Anda di halaman 1dari 56

LENSA TIPIS

1. Tujuan Percobaan
Menentukan jarak fokus lensa cembung (konvergen) dan cekung (divergen) serta sifat bayangan

2. Alat-alat Percobaan
a. Bangku optik yang berbentuk rel berskala dengan tiang statif tempat lensa, benda, cermin, dan
tabir (layar)
b. Lensa cembung dan cekung
c. Tabir, cermin, benda berbentuk panah, dan penggaris berskala
d. Lampu proyektor sebagai sumber cahaya

3. Teori Dasar
3-1. Rumus Gauss

Benda nyata yang terletak didepan lensa konvergen dapat membentuk bayangan nyata dibelakang
lensa. Bayangan ini dapat ditangkap oleh tabir dibelakang lensa sehingga dapat terlihat. Secara
sederhana pembentukan bayangan tersebut diperhatika pada gambar 1.

Gambar 1. Diagram pembentukan bayangan oleh lensa konvergen. f = titik fokus, O = pusat
sumbu optik lensa.

Jika tebal lensa diabaikan maka dapat dibuktikan bahwa


1 1 1
𝔣
=𝑏+𝑣
𝑏𝑣
f = 𝑏+𝑣

(1)
Persamaan ini berlaku umum dengan ketentuan

f = jarak titik fokus lensa, bertanda (+) untuk lensa konvergen dan (-) untuk divergen
v = jarak benda terhadap pusat sumbu optik lensa, bertanda (+) untuk benda nyata dan (-)
untuk benda maya
b = jarak bayangan terhadap pusat sumbu optik lensa, bertnda (=) untuk bayangan nyata dan
(-) untuk bayangan maya

1
Bayangan nyata terletak dibelakang lensa dan dapat ditangkap oleh tabir sementara benda maya
terletak di depan lensa dan tidak ditangkap oleh tabir. Selanjutnya benda maya terletak dibelakang
lensa dan biasanya dihasilkan oleh bayangan komponen optik lainnnya (lensa dan cermin)

Disamping itu perbesaran yang didefinisikan sebagai perbandingan besar bayangan terhadap objek
dapat diperoleh dari persamaan
𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑦𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏
M= 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎
=- 𝑣
(2)
Munculnya tanda negatif hanya karna keinginan agar jika m positif untuk bayangan tegak dan
negatif untuk bayangan terbalik. Jika dihilangkan tanda negatif dari rumus (2) maka perjanjiannnya
akan terblik.

3-2. Rumus Bessel

Jika jarak antara benda dan tabir dibuat teteap dan lebih besar dari 4f maka terdapat dua kedudukan
lensa positif yang akan menghasilkan bayangan tajam diperkecil dan diperbesar pada tabir, lihat
gambar 2.

Gambar 2. Kedudukan lensa positif yang membentuk bayangan tajam pada tabir

Pada gambar tersebut, posisi-b dan posisi-k masing-masing menyatakan posisi lensa yang
menghasilkan bayangan tajam diperbesar dan diperkecil, sedangkan

𝒶 = jarak benda ke tabir

d = jarak antara dua kedudukan lensa yang menghasilkan bayangan tajam yang diperbesar
dan diperkecil

𝑣𝑏 = jarak benda ke lensa yang menghasilkan bayangan diperbesar

𝑏𝑏 = jarak bayangan ke lensa yang menghasilkan bayangan diperbesar

𝑣𝑘 = jarak benda ke lensa yang menghasilkan bayangan diperkecil

2
𝑏𝑘 = jarak bayangan ke lensa yang menghasilkan bayangan diperkecil

Mengacu pada gambar 2 terlihat bahwa

d = 𝑣𝑘 - 𝑣𝑏 (3a)

= 𝑏𝑏 - 𝑏𝑘 (3b)

= 𝑏𝑏 – 𝑣𝑏 (3c)

Mengingat bahwa 𝒶 = 𝑣𝑏 + 𝑏𝑏 maka diperoleh


𝒶− 𝒹
𝑣𝑏 = 2

𝒶+ 𝒹
𝑏𝑏 = 2

(4)
Substitusi persamaan (4) ke persamaan (1) mnghasilkan
2
𝒶2 − 𝒹
f = 4𝒶

(5)
Perhatikan bahwa 𝒶 dan d selalu positif

3-3. Gabungan Lensa dengan Cermin Datar


Misalkan benda diletakkan pada bidag fokuss lensa dan dibelakang lensa terdapat cermin datar,
lihat gambar 3.

Gambar 3. Menentukan panjang fokus lensa (+) dengan bantuan cermin datar

Oleh lensa, berkas sinar yang berasal dari benda akan dibiaskan dalam berkas sejajar sehingga
terbentuk bayangan ditempat tak terhingga. Selanjutnyaoleh cermin datar berkas ini akan
dipantulkan dan kemudian dibiaskan kembali oleh lensa sehinga terbentuk bayangan sama besar
pada bidang fokus/benda.

3-4. Rumus lensa Gabungan

3
Untuk tujuan tertentu sering digunakan gabungan beberapa lensa. Dalam analisis pembentukan
bayangan lensa gabungan ini dapat dibayangkan seolah-olah menjadi sebuah lensa dengan jarak
fokus 𝑓𝑔 . Untuk gabngan dua lensa 𝑓𝑔 dirumuskan sebagai
1 1 1 1
𝑓𝑔
=𝑓 +𝑓 -𝑓𝑓
1 2 1 2

(6)

Dengan t adalah jarak dua smbu ooptik lensa.

Jika kedua lensa itu tipis dan diimpitkan maka t = 0 sehingga


1 1 1
𝑓𝑔
=𝑓 +𝑓
1 2

(7)

3-5. Pembentukan Bayangan Oleh Gabungan Lensa Konvergen-Divergen

Lensa negatif akan selalu membentuk bayangan maya dari benda nyata tetapi dari benda maya
dapat dibentuk bayangan nyata. Atas dasar ini maka diperlukan bantuan lensa positif dengan
susunan seperti gambar berikut.

G a m b a r 4 . P e m b e n t u k a n b a y a n g a n o l e h g a b u n g a n l e n s a k o n v e r g e n d a n divergen

O- adalah bayangan nyata yang dibentuk oleh lensa positif dan bayangan ini menjadi
objek/ benda maya lensa divergen (-). B- adalah nyata yang dibentuk lensa divergen dari benda O-

4. Jalannya Percobaan
4-1. Menentukan Jarak Focus Lensa Kovergen

4
Merujuk pada teori di atas maka penentuan jarak focus lensa kovergen dapat dilakukan dengan
tiga cara, yaitu Bessel, Gauss, dan berbantuan cermin datar.

4-1-A. Cara Gauss

1. Ambil benda berbentuk panah dan ukur tingginya sebanyak 5 kali. isikan pada tabel
data.
2. ambil tabir dan lensa konvergen yang akan diukur jarak focusnya.
3. letakkan benda, lensa, dan tabir rel optik sehingga terbentuk susunan seperti gambar 1.
4. atur posisi benda, lensa, tabir sehingga terbentuk bayangan tajam diperkecil.
5. ukurlah v,b,tinggi bayangan h', dan posisi bayangan apakah tegak atau terbalik.
Isikan hasil ini pada tabel data.
6. Geser lensa mendekati benda sejarak 2cm dan atur posisi tabir sehingga terbentuk
bayangan tajam. Lakukan pengukuran seperti langkah 5.
7. ulangi langkah 6 terus menurus selama masih mungkin.
4-1-B. Cara Bassel

1. Ukurlah tinggi benda yang terbentuk anak panah dan catat hasilnya. ulangi pengukuran
ini sampai 5 kali.
2. tempatkan benda di depan lampu sorot.
3. tempatkan tabir sejarak sekitar 100 cm di belakang benda.
4. tempatkan lensa yang akan diukur jarak focusnya diantara lensa dan tabir
susunan posisi benda, lensa dan tabir akan seperti gambar 2.
5. Geser-geser lensa untuk melihat sekilas apakah terbentuk bayangan tajam diperbesar
dan diperkecil. jika tidak terjadi anda mungkin perlu menaikan/menurunkan posisi
lensa dan benda agar sinar dari benda tepat jatuh pada lensa atau menggeser posisi tabir.
6. jika langkah 5 berhasil, maka aturlah posisi lensa secara halus untuk medapatkan
bayangan tajam diperbesar dan diperkecil.
7. catat kedua posisi lensa (vb dan bk), tinggi bayangan dan catat apakah bayangan
terbalik atau tegak.
8. isikan hasil pengukuran ini pada tabel data.
9. ulangi langkah 6 dan 7 sampai 5 kali. pada setiap pengulangan posisi lensa harus
digeser-geser.
4-1-C. Dengan bantuan Cermin datar

1. tempatkan benda, lensa (+) dan tabir sehingga terbentuk susunan seperti gambar 3.
2. geserlah posisi benda sehinga pada bidang benda terbentuk bayangan yang sama besar
dengan benda
3. catat jarak benda ke lensa (lihat tabel data)
4. ulangi percobaan ini sampai 5 kali.
4-2. Menentukan Jarak Fokus Lensa Divergen

1. ambil lensa konvergen dan lensa divergen yang akan ditentukan jarak focusnya
2. tempatkan benda, lensa kovergen, dan tabir di belakang lensa
3. aturlah posisi lensa dan tabir sehingga terbentuk bayangan tajam pada tabir.
4. catat posisi benda, lensa, dan tabir
5. letakkan lensa divergen di antara tabir dan lensa kovergen. perhatikan bayangan pada tabir
akan kabur atau hilang.
6. atur posisi lensa divergen dan tabir sehingga terbentuk bayangan tajam.
7. catat posisi lensa divergen dan tabir

5
8. berdasarkan data posisi ini maka hitunglah v+, b+, d, b+, dan b- dan hasilnya diisikan pada
tabel data. variabel d adalah jarak antara lensa kovergen dan divergen.
9. ulangi percobaan di atas sebanyak sampai 5 kali.

5. Tugas Pada Laporan Akhir


5-1-A. Cara Gauss
1. Hitung m berdasarkan perbandingan tinggi benda dan bayangan.
2. Hitung m berdasarkan persamaan (2) dan berdasarkan hasil ini tentukan posisi bayangan
(tegak atau terbalik).
3. Buatlah table ringkasan perhitungan tugas 1 dan 2.
4. Buat table harga 1/v dan 1/b
5. Buat grafik 1/v terhadap 1/b.
6. Berdasarkan grafik tersebut tetukan f lensa.
5-1-B. Cara Bessel

Berdasarkan data percobaan, hitung jarak focus lensa dengan persamaan (5).

5-1-C. Dengan Bantuan Cermin Datar

Berdasarkan data jarak benda, anda langsung mendapatkan jarak focus, f=v. buat table
ringkasan hasil perhitungan jarak focus kekuatan lensa (dalam Dioptri) dari ketiga cara di atas.

Beri catatan/ulasan mengapa terjadi perbedaan hasil dari ketiga cara di atas.

Catatan: 1 dioptri = 100 , jadi lensa dengan f = 25 cm akan berkekuatan 4 dioptri.

f[cm]

5-2 Jarak Fokus Lensa Divergen

Tentukan f lensa divergen hasil percobaan.

6. Hasil Percobaan
1. Menentukan jarak focus lensa konvergen
a. Cara gauss
Tinggi benda h = 4,5 cm
Mt = M = - f
No. v (cm) b (cm) h’ (cm) Tegak/terbalik
h’/h b/v
1 35,5 49,5 5 Terbalik 1,1 -1,39 20,67
2 30 66 7,5 Terbalik 1,6 -2,2 20,62
3 33 56 6 Terbalik 1,3 -1,69 20,76
4 34 52 3,5 Terbalik 1,4 -1,53 20,56
5 37 47 3 Terbalik 1,2 -1,27 20,70

Kesimpulan:

Percobaan lensa konvergen dengan cara gauss, didapat hasil percobaan sesuai dengan sifat dari
lensa konvergen. Yaitu didapat bayangan yang nyata, terbalik dan diperbesar.

6
b. Cara Bessel c. Dengan cermin datar
No v (cm) f (cm)
a (cm) vb (cm) vk (cm) D f (cm)
.
1 96 30 63,5 33,5 21,07 10 10
2 96 29 64 35 20,80 20 20
3 116 26 86 60 21,2 10 10
4 86 33 52 19 20,4 10 10
5 91 31 59 28 20,59 20 20

Kesimpulan :

Pada percobaan lensa konvergen dengan cara Bessel, pada kedua a (jarak tabir dan
benda), 100 cm dan 90 cm, didapatkan dua jenis bayangan yaitu bayangan besar dan kecil
dengan jarak vb dan vk berbeda. Semakin jauh lensa digeser ke arah tabir maka akan semakin
kecil bayangan yang didapat, kemudian sebaliknya.

Pada percobaan lensa konvergen dengan cermin datar. Didapatkan v=f, karena sifat
cermin datar memantulkan bayangan yang tegak, bayangan yang dihasilkan sama besar dengan
benda, jarak benda sama dengan jarak bayangan, serta bayangan dihasilkan merupakan
bayangan semu karena berupa hasil pantulan.

d. Lensa divergen
No. v+ (cm) b+ (cm) v- (cm) d (cm) b- (cm) f- (cm)
1 29 76 5 71 10 3,3

Kesimpulan :

Pada percobaan lensa divergen seharusnya didapatkan focus lensa divergen negative (-), karena
lensa divergen bersifat menyebarkan cahaya. Kemungkinan kami kurang teliti dalam
penghitungan sehingga tidak sesuai dengan teori

7
SISTEM SENSORIK
I. TUJUAN
1. Membedakan perasaan subjektif panas dan dingin
2. Menetapkan adanya titik-titik panas, dingin, tekan dan nyeri dikulit.
3. Memriksa daya menentukan tempat rangsangan taktil (lokalisasi taktil).
4. Memeriksa daya membedakan dua titik tekan (diskriminasi taktil) pada perangsangan serentak
(simultan) dan perangsangan berurutan (suksetif).
5. Menentukan adanya perasaan iringan dan menerangkan mekanisme terjadinya (afterimage).
6. Memeriksa daya membedakan berbagai sifat benda:
a. Kekerasan permukaan
b. Bentuk
c. Bahan pakaian
7. Memriksa daya menetukan sikap anggota tubuh.
8. Mengukur waktu reaksi.
9. Menyebutkan faktor-faktor sikap anggota tubuh.

II. BAHAN DAN ALAT


1. 3 waskom dengan air bersuhu 20˚C, 30˚C dan 40˚C.
2. Gelas beker dan thermometer kimia.
3. Alcohol atau eter.
4. Es.
5. Kerucut kuningan + bejana berisi kikiran kuningan + estesiometer rambut Frey dan jarum.
6. Pensil + jangka + pelbagai jenis amplas + benda-benda kecil + bahan-bahan pakaian.
7. Mistar pengukur reaksi.

III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

I. Perasaan Subyektif Panas dan Dingin


A. Dasar Teori
Temperatur reseptor/ thermoreseptor merupakan free nerve ending yang terletak pada dermis, otot
skeletal, liver, hipotalamus. Reseptor dingin tiga/ empat kali lebih banyak daripada reseptor panas.
Tidak ada strukur yang membedakan reseptor dingin dan panas.
Sensasi temperature diteruskan pada jalur yang sama dengan sensasi nyeri. Mereka dikirim ke
formation retikularis, thalamus dan korteks primer sensoris. Thermoreseptor merupakan phasic
reseptor, aktif bila temperature berubah, tetapi cepat beradaptasi menjadi temperature yang stabil.
B. Tata Kerja
1. Sediakan 3 waskom masing-masing berisi air suhu 200.300,400C
2. Masukkan tangan kanan ke dalam air bersuhu 200 dan tangan kiri ke dalam 40 0 +- 2 menit.
Catat kesan yang sdr alami!
3. Masukkan kedua tangan itu segera serentak ke dalam air bersuhu 300C. catat kesan yang sdr
alami!
4. Tiup perlahan-lahan kulit punggung tangan yang kering dari jarak +_ 10 cm
5. Basahi kulit punggung tangan tersebut dengan air dan tiup sekali lagi dengan kecepatan seperti
diatas. Bandingkan kesan yang sdr alami hasil tiupan pada sub 4 dan 5!
6. Olesi sebagian kulit punggung tangan dengan alcohol atau eter

8
VII.2. Apakah ada perbedaan antara ke 3 hasil akhir tindakan pada sub 4,5 dan 6 apa sebabnya
?
C. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
o.p.: Muthia
a. Tangan kanan suhu 200 C: o.p merasakan tangannya dingin
b. Tangan kiri suhu 400C: o.p merasakan tangannya panas
c. Tangan kanan dan kiri 300C:
 Kanan : dingin menjadi panas
 Kiri : panas menjadi dingin
Pengeringan:

 Peniupan tangan kurang lebih 10 detik pertama (butuh waktu 1 menit 7 detik)
 Peniupan tanga kurang lebih 10 detik kedua, setelah tangan direndam kembali ( butuh
waktu 1 menit 13 detik)
 Diolesi dengan alcohol (butuh waktu 25 detik dan merasakan dingin)
D. Menjawab Pertanyaan
Apakah ada perbedaan antara ke 3 hasil akhir tindakan pada sub 4,5 dan 6 apa sebabnya ?
Jawab:
 tangan kanan  kering di pegang masih terasa lembab
 tangan kiri  benar-benar kering saat dipegang
Sebab: eter/alkohol lebih cepat menguap saat terkena udara luar
E. Kesimpulan
Kulit memiliki fungsi sebagai mekanoreseptor, thermoreseptor, kemoreseptor, perpindahan kalor
(mengambil kalor) sehingga tangan tampak seolah-olah berpindah rasa dingin menjadi panas dan
sebaliknya. Sedangkan pada proses pengeringan, proses yang kedua lebih cepat dibandingkan yang
pertama dan dengan alcohol lebih cepat kering dibandingkan yang kedua.

II. Titik-titik panas, dingin, tekan, dan nyeri di kulit


A. Dasar Teori
Reseptor sensorik
Reseptor sensorik berupa sel-sel khusus atau proses sel yang memberikan informasi tentang
kondisi di dalam dan diluar tubuh kepada susunan saraf pusat. Indera peraba dikulit adalah indera
yang digunakan untuk merasakan sensitivitas temeperatur, nyeri, sentuhan, tekanan, getaran dan
proprioseptif.
Adapun indera-indera khusus pada tubuh kita seperti penciuman, penglihatan, perasa pada
lidah, keseimbangan dan pendengaran. Sensasi yang dating pada tubuh kita diterima oleh reseptor
yang khusus yang strukturnya lebih kompleks daripada reseptor pada kulit. Reseptor ini terletak
pada indera khusus pada manusia seperti mata, telinga dimana reseptornya dilindungi oleh jaringan-
jaringan disekitarnya.
a. Nosiseptor
Reseptor nyeri/nosiseptor terletak pada daerah superficial kulit, kapsul sendi, dalam periostes
tulang sekitar dinding pembuluh darah. Jaringan dalam dan organ visceral mempunyai beberapa
nosiseptor. Reseptor nyeri merupakan free nerve ending dengan daerah reseptif yang luas,
sebagai hasilnya sering kali sulit membedakan sumber rasa nyeri yang tepat.
Nosiseptor sensitive terhadap temperature yang ekstrim, kerusakan mekanis dan kimia seperti
mediator kimia yang dilepaskan sel yang rusak. Bagaimanapun juga rangsangan yang kuat akan
diterima oleh ketiga tipe reseptor. Untuklah kita bias merasakan sensasi rasa nyeri yang

9
disebabkan oleh asam, panas, luka yang dalam. Rangsangan pada dendrite di nosiseptor
menimbulkan depolarisasi, bila segmen akson mencapai batas ambang dan terjadi potensial
aksi di susunan saraf pusat
b. Thermoreseptor
Temperatur reseptor/ thermoreseptor merupakan free nerve ending yang terletak pada dermis,
otot skeletal, liver, hipotalamus. Reseptor dingin tiga/ empat kali lebih banyak daripada reseptor
panas. Tidak ada strukur yang membedakan reseptor dingin dan panas.
Sensasi temperature diteruskan pada jalur yang sama dengan sensasi nyeri. Mereka dikirim ke
formation retikularis, thalamus dan korteks primer sensoris. Thermoreseptor merupakan phasic
reseptor, aktif bila temperature berubah, tetapi cepat beradaptasi menjadi temperature yang
stabil.
c. Mechanoreseptor
Mechanoreseptor sangat sensitif terhadap rangsangan yang terjadi pada membrane sel.
Membran sel memiliki regulasi mekanis ion channel dimana bias terbuka ataupun tertutup bila
ada respon terhadap tegangan, tekanan dan yang bias menimbulkan kelainan pada membrane.
Terdapat tiga jenis mechanoreseptor antara lain:
- Tactile reseptor memberikan sensasi sentuhan, tekanan dan getaran. Sensasi sentuhan
memberikan inforamsi tentang bentuk atau tekstur, dimana tekanan memberikan sensasi
derajat kelainan mekanis. Sensasi getaran memberikan sensasi denyutan/ debaran.
- Baroreseptor untuk mendeteksi adanya perubahan tekanan pada dinding pembuluh darah
dan pada tractus digestivus, urinarius dan system reproduksi.
- Proprioseptor untuk memonitor posisi sendi dan otot, hal ini merupakan struktur dan fungsi
yang kompleks pada reseptor sensoris.
d. Chemoreseptor
Spesialisasi pada neuron chemoreseptor dapat dideteksi dengan perubahan kecil dari
konsentrasi kimia. Umumnya chemoreseptor berespon terhadap substansi water-soluble dan
lipid soluble yang larut dalam cairan.
Chemoreseptor tidak mengirim informasi pada korteks primer sensoris, jadi kita tidak tahu
adanya sensai yang diberikan kepada reseptor tersebut. Saat informasi datang lalu diteruskan
menuju batang otak yang merupakan pusat otonomik yang mengatur pusat respirasi dan fungsi
cardiovascular
Reflek mempunyai waktu reaksi yang terukur, waktu yang dibutuhkan dari saat perangsangan
sampai timbulnya respon tersebut disebut waktu refelks. Respon dari aksi reflex yang sederhana
akan lebih cepat ketimbang respons dari aksi reflex yang kompleks. Waktu reaksi dipengaruhi oleh
intensitas rangsangan dan kompleksitas aksi reflex. Pada umumnya makin kuat intensitas
rangsangan maka waktu reaksi makin pendek sedangkan makin komleks aksi reflex maka waktu
reaksi makin lama.
B. Tata Kerja
1. Letakkan punggung tangan kanan diatas sehelai kertas dan tarik garis pada pinggir tangan dan
jari-jari sehingga terdapat lukisan tangan
2. Gambarkan ditelapak tangan suatu daerah 3 x 3 cm dan gambarkan pula dilukisan tangan pada
kertas
3. Tutup mata o.p dan letakkan punggung tangan kanannya santai di meja
4. Selidiki secara teratur menurut garis-garis sejajar titik-titik yang memberikan kesan panas yang
jelas pada telapak tangan tersebut dengan menggunakan kerucut kuningan yang telah dipanasi.
Cara memanasi kerucut kuningan yaitu dengan menempatkannya dalam bejana berisi kikiran
kuningan yang di rendam dalam airpanas bersuhu 500 C. tandai titik-titik panas yang diperoleh
dengan tinta

10
5. Ulangi penyelidikan yang serupa pada sub 4 dengan kerucut kuningan yang telah didinginkan
dgn cara menempatkandi dalam bejana air es
6. Selidiki pula menurut cara diatas titik-titik yang memberikan kesan tekan dengan menggunakan
estesioner rambut Frey dan titik-titik yang memberikan kesan nyeri dengan jarum
7. Gambar dengan symbol yang berbeda semua titik yang diperoleh pada lukisan tangan di kertas
VII.3. Menurut teori, kesan apakah yang diperoleh bila titik dingin dirangsang oleh benda
panas? Bagaimana keterangannya ?
C. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
o.p.: Nur Aini

 Pada daerah 1 titik saja yang terdapat rangsang dingin, panas dan nyeri bersamaan
 Rangsang dingin di 5 titik
 Rangsang panas di satu titik
 Rangsang nyeri di lima titik

D. Menjawab Pertanyaan
Menurut teori, kesan apakah yang diperoleh bila titik dingin dirangsang oleh benda panas?
Bagaimana keterangannya ?
Jawab:
Perubahan suhu tubuh dikedua arah mengubah aktivitas sel-peningkatan suhu mempercepat reaksi-
reaksi kimia sel, sedangkan penurunan suhu memperlambat reaksi-reaksi tersebut. Karena fungsi
sel sensitif terhadap fluktuasi suhu internal maka manusia secara homeostasis mempertahankan

11
suhu tubuh pada tingkat yang optimal agar metabolisma sel berlangsung stabil. Panas berlebihan
berakibat lebih serius darpada pendinginan. Bahkan peningkatan moderat suhu tubuh mulai
menyebabkan malfungsi syaraf dan denaturasi protein ireversibel.
E. Kesimpulan
Titik panas,dingin,tekan dan nyeri berbeda pada tiap tempat di kulit

III. Lokalisasi Taktil


A. Dasar Teori
Reseptor taktil adalah Mekanoreseptor, Mekanoreseptor berespons terhadap perubahan bentuk
dan penekanan fisik dengan mengalami depolarisasi dan menghasilkan potensial aksi. Apabila
depolarisasinya cukup besar, maka serat saraf yang melekat ke reseptor akan melepaskan potensial
aksi dan menyalurkan informasi ke korda spinalis dan otak. Reseptor taktil yang berbeda memiliki
kepekaan dan kecepatan mengirim impuls yang berbeda pula. Kemampuan membedakan
rangsangan kulit oleh satu ujung benda dari dua ujung disebut diskriminasi dua titik. Tubuh
bervariasi dalam kemampuan membedakan dua titik pada tingkat derajat pemisaha bervariasi.
Normalnya dua titik terpisah 2-4mm. Dapat dibedakan pada ujung jari tangan, 30-40mm dapat
dibedakan pada dorsum pedis. Sensasi taktil dibawa ke korda spinalis oleh satu dari tiga jenis
neuron sensorik : serat tipe A beta yang besar, serat tipe A delta yang kecil, dan serat tipe C yang
paling kecil. Kedua jenis serat tipe A mengandung mielin dan menyalurkan potensial aksi dengan
sangat cepat; semakin besar serat semakin cepat transmisinya dibanding serat yang lebih kecil.
Informasi taktil yang dibawa dalam serat A biasanya terlokalisasi baik. Serat C yang tidak
mengandung mielin dan menyalurkan potensial aksi ke korda spinalis jauh lebih lambat daripada
serat A. Hampir semua informasi mengenai sentuhan, tekanan, dan getaran masuk ke korda spinalis
melalui akar dorsal saraf spinal yang sesuai. Setelah bersinap di spina, informasi dengan lokalisasi
dibawa oleh serat-serat A yang melepaskan potensial aksi dengan cepat (beta dan delta) di kirim ke
otak melalui sistem lemniskus kolumna dorsalis. Serat-serat saraf dalam sisitem ini menyebrang
dari kiri ke kanan di batang otak sebelum bersinaps di talamus. Informasi mengenai suhu dan
sentuhan yang lokalisasi kurang baik di bawa ke korda spinalis melalui serat-serat C yang
melepaskan potensial aksi secara lambat. Info tersebut dikirim ke daerah retikularis di batang otak
dan kemudian ke pusat-pusat yang lebih tinggi melalui serat di sitem anterolateral.
Indera raba (taktil): reseptor taktil adalah alat indera yang paling luas, terletak diseluruh
permukaan kulit dan beberapa selaput lendir. Ada dua fungsi penting yaitu untuk survival; dengan
mengidentifikasi sentuhan ringan secara umum, temperatur, dan rasa nyeri. Sedangkan fungsi
diskriminasi yang berkembang kemudian, penting untuk mengenal tekstur, bentuk, lokasi akurat
dari suatu sentuhan dan berperan penting dalam perkembangan persepsi tubuh, keterampilan
motorik halus dan praksis.
Reseptor indera taktil terletak pada kulit dan beberapa lokasi selaput lendir. Indera
taktil memberikan informasi tentang kualitas benda-benda yang diraba (keras, halus, dsb), arah
gerak dari input taktil dan lokasi dari input tersebut (= fungsi diskriminatif). Selain itu system taktil
juga menerima rasa raba halus, nyeri dan temperatur (=fungsi protektif).
Reseptor taktil, terdapat paling sedikit 6 jenis reseptor, tapi sebenrnya masih banyak reseptor
taktil yang serupa.
1. Beberapa ujung saraf bebas, yang terdapat di jumpai di semua bagian kulit dan jaringan-
jaringan lain,dapat mendeteksi rabaan dan tekanan.
2. Reseptor raba dengan sensitivitas khusus,yakni badan meisner, yang meupakan juluran saraf
bermeilin dari sensorik besar meilin jenis (A&B). Reseptor ini terutama peka terhadap
pergerakkan objek di atas permukaan kulit seperti juga terhadap getaran berfrekuensi rendah.

12
3. Ujung jari dan daerah-daerah lainnya yang mengandung banyak sekali badan meissner biasanya
juga mengandung reseptor taktil yang ujung nya meluas,yang salah satu jenis nya diskus
Merkel. Berperan penting dalam melokalisasi sensasi raba di daerah permukaan tubuh yang
spesifik dan menentukan bentuk apa yang dirasakan.
4. Pergerakkan sedikit saja pada setiap rambut tubuh akan merangsang serabut saraf yang pangkal
nya melilit.jadi setiap rambut, dan bagian dasar serabut saraf yang disebut organ ujung rambut.
Reseptor ini dapat mendeteksi, pergerakkan objek pada permukaan tubuh atau kontak awal
dengan tubuh.
5. Ruffini reseptor ini berguna untuk menjalarkan sinyal perubahan bentuk jaringan yang terus-
menerus, missal nya sinyal raba dan tekan yang besar dan berkepanjangan.
6. Badan paccini . reseptor ini hanya dapat dirangang oleh penekkanan local jaringan yang cepat
karena reseptor ini beradaptasi dalam waktu sepersekian detik.
B. Tata Kerja
1. Tutup mata orang percobaan dan tekankan ujung pensil pada suatu titik di kulit ujung jari nya.
2. Suruh sekarang orang percobaan melokalisasi tempat yang baru d rangsang tadi dengan ujung
sebuah pensil pula.
3. Tetapkan jarak antara titik rangsang dang titik yang d tunjuk.
4. Ulangi percobaaan ini sampai 5 kali dan tentukan jarak rata-rata untuk kulit ujung jari,telapak
tangan,lengan bawah,lengan atas dan tengkuk.
VII.4. Apakah kemampuan lokalisasi taktil seseorang sama besarnya untuk seluruh bagian
tubuh?

VII.5. Apakah istilah kemampuan seseorang untuk menentukan tempat rangsang taktil?

C. Hasil Pengamatan dan Pembahasan


o.p : Silvia

Tempat Jarak Rata-rata


Ujung jari Tepat
Telapak tangan Tepat
Lengan bawah 0,8 cm
Lengan atas 2,4 cm
Tengkuk 0,2 cm
Lokalisasi taktil di tiap bagian tubuh berbeda, dan paling sulit melokalisasi di lengan atas dapat
terlihat di hasil percobaan dimana jarak perangsangan dan lokalisasi nya berbeda cukup jauh.

Jika kurang dari 5 cm maka hasilnya adalah baik, dan jika lebih dari 5 cm maka hasilnya adalah
tidak baik pada syaraf perabanya.

 TPL (Two Point Localization) lebih peka pada bagian yang menonjol, seperti hidung, mata,
bibir, dan lain-lain; merupakan suatu system yang bersifat menyebar dan melingkar
 Waktu mempengaruhi sehingga ada penyebaran sensasi.
D. Menjawab Pertanyaan
VII.4.Apakah kemampuan lokalisasi taktil seseorang sama besarnya untuk seluruh bagian tubuh?

Jawab: kemampuan lokalisasi taktil tidak sama besarnya di seluruh bagian tubuh, reseptor
taktil yang berbeda memiliki kepekaan dan kecepatan mengirim impuls yang berbeda pula.

VII.5.Apakah istilah kemampuan seseorang untuk menentukan tempat rangsang taktil?

Jawab: Topognosia, sensasi somatik (sensasi eksteroseptif =propioseptif)

13
E. Kesimpulan
Kemampuan lokalisasi taktil seseorang tidak sama besar pada seluruh bagian tubuh.

IV. Diskriminasi Taktil


A. Dasar Teori
Kemampuan panca indra untuk membedakan keberadaan 2 titik yang mendapat rangsangan sangat
dipengaruhi oleh mekanisme inhibisi lateral yang meningkatkan derajat kontras pada pola spasial
yang disadari.
Setiap jaras sensorik bila dirangsang, secara simultan akan menghasilkan sinyal inhibitorik lateral;
sinyal ini menyebar ke sisi sinyal eksitatorik dan menghambat neuron yang berdekatan. Sebagai
contoh, ingat lah neuron yang dirangsang di nukleus kolumna dorsalis. Selain dari pusat sinyal
eksitatorik, jaras lateral pendek juga menjalarkan sinyal inhibitorik ke neuron di sekitarnya. Jadi,
sinyal ini lewat melelui interneuron tambahan yang mensekresi transmitter inhibitorik.
Pentingnya inhibisi lateral adalah bahwa inhibisi ini menghambat penyebaran sinyal eksitatorik ke
lateral sehingga meningkatkan derajat kontras dalam pola sensorik yang dirasakan di korteks
serebralis.
B. Tata Kerja
1. Tentukan secara kasar ambang membedakan dua titik untuk ujung jari dengan menempatkan
kedua ujung sebuah jangka secara serentak (simultan) pada kulit ujung jari.
2. Dekatkan kedua ujung jangka itu sampai dibawah ambang dan kemudian jauhkan berangsur-
angsur sehingga kedua ujung jangka itu tepat dapat dibedakan sebagai 2 titik.
VII.6. Bagaimana caranay saudara mengatahui bahwa jarak antar kedua ujung jangka
dibawah ambang diskriminasi taktil?
3. Ulangi percobaan ini dari suatu jarak permulaan diatas ambang. Ambil angka ambang terkecil
sebagai ambang diskriminasi taktil tempat itu.
4. Lakukan percobaan diatas sekali lagi, tetapi sekarang dengan menempatkan kedua ujung jangka
secara berturut-turut (suksetif).
5. Tentukan dengan cara yang sama (simultan dan suksetif) ambang membedakan dua titik ujung
jari, tengkuk, bibir, pipi dan lidah.
6. Berikan sekarang jarak kedua ujung jangka yang sebesar-besarnya yang masih dirasakan oleh
kulit pipi depan telinga sebagai satu titik. Dengan jarak ini gerakan jangka itu dengan ujungnya
pada kulit kearah pipi muka, bibir atas dan bibir bawah. Arah gerakan harus tegak lurus
terhadap garis yang menghubungkan kedua ujung jangka.
7. Catat apa yang saudara alami.
C. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
o.p.: Nazza
Ambang Diskriminasi Taktil

Ujung Jari : o.p dapat mengidentifikasi dengan tepat ( 4/5)

Pipi : o.p sulit mengidentifikasi (1/5)

Tengkuk : o.p dapat mengidentifikasi dengan tepat (4/5)

Bibir bawah : o.p dapat mengidentifikasi dengan tepat (5/5)

Bibir atas : o.p dapat mengidentifikasi dengan tepat (5/5)

14
Bagian yang terbesar ambang diskriminasi taktilnya yakni bibir bawah dan bibir atas. Yang terkecil
di pipi. Ini membuktikan bahwa sentuhan dua titik di bibir atas dan bawah sulit dibedakan, karena
reseptor peraba lebih banyak namun lapang reseptif kecil di ujung jari atau bibir.

D. Menjawab Pertanyaan:
Bagaimana caranya saudara mengatahui bahwa jarak antar kedua ujung jangka dibawah ambang
diskriminasi taktil?
Jawab:
Dengan bertanya ke OP apakah ia bisa membedakan sentuhan yang terasa satu atau dua titik, jika
terasa dua titik dimana sebelumnya ia merasa satu, maka itu ambang diskriminsi taktilnya.
Apabila kedua titik menyentuh lapangan reseptif yang sama, keduanya akan dirasakan sebagai satu
titik. Seseorang dapat menentukan jarak minimal sebagai 2 titik yang terpisah dan bukan menjadi
satu yang mencerminkan dari ukuran lapangan reseptif di daerah tersebut. Ambang 2 titik berkisar
antara 2mm di ujung jari. Bila di kulit betis terangsang 48mm.
E. Kesimpulan
Apabila kedua titik menyentuh lapangan reseptif yang sama, keduanya akan dirasakan sebagai satu
titik

V. Perasaan Iringan (After Image)


A. Dasar Teori
Sistem saraf mempunyai sirkuit , salah satunya adalah sikuit reverberasi atau sirkuit bolak balik
(oscilatory).Sirkuit ini dapat disebabkan oleh adanya umpan balik positif di dalam sirkuit neuron.
Umpan balik ini ditujukan untuk merangsang kembali masukan sirkuit yang sama sehingga sirkuit
itu dapat mengeluarkan letupan berulang-ulang untuk waktu yang lama. Umpan balik positif ini
dapat terjadi apabila suatu neuron memiliki percabangan ke neuron lain yang memiliki percabangan
yang menuju kembali ke neuron sebelumnya.
Adanya sirkuit reverberasi atau sirkuit bolak balik sehingga rangsangan yang telah diteruskan oleh
satu neuron kembali kembali lagi kepada neuron tersebut sehingga menimbulkan perasaan iringan
(after image).
B. Tata Kerja
1. Letakkan sebuah pensil antara kepala dan daun telinga dan biarakan ditempat itu selama saudara
melakukan percobaan VI.
2. Setelah saudara selesai dengan percobaan VI angkatlah pensil dari telinga saudara dan apakah
yang saudara rasakan setelah pensil itu diambil.
P.VII.7 Bagaimana mekanisme terjadinya perasaan iringan?
C. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
o.p.: Putri
Masih terasa adanya pensil di telinga saat pensil diambil

Perasaan iringan = normal

D. Menjawab Pertanyaan
Bagaimana mekanisme terjadinya perasaan iringan?

Jawab:

Adanya adaptasi reseptor terhadap rangsangan benda yang dihasilkan melalui tekanan, getaran
dan sifat sifat fisik benda, mengakibatkan kita terbiasa dalam memakai benda tersebut. sehingga

15
pada saat mencopot benda, reseptor-reseptor tersebut memperlihatkan suatu “off reseptor” dan
adanya sirkuit reverberasi atau sirkuit bolak balik menyebabkan kita menyadari bahwa benda telah
di copot. Mekanisme adaptasi ini dilakukan oleh badan paccini.

Perasaan iringan terjadi karena adanya impuls yang terus beredar dalam lingkaran rantai neuron
daerah yang terangsang, walaupun stimulus sudah tidak ada lagi.

E. Kesimpulan
Adanya adaptasi reseptor terhadap rangsangan benda yang dihasilkan melalui tekanan, getaran dan
sifat-sifat fisik benda,mengakibatkan kita terbiasa dalam memakai benda tersebut.

VI. Daya Membedakan Berbagai Sifat Benda


A. Dasar Teori
B. Tata Kerja
a. Kekasaran permukaan benda
1. Dengan mata tertutup suruh orang percobaan meraba-raba permukaan amplas yang derajat
kekasaran yang berbeda-beda.
2. Perhatikan kemampuan orang percobaanm untuk membedakan derajat kekasaran amplas.
b. Bentuk benda
1. Dengan mata tertutup suruh orang percobaan memegang-megang benda-benda kecil yang
saudara berikan.
2. Suruh orang percobaan menyebutkan nama/bentuk benda-benda itu.
c. Bahan pakaian
1. Dengan mata tertutup suruh orang percobaan meraba-raba bahan-bahan pakaian yang
saudara berikan.
2. Suruh orang percobaan setiap kali menyebutkan jenis/bentuk benda-benda itu.
VII.8. Bila orang percobaan membuat kesalahan dalam membedakan sifat benda (ukuran, bentuk,
berat, permukaan), apa kelainan neurologis yang di deritanya?

C. Hasil Pengamatan dan Pembahasan


o.p.: Putri
a. Kekasaran permukaan benda
Kemampuan membedakan derajat kekasaran = normal
b. Bentuk benda
Membedakan bentuk benda = normal
c. Bahan pakaian
Kemampuan membedakan bahan = normal
Tidak ada kelainan pada daya membedakan berbagai sifat benda

D. Menjawab Pertanyaan:
Bila orang percobaan membuat kesalahan dalam membedakan sifat benda (ukuran, bentuk, berat,
permukaan), apa kelainan neurologis yang di deritanya?

Jawab:

Terjadi lesi pada lobus parietal yang tidak dominan.gangguannya disebut “agnosia”.jika pasien
mempunyai daya visus normal dan tidak dapat mengenali benda itu,disebut “agnosia visual”.jika
ketidakmampuan seorang pasien mengenali sebuah benda dengan palpasi tanpa adanya gangguan
sensorik di sebut “agnosia taktil”

16
Bentuk : Asterogsia (agnosia aktif)

Berat : Baragnosia

Kekasaran Permukaan : Thigmanesthesia

E. Kesimpulan
Kemampuan dapat membedakan berbagai sifat benda menunjukkan bahwa sifat sensoris baik

VII. Tafsiran Sikap


A. Dasar Teori
Baik disadari maupun tidak, tubuh kita selalu melakukan gerak. Bahkan seseorang yang tidak
memiliki kesempurnaan pun akan tetap melakukan gerak. Saat kita tersenyum,mengedipkan mata
atau bernapas sesungguhnya telah terjadi gerak yang disebabkanoleh kontrasi otot.
Gerak terjadi begitu saja. Gerak terjadi melalui mekanisme rumit dan melibatkan banyak bagian
tubuh.Terdapat banyak komponen – komponen tubuh yang terlibat dalam grak iniBaik itu disadari
maupun tidak disadari. Gerak adalah suatu tanggapan tehadap rangsangan baik itu dari dalam tubuh
maupun dari luar tubuh. Gerak merupakan pola koordinasi yang sangat sederhana untuk
menjelaskan penghantaran impuls oleh saraf.
Seluruh mekanisme gerak yang terjadi di tubuh kita tak lepas dari peranan system saraf. Sistem
saraf ini tersusun atas jaringan saraf yang di dalamnya terdapat sel-sel saraf atau neuron. Meskipun
system saraf tersusun dengan sangat kompleks, tetapi sebenarnya hanya tersusun atas 2 jenis
sel,yaitu sel saraf dan sel neuroglia.
Adapun berdasarkan fungsinya system saraf itu sendiri dapat dibedakan atas tiga jenis :
1. Sel saraf sensorik
Sel saraf sensorik adalah sel yang membawa impuls berup rangsangan dari reseptor (penerima
rangsangan), ke system saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang).Sel saraf sensorik
disebut juga dengan sel saraf indera,karena berhubungan dengan alat indra.
2. Sel saraf Motorik
Sel saraf motorik berfungsi membawa impuls berupa tanggapan dari susunan saraf pusat (otak
atau sumsum tulang belakang) menuju to atau kelenjar tubuh. Sel saraf motorik disebut juga
dengan sel saraf penggerak,karena berhubungan erat dengan otot sebagai alat gerak.
3. Sel saraf penguhubung
Sel saraf penguhubung disebut juga dengan sel saraf konektor,hal ini disebabkan karena
fungsinya meneruskan rangsangan dari sel saraf sensorik ke sel saraf motorik.
Namun pada hakikatnya sebenarnya system saraf terbagi menjadi du kelompok besar :

1. Sistem saraf sadar


Adalah system saraf yang mengatu tau mengkoordinasikan semua kegiatan yang dapat diatur
menurut kemauan kita. Contohnya, melempar bola,berjalan,berfikir,menulis,berbicara dan lain-
lain.
Saraf sadar pun terbagi menjadi dua :
a. Saraf pusat terdiri dari :
Otak: Merupakan pusat kesadaran,yang letaknya di rongga tengkorak.
Sumsum tulang belakang: Sumsum tulang belakang berfungsi menghantarkan impuls
(rangsangan) dari dan ke otak,serta mengkoordinasikan gerak refleks. Letaknya pada ruas-
ruas tulang belakang, yakni dari ruas-ruas tulag leher hingga ke ruas-ruas tulang pinggang
yang kedua. Dan dalam sumsum ini terdapat simpul-simpul gerak refleks.

17
b. Saraf Tepi:
Sistem saraf tepi terdiri dari saraf-saraf yang berada di luar system saraf pusat (otak dan
sumsum ulang belakang). Artinya system saraf tepi merupakan saraf yang menyebar pada
seluruh bagian tubuh yang melayani organ-organ tubh tertentu, sepeti kulit, persendian,
otot, kelenjar, saluran darah dan lain-lain.
2. Susunan saraf tak sadar.
a. Susunan saraf simpatis
b. Susunan saraf parasimpatis
Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang terjadi tanpa disadari
yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari reseptor, ke
saraf sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian hasil olahan oleh
otak, berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh
efektor.

B. Tata Kerja
1. Suruh orang percobaan duduk dan tutup matanya
2. Pegang dan gerakkan secara pasif lengan bawah orang percobaan kedekat kepalanya, ke dekat
dadanya, ke dekat lututnya dan akhirnya gantungkan di sisi badannya.
3. Tanyakan setiap kali sikap dan lokasi lengan orang percobaan
4. Suruh orang percobaan dengan telunjuknya menyentuh telinga, hidung dan dahinya dengan
perlahan-lahan setelah setiap kali mengangkat lurus lengannya
5. Perhatikan apakah ada kesalahan.
VII.9. Bila orang percobaan membuat kesalahan dalam melokalisasi tempat-tempat yang
diminta, apa nama neurologis yang dideritanya?
C. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
o.p.: Sri maryana
Dari hasil percobaan, o.p dapat meniru atau mensinkronkan gerakan asisten dengan tangannya:
1. Telinga
2. Mulut dan hidung
3. Alis, mata, dan hidung
4. Kuping
Jadi, o.p singkron melakukan gerakan antara subjek dan asisten.

Gerak adalah suatu tanggapan tehadap rangsangan baik itu dari dalam tubuh maupun dari luar
tubuh. Gerak merupakan pola koordinasi yang sangat sederhana untuk menjelaskan penghantaran
impuls oleh saraf. Seluruh mekanisme gerak yang terjadi di tubuh kita tak lepas dari peranan system
saraf. Sistem saraf ini tersusun atas jaringan saraf yang di dalamnya terdapat sel-sel saraf atau
neuron.

Sistem syaraf memiliki fungsi sebagai berikut :

1. Pusat koordinasi segala aktivitas tubuh


2. Pusat kesadaran, memori dan intelegansi
3. Higher mental process, yaitu reasoning (penalaran), thinking (berpikir), judgement
(pengambilan keputusan).
Seperti yang telah dijelaskan pada teori diatas, jalan dari gerak reflex ini adalah mulai dari stimulus
diterima reseptor, kemudian impus tersebut dibawa oleh saraf sensorik menuju sum-sum tulang
belakang, kemudian impul dilanjutkan oleh saraf motorik, kemudian diterima oleh efektor maka

18
terjadilah respon/tanggapan. Pasien dapat melakukan gerakan yang diperintah oleh pemeriksa
dengan benar. Pasien normal dan tidak mengalami gangguan neurologis.

D. Menjawab Pertanyaan
Bila orang percobaan membuat kesalahan dalam melokalisasi tempat-tempat yang diminta, apa
nama neurologis yang dideritanya?
Jawab:
Dysdiadochokinesis
E. Kesimpulan
Jika tafsiran sikap benar, maka daya menentukan sikap anggota tubuh baik.

VIII. Waktu Reaksi


A. Dasar Teori
Waktu reaksi (reaction time) merupakan waktu antara pemberian rangsangan sampai dengan
timbulnya respon terhadap rangsangan tersebut. Parameter waktu reaksi ini dipakai untuk
pengukuran performansi. Yang mempengaruhi performansi kerja diantaranya tingkat kelelahan,
kondisi motivasi, rasa bosan, konsentrasi, dan kondisi psikologis manusia lainnya. Hal tersebut
akan mengakibatkan waktu reaksi yang berbeda-beda antara satu kondisi dengan kondisi lainnya.
Kondisi-kondisi tersebut dipengaruhi oleh lingkungan baik secara fisik (penerangan, temperatur,
getaran, dll) maupun secara psikologis (suasana hati, motivasi, dll) dan kerja itu sendiri.

Oleh karena itu, perlu adanya pengkajian lebih lanjut tentang waktu reaksi dalam hubungannya
dengan aktivitas kerja. Waktu reaksi menjadi hal yang sangat penting dan signifikan dalam
pengukuran performansi kerja. Dalam praktikum ini, akan diteliti bagaimana perbandingan waktu
reaksi sederhana sebelum dan sesudah melakukan aktivitas fisik.

Waktu reaksi merupakan interval waktu yang diperlukan seseorang untuk memberikan reaksi
terhadap sinyal atau rangsangan yang muncul ketika seseorang memberikan respon tentang sesuatu
yang didengar, dilihat, atau dirasakan. Ada berbagai macam eksperimen waktu reaksi:

 Simple Reaction Time Experiment


Pada eksperimen ini hanya ada satu jenis stimulus dan satu reaksi. Contohnya percobaan waktu
reaksi terhadap cahaya, reaksi terhadap bunyi pada lokasi yang telah ditentukan dan tetap.

 Recognition Reaction Time Experiment


Terdapat banyak stimulus. Pada stimulus tertentu, subjek harus memberi respon sedangkan ada
beberapa yang subjek tidak boleh merespon. Ada 2 jenis, yaitu symbol recognition (subjek
menghafal lima buah huruf, kemudian subjek hanya bereaksi pada huruf yang dihafal tersebut)
dan tone/sound recognition (subjek menghafal frekuensi dari bunyi, kemudian subjek hanya
bereaksi pada frekuensi yang dihafalkan).

 Choice Reaction Time Experiment


Subjek harus merespon stimulus yang diberikan berupa huruf yang ditampilkan di layar,
kemudian menekan tombol huruf/keyboard yang sesuai dengan stimulus yang diberikan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu reaksi:

1. Arousal

19
Arousal atau state of attention, dalam hal ini didalamnya termasuk tekanan darah. Waktu reaksi
akan menjadi cepat bila tekanan darah ada di level tengah (dalam keadaan normal), dan akan
melambat bila praktikan terlalu santai atau terlalu tegang

2. Usia
Waktu reaksi menjadi berkurang mulai usia bayi hingga akhir 20-an, bertambah pada usia 50-
60 tahun, lalu melambat pada usia 70 tahun keatas. Penurunan waktu reaksi pada orang dewasa
mungkin disebabkan karena orang dewasa lebih hati-hati merespon sebuah stimulus. Orang
dewasa juga cenderung mencurahkan pikirannya pada satu stimulus dan mengabaikan stimulus
yang lainnya.

3. Jenis kelamin
Biasanya laki-laki memiliki waktu reaksi yang lebih cepat daripada wanita.

4. Right handed vs left handed


Orang kidal, banyak menggunakan otak kanan, dimana otak kanan banyak digunakan untuk
berpikir mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kreativitas, dan hal-hal yang berkaitan dengan
ruang (misal: membidik sasaran). Maka banyak peneliti bernaggapan bahwa orang kidal
memiliki waktu reaksi yang lebih cepat dibanding dengan orang yang tidak kidal.

5. Direct vs peripheral vision


Waktu reaksi akan lebih cepat bila stimulus diberikan ketika subyek melihat tepat pada titik
stimulus (direct vision), dan dapat melambat bila stimulus diberikan disekitar pandangan mata
(peripheral vision).

6. Practice and errors


Ketika seorang subyek melakukan hal yang baru atau belum pernah dilakukan sebelumnya,
maka waktu reaksinya akan lebih lambat bila dibandingkan dengan subyek yang sudah terlatih
atau efek pembelajaran.

7. Kelelahan
Waktu reaksi akan melambat bila subyek sedang mengalami kelelahan.

8. Gangguan
Adanya gangguan pada saat stimulus diberikan dapat meningkatkan waktu reaksi.

9. Peringatan akan stimulus


Waktu reaksi akan menjadi lebih cepat apabila ada peringatan yang diberikan kepada subyek
sebelum stimulus tersebut diberikan.

10. Alkohol
Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menurunkan waktu reaksi.

11. Faktor lingkungan


Pencahayaan, temperatur, dll.

12. Faktor psikologi


Suasana hati, tekanan, dll.

B. Tata Kerja
1. Suruh orang percobaan duduk dan meletakkan lengan bawah dan tangannya di tepi meja dengan
ibu jari dan telunjuk berjarak 1 cm siap menjepit

20
2. Pemeriksa memegang mistar pengukur waktu reaksi pada titik hitam dengan menempatkan
garis tebal diantara dan setinggi ibu jari dan telunjuk orang percobaan tanpa menyentuh jari-
jari orang percobaan
3. Dengan tiba-tiba pemeriksa melepaskan mistar tersebut dan orang percobaan harus mengangkat
selekas-lekasnya. Ulangi percobaan ini sebanyak 5 kali
4. Tetapkan waktu reaksi orang percobaan (rata-rata dari ke 5 hasil yang diperoleh)
C. Hasil Pengamatan
o.p.: Siti Rohaeni
NO. Waktu Reaksi
I. 0,28
II. 0,25
III. 0,19
IV. 0,25
V. 0,26
(rata-rata) 0,246
Dari hasil percobaan, didapatkan kesimpulan bahwa waktu reaksi o.p normal. Karena masih di
bawah rata-rata waktu reaksi manusia yang normal yaitu 0,5 s.
D. Menjawab Pertanyaan
Apa yang menentukan waktu reaksi seseorang ?
Jawab:
Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu reaksi seseorang adalah : usia, jenis kelamin, suhu tubuh,
kesiapan bertindak, indera penerima rangsang yang terlibat, dan banyaknya reseptor yang distimuli.
E. Kesimpulan
Waktu reaksi seseorang dtentukan oleh kecepatan dan ketanggapannya

21
PENGLIHATAN I: Uji Visus dan Buta Warna

UJI VISUS MATA

I. Tujuan percobaan
Untuk mengetahui ketajaman penglihatan

II. Dasar Teori


𝐝
Rumus visus: V = 𝐃
Keterangan: V : Visus atau ketajaman

d : jarak optotype snellen dengan objek (3.5 m)

D : skala sejauh mana mata normal masih bisa terbaca.


𝟑.𝟓
Mata kanan: V = 𝟏𝟓

𝟑.𝟓
Mata kiri: V =
𝟏𝟓

Cara baca rumus adalah dengan jarak 3.5 m subjek bisa melihat sampai dengan skala 15.

Penglihatan normal disebut emetropi. Bila benda yang dilihat jatuh di depan fovea sentralis
disebut rabun jauh (myopi) dan dapat diatasi dengan lensa cekung (negatif), bila benda yang dilihat
jatuh di belakang fovea sentralis disebut rabun dekat (hypermetropi), dapat diatasi dengan lensa
cembung (positif)

Untuk dapat melihat benda stimulus berupa cahaya harus jatuh di reseptor (penerima) yang
selanjutnya di teruskan ke pusat penglihatan (fovea sentralis) dan diperlukan ketajaman (visus)
penglihatan. Visus sangat dipengaruhi sifat fisis mata (aberasi mata = kegagalan sinar untuk
berkonvergensi/bertemu di titik identik), besarnya pupil, komposisi cahaya, mekanisme akomodasi,
elastisitas otot, faktor stimulus (warna yang kontras, besar kecilnya stimulus, durasi, intensitas
cahaya, serta faktor retina (semakin kecil dan rapat sel kerucut), maka semakin kecil minimum
separabel (separable minimum)

Bila seseorang mengalami rabun jauh dan juga rabun dekat secara bersamaan disebut
astigmatisma maka dapat diperbaiki dengan kacamata jenis silindaris yang berfungsi untuk
mengatasi kedua rabun tersebut, tetapi bila elastisitas lensa kristalina menurun karena usia dan
pengapuran menyebabkan presbyopia. Pengapuran ini dapat terjadi buramnya/kaburnya
penglihatan yang disebut sebagai katarak.

Visus adalah sebuah ukuran kuantitatif suatu kemampuan untuk mengidentifikasi simbol-
simbol berwarna hitam dengan latar belakang putih dengan jarak yang telah distandardisasi serta
ukuran dari simbol yang bervariasi. Ini adalah pengukuran fungsi visual yang tersering digunakan
dalam klinik. Istilah “visus 20/20” adalah suatu bilangan yang menyatakan jarak dalam satuan kaki
yang mana seseorang dapat membedakan sepasang benda. Satuan lain dalam meter dinyatakan
sebagai visus 6/6. Dua puluh kaki dianggap sebagai tak terhingga dalam perspektif optikal
(perbedaan dalam kekuatan optis yang dibutuhkan untuk memfokuskan jarak 20 kaki terhadap tak
terhingga hanya 0.164 dioptri). Untuk alasan tersebut, visus 20/20 dapat dianggap sebagai performa
nominal untuk jarak penglihatan manusia; visus 20/40 dapat dianggap separuh dari tajam
penglihatan jauh dan visus 20/10 adalah tajam penglihatan dua kali normal.

22
Untuk menghasilkan detail penglihatan, sistem optik mata harus memproyeksikan gambaran
yang fokus pada fovea, sebuah daerah di dalam makula yang memiliki densitas tertinggi akan
fotoreseptor konus/kerucut sehingga memiliki resolusi tertinggi dan penglihatan warna terbaik.
Ketajaman dan penglihatan warna sekalipun dilakukan oleh sel yang sama, memiliki fungsi
fisiologis yang berbeda dan tidak tumpang tindih kecuali dalam hal posisi. Ketajaman dan
penglihatan warna dipengaruhi secara bebas oleh masing-masing unsur.

Cahaya datang dari sebuah fiksasi objek menuju fovea melalui sebuah bidang imajiner yang
disebut visual aksis. Jaringan-jaringan mata dan struktur-struktur yang berada dalam visual aksis
(serta jaringan yang terkait di dalamnya) mempengaruhi kualitas bayangan yang dibentuk. Struktur-
struktur ini adalah; lapisan air mata, kornea, COA (Camera Oculi Anterior = Bilik Depan), pupil,
lensa, vitreus dan akhirnya retina sehingga tidak akan meleset ke bagian lain dari retina. Bagian
posterior dari retina disebut sebagai lapisan epitel retina berpigmen (RPE) yang berfungsi untuk
menyerap cahaya yang masuk ke dalam retina sehingga tidak akan terpantul ke bagian lain dalam
retina. RPE juga memiliki fungsi vital untuk mendaur-ulang bahan-bahan kimia yang digunakan
oleh sel-sel batang dan kerucut dalam mendeteksi photon. Jika RPE rusak maka kebutaan dapat
terjadi.

Seperti pada lensa fotografi, ketajaman visus dipengaruhi oleh diameter pupil. Aberasi optik
pada mata yang menurunkan tajam penglihatan ada pada titik maksimal jika ukuran pupil berada
pada ukuran terbesar (sekitar 8 mm) yang terjadi pada keadaan kurang cahaya. Jika pupil kecil (1-
2 mm), ketajaman bayangan akan terbatas pada difraksi cahaya oleh pupil. Antara kedua keadaan
ekstrim, diameter pupil yang secara umum terbaik untuk tajam penglihatan normal dan mata yang
sehat ada pada kisaran 3 atau 4 mm.

Korteks penglihatan adalah bagian dari korteks serebri yang terdapat pada bagian posterior
(oksipital) dari otak yang bertanggung-jawab dalam memproses stimuli visual. Bagian tengah 100
dari lapang pandang (sekitar pelebaran dari makula), ditampilkan oleh sedikitnya 60% dari korteks
visual/penglihatan. Banyak dari neuron-neuron ini dipercaya terlibat dalam pemrosesan tajam
penglihatan. Perkembangan yang normal dari ketajaman visus tergantung dari input visual di usia
yang sangat muda. Segala macam bentuk gangguan visual yang menghalangi input visual dalam
jangka waktu yang lama seperti katarak, strabismus, atau penutupan dan penekanan pada mata
selama menjalani terapi medis biasanya berakibat sebagai penurunan ketajaman visus berat dan
permanen pada mata yang terkena jika tidak segera dikoreksi atau diobati di usia muda. Penurunan
tajam penglihatan direfleksikan dalam berbagai macam abnormalitas pada sel-sel di korteks visual.
Perubahan-perubahan ini meliputi penurunan yang nyata akan jumlah sel-sel yang terhubung pada
mata yan terkena dan juga beberapa sel yang menghubungkan kedua bola mata, yang bermanifestasi
sebagai hilangnya penglihatan binokular dan kedalaman persepsi atau streopsis.

Segala macam bentuk proses patologis pada sistem penglihatan baik pada usia tua yang
merupakan periode kritis, akan menyebabkan penurunan tajam penglihatan. Maka, pengukuran
tajam penglihatan adalah sebuah tes yang sederhana dalam menentukan status kesehatan mata,
sistem penglihatan sentral, dan jaras-jaras penglihatan menuju otak. Berbagai penurunan tajam
penglihatan secara tiba-tiba selalu merupakan hal yang harus diperhatikan. Penyebab sering dari
turunnya tajam penglihatan adalah katarak, dan parut kornea yang mempengaruhi jalur penglihatan,
penyakit-penyakit yang mempengaruhi retina seperti degenarasi makular, dan diabetes, penyakit-
penyakit yang mengenai jaras optik menuju otak seperti tumor dan sklerosis multipel, dan penyakit-
penyakit yang mengenai korteks visual seperti stroke dan tumor.

PEMERIKSAAN VISUS SATU MATA

23
Pemeriksaan tajam penglihatan dilakukan pada mata tanpa atau dengan kaca mata. Setiap mata di
periksa terpisah. Biasakan memeriksa tajam penglihatan kanan dahulu.

Pada pemeriksaan tajam penglihatan di gunakan kartu baku / standar misalnya kartu baca
snellen.Dengan kartu snellen dapat ditentukan tajam penglihatan atau kemampuan melihat
seseorang, seperti :

- Bila tajam penglihatan 6/6 maka ia dapat melihat huruf pada jarak 6 meter, yang oleh orang
normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 6 meter.
- Bila pasien membaca hanya sebatas huruf baris yang menunjukkan angka 30, tajam penglihtan
pasien adalah 6/30.
- Bila tajam penglihatan adalah 6/60 berarti ia hanya dapat terlihat pada jarak 6 meter yang pada
orang normal dapat dilihat pada jarak 60 meter.
- Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu snellen maka dilakukan uji hitung
jari. Jari dapat dilihat terpisah oleh orang normal pada jarak 60 meter.
- Bila pasien hanya dapat melihat jari pada jarak 3 meter, maka dinyatakan tajam penglihatan
adalah 3/60. Dengan pengujian ini tajam penglihatan hanya dapat dinilai sampai 1/60, yaitu
menghitung jari pada jarak 1 meter.
- Dengan uji lambaian tangan, maka dapat dinyatakan tajam penglihatan pasien lebih buruk dari
1/60. orang normal dapat melihat lambaian tangan pada jarak 300 meter. Bila pasien hanya
dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter, berarti tajam penglihatan 1/300.
- Kadang-kadang mata hanya dapat melihat sinar. Keadaan ini disebut sebagai tajam penglihatan
1/~.
- Bila penglihatan sama sekali tidak mengenal sinar maka penglihatan adalah 0 (buta total).

Bila seseorang diragukan apakah penglihatanya berkurang akibat kelaianan refraksi, maka
dilakukan uji pinhole. Bila dengan pinhole penglihatan lebih baik, maka berarti ada kelainan
refraksi yang masih dapat dikoreksi dengan kacamata. Bila penglihatan berkurang dengan
diletakkan nya pinhole di depan mata berarti ada kelainan organik atau kekeruhan media
penglihatan yang mengakibatkan penglihatan menurun.

III. Tata Kerja


1. Minta o.p. untuk duduk pada jarak yang ditentukan (6 m) dari Snellen Chart
2. Ukur jarak pupil untuk penglihatan jauh
3. Pasang trial frame, atur jarak pupil
4. Tutup mata kiri dengan okluder.
5. Periksa tajam penglihatan pasien.
6. Tambahkan lensa S + 0,50 pada mata kanan.
7. Tanyakan apakah penglihatan bertambah jelas atau tidak
8. Bila bertambah jelas, tambahkan terus lensa sferis positif hingga tercapai tajam penglihatan
terbaik. Pilih lensa sferis positif terbesar yang memberi tajam penglihatan yang terbaik.
9. Bila dengan langkah 6, penglihatan bertambah kabur, tambahkan lensa S -0,50. Bila bertambah
jelas, tambahkan terus lensa negatif hingga tercapai tajam penglihatan terbaik. Pilih lensa sferis
negatif terkecil yang memberikan tajam penglihatan terbaik.
10. Ulangi langkah 4-9 untuk mata kiri.
11. Periksa kembali tajam penglihatan dua mata menggunakan lensa koreksi.
12. Minta o.p. berdiri dan berjalan, tanyakan apakah merasa pusing

24
TES BUTA WARNA

I. Tujuan Percobaan
Mengetahui cara pemeriksaan serta jenis buta warna serta ada tidaknya buta warna pada o.p.

II. Dasar Teori


Retina mata memiliki hampir tujuh juta sel fotoreseptor yang terdiri dari dua jenis sel– sel batang
dan sel kerucut– yang terkonsentrasi di bagian tengahnya yang disebut makula. Sel batang sangat
sensitif terhadap cahaya, dan dapat menangkap cahaya yang lemah seperti cahaya dari bintang di
malam hari, tetapi sel itu tidak dapat membedakan warna. Berkat sel batang kita dapat melihat hal-
hal di sekitar kita di malam hari, tetapi hanya dalam nuansa hitam, abu-abu, dan putih. Sel kerucut
dapat melihat detail obyek lebih rinci dan membedakan warna tetapi hanya bereaksi terhadap
cahaya terang. Kedua jenis sel tersebut berfungsi saling melengkapi sehingga kita bisa memiliki
penglihatan yang tajam, rinci, dan beraneka warna.
Ada tiga jenis sel kerucut pada retina. Mereka masing-masing berisi pigmen visual (opsin) yang
berbeda sehingga bereaksi terhadap panjang gelombang cahaya yang berbeda : merah, hijau dan
biru. Sel kerucut menangkap gelombang cahaya sesuai dengan pigmen masing-masing dan
meneruskannya dalam bentuk sinyal transmisi listrik ke otak. Otak kemudian mengolah dan
menggabungkan sinyal warna merah, hijau dan biru dari retina ke tayangan warna tertentu. Karena
perbedaan intensitas dari masing-masing warna pokok tersebut, kita dapat membedakan jutaan
warna. Gangguan penerimaan cahaya pada satu jenis atau lebih sel kerucut di retina berdampak
langsung pada persepsi warna di otak. Seseorang yang buta warna memiliki cacat atau kekurangan
satu atau lebih jenis sel kerucut.
KLASIFIKASI BUTA WARNA
Buta warna dikenal berdasarkan istilah Yunani protos (pertama), deutros (kedua), dan tritos
(ketiga) yang pada warna 1. Merah, 2. Hijau, 3. Biru.
1. Anomalous trichromacy
Anomalous trichromacy adalah gangguan penglihatan warna yang dapat disebabkan oleh faktor
keturunan atau kerusakan pada mata setelah dewasa. Penderita anomalous trichromacy
memiliki tiga sel kerucut yang lengkap, namun terjadi kerusakan mekanisme sensitivitas
terhadap salah satu dari tiga sel reseptor warna tersebut. Pasien buta warna dapat melihat
berbagai warna akan tetapi dengan interpretasi berbeda daripada normal yang paling sering
ditemukan adalah:
a. Trikromat anomali, kelainan terdapat pada short-wavelenght pigment (blue). Pigmen biru
ini bergeser ke area hijau dari spectrum merah. pasien mempunyai ketiga pigmen kerucut
akan tetapi satu tidak normal, kemungkinan gangguan dapat terletak hanya pada satu atau
lebih pigmen kerucut. Pada anomali ini perbandingan merah hijau yang dipilih pada
anomaloskop berbeda dibanding dengan orang normal.
b. Deutronomali, disebabkan oleh kelainan bentuk pigmen middle-wave lenght (green).
Dengan cacat pada hijau sehingga diperlukan lebih banyak hijau, karena terjadi gangguan
lebih banyak daripada warna hijau.
c. Protanomali adalah tipe anomalous trichromacy dimana terjadi kelainan terhadap long-
wavelenght (red) pigmen, sehingga menyebabkan rendahnya sensitifitas warna merah.
Artinya penderita protanomali tidak akan mempu membedakan warna dan melihat
campuran warna yang dilihat oleh mata normal. Penderita juga akan mengalami
penglihatan yang buram terhadap warna spektrum merah. Hal ini mengakibatkan mereka
dapat salah membedakan warna merah dan hitam.

25
2. Dichromacy
Dichromacy adalah jenis buta warna di mana salah satu dari tiga sel kerucut tidak ada atau tidak
berfungsi. Akibat dari disfungsi salah satu sel pigmen pada kerucut, seseorang yang menderita
dikromatis akan mengalami gangguan penglihatan terhadap warna-warna tertentu.
Dichromacy dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan pigmen yang rusak:
a. Protanopia adalah salah satu tipe dichromacy yang disebabkanoleh tidak adanya
photoreceptor retina merah. Pada penderita protonopia, penglihatan terhadap warna merah
tidak ada. Dichromacy tipe ini terjadi pada 1 % dari seluruh pria. Keadaan yang paling
sering ditemukan dengan cacat pada warna merah hijau sehingga sering dikenal dengan
buta warna merah – hijau.
b. Deutranopia adalah gangguan penglihatan terhadap warna yang disebabkan tidak adanya
photoreceptor retina hijau. Hal ini menimbulkan kesulitan dalam membedakan hue pada
warna merah dan hijau (red-green hue discrimination).
c. Tritanopia adalah keadaan dimana seseorang tidak memiliki shortwavelength cone.
Seseorang yang menderita tritanopia akan kesulitan dalam membedakan warna biru dan
kuning dari spektrum cahaya tanpak. Tritanopia disebut juga buta warna biru-kuning dan
merupakan tipe dichromacy yang sangat jarang dijumpai.
3. Monochromacy
Monochromacy atau akromatopsia adalah keadaan dimana seseorang hanya memiliki sebuah
pigmen cones atau tidak berfungsinya semua sel cones. Pasien hanya mempunyai satu pigmen
kerucut (monokromat rod atau batang). Pada monokromat kerucut hanya dapat membedakan
warna dalam arti intensitasnya saja dan biasanya 6/30. Pada orang dengan buta warna total atau
akromatopsia akan terdapat keluhan silau dan nistagmus dan bersifat autosomal resesi
Bentuk buta warna dikenal juga :

1. Monokromatisme rod (batang) atau disebut juga suatu akromatopsia di mana terdapat kelainan
pada kedua mata bersama dengan keadaan lain seperti tajam penglihatan kurang dari 6/60,
nistagmus, fotofobia, skotoma sentral, dan mungkin terjadi akibat kelainan sentral hingga
terdapat gangguan penglihatan warna total, hemeralopia (buta silang) tidak terdapat buta senja,
dengan kelainan refraksi tinggi. Pada pemeriksaan dapat dilihat adanya makula dengan pigmen
abnormal.
2. Monokromatisme cone (kerucut), di mana terdapat hanya sedikit cacat, hal yang jarang, tajam
penglihatan normal, tidak nistagmus

III. Tata Kerja


Tahapan dalam pemeriksaan buta warna dengan metode ishihara, yaitu :
1. Menggunakan buku Ishihara 38 plate.
2. Yang perlu diperhatikan :
1) Ruangan pemeriksaan harus cukup pencahayaannya
2) Lama pengamatan untuk membaca angka masing-masing lembar maksimum 10 detik.
3. Pada tes pembacaan buku Ishihara dapat disimpulkan :
1) Normal
2) Buta warna Parsial
a. Bila plate no. 1 sampai dengan no 17. hanya terbaca 13 plate atau kurang.
b. Bila terbaca angka-angka pada plate no. 18, 19, 20 dan 21 lebih mudah atau lebih jelas
dibandingkan dengan plate no. 14, 10, 13, dan 17.
c. Bila ragu-ragu kemungkinan buta warna parsial dapat dites dengan:

26
a) Membaca angka-angka pada plate no. 22, 23, 24, dan 25. Pada orang normal, akan
terbaca dengan benar angka-angka pada plate-plate tersebut diatas secara lengkap
(dua rangkap). Pada penderita buta warna parsial hanya terbaca satu angka pada
tiap-tiap plate tersebut diatas.
b) Menunjuk arah alur pada plate no. 26, 27, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, dan 38.
Untuk orang normal bisa menunjuk alur secara benar sedangkan untuk buta warna
parsial dapat menunjukkan adanya alur dari satu sisi yang lainnya.
3) Buta warna total
Pada plate no. 28 dan 29, untuk orang normal, tidak bisa menunjukkan adanya alur,
sedangkan untuk penderita buta warna parsial dapat menunjukkan adanya alur dari satu
sisi ke sisi yang lainnya.
IV. Hasil Percobaan dan Analisa
o.p. dapat membaca semua plate dan mengikuti alur di buku ishihara, o.p. normal, tidak buta warna.

V. Kesimpulan
Seseorang yang buta warna memiliki cacat atau kekurangan satu atau lebih jenis sel kerucut. Buta
warna memiliki beberapa klasifikasi yang masing-masing bisa diuji melalui buku ishihara yang
memiliki pola warna-warna tertentu yang harus dibaca.

27
PENGLIHATAN II
TUJUAN:

Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat:

1. Menimbulkan peristiwa fosfen tekan dan menyebutkan hukum serta fenomena yang berhubungan
dengan peristiwa tersebut.
2. Memeriksa luas pandang untuk beberapa macam warna dengan menggunakan perimeter.
3. Menimbulkan peristiwa diplopia dan menerangkan mekanismenya.
4. Memeriksa refleks pupil langsung dan tidak langsung (konsensuil) dengan refleks pupil pada
akomodasi.
5. Menyatakan adanya bintik buta dengan menggambarkan proyeksinya di kertas
6. Melihat gerakan eritrosit retina sendiri.

ALAT dan BAHAN:


1. Perimeter + formulir
2. Lampu senter + kaca biru atau kaca ungu

TEORI DASAR
Mata adalah struktur khusus tempat reseptor-reseptor peka cahaya yang penting untuk persepsi
penglihatan yaitu, sel kerucut dan sel batang ditemukan di lapisan retina. Iris mengontrol ukuran pupil
dan mengatur jumlah cahaya yang diperbolehkan masuk ke mata. Kornea dan lensa adalah struktur
refraktif utama yang membelokkan berkas cahaya masuk agar bayangan terfokus di retina. Kornea
merupakan penentu utama kemampuan refraktif mata. Kekuatan lensa dapat diubah-ubah melalui kerja
otot siliaris agar mata dapat berakomodasi untuk penglihatan jauh atau dekat.
Sel batang dan kerucut diaktifkan apabila fotopigmen yang mereka miliki menyerap berbagai
panjang gelombang cahaya. Penyerapan cahaya menyebabkan perubahan biokimiawi pada fotopigmeen
yang akhirnya dikonversikan menjadi perubahan kecepatan perambatan potensial aksi di jalur
penglihatan yang meninggalkan retina. Pesan visual di salurkan ke korteks penglihatan di otak untuk
pengolahan perceptual.
Sel kerucut memperlihatkan ketajaman yang tinggi, tetapi hanya dapat digunakan untuk penglihatan
di siang hari, karena memiliki kepekaan yang rendah terhadap cahaya. Penglihatan warna ditimbulkan
oleh bermacam-macam rasio stimulasi terhadap ketiga jenis sel kerucut oleh berbagai panjang
gelombang cahaya. Sel batang menghasilkan penglihatan yang samar berupa rona abu-abu, tetapi
karena sangat peka terhadap cahaya, sel-sel batang dapat digunakan untuk melihat pada malam hari
(Sherwood, L. 2001)
Lapangan pandang mata adalah luas lapangan penglihatan seorang individu. Terdapat tiga jenis
lapangan pandang; lapangan makular yaitu lapangan pandang yang paling jelas dilihat oleh kedua mata,
lapangan binokular yang dilihat oleh kedua mata secara umumnya dan lapangan monokular yaitu
kawasan yang bisa dilihat oleh salah satu mata saja.
Jaringan neural penglihatan terjadi apabila cahaya yang masuk ke dalam mata sampai ke
fotoreseptor di retina.Setelah itu, transmisi impuls pada nervus optikus kepada kiasma optik. Traktus
optikus, yaitu serabut saraf optik dari kiasma optik, membawa impuls ke lobus serebral dimana
penglihatan diinterpretasikan.
Untuk suatu objek terfokus ke atas retina, semakin jauh objek itu, semakin menipis lensa mata untuk
memfokusnya. Pengubahan bentuk lensa dikawal oleh otot siliari yang terdapat pada badan siliari,
disebut akomodasi. Apabila terjadi kontraksi, fiber dalam ligamen suspensori meregang dan
menyebabkan lensa menebal dan menjadi lebih konveks.

28
PEMERIKSAAN LAPANGAN PANDANG
Pemeriksaan lapang pandangan sentral dan perifer dipergunakan untuk tiga alasan yaitu mendeteksi
kelainan tajam penglihatan, mencari lokasi kelainan disepanjang jaras saraf penglihatan, melihat besar
kelainan mata dan perubahannya dari waktu ke waktu atau follow up. Pemeriksaan ini dipergunakan
untuk mengeliminir differential diagnosis dan dipergunakan untuk melihat progresifitas penyakit, dan
biasanya menyertai pemeriksaan lain misalnya: pemeriksaan ketajaman penglihatan, penglihatan warna
atau pemeriksaan mata lainnya.
Pemeriksaan lapang pandangan dapat dilakukan dengan berbagai cara, dari yang sangat sederhana
bahkan tanpa alat, sampai dengan pemakaian alat canggih. Pemeriksaan ini selalu dilakukan pada satu
mata baru kemudian dilakukan pada mata yang lain.
Pemeriksaan lapang pandangan bisa dilakukan dengan cara yaitu dengan uji konfrontasi dan kisi
Amsler, atau dengan cara yang lebih canggih (dengan perimeter Goldmann). Pemeriksaan lapang
pandangan sederhana apabila dikerjakan dengan benar dan didukung dengan pemahaman teori yang
memadai, akan dapat mengungkapkan berbagai kelainan lintasan visual.
Bila kita memfiksasi pandangan kita ke satu benda, benda ini terlihat nyata, sedangkan benda-benda
di sekitarnya tampak kurang tajam. Seluruh lapangan yang terlihat, bila kita memfiksasi mata ke satu
benda disebut lapangan pandang.
Pada pemeriksaan lapangan pandang, kita menentukan batas perifer dari penglihatan, yaitu batas
sampai mana benda dapat dilihat, jika mata difiksasi pada satu titik. Sinar yang datang dari tempat
fiksasi jatuh di makula, yaitu pusat melihat jelas (tajam), sedangkan yang datang dari sekitarnya jatuh
di bagian perifer retina.
Lapangan pandang yang normal mempunyai bentuk tertentu, dan tidak sama ke semua arah.
Seseorang dapat melihat ke lateral sampai sudut 90-100 derajat dari titik fiksasi, ke medial 60 derajat,
ke atas 50-60 derajat dan ke bawah 60-75 derajat. Ada tiga metode standar dalam pemeriksaan lapang
pandang yaitu dengan metode konfrontasi, perimeter, dan kampimeter atau tangent screen.
 Perimeter
Perimeter adalah penggunaan alat untuk memeriksa lapangan pandang dengan mata terfiksasi
sentral. Penilaian lapangan pandang merupakan hal yang penting ditakukan pada keadaan penyakit
yang mempunyai potensi terjadinya kebutaan. Pada glaukoma pemeriksaan ini berguna dalam
pengobatan penyakit dan pencegahan kebutaan.
Perimeter adalah setengah lingkaran yang dapat diubah-ubah letaknya pada bidang meridiannya.
Cara pemakaiannya serta cara melaporkan keadaan sewaktu pemeriksaan sama dengan kampimeter.
Pemeriksaan lapang pandangan dilakukan dengan Perimeter, merupakan alat yang dipergunakan
untuk menentukan luas lapang pandangan. Alat ini berbentuk setengah bola dengan jari- jari 30 cm,
dan pada pusat parabola ini penderita diletakkan untuk diperiksa.
Batas lapang pandangan perifer adalah 90o temporal, 75o inferior, 60o nasal, dan 60o superior.
Dapat dilakukan pemeriksaan statik ataupun kinetik.
Pemeriksaan ini berguna untuk :
o Membantu diagnosis pada keluhan penglihatan
o Melihat progresifitas turunnya lapang pandangan
o Merupakan pemeriksaan rutin pada kelainan susunan saraf pusat
o Memeriksa adanya histeria atau malingering.
Dikenal 2 cara pemeriksaan Perimeter, yaitu :
a) Perimeter kinetik yang disebut juga perimeter isotropik dan topografik, dimana pemeriksaan
dilakukan dengan objek digerakkan dari daerah tidak terlihat menjadi terlihat oleh pasien.
b) Perimeter statik atau perimeter profil dan perimeter curve differential threshold, dimana
pemeriksaan dengan tidak menggerakkan objek akan tetapi dengan menaikkan intensitas objek
sehingga terlihat oleh pasien.

29
TATA KERJA:
I. Percobaan Fosten Tekan
1. Pejamkan kedua mata
2. Tekan perlahan-lahan salah satu bola mata dibagian temporal dengan ujung jari
3. Ulangi percobaan ini dengan menekan bola mata yang sama dibagian nasal.
3.1 Apa yang saudara harapkan akan terjadi akibat penekanan pada bola mata bagian temporal
dan nasal?
Yang diharapkan yaitu akan terbentuk suatu bayangan hitam yang terlihat
3.2 Hukum dan fenomena apa yang berhubungan dengan peristiwa fosfen tekan?
Fosfen akibat rangsangan selain cahaya (misalnya, mekanis, listrik) pada sel batang dan
kerucut pada mata atau neuron lain pada sistem visual.

Hasil percobaan : Terjadi bayangan

II.Pemeriksaan Luas Lapang Pandang (Perimeter)


1. Suruh op duduk membelakangi cahaya menghadap alat perimeter
2. Tutup mata op dengan sapu tangan
3. Letakkan dagu op ditempat sandaran dagu yang dapat diatur tingginya, sehingga tepi bawah mata
kanannya terletak setinggi bagian atas batang vertikal sandaran dagu.
4. Pasang formulir untuk mata kanan disebelah piringan perimeter, sebagai berikut:
a. Putar busur perimeter sehingga letaknya horizontal dan penjepit formulir berada dibagian atas
perimeter
b. Jepit formulir tersebut pada piringan sehingga garis 180-0 formulir letaknya berimpit dengan
garis 0-180 piringan perimeter, dan lingkaran konsentris formulir letaknya skala perimeter.
5. Suruh op memusatkan penglihatannya pada titik fiksasi ditengah perimeter. Selama pemeriksaan,
penglihatan op harus tetap dipusatkan pada titik fiksasi tersebut.
6. Gunakan benda yang dapat digeser pada bussur perimeter untuk pemeriksaan luas lapang pandang.
Pilih bulatan berwarna putih dengan diameter sedang (±5 mm) pada benda tersebut.
3.3 Bagaimana caranya memilih warna dan mengatur diameter bulatan?
Cara memilih warna yaitu dengan cara menggeser titik fiksasi yang ada di busur perimetri
7. Gunakan perlahan-lahan bulatan putih itu menyusuri busur dari tepi kiri op ketengah tepat saat op
melihat bulatan putih tersebut penggeseran benda dihentikan.
8. Baca tempat penghentian itu pada busur dan catat pada formulir dengan tepat.
3.4 Bagaimana caranya mencatat tempat itu pada formulir
Mencatat dilakukan dengan cara memperlihatkan besar sudut perimetri yang didapatkan
9. Ulangi tindakan no.7 dan no.8 pada sisi busur yang berlawanan tanpa mengubah posisi busur.
10. Ulangi tindakan no.7, 8, dan 9 setelah busur tiap kali diputar 30˚ sesuai arah jarum jam dari
pemeriksa, sampai posisi busur vertikal.
11. Kembalikan busur pada posisi horizontal seperti semula. Pada posisi ini tidak perlu dilakukan
pencatatan lagi.
12. Ulangi tindakan no.7, 8, dan 9 setelah memutar busur tiap kali diputar 30˚ berlawanan arah jarum
jam dari pemeriksa, sampai tercapai posisi busur 60˚ dari bidang horizontal
13. Periksa juga lapang op untuk berbagai warna lain: Merah, hijau, kuning, dan biru dengan cara yang
sama seperti diatas.

30
14. Lakukan juga pemeriksaan lapang pandang untuk mata kiri hanya dengan bulatan berwarna putih.
3.5 Apa kriteria lapang pandang yang normal untuk cahaya putih dan berwarna.
Lapang pandang yang normal untuk cahaya putih adalah dengan penglihatan binocular
sedangkan warna abu-abu atau berwarna dengan penglihatan monookular.

GAMBAR
LATIHAN VI.3

Lapang pandang baku


(Visual Standard) mata
Kiri mata kanan.

Gambar 1 Lapang pandang baku (Visual Standart) mata kiri dan kanan
Batas minimal lapang pandang normal:
Temporal 85 derajat Nasal 60 derajat
Temporal Bawah 85 derajat Nasal atas 55 derajat
Bawah 65 derajat Atas 45 derajat
Nasal Bawah 50 derajat Temporal Atas 55 derajat
Luas lapang pandang total : 500 derajat

Hasil percobaan
Kanan Kiri
Temporal 75 80
Temporal bawah 75 65
Bawah 45 40
Nasal bawah 50 50
Nasal 55 50
Nasal atas 55 50
Atas 45 50
Temporal atas 50 55
Total 450 440

31
Kesimpulan: Lapang pandang tidak normal

II. Percobaan Diplopia


1. Pandang suatu benda dengan kedua mata
2. Tekan bola mata kiri untuk memaksa bola mata itu memutar kedalam
3. Perhatikan terjadinya penglihatan rangkap
3.6 Bagaimana mekanisme terjadinya penglihatan rangkap pada percobaan
diplopia ?
Bayangan di retina dari mata yang terdorong tersebut tidak lagi jatuh di titik
persesuaian

III. Refleks Pupil


1. Sorot mata kanan op dengan lampu senter dan perhatikan perubahan diameter pupil
pada maat tersebut
3.7 Peristiwa apa yang saudara lihat disini?
Terjadi miosis → refleks pupil positif → parasimpatis
Bila tingkat iluminasi tinggi dan sensitivitas menjadi tidak penting, system
visual memanfaatkan situasi dengan mengonstriksi pupil.

2. Sorot mata kanan op dengan lampu senter dan perhatikan perubahan diameter pupil
pada mata kirinya
3.8 Peristiwa apa yang saudara lihat disini
Terjadi miosis → refleks pupil positif → parasimpatis

32
3. Suruh sekarang op melihat kepada jari sipemeriksa yang ditempatkan pada jarak ± ~ m
didepannya. Sambil memperhatikan pupilnya, dekatkan jari itu sehingga mata op
berakomodasi
3.9 Peristiwa apa yang saudara lihat disini
 Terjadi konvergensi mata menyatu mengarah kiri
 Terjadi miosis
 Terjadi akomodasi

IV. Pemeriksaan Bintik Buta


1. Gambarkan suatu palang kecil ditengah sehelai kertas putih ynag cukup besar.
Letakkan kertas itu diatas meja.
2. Suruh op menutup mata kirinya, menempatkan mata kanannya tepat diatas gamaba
palang pada jarak 20 cm dan mengarahkan pandangan pada gambar palang tersebut.
3. Gerakan ujung pensil mulai dari palang tersebut kelateral terus, sampai ujung pensil
menghilang dan terlihat kembali. Beri tanda pada kertas pada saat ujung pensil
menghilang dan terlihat kembali. Tetapkan titik tengah (T). Gerakan ujung pensil setiap
kali melewati ujung T sesuai dengan arah 8 penjuru angin dan buatlah tanda dikertas
tiap kali ujung pensil menghilang dan terlihat lagi. Jumlah tanda : 8, tanpa titik.
4. Hubungkan semua titik ini, maka ini merupakan proyeksi ekstern bintik buta mata
kanan op
3.10 Dimana letak proyeksi bintik buta terhadap gambar paling kecil
Proyeksi bintik buta pada gambar paling kecil terletak di titik tengah timur

Hasil percobaan:

33
TES FUNGSI PENDENGARAN DENGAN GARPU TALA
Tujuan Praktikum
Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat :
1. Mendemonstrasikan cara untuk melakukan tes pendengaran yang benar.
2. Memahami hasil interprestasi dari hasil percobaaan dari tes pendengaran yang didapat.
Alat-alat yang diperlukan: Garpu tala

Teori Dasar
a. Test Rinne
Tujuan melakukan tes Rinne adalah untuk membandingkan antara hantaran tulang dengan hantaran
udara pada satu telinga pasien. Ada 2 macam tes rinne, yaitu :

 Garputala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya tegak lurus pada
planum mastoid pasien (belakang meatus akustikus eksternus). Setelah pasien tidak mendengar
bunyinya, segera garpu tala kita pindahkan didepan meatus akustikus eksternus pasien. Tes Rinne
positif jika pasien masih dapat mendengarnya. Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien tidak dapat
mendengarnya.
 Garputala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya secara tegak lurus pada
planum mastoid pasien. Segera pindahkan garputala didepan meatus akustikus eksternus. Kita
menanyakan kepada pasien apakah bunyi garputala didepan meatus akustikus eksternus lebih keras dari
pada dibelakang meatus skustikus eksternus (planum mastoid). Tes rinne positif jika pasien mendengar
didepan maetus akustikus eksternus lebih keras. Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien mendengar
didepan meatus akustikus eksternus lebih lemah atau lebih keras dibelakang.
Kesalahan pemeriksaan pada tes rinne dapat terjadi baik berasal dari pemeriksa maupun pasien.
Kesalahan dari pemeriksa misalnya meletakkan garputala tidak tegak lurus, tangkai garputala mengenai
rambut pasien dan kaki garputala mengenai aurikulum pasien. Juga bisa karena jaringan lemak planum
mastoid pasien tebal.

Kesalahan dari pasien misalnya pasien lambat memberikan isyarat bahwa ia sudah tidak mendengar
bunyi garputala saat kita menempatkan garputala di planum mastoid pasien. Akibatnya getaran kedua
kaki garputala sudah berhenti saat kita memindahkan garputala kedepan meatus akustukus eksternus.

b. Test Weber

Tujuan melakukan tes weber adalah untuk membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga pasien.
Cara kita melakukan tes weber yaitu: membunyikan garputala 512 Hz lalu tangkainya kita letakkan
tegak lurus pada garis horizontal. Menurut pasien, telinga mana yang mendengar atau mendengar lebih
keras. Jika telinga pasien mendengar atau mendengar lebih keras 1 telinga maka terjadi lateralisasi ke
sisi telinga tersebut. Jika kedua pasien sama-sama tidak mendengar atau sam-sama mendengaar maka
berarti tidak ada lateralisasi.

Getaran melalui tulang akan dialirkan ke segala arah oleh tengkorak, sehingga akan terdengar
diseluruh bagian kepala. Pada keadaan ptologis pada MAE atau cavum timpani missal: otitis media
purulenta pada telinga kanan. Juga adanya cairan atau pus di dalam cavum timpani ini akan bergetar,
biala ada bunyi segala getaran akan didengarkan di sebelah kanan.

34
c. Test Swabach
Bertujuan untuk membandingkan daya transport melalui tulang mastoid antara pemeriksa (normal)
dengan probandus. Penguji meletakkan pangkal garputala yang sudah digetarkan pada puncak kepala
probandus. Probandus akan mendengar suara garputala itu makin lama makin melemah dan akhirnya
tidak mendengar suara garputala lagi. Pada saat garputala tidak mendengar suara garputala, maka
penguji akan segera memindahkan garputala itu, ke puncak kepala orang yang diketahui normal
ketajaman pendengarannya (pembanding). Bagi pembanding dua kemungkinan dapat terjadi : akan
mendengar suara, atau tidak mendengar suara.

Tabel 1. Membedakan Tuli konduktif dan Tuli Sensorineural pada Tes Garputala

Rinne Webber Schwabach


Metode Meletakkan garpu tala yang Meletakkan garpu tala Konduksi tulang pasien
bergetar di prosesus mastoid yang bergetar pada dahi dibandingkan dengan
hingga subjek tidak mendengar pemeriksa (normal).
lalu di dipindahkan ke depan
telinga
Normal Mendengar vibrasi di udara Mendengar sama pada Sama panjang antara
setelah konduksi tulang selesai. kedua telinga. pemeriksa dan pasien.
Tuli Konduktif Vibrasi di udara tidak terdengar Suara terdengar pada Konduksi tulang lebih
setelah konduksi di tulang telinga sakit karena baik dibandingkan
selesai. tidak adanya masking normal (defek konduksi
effect pada sisi yang meniadakan masking
sakit. effect).
Tuli Vibrasi pada udara terdengar Suara terdengar pada Konduksi tulang lebih
Sensorineural setelah konduksi tulang selesai, telinga normal. buruk dibandingkan
sepanjang tuli sarafnya parsial. normal.

Hasil pemeriksaan

Pemeriksaan Fungsi Pendengaran dengan Garputala


Nama OP Usia Hasil Pemeriksaan Interpretasi
Rinne Weber Schwabach
Silvia 20 Positif Tidak ada sama dengan Normal
tahun lateralisasi pemeriksa

Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan pada o.p, maka didapatkan interpretasi hasil normal. Hal ini menunjukan
tidak adanya kelainan pendengaran pada o.p.

PENDENGARAN DAN KESEIMBANGAN


1. PENDENGARAN

Tujuan Praktikum
Pada akhir latihan ini, mahasiswa harus dapat:
1. Mengukur ketajaman pendengaran dengan menggunakan audiometri

35
(pemeriksaan audiometri).

2. Membuat kesimpulan mengenai “hearing loss” dari hasil pemeriksaan audiometri sehingga dapat
menetapkan apakah pendengaran orang percobaan dalam batas-batas normal atau tidak.
Alat-alat yang diperlukan :
1. Audiometer merek ADC. Lengkap dengan telepon telinga dan formulir.
2. Penala berfrekuensi 256:
3. Kapas untuk menyumbat telinga.

Teori Dasar

Pemeriksaan audiometri
Ketajaman pendengaran sering diukur dengan suatu audiometri. Alat ini menghasilkan nada-nada
murni dengan frekuensi melalui aerophon. Pada sestiap frekuensi ditentukan intensitas ambang dan
diplotkan pada sebuah grafik sebagai prsentasi dari pendengaran normal. Hal ini menghasilkan
pengukuran obyektif derajat ketulian dan gambaran mengenai rentang nada yang paling terpengaruh.
a. Definisi
Audiometri berasal dari kata audir dan metrios yang berarti mendengar dan mengukur (uji
pendengaran). Audiometri tidak saja dipergunakan untuk mengukur ketajaman pendengaran, tetapi juga
dapat dipergunakan untuk menentukan lokalisasi kerusakan anatomis yang menimbulkan gangguan
pendengaran.
Pemeriksaan audiometri memerlukan audiometri ruang kedap suara, audiologis dan pasien yang
kooperatif. Pemeriksaan standar yang dilakukan adalah :
*Audiometri nada murni
Suatu sistem uji pendengaran dengan menggunakan alat listrik yang dapat menghasilkan bunyi
nada-nada murni dari berbagai frekuensi 250-500, 1000-2000, 4000-8000 dan dapat diatur intensitasnya
dalam satuan (dB). Bunyi yang dihasilkan disalurkan melalui telepon kepala dan vibrator tulang
ketelinga orang yang diperiksa pendengarannya. Masing-masing untuk menukur ketajaman
pendengaran melalui hantaran udara dan hantran tulang pada tingkat intensitas nilai ambang, sehingga
akan didapatkankurva hantaran tulang dan hantaran udara. Dengan membaca audiogram ini kita dapat
mengtahui jenis dan derajat kurang pendengaran seseorang. Gambaran audiogram rata-rata sejumlah
orang yang berpendengaran normal dan berusia sekitar 20-29 tahun merupakan nilai ambang baku
pendengaran untuk nada murni.

Tabel berikut memperlihatkan klasifikasi kehilangan pendengaran

Kehilangan dalam Klasifikasi


(decibel)

0-15 Pendengaran normal


>15-25 Kehilangan pendengaran kecil
>25-40 Kehilangan pendengaran ringan
>40-55 Kehilangan pendengaran sedang
>55-70 Kehilangan pendenngaran sedang – berat
>70-90 Kehilangan pendengaran berat
>90 Kehilangan pendengaran berat sekali

36
*Audiometri tutur
Audiometri tutur adalah sistem uji pendengaran yang menggunakan kata-kata terpilih yang telah
dibakukan, dituturkan melalui suatu alat yang telah dikaliberasi, untuk mengukur beberapa aspek
kemampuan pendengaran. Kata-kata tersebut dapat dituturkan langsung oleh pemeriksa melalui
mikropon yang dihubungkan dengan audiometri tutur, kemudian disalurkan melalui telepon kepala ke
telinga yang diperiksa pendengarannya, atau kata-kata rekam lebih dahulu pada piringan hitam atau pita
rekaman, kemudian baru diputar kembali dan disalurkan melalui audiometer tutur. Penderita diminta
untuk menirukan dengan jelas setip kata yang didengar, dan apabila kata-kata yang didengar makin
tidak jelas karena intensitasnya makin dilemahkan, pendengar diminta untuk menebaknya. Pemeriksa
mencatatat presentase kata-kata yang ditirukan dengan benar dari tiap denah pada tiap intensitas.
Dari audiogram tutur dapat diketahui dua dimensi kemampuan pendengaran yaitu :
a) Kemampuan pendengaran dalam menangkap 50% dari sejumlah kata-kata yang dituturkan pada
suatu intensitas minimal dengan benar, yang lazimnya disebut persepsi tutur atau NPT, dan
dinyatakan dengan satuan de-sibel (dB).
b) Kemamuan maksimal perndengaran untuk mendiskriminasikan tiap satuan bunyi (fonem) dalam
kata-kata yang dituturkan yang dinyatakan dengan nilai diskriminasi tutur atau NDT.
Pada dasarnya tuli mengakibatkan gangguan komunikasi, apabila seseorang masih memiliki sisa
pendengaran diharapkan dengan bantuan alat bantu dengar (ABD/hearing AID) suara yang ada
diamplifikasi, dikeraskan oleh ABD sehingga bisa terdengar. Prinsipnya semua tes pendengaran agar
akurat hasilnya, tetap harus pada ruang kedap suara minimal sunyi. Karena kita memberikan tes paa
frekuensi tertetu dengan intensitas lemah, kalau ada gangguan suara pasti akan mengganggu penilaian.

b. Manfaat audiometri
Untuk kedokteran klinik (khususnya penyakit telinga), untuk kedokteran klinik (kehakiman, tuntutan
ganti rugi), untuk kedokteran klinik pencegahan, deteksi ketulian pada anak-anak

gambar 1. Simbol Audiometer

37
gambar 2. Normal gambar 3. CHL

gambar 4. SNHL

I. AUDIOMETER

Keterangan teknis mengenai audiometer.


P.VI. 4. 1 Apa guna audiometer dan bagaimana cara kerjanya? Audiometer adalah sebuah alat yang
digunakan untuk mengetahui level pendengaran seseorang. Dengan bantuan sebuah alat yang disebut
dengan audiometer, maka derajat ketajaman pendengaran seseorang dapat dinilai. Tes audiometri
diperlukan bagi seseorang yang merasa memiliki gangguan pendengeran atau seseorang yag akan
bekerja pada suatu bidang yang memerlukan ketajaman pendengaran. Untuk mendapatkan tingkat
pendengaran dengan cara merekam respon dari pasien setelah memberikan pasien tersebut
rangsangan auditory dengan berbagai intensitas level.

Pada bagian muka audiometer ADC terdapat berbagai tombol dan skala (lihat gambar) yang berungsi
sebagai berikut :
Tombol1 (T) : tombol utama (gunanya untuk menghidupkan atau mematikan ala1).
Tombol2 (T2) : tombol frekuensi nada

38
Dengan menggunakan T2 ini kita memilih frekuensi nada yang dapat dibangkitkan oleh ala1. Frekuensi
tersebut dapat dibaca pada skala (82) yang dinyatakan dalam satuan hertz.

P-VIA. 2 Apa yang dimaksud dengan frekuensi hertz? hertz merupakan satuan frekuensi yang
menandakan banyakanya suatu gelombang dalam 1 detik.

Tombol 3 (T3) : tombol kekuatan nada.


Dengan tombol ini kita dapat mengatur kekuatan nada, kekuatan nada dapat dibaca pada skala (5) yang
dinyatakan dalam decibel.

P-VI.3 Apa yang dimaksud dengan satuan decibel? Desibel (dB) adalah satuan untuk mengukur
intensitas suara. Satu desibel ekuvalen dengan sepersepuluh Bel. Huruf "B" pada dB ditulis dengan
huruf besar karena merupakan bagian dari nama penemunya, yaitu Bell.
Desibel juga merupakan sebuah unit logaritmis untuk mendeskripsikan suatu rasio. Rasio tersebut
dapat berupa daya (power), tekanan suara (sound pressure), tegangan atau voltasi (voltage), intensitas
(intencity), atau hal-hal lainnya. Terkadang. dB juga dapat dihubungkan dengan Phon dan Sone
(satuan yang berhubungan dengan kekerasan suara).

Tombol4 (T4) : tombol pemilih telepon telinga bila tombol ini menunjukan ke “B”, berarti nada yang
dihantarkan ketelepon berwarnahitam (black). Bila tombol menunjukan ke “G” yang bekerja hanya
telepon kalbu (Grey).
Tombol 5 (T5) : tombol penghubung nada. Dengan memutar tombol ini kekiri, nada akan terdengar
ditelepon bila tombol dilepas, nada tidak terdengar lagi.

P-VIA. Apa yang dimaksud pemutus nada pemeriksaan? maksud pemutusan nada pada pemeriksaan
adalah melepas tombol sehingga nada tidak terdengar lagi untuk menguji apakah o.p benar-benar
mendengar atau hanya pura-pura mendengar.

Tata Kerja
1. Pemeriksaan menyiapkan alat sebagai berikut:
a. putar tombol utama (T1) pada “Off”.
b. putar tombol frekuensi nada (T2) pada 125.
c. putar tombol kekuatan nada (T3) pada -10dp.

P-VIA. 5 Apa arti fisikologis intensitas 0 dp pada alat ? 0 db sama dengan tingkat tekanan yang
mengakibatkan gerakan molekul udara dalam keadaan udara diam, yang hanya dapat terdeteksi
dengan menggunakan instrumen fisika, dan tidak akan terdengar oleh telinga manusia.
Oleh karena itu, di dalam audiologi ditetapkan tingkat 0 yang berbeda, yang disebut 0 dB klinis atau 0
audiometrik. Nol inilah yang tertera dalam audiogram, yang merupakan grafik tingkat ketunarunguan.
Nol audiometrik adalah tingkat intensitas bunyi terendah yang dapat terdeteksi oleh telinga orang rata-
rata dengan telinga yang sehat pada frekuensi 1000 Hz.

2. Hubungan audiometer dengan sumbu listrik (125V) dan putar T1 ke “ON”, 51 dan 52 akan menyala,
bila tidak demikian halnya laporkan pada supervisior.
3. Suruhlah orang percobaan duduk membelakangi audiometer dan pasanglah telepon pada telinganya
sehingga telepon “Black” ditelinga kiri.

39
4. Berikan petunjuk pada orang percobaan untuk mengacungkan tangannya ke atas pada saat mulai dan
selama ia mendengar nada melalui salah satu telepon, dan menurunkan tangannya pada saat nada mulai
tidak terdengar lagi.
5. Tunggulah 2 menit lagi untuk “memanaskan” alat.
6. Putarlah T5 ke kiri dan pertahankanlah selama pemeriksaan.
7. Putarlah tombol kekuatan T3 perlahan-lahan searah dengan jarum jam sampai orang percobaan
mengacungkan tangannya keatas.
8. Teruskanlah memutarkan tombol tersebut sebesar 10 db dan kemudian putarlah tombol T3 tersebut
perlahan-lahan berlawanan dengan jarum jam sampai orang percobaan menurunkan tangannya.
Catatlah angka db pada saat itu.
9. Ulangilah tindakan 7 dan 8 dua kali lagi dan ambillah angka terkecil sebagai “hearing loss” orang
percobaan pada frequency 125 Hz.
10. Selama percobaan ini lepaskanlah sekali-kali T5 pada waktu orang percobaan mengacungkan
tangannya untuk menguji apakah orang percobaan benar-benar mendengar nada atau hanya pura-pura
mendengar.
11. Ukurlah, “hearing loss” untuk telinga yang sama dengan cara yang sama pula pada requency
250,500,1000,2000,4000,8000,12000 Hz dan catatlah data hasil pengukuran pada formulir yang telah
disediakan.
12. Ulangi seluruh pengukuran ini untuk telinga yang lain.
13. Buatlah audiogram orang percobaan pada formulir yang telah disediakan dengan data yang
diperoleh pada pengukuran

Hasil Percobaan dan Pembahasan


OP. Aini

40
O.p tidak mengalami ketulian karena masih dalam batas normal

Kesimpulan
Semakin tinggi frekuensi yang kita dengar maka akan semakin peka telinga kita. Sehingga kita dapat
mendengar suaranya.

41
SIKAP DAN KESEIMBANGAN BADAN
I. TUJUAN :
Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat :

1. Mengemukakan pelbagai reaksi perubahan sikap badan katak oleh perangsangan kanalis
semisirkularis dan reaksi 11 menegakkan bada “setelah ekstriparsi labirin
2. Menyebutkan beberapa faktoer yang dapat mempengaruhi rekasi perubahan sikap diatas.
3. Mendemomstrasikan kepentingan kedudukan kepala dan mata dalam mempertahankan
keseimbangan badan pada manusia.
4. Mendemonstrasikan dan menerangkan pengaruh percepatan sudut :
a. Dengan kursi Barany terhadap :
- Gerakan bola mata
- Tes penyimpangan penunjukan tes jatuh kesan (sensasi)
b. Dengan berjalan mengelilingi statif

II. ALAT DAN BINATANG PERCOBAAN YANG DIPERLUKAN :


1. Katak
2. Papan fiksasi katak + ge;as beker
3. Ether + kapas + jarum pentul
4. Scalpel + gunting halus + pinset halus + bor halus
5. Kursi putar Barany
6. Tongkat atau statif yang panjang
7. Bak berisi air

III. DASAR TEORI


Nuklei vestibular adalah untuk mengatur secara selektif sinyal-sinyal eksitatorik berbagai otot
antigravitasi untuk menjaga keseimbangan,sebagi responnya terhadap sinyal dari aparatus
vestibular.

Hewan Deserebrasi mengalami kekakuan spastik bila batang otak seekor hewan d potong
dibawah garis tengah mesensefalon,tetapi pontin sistem retikular mendular juga sistem vestibular
dibiarkan tetap utuh, hewan tersebut mengalami keadaan yang disebut kekauan deserebasi.
Kekakuan inni tidak timbul disemua otot tubuh tetapi hanya otot antigravitasi yaitu otot leher dan
batang tubuh serta ekstensor tungkai.

Aparatus vestibular merupakan organ sensoris untuk mendeteksi sensasi keseimbangan. Alat
ini terbungkus salam satu tabung tulang dan ruangan-ruangan yang terletak dalam bagian petrosus
(bagian seperti batu,bagian keras) dari tulang temporal, yang disebut labirin tulang. Di dalam sistem
ini terdapat tabung membran dan ruangan yang di sebut labirin membranosa yang merupakan
bagian fungsional aparatus vestibular.

Labirin ini terdiri atas koklea (duktus koklearis), tiga kanalis semisirkularis dan dua ruangan
besar yang dikenal sebagai utrikulus dan sakulus. Koklea merupakan organ sensorik utama
pendengaran.dan hampir tidak berhub dg keseimbangan.kanalis semirikularis,utrikulus dan sakulus
,semua ini merupakan bagian intragal dr mekanisme keseimbangan.

42
Makula organ sensorik utrikulus dan sakulus untuk mendeteksi orientasi kepala sehubungan
dengan gravitasi. Makula pada utrikulus terutama terletak pada bidang horizontal permukaan
inferior utrikulus dan berperan penting dalam menentukan orientasi kepala ketika kepala dalam
posisi tegak. Sebaliknya, makula pada sakulus terutama terletak dalam bidang vertikal dan
memberikan sinyal orientasi kepala saat seseorang berbaring.

Setiap makula d tutupi oleh lapisan gelatinosa yang dilekati oleh banyak krista kalsium
karbonat kecil kecil yang di sebut statokonia.dalam makula juga didapati beribu-ribu sel rambut,
pangkal dan sisi sel-sel rambut bersinaps denganujung-ujung sensorik saraf vestibular.

Dalam aparatus vestibular terdapat kanalis semisirkularis,dikenal sebagai kanil semisrikularis


anterior, posterior dan lateral tersusun tegak lurus satu sama lain sehingga kanalis ini terdapat 3
bidang.

Bila kepala tunduk kira-kira 30 derajat ke depan,kanalis semirikularis lateral kira-kira aada pd
bidang horizontal sesuai dengan permukaan bumi, kemudian kanalis anterior ada pd bidang vertikal
yang arah ptoyeksinya ke depan dan 45 derajat ke luar, dankanalis posterior ada pada bidang
vertikal yang berproyeksi ke belakang dan 45 derajat keluar.

Pada setiap ujung kanalis semisirkualris terdapat pembesaran yang disebut ampula, dan kanlis
serta ampula ini terisi oleh cairan yang disebut endolimfe. Aliran cairan melalui canalis dan
ampulanya merangsang organ sensorik.

Pada puncak krista ini terdapat jaringan longgar massa gelatinosa,yang disebut kupula. Bila
seseorang mulai memutar ke suatu arah, inersia cairan didalam satu atau lebih kanalis semisirkularis
akan mempertahankan cairan agar tetap seimbang sementara kanalis semisirkularis berputar searah
dengan kepala. Hal iini menyebabkan cairan mengalir dari kanalis menuju ampula,membelokkan
kupula ke satu sisi. Putaran kepala dalam arah yang berlawanan menyebabkan kupula berbelok ke
sisi yang berlawanan.

Kedalam kupula terdapat ratusan penjuluran silia dari sel-sel rambut yang terletak pada
sepanjang krista ampularis. Kinosilia sel-sel rambut ini semuanya beorientasi ke arah sisi yang sama
dalam kupula,dan pembelokkannya ke arah yang berlawanan mengakibatkan hiperpolarisasi sel
rambut. Kemudian, dari sel-sel rambut sinyal-sinyal yang sesuai dikirimkan melalui nervus
vestibular untuk memberitahu sistem saraf pusat mengenai perubahan perputaran kepala dan
kecepatan perubahan pada setiap tiga bidang ruangan.

Setiap kepala berputar tiba-tiba,sinyal yang berasal dari kanalis semisirkularis menyebabkan,
mata berputar dengan arah yang berlawanan dengan arah putaran kepala. Keadaan ini timbul akibat
adanya refleks yang dijalarkaan melalui nuklei vestibular dan fasikulus longitudinalis medial
menuju nuklei okulomotor.

IV. Pelaksanaan Praktikum

I. Percobaan pada katak


A. Cara Kerja
1. Meletakkan seekor katak dipapan fiksasi dan menutup dengan gelas beker
2. Memegang papan fiksasi dan gelas beker itu dengan kedua belah tangan dan menggerakkan
keatas, kebawah dan memutar kekanan dan ke kiri.

43
3. Memperhatikan dengan seksama perubahan-perubahan sikap pada katak
a. Posisi kepala
b. Fleksi/ekstensi ekstermitas
4. Membuka gelas beker dan memalingkan kepala katak kanan, memperhatikan sikapdan
kedudukan kakinya.
P. VI. 4.6 .Apa maksud kita memalingkan kepala katak ?

5. Memasukkan katak itu kedalam bak yang berisi air dan memperhatikan gerakankaki dan arah
berenangnya.
6. Membuang labirin kanan katak itu dengan cara sebagai berikut :
a. Membius katak dengan cara memasukkan bersama-sama dengan kapas yang telah dibasahi
dengan eter ke dalam gelas beker yang ditelungkupkan.
b. Setelah katak itu terbius, meletakkan katak telentang dipapan fiksasi dan sematkan jarum-jarum
pentul pada kakinya.
P. VIA. 4.7.Bagaimana kita mengetahui bahwa katak sudah terbius ?

c. Fiksasi rahang atas katak dengan jarum pentul pada papan fiksasi dan membuka mulut selebar-
lebarnya.
d. Mengunting selaput lendir rahang atas di garis median dengan guting halus sesuai dengan garis
y pada gambar.
e. Membebaskan selaput lender itu dari jaringan dibawahnya dan mendorong kea rah lateral.
Mencegah perdarahan sedapat-dapatnya.
f. Memperhatikan dasar tengkorak katak terutama os. Parabasalenya yang membayang (= p pada
gambar).
g. Merusak labirin kanan dengan jalan member os parabasale di tempatyang diberikan tanda X
secara hati-hatu sedalam ± 1-2 mm (sampai terasa bahwa bor telah menembus tulang yang
keras)
h. Membersihkan daerah operasi dengan kapas dan mengembalikan selaput lender ketempat
semula dengan demikian alat keseimbangan kanantelah dibuang.
7. Setelah efek pembiusan pada katak menghilang, mengulangi tindakan no. 1 s/d no.5
8. Membuang sekarang labirin kiri dengan cara yang sama seperti sub. 6 dengan demikian kedua
alat keseimbangan telah dibuang.
9. Menggulangi sekarang tindakan no. 1 s/d no. 5
10. Mencatat hasil pengamatan pada formulir yang tersedia.

B. Hasil Pengamatan
Tabel Pengamatan Percobaan Katak

Sebelum dibius
Perubahan yang Labirin kanan dibuang
NO (Labirin masih utuh)
diamati II
I

1. Perubahan sikap

Menunduk (ke arah


a. Posisi kepala Condong ke arah kiri
bawah)

44
b. Fleksi/ekstensi Fleksi pada ekstremitas Fleksi pada ekstremitas
ekstremitas
2. Memalingkan kepala katak

Ada perlawanan tubuh


a. Sikap Tidak merespon
ke arah kiri

b. Kedudukan Fleksi fleksi


kakinya
3. Katak dibiarkan berenang

a. Gerakan kaki Fleksi lalu ekstensi Kearah kiri

Lebih condong
b. Kedudukan kaki Seimbang
mendorong ke kiri

C. Pembahasan
Aparatus vestibular merupakan organ sensoris untuk mendeteksi sensasi keseimbangan. Alat
ini terbungkus salam satu tabung tulang dan ruangan-ruangan yang terletak dalam bagian petrosus
(bagian seperti batu,bagian keras) dari tulang temporal, yang disebut labirin tulang. Di dalam sistem
ini terdapat tabung membran dan ruangan yang di sebut labirin membranosa yang merupakan
bagian fungsional aparatus vestibular

Bila batang otak seekor hewan di potong dibawah garis tengah mesensefalon, tetapi pontin
sistem retikular mendular juga sistem vestibular dibiarkan tetap utuh, hewan tersebut mengalami
keadaan yang disebut kekakuan deserebasi. Kekakuan ini tidak timbul disemua otot tubuh tetapi
hanya otot antigravitasi yaitu otot leher dan batang tubuh serta ekstensor tungkai.

Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi penting dalam keseimbangan,
kontrol kepala, dan gerak bola mata. Reseptor sensoris vestibular berada di dalam telinga. Reseptor
pada sistem vestibular meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus, serta sakulus. Reseptor dari sistem
sensoris ini disebut dengan sistem labyrinthine.

Sistem labyrinthine mendeteksi perubahan posisi kepala dan percepatan perubahan sudut.
Melalui refleks vestibulo-occular, mereka mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat obyek
yang bergerak.

Mereka meneruskan pesan melalui saraf kranialis VIII ke nukleus vestibular yang berlokasi di
batang otak. Beberapa stimulus tidak menuju nukleus vestibular tetapi ke serebelum, formatio
retikularis, thalamus dan korteks serebri.

Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor labyrinth, retikular formasi, dan
serebelum. Keluaran (output) dari nukleus vestibular menuju ke motor neuron melalui medula
spinalis, terutama ke motor neuron yang menginervasi otot-otot proksimal, kumparan otot pada
leher dan otot-otot punggung (otot-otot postural). Sistem vestibular bereaksi sangat cepat sehigga
membantu mempertahankan keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot postural

45
D. Menjawab Pertanyaan
P. VI. 4.6 .Apa maksud kita memalingkan kepala katak ?

Jawab:

Melihat sikap dan kedudukan kaki yang normal bila kepala katak dimiringkan ke kanan

P. VIA. 4.7.Bagaimana kita mengetahui bahwa katak sudah terbius ?

Jawab:

Cara mengetahuinya adalah katak yang terbius maka pergerakannya kurang dan tidak begitu aktif
daripada saat katak tersebut dalam keadaan tidak terbius (normal), ditusuk dengan jarum pentul 
tidak memberikan respons

E. Kesimpulan
Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi penting dalam keseimbangan,
kontrol kepala, dan gerak bola mata. Reseptor sensoris vestibular berada di dalam telinga. Reseptor
pada sistem vestibular meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus, serta sakulus. Reseptor dari sistem
sensoris ini disebut dengan sistem labyrinthine

Bila batang otak seekor hewan di potong dibawah garis tengah mesensefalon, tetapi sistem
vestibular dibiarkan tetap utuh, hewan tersebut mengalami keadaan yang disebut kekakuan
deserebasi. Kekakuan ini tidak timbul disemua otot tubuh tetapi hanya otot antigravitasi yaitu otot
leher dan batang tubuh serta ekstensor tungkai.

Sistem labyrinthine mendeteksi perubahan posisi kepala dan percepatan perubahan sudut.
Melalui refleks vestibulo-occular, mereka mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat obyek
yang bergerak. Sistem vestibular bereaksi sangat cepat sehigga membantu mempertahankan
keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot postural

II. Percobaan pada Manusia

A. Cara Kerja
Pengaruh kedudukan kepala dan mata yang normal terhadap keseimbangan badan:

1. Suruhlah orang percobaan berjalan mengikuti suatu garis lurus dengan mata terbuka dan sikap
kepala dan badan yang biasa. Perhatikan jalannya dan tanyakan apakah ia mengalami kesukaran
dalam mengikuti garis lurus tersebut.
2. Ulangi percobaan di atas (no.1) dengan mata tertutup
3. Ulangi percobaan di atas (no. 1 dan 2) dengan:
a. Kepala dimiringkan dengan kuat ke kiri
b. Kepala dimiringkan dengan kuat ke kanan
P.VI.4.8. Bagaimana pengaruh sikap kepala dan mata terhadap keseimbangan badan?

B. Hasil Pengamatan dan Analisa Data


O.P: Muhammad Rifki Kholis
Perlakuan Hasil

46
Jalan lurus ke depan jalan lurus, tidak terjadi deviasi

Jalan lurus ke depan dengan mata tertutup jalan lurus, tidak terjadi deviasi

Jalan lurus ke depan dengan kepala dimiringkan dengan Terjadi sedikit deviasi ke kanan
kuat ke kiri

Jalan lurus ke depan dengan kepala dimiringkan dengan Terjadi deviasi ke kanan
kuat ke kiri serta mata tertutup

Jalan lurus ke depan dengan kepala dimiringkan dengan Terjadi sedikit deviasi ke kiri
kuat ke kanan

Jalan lurus ke depan dengan kepala dimiringkan dengan Terjadi deviasi ke kiri
kuat ke kanan serta mata tertutup

Informasi keseimbangan berasal dari visual, vestibular, dan somatosensori. Dimana 50% yang
paling berpengaruh pada keseimbangan adalah vestibular. Kompensasi ketika terjadi
pengeliminasian dari isyarat visual (o.p memejamkan mata) dan kepala dimiringkan dengan kuat
ke satu bagian (kanan/kiri) dalam mempertahankan keseimbangan adalah terjadinya kecenderungan
adanya deviasi kearah berlawanan dimana o.p memiringkan kepalanya agar tidak jatuh.

C. Menjawab Pertanyaan:
Bagaimana pengaruh sikap kepala dan mata terhadap keseimbangan badan?

Jawab:

Hal diatas terjadi di karenakan proses keseimbangan dalam berjalan, juga di pengaruhi oleh
visualisasi. Mata akan membantu pada titik focus utama untuk mempertahankan keseimbangan dan
sebagai monitor tubuh terhadap gerak statik dan dinamik.

D. Kesimpulan
Mata (visual) sangat berpengaruh dengan keseimbangan atau arah berjalan kita.

PERCOBAAN KESEIMBANGAN PADA MANUSIA

I. DASAR TEORI
Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan kesetimbangan tubuh ketika di
tempatkan di berbagai posisi. Definisi menurut O’Sullivan, keseimbangan adalah kemampuan
untuk mempertahankan pusat gravitasi pada bidang tumpu terutama ketika saat posisi tegak. Selain
itu menurut Ann Thomson, keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan tubuh dalam
posisi kesetimbangan maupun dalam keadaan statik atau dinamik, serta menggunakan aktivitas otot
yang minimal.

47
Keseimbangan juga bisa diartikan sebagai kemampuan relatif untuk mengontrol pusat massa
tubuh (center of mass) atau pusat gravitasi (center of gravity) terhadap bidang tumpu (base of
support). Keseimbangan melibatkan berbagai gerakan di setiap segmen tubuh dengan di dukung
oleh sistem muskuloskleletal dan bidang tumpu. Kemampuan untuk menyeimbangkan massa tubuh
dengan bidang tumpu akan membuat manusia mampu untuk beraktivitas secara efektif dan efisien.

Keseimbangan terbagi atas dua kelompok, yaitu keseimbangan statis : kemampuan tubuh untuk
menjaga kesetimbangan pada posisi tetap (sewaktu berdiri dengan satu kaki, berdiri diatas papan
keseimbangan); keseimbangan dinamis adalah kemampuan untuk mempertahankan kesetimbangan
ketika bergerak.

Keseimbangan merupakan interaksi yang kompleks dari integrasi/interaksi sistem sensorik


(vestibular, visual, dan somatosensorik termasuk proprioceptor) dan muskuloskeletal (otot, sendi,
dan jar lunak lain) yang dimodifikasi/diatur dalam otak (kontrol motorik, sensorik, basal ganglia,
cerebellum, area asosiasi) sebagai respon terhadap perubahan kondisi internal dan eksternal.
Dipengaruhi juga oleh faktor lain seperti, usia, motivasi, kognisi, lingkungan, kelelahan, pengaruh
obat dan pengalaman terdahulu.

Fisiologi Keseimbangan

Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dan kestabilan postur oleh aktivitas
motorik tidak dapat dipisahkan dari faktor lingkungan dan sistem regulasi yang berperan dalam
pembentukan keseimbangan. Tujuan dari tubuh mempertahankan keseimbangan adalah :
menyanggah tubuh melawan gravitasi dan faktor eksternal lain, untuk mempertahankan pusat
massa tubuh agar seimbang dengan bidang tumpu, serta menstabilisasi bagian tubuh ketika bagian
tubuh lain bergerak.

Komponen-komponen pengontrol keseimbangan adalah :

Sistem informasi sensoris

Sistem informasi sensoris meliputi visual, vestibular, dan somatosensoris.

a. Visual
Visual memegang peran penting dalam sistem sensoris. Cratty & Martin (1969) menyatakan bahwa
keseimbangan akan terus berkembang sesuai umur, mata akan membantu agar tetap fokus pada titik
utama untuk mempertahankan keseimbangan, dan sebagai monitor tubuh selama melakukan gerak
statik atau dinamik. Penglihatan juga merupakan sumber utama informasi tentang lingkungan dan
tempat kita berada, penglihatan memegang peran penting untuk mengidentifikasi dan mengatur jarak
gerak sesuai lingkungan tempat kita berada. Penglihatan muncul ketika mata menerima sinar yang
berasal dari obyek sesuai jarak pandang.

Dengan informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan atau bereaksi terhadap perubahan bidang
pada lingkungan aktivitas sehingga memberikan kerja otot yang sinergis untuk mempertahankan
keseimbangan tubuh.

b. Sistem vestibular
Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi penting dalam keseimbangan, kontrol
kepala, dan gerak bola mata. Reseptor sensoris vestibular berada di dalam telinga. Reseptor pada sistem
vestibular meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus, serta sakulus. Reseptor dari sistem sensoris ini
disebut dengan sistem labyrinthine. Sistem labyrinthine mendeteksi perubahan posisi kepala dan

48
percepatan perubahan sudut. Melalui refleks vestibulo-occular, mereka mengontrol gerak mata,
terutama ketika melihat obyek yang bergerak. Mereka meneruskan pesan melalui saraf kranialis VIII
ke nukleus vestibular yang berlokasi di batang otak. Beberapa stimulus tidak menuju nukleus vestibular
tetapi ke serebelum, formatio retikularis, thalamus dan korteks serebri.

Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor labyrinth, retikular formasi, dan serebelum.
Keluaran (output) dari nukleus vestibular menuju ke motor neuron melalui medula spinalis, terutama
ke motor neuron yang menginervasi otot-otot proksimal, kumparan otot pada leher dan otot-otot
punggung (otot-otot postural). Sistem vestibular bereaksi sangat cepat sehingga membantu
mempertahankan keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot postural.

c. Somatosensoris
Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau proprioseptif serta persepsi-kognitif. Informasi
propriosepsi disalurkan ke otak melalui kolumna dorsalis medula spinalis. Sebagian besar masukan
(input) proprioseptif menuju serebelum, tetapi ada pula yang menuju ke korteks serebri melalui
lemniskus medialis dan talamus.

Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang sebagian bergantung pada impuls yang
datang dari alat indra dalam dan sekitar sendi. Alat indra tersebut adalah ujung-ujung saraf yang
beradaptasi lambat di sinovia dan ligamentum. Impuls dari alat indra ini dari reseptor raba di kulit dan
jaringan lain , serta otot di proses di korteks menjadi kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang.

Adaptive systems

Kemampuan adaptasi akan memodifikasi input sensoris dan keluaran motorik (output) ketika terjadi
perubahan tempat sesuai dengan karakteristik lingkungan.

Lingkup gerak sendi (Joint range of motion)

Kemampuan sendi untuk membantu gerak tubuh dan mengarahkan gerakan terutama saat gerakan yang
memerlukan keseimbangan yang tinggi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan

a. Pusat gravitasi (Center of Gravity-COG)


Pusat gravitasi terdapat pada semua obyek, pada benda, pusat gravitasi terletak tepat di tengah benda
tersebut. Pusat gravitasi adalah titik utama pada tubuh yang akan mendistribusikan massa tubuh secara
merata. Bila tubuh selalu ditopang oleh titik ini, maka tubuh dalam keadaan seimbang. Pada manusia,
pusat gravitasi berpindah sesuai dengan arah atau perubahan berat. Pusat gravitasi manusia ketika
berdiri tegak adalah tepat di atas pinggang diantara depan dan belakang vertebra sakrum ke dua.

Derajat stabilitas tubuh dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu : ketinggian dari titik pusat gravitasi
dengan bidang tumpu, ukuran bidang tumpu, lokasi garis gravitasi dengan bidang tumpu, serta berat
badan.

b. Garis gravitasi (Line of Gravity-LOG)


Garis gravitasi merupakan garis imajiner yang berada vertikal melalui pusat gravitasi dengan pusat
bumi. Hubungan antara garis gravitasi, pusat gravitasi dengan bidang tumpu adalah menentukan derajat
stabilitas tubuh.

49
c. Bidang tumpu (Base of Support-BOS)
Bidang tumpu merupakan bagian dari tubuh yang berhubungan dengan permukaan tumpuan. Ketika
garis gravitasi tepat berada di bidang tumpu, tubuh dalam keadaan seimbang. Stabilitas yang baik
terbentuk dari luasnya area bidang tumpu. Semakin besar bidang tumpu, semakin tinggi stabilitas.
Misalnya berdiri dengan kedua kaki akan lebih stabil dibanding berdiri dengan satu kaki. Semakin dekat
bidang tumpu dengan pusat gravitasi, maka stabilitas tubuh makin tinggi.

Keseimbangan Berdiri

Pada posisi berdiri seimbang, susunan saraf pusat berfungsi untuk menjaga pusat massa tubuh
(center of body mass) dalam keadaan stabil dengan batas bidang tumpu tidak berubah kecuali tubuh
membentuk batas bidang tumpu lain (misalnya : melangkah). Pengontrol keseimbangan pada tubuh
manusia terdiri dari tiga komponen penting, yaitu sistem informasi sensorik (visual, vestibular dan
somatosensoris), central processing dan efektor.

Pada sistem informasi, visual berperan dalam contras sensitifity (membedakan pola dan bayangan)
dan membedakan jarak. Selain itu masukan (input) visual berfungsi sebagai kontrol keseimbangan,
pemberi informasi, serta memprediksi datangnya gangguan. Bagian vestibular berfungsi sebagai
pemberi informasi gerakan dan posisi kepala ke susunan saraf pusat untuk respon sikap dan
memberi keputusan tentang perbedaan gambaran visual dan gerak yang sebenarnya. Masukan
(input) proprioseptor pada sendi, tendon dan otot dari kulit di telapak kaki juga merupakan hal
penting untuk mengatur keseimbangan saat berdiri static maupun dinamik

Central processing berfungsi untuk memetakan lokasi titik gravitasi, menata respon sikap, serta
mengorganisasikan respon dengan sensorimotor. Selain itu, efektor berfungsi sebagai perangkat
biomekanik untuk merealisasikan renspon yang telah terprogram si pusat, yang terdiri dari unsur
lingkup gerak sendi, kekuatan otot, alignment sikap, serta stamina.

Postur adalah posisi atau sikap tubuh. Tubuh dapat membentuk banyak postur yang memungkinkan
tubuh dalam posisi yang nyaman selama mungkin. Pada saat berdiri tegak, hanya terdapat gerakan
kecil yang muncul dari tubuh, yang biasa di sebut dengan ayunan tubuh. Luas dan arah ayunan
diukur dari permukaan tumpuan dengan menghitung gerakan yang menekan di bawah telapak kaki,
yang di sebut pusat tekanan (center of pressure-COP). Jumlah ayunan tubuh ketika berdiri tegak di
pengaruhi oleh faktor posisi kaki dan lebar dari bidang tumpu.

Posisi tubuh ketika berdiri dapat dilihat kesimetrisannya dengan : kaki selebar sendi pinggul, lengan
di sisi tubuh, dan mata menatap ke depan. Walaupun posisi ini dapat dikatakan sebagai posisi yang
paling nyaman, tetapi tidak dapat bertahan lama, karena seseorang akan segera berganti posisi untuk
mencegah kelelahan.

50
II. TUJUAN :
1. Mendemonstrasikan kepentingan kedudukan kepala dan mata dalam mempertahankan
keseimbangan badan pada manusia.
2. Mendemonstrasikan dan menerangkan pengaruh percepatan sudut :
a. Dengan kursi barany terhadap : gerakan bola mata
b. Dengan berjalan mengelilingi statif

III. ALAT YANG DIPERLUKAN :


Kursi Brany + Tongkat/statif yang panjang

IV. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A. Percobaan dengan kursi Barany 1


1. Tata Kerja
Nistagmus

a. Suruh orang percobaan duduk tegak dikursi Barany dengan kedua tangannya
memegang erat tangan kursi.
b. Tutup kedua matanya dengan sapu tangan dan tundukkan kepala o.p 30 derajat
kedepan.
P.VIA.9. Apa maksud tindakan penundukan o.p 30 derajat kedepan?

51
c. Putarlah kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur dan tanpa
sentakan
d. Hentikan pemutaran kursi tiba-tiba
e. Bukalah sapu tangan dan suruhlah o.p melihat jauh kedepan
f. Perhatikan adanya nistagmus
Tetapkanlah arah komponen lambat dan cepat nistagmus tersebut

P.VIA.10. Apa yang dimaksud dengan rotatory nistagmus dan postrotatory nystagmus ?

2. Hasil Pengamatan dan Pembahasan


O.P Muhammad Rifki Kholis

 Kepala lurus: Putaran : Kiri


Nistagmus : Kiri
Jalan : Ke kanan
 Kepala miring kanan : Putaran : Kiri
Nistagmus : Kiri
Jalan : Ke kanan
 Kepala menunduk: Putaran : Kanan
Nistagmus: Kanan
Jalan : Lurus
 Kepala ke atas: Putaran : Kanan
Nistagmus: Kanan
Jalan : Ke kanan

Setelah berputar ke kanan, terdapat nistagmus komponen cepat ke arah kiri dan komponen lambat
ke arah kanan. Hal ini disebabkan oleh adanya refleks vestibulo-okular (VOR) yang merupakan
refleks gerakan mata untuk menstabilkan gambar pada retina selama gerakan kepala dengan
memproduksi sebuah gerakan mata ke arah yang berlawanan dengan gerakan kepala, sehingga
mempertahankan gambar untuk berada pada pusat bidang visual.

3. Menjawab Pertanyaan
P.VIA.9. Apa maksud tindakan penundukan o.p 30 derajat kedepan?

Jawab :

Agar canalis semisirkularis anterior sejajar dengan bidang bumi

P.VIA.10. Apa yang dimaksud dengan rotatory nistagmus dan postrotatory nystagmus ?

Jawab:

Nistagmus horizontal : nistagmus yang gerakannya berada mata disekitar aksisvisual. Post-rotatory
nistagmus adalah keadaan normal yang ditemukan pada hewan pasca pemutaran yang terjadi akibat
pergerakan kupula sewaktu rotasi dihentikan memilikiarah berlawanan.

4. Kesimpulan
Setiap kepala berputar tiba-tiba,sinyal yang berasal dari kanalis semisirkularis menyebabkan, mata
berputar dengan arah yang berlawanan dengan arah putaran kepala. Keadaan ini timbul akibat
adanya refleks yang dijalarkaan melalui nuklei vestibular dan fasikulus longitudinalis medial
menuju nuklei okulomotor.

52
B. Tes Penyimpangan Penunjukkan ( Pas Pointing Test of Barany )
1. Tata Kerja
a. Suruh OP duduk tegak dikursi Barany dan tutuplah kedua matanya dengan sapu tangan
b. Periksa sendiri tepat dimuka kursi Barany sambil mengulurkan tangan ke arah OP
c. Suruhlah OP menunjulurkan lengan kanannya ke depan sehingga dpt menyentuh jari tangan
pemeriksa yang telah diulurkan sebelumnya
d. Suruhlah OP mengangkat lengan kanannya ke atas dan kemudian dengan cepat
menurunkan kembali sehingga dapat menyentuh jari pemeriksa lagi. Tindakan no 1-4
merupakan persiapan untuk tes yang berikut :
e. Suruhlah sekarang OP dengan kedua tangannya memegang erat tangan kursi
f. Putarlah kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur tanpa sentakan.

2. Hasil Pengamatan dan Analisa


O.P Muhammad Rifki Kholis

o.p dapat menyentuh jari tangan pemeriksa

Saat mata o.p dalam keadaan tertutup, terdapat koordinasi yang salah dari o.p karena sensasi
perputaran yang dialaminya. Namun, setelah mata dibuka, o.p dapat menyentuh jari tangan yang
sebenarnya bisa dilakukan dengan tepat.

3. Kesimpulan
Deviasi dari tes dapat terjadi namun belum tentu karena kelainan, namun karena koordinasi yang
salah

C. Kesan sensasi
1. Tata Kerja
a. Gunakan o.p. yang lain
b. Suruh o.p duduk di kursi Barany dan tutuplah kedua matanya dengan sapu tangan
c. Putarlah kursi barany ke kanan dengan kecepatan yang berangsur-angsur bertambah dan
kemudian kurangilah kecepatan putarannya secara berangsur-angsur sampai berhenti.
d. Tanyakan kepada o.p arah perasaan berputar
1) sewaktu kecepatan putar masih bertambah
2) sewaktu kecepatan menetap
3) sewaktu kecepatan dikurangi
4) segera setelah kursi dihentikan
e. Berikan keterangan tentang mekanisme terjadinya arah perasaan berputar yang dirasakan
o.p .

2. Hasil Pengamatan dan Analisa


O.P : Sidqi
1) sewaktu kecepatan putar masih bertambah : o.p merasa terbang
2) sewaktu kecepatan menetap : o.p merasa berat ke kiri
3) sewaktu kecepatan dikurangi : o.p merasa terbang

53
4) segera setelah kursi dihentikan : o.p merasa seperti berputar ke kiri
5) mekanisme terjadinya arah perasaan berputar yang dirasakan o.p.:
perasaan berputar dikarenakan adanya gangguan keseimbangan pada organ tympani pada telinga.

Saat kursi mulai diputar ke kanan, endolimfe akan berputar ke arah sebaliknya, yaitu ke kiri. Akibatnya,
kupula akan bergerak ke kiri dan o.p akan merasa berputar ke kiri. Kemudian, kupula akan bergerak ke
kanan searah dengan putaran kursi sehingga o.p akan merasa bergerak ke kanan. Saat kecepatan mulai
konstan, kupula dalam posisi tegak sehingga o.p akan merasa tidak berputar. Saat kursi dihentikan,
kupula akan bergerak ke arah sebaliknya, yaitu ke kanan, sehingga o.p akan merasa berputar ke kanan.
Namun, pada praktikum o.p masih merasa berputar ke kanan saat kecepatan sudah konstan dan o.p tidak
merasa berputar ke kanan saat kursi dihentikan. Hal ini mungkin disebabkan oleh persepsi
keseimbangan o.p yang bagus.

3. Kesimpulan
Pada percobaan barany, o.p di putar ke kanan akan tetapi yang dirasakan o.p berputar kea rah kiri
dikarenakan sinyal yang berasal dari canalis semisircularis yang bekerja berlawan arah.

D. Percobaan sederhana untuk kanalis semisirkularis horisontalis


1. Tata Kerja
a. Suruhlah o.p. dengan mata tertutup dan kepala ditundukkan 30o , berputar sambil berpegangan
pada tongkat atau statif, menurut arah jarum jam, sebanyak 10 kali dalam 30 detik
b. Suruhlah o.p. berhenti, kemudian membuka matanya dan berjalan lurus ke muka
c. Perhatikan apa yang terjadi
d. Ulangi percobaan ini dengan berputar menurut arah yang berlawanan dengan arah jarum jam
P. VI.4. 11 a. Apa yang saudara harapkan terjadi pada o.p. ketika berjalan lurus ke muka
setelah berputar 10 kali searah dengan jarum jam?

Jawab : o.p. akan berjalan miring ke kanan, tidak lurus ke depan

e. Bagaimana keterangannya?
Jawab : Karena endolimf bergerak lebih lambat namun bersifat menyusul jadi ketika terdapat
penghentian putaran, endolimf masih cenderung mengikuti perputaran tersebut.

2. Hasil Pengamatan dan Analisa


O.P Sidqi
O.P. berjalan tidak lurus dan miring hampir jatuh berlawanan dengan arah putaran, lebih merasa
pusing saat diputar yang pertama.

Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan orientasi tubuh dan bagian- bagiannya
dalam hubungannya dengan ruang internal. Keseimbangan tergantung pada continous visual,
labirintin, dan input somatosensorius (proprioceptif) dan integrasinya dalam batang otak dan
serebelum. Kanalis semisirkularis punya posisi anatomis terangkat 30o, kalau seseorang menunduk
dengan sudut 30o maka posisi kanalis semisirkularis lateral dibidang horizontal. Kesulitan berjalan
lurus biasa dialami, hal ini dikarenakan cairan endolimph dan perilimph terganggu atau bergejolak.

3. Menjawab Pertanyaan

54
a. Apa yang saudara harapkan terjadi pada o.p. ketika berjalan luru ke muka setelah berputar 10
kali searah dengan jarum jam?
b. Bagaimana keterangannya?
Jawab:

a. OP berjalan tidak lurus ke depan tetapi mengarah ke kanan.


b. Karena endolimf bergerak lebih lambat namun bersifat menyusul jadi ketikaterdapat
penghentian putaran, endolimf masih cenderung mengikuti perputarantersebut.

4. KESIMPULAN
Posisi berjalan dan keseimbangan dipengaruhi oleh posisi kanalis semisirkularis serta
pergerakan cairan endolimph-perilimph.
Aparatus vestibularis mendeteksi perubahan posisi dan gerakan kepala. Kanalis
semisirkularis mendeteksi akselarasi atau deselarasi anguler atau rotasional kepala. Akselarasi atau
deselarasi selama rotasi kepala ke segala arah menyebabkan pergerakan endolimfe yang awalnya
tidak ikut bergerak sesuai arah rotasi kepala karena inersia.
Apabila gerakan kepala berlanjut dalam arah dan kecepatan yang sama, endolimfe akan
menyusul dan bergerak bersama dengan kepala sehingga rambut-rambut kembali ke posisi tegak.
Ketika kepala berhenti, keadaan sebaliknya terjadi. Endolimfe secara singkat melanjutkan diri
bergerak searah dengan rotasi kepala sementara kepala melambat unutk berhenti. Ketika seseorang
berada dalam posisi tegak, rambut-rambut pada utrikulus berorientasi secara vertikal dan rambut-
rambut sakulus berjajar secara horizontal.

55
Daftar Pustaka
Drs. H. Syaifuddin, AMK. 2003. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Penerbit Buku
Kedokteran EGC : Jakarta

Ganong WF. 2006. Review of medical physiology. 22nd Ed. USA: The McGraw-Hill companies
Ganong,F.William. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran ed.20. Jakarta:EGC
Guyton AC, Hall JE. 2006. Textbook of medical physiology. 11th ed. Philadelphia: Elsevier.. p663-6.
Sears, dan Zemansky. “Fisika untuk Universitas”, jilid III

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem ed.2. Jakarta:EGC
Sloane, Ethel. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC
Soepardi EA, Iskandar N, dkk. 2010. Gangguan Pendengaran dan Kelainan Telinga. Dalam: Buku Ajar
Sutrisno, Seri Fisika Dasar, ITB

56

Anda mungkin juga menyukai