Anda di halaman 1dari 39

RisetArsitektur|1

PENGARUH CAHAYA TERHADAP TINGKAT


KENYAMANAN RUANG STUDIO

STUDI KASUS: Studio Tugas Akhir Teknik Arsitektur Unika

PROPOSAL PENELITIAN

JHON TUAH ADITYA S


070320016

UNIVERSITAS KATOLIK SANTO THOMAS S U


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN ARSITEKTUR
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


RisetArsitektur|2

Kenyamanan manusia dalam dunia arsitektur adalah hal yang menjadi tujuan utama
dalam perancangan, dimana menurut Vitruvius ada tiga poin yang menjadi yang syarat suatu
karya arsitektur yaitu Firmitas (kekuatan/kekokohan bangunan), Venustas (keindahan), Utilitas
yang menyangkut kenyamanan thermal, fungsi di dalam bangunan, dll.

Bila kita melihat ke dalam sebuah ruang dimana didalamnya merupakan tempat
berlangsungnya sebuah aktifitas dari manusia maka perlu dipertimbangkan kenyamanan dari
pengguna ruangan tersebut, dimana manusia membutuhkan udara, suhu, pencahayaan yang
tepat agar dapat merasa nyaman. Sehingga keberhasilan suatu perancangan ruang ditentukan
oleh kenyamanan dari penggunannya, apakah ruang itu berfungsi dengan baik sesuai dengan
yang diinginkan atau menjadi ruang yang tidak terpakai karena tidak ada yang nyaman
memakai ruangan tersebut.

Dalam kasus yang menjadi pembahasan adalah ruang studio tugas akhir dimana
ruangan ini adalah ruang yang dipakai oleh mahasiswa teknik arsitektur dalam menyelesaikan
tugas akhir selama enam bulan. Di ruang ini tempat mereka beraktifitas dan bekerja sehingga
kenyamanan di dalam ruang ini adalah sesuatu yang menjadi prioritas utama dalam
perencanaan. Masalah yang dihadapi di lapangan berbeda dengan kondisi yang diharapkan
dimana banyak mahasiswa yang mengeluh kepanasan dan tidak nyaman memakai ruang ini
pada siang hari, sehingga terjadi perubahan pola pekerjaan yang seharusnya dilakukan pada
siang hari berubah menjadi pekerjaan malam hari. Hal lain yang menjadi sumber
ketidaknyamanan adalah suara bising yang ditimbulkan oleh kendaraan yang akan parkir di
lantai satu bangunan tersebut.

Berdasarkan pengamatan, ketidaknyamanan ini disebabkan oleh orientasi bangunan


yang menuju utara-selatan sehingga bangunan mendapatkan sinar matahari yang terlalu
khususnya pada pagi dan sore hari yang menyebabkan ruang menjadi panas.

Masalah yang ditimbulkan oleh ketidaknyamanan ini dapat menjadi serius bila tidak
segera ditangani yang mengakibatkan kurangnya produktifitas dari mahasiswa tugas akhir
dalam menyelesaikan pekerjaannya karena mereka akan selalu menunda pekerjaan pada siang
hari. Dampak yang ikut terkena imbasnya adalah turunnya nilai dan kualitas dari mahasiswa
itu sendiri.

1. 2. Perumusan Masalah

Adapun faktor-faktor yang termasuk kedalam ruang lingkup penelitian:

1. Orientasi bangunan terhadap sinar matahari


2. Luas bukaan
3. Intensitas cahaya
RisetArsitektur|3

Masalah yang terdapat dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh cahaya
menyebabkan ketidaknyamanan di studio tugas akhir?”.

1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menemukan penyebab dari
ketidaknyamanan termal di dalam studio tugas akhir.

Manfaat dari penelitian ini adalah dapat digunakan sebagai dasar untuk penyelesaian
masalah kenyamanan studio tugas akhir oleh pihak fakultas teknik dan sebagai bahan
perbandingan penyebab dari ketidaknyamanan yang ada di ruangan studio di universitas lain.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Daerah Iklim Tropis Lembab


Georg Lippsmeier dalam buku Bangunan Tropis menyatakan bahwa daerah tropis
berlaku untuk daerah yang meliputi lebih kurang 40 % dari luas permukaan bumi ini. Posisi
daerah tropis terletak antara garis 230, 270 utara dan selatan. Garis balik isotherm lintang utara
230, 270 adalah garis cancer dimana matahari pada tanggal 20 juni posisinya terletak tegak lurus,
sedangkan garis balik isotherm lintang selatan 230, 270 adalah garis balik carpicorn dimana
pada tanggal 23 desember berada pada posisi tegak lurus .1

Daerah iklim tropis lembab berada disekitar katulistiwa sampai sekitar 150 utara dan
selatan. Indonesia berada dalam daerah tropis lembab ini, dengan ciri-ciri antara lain:
Kelembapan udara yang tinggi dan temperature udara yang relative panas sepanjang tahun.
Kelembapan udara rata-rata adalah sekitar 80%, akan mencapai maksimum sekitar pukul 06.00

1
. Georg Lippsmeier,”Bangunan Tropis”, Erlangga, hal. 7-11, 1994
RisetArsitektur|4

pagi dan minimum pukul 14.00. Kelembapan ini hampir sama untuk daratan rendah,
temperature rata-rata sekitar 320C. Makin tinggi letak suatu tempat terhadap permukaan laut,
maka temperature udara akan berkurang rata-rata 0,60C untuk setiap kenaikan 100 m. Ciri lain
adalah curah hujan yang tinggi dengan rata-rata sekitar 1500-2500 mm per tahun. Radiasi
matahari global horizontal rata-rata harian adalah sekitar 400 watt/m 1 , dan tidak banyak
berbeda sepanjang tahun. Keadaan langit pada umumnya selalu berawan. Pada keadaan awan
tipis menutupi langit dapat mencapai 15.000 candela/m2. Tingkat penerangan rata-rata yang
dihasilkan menurut pengukuran yang pernah dilakukan di bandung untuk tingkat penerangan
global horizontal dapat mencapai 60.000 lux. Sedangkan tingkat penerangan dari cahaya langit
saja, tanpa cahaya matahari langsung dapat mencapai 20.000 lux dan tingkat penerangan
minimum antara jam 08.00-16.00 adalah 10.000 lux. Kecepatan angin pada umumnya agak
rendah. Sebagai contoh kecepatan angin di jakarta dalam 1 hari berkisar antara 1 m/s – 4 m/s.
Inilah gambaran garis besar mengenai iklim di Indonesia yang beriklim tropis lembab.2

2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kenyamanan

Dalam bukunya Bangunan Tropis,1994, Georg Lippsmeier menjelaskan faktor-faktor yang


dapat mempengaruhi kenyamanan dan kemampuan mental dan fisik penghuni yaitu:

➢ Radiasi matahari

➢ Pantulan dan penyerapan


➢ Temperature dan perubahan temperatur
➢ Kelembapan udara
➢ Gerakan udara

1. Radiasi matahari

Radiasi matahari adalah penyebab semua ciri umum iklim dan radiasi matahari sangat
berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Dalam perjalanan menuju permukaan bumi,
radiasi matahari harus melewati atmosfir yang sebagian mengandung debu dan uap air.
Jarak terpendek adalah radiasi vertical. Secara teoritis, insolasi tertinggi akan sampai di
permukaan bumi tegak lurus yaitu antara tropis cancer dan carpricorn. Namun hal ini tidak
akan mempertimbangkan sekumpulan faktor yang menyebabkan fluktuasi.

Pengaruh radiasi pada suatu tempat tertentu dapat ditentukan terutama oleh:

• Durasi radiasi
• Intensitas

1
. Moch Fathoni setiawan, “Keterkaitan Antara Sudut Bukaan Jendela Dengan Kenyamanan Termal”, Tesis,
2002
RisetArsitektur|5

• Sudut jatuh

Durasi matahari setiap hari dapat diukur dengan otogral sinar matahari secara fotografis
dan termoelektris. Lama penyinaran maksimum dapat mencapai 90%. Durasi harian
penyinaran matahari tergantung pada:

• Musim
• Garis lintang geografis tempat pengamatan
• Density awan

Data-data mengenai intensitas radiasi matahari dari stasiun meteorology sering tidak
tersedia dalam bentuk yang diinginkan, sehingga harus dilakukan pengamatan khusus,
intensitas matahari ditentukan oleh:

• energy radiasi absolute


• hilangnya energy pada atmosfir
• sudut jatuh pada bidang yang disinari
• penyebaran radiasi
untuk orientasi bangunan dan perlindungan terhadap cahaya matahari, berlaku
aturanaturan dasar berikut:

• sebaiknya fasad terbuka menghadap ke selatan atau utara, agar meniadakan radiasi
langsung dari cahaya matahari rendah dan konsentrasi tertentu yang menimbulkan
pertambahan panas.

• Di daerah iklim tropika basah diperlukan pelindung untuk semua lobang bangunan
terhadap cahaya langsung dan tidak langsung, bahkan bila perlu untuk seluruh
bidang bangunan, karena bila langit tertutup awan, seluruh bidang langit
merupakan sumber cahaya.

• Di daerah iklim tropika kering, dalam musim panas diperlukan pelindung untuk
lubang-lubang pada dinding bangunan tertutup.

2. Pantulan dan Penyerapan

Intensitas cahaya matahari dan pantulan cahaya matahari yang kuat merupakan gejala
dari iklim tropis. Cahaya yang terlalu kuat, juga kontras yang terlalu besar dalam nilai
keterangan (brightness) pada umumnya dirasakan tidak menyenangkan. Disini perlu
diperhatikan perbedaan mendasar antara daerah tropika kering dan tropika basah. Di
daerah kering kesilauan terjadi karena pantulan oleh bidang tanah atau bangunan yang
terkena cahaya, sedangkan di daerah lembab, tingginya kelembapan udara dapat
menimbulkan efek silau pada langit. Di daerah tropika basah sebagian radiasi panas
RisetArsitektur|6

matahari diserap oleh awan, tetapi cahaya menjadi lebih kuat dengan adanya pembiasan
pada butir-butir air. Efek silau yang diakibatkannya seringkali tidak dihiraukan. Pintu dan
jendela untuk sirkulasi ruangan harus dibuat sebesar mungkin, tetapi harus terlindung dari
cahaya-cahaya yang menyilaukan.

Nilai-nilai pemantulan dan penyerapan cahaya untuk berbagai bahan dan jenis
permukaan tidak hanya penting berhubungan dengan kesilauan, tetapi juga merupakan
data-data yang sangat penting untuk penggunaan bahan bangunan yang tepat.

3. Temperatur

Pada umumnya memang benar bahwa daerah yang paling panas adalah daerah yang
paling banyak menerima radiasi matahari, yaitu daerah khatulistiwa. Panas tertinggi
dicapai kira-kira 2 jam setelah tengah hari, karena pada saat itu radiasi matahari langsung
bergabung dengan temperature udara yang sudah tinggi. Karena itu pertambahan panas
terbesar terdapat pada fasad barat daya atau barat laut. Sebagai patokan yang dianggap
bahwa temperature tertinggi sekitar 1-2 jam setelah posisi matahari tertinggi, dan
temperature terendah sekitar 1-2 jam sebelum matahari terbit. Temperature sudah mulai
naik lagi sebelum matahari terbit disebabkan oleh penyebaran radiasi pada langit.
Sebanyak 43% radiasi matahari dipantulkan kembali, 57% diserap, yaitu 14% oleh
atmosfer dan 43% oleh permukaan bumi. Sebagian besar radiasi yang diserap ini
dipantulkan kembali ke udara, terutama setelah matahari terbenam, sejauh kondisi
atmofiris mengijinkan.

4. Kelembapan Udara

Kadar kelembapan udara, berbeda dengan unsur-unsur yang lain, dapat mengalami
fluktuasi yang tinggi dan tergantung terutama pada perubahan temperature udara. Semakin
tinggi temperature, semakin tinggi pula kemampuan udara menyerap air. Kelembapan
absolut adalah kadar air dari udara, dinyatakan dalam gram per kilogram udara kering.
Kelembapan relative menunjukkan perbandingan antara tekanan uap air yang ada terhadap
tekanan uap air maksimum yang mungkin (derajat kenjenuhan) dalam kondisi temperature
udara tertentu, dinyatakan dalam persen. Udara ini telah jenuh, artinya tidak dapat
menyerap air lagi jika alam temperature tertentu tekanan uap air maksimum telah dicapai.
Misalnya udara 380C dapat menyerap uap air sepuluh kali lebih banyak dibandingkan
RisetArsitektur|7

udara dengan 00C. jadi, titik jenuh akan naik dengan meningkatnya temperature.

Tabel diatas adalah perbandingan antara temperatur (0F) dengan kelembapan relatif. Zona
nyaman terletak pada daerah 70-80 0F (21,1-26,6 0C) dengan kelembapan relatif 20-60 %.

5. Gerakan Udara

Gerakan udara terjadi disebabkan oleh pemanasan lapisan-lapisan udara yang


berbedabeda. Skalanya berkisar dari angin sepoi-sepoi sampai angin topan, yakni kekuatan
angin 0 sampai 12 (skala beaufort ).
RisetArsitektur|8

Angin yang diinginkan, local, sepoi-sepoi yang memperbaiki iklim mikro mempunyai efek
khusus dalam perencanaan, seperti memiliki gerakan udara kuat yang tidak diharapkan
berlawanan dengan ukuran pencegahan harus diberikan. Gerakan udara di dekat
permukaan tanah dapat bersifat sangat berbeda dengan gerakan di tempat yang tinggi.
Semakin kasar permukaan yang dilalui, semakin tebal lapisan udara yang tertinggal diam
di dasar dan menghasilkan perubahan pada arah serta kecepatan gerakan udara. Penelitian
di kota-kota besar menunjukkan bahwa kecepatan angin di permukaan jalan rata-rata
hanya sepertiga dari kecepatan pada lansekap terbuka. Bangunan tinggi memiliki
pengedaraan yang lebih baik pada bagian sebelah atas, karena disini intensitas
RisetArsitektur|9

gerakan udara lebih besar daripada lantai. Gerakan udara menimbulkan pelepasan panas
dari permukaan kulit bangunan oleh penguapan. Semakin besar kecepatam udara, semakin
besar panas yang hilang. Tetapi ini hanya terjadi selama temperature udara lebih rendah
daripada temperature kulit.

2.3. Pengertian Cahaya

Cahaya adalah gelombang elektromagnet yang mempunyai panjang antara 380 hingga
700 nm (nanometer, 1nm = 10-9m), dengan urutan warna: (ungu-ultra), ungu, nila, biru, hijau,
kuning, jingga, merah, (merah infra). Cahaya merupakan satu bagian berbagai jenis gelombang
elektromagnetis yang terbang ke angkasa. Gelombag tersebut memiliki panjang dan frekuensi
tertentu, yang nilainya dapat dibedakan dari energi cahaya lainnya dalam spektrum
elektromagnetis cahaya.

Cahaya dipancarkan dari suatu benda dengan fenomena sebagai berikut:

○ Pijar padat dan cair memancarkan radiasi yang dapat dilihat bila dipanaskan sampai suhu
10000K. Intensitas meningkat dan penampakan menjadi semakin putih bila suhu naik.

○ Muatan listrik: Jika arus listrik dilewatkan melalui gas maka atom dan molekul
memancarkan radiasi dimana spektrumnya merupakan karakteristik dari elemen yang
ada.

○ Elektro luminesecence: Cahaya dihasilkan jika arus listrik dilewatkan melalui padatan
tertentu seperti semikonduktor atau bahan yang mengandung fosfor.

○ Photoluminesecence: Radiasi pada salah satu panjang gelombang diserap, biasanya oleh
suatu padatan, dan dipancarkan kembali pada berbagai panjang gelombang. Bila radiasi
yang dipancarkan kembali tersebut merupakan fenomena yang dapat terlihat maka
radiasi tersebut disebut flourescence atau phosporescence.

Cahaya nampak, seperti yang dapat dilihat dalam spektrum elektromagnetik,


menyatakan gelombang yang sempit diantara cahaya ultraviolet (UV) dan energi infra merah
(panas). Gelombang cahaya tersebut mampu merangsang retina mata, yang menghasilkan
sensasi penglihatan yang disebut pandangan. Oleh karena itu, penglihatan memerlukan mata
yang berfungsi dan cahaya yang nampak.
R i s e t A r s i t e k t u r | 10

2.4. Pencahayaan Alami

Pencahayaan alami adalah pencahayaan yang diperoleh dari sinar matahari langsung
dimana cahaya ini didapat pada pagi hingga sore hari.

Beberapa kelebihan cahaya dan sinar matahari antara lain adalah sebagai berikut:

• Bersifat alami (natural). Manusia pada dasarnya tidak ingin dicabut dari alam dan selalu
ingin berada di dalam atau dekat dengan alam. Cahaya alami matahari memiliki nilai-
nilai (baik fisik maupun spiritual) yang tak tergantikan oleh cahaya buatan.

• Tersedia berlimpah
• Tersedia secara gratis
R i s e t A r s i t e k t u r | 11

• Terbarukan
• Memiliki spektrum cahaya lengkap
• Memiliki daya panas dan kimiawi yang diperlukan bagi mahluk hidup di bumi.
• Dinamis, arah matahari selalu berubah oleh rotasi bumi maupun peredarannya saat
mengelilingi matahari. Intensitas cahaya yang berubah-ubah oleh adanya awan yang
melintas akan memberikan efek gelap-terang yang menambah kesan dinamis

• Dapat digunakan untuk pengobatan (heliotherapy)


• Lebih alami bagi irama tubuh (bio-rhytm)
• Keperluan fotografi alami

Sedangkan beberapa kelemahan cahaya matahari untuk dipergunakan mencahayai


ruangan adalah sebagai berikut:

• Pada bangunan berlantai banyak dan gemuk (berdenah rumit) sulit untuk
memanfaatkan cahaya alami matahari (walau ada teknologi serat kaca yang dapat
menyalurkan cahaya jauh kedalam ruangan)

• Intensitasnya tidak mudah diatur, dapat sangat menyilaukan atau sangat redup
• Pada malam hari tidak tersedia
• Sering membawa serta panas masuk ke dalam ruangan
• Dapat memudarkan warna

Karena sinar matahari langsung membawa serta panas, maka cahaya yang dimanfaatkan
untuk pencahayaan ruangan adalah cahaya bola langit. Sinar matahari langsung hanya
diperkenankan masuk ke dalam ruangan untuk keperluan tertentu atau bila hendak digunakan
untuk mencapai efek tertentu. Oleh karena itu arsitek perlu mengingat dua hal penting, yaitu:

• Pembayangan; untuk menjaga agar sinar matahari langsung tidak masuk ke dalam
ruangan melalui bukaan. Teknik pembayangan antara lain dilakukan memakai tritisan
dan tirai.

• Pengaturan letak dan dimensi bukaan untuk mengatur agar cahaya bola langit dapat
dimanfaatkan dengan baik.

• Pemilihan warna dan tekstur permukaan dalam dan luar ruangan untuk memperoleh
pemantulan yang baik (agar pemerataan cahaya efisien) tanpa menyilaukan mata.
R i s e t A r s i t e k t u r | 12

Perlu diketahui bahwa langit di indonesia sering sangat menyilaukan akibat adanya
awan putih merata. Kesilauan ini sering mengakibatkan mata penat. Sebaliknya, di iklim dingin
langit sering berwarna biru tua jernih yang sangat indah dan sejuk di mata (walau pada saat
musim salju maka pemandangan juga sangat menyilaukan).

Iluminasi

Iluminan (illuminance; diukur dengan lux, lumen/m2) adalah banyak arus cahaya yang datang
pada satu unit bidang. Iluminasi (illumination) adalah datangnya cahaya ke suatu objek.

E = I cosβ/d2lux

1 lux (lx) adalah iluminan (E) pada bidang bola berjari-jari 1 m yang bertitik pusat sumber
kekuatan cahaya (I) sebesar 1 cd.
Faktor Langit
R i s e t A r s i t e k t u r | 13

Faktor langit adalah angka karakteristik yang digunakan sebagai ukuran keadaaan penerangan
alami siang hari di berbagai tempat dalam suatu ruangan.

Titik ukur adalah titik di dalam ruangan yang keadaaan penerangannya dipilih sebagai indikator
untuk keadaan penerangan seluruh ruangan.

Berikut adalah nilai faktor langit dinyatakan dalam persen %

Nilai faktor langit minimal untuk bangunan sekolah terdapat pada tabel di bawah ini.

Diagram Matahari

Diagram matahari memberi informasi mengenai azimut dan tinggi matahari pada sembarang
waktu di sepanjang tahaun. Perlu dijabarkan beberapa istilah berikut:
R i s e t A r s i t e k t u r | 14

Azimut adalah deklinasi matahari dari utara, diukur dengan derajat dari utara ke timur, selatan,
barat dan kembali ke utara (menurut arah jarum jam).

Tinggi matahari adalah sudut antara horizon dan matahari dan dicantumkan dalam skala sudut
00-900 pada sumbu U-S pada diagram.

2.5. Kenyamanan Termal

Terry S Boutet dalam bukunya Controling Air Movement,1987, menjelaskan bahwa


defenisi kenyamanan termal bertolak dari pemahaman aspek psikologis, kenyamanan termal
bisa diartikan sebagai kondisi dimana pikiran merasa puas dan nyaman terhadap lingkungan
termal. Secara fisiologis, kenyamanan termal adalah keseimbangan termal yang dicapai dari
pertukaran panas antara tubuh manusia dengan lingkungan termal pada tingkatan yang sesuai.
Sebuah kondisi dimana tubuh manusia melakukan aktivitas mekanisme termoregulatori secara
minimal.

Kenyamanan termal sebenarnya bukanlah sesuatu yang bersifat standart, kenyamanan


berfluktuasi sesuai dengan perubahan faktor-faktor penyebabnya. Aspek fisik dari kenyamanan
termal bergantung pada enam faktor utama yang berfungsi sebagai sebuah system yang saling
berkaitan dipengaruhi oleh faktor psikologis.

1. Ambient air temperature


R i s e t A r s i t e k t u r | 15

Suhu udara sekitar lokasi titik pengukuran di sebuah lingkungan/ruang. Sebagai komponen
yang paling mendasar dalam pengukuran kenyamanan.

2. Mean radiant temperature

Rata-rata suhu pancaran, member pengaruh pada suhu udara sekitar, dihasilkan dari suhu
permukaan benda yang ada di dalam ruang, bervariasi untuk tiap ruang dan waktu
pengukuran. Untuk beberapa kondisi, mungkin lebih tinggi atau lebih rendah dari suhu
udara sekitar, namun biasanya berperan kecil.

3. Relative humidity

Kelembapan relative memiliki efek yang lebih langsung terhadap kenyamanan dibanding
rata-rata suhu pancaran. Meskipun kelembapan tidak menahan beban panas tubuh, ia
mempengaruhi kapasitas tubuh untuk melepaskan panas melalui evaporasi (berkeringat)

4. Air movement

Pergerakan udara menghilangkan panas buangan dengan meningkatkan kecepatan aliran


udara secara konveksi dan evaporasi. Kecepatan pendinginan akan meningkat seiring
dengan meningkatnya kecepatan udara. Saat suhu udara sekitar lebih rendah dari suhu
tubuh, peningkatan kecepatan udara akan menghasilkan efek pendinginan seiring dengan
penurunan suhu udara. Saat suhu udara sekitar lebih tinggi dari suhu tubuh, peningkatan
kecepatan udara akan menghangatkan dan mendinginkan tubuh pada waktu yang
bersamaan. Namun efek pendinginan tetap lebih besar dari pemanasan sampai suhu udara
mencapai kira-kira 400C, dimana efek pemanasan akan lebih besar.

5. Clothing insulation

Pakaian mempengaruhi sensitivitas tubuh terhadap variasi iklim karena ia bersifat


menahan evaporasi dan sebagai penghalang aliran panas, ia juga mengurangi pengaruh
dari suhu udara sekitar dan rata-rata suhu pancaran yang lebih rendah dari suhu tubuh.
6. Metabolic heat rate

Merupakan komponen kunci untuk kenyamanan, heat loss yang terlalu besar akan
menyebabkan kebekuan hingga kematian, heat gain yang terlalu besar akan menyebabkan
R i s e t A r s i t e k t u r | 16

stroke hingga kematian. Kecepatan panas metabolis proporsional terhadap berat badan,
akan meningkat dengan adanya aktifitas fisik. Tubuh memerlukan pendinginan lebih
banyak seiring dengan peningkatan kecepatan metabolis dan lebih sedikit pendinginan
seiring dengan penurunan kecepatan tersebut.

Prasasto Satwiko dalam bukunya Fisika Bangunan, 2008, menjelaskan bahwa zona
nyaman (comfort zone) adalah daerah dalam bioclimatic chart yang menunjukkan kondisi
komposisi udara yang nyaman secara thermal. Kenyamanan termal tidak dapat diwakili oleh
satu angka tunggal karena kenyamanan tersebut merupakan perpaduan dari enam faktor.
Namun, sebagai pedoman kasar, kenyamanan termal untuk daerah tropis lembab dapat dicapai
dengan batas 240C < T < 260C. Pada iklim tropis lembab yang suhu rata-ratanya cukup tinggi,
antara 270C hingga 320C, suhu 240C sudah terasa sejuk.

2.6. Transfer Panas

Edward Allen dalam bukunya How Building Work-The Natural Order of Architecture,
2005, menjelaskan bahwa tiap material yang digunakan pada konstruksi bangunan memiliki
sejumlah karakteristik fisik masing-masing yang unik terkait aliran panas. Ada tiga mekanisme
dasar perpindahan panas:

1. Radiasi

Radiasi atau perpindahan panas lewat gelombang elektromagnetik melalui udara atau
ruang hampa dari benda yang panas menuju benda yang lebih dingin. Sebuah dinding
dipanaskan secara radiasi bila dinding tersebut terkena pancaran sinar matahari, atau
didinginkan bila terkena pancaran dingin udara malam.

2. Konduksi
R i s e t A r s i t e k t u r | 17

Konduksi atau aliran panas melalui material yang padat, panas dikonduksikan dari atau ke
kulit manusia jika kulit manusia bersentuhan dengan benda yang lebih panas atau lebih
dingin, seperti kentang panas atau balok es.

3. Konveksi

Konveksi atau perpindahan panas dengan cara sumber panas memanaskan medium
pembawa (udara atau air), kemudian medim tersebut bergerak mengalir dan memindahkan
panas pada benda yang lebih dingin. Kulit manusia dihangatkan atau didinginkan secara
konveksi saat bersentuhan langsung dengan udara panas atau dingin.

2.7. Standar Kenyamanan

Perbandingan hasil pengukuran dengan standar kenyamanan termal:


1. Kecepatan Udara
Standar kenyamanan termal untuk kecepatan udara yang digunakan ada tiga yaitu :
- Lippsmeir (1997:38) menyatakan bahwa patokan untuk kecvepatan angin ialah :
0.25 m/s ialah nyaman, tanpa dirasakan adanya gerakan udara
0.25 – 0.5 m/s ialah nyaman, gerakan udara terasa
R i s e t A r s i t e k t u r | 18

1.0 – 1.5 m/s aliran udara ringan sampai tidak menyenangkan Diatas 1.5 m/s tidak
menyenangkan.

- Lechner (2001:70) menyatakan ‘’jangkauan yang nyaman untuk kecepatan angin


berkisar antara 20 hingga 60 kaki/menit (fpm) kurang lebih 0.6 mph – 2 mph -
Menurut MENKES NO.261/MENKES/SK/11/1998, laju angin ruangan yaitu 0.15
sampai 0.25 m/s

2. Suhu (°C)
Standar kenyamanan termal untuk suhu yang digunakan ada empat yaitu : - SNI-
14-1993-03 menyatakan daerah kenyamanan termal pada bangunan yang di
kondisikan untuk orang Indonesia yaitu :

Sejuk nyaman, antara suhu efektif 20.8 °C – 22.8°C


Nyaman optimal, ntara suhu efektif 22.8 °C – 25.8°C
Hangat nyaman, antara suhu efektif 25.8 °C – 27.1°C
- Basaria (2005) menyatakan suhu nyaman menurut tata cara perencanaan teknis konservasi
energy pada bangunan adalah :

Sejuk nyaman, yaitu 20.5 °C – 22.8°C


Nyaman optimal, yaitu 25.8 °C – 25.8°C
Hangat nyaman, yaitu 25.8°C – 27.1°C
- MENKES NO.261/MENKES/SK/II/1998 menyatakan “penyehatan suhu ruangan yaitu :
18 °C - 26°C”.
- Lechner (2001:70) menyatakan “Suhu udara akan menentukan kecepatan panas yang akan
hilang sebagian besar secara konveksi diatas 98°F, aliran udara berbalik dan akan
mendapat panas dari udara, jangkauan kenyamanan untuk sebagian besar orang 89% bisa
mencapai hingga 68°F (20°C) di musim dingin dan 78°F (25.5°C) pada musim panas.

3. Kelembapan udara
Standar kenyamanan termal untuk kelembapan udara yang digunakan ada tiga yaitu:
· Lippsmeir (1994) menyatakan “kelembapan udara relative yaitu 20 – 50 %
· MENKES (1998) menyatakan kelembapan udara yang sehat itu yaitu 40 % – 60 %
· SNI (1993) menyatakan daerah kenyaman termal pada bangunan yang dikondisikan untuk
orang Indonesia yaitu 40 % - 70 %
R i s e t A r s i t e k t u r | 19

4. Iluminasi
Sesuai dengan SNI 03-6575-2001 menyatatakan bahwa standar iluminasi yaitu mencapai
200 lux untuk terangnya suatu ruang. Standar ini juga sama yang dikeluarkan oleh Ernest
Neufert juga menyatakan standar iluminasi terangnya ruangan yaitu mencapai 200 lux.

5. Audial
Sesuai dengan SNI (1993) dalam lingkup kenyamanan visual menyatakan bahwa
kenyamanan suara ditetapkan 40-45 dB. Sedangkan pada kenyamanan yang dikeluarkan
oleh MENKES yaitu menyatakan bahwa untuk audial mempunyai standar yaitu maksimal
85 dB. Heinz Frick juga mengeluarkan standar yaitu bahwa untuk ruangan masjid tingkat
kenyamanan yaitu 60 – 70 dB.

2.8. Temperatur Efektif


Temperatur efektif (TE) didefenisikan sebagai temperatur dari udara jenuh dalam
keadaan diam atau mendekati diam(≤ 0,1 m/det), yang dalam hal tidak ada radiasi panas akan
memberikan perasaan kenyamanan termal yang sama dengan kondisi udara yang dimaksud.
Jadi konsep temperatur efektif adalah berdasarkan anggapan bahwa kombinasi-kombinasi
tertentu dari temperatur udara, kelembapan udara, dan kecepatan udara dapat menimbulkan
kondisi termal yang sama.

Berdasarkan hasil penelitian Mom & Wiesebron, Webb (1936-1940) dan defenisi
temperatur efektif, maka disarankan zona kenyamanan termal untuk menilai kondisi termal
yang dirasakan oleh orang indonesia adalah sebagai berikut:

Untuk batas bawah kondisi termal nyaman optimal diambil 22,80C (TE), sesuai dengan
hasil penelitian Mom & Wiesebron untuk pribumi indonesia dengan pakaian harian. Sedang
untuk batas atas diambil 260C (TE), dimana hasil penelitan Mom & Wiesebron adalah 25,80C
(TE), dan menurut Webb 26,20C (TE) adalah merupakan kenyamanan optimal.

Kemudian antara 260C sampai 27,10C (TE) disebut hangat, sesuai dengan hasil penelitian Mom
& Wiesebron yang disebut hangat nyaman dan menurut Webb pada 27,20C (TE) prosentase
yang bebas dari ketidaknyamanan termal adalah 50 % sedang antara 20,50C (TE) sampai 22,80C
(TE) disebut sejuk, sesuai dengan hasil penelitian Mom & Wiesebron yang disebut sejuk
nyaman.
R i s e t A r s i t e k t u r | 20

Dalam standar tata cara perencanaan teknis konservasi energi pada bangunan gedung SK SNI
T-14-1993-03 disebutkan mengenai daerah kenyamanan termal untuk orang indonesia yang
dapat dibagi menjadi:

1. Sejuk nyaman, antara suhu efektif (TE) 20,50C – 22,80C


2. Nyaman optimal, antara suhu efektif 22,80C – 25,80C
3. Hangat Nyaman, antara suhu efektif 25,80C – 27,10C
Menurut soegijanto, setelah melewati hangat nyaman selanjutnya adalah:

4. Panas, suhu efektif diatas 27,10C

Penelitian suhu nyaman yang paling akhir dilakukan oleh karyono (1995) dinyatakan
bahwa rentang dari suhu nyaman bagi karyawan/karyawati yang bekerja di Jakarta adalah
23,30C – 29,50C suhu udara (DBT).

Skala temperatur efektif tersebut memadukan tiga variabel yaitu: temperatur udara,
kelembapan udara dan kecepatan udara. Adapun besarnya TE dapat dicari dengan
menggunakan diagram Temperatur Efektif dari Koenigsberger (1975), caranya:

1. Ukur temperatur kering (DBT)


2. Ukur kelembapan udara (RH)
3. Ukur kecepatan angin dengan
anemometer/hot wire anemometer

4. Dari DBT dan RH dapat diketahui


temperatur lembab (WBT) dengan
menggunakan tabel kelembapan udara
( RH )

5. Tempatkan DBT pada skala vertikal


sebelah kiri Diagram TE

6. Tempatkan WBT pada skala vertikal


sebelah kanan diagram TE

7. Hubungkan kedua titik tersebut dengan sebuah garis

8. Pilih pada kurva kecepatan angin yang telah diukur


9. Tandai titik persinggungan antara garis dengan kurva
R i s e t A r s i t e k t u r | 21

10. Baca hasil persinggungan tersebut sebagai TE (angka TE dapat dilihat pada kurva atas)

11. Catat hasilnya

2.9. Hipotesis Penelitian

“Ketidaknyamanan Studio Tugas Akhir dipengaruhi oleh radiasi sinar matahari yang
masuk melalui bukaan jendela, khususnya pada pagi dan sore hari”.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Konseptual
R i s e t A r s i t e k t u r | 22

STANDAR KENYAMANANDITEMPERATUR EFEKTIF (TE)RNYAMANKOAPENGUKURAN FATIDAK


NYAMANKONVERADIASITRANSFER PANASKELEMBAPAN UDARAPENGAMBILAN GERAKAN
UDARAHASILRAM MATAHARIDITPANTULUKSIMPESI MATAHARIATURN & OR
ES PENYERAPANDATALANGIT
KU
OM
MS
EI
N
DA
WA
SA
LI

Analisa
3.2. Metode Penelitian
R i s e t A r s i t e k t u r | 23

Pengaruh cahaya terhadap tingkat kenyamanan studio tugas akhir adalah penelitian
kuantitatif dimana peneliti mengukur tingkat kenyamanan studio tugas akhir dengan standar
kenyamanan termal dan menganalisis penyebab dari ketidaknyamanan yaitu radiasi sinar
matahari. Hasil pengukuran bayangan dari sinar matahari terhadap lubang cahaya akan
menunjukkan seberapa besar cahaya yang masuk ke dalam studio. Bila bayangan yang
terbentuk setelah dilindungi oleh kanopi jatuh pada jendela maka dapat dipastikan ruangan
tersebut akan panas.

3.3. Populasi

Populasi yang diteliti adalah seluruh ruangan yang ada di universitas katolik santo
thomas, dimana ruangan kelas merupakan tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar
sehingga perlu diperhatikan tingkat kenyamanan dari pengguna ruangan tersebut yaitu
manusia.

3.4. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel yang dipilih untuk dijadikan objek penelitian adalah ruang studio tugas akhir.
Teknik pengambilan sample adalah dengan meninjau ke dalam ruangan dan bertanya kepada
pengguna apakah ruangan tersebut nyaman untuk digunakan.

3.5. Variabel Penelitian

Variabel pengaruh adalah bukaan dan letak jendela

Variabel terpengaruh adalah temperatur dan cahaya matahari

Variabel kontrol adalah tabel nilai faktor langit

3.6 . Instrumen Penelitian

Adapun instrumen yang digunakan adalah:


1. Termometer - Untuk mencari temperatur udara di dalam ruangan
2. Diagram letak matahari - Untuk mencari mengenai azimut dan tinggi matahari
3. Pengukur sudut bayangan - Mengukur sudut bayangan
4. Meteran

3.7 . Langkah Penelitian


R i s e t A r s i t e k t u r | 24

1. Pengukuran

Data diambil pada tanggal 9 mei 2011 yakni dengan mengukur ketinggian jendela dan
jarak jendela dari lantai.

Adapun jendela yang diambil untuk dijadikan sampel adalah pada bagian tengah
ruangan studio, semua jendela yang ada di ruangan ini mempunyai tipikal yang sama sehingga
cukup diambil satu sampel yang mewakili satu sisi bangunan.

Langkah-langkah Perhitungan faktor langit:

• Gambar potongan dan denah ruang


• Tentukan titik ukur
• Tarik garis cahaya dari bidang jendela ke titik ukur
• Ukur bidang yang terpotong garis cahaya
• Gunakan tabel faktor langit

2. Analisis

Analisis dilakukan dengan menggunakan diagram matahari dan pengukur sudut bayangan

BAB IV

DATA DAN ANALISIS


R i s e t A r s i t e k t u r | 25

4.1. Kondisi Eksisting

Lokasi Studio Tugas Akhir yang menjadi objek penelitian berada di dalam kawasan
Universitas Katolik Santo Thomas, tepatnya di lingkungan fakultas teknik.

FOTO UDARA LETAK


UNIKA DI KAWASAN
TJ. SARI MEDAN

Diatas adalah gambar dari foto udara ruangan studio tugas akhir, dimana bangunan ini
berorientasi timur-barat.
R i s e t A r s i t e k t u r | 26

Bangunan Bila Dilihat Dari Luar

Kondisi Penerangan Dalam Ruang Studio

Bukaan Cahaya Pada Ruang Studio


R i s e t A r s i t e k t u r | 27

Di bawah ini adalah denah dari ruangan studio dimana ruangan ini mempunyai luas
sebesar 216 m, modul struktur 4x9 m dan mempunyai bentang 9 m. Dalam ruang ini begitu
banyak lubang cahaya dimana di setia sisi terdapat jendela.

Jendela mempunyai ukuran 0,65 x 1,2 m yang dipasang rapat sebanyak 5 unit pada dinding.
R i s e t A r s i t e k t u r | 28

Di atas adalah potongan dari jendela, jendela ini mempunyai tinggi 125 cm dengan tinggi jalusi
45 cm dipasang setinggi 1 m dari permukaan lantai.
R i s e t A r s i t e k t u r | 29

Ruang Studio Lt.

Ruang studio terletak pada lantai tiga bangunan dimana ruangan ini banyak sekali menerima
cahaya yang datang khususnya pada sore hari.

4.2. Perhitungan Faktor Langit


R i s e t A r s i t e k t u r | 30

Ruang Studio Lt.

Cahaya Sinar Matahari

1 . Pengukuran Titik A

Titik ukur diambil pada suatu bidang datar yang letaknya pada tinggi 0,75 meter di atas
lantai. Bidang datar tersebut adalah bidang kerja.

garis cahaya ditarik menuju titik ukur maka didapat tinggi lubang cahaya efektif (H) yaitu 1 ,12
m.

(Gambar Potongan Ruang Studio)

Gambar di atas adalah analisa untuk mendapatkan tinggi lubang cahaya efektif
dengan jarak titik ukur 3m dari jendela (1/3d), yang mana ruangan mempunyai lebar 9 m.
R i s e t A r s i t e k t u r | 31

(Gambar denah ruang studio)

Diatas adalah gambar untuk mendapatkan lebar lubang cahaya efektif (L) dengan jarak titik
ukur 3 m dari jendela. Didapat lebar lubang cahaya efektif adalah 3,05 m.

U
Perhitungan faktor langit titik ukur utama (TUU)

Perhitungan faktor langit ruang studio berdasarkan tabel hubungan faktor langit sebagai
fungsi H/D dan L/D sebagai berikut:

Lubang ABCD : lebar 3,05 dan tinggi 1,12


Titik ukur : 3 m ke dalam
Didapat : (1) lubang cahaya ABCD
D = 3m, H = 1,12m, L = 3,05

(2) H/D = 1,12/3 = 0,37 (dibulatkan menjadi 0,4)

L/D = 3,05/3 = 1,01 (dibulatkan menjadi 1)


R i s e t A r s i t e k t u r | 32

(3) Menurut tabel maka diperoleh faktor langit untuk U adalah 1,44%

Perhitungan faktor langit titik ukur samping (TUS)

Perhitungan faktor langit titik ukur samping mempunyai titik ukur yang sama dengan TUU
yaitu 3 m. tetapi titik pengukuran sedikit digeser 0,5 m ke arah kiri.

DC

1 , 12

0,5 3 , 05

EA B

U
EBCF dengan D = 3, H
= 1,12, L = 3,55

H/D = 0,37 dan L/D =


Lubang ABCD : lebar 3,05 dan tinggi 1, 12 1,18

Titik ukur U : 3 m ke dalam EADF dengan D = 3, H


: (1) lubang cahaya terdiri atas lubang-lubang = 1,12, L = 0,5
Didapat : H/D = 0,37 dan L/D =
0,16
R i s e t A r s i t e k t u r | 33

(2) menurut tabel faktor langit untuk U adalah

EBCF = 1,44 %

EADF = 0,43 %
------------- -
ABCD = 1,01 %

2 . Pengukuran Titik B

Cara pengukuran di titik B sama dengan cara pengukuran di titik A yaitu titik ukur
diambil pada suatu bidang datar yang letaknya pada tinggi 0,75 meter di atas lantai. Bidang
datar tersebut adalah bidang kerja.

(Gambar Potongan Ruang Studio)


Gambar di atas adalah analisa untuk mendapatkan tinggi lubang cahaya efektif dengan
jarak titik ukur 3m dari jendela (1/3d), yang mana ruangan studio mempunyai lebar 9 m. garis
cahaya dari arah timur ditarik menuju titik ukur maka didapat tinggi lubang cahaya efektif (H)
yaitu 0,7 m. Pengukuran titik B mempunyai nilai H yang lebih kecil hal ini disebabkan oleh
adanya perlindungan cantilever di sisi timur.
R i s e t A r s i t e k t u r | 34

( Gambar denah studio )

Diatas adalah gambar untuk mendapatkan lebar lubang cahaya efektif (L) pada sisi
timur bangunan, dengan jarak titik ukur 3 m dari jendela. Didapat lebar lubang cahaya efektif
adalah 3,19 m.

Perhitungan faktor langit titik ukur utama (TUU)


R i s e t A r s i t e k t u r | 35

Perhitungan faktor langit ruang studio berdasarkan tabel hubungan faktor langit sebagai fungsi
H/D dan L/D sebagai berikut:

Lubang ABCD : lebar 3,19 dan tinggi 0,


7
Titik ukur : 3 m ke dalam

Didapat : (1) lubang cahaya ABCD


D = 3m H = 0,7 L = 3,19

(2) H/D = 0,7/3 = 0,23(dibulatkan menjadi 0,2 )

L/D = 3,19/3 = 1,06(dibulatkan menjadi 1 )

(3) Menurut tabel maka diperoleh faktor langit untuk U adalah 0,40%

Perhitungan faktor langit titik ukur samping (TUS)


Perhitungan faktor langit titik ukur samping mempunyai titik ukur yang sama dengan TUU
yaitu 3 m. tetapi titik pengukuran sedikit digeser 0,5 m ke arah kiri.
R i s e t A r s i t e k t u r | 36

Lubang ABCD : lebar 3,19 dan tinggi 0,7

Titik ukur U : 3 m ke dalam


: (1) lubang cahaya terdiri atas lubang-lubang
Didapat :
EBCF dengan D = 3, H = 0,7, L = 3,69

H/D = 0,23 dan L/D = 1,23

EADF dengan D = 3, H = 0,7, L = 0,5

H/D = 0,23 dan L/D = 0,16

Tabel Nilai Faktor Langit

(2) menurut tabel faktor langit untuk U titik B adalah

EBCF = 0,40 %

EADF = 0,12 %
-------------
ABCD = 0,28 %

Berikut adalah tabel faktor langit yang digunakan pada waktu perhitungan.
R i s e t A r s i t e k t u r | 37

Tabel Nilai Faktor Langit Untuk Bangunan Sekolah

Titik Pengukuran 1

Sesuai dengan tabel nilai faktor langit untuk bangunan sekolah ruangan kelas khusus faktor
langit minimal (TUU) adalah 0,45 dan faktor langit minimal (TUS) adalah 0,20. Maka ruangan
studio telah memenuhi persyaratan dengan nilai TUU = 1,44 dan nilai TUS = 1,01.

Titik Pengukuran 2

Pada titik pengukuran 2 hasil yang didapat lebih kecil dari titik pengukuran 1 hal ini disebabkan
oleh perlindungan cantilever pada sisi timur bangunan. Hasil yang didapat yaitu nilai faktor
langit TUU = 0,40 dan nilai TUS = 0,28. Untuk titik 2 nilai TUU tidak memenuhi persyaratan
tetapi nilai TUS memenuhi persyaratan.
Dari segi pencahayaan ruangan studio mempunyai penerangan yang cukup baik tetapi
dari segi temperatur ruangan ini sangat tidak nyamana karena temperatur ruangan mencapai
320 C hal ini disebabkan radiasi matahari yang terbawa cahaya melalui bukaan. Dan ditambah
lagi dengan tidak adanya perlindungan terhadap bukaan cahaya pada bagian barat sehingga
matahari langsung masuk ke dalam ruangan.
R i s e t A r s i t e k t u r | 38

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan

Ketidaknyamanan yang terdapat pada ruang studio terjadi karena radiasi cahaya
matahari yang dibawa oleh cahaya, cahaya ini masuk melalui bukaan yang ada di sisi bangunan.
Tingkat radiasi yang begitu tinggi karena tidak adanya perlindungan terhadap bukaan pada
bagian barat.

Tingkat kenyamanan visual pada ruang studio masih memenuhi persyaratan faktor
langit untuk bangunan sekolah. Sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh departemen
pekerjaan umum.

Saran

Diperlukan perlindungan bukaan dari sinar matahari berupa kanopi,shading atau


screening pada sisi barat bangunan, hal ini untuk mengurangi radiasi matahari dan untuk
melembutkan cahaya matahari yang datang dari arah barat.

DAFTAR PUSTAKA
R i s e t A r s i t e k t u r | 39

Lippsmeier Georg. Bangunan Tropis, Jakarta, Erlangga, 1994

Satwiko Prasato. Fisika Bangunan, Yogyakarta, Penerbit Andi, 2008

Departemen Pekerjaan Umum. Tata Cara Perancangan Penerangan Alami Siang Hari
Untuk Rumah Dan Gedung, Bandung, Yayasan LPMB, 1989

Moch Fathoni setiawan, Keterkaitan Antara Sudut Bukaan Jendela Dengan Kenyamanan
Termal, Tesis, 2002

Anda mungkin juga menyukai