Ligamen Kapsular
Ligamentum kapsular melekat pada tepi processus artikular yang berdekatan.
Berkembang baik di tulang lumbal, serabutnya tebal dan berhubungan erat,
berjalan tegak lurus terhadap aksis sendi.
Ligamentum Flavum
Ligamen flavum merupakan ligamen yang menghubungkan lamina dari dua arkus
vertebra yang berdekatan. Ligamen ini panjang, tipis dan lebar diregio servikal, lebih
tebal di regio torakal dan paling tebal di regio lumbal. Ligamen ini mencegah
terpisahnya lamina arkus vertebralis dan juga mencegah terjadinya cidera di diskus
intervertebralis. Ligamen flavum yang kuat dan elastis membantu mempertahankan
kurvatura kolumna vertebralis dan membantu menegakkan kembali kolumna
veretbralis setelah posisi fleksi (Yanuar, 2002).
Ligamen interspinosus
Ligamen interspinosus merupakan ligamen yang menghubungkan prossesus spinosus
mulai dari basis hingga apex, merupakan ligamen yang lemah hampir menyerupai
membran (Yanuar, 2002)
Ligamen intertranversus
Ligamen intertranversus adalah ligamen yang menghubungkan prossesus tranversus
yang berdekatan. Ligamen ini di daerah lumbal tipis dan bersifat membranosa .
Ligamen supraspinosus
Ligamen supraspinosus menghubungkan prosesus spinosus di daerah apex vertebra
servikal ke 7 (VC7) sampai dengan sakrum. Ligamen ini dibagian kranial bergabung
dengan ligamen nuchae. Ligamen supraspinosus ini kuat, menyerupai tali (Yanuar,
2002).
Ligamentum Iliolumbar
Ligamentum iliolumbar yang melekat pada processus transversus,
menghubungkan dua vertebrae lumbal bawah dengan krista iliaca, sehingga
akan membatasi pergerakan sendi sakroiliaca. Selama fleksi lateral, ligamen
iliolumbal kontralateral akan menjadi tegang sehingga hanya akan memberikan
pergerakan L4 rata-rata sebesar 80 terhadap sacrum. Fleksi dan ekstensi vertebrae
lumbal juga dibatasi tetapi dalam derajat yang lebih kecil daripada fleksi lateral.
Ligamen ini merupakan stabilizer utama L5 pada sacrum.
Segmental Lumbal
Segmental regio lumbal terdiri dari thoracolumbal junction, segmen
lumbal (L1-L5), dan lumbosacral.
Thoracolumbal terdiri dari facet joint dan intervertebral joint.
Facet joint thoracolumbal dibentuk oleh proc. artikularis inferior Th12
yang bersendi dengan proc. artikularis superior L1.
Facet superior Th12 berbeda dengan facet inferior Th12 perbedaannya :
permukaan facet superior lebih kearah bidang frontal sedangkan
permukaan facet inferior lebih kearah bidang sagittal
Pada gerak fleksi-ekstensi lumbal akan memaksa terjadi-nya gerak
penyerta dari Th10 – Th12.
Pada segmen lumbal terdiri dari segmen L1-L2, L2-L3, L3-L4, L4-L5.
Puncak lordosis terletak pada vertebra L3 dengan jarak 2-4 cm.
Segmen L5-S1 dibentuk oleh proc. artikularis inferior vertebra L5 yang
bersendi dengan proc. artikularis supe-rior S1.
Segmen L5-S1 (lumbosacral) merupakan regio yang paling besar
menerima beban mengingat lumbal mempunyai gerak yang luas sementara
Diskus intervertebralis
Hydrostatic, struktur penyangga beban antara corpus vertebra
Terdiri dari Nucleus pulposus + annulus fibrosus
L4-5, jaringan a vaskuler terbesar dalam tubuh
Nukleus pulposus
Type II serabut collagen + proteoglycan hydrophilic (menahan air)
Kandungan air 70 ~ 90%
Berfungsi mengubah tekanan (beban) menjadi ‘tensile strain’ (ketegangan) pada
annulus fibrosus dan permukaan vertebra
Matrik Chondrocyte
Annulus Fibrosus
Struktur luar dari diskus intervertebralis
lapisan concentric tersusun atas lamellae yang saling overlapping; type I collagen
Serabutnya membentuk sudut 30 derajad terhadap ruang diskus
Helicoid pattern
Mampu menahan tegangan, torsional, dan tekanan
Melekat pada cartilaginous dan tulang permukaan corpus vertebra
Sendi Facet
Sendi Synovial
Kaya persarafan sensorik
Bisa mengalami proses patologi sama seperti sendi synovial di tubuh lainnya
Beban yang diterima 18% dari seluruh beban pada lumbal
Degenerasi diskus
Factor lingkungan
Predisposisi genetic
Proses penuaan normal
* stress Biomekanika
Berkurangnya proteoglycan
Perubahan Morfologic
Grade HNP menurut Devlin (2012) diantara lain: (a) protrusion, tonjolan discus ke
arah posterior tanpa pecahnya anulus fibrosus, (b) Subanular extrusion, hanya serat
terluar yang keluar dari anulus fibrosus, (c) transapular extrusion, anulus fibrosus
bergerak ke ruang epidural, dan (d) sequestration, atau pembentukan fragmen discal
dari diluar discus.
HNP sering terjadi pada daerah L4-L5 dan L5 –S1 kemudian pada C5-C6 dan
paling jarang terjadi pada daerah torakal, sangat jarang terjadi pada anak-anak dan
remaja tapi kejadiannya meningkat dengan umur setelah 20 tahun. HNP terjadi karena
proses degenratif diskus intervetebralis.
Etiologi :
Tekanan postural
Kegemukan
Duduk berjam-jam
Kejang otot
PATOFISIOLOGI
Diskus intervertebral dibentuk oleh dua komponen yaitu; nukleus pulposus yang
terdiri dari serabut halus dan longgar, berisi sel-sel fibroblast dan dibentuk oleh anulus
fibrosus yang mengelilingi nukleus pulposus yang terdiri dari jaringan pengikat yang kuat.
Salah satu akibat dari trauma sedang yang berulangkali mengenai diskus
intervertebrais adalah terobeknya annulus fibrosus. Pada tahap awal, robeknya anulus
fibrosus itu bersifat sirkumferensial, karena gaya traumatik yang berkali-kali, berikutnya
robekan itu menjadi lebih besar dan disamping itu timbul sobekan radikal. Kalau hal ini
sudah terjadi, maka soal menjebolnya nukleus pulposus adalah soal waktu dan trauma
berikutnya saja.
Setelah terjadi hernia nucleus pulposus sisa duktus intervertebralis mengalami lisis
sehingga dua karposa vertebra tumpang tidih tanpa ganjalan.
Nyeri tulang belakang dapat dilihat pada hernia diskus intervertebral pada daerah
lumbosakral, hal ini biasa ditemukan dalam praktek neurologi. Hal ini biasa berhubungan
dengan beberapa luka pada tulang belakang atau oleh tekanan yang berlebihan, biasanya
disebabkan oleh karena mengangkat beban/ mengangkat tekanan yang berlebihan (berat).,
tetapi terjadi dengan umur setelah 20 tahun.
PEMERIKSAAN FISIOTERAPI PADA KASUS HNP
ANAMNESIS UMUM
Nama : Tn. T
Umur : 48 Thn
ANAMNESIS KHUSUS
Keluhan utama : Nyeri menjalar dari punggung sampai ke tungkai, mati rasa dan kelemahan
otot.
Onset keluhan : Keluhan muncul saat bekerja terutama saat membungkukkan badan
Kapan muncul keluhan : Sekitar 1 tahun yang lalu dan semakin memburuk
Riwayat sosial : Pasien bergantung pada orang lain dalam kegiatan sehari-hari
Riwayat penyakit sekarang : Nyeri punggung bawah yang menjalar ke tungkai dan
penurunan kekuatan otot.
Penyakit penyerta : -
Riwayat keluarga : -
Riwayat medis : Telah menerima penanganan medis dan didiagnosa menderita HNP. Diberi
obat-obatan analgetik.
Pemeriksaan umum
Vital sign
Pernapasan : 20 rpm
Suhu : 36 0 C
Antropometrik
Berat badan : 70 kg
Observasi
Statis :
Alignment vertebra, hilangnya lordosis lumbal
tingkat kesadaran pasien baik
Dinamis :
nyeri dari duduk ke berdiri
Palpasi :
Spasme otot
nyeri tekan paraspinal
hilangnya lordosis lumbal
Gerak rotasi
Pada posisi berdiri, pasien diminta
merotasikan/memutar badan ke kanan dan
kiri.
Dari pemeriksaan gerak aktif (fleksi-ekstensi, lateral fleksi, dan rotasi) dapat
diperoleh informasi antara lain : ada tidaknya rasa nyeri pada lumbal, gerakan
kompensasi atau subtitusi, keterbatasan lingkup gerak sendi, gerakan dilakukan
dengan cepat tanpa kesulitan ataukah dengan bantuan dan lambat.
Penn Spasm Frequency Scale adalah sebuah skala penilaian spasm pada otot dimana
dimulai dari 0 = tidak ada spasm sampai dengan nilai 4 = terjadi spasm lebih dari 10 kali per
jam.
A. Tujuan
Untuk mengetahui frekuensi dan keparahan sapstisitas pasien.
B. Persiapan Alat : Instrumen Penn Spams Frequency Scale
C. Persiapan Pasien :
1. Jelaskan prosedur pada pasien
2. Posisikan pasien senyaman mungkin
3. Usahakan benda yang dapat menghalangi dilepaskan terlebih dahulu
D. Teknik Pelaksanaan:
1. Palpasi pada area yang mengalami spasme, kemudian menanyakan kepada pasien
berapa lama spasme tersebut terjadi.
2. Catat hasil pengukuran Penn Spasm Frequency Scale
Magee menjelaskan bahwa perbedaan 10 cm pada pita meteran adalah normal untuk
pengukuran. AAOS menjelaskan bahwa 4 inchi merupakan suatu pengukuran rata-rata
untuk pengukuran rata-rata orang dewasa yang sehat.
b. Goniometer
Posisi pasien : berdiri
Fulcrum : garis midaxillary pada lower costa.
Lengan proksimal : tegak lurus dengan lantai
Lengan distal : sejajar dengan garis midaxila.
2. Lateral fleksi
a. Goniometer
Posisi subjek berdiri dengan cervical, thoracal dan lumbal 0°.
Fulcrum : proc. Spinosus S1
Lengan proksimal : tegak lurus dengan lantai.
Lengan distal : pada bagian posterior proc. Spinosus C7.
b. Meteran
Posisi subjek berdiri
Titik pertama pada ujung jari tengah.
Titik kedua pada lantai.
Jarak titik pertama dengan titik kedua saat lateral fleksi adalah Rom lateral
fleksi.
2) Saya merawat diri secara hati hati dan lamban karena terasa sangat
nyeri
Section 4 – Berjalan
1) Saya hanya mampu berjalan tidak lebih dari 1 mil karena nyeri
2) Saya hanya mampu berjalan tidak lebih dari ¼ mil karena nyeri
3) Saya hanya mampu berjalan tidak lebih dari 100 yard karena nyeri
Section 5 – Duduk
0) Saya mampu duduk pada semua jenis kursi selama aku mau
2) Saya hanya mampu duduk pada kursi tidak lebih dari 1 jam karena
nyeri
3) Saya hanya mampu duduk pada kursi tidak lebih dari ½ jam karena
nyeri
4) Saya hanya mampu duduk pada kursi tidak lebih dari 10 menit karena
nyeri
Section 6 – Berdiri
2) Saya hanya mampu berdiri tidak lebih dari 1 jam karena nyeri
3) Saya hanya mampu berdiri tidak lebih dari 1/2 jam karena nyeri
4) Saya hanya mampu berdiri tidak lebih dari 10 menit karena nyeri
Section 7 – Tidur
Tiap item pertanyaan di skor dalam skala 0 - 5 dan hasil yang dapat diberikan pada
skala 0 - 50. Penilaian menggunakan (Nilai yang diperoleh pasien/ total skor) x 100%
(Trisnowiyanto, 2012).
DS = JN : 50 X 100%
Keterangan :
JN : JumlahNilai
DS : Disability Score (Nilaiketidakmampuan)
e. Hasil Pengukuran
SCORE
Feeding (Makan dan Minum)
Tidak dapat dilakukan sendiri [ ]0
Membutuhkan bantuan dalam beberapa hal [ ]5
Dapat melakukan sendiri atau mandiri [ ] 10
Bathing (Mandi)
Bergantung sepenuhnya [ ]0
Dapat melakukan sendiri atau mandiri [ ]5
Grooming (Dandan)
Membutuhkan bantuan perawatan personal [ ]0
Mandiri (membersihkan wajah, merapikan rambut,m menggosok [ ]5
gigi, mencukur, dll)
Dressing (Berpakaian)
Bergantung sepenuhnya [ ]0
Memerlukan bantuan, tapi tidak sepenuhnya [ ]5
Mandiri (termasuk mengancing baju, memakai ritsleting), mengikat [ ] 10
tali sepatu)
Fecal (Buang Air Besar)
Inkontinensi (atau perlu diberikan pencahar) [ ]0
Kadang terjadi inkontinensi [ ]5
Bisa mengontrol agar tidak inkontinensi [ ] 10
Urinary (Buang Air Kecil)
Inkontinensi atau memerlukan katerisasi [ ]0
Kadang terjadi inkontinensi [ ]5
Bisa mengontrol agar tidak kontinensi [ ] 10
Toileting (Ke Kamar Kecil atau WC)
Bergantung sepenuhnya [ ]0
Memerlukan bantuan, tapi tidak sepenuhnya [ ]5
Mandiri (termasuk membuka dan menutup, memakai pakaian, [ ] 10
membersihkan dengan lap)
Transferring ( Dari Bed Ke Kursi & Kembali Ke Bed)
Tidak mampu, tidak ada keseimbangan duduk [ ]0
Memerlukan bantuan satu atau dua orang, dapat duduk [ ]5
Memerlukn bantuan minimal (verbal atau fisik) [ ] 10
Mandiri sepenuhnya [ ] 15
Walking (Pada Semua Level Permukaan)
Immobile atau < 50 yard [ ]0
Menggunakan kursi roda secara mandiri, termasuk mendatangi orang [ ]5
> 50 yard
Berjalan dengan bantuan seseorang (verbal atau fisik) >50 yard [ ] 10
Mandiri sepenuhnya (tidak membutuhkan bantuan, termasuk tongkat) [ ] 15
> 50 yard
Climbing Strairs (Menaiki Anak Tangga)
Tidak mampu [ ]0
Memerlukan bantuan (verbal, fisik, dengan alat bantu) [ ]5
Mandiri sepenuhnya [ ] 10
Skor 20 : Mandiri
Skor 12-29 : Ketergantungan ringan
Skor 9-11 : Ketergantungan sedang
Skor 5-8 : Ketergantungan berat
Skor 0-4 : Ketergantungan penuh
Tiap item pertanyaan di skor dalam skala 0 - 5 dan hasil yang dapat diberikan
pada skala 0 - 50. Penilaian menggunakan (Nilai yang diperoleh pasien/ total skor) x
100% (Trisnowiyanto, 2012).
DS = JN : 50 X 100%
Keterangan :
JN : JumlahNilai
DS : Disability Score (Nilaiketidakmampuan)
e. Hasil Pemeriksaan
Tes spesifik :
TES PATRICK
Prosedur:
Posisi terlentang senyaman mungkin. Secara pasif ft menggerakkan tungkai pasien yang di
test ke arah fleksi knee dengan menempatkan ankle diatas knee yang satunya. Kemudian
memfiksasi SIAS pasien pada tungkai yg tidak di test dengan menggunakan satu tangan dan
tangan satunya pada sisi medial kneepasien yang ddites lalu menekan tungkai kearah abduksi.
Ulangi prosedur yang sama pada tungkai yang satunya.
TES LASEQUE
Untuk mengidentifikasi patologi disc herniation dan atau penekanan pada jaringan saraf
Prosedur test : pasien terlentang dengan posisi kedua hip endorotasi dan adduksi, serta knee
esktensi, rileks.
Praktikkan meletakkan satu tangan pada ankle pasien . praktikkan secara pasif dan fleksikan
hip pasien hingga pasien merasakan nyeeri atau tightness pada pinggang atau posterior
tungkai. Kemudian secara perlahan dan hati2 menurunkan tungkai pasien hingga pasien tidak
merasakan nyeri atau tightness.
Positif test : jika nyeri terutama dirasakan pada pinggang, maka lebih kearah disc heerniation
atau penyebab patologi penekanann pada sisi sentral. Jika nyeri terutama pada tungkai, maka
patologi yang menyebabkan penekanan terhadap jaringan saraf lebih pada sis lateral
TES TRENDELENRBERG
Tes ini untuk mengevaluasi kekuatan musculus gluteus medius. Berdirilah dibelakang pasien
dan observasi kekakuan kecil diatas SIPS. Normalnya, saat pasien menumpu berat badan
kedua kaki seimbang, lekukan kecil itu nampak sejajar. Kemudian mintalah pasien untuk
berdiri satu kaki. Jika dia dapat tegak, musculus gluteus medius pada tungkai yang
menyangga berkontraksi saat tungkai terangkat. Akan terlihat garis pantat turun pada kaki
yang diangkat pada kelemahan pada m. gluteus minimus.
Buat pergelangan kaki dalam keadaan reflek, kaki dalam keadaan dorsi fleksi pada
pergelangan kaki dan palu diketok pada bagian tendon Achilles. Reflek normal yang muncul
adalah fleksi pada bagian plantar. Jika penguji tidak dapat menimbulkan reflek pergelangan
kaki dan kemungkinan tidak dapat rileks, pasien diinstruksikan untuk berlutut pada sebuah
kursi atau tingginya sama dengan penguji. Tempatkan pergelangan kaki dengan posisi dorsi
fleksi dan kurangi tegangan otot gastroknemeus. Tendon Achilles digores menurun dan
terjadi fleksi plantar.
HASIL : Terjadi penurunan reflex
Tes Sensasi
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis Fisioterapi :
Problematika fisioterapi
Tujuan :
1. PENGENDALIAN ISTIIRAHAT
Dianjurkan untuk beristirahat dalam bentuk
- Postur dan modifikasi aktivitas - Hindari postur tertekuk, duduk untuk duraton
panjang, aktivitas menekuk atau mengangkat, postur asimetris (fleksi dan
rotasi). Semua ini meningkatkan tekanan disk.
- Dukungan lokal dalam bentuk korset (sabuk lumbosakral), pengikat perut, pita
dll. Tindakan ini akan meningkatkan penyembuhan dan mencegah reinjury ke
diskus. Dalam waktu 10 hari fibrin diletakkan. Jika tulang belakang
dipertahankan pada lordosis, anulus akan sembuh dalam posisi shortened dan
nukleus akan dipertahankan secara terpusat.
- Jika gejalanya parah, istirahat di tempat tidur (maksimal 2 hari) pada tempat
tidur keras ditunjukkan dengan periode berjalan yang pendek dengan interval
teratur (dengan korset). Berjalan mempromosikan perpanjangan lumbar dan
merangsang mekanika fluida untuk membantu mengurangi pembengkakan
pada disk / jaringan ikat.
- Jika pasien hadir dengan ketidakmampuan untuk menegakkan tubuh, buat
pasien berbaring rawan dengan 2-3 bantal di bawah perut. Saat rasa sakit
mereda, lepaskan bantal dan pasang koper dengan meletakkan bantal di bawah
toraks. Dengan nukleus pulposus ini bergeser ke depan dan mengurangi rasa
sakit dan mendapatkan lordosis
Gerakan 2
Posisi tidur tengkurap dengan posisi kepala dan badan bagian atas terangkat
disangga dengan kedua lengan bawah, posisi siku fleksi 90 derajat, gerakan ini
dilakukan secara perlahan-lahan dengan kontraksi otot punggung seminimal
mungkin yaitu gerakan terjadi akibat dorongan dan kontraksi dari otot-otot lengan,
gerakan ini dilakukan dan ditahan selama 5 hitungan (5 detik) dengan 4 kali
pengulangan.
Gerakan 3
Posisi tidur tengkurap dengan posisi kepala dan badan bagian atas terangkat
disangga dengan kedua lengan lurus 180 derajat, gerakan ini dilakukan secara
perlahan-lahan dengan kontraksi otot punggung bagian bawah seminimal
mungkinyaitu gerakan terjadiakibat dorongan lengan, gerakan ini dilakukan dan
ditahan selama 5 hitungan (5detik) dengan 4 kali pengulangan.
Gerakan 4
Posisi tubuh berdiri tegak dengan kedua tangan diletakkan pada pinggang (tolak
pinggang), dorongkan tubuh bagian atas dan kepala kebelakang sebatas
kemampuan setiap gerakan dilakukan dan ditahan selama 5- 8 hitungan dengan 4
kali pengulangan.
4. PEMBERIAN EDUKASI
a. Lanjutkan latihan yang dilakukan dalam fase akut, misalnya latihan mobilitas saraf,
modalitas.
b. Gerakan tulang belakang sederhana dalam rentang bebas nyeri menggunakan pelvis
panggul lembut.
c. Isometrik ekstensor tapi hati-hati menahan nafas dan menyebabkan valsalva.
d. Mendorong aktivitas aerobik, berjalan, berenang dengan toleransi pasien.
TAHAB KRONIK
Tujuan:
Peregangan hamstring: Berbaring telentang dengan lutut ditekuk. Angkat satu kaki
perlahan dan letakkan tangan di belakang lutut Anda. Luruskan kaki Anda sebanyak
yang Anda bisa, dan tarik perlahan ke arah dada. Tahan selama beberapa detik, lalu
kembali ke posisi awal dan ulangi dengan kaki lainnya. Jangan memaksakan latihan
ini. Latihan dihentikan apabila dirasana sakit atau ketidaknyamanan di tempat lain.
Latihan stabilitas inti - Latihan penguatan inti membantu mengurangi nyeri punggung
dan membentuk dasar program pelatihan stabilitas inti. Tujuan dari latihan ini adalah
untuk memberi lebih banyak dukungan ke punggung Anda dengan memperkuat otot
tulang belakang Anda.
Bridge : Memperkuat beberapa kelompok otot inti - misalnya pantat, punggung, perut
untuk pasien PIVD. Berbaring telentang; Menekuk lutut pada sudut 90 derajat, kaki rata
di lantai. Kencangkan abs Angkat bokong dari lantai, jaga agar tetap kencang.
Kencangkan pantat. Bahu dan lutut harus berada dalam garis lurus. Tunggu lima
hitungan. Perlahan turunkan pantat ke lantai. Ulangi lima sampai lima belas kali.
Plank : Latihan untuk memperkuat punggung, abs dan leher (juga memperkuat lengan
dan kaki) untuk pasien PIVD. Berbaring di perut, letakkan siku dan lengan bawah di
lantai. Dalam posisi push up, keseimbangan pada jari kaki dan siku Anda. Jaga punggung
lurus dan kengencangkan abs. Tahan posisi selama 10 detik. Bersantai. Ulangi lima
sampai sepuluh kali. Jika latihan ini terlalu sulit (seperti yang sering terjadi pada
pemula), lakukan keseimbangan pada lutut dan bukan jari kaki Anda.
Side Plank : Memperkuat obliques (otot perut samping) untuk pasien PIVD.
Berbaringlah di sisi kanan. Letakkan siku kanan dan lengan bawah di lantai. Kencangkan
abs Push up sampai bahu di atas siku. Jaga tubuh Anda dalam garis lurus - kaki, lutut,
pinggul, bahu, kepala sejajar. Hanya lengan bawah dan sisi kaki kanan yang berada di
lantai (kaki ditumpuk). Tahan posisi selama 10 detik. Bersantai. Ulangi lima kali. Ulangi di
sisi kiri. Jika latihan ini terlalu sulit, keseimbangan pada lutut ditumpuk (tekuk lutut dan
jaga kaki dari lantai) bukan kaki.
The Wall Squat : Memperkuat latihan untuk punggung, pinggul dan paha depan pada
pasien PIVD. Berdiri dengan punggung menghadap dinding, tumit sekitar 18 inci dari
dinding, kaki selebar bahu. Kencangkan abs Geser perlahan ke bawah dinding menjadi
berjongkok dengan lutut ditekuk sampai sekitar 90 derajat. Jika ini terlalu sulit, tekuk
lutut sampai 45 derajat dan perlahan bangun dari sana. Hitung sampai lima dan geser
kembali ke dinding. Ulangi 5 -10 kali.
Mengangkat Kaki dan lengan : Memperkuat olahraga untuk otot punggung dan
pinggul pada pasien PIVD. Berbaring telungkup, lengan mengulurkan tangan melewati
kepalamu dengan telapak tangan dan dahi di lantai. Kencangkan abs Angkat satu tangan
(saat Anda mengangkat kepala dan bahu) dan kaki yang berlawanan pada saat
bersamaan, peregangan mereka menjauh satu sama lain. Tahan selama 5 detik lalu ganti
sisi. Ulangi 5 - 10 kali.
Lift kaki : Quad Strengthening Exercise untuk pasien PIVD. Berbaring telentang. Tekuk
lutut kiri pada sudut 90 derajat, jaga kaki rata di lantai. Kencangkan abs Jaga kaki kanan
lurus dan perlahan angkat kaki kanan ke ketinggian lutut kiri. Tahan hitungan 3. Lakukan
10 pengulangan. Beralih sisi dan ulangi.
3. Latihan Penguatan
Kaki Lift: latihan perut bagian bawah untuk pasien PIVD. Berbaring telentang. Tekuk
lutut kiri pada sudut 90 derajat, jaga kaki rata di lantai. Kencangkan abs Jaga kaki kanan
lurus dan angkat perlahan sampai kaki kanan berada di puncak lutut kiri. Tunggu
hitungan 5. Lakukan 5 sampai 15 pengulangan. Beralih sisi dan ulangi.
Backward Leg Swing: Latihan gluteal untuk pasien PIVD. (Otot bokong membantu
menunjang tulang belakang) Berdiri, memegang sandaran kursi untuk memberi
dukungan. Kencangkan abs Ayunkan kaki ke belakang diagonal sampai Anda merasa
bokong Anda kencang. Otot tegang sebanyak yang Anda bisa dan ayun kaki kembali
beberapa inci lagi. Kembalikan kaki ke lantai. Lakukan 10 - 15 pengulangan. Beralih
sisi dan ulangi.
Latihan penguatan perut: Isometric abs, lutut ke dada, latihan sepeda. e) Latihan
hidroterapi untuk nyeri punggung - Pemanasan, memobilisasi latihan Latihan
peregangan Memperkuat latihan Latihan relaksasi Latihan latihan renang
Ajarkan pola gerakan dan mekanika tubuh yang aman. Ajarkan latihan pencegahan dan
mekanika pasien untuk menghilangkan stres mekanis dalam aktivitas sehari-hari.
Ajarkan latihan relaksasi untuk mengatasi ketegangan otot.
Anjurkan pasien tentang cara memodifikasi lingkungan misalnya tempat tidur, kursi,
jok mobil, area kerja dll.