Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Geologi Teknik
Bumi terbentuk dimulai kurang lebih 4,56 milyar tahun yang lalu dan mengalami
beberapa perkembangan. Bumi sebagai salah satu planet yang termasuk dalam sistem tata surya
di alam semesta ini tidak diam melainkan melakukan perputaran pada porosnya (rotasi) dan
bergerak mengelilingi matahari (revolusi) sebagai pusat sistem tata surya. Ilmu yang
mempelajari tentang bumi disebut geologi. Proses terbentuknya bumi tidak terlepas dari proses
terbentuknya tata surya kita. Proses terbentuknya bumi ini melalui 2 proses yaitu proses
endogen dan eksogen. Proses ini membuat permukaan bumi tidak rata. Semua proses yang
berkaitan dengan bumi dipelajari dalam ilmu geologi.

Gambar 1. 1 Permukaan bumi akibat proses endogen dan eksogen


Geologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang masa sekarang atau masa
lampau dari bentuk-bentuk morfologi, struktur bumi, lingkungan dan kehidupan fosil yang
terdapat pada batuan. Geologi sebagai ilmu pengetahuan bumi, karena yang dipelajari segala
sesuatu yang berkenaan dengan gejala-gejala yang ada di bumi baik asal, proses maupun hasil.
Sedangkan cabang ilmu yang mempelajari khusus mengenai materi dan proses
pembentukannya baik permukaan atau di dalam bumi disebut geologi fisik. Sementara geologi
teknik adalah satu cabang ilmu geologi sebagai ilmu terapan dalam teknik sipil yang
mempergunakan data-data geologi untuk memecahkan persoalan yang berhubungan dengan
konstruksi teknik. Ilmu ini akan memberikan gambaran keadaan geologi di suatu daerah
termasuk bahaya-bahaya yang timbul dalam pembangunan dan keberlangsungannya sehingga
akan terhindar dari bahaya-bahaya yang disebabkan oleh alam. Salah satu contoh bahaya yang
disebabkan alam adalah gempa bumi dan gunung berapi. Indonesia terletak pada deretan
gunung berapi dan lempeng dunia sehingga memiliki resiko besar pada bahaya gempa bumi
dan gunung berapi. Pada resume ini akan dibahas mengenai gempa bumi dan gunung berapi.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Gempa Bumi
2.1.1. Pengertian Gempa Bumi
Gempa bumi merupakan satu gejala yang bersifat sangat menghancurkan. Banyak
korban jiwa dan harta benda. Wilayah-wilayah yang terjadi bencana gempa bumi pada
umumnya dikarenakan berada di jalur lempeng bumi. Gempa bumi didefinisikan sebagai satu
peristiwa terlepasnya energi yang telah lama dihimpun di dalam batuan yang secara tiba-tiba
energi terkumpul tersebut dilepaskan dalam bentuk patahan atau gesekan dan dirambatkan
sebagai getaran dalam batuan. Energi yang kuat dilepaskan akan menyebar dari pusat gempa
sebagai gelombang-gelombang seismic ke segala arah dan semakin jauh semakin melemah.
Walaupun energi yang dilepaskan cepat menghilang dan melemah, gelombang tersebut akan
tercatat oleh alat yang disebut seismograf.
Litosfer yang bersifat padat dan kaku merupakan lapisan paling luar dari bumi terdiri
dari lempengan-lempengan yang terpisah-pisah, mengapung di atas lapisan yang bersifat
plastis yang disebut astenosfir. Sebagian besar gempa bumi terjadi disebabkan karena adanya
gesekan yang timbul pada batas lempeng litosfer yang terjadi pada patahan-patahan dalam
kerak bumi.

Gambar 2. 1 Lapisan bumi


Indonsesia merupakan salah satu wilayah di muka bumi yang mempunyai tingkat
ketempatan yang tinggi. Hal ini disebabkan karena Indonesia merupakan tempat
berinteraksinya 3 lempeng, yaitu lempeng India Australia yang bergerak ke utara dengan
kecepatan antara6-8 cm/thn, lempeng Eurasia di utara yang relatif stabil dan lempeng Pasifik
yang bergerak ke barat dengan kecepatan rata-rata 10 cm/thn. Pada daerah batas lempeng
tersebut akan terjadi interaksi dengan penunjaman dari salah satu lempengnya dan disitulah
tempat berkumpulnya sumber-sumber gempa yang dalam. Gempa bumi yang paling dahsyat
terjadi di sepanjang sesar-sesar besar yang bergeser secara mendatar, seperti disepanjang sesar
semangko di Sumatera.

2
Gambar 2. 2 Arah gerakan lempeng tektonik di Indonesia
2.1.2. Jenis-jenis Gempa Bumi
Berdasarkan jenis dari sumber energi penyebab terjadinya gempa bumi dapat
dibedakan:
1. Gempa Tektonik
2. Gempa Vulkanik
3. Gempa sebagai akibat runtuhan/gerakan tanah dan amblesan
4. Gempa buatan (ledakan dinamit atau percobaan nuklir)
Pembagian gempa berdasarkan kedalaman pusat gempa adalah:
0-60 km Dangkal
60-300 km Cukup dalam
>300 km Dalam
Intensitas sebuah gempa didasarkan pada banyaknya kerusakan yang ditimbulkan sebuah
gempa pada permukaan bumi. Sebuah sekala Mercally yang didasarkan pada pengamatan
objektif atas beberapa gejala pada beberapa permukaan bumi ketika berlangsungnya sebuah
gempa.
Menurut lokasinya, gempa bumi dibedakan menjadi dua, gempa bumi daratan dan
gempa bumi lautan :
1. Gempa bumi daratan adalah gempa bumi yang episentrumnya berada di daratan
2. Gempa bumi lautan adalah gempa bumi yang episentrumnya berada di lautan. Pada gempa
lautan inilah yang kerap menimbulkan tsunami karena mengakibatkan bergeraknya air laut
sehingga menimbulkan potensi ketinggian gelombang laut yang pada akhirnya menerjang
pantai atau pelabuhan terdekat.
2.1.3. Gelombang Gempa Bumi
Saat terjadi gempa bumi, getaran yang diakibatkannya merambat dari titik
hiposentrumnya. Oleh karena itu gelombang getaran gempa dapat dibedakan menjadi tiga jenis
yaitu gelombang primer, gelombang sekunder dan gelombang permukaan.

3
a) Gelombang primer
Gelombang primer atau disering dilambangkan dengan gelombang P merupakan gelombang
getaran gempa yang merambat secara longitudinal, berasal dari hiposentrum dan merambat ke
segala arah dengan kecepatan 4 -7 km/s.
b) Gelombang sekunder
Gelombang ini disebut juga gelombang S atau gelombang transversal adalah gelombang
getaran gempa yang merambat dari hiposentrum ke segala arah dengan kecepatan 2 - 5 km/s.
c) Gelombang Permukaan
Gelombang permukaaan dilambangkan dengan gelombang L ( Love ) adalah getaran yang
gempa yang merambat di permukaan bumi dengan kecepatan lebih rendah. Gelombang ini
lebih dikenal dengan gelombang permukaan, karena rambatan getaran lebih terasa di lapisan
permukaan bumi.
Getaran gempa bumi dapat merambat keatas (vertical) dan mendatar (horizontal). Getaran
gempa komponen vertikal dapat merontokkan genting dan jendela bangunan sedangkan
getaran gempa komponen horizontal dapat mengakibatkan robohnya bangunan secara
keseluruhan.

Gambar 2. 3 Ilustrasi gelombang gempa dan arah rambatnya


2.1.4. Bencana Gempa Bumi
Berikut adalah contoh bencana gempa bumi dan patahan yang merugikan manusia
khususnya dalam infrastruktur:
1. Gempa Kobe, 1995
Jatuhnya jalan bebas hambatan Hanshin akibat gempa Kobe Jepang 1995. Penyeba jatuhnya
jalan ini karena ada kerusakan pada kolom seperti terlihat di foto.

4
Gambar 2. 4 Gempa Kobe, 1995
2. Gempa Loma Prieta, California 1989
Gempa ini terjadi akibat pergeseran sesar San Andreas. Runtuhnya jalan bebas hambatan
Nimitz dan jembatan San Francisco – Oakland Bay sepanjang 15 meter mengakibatkan
banyak korban dan kesulitan akses sehingga digunakan sistem angkutan massal Bay Area
Rapid Transit dan kapal feri.

Gambar 2. 5 Gempa Loma Prieta, California 1989


3. Pergeseran Tanah di Landers, CA 1992

Gambar 2. 6 Patahan Tanah di Landers, CA 1992


4. Tsunami Aceh, 2004

5
Banyak infrastruktur di Aceh yang rusak dan puluhan ribu orang meninggal dunia.

Gambar 2. 7 Tsunami Aceh, 2004

2.2. Gunung Api


2.2.1. Pengertian Gunung Api
Gunung api adalah lubang kepundan atau rekahan dalam kerak bumi tempat keluarnya
cairan magma (+volatile) ke permukaan bumi ( Mac Donald, 1972). Material yang dierupsikan
ke permukaan bumi umumnya membentuk kerucut terpancung. Selama ribuan atau jutaan
tahun, akumulasi magma membentuk kerucut curam yang dikenal sebagai gunung berapi.
Gunung berapi telah meletus material cair, setelah terbentuknya bumi, akibat tekanan yang
terkumpul di pedalaman planet ini. Gunung api diklasifikasikan ke dalam beberapa sumber
erupsi, yaitu :
1. Erupsi pusat, erupsi keluar melalui kawah utama.
2. Erupsi samping, erupsi keluar dari lereng tubuh gunung api.
3. Erupsi celah, erupsi yang muncul melalui retakan/sesar yang memanjang hingga beberapa
kilometer.
4. Erupsi egosentris, erupsi samping tetapi magma yang keluar bukan dari kepundan pusat
yang menyimpang ke samping melainkan langsung dari dapur magma melalui kepundan
tersendiri.
Berdasarkan tinggi rendahnya derajat fragmentasi dan luasnya, juga kuat lemahnya letusan
serta tinggi tiang asap, maka gunungapi dibagi menjadi beberapa tipe erupsi:
1. Tipe Hawaiian, yaitu erupsi dari magma basaltik atau mendekati basalt, umumnya berupa
semburan lava pijar, dan sering diikuti leleran lava secara simultan, terjadi pada celah atau
kepundan sederhana.
2. Tipe Strombolian, erupsinya hampir sama dengan Hawaiian berupa semburan lava pijar
dari magma yang dangkal, umumnya terjadi pada gunungapi sering aktif di tepi benua atau
di tengah benua.
3. Tipe Plinian, merupakan erupsi yang sangat ekslposif dari magma berviskositas tinggi atau
magma asam, komposisi magma bersifat andesitik sampai riolitik. Material yang
dierupsikan berupa batuapung dalam jumlah besar.
4. Tipe Sub Plinian, erupsi eksplosif dari magma asam/riolitik dari gunungapi strato, tahap
erupsi efusifnya menghasilkan kubah lava riolitik. Erupsi subplinian dapat menghasilkan
pembentukan ignimbrit.

6
5. Tipe Ultra Plinian, erupsi sangat eksplosif menghasilkan endapan batuapung lebih banyak
dan luas dari Plinian biasa.
6. Tipe Vulkanian, erupsi magmatis berkomposisi andesit basaltik sampai dasit, umumnya
melontarkan bom-bom vulkanik atau bongkahan di sekitar kawah dan sering disertai bom
kerak-roti yang permukaannya retak-retak. Material yang dierupsikan tidak hanya berasal
dari magma tetapi bercampur dengan batuan samping berupa itik.
7. Tipe Surtseyan dan Tipe Freatoplinian, kedua tipe tersebut merupakan erupsi yang terjadi
pada pulau gunungapi, gunungapi bawah laut atau gunungapi yang berdanau kawah.
Surtseyan merupakan erupsi interaksi antara magma basaltik dengan air permukaan atau
bawah permukaan, letusannya disebut freatomagmatik. Freatoplinian kejadiannya sama
dengan Surtseyan, tetapi magma yang berinteraksi dengan air berkomposisi riolitik.

Gambar 2. 8 Jenis-jenis erupsi gunung berapi

2.2.2. Pembentukan Gunung Api


Pembentukan gunung berapi telah berkontribusi pada pembentukan dan konfigurasi
lanskap yang bervariasi yang membentuk planet ini. Gunung berapi paling sering terbentuk
pada konvergensi atau divergensi pelat tektonik. Misalnya di Mid-Ocean Ridges, dimana
lempeng tektonik menyebar terpisah dan zona subduksi, dimana satu lempeng tektonik
tenggelam ke dalam mantel bumi di bawah lempeng tektonik lain. Yang lain mungkin
terbentuk dekat atau di tengah lempeng tektonik, seperti Island Arcs and Hotspot. Beberapa
lainnya terbentuk di benua, seperti di Continental Rifts. Di Indonesia (Jawa dan Sumatera)
pembentukan gunungapi terjadi akibat tumbukan kerak Samudera Hindia dengan kerak Benua
Asia. Di Sumatra penunjaman lebih kuat dan dalam sehingga bagian akresi muncul ke

7
permukaan membentuk pulau-pulau, seperti Nias, Mentawai, dll. (Modifikasi dari Katili,
1974).

Gambar 2. 9 Proses pembetukan gunung api


Kerak bumi terdiri dari sebagian besar batuan yang disebut lempeng tektonik. Lempeng
tektonik menyerupai potongan puzzle yang terus bergerak berlawanan satu sama lain. Gunung
berapi sering terbentuk di daerah dimana lempeng tektonik melakukan kontak. Gesekan yang
dibuat antara dua lempeng oleh gerakan konstan melelehkan kerak bumi, menyebabkan batuan
di bawah kerak bumi berubah menjadi magma karena suhu yang besar dibuat oleh gesekan.
Batu panas atau magma yang telah cair menciptakan tekanan besar dan seiring waktu, ia
menemukan jalannya melalui retakan pada lempeng. Begitu magma mencapai permukaan
bumi, maka itu disebut sebagai lahar. Sekitar 1500 gunung berapi di seluruh dunia dianggap
aktif dan dari sini, hampir 90% terletak di Ring of Fire, yang merupakan lingkaran gunung
berapi yang mengelilingi Laut Pasifik. Batas lempeng yang paling berbeda berada di dasar
samudra. Itulah sebabnya aktivitas vulkanik kebanyakan terjadi di lautan. Gunung berapi bisa
terbentuk di zona subduksi. Zona subduksi adalah tempat dimana dua lempengan, satu lempeng
samudera dan satu lempeng benua saling bertabrakan. Di zona subduksi, lempeng samudera
tenggelam di bawah lempeng benua. Gesekan itu menciptakan magma. Saat magma mencapai
permukaan, kemudian terbentuk gunung api. Contoh khas gunung berapi jenis ini adalah
Gunung Etna di pantai timur Italia.

8
Gambar 2. 10 Ring Of Fire

2.2.3. Jenis Gunung Api


Gunung berapi perisai adalah beberapa gunung berapi terbesar di Bumi dengan lereng
beberapa derajat di ujung bawah yang lebih rendah dan lereng tinggi sedangnya sekitar 10
derajat, yang rata di puncak gunung berapi. Kemiringan lembut di gunung berapi perisai
dihasilkan oleh aliran lava basaltik dengan viskositas rendah.
Gunung berapi komposit, juga dikenal sebagai stratovolcanoes, terbentuk dari lava
viskositas tinggi. Jenis lava ini mengalir perlahan karena komposisi kerapatannya yang tinggi.
Seiring waktu, lava viskositas tinggi membangun gunung berbentuk kerucut yang curam.
Selama proses pembentukan jenis gunung berapi ini, letusan lahar lava mengalir perlahan dan
mengeras lebih cepat daripada lava viskositas rendah, memberikan di setiap letusan lapisan
basal yang tebal dimana lapisan lava basaltik berturut-turut terbentuk.
Gunung berapi komposit kebanyakan ditemukan di lempeng benua. Gunung Rainier
dengan ketinggian 4,4 km (2,7 mil) di Washington dan Gunung Fuji, 3,7 km (2,3 mil) di Jepang
merupakan gunung berapi komposit. Hotspot adalah gunung berapi yang dihasilkan dari
pergerakan lempeng tektonik di bawahnya. Dipercaya bahwa selama pembuatan gunung berapi
jenis ini, lapisan dasarnya sangat panas dibandingkan dengan lapisan di wilayah bawah tanah
lainnya. Jenis gunung berapi ini terbentuk dari ventilasi yang menemukan jalan ke permukaan
karena suhu dan tekanan panas di ruang magma. Sebagai lapisan atas kerak bumi bergerak
karena tektonik, gunung berapi asli bergerak juga. Dengan gerakan lempeng tektonik berturut-
turut, lebih banyak gunung berapi diciptakan dalam sebuah rantai. Kepulauan Hawaii terbentuk
dari lapisan hotspot.
Cinder cone gunung berapi adalah jenis gunung berapi terkecil. Mereka terbentuk dari
fragmen lava kecil (tephra). Saat lava meletus ke udara, benda itu hancur menjadi elemen
penyusunnya yang jatuh seperti lapilli dan abu, yang mengeras di sekitar ventilasi membentuk

9
kerucut melingkar. Cinder cones biasanya memiliki kawah berbentuk mangkuk di bagian atas
dan jarang naik di atas 300 meter (985 kaki). Kubah lava terbentuk dari lava basal viskositas
tinggi yang nyaris tidak mengalir. Jenis lahar ini sering menciptakan kubah vulkanik di atas
dan di sekitar lubangnya. Saat kubah mengeras, bisa menjebak gas dan menciptakan tekanan.
Bila tekanannya cukup besar, kubah itu tertiup serentak dalam letusan dahsyat. Sebuah kubah
lava mulai berkembang di Mt. St. Helens tak lama setelah letusan 1980.

Gambar 2. 11 Tipe gunung api


Tabel 2. 1 Tipe gunung api

Gunung api di Indonesia diklarifikasikan sebagai berikut:


1. Tipe-A, gunungapi yang pernah mengalami erupsi magmatik sekurang-kurangnya satu
kali sesudah tahun 1600,
10
2. Tipe-B, gunungapi yang sesudah tahun 1600 belum lagi mengadakan erupsi magmatik,
namun masih memperlihatkan gejala kegiatan seperti kegiatan solfatara,
3. Tipe-C, gunungapi yang erupsinya tidak diketahui dalam sejarah manusia, namun
masih terdapat tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan solfatara/fumarola
pada tingkah lemah

2.2.4. Bencana Gunung Api


Saat terjadinya letusan gunung api, gas dari dalam bumi keluar dengan pelepasan
banyak tekanan ke udara, dimana lava terledakkan hingga berjuta kepingan tipis. Pada saat
erupsi gunung api gas yang terbentuk dalam magma akan mendorong lava dan material lainnya
menyembur ke udara, sehingga materi ini akan terpecah menjadi partikel partikel dan gumpalan
yang berpijar. Material saat letusan gunung api :
a. Rock
b. Gravel
c. Bom (material terbesar)
d. Dust
e. Ash
f. Poisonous Gas
Magma yang keluar dari tubuh gunung api akan memiliki banyak bentuk, diantaranya terdapat
pumice berupa batuan yang dipenuhi adanya lubang lubang hasil gas yang hilang, dimana
massa pumice beraneka ragam dari ringan, mengapung hingga berat. Selain itu terdapat
serpihan yang kecil lagi berupa gravel, dan debu (dust).

Gambar 2. 12 Material yang dibawa gunung erupsi


Berikut adalah beberapa contoh bencana gunung api yang mengalami erupsi :
1. Gunung Merapi, 2010

11
Letusan Merapi 2010 adalah rangkaian peristiwa gunung berapi yang terjadi di Merapi di
Indonesia. Aktivitas seismik dimulai pada akhir September 2010, dan menyebabkan
letusan gunung berapi pada hari Selasa tanggal 26 Oktober 2010, mengakibatkan
sedikitnya 353 orang tewas. Gumpalan asap gunung Merapi sering disebut dengan
Wedhus Gembel.

Gambar 2. 13 Erupsi gunung Merapi, 2010

Gambar 2. 14 Aliran lahar gunung Merapi

12
Gambar 2. 15 Banjir lahar dingin gunung Merapi
2. Gunung Ijen , 1999
Gunung Ijen mengalami erupsi pada tahun 1999. Hal ini berdampak pada banyak hal salah
satunya adalah kawah agung Ijen yang terletak dipuncaknya. Sumber air sangat asam yang
berasal dari Kawah Ijen sebagai sumber polusi di Asembagus, Sungai Banyupahit-
Banyuputih. Hal ini sangat berdampat pada penggunaan air Sungai Banyupahit-Banyuputih
untuk irigasi pertanian di Asembagus :
o menyebabkan tanah menjadi asam
o mengakibatkan tanah kehilangan kesuburannya, sehingga menurunkan hasil panen
hingga mencapai sekitar 70%.
o Sementara air sumur penduduk yang terkontaminasi unsur fluorine mengakibatkan
penyakit fluorosis gigi pada 90% masyarakat setempat.

13
BAB III
PENUTUP
3.1. Pentingnya Ilmu Geologi Teknik untuk Infrastruktur
Tugas seorang geologis adalah memperkirakan kemungkinan terjadinya gempa di satu
tempat tertentu dan kemungkinan kekuatannya. Perkiraan tentang kapan dan besar maksimal
gempa yang akan terjadi berdasarkan gempa yang pernah terjadi sehingga dapat digunakan
untuk perencanaan bangunan sipil tahan gempa. Untuk dapat memperkirakan Ahli gologi
menggunakan peta-peta resik seismic dan teori tektonik lempeng. Bangunan tahan gempa
memerlukan material berkekuatan tinggi, seperti :
- Batuan yang masif dan kokoh memiliki nodulus elastisitas yang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan batuan lembek.
- Material tanah, pasir jenuh, lepas akan meleleh (liquefaction) jika berada pada sebuah
lereng, atau akan memadat jika material tersebut berada pada sebuah kondisi tertutup.
- Penurunan pasir atau langau lepas yang jenuh sewaktu terjadinya pembebanan dinamis
dapat menimbulkan banjir lumpur.
Guncangan yang dikirim ke struktur bangunan tersebut tergantung dari sambungan antara
struktur dan bumi, seandainya sambungan tidak kuat karena gaya geser yang dimiliki rendah
maka struktur tersebut dapat terlepas dari pondasinya dan berpindah tempat di permukaan
tanah. Sedangkan pada bangunan itu sendiri hanya akan terjadi getaran yang kecil. Bangunan
yang masif dengan kelambanan yang sangat tinggi dan dengan struktur yang terikat erat pada
bawah tanah akan dapat bertahan di tempatnya, sedangkan struktur-struktur yang ringan akan
mengikuti gerakan gempa bumi.
Sebagai manusia kita hanya bisa mengupayakan agar kehidupan bisa menjadi lebih
baik, sehingga perlu mempelajari ilmu geologi untuk mengimbangi alam.

14

Anda mungkin juga menyukai