasil Pengamatan
Tabel Pengamatan Percobaan Katak
Sebelum dibius
Perubahan yang Labirin kanan dibuang
NO (Labirin masih utuh)
diamati II
I
1. Perubahan sikap
44
b. Fleksi/ekstensi Fleksi pada ekstremitas Fleksi pada ekstremitas
ekstremitas
2. Memalingkan kepala katak
Lebih condong
b. Kedudukan kaki Seimbang
mendorong ke kiri
C. Pembahasan
Aparatus vestibular merupakan organ sensoris untuk mendeteksi sensasi keseimbangan. Alat
ini terbungkus salam satu tabung tulang dan ruangan-ruangan yang terletak dalam bagian petrosus
(bagian seperti batu,bagian keras) dari tulang temporal, yang disebut labirin tulang. Di dalam sistem
ini terdapat tabung membran dan ruangan yang di sebut labirin membranosa yang merupakan
bagian fungsional aparatus vestibular
Bila batang otak seekor hewan di potong dibawah garis tengah mesensefalon, tetapi pontin
sistem retikular mendular juga sistem vestibular dibiarkan tetap utuh, hewan tersebut mengalami
keadaan yang disebut kekakuan deserebasi. Kekakuan ini tidak timbul disemua otot tubuh tetapi
hanya otot antigravitasi yaitu otot leher dan batang tubuh serta ekstensor tungkai.
Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi penting dalam keseimbangan,
kontrol kepala, dan gerak bola mata. Reseptor sensoris vestibular berada di dalam telinga. Reseptor
pada sistem vestibular meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus, serta sakulus. Reseptor dari sistem
sensoris ini disebut dengan sistem labyrinthine.
Sistem labyrinthine mendeteksi perubahan posisi kepala dan percepatan perubahan sudut.
Melalui refleks vestibulo-occular, mereka mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat obyek
yang bergerak.
Mereka meneruskan pesan melalui saraf kranialis VIII ke nukleus vestibular yang berlokasi di
batang otak. Beberapa stimulus tidak menuju nukleus vestibular tetapi ke serebelum, formatio
retikularis, thalamus dan korteks serebri.
Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor labyrinth, retikular formasi, dan
serebelum. Keluaran (output) dari nukleus vestibular menuju ke motor neuron melalui medula
spinalis, terutama ke motor neuron yang menginervasi otot-otot proksimal, kumparan otot pada
leher dan otot-otot punggung (otot-otot postural). Sistem vestibular bereaksi sangat cepat sehigga
membantu mempertahankan keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot postural
45
D. Menjawab Pertanyaan
P. VI. 4.6 .Apa maksud kita memalingkan kepala katak ?
Jawab:
Melihat sikap dan kedudukan kaki yang normal bila kepala katak dimiringkan ke kanan
Jawab:
Cara mengetahuinya adalah katak yang terbius maka pergerakannya kurang dan tidak begitu aktif
daripada saat katak tersebut dalam keadaan tidak terbius (normal), ditusuk dengan jarum pentul
tidak memberikan respons
E. Kesimpulan
Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi penting dalam keseimbangan,
kontrol kepala, dan gerak bola mata. Reseptor sensoris vestibular berada di dalam telinga. Reseptor
pada sistem vestibular meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus, serta sakulus. Reseptor dari sistem
sensoris ini disebut dengan sistem labyrinthine
Bila batang otak seekor hewan di potong dibawah garis tengah mesensefalon, tetapi sistem
vestibular dibiarkan tetap utuh, hewan tersebut mengalami keadaan yang disebut kekakuan
deserebasi. Kekakuan ini tidak timbul disemua otot tubuh tetapi hanya otot antigravitasi yaitu otot
leher dan batang tubuh serta ekstensor tungkai.
Sistem labyrinthine mendeteksi perubahan posisi kepala dan percepatan perubahan sudut.
Melalui refleks vestibulo-occular, mereka mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat obyek
yang bergerak. Sistem vestibular bereaksi sangat cepat sehigga membantu mempertahankan
keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot postural
A. Cara Kerja
Pengaruh kedudukan kepala dan mata yang normal terhadap keseimbangan badan:
1. Suruhlah orang percobaan berjalan mengikuti suatu garis lurus dengan mata terbuka dan sikap
kepala dan badan yang biasa. Perhatikan jalannya dan tanyakan apakah ia mengalami kesukaran
dalam mengikuti garis lurus tersebut.
2. Ulangi percobaan di atas (no.1) dengan mata tertutup
3. Ulangi percobaan di atas (no. 1 dan 2) dengan:
a. Kepala dimiringkan dengan kuat ke kiri
b. Kepala dimiringkan dengan kuat ke kanan
P.VI.4.8. Bagaimana pengaruh sikap kepala dan mata terhadap keseimbangan badan?
46
Jalan lurus ke depan jalan lurus, tidak terjadi deviasi
Jalan lurus ke depan dengan mata tertutup jalan lurus, tidak terjadi deviasi
Jalan lurus ke depan dengan kepala dimiringkan dengan Terjadi sedikit deviasi ke kanan
kuat ke kiri
Jalan lurus ke depan dengan kepala dimiringkan dengan Terjadi deviasi ke kanan
kuat ke kiri serta mata tertutup
Jalan lurus ke depan dengan kepala dimiringkan dengan Terjadi sedikit deviasi ke kiri
kuat ke kanan
Jalan lurus ke depan dengan kepala dimiringkan dengan Terjadi deviasi ke kiri
kuat ke kanan serta mata tertutup
Informasi keseimbangan berasal dari visual, vestibular, dan somatosensori. Dimana 50% yang
paling berpengaruh pada keseimbangan adalah vestibular. Kompensasi ketika terjadi
pengeliminasian dari isyarat visual (o.p memejamkan mata) dan kepala dimiringkan dengan kuat
ke satu bagian (kanan/kiri) dalam mempertahankan keseimbangan adalah terjadinya kecenderungan
adanya deviasi kearah berlawanan dimana o.p memiringkan kepalanya agar tidak jatuh.
C. Menjawab Pertanyaan:
Bagaimana pengaruh sikap kepala dan mata terhadap keseimbangan badan?
Jawab:
Hal diatas terjadi di karenakan proses keseimbangan dalam berjalan, juga di pengaruhi oleh
visualisasi. Mata akan membantu pada titik focus utama untuk mempertahankan keseimbangan dan
sebagai monitor tubuh terhadap gerak statik dan dinamik.
D. Kesimpulan
Mata (visual) sangat berpengaruh dengan keseimbangan atau arah berjalan kita.
I. DASAR TEORI
Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan kesetimbangan tubuh ketika di
tempatkan di berbagai posisi. Definisi menurut O’Sullivan, keseimbangan adalah kemampuan
untuk mempertahankan pusat gravitasi pada bidang tumpu terutama ketika saat posisi tegak. Selain
itu menurut Ann Thomson, keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan tubuh dalam
posisi kesetimbangan maupun dalam keadaan statik atau dinamik, serta menggunakan aktivitas otot
yang minimal.
47
Keseimbangan juga bisa diartikan sebagai kemampuan relatif untuk mengontrol pusat massa
tubuh (center of mass) atau pusat gravitasi (center of gravity) terhadap bidang tumpu (base of
support). Keseimbangan melibatkan berbagai gerakan di setiap segmen tubuh dengan di dukung
oleh sistem muskuloskleletal dan bidang tumpu. Kemampuan untuk menyeimbangkan massa tubuh
dengan bidang tumpu akan membuat manusia mampu untuk beraktivitas secara efektif dan efisien.
Keseimbangan terbagi atas dua kelompok, yaitu keseimbangan statis : kemampuan tubuh untuk
menjaga kesetimbangan pada posisi tetap (sewaktu berdiri dengan satu kaki, berdiri diatas papan
keseimbangan); keseimbangan dinamis adalah kemampuan untuk mempertahankan kesetimbangan
ketika bergerak.
Fisiologi Keseimbangan
Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dan kestabilan postur oleh aktivitas
motorik tidak dapat dipisahkan dari faktor lingkungan dan sistem regulasi yang berperan dalam
pembentukan keseimbangan. Tujuan dari tubuh mempertahankan keseimbangan adalah :
menyanggah tubuh melawan gravitasi dan faktor eksternal lain, untuk mempertahankan pusat
massa tubuh agar seimbang dengan bidang tumpu, serta menstabilisasi bagian tubuh ketika bagian
tubuh lain bergerak.
a. Visual
Visual memegang peran penting dalam sistem sensoris. Cratty & Martin (1969) menyatakan bahwa
keseimbangan akan terus berkembang sesuai umur, mata akan membantu agar tetap fokus pada titik
utama untuk mempertahankan keseimbangan, dan sebagai monitor tubuh selama melakukan gerak
statik atau dinamik. Penglihatan juga merupakan sumber utama informasi tentang lingkungan dan
tempat kita berada, penglihatan memegang peran penting untuk mengidentifikasi dan mengatur jarak
gerak sesuai lingkungan tempat kita berada. Penglihatan muncul ketika mata menerima sinar yang
berasal dari obyek sesuai jarak pandang.
Dengan informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan atau bereaksi terhadap perubahan bidang
pada lingkungan aktivitas sehingga memberikan kerja otot yang sinergis untuk mempertahankan
keseimbangan tubuh.
b. Sistem vestibular
Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi penting dalam keseimbangan, kontrol
kepala, dan gerak bola mata. Reseptor sensoris vestibular berada di dalam telinga. Reseptor pada sistem
vestibular meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus, serta sakulus. Reseptor dari sistem sensoris ini
disebut dengan sistem labyrinthine. Sistem labyrinthine mendeteksi perubahan posisi kepala dan
48
percepatan perubahan sudut. Melalui refleks vestibulo-occular, mereka mengontrol gerak mata,
terutama ketika melihat obyek yang bergerak. Mereka meneruskan pesan melalui saraf kranialis VIII
ke nukleus vestibular yang berlokasi di batang otak. Beberapa stimulus tidak menuju nukleus vestibular
tetapi ke serebelum, formatio retikularis, thalamus dan korteks serebri.
Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor labyrinth, retikular formasi, dan serebelum.
Keluaran (output) dari nukleus vestibular menuju ke motor neuron melalui medula spinalis, terutama
ke motor neuron yang menginervasi otot-otot proksimal, kumparan otot pada leher dan otot-otot
punggung (otot-otot postural). Sistem vestibular bereaksi sangat cepat sehingga membantu
mempertahankan keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot postural.
c. Somatosensoris
Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau proprioseptif serta persepsi-kognitif. Informasi
propriosepsi disalurkan ke otak melalui kolumna dorsalis medula spinalis. Sebagian besar masukan
(input) proprioseptif menuju serebelum, tetapi ada pula yang menuju ke korteks serebri melalui
lemniskus medialis dan talamus.
Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang sebagian bergantung pada impuls yang
datang dari alat indra dalam dan sekitar sendi. Alat indra tersebut adalah ujung-ujung saraf yang
beradaptasi lambat di sinovia dan ligamentum. Impuls dari alat indra ini dari reseptor raba di kulit dan
jaringan lain , serta otot di proses di korteks menjadi kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang.
Adaptive systems
Kemampuan adaptasi akan memodifikasi input sensoris dan keluaran motorik (output) ketika terjadi
perubahan tempat sesuai dengan karakteristik lingkungan.
Kemampuan sendi untuk membantu gerak tubuh dan mengarahkan gerakan terutama saat gerakan yang
memerlukan keseimbangan yang tinggi.
Derajat stabilitas tubuh dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu : ketinggian dari titik pusat gravitasi
dengan bidang tumpu, ukuran bidang tumpu, lokasi garis gravitasi dengan bidang tumpu, serta berat
badan.
49
c. Bidang tumpu (Base of Support-BOS)
Bidang tumpu merupakan bagian dari tubuh yang berhubungan dengan permukaan tumpuan. Ketika
garis gravitasi tepat berada di bidang tumpu, tubuh dalam keadaan seimbang. Stabilitas yang baik
terbentuk dari luasnya area bidang tumpu. Semakin besar bidang tumpu, semakin tinggi stabilitas.
Misalnya berdiri dengan kedua kaki akan lebih stabil dibanding berdiri dengan satu kaki. Semakin dekat
bidang tumpu dengan pusat gravitasi, maka stabilitas tubuh makin tinggi.
Keseimbangan Berdiri
Pada posisi berdiri seimbang, susunan saraf pusat berfungsi untuk menjaga pusat massa tubuh
(center of body mass) dalam keadaan stabil dengan batas bidang tumpu tidak berubah kecuali tubuh
membentuk batas bidang tumpu lain (misalnya : melangkah). Pengontrol keseimbangan pada tubuh
manusia terdiri dari tiga komponen penting, yaitu sistem informasi sensorik (visual, vestibular dan
somatosensoris), central processing dan efektor.
Pada sistem informasi, visual berperan dalam contras sensitifity (membedakan pola dan bayangan)
dan membedakan jarak. Selain itu masukan (input) visual berfungsi sebagai kontrol keseimbangan,
pemberi informasi, serta memprediksi datangnya gangguan. Bagian vestibular berfungsi sebagai
pemberi informasi gerakan dan posisi kepala ke susunan saraf pusat untuk respon sikap dan
memberi keputusan tentang perbedaan gambaran visual dan gerak yang sebenarnya. Masukan
(input) proprioseptor pada sendi, tendon dan otot dari kulit di telapak kaki juga merupakan hal
penting untuk mengatur keseimbangan saat berdiri static maupun dinamik
Central processing berfungsi untuk memetakan lokasi titik gravitasi, menata respon sikap, serta
mengorganisasikan respon dengan sensorimotor. Selain itu, efektor berfungsi sebagai perangkat
biomekanik untuk merealisasikan renspon yang telah terprogram si pusat, yang terdiri dari unsur
lingkup gerak sendi, kekuatan otot, alignment sikap, serta stamina.
Postur adalah posisi atau sikap tubuh. Tubuh dapat membentuk banyak postur yang memungkinkan
tubuh dalam posisi yang nyaman selama mungkin. Pada saat berdiri tegak, hanya terdapat gerakan
kecil yang muncul dari tubuh, yang biasa di sebut dengan ayunan tubuh. Luas dan arah ayunan
diukur dari permukaan tumpuan dengan menghitung gerakan yang menekan di bawah telapak kaki,
yang di sebut pusat tekanan (center of pressure-COP). Jumlah ayunan tubuh ketika berdiri tegak di
pengaruhi oleh faktor posisi kaki dan lebar dari bidang tumpu.
Posisi tubuh ketika berdiri dapat dilihat kesimetrisannya dengan : kaki selebar sendi pinggul, lengan
di sisi tubuh, dan mata menatap ke depan. Walaupun posisi ini dapat dikatakan sebagai posisi yang
paling nyaman, tetapi tidak dapat bertahan lama, karena seseorang akan segera berganti posisi untuk
mencegah kelelahan.
50
II. TUJUAN :
1. Mendemonstrasikan kepentingan kedudukan kepala dan mata dalam mempertahankan
keseimbangan badan pada manusia.
2. Mendemonstrasikan dan menerangkan pengaruh percepatan sudut :
a. Dengan kursi barany terhadap : gerakan bola mata
b. Dengan berjalan mengelilingi statif
a. Suruh orang percobaan duduk tegak dikursi Barany dengan kedua tangannya
memegang erat tangan kursi.
b. Tutup kedua matanya dengan sapu tangan dan tundukkan kepala o.p 30 derajat
kedepan.
P.VIA.9. Apa maksud tindakan penundukan o.p 30 derajat kedepan?
51
c. Putarlah kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur dan tanpa
sentakan
d. Hentikan pemutaran kursi tiba-tiba
e. Bukalah sapu tangan dan suruhlah o.p melihat jauh kedepan
f. Perhatikan adanya nistagmus
Tetapkanlah arah komponen lambat dan cepat nistagmus tersebut
P.VIA.10. Apa yang dimaksud dengan rotatory nistagmus dan postrotatory nystagmus ?
Setelah berputar ke kanan, terdapat nistagmus komponen cepat ke arah kiri dan komponen lambat
ke arah kanan. Hal ini disebabkan oleh adanya refleks vestibulo-okular (VOR) yang merupakan
refleks gerakan mata untuk menstabilkan gambar pada retina selama gerakan kepala dengan
memproduksi sebuah gerakan mata ke arah yang berlawanan dengan gerakan kepala, sehingga
mempertahankan gambar untuk berada pada pusat bidang visual.
3. Menjawab Pertanyaan
P.VIA.9. Apa maksud tindakan penundukan o.p 30 derajat kedepan?
Jawab :
P.VIA.10. Apa yang dimaksud dengan rotatory nistagmus dan postrotatory nystagmus ?
Jawab:
Nistagmus horizontal : nistagmus yang gerakannya berada mata disekitar aksisvisual. Post-rotatory
nistagmus adalah keadaan normal yang ditemukan pada hewan pasca pemutaran yang terjadi akibat
pergerakan kupula sewaktu rotasi dihentikan memilikiarah berlawanan.
4. Kesimpulan
Setiap kepala berputar tiba-tiba,sinyal yang berasal dari kanalis semisirkularis menyebabkan, mata
berputar dengan arah yang berlawanan dengan arah putaran kepala. Keadaan ini timbul akibat
adanya refleks yang dijalarkaan melalui nuklei vestibular dan fasikulus longitudinalis medial
menuju nuklei okulomotor.
52
B. Tes Penyimpangan Penunjukkan ( Pas Pointing Test of Barany )
1. Tata Kerja
a. Suruh OP duduk tegak dikursi Barany dan tutuplah kedua matanya dengan sapu tangan
b. Periksa sendiri tepat dimuka kursi Barany sambil mengulurkan tangan ke arah OP
c. Suruhlah OP menunjulurkan lengan kanannya ke depan sehingga dpt menyentuh jari tangan
pemeriksa yang telah diulurkan sebelumnya
d. Suruhlah OP mengangkat lengan kanannya ke atas dan kemudian dengan cepat
menurunkan kembali sehingga dapat menyentuh jari pemeriksa lagi. Tindakan no 1-4
merupakan persiapan untuk tes yang berikut :
e. Suruhlah sekarang OP dengan kedua tangannya memegang erat tangan kursi
f. Putarlah kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur tanpa sentakan.
Saat mata o.p dalam keadaan tertutup, terdapat koordinasi yang salah dari o.p karena sensasi
perputaran yang dialaminya. Namun, setelah mata dibuka, o.p dapat menyentuh jari tangan yang
sebenarnya bisa dilakukan dengan tepat.
3. Kesimpulan
Deviasi dari tes dapat terjadi namun belum tentu karena kelainan, namun karena koordinasi yang
salah
C. Kesan sensasi
1. Tata Kerja
a. Gunakan o.p. yang lain
b. Suruh o.p duduk di kursi Barany dan tutuplah kedua matanya dengan sapu tangan
c. Putarlah kursi barany ke kanan dengan kecepatan yang berangsur-angsur bertambah dan
kemudian kurangilah kecepatan putarannya secara berangsur-angsur sampai berhenti.
d. Tanyakan kepada o.p arah perasaan berputar
1) sewaktu kecepatan putar masih bertambah
2) sewaktu kecepatan menetap
3) sewaktu kecepatan dikurangi
4) segera setelah kursi dihentikan
e. Berikan keterangan tentang mekanisme terjadinya arah perasaan berputar yang dirasakan
o.p .
53
4) segera setelah kursi dihentikan : o.p merasa seperti berputar ke kiri
5) mekanisme terjadinya arah perasaan berputar yang dirasakan o.p.:
perasaan berputar dikarenakan adanya gangguan keseimbangan pada organ tympani pada telinga.
Saat kursi mulai diputar ke kanan, endolimfe akan berputar ke arah sebaliknya, yaitu ke kiri. Akibatnya,
kupula akan bergerak ke kiri dan o.p akan merasa berputar ke kiri. Kemudian, kupula akan bergerak ke
kanan searah dengan putaran kursi sehingga o.p akan merasa bergerak ke kanan. Saat kecepatan mulai
konstan, kupula dalam posisi tegak sehingga o.p akan merasa tidak berputar. Saat kursi dihentikan,
kupula akan bergerak ke arah sebaliknya, yaitu ke kanan, sehingga o.p akan merasa berputar ke kanan.
Namun, pada praktikum o.p masih merasa berputar ke kanan saat kecepatan sudah konstan dan o.p tidak
merasa berputar ke kanan saat kursi dihentikan. Hal ini mungkin disebabkan oleh persepsi
keseimbangan o.p yang bagus.
3. Kesimpulan
Pada percobaan barany, o.p di putar ke kanan akan tetapi yang dirasakan o.p berputar kea rah kiri
dikarenakan sinyal yang berasal dari canalis semisircularis yang bekerja berlawan arah.
e. Bagaimana keterangannya?
Jawab : Karena endolimf bergerak lebih lambat namun bersifat menyusul jadi ketika terdapat
penghentian putaran, endolimf masih cenderung mengikuti perputaran tersebut.
Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan orientasi tubuh dan bagian- bagiannya
dalam hubungannya dengan ruang internal. Keseimbangan tergantung pada continous visual,
labirintin, dan input somatosensorius (proprioceptif) dan integrasinya dalam batang otak dan
serebelum. Kanalis semisirkularis punya posisi anatomis terangkat 30o, kalau seseorang menunduk
dengan sudut 30o maka posisi kanalis semisirkularis lateral dibidang horizontal. Kesulitan berjalan
lurus biasa dialami, hal ini dikarenakan cairan endolimph dan perilimph terganggu atau bergejolak.
3. Menjawab Pertanyaan
54
a. Apa yang saudara harapkan terjadi pada o.p. ketika berjalan luru ke muka setelah berputar 10
kali searah dengan jarum jam?
b. Bagaimana keterangannya?
Jawab:
4. KESIMPULAN
Posisi berjalan dan keseimbangan dipengaruhi oleh posisi kanalis semisirkularis serta
pergerakan cairan endolimph-perilimph.
Aparatus vestibularis mendeteksi perubahan posisi dan gerakan kepala. Kanalis
semisirkularis mendeteksi akselarasi atau deselarasi anguler atau rotasional kepala. Akselarasi atau
deselarasi selama rotasi kepala ke segala arah menyebabkan pergerakan endolimfe yang awalnya
tidak ikut bergerak sesuai arah rotasi kepala karena inersia.
Apabila gerakan kepala berlanjut dalam arah dan kecepatan yang sama, endolimfe akan
menyusul dan bergerak bersama dengan kepala sehingga rambut-rambut kembali ke posisi tegak.
Ketika kepala berhenti, keadaan sebaliknya terjadi. Endolimfe secara singkat melanjutkan diri
bergerak searah dengan rotasi kepala sementara kepala melambat unutk berhenti. Ketika seseorang
berada dalam posisi tegak, rambut-rambut pada utrikulus berorientasi secara vertikal dan rambut-
rambut sakulus berjajar secara horizontal.
55
Daftar Pustaka
Drs. H. Syaifuddin, AMK. 2003. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Penerbit Buku
Kedokteran EGC : Jakarta
Ganong WF. 2006. Review of medical physiology. 22nd Ed. USA: The McGraw-Hill companies
Ganong,F.William. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran ed.20. Jakarta:EGC
Guyton AC, Hall JE. 2006. Textbook of medical physiology. 11th ed. Philadelphia: Elsevier.. p663-6.
Sears, dan Zemansky. “Fisika untuk Universitas”, jilid III
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem ed.2. Jakarta:EGC
Sloane, Ethel. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC
Soepardi EA, Iskandar N, dkk. 2010. Gangguan Pendengaran dan Kelainan Telinga. Dalam: Buku Ajar
Sutrisno, Seri Fisika Dasar, ITB
56