Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH TEKNOLOGI KESEHATATAN

“PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA BERTEKNOLOGI dan


PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KEPERAWATAN ”

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah teknologi kesehatan

Dosen Pengampu : Ns. Sukarno, S.Kep., M.Kep.

Disusun Oleh :

Meisya Dhicki Candra (010115a072)

Nurul Azizah (010115a089)

Sekar Priska (010115a112)

Sitti Waddah M (010115a123)

Winda Wahyu W (010115a133)

Anggi Prasetia Arnata (010113a012)

PSK B Semester 3

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO UNGARAN

2016
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut Tuhan Yang Maha Esa maha pengasih lagi maha penyayang
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telat melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayahnya-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini yaitu tentang “Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Berteknologi dan
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Keperawatan”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan dari berbagai
sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua sumber yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi susunan dan cara pengeditan kerapiaan makalahnya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk banyak
orang dan dapat memberikam manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Ungaran, 26 September 2016

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teknologi informasi dengan kemajuan teknologi dunia maya merupakan dua


bilah mata uang yang idak dapat terpisahkan satu dengan yang lainnya. Pada era
keterbukaan ini, masyarakat mempunyai kebebasan untuk mengemukakan
pendapatnya, sehingga apabila masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang
tidak bermutu maka masyarakat berhak menuntut pada pemberi pelayanan
kesehatan. Dengan demikian pemberi pelayanan kesehatan khususnya perawat juga
harus secara penuh membekali diri dengan menyeimbangkan kemampuan dalam
bidang keperawatannya dengan kemajuan teknologi yang ada.

Kondisi keterbukaan pada masyarakat saat ini sepertinya belum didukung


dengan kesiapan pelayanan kesehatan, salah satunya dalam memenuhi ketersediaan
alat dokumentasi yang cepat, tidak berulang-ulang dan modern dipelayanan
kesehatan, khususnya rumah sakit (Brubaker, Ruthman, & Walloch, 2009).
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini di Indonesia belum
secara luas dimanfaatkan dengan baik oleh perawat khususnya di pelayanan rumah
sakit, terutama pelayanan keperawatan. Hal ini dikarenakan perawat belum terbiasa
dengan kemajuan teknologi, belum adanya dukungan dari server dan jaringan
internet yang memadai.

Tenaga perawat sebagai salah satu tenaga yang mempunyai kontribusi besar
bagi pelayanan kesehatan, mempunyai peranan penting untuk meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan (Galt, Rule, Houghton, Young, & Remington, 2005). Dalam
upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, seorang perawat harus mampu
melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar, yaitu dari mulai pengkajian
sampai dengan evaluasi dan yang sangat penting adalah disertai dengan sistem
pendokumentasian yang baik. Namun pada realitanya dilapangan, asuhan
keperawatan yang dilakukan masih bersifar manual dan konvensional, belum
disertai dengan sistem/perangkat tekhonolgi yang memadai. Contohnya dalam hal
pendokumentasian asuhan keperawatan masih manual, sehingga perawat
mempunyai potensi yang besar terhadap proses terjadinya kelalaian dalam praktek.
Dengan adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, maka sangat
dimungkinkan bagi perawat untuk memiliki sistem pendokumentasian asuhan
keperawatan yang lebih baik dengan menggunakan Sistem Informasi Manajemen.
Salah satu bagian dari perkembangan teknologi dibidang informasi yang sudah
mulai dipergunakan oleh kalangan perawat di dunia internasional adalah teknologi
PDA (personal digital assistance). Di masa yang akan datang, pelayanan kesehatan
akan dipermudah dengan pemanfaatan personal digital assistance (PDA). Perawat,
dokter, bahkan pasien akan lebih mudah mengakses data pasien serta informasi
perawatan terakhir (Brubaker, et al., 2009; Chatterley & Chojecki, 2010).

Memasukkan personal digital assistant (PDA) ke dalam program


keperawatan merupakan sebuah inovasi yang sangat memberikan manfaat lebih
bagi dunia kesehatan, keperawatan khususnya (Grad, Pluye, Granikov, & Johnson-
Lafleur, 2009). Sebelum memasukkan asisten personal digital (PDA) ke dalam
program keperawatan mereka, sebuah studi percontohan yang bertujuan untuk
mengeksplorasi persepsi keperawatan siswa tentang kegunaan PDA dalam
pengaturan klinis (Honeybourne, Sutton, & Ward, 2006).

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang latar belakang pentingnya teknologi kesehatan bagi
perawat.

2. Untuk mengetahui Bagaimana seharusnya kita sebagai tenaga


kesehatan beretika terhadap pengaruh perkembangan
teknologi dalam bidang kesehatan.
3. Untuk mengetahui Bagaimana pula seorang perawat harus
berperan dan menyikapi begitu pesatnya perkembangan
teknologi dibidang kesehatan.
4. Untuk mengetahui Pembelajaran dan implementasi keperawatan melalui
teknologi informasi personal digital assistant (PDA).
5. Untuk mengetahui Garis besar beberapa teknologi kesehatan dalam sumber
daya manusia keperawatan.
C. Manfaat
Dengan adanya makalah ini di harapkan pembaca khususnya mahasiswa
universitas ngudi waluyo dapat memahami dan mengimplementasikan pentingnya
teknologi kesehatan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga sebagai insane
kesehatan, perawat bisa menjadi lebih maju dan maksimal dalam melayani pasien
dengan adanya kemajuan di bidang teknologi kesehatan ini.

BAB 2
PEMBAHASAN

A. Bagaimana seharusnya kita sebagai tenaga kesehatan


beretika terhadap pengaruh perkembangan teknologi
dalam bidang kesehatan ?
Kita sebagai tenaga kesehatan yang hidup di jaman
globalisasi seperti sekarang ini harus dituntut dengan
pengembangan sumber daya manusia yang semakin maju pesat.
Kita diharapkan mampu berkembang dengan semakin
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi atau IPTEK.
Namun tidak seharusnya kita sebagai tenaga kesehatan menyerap
segala informasi-informasi yang ada. Kita harus memilah mana
yang seharusnya dapat diterapkan di Indonesia dan mana yang
tidak seharusnya diterapkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan
kebudayaan Indonesia yang masih tidak sesuai dengan
kebudayaan yang ada di Negara lain. Sehingga kita dapat
diharapkan menilai mana yang dapat kita serap dan mana yang
tidak bisa.
Dengan adanya perkembangan IPTEK manusia
mendapatkan berbagai kemudahan dalam melaksanakan
kegiatannya sehari-hari. Bahkan saat sekarang ini hampir setiap
orang itu tidak bisa terpisah dari adanya teknologi, setiap orang
memanfaatkan alat komunikasi langsung jarak jauh seperti HP
untuk berhubungan dengan orang lain yang berjauhan. Orang
kalau ingin bepergian ke luar negeri tidak lagi memerlukan waktu
yang lama, karena mereka tinggal naik pesawat terbang, dengan
beberapa menit saja mereka sudah sampai di tempat tujuan yang
dituju, selain itu berbagai kegiatan yang pada awalnya dilakukan
dengan menggunakan banyak tenaga manusia untuk
mengerjakannya, kini dengan adanya perkembangan IPTEK
semuanya itu dapat teratasi dengan penggunaan tenaga mesin
untuk melakukan pekerjaan tersebut dengan waktu yang relative
lebih cepat daripada menggunakan tenaga manusia secara
manual.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa adanya
perkembangan IPTEK, manusia sangat banyak terbantu untuk
memenuhi berbagai kebutuhan dan menyelesaikan berbagai
permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, tetapi
disisi lain manusia juga harus sadar akan adanya berbagai macam
ancaman yang dapat ditimbulkan oleh adanya perkembangan
IPTEK tersebut, yang akan dapat membahayakan bagi manusia itu
sendiri.
Pengaruh perkembangan atau kemajuan teknologi dalam bidang kesehatan
cukup beragam baik dari segi positif maupun segi negatif. Seorang perawat harus
tepat dalam beretika terhadap pengaruh perkembangan atau kemajuan teknologi
dalam bidang kesehatan. Salah satu cara beretika dalam menyikapi hal tersebut
adalah beradaptasi dengan teknologi yang sedang berkembang di bidang kesehatan,
dengan beradaptasi maka perawat dapat mengikuti perkembangan dan mampu
mengaplikasikan teknologi tersebut dalam pelayanan kesehatan karena perawat
harus mampu menjalankan pendidikan yang berkelanjutan.
Cara beretika lainnya adalah mencegah kecanduan maupun ketergantungan
pada teknologi dalam bidang kesehatan. Contohnya mengukur tanda-tanda vital
pasien menggunakan sistem komputer, apabila ketergantungan dan kecanduan terus
menerus pada sistem komputer tersebut ditakutkan dapat mengurangi keterampilan
perawat.

B. Bagaimana pula seorang perawat harus berperan dan


menyikapi begitu pesatnya perkembangan teknologi
dibidang kesehatan ?
Peran perawat di dalam berperan dan menyikapi begitu
pesatnya perkembangan teknologi dapat dilihat dari peran
perawat sebagai educator bagi pasien yang ada. Dengan
perkembangan teknologi ini, perawat diharapkan mampu
mengakses informasi-informasi yang berkaitan dengan penyakit
yang dialami pasiennya sehingga perawat dapat memberikan
pembelajaran kepada pasiennya dengan cepat, tepat, dan akurat.
Dengan perkembangan yang ada, maka perawat harus dengan
cermat mengakses informasi sebanyak mungkin agar dapat
memberikan penyuluhan kepada pasiennya. Selain sebagai
educator, perawat juga berperan sebagai care giver. Karena
informasi yang ada di internet sudah sangat canggih, maka
perawat dapat mengakses internet dan memberikan asuhan
keperawatan yang sesuai dengan penyakit yang dialami oleh
pasien. Perawat juga dapat melakukan asuhan keperawatan
dengan baik karena tidak lagi disibukkan dengan terlalu banyak
menulis pendokumentasian pasien. Untuk sekarang ini, perawat
dapat menghemat waktu untuk pendokumentasian dengan cara
elektronik dengan computer, sehingga dapat menambah waktu
untuk memberikan layanan keperawatan.
Peran perawat dalam menyikapi pesatnya perkembangan teknologi di
bidang kesehatan adalah sebagai Change Agent dimana perawat harus mampu
mengubah rumah sakit yang masih menggunakan teknologi terdahulu menjadi ingin
dan mampu mengubah teknologi kesehatannya menjadi teknologi yang maju dan
terbaru serta sesuai perkembangannya, sehingga pelayanan kesehatan dalam rumah
sakit tersebut dapat meningkat mulai dari penanganan sampai dengan kesembuhan.
Peran selanjutnya adalah sebagai Educator dimana perawat harus mampu
mengubah persepsi dan mendidik dokter, perawat lain, dan tenaga kesehatan lain
dalam menggunakan teknologi yang dapat meningkatkan kesehatan pasien.

C. Pembelajaran dan implementasi keperawatan melalui teknologi informasi


personal digital assistant (PDA)

(di kutip dari JAAPA : Journal of the American Academy of Physician Assistants,
22(5), 40. 2009)

Definisi PDA (Personal Digital Assistants) adalah sebuah alat komputer


genggam portable, dan dapat dipegang tangan yang didesain sebagai organizer
individu, namun terus berkembang sepanjang masa (Koeniger-Donohue, 2008).
PDA memiliki fungsi antara lain sebagai kalkulator, jam, kalender, games, internet
akses, mengirim dan menerima email, radio, merekam gambar/video, membuat
catatan, sebagai address book, dan juga spreadsheet (Mechling, Gast, & Seid,
2009). PDA terbaru bahkan memiliki tampilan layar berwarna dan kemampuan
audio, dapat berfungsi sebagai telepon bergerak, HP/ponsel, browser internet dan
media players. Saat ini banyak PDA dapat langsung mengakses internet, intranet
dan ekstranet melalui Wi-Fi, atau WWAN (Wireless Wide-Area Networks). Dan
terutama PDA memiliki kelebihan hanya menggunakan sentuhan layar dengan
pulpen/touch screen (Chatterley & Chojecki, 2010).
Dokter, mahasiswa kedokteran, perawat, bahkan pasien akan lebih mudah
mengakses data pasien serta informasi perawatan terakhir. Aplikasi klinis yang
banyak digunakan selama ini adalah referensi tentang obat/drug reference (Galt, et
al., 2005). Menggunakan PDA akan dengan mudah untuk dapat menariknya keluar
ketika perawat butuh pengingat cepat tindakan obat atau intervensi diagnosis /
alasan-alasan dalam belajar untuk ujian. Buku diagnosis keperawatan sebagai
pegangan di ujung jari, sangat mengagumkan dan membantu menghubungankan
antara teoretis dan praktis (Fisher & Koren, 2007). Bahkan sebuah PDA dengan
pemindai bar code/gelang data, saat ini sudah tersedia. PDA semacam ini
memungkinkan tenaga kesehatan untuk memindai gelang bar code/gelang data
pasien guna mengakses rekam medis mereka, seperti obat yang tengah dikonsumsi,
riwayat medis, dan lain-lain (Joan, Dionne, & Jia Joyce, 2006). Selain itu, informasi
medis tersebut dapat pula diakses secara virtual di mana pun kapan pun, dengan
bandwidth ponsel yang diperluas atau jaringan institusional internet nirkabel
kecepatan tinggi yang ada di rumah sakit. Di samping itu data pasien atau gambar
kondisi/penyakit pasien dapat didokumentasikan, untuk tujuan pengajaran atau
riset, demi meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Meski demikian, PDA tidak
akan dapat menggantikan komputer/dekstop/laptop. Tetapi setidaknya, alat ini akan
memberikan kemudahan tenaga kesehatan untuk mengakses informasi di mana saja
(Fisher & Koren, 2007).
Fungsi bantuan PDA untuk kita sebagai perawat adalah perawat dapat
mengakses secara cepat informasi tentang obat, penyakit, dan perhitungan kalkulasi
obat atau perhitungan cairan IV fluid/infus; perawat dapat menyimpan data pasien,
membuat grafik/table, mengefisiensikan data dan menyebarluaskan. Perawat dapat
mengorganisasikan data, mendokumentasikan intervensi keperawatan dan membuat
rencana asuhan keperawatan (Fisher & Koren, 2007); PDA dapat menyimpan daftar
nama, email, alamat website, dan diary/agenda harian; PDA sangat berguna untuk
program pembelajaran keperawatan; meningkatkan keterlibatan dan hubungan
pasien-perawat (Platt, 2009).

D. Garis besar beberapa teknologi kesehatan dalam sumber daya manusia


keperawatan
(dikutip dari buku alat-alat kesehataan & kedokteran, 2014)
1. INFUS PUMP :
Pengertian dan fungsi :

Infusion pump adalah peralatan medik yang di gunakan untuk


mengontrol pemberian cairan infus secara elektronik.

Cara kerja :

Pesawat infus pump bekerja secara elektronik dengan menggunakakn


mesin pompa untuk memompakan cairan infus kedalam tubuh dimana
pengendalian pengaturan banyaknya tetesan ( yang dimonitor oleh flow sensor)
setelah dilakukan secara semi otomatis . untuk mengjitung jumlah tetesan infus
yang masuk kedalam tubuh pasien digunakan sebuah sensor photodioda. Ada
juga sensor lain yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya gelembung
dalam selang infus.

Untuk mengalirkan tetesan infus, menggunakan motor stepper yang


dilengkapkan keselang infus dan dikunci ( locked). Motor stepper ini bekerja
secra bertahap, agar mengalirnya tetesan infus dapat mengalir secara terartu dan
sesuai dengan seting kecepatan putaran motor

Pada dasar nya alat ini bekerja dari rangkaian oscilator, yang akan
memberikan sinyalnya ke motor yang akan dikendali kan oleh pengendali
motor. Kemudian saat motor bekerja tetesan sensor dan pengelola sinyal pada
level air bekerja yang keluarannya akan mengerjakan rangkaian buzer, pada
sensor tetesan akan mendeteksi berapa banyak tetesan yang keluar menuju
pasien. kecepatan tetesan dapat dikendalikan oleh pengendali laju tetesan yang
akan mengerjakan pengendali motor. Dan hasil tetesan dan setingan laju aliran
tetesan dapat dilihat pada display.

Peran perawat :

1. Mengatur faktor tetes dari infus pump


2. Memonitoring penggunaan infus pump

2. EKG

Pengertian :
Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu sinyal yang dihasilkan oleh
aktifitas listrik otot jantung. EKG ini merupakan rekaman informasi kondisi
jantung yang diambil dengan memasang electroda pada badan. Rekaman EKG
ini digunakan oleh dokter ahli untuk menentukan kodisi jantung dari pasien.
Sinyal EKG direkam menggunakan perangkat elektrokardiograf

Fungsi : Hal-hal yang dapat diketahui dari pemeriksaan EKG adalah :


a. Denyut dan irama jantung

b. Posisi jantung di dalam rongga dada.

c. Penebalan otot jantung (hipertrofi).

d. Kerusakan bagian jantung.

e. Gangguan aliran darah di dalam jantung.

f. Pola aktifitas listrik jantung yang dapat menyebabkan gangguan irama


jantung.

Peran perawat :

a. Memasang alat ke pasien

3. COLONOSCOPY

Pengertian :
Colonoscopy adalah suat prosedur yang memungkinkan seorang
pemeriksa (biasanya seorang gastroenterologist) untuk mengevaluasi
penampilan dalam dari kolon (usus besar). Ini dikerjakan dengan memasukkan
sebuah tabung yang lentur (flexible) yang adalah kira-kira setebal suatu jari
tangan kedalam dubur (anus), dan kemudian memajukannya secara perlahan,
dibawah kontrol visual, kedalam rektum dan seluruh usus besar. Ia dilaksanakan
dengan kontrol visual dari salah satu yaitu melihat melalui alat atau dengan
melihat pada sebuah monitor TV.

Fungsi :

Alat kedokteran ini berfungsi untuk mengetahui kondisi saluran


pencernaan bagian bawah. Colonoscopy merupakan tabung, empat kaki panjang
yang fleksibel tentang ketebalan jari dengan kamera dan sumber cahaya di
ujungnya.
Cara kerja :

Cara Kerja alat ini dimulai dengan pemeriksaan dubur, kemudian


Sebuah pipa panjang dan tipis yang disebut kolonoskop dimasukkan ke dalam
usus melalui anus. Alat tersebut dilengkapi dengan kamera kecil di bagian
ujungnya yang berfungsi untuk menampilkan kondisi usus besar, polip atau
pertumbuhan lainnya. Dan untuk memastikan kamera tersebut dapat dengan
jelas menampilkan gambar usus besar. maka pasien dilarang makan makanan
padat sehari sebelum dan di hari Colonoscopy dilakukan

4. VENTILATOR
Pengertian dan fungsi :

Ventilasi mekanik adalah suatu alat bantu mekanik yang berfungsi


memberikan bantuan nafas pasien dengan cara memberikan tekanan udara
positif pada paru-paru melalui jalan nafas buatanadalah suatu alat yang
digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh proses ventilasi untuk
mempertahankan oksigenasi ( Brunner dan Suddarth, 2002).

Ventilasi mekanik (Ventilator) adalah suatu system alat bantuan hidup


yang dirancang untuk menggantikan atau menunjang fungsi pernapasan yang
normal. Tujuan utama pemberian dukungan ventilator mekanik adalah untuk
mengembalikan fungsi normal pertukaran udara dan memperbaiki fungsi
pernapasan kembali ke keadaan normal. (Bambang Setiyohadi, 2006)

Cara kerja :

Penggerak awal alat : Penggerak awal bisa berupa pneumatik atau


elektrik (AC atau DC), yang kemudian diteruskan kompresor. Letak kompresor
bisa di luar ventilator (eksternal) atau menyatu di dalam (internal).

Pengontrolan Variabel Dengan adanya “dorongan” dalam sistem sirkuit


ventilator, maka akan dihasilkan aliran udara yang akan “menghembus” paru-
paru pasien. Hembusan ke pasien akan menghasilkan beberapa variabel yaitu
tekanan, volume dan aliran. Berdasarkan pengontrolan terhadap variabel-
variabel tersebut maka dikenal pressure control, volume control dan flow
control disamping juga ada time control.

Pada awalnya kebanyakan ventilator hanya bisa mengontrol satu


variabel saja sehingga variabel lainnya akan bervariasi tergantung dari kondisi
paru-paru. Namun dalam perkembangannya, banyak ventilator yang bisa
mengontrol lebih dari satu variabel. Pengontrolan tersebut bisa dalam satu
periode napas ke napas berikutnya atau dalam periode satu kali napas saja.

Fase dalam pernapasan dengan ventilator


Fase bernapas dengan ventilator adalah sebagai berikut:

Awal bernapas (initiating/triggering) : Awal bernapas bisa terjadi secara


otomatis karena pengaturan waktu pada ventilator (machine triggering) atau atas
picuan (rangsangan/usaha bernapas) pasien yang merangsang mesin (patient
triggering) sehingga mesin memulai menghembuskan gas ke pasien.
Rangsangan napas dari pasien bisa atas dasar perubahan flow atau tekanan yang
terjadi pada mesin. Perubahan flow atau tekanan berapa yang bisa merangsang
mesin (sensitivity/trigger) tergantung pengaturan kita. Artinya bisa dibuat lebih
sensitif atau kurang sensitif.

Pembatasan variabel (limitation)Selama inspirasi, beberapa variabel


(volume, tekanan atau flow) akan terbatasi dan tetap dipertahankan (sesuai
dengan pengaturan) sebelum inspirasi berakhir.

Siklus perpindahan (cycling) : Cycling adalah perpindahan dari fase


inspirasi ke fase awal ekspirasi. Perpindahan ini akan terjadi sesuai dengan
pengaturan. Pengaturan tersebut bisa berdasar atas waktu (time cycle), tekanan
(pressure cycle), volume (volume cycle) atau aliran udara (flow cycle).

Time cycle, artinya fase inspirasi berakhir setelah alokasi waktu


inspirasi berdasarkan pengaturan sudah terlampaui.

Pressure/volume cycle, artinya inspirasi berakhir setelah tidak ada flow


yang masuk (flow berhenti). Flow akan berhenti kalau pressure/volume sesuai
pengaturan sudah tercapai.

Flow cycle, artinya inspirasi berakhir kalau flow mencapai pengaturan


yang dibuat. Agar lebih menyelaraskan dengan pola napas pasien, pengaturan
pada flow cycle bisa diatur berbeda dengan pengaturan pabrik. Pengaturan ini
sering disebut sebagai ETS (expiratory trigger sensitivity) atau inspiratory
cycling off. Misalnya pengaturan ETS 40%, artinya bila flow mencapai 40%
dari peak flow maka akan terjadi cycling. Pengaturan pabrik biasanya 25%.

Pengontrolan variabel “base line” Pada akhir ekspirasi, tekanan di jalan


napas bisa dikontrol. Bisa dibuat sama dengan tekanan atmosfer atau lebih.
Pengaturan pengontrolan itu disebut dengan PEEP (positive end expiratory
pressure). Bila PEEP = 0, berarti tekanan di jalan napas pada akhir ekspirasi
sama dengan tekanan atmosfer, dan bila positif ,misalnya 5, berarti pada akhir
ekspirasi tekanan di jalan napas 5 cmH2O lebih tinggi dibandingkan tekanan
udara atmosfer.

Pengontrolan Sistem dalam Ventilator.


Ada dua macam cara pengontrolan sistem kerja ventilator:
Pengontrolan terbuka (open loop control) : Dalam sistem ini, semua
perintah yang diperintahkan akan dikerjakan oleh efektor dan menghasilkan
variabel. Yang dimaksud efektor dalam hal ini bisa berupa pompa piston atau
pengatur katup aliran udara pada ventilator.

Pengontrolan tertutup (closed loop control) : Pada sistem ini, hasil


keluaran yang dihasilkan dipakai sebagai umpan / masukan balik (feed back
control). Dari perbedaan antara masukan balik dan masukan awal, akan
mengubah pengontrol dan efektor dalam ventilator yang selanjutnya akan
menghasilkan data baru (yang disesuaikan dengan kondisi pasien.

Peran perawat :

a. Mengkaji pasien
b. Memonitoring alat

BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari materi di atas jelas bahwa peran perawat dalam penggunaan alat
diagnostic medis sangat penting. Hal ini dikarenakan perawat merupakan salah satu
tenaga kesehatan yang berhubungan dengan pasien secara langsung. Apabila
perawat tidak dapat menggunakan alat diagnostic medis dengan baik, maka tugas
dan kewajiban perawat tidak akan terlaksana dengan baik. Selain itu, kualitas
pelayanan rumah sakit atau instalasi kesehatan yang berhubungan akan dipandang
rendah oleh umum. Konsep care merupakan konsep utama dalam keperawatan,
yang mana apabila digabungkan dengan kemampuan menggunakan alat diagnostic
medis akan meningkatkan kualitas perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan
kepada klien.
Fungsi bantuan PDA untuk kita sebagai perawat adalah perawat dapat
mengakses secara cepat informasi tentang obat, penyakit, dan perhitungan kalkulasi
obat atau perhitungan cairan IV fluid/infus; perawat dapat menyimpan data pasien,
membuat grafik/table, mengefisiensikan data dan menyebarluaskan. Perawat dapat
mengorganisasikan data, mendokumentasikan intervensi keperawatan dan membuat
rencana asuhan keperawatan (Fisher & Koren, 2007); PDA dapat menyimpan daftar
nama, email, alamat website, dan diary/agenda harian; PDA sangat berguna untuk
program pembelajaran keperawatan; meningkatkan keterlibatan dan hubungan
pasien-perawat (Platt, 2009).
Dan dari sudut pandang Garis besar beberapa teknologi kesehatan dalam
sumber daya manusia keperawatan, perawat berperan dalam menggunakan atau
mengimplementasikan teknologi kesehatan dalam praktiknya, yaitu alat
colonoscopy, EKG, ventilator, infuse pamp dan masih banyak lainnya.

B. Saran

Saran dari kami sebagian besar tertuju pada masing-masing pribadi


perawat. Perawat yang profesional haruslah dapat menggunakan alat-alat diagnostic
medis dengan baik. Seminar-seminar dan juga pelatihan merupakan salah satu cara
untuk meningkatkan kompetensi perawat dalam hal ini. Disamping itu, pengalaman
menggunakan alat juga dapat meningkatkan kemahiran perawat dalam
menggunakannya. Semakin sering seorang perawat menggunakan alat diagnostic
medis, maka kompetensi perawat juga akan meningkat.
DAFTAR PUSTAKA

Fisher, K. L., & Koren, A. (2007). Palm perspectives: the use of personal digital
assistants in nursing clinical education. A qualitative study. Online Journal of
Nursing Informatics, 11(2), 12p.

Brubaker, C., Ruthman, J., & Walloch, J. (2009). The Usefulness of Personal Digital
Assistants (PDAs) to Nursing Students in the Clinical Setting: A Pilot Study.
Nursing Education Perspectives, 30(6), 390.

Platt, A. P. A. C. M. (2009). Put a PDA in your practice for easy access to current
medical information. JAAPA : Journal of the American Academy of Physician
Assistants, 22(5), 40.

Hartono. 2014. ”Alat-alat Kesehatan & Kedokteran”. Jakarta:Depot informasi obat.

Anda mungkin juga menyukai