Pengertian Gempa Dan Gunung
Pengertian Gempa Dan Gunung
PENDAHULUAN
1.1. Geologi Teknik
Bumi terbentuk dimulai kurang lebih 4,56 milyar tahun yang lalu dan mengalami
beberapa perkembangan. Bumi sebagai salah satu planet yang termasuk dalam sistem tata surya
di alam semesta ini tidak diam melainkan melakukan perputaran pada porosnya (rotasi) dan
bergerak mengelilingi matahari (revolusi) sebagai pusat sistem tata surya. Ilmu yang
mempelajari tentang bumi disebut geologi. Proses terbentuknya bumi tidak terlepas dari proses
terbentuknya tata surya kita. Proses terbentuknya bumi ini melalui 2 proses yaitu proses
endogen dan eksogen. Proses ini membuat permukaan bumi tidak rata. Semua proses yang
berkaitan dengan bumi dipelajari dalam ilmu geologi.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Gempa Bumi
2.1.1. Pengertian Gempa Bumi
Gempa bumi merupakan satu gejala yang bersifat sangat menghancurkan. Banyak
korban jiwa dan harta benda. Wilayah-wilayah yang terjadi bencana gempa bumi pada
umumnya dikarenakan berada di jalur lempeng bumi. Gempa bumi didefinisikan sebagai satu
peristiwa terlepasnya energi yang telah lama dihimpun di dalam batuan yang secara tiba-tiba
energi terkumpul tersebut dilepaskan dalam bentuk patahan atau gesekan dan dirambatkan
sebagai getaran dalam batuan. Energi yang kuat dilepaskan akan menyebar dari pusat gempa
sebagai gelombang-gelombang seismic ke segala arah dan semakin jauh semakin melemah.
Walaupun energi yang dilepaskan cepat menghilang dan melemah, gelombang tersebut akan
tercatat oleh alat yang disebut seismograf.
Litosfer yang bersifat padat dan kaku merupakan lapisan paling luar dari bumi terdiri
dari lempengan-lempengan yang terpisah-pisah, mengapung di atas lapisan yang bersifat
plastis yang disebut astenosfir. Sebagian besar gempa bumi terjadi disebabkan karena adanya
gesekan yang timbul pada batas lempeng litosfer yang terjadi pada patahan-patahan dalam
kerak bumi.
2
Gambar 2. 2 Arah gerakan lempeng tektonik di Indonesia
2.1.2. Jenis-jenis Gempa Bumi
Berdasarkan jenis dari sumber energi penyebab terjadinya gempa bumi dapat
dibedakan:
1. Gempa Tektonik
2. Gempa Vulkanik
3. Gempa sebagai akibat runtuhan/gerakan tanah dan amblesan
4. Gempa buatan (ledakan dinamit atau percobaan nuklir)
Pembagian gempa berdasarkan kedalaman pusat gempa adalah:
0-60 km Dangkal
60-300 km Cukup dalam
>300 km Dalam
Intensitas sebuah gempa didasarkan pada banyaknya kerusakan yang ditimbulkan sebuah
gempa pada permukaan bumi. Sebuah sekala Mercally yang didasarkan pada pengamatan
objektif atas beberapa gejala pada beberapa permukaan bumi ketika berlangsungnya sebuah
gempa.
Menurut lokasinya, gempa bumi dibedakan menjadi dua, gempa bumi daratan dan
gempa bumi lautan :
1. Gempa bumi daratan adalah gempa bumi yang episentrumnya berada di daratan
2. Gempa bumi lautan adalah gempa bumi yang episentrumnya berada di lautan. Pada gempa
lautan inilah yang kerap menimbulkan tsunami karena mengakibatkan bergeraknya air laut
sehingga menimbulkan potensi ketinggian gelombang laut yang pada akhirnya menerjang
pantai atau pelabuhan terdekat.
2.1.3. Gelombang Gempa Bumi
Saat terjadi gempa bumi, getaran yang diakibatkannya merambat dari titik
hiposentrumnya. Oleh karena itu gelombang getaran gempa dapat dibedakan menjadi tiga jenis
yaitu gelombang primer, gelombang sekunder dan gelombang permukaan.
3
a) Gelombang primer
Gelombang primer atau disering dilambangkan dengan gelombang P merupakan gelombang
getaran gempa yang merambat secara longitudinal, berasal dari hiposentrum dan merambat ke
segala arah dengan kecepatan 4 -7 km/s.
b) Gelombang sekunder
Gelombang ini disebut juga gelombang S atau gelombang transversal adalah gelombang
getaran gempa yang merambat dari hiposentrum ke segala arah dengan kecepatan 2 - 5 km/s.
c) Gelombang Permukaan
Gelombang permukaaan dilambangkan dengan gelombang L ( Love ) adalah getaran yang
gempa yang merambat di permukaan bumi dengan kecepatan lebih rendah. Gelombang ini
lebih dikenal dengan gelombang permukaan, karena rambatan getaran lebih terasa di lapisan
permukaan bumi.
Getaran gempa bumi dapat merambat keatas (vertical) dan mendatar (horizontal). Getaran
gempa komponen vertikal dapat merontokkan genting dan jendela bangunan sedangkan
getaran gempa komponen horizontal dapat mengakibatkan robohnya bangunan secara
keseluruhan.
4
Gambar 2. 4 Gempa Kobe, 1995
2. Gempa Loma Prieta, California 1989
Gempa ini terjadi akibat pergeseran sesar San Andreas. Runtuhnya jalan bebas hambatan
Nimitz dan jembatan San Francisco – Oakland Bay sepanjang 15 meter mengakibatkan
banyak korban dan kesulitan akses sehingga digunakan sistem angkutan massal Bay Area
Rapid Transit dan kapal feri.
5
Banyak infrastruktur di Aceh yang rusak dan puluhan ribu orang meninggal dunia.
6
5. Tipe Ultra Plinian, erupsi sangat eksplosif menghasilkan endapan batuapung lebih banyak
dan luas dari Plinian biasa.
6. Tipe Vulkanian, erupsi magmatis berkomposisi andesit basaltik sampai dasit, umumnya
melontarkan bom-bom vulkanik atau bongkahan di sekitar kawah dan sering disertai bom
kerak-roti yang permukaannya retak-retak. Material yang dierupsikan tidak hanya berasal
dari magma tetapi bercampur dengan batuan samping berupa itik.
7. Tipe Surtseyan dan Tipe Freatoplinian, kedua tipe tersebut merupakan erupsi yang terjadi
pada pulau gunungapi, gunungapi bawah laut atau gunungapi yang berdanau kawah.
Surtseyan merupakan erupsi interaksi antara magma basaltik dengan air permukaan atau
bawah permukaan, letusannya disebut freatomagmatik. Freatoplinian kejadiannya sama
dengan Surtseyan, tetapi magma yang berinteraksi dengan air berkomposisi riolitik.
7
permukaan membentuk pulau-pulau, seperti Nias, Mentawai, dll. (Modifikasi dari Katili,
1974).
8
Gambar 2. 10 Ring Of Fire
9
kerucut melingkar. Cinder cones biasanya memiliki kawah berbentuk mangkuk di bagian atas
dan jarang naik di atas 300 meter (985 kaki). Kubah lava terbentuk dari lava basal viskositas
tinggi yang nyaris tidak mengalir. Jenis lahar ini sering menciptakan kubah vulkanik di atas
dan di sekitar lubangnya. Saat kubah mengeras, bisa menjebak gas dan menciptakan tekanan.
Bila tekanannya cukup besar, kubah itu tertiup serentak dalam letusan dahsyat. Sebuah kubah
lava mulai berkembang di Mt. St. Helens tak lama setelah letusan 1980.
11
Letusan Merapi 2010 adalah rangkaian peristiwa gunung berapi yang terjadi di Merapi di
Indonesia. Aktivitas seismik dimulai pada akhir September 2010, dan menyebabkan
letusan gunung berapi pada hari Selasa tanggal 26 Oktober 2010, mengakibatkan
sedikitnya 353 orang tewas. Gumpalan asap gunung Merapi sering disebut dengan
Wedhus Gembel.
12
Gambar 2. 15 Banjir lahar dingin gunung Merapi
2. Gunung Ijen , 1999
Gunung Ijen mengalami erupsi pada tahun 1999. Hal ini berdampak pada banyak hal salah
satunya adalah kawah agung Ijen yang terletak dipuncaknya. Sumber air sangat asam yang
berasal dari Kawah Ijen sebagai sumber polusi di Asembagus, Sungai Banyupahit-
Banyuputih. Hal ini sangat berdampat pada penggunaan air Sungai Banyupahit-Banyuputih
untuk irigasi pertanian di Asembagus :
o menyebabkan tanah menjadi asam
o mengakibatkan tanah kehilangan kesuburannya, sehingga menurunkan hasil panen
hingga mencapai sekitar 70%.
o Sementara air sumur penduduk yang terkontaminasi unsur fluorine mengakibatkan
penyakit fluorosis gigi pada 90% masyarakat setempat.
13
BAB III
PENUTUP
3.1. Pentingnya Ilmu Geologi Teknik untuk Infrastruktur
Tugas seorang geologis adalah memperkirakan kemungkinan terjadinya gempa di satu
tempat tertentu dan kemungkinan kekuatannya. Perkiraan tentang kapan dan besar maksimal
gempa yang akan terjadi berdasarkan gempa yang pernah terjadi sehingga dapat digunakan
untuk perencanaan bangunan sipil tahan gempa. Untuk dapat memperkirakan Ahli gologi
menggunakan peta-peta resik seismic dan teori tektonik lempeng. Bangunan tahan gempa
memerlukan material berkekuatan tinggi, seperti :
- Batuan yang masif dan kokoh memiliki nodulus elastisitas yang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan batuan lembek.
- Material tanah, pasir jenuh, lepas akan meleleh (liquefaction) jika berada pada sebuah
lereng, atau akan memadat jika material tersebut berada pada sebuah kondisi tertutup.
- Penurunan pasir atau langau lepas yang jenuh sewaktu terjadinya pembebanan dinamis
dapat menimbulkan banjir lumpur.
Guncangan yang dikirim ke struktur bangunan tersebut tergantung dari sambungan antara
struktur dan bumi, seandainya sambungan tidak kuat karena gaya geser yang dimiliki rendah
maka struktur tersebut dapat terlepas dari pondasinya dan berpindah tempat di permukaan
tanah. Sedangkan pada bangunan itu sendiri hanya akan terjadi getaran yang kecil. Bangunan
yang masif dengan kelambanan yang sangat tinggi dan dengan struktur yang terikat erat pada
bawah tanah akan dapat bertahan di tempatnya, sedangkan struktur-struktur yang ringan akan
mengikuti gerakan gempa bumi.
Sebagai manusia kita hanya bisa mengupayakan agar kehidupan bisa menjadi lebih
baik, sehingga perlu mempelajari ilmu geologi untuk mengimbangi alam.
14