3 - BAB 2 GAU Baru
3 - BAB 2 GAU Baru
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
5
6
(2) Mengubah perilaku yang kaitannya dengan budaya. Sikap dan perilaku
merupakan bagian dari budaya. Kebudayaan adalah kebiasaan, adat-istiadat,
tata nilai atau norma.
Meskipun secara garis besar tujuan dari pendidikan kesehatan itu adalah
mengubah perilaku yang belum sehat menjadi perilaku yang sehat, namun
perilaku tersebut memiliki cakuan yang sangat luas. Menurut Azwar (1983) dalam
Sinta Fitriani (2010: 72) membagi tiga perilaku kesehatan sebagai tujuan
pendidikan kesehatan menjadi tiga macam yaitu;
1) Perilaku yang menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di
masyarakat. Contohnya kader kesehatan mempunyai tanggungjawab
terhadap penyuluhan dan pengarahan kepada keadaan dalam cara hidup
sehat menjadi suatu kebiasaan masyarakat.
2) Secara mandiri mampu menciptakan perilaku sehat bagi dirinya sendiri
maupun menciptakan perilaku sehat di dalam kelompok. Contohnya adalah
posyandu yang diarahkan untuk pencegahan penyakit.
3) Mendorong berkembangnya dan penggunaan sarana pelayanan kesehatan
yang ada secara tepat. Contoh ada sebagian masyarakat yang secara
berlebihan memanfaatkan pelayanan kesehatan, adapula yang sudah benar-
benar sakit tetapi tetap tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan.
2.1.2 Fungsi Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari ilmu kesehatan sebagai
penunjang bagi terlaksananya program-program kesehatan lainnya. Pendidikan
kesehatan merupakan proses untuk meningkatkan kemampuan seseorang dalam
memelihara kesehatannya serta mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik
fisik, mental, dan sosial. Dalam hal ini meskipun kesadaran dan pengetahuan
orang atau masyarakat tentang kesehatan sudah tinggi, tetapi apabila tidak
didukung oleh fasilitas seperti tersedianya air bersih, jamban sehat, makanan yang
bergizi, pelayanan kesehatan yang memadai, dan sebagainya, maka mereka tetap
akan sulit untuk memwujudkan perilaku tersebut (Notoatmodjo, 2012 : 20).
maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin
banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.
2.2.3.2 Informasi/media massa
Informasi adalah “that of which one is apprised or told: intelligence,
news” (Oxford English Dictionary). Kamus lain menyatakan bahwa informasi
adalah sesuatu yang dapat diketahui, namun ada pula yang menekankan informasi
sebagai transfer pengetahuan. Selain itu, informasi juga dapat didefinisikan
sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan,
memanipulasi, mengumumkan, menganalisis, dan menyebarkan informasi dengan
tujuan tertentu (Undang-Undang Teknologi Informasi).
Adanya perbedaan definisi informasi pada hakikatnya dikarenakan
sifatnya yang tidak dapat diuraikan (intangible), sedangkan informasi tersebut
dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, yang diperoleh dari data dan
pengamatan terhadap dunia sekitar kita, serta diteruskan melalui komunikasi.
Informasi mencakup data, teks, gambar, suara, kode, program komputer, dan basis
data. Contohnya: seseorang mendapatkan informasi dari media cetak bahwa
penyakit demam berdarah disebabkan oleh vektor nyamuk Dengue. Penyebaran
penyakit demam berdarah terjadi melalui lingkungan tidak sehat dengan indikator
banyak genangan air yang menjadi perkembangbiakan nyamuk Aedes
Aegepty.Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun nonformal
dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga
menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Adanya informasi baru
mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya
pengetahuan terhadap hal tersebut. (Putri,2016:29)
2.2.3.4 Sosial, budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran
apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian, seseorang akan
bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang
juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan
tertentu sehingga status sosial ekonomi ini akan memengaruhi pengetahuan
seseorang. (Putri,2016:30)
2.2.3.5 Lingkungan
14
sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua yakni: cara tradisional atau non ilmiah
dan cara modern atau yang disebut dengan cara ilmiah.
2.2.4.1 Cara Tradisional atau Non Ilmiah
Cara tradisional terdiri dari empat cara yaitu :
1) Trial and Error
Cara ini digunakan orang sebelum ada kebudayaan, bahkan mungkin
sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu bila seseorang
menghadapi persoalan atau masalah, upaya yang dilakukan hanya
dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan
apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil maka di coba
kemungkinan yang lain sampai berhasil. Oleh karena itu cara ini
disebut dengan metode Trial (coba) dan Error (gagal atau salah atau
metode coba salah adalah coba-coba) (Putri 2016 : 26).
2) Kekuasaan atau otoritas
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan dan
tradisi yang dilakukan oleh orang, penalaran, dan tradisi-tradisi yang
dilakukan itu baik atu tidak. Kebiasaan ini tidak hanya terjadi pada
masyarakat tradisional saja, melainkan juga terjadi pada masyarakat
modern. Kebiasaan-kebiasaan ini seolah-olah diterima dari
sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak.Sumber pengetahuan ini
dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun
informal, ahli agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya. (Putri
2016 : 26)
3) Berdasarkan pengalaman pribadi
Adapun pepatah mengatakan “pengalaman adalah guru terbaik”.
Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan
sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan. (Putri ,2016 : 27).
4) Jalan pikiran
Sejalan perkembangan kebudayaan umat kebudayaan umat manusia
cara berpikir umat manusiapun ikut berkembang. Dari sini manusia
telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh
pengetahuan. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran
16
Keterangan :
N : Nilai perhitungan
Sm : Skor tertinggi maksimal
Sp : Skor yang didapat
17
kekuningan. Buah terletak tesembunyi atau buni, berbentuk bulat, berdaging, dan
berwarna kuning kehijauan hingga hijau keabu-abuan. Tanaman sirih memiliki
akar tunggang yang bentuknya bulat dan berwarna cokelat kekuningan
(Moeljanto,2003: 8). Dari beberapa pengertian di atas dapat saya simpulkan daun
sirih merupakan tanaman herbal atau obat tradisional masyarakat Indonesia yang
digunakan untuk mencegah dan mengobati berbagai penyakit, misalnya penyakit
gigi dan mulut.
2.3.2 Tempat Tumbuh dan Cara Perbanyakan
Sirih bisa tumbuh subur di daerah tropis dengan ketinggian 300 – 1.000 m
di atas permukaan laut (dpl), terutama di tanah yang banyak mengandung bahan
organic dan cukup air. Sirih bisa diperbanyak dengan setek batang. Caranya
dengan memilih batang yang terpilih disemaikan di tempat yang teduh. Semaian
batang sirih bisa dipindahkan ke media tanam (kebun, tanah pekarangan, atau pot)
setelah tumbuh hijau dengan dengan ketinggian 20–30 cm. (Moeljanto,2003 : 9)
2.3.3 Jenis-jenis Sirih
Berdasarkan bentuk daun, rasa, dan aromanya, sirih dibedakan menjadi
beberapa jenis. Di Indonesia ada beberapa jenis, yakni sirih jawa, sirih banda,
sirih cengkih, dan sirih hitam atau sirih keeling. Sirih jawa selain berwarna hijau
tua dan rasanya tidak begitu tajam. Sirih banda dan kuning di beberapa bagian,
rasa serta aroma atau baunya sengak. Sirih cengkih berdaun kecil, berwarna
kuning, dan rasanya tajam menyerupai rasa cengkih. Sirih hitam rasanya sangat
sengak, baisanya digunakan untuk campuran obat. (Moeljanto,2003 : 9)
2.3.4 Aroma dan Rasa Daun Sirih
Aroma dan rasa daun sirih yang khas, sedap, pedas, sengak, tajam, dan
merangsang disebabkan oleh kavikol dan betlephenol yang terkandung dalam
minyak asri. Kedua zat tersebut merupakan kandungan tersebar minyak atsiri
yang ada dalam daun sirih. Di samping itu, faktor lain yang mentukan aroma dan
rasa daun sirih adalah jenis sirih itu sendiri, umur sirih, jumlah sinar matahari
yang sampai ke bagian daun, dan kondisi dedaunan bagian atas tumbuhan.
Biasanya, daun sirih untuk dimakan merupakan daun-daun yang melintang di
bagian atas dahan. Ada yang mengatakan bahwa daun sirih yang paling enak
20
rasanya adalah daun paling besar yang melintang di bagian atas dahan.
(Moeljanto,2003 : 9)
2.3.5 Kandungan Kimia Daun Sirih
Menurut Dian Agustin dalam Setyawan (2013) dalam daun sirih 100 gram
terdapat kandungan: air 85,4 mg; protein 3,1 mg; karbohidrat 6,1 mg; serat 2,3
mg; yodium 3,4 mg; mineral 2,3 mg; kalsium 230 mg; fosfor 40 mg; besi ion 3,5
mg; karoten (vitamin A) 9600 iu, kalium nitrat 0,26–0,42 mg; tiamin 70 mg;
riboflavin 30 mg; asam nikotinal 0,7 mg; vitamin C 5 mg; kanji 1,0–1,2%; gula
non reduksi 0,6–2,5%; gula reduksi1,4–3,2%. Sedangkan minyak atsirinya terdiri
dari: alilkatekol 2,7–4,6%; kadinen 6,7–9,1%; karvakol 2,2–4,8%; kariofilen 6,2–
11,9%; kavibetol 0,0–1,2%; kavikol 5,1–8,2%; sineol 3,6–6,2%; eugenol 26,8–
42,5%; eugenol metil eter 26,8–15,58%; pirokatekin. Senyawa kariofilen bersifat
antiseptik dan anestetik lokal, sedangkan senyawa eugenol bersifat antiseptik dan
analgesik topikal. Daun sirih mengandung minyak atsiri yang terdiri dari
betlephenol, kavikol, seskuiterpen, hidroksikavikol, cavibetol, estragol, eugenol,
dan karvakrol. Beberapa penelitian ilmiah menyatakan bahwa daun sirih juga
mengandung enzim diastage, gula, dan tannin. Biasanya, daun sirih muda
mengandung diastase, gula, dan minyak atsiri lebih banyak dibandingkan dengan
daun sirih tua. Sementara itu, kandungan taninnya relative sama
(Moeljanto,2003:10).
2.3.6 Manfaat Daun Sirih
Menurut Nugroho dalam Setiyawan (2013) daun sirih dikenal sebagai
bahan untuk menginang yang berguna untuk menguatkan gigi, menyembuhkan
sariawan, menghilangkan bau mulut, menghentikan pendarahan gusi dan
mengurangi pembentukan plak gigi. Minyak atsiri dari daun sirih juga mempunyai
daya antibakteri terhadap ketiga bakteri utama penyebab karies gigi.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwi Marliyawati menunjukkan
bahwa air seduhan daun sirih berpengaruh terhadap pembentukan plak gigi
(p=0,0001). Menurut Kloppenburg Versteegh, seorang ahli tanaman obat asli
Indonesia menganjurkan penggunaan ekstrak daun sirih untuk berkumur jika
mulut mengalami pembengkakan, membersihkan napas yang bau akibat
pembusukan gigi serta untuk menghentikan darah dan membersihkan luka saat
21
gigi dicabut (Moeljanto,2003 : 6). Ada pula yang menyatakan daun sirih selain
memiliki kemampuan antiseptic, mempunyai kekuatan sebagai antioksidasi dan
fungisida. Tentunya literature-literatur yang dimaksud ditulis berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh orang-orang atau lembaga yang memiliki
kepedulian terhadap keberadaan daun sirih. Kepedulian itu bisa dikatakan
merupakan reaksi atas kenyataan empiris yang terus berkembang di masyarakat,
yakni memanfaatkan daun sirih untuk pengobatan atau penyembuhan penyakit.
Sirih termasuk tanaman sulur-suluran atau merambat. Biasanya, bagian
tanaman yang dimanfaatkan manusia adalah daunnya. Menurut Penelope Oldy,
penulis buku Handbook of Over the Counter Herbal Medicine, meskipun sangat
sedikit digunakan dalam pengobatan modern, tanaman ini sangat bersifat astrigen,
diuretic, dan anti peradangan. Ekstraknya dapat digunakan baik secara internal
maupun eksternal untuk mencegah dan menyembuhkan radang gusi dan radang
tenggorokan (Moeljanto,2003:12).
2.3.7 Membuat Obat Kumur Daun Sirih
Menurut Budiharto dalam Novianti (2013 : 8) masyarakat Indonesia sudah
sejak lama mengenal daun sirih (piper betle Linn) sebagai bahan untuk dikunyah
dengan keyakinan bahwa daun sirih dapat menguatkan gigi, mencegah
terbentuknya plak dan karies, menyembuhkan luka-luka kecil dimulut. Berkumur
dengan air rebusan daun sirih dipercaya masyarakat dapat menyembuhkan sakit
gigi, gusi bengkak maupun menghilangkan baut mulut.
Pembuatan obat kumur dari daun sirih dilakukan dengan metode infundasi.
Infundasi adalah ekstraksi dengan cara perebusan, dimana pelarutnya adalah air
pada suhu 90ºC selama 15 menit. Infundasi merupakan proses penyarian yang
paling umum digunakan untuk menyari kandungan zat aktif yang larut dalam air
dari bahan-bahan nabati. Metode ini mempunyai kelemahan yaitu sari yang
dihasilkan tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang sehingga sari
yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam
(Irwanto,2009). Adapun ada dua cara dalam pembuatan obat kumur dari daun
sirih yaitu:
2.3.7.1 Cara Pembuatan Obat Kumur I
1) Daun sirih jenis sirih jawa yang masih muda seberat 6 gram dicuci
sampai bersih, kemudian dipotong-potong.
22
ditandai dengan adanya kerusakan pada jaringan keras gigi itu sendiri (lubang
pada gigi).
2.4.2 Etiologi Karies Gigi
Banyak faktor yang dapat menimbulkan karies gigi, diantaranya adalah
faktor di dalam mulut yang berhubungan langsung dengan proses terjadinya karies
gigi. Faktor utama yang menyebabkan terjadinya karies gigi adalah host (gigi dan
saliva), substrat (makanan), mikroorganisme penyebab karies dan waktu. Karies
gigi hanya akan terbentuk apabila terjadi interaksi antara keempat faktor berikut.
Proses terjadinya karies gigi menurut Srigupta dalam Ningrum ( 2011 : 7) :
2.4.2.1 Berbagai bakteri yang ada dalam mulut membentuk asam, dari gula yang
terkandung dalam makanan, yang melekat pada permukaan gigi.
3.4.2.1 Asam ini melarutkan 'Email', pelapisan gigi berwarna putih, yang
menghancurkan susunan gigi. Proses ini dikenal dengan karies gigi dan
menyebabkan gigi berlubang.
4.4.2.1 Lebih jauh lagi asam tersebut menyebabkan penetrasi karies dari email ke
gigi bagian dalam dibawah gigi kepala.
2.4.3 Tanda dan Gejala Karies Gigi
2.4.3.1 Rasa nyeri sedang sampai berat ketika makan atau minum sesuatu yang
manis, dingin atau panas.
2.4.3.2 Sakit gigi
Menurut Litin dalam Ningrum (2011 : 8) Kebanyakan gigi berlubang
ditemukan saat pemeriksaan gigi. Gigi berlubang yang ditemukan dan
dirawat secara dini bisa mengurangi rasa sakit, menghemat biaya dan yang
terpenting menyelamatkan gigi. Semakin dini lubang gigi ditemukan,
semakin berkurang pula rasa sakit yang mengintai anda karena email dan
dentin tidak begitu peka terhadap rasa sakit dibanding pulpa
2.4.4 Faktor Penyebab Karies Gigi.
2.4.4.1 Caries gigi merupakan penyakit multifaktorial dengan 3 faktor utama yang
saling mempengaruhi menurut Alpers dalam Ningrum (2011 : 8):
1) Host (air liur dan gigi)
Menurut Srigupta dalam Ningrum (2011 : 8) selain kebersihan gigi, air liur
dan produksi air liur memainkan peranan yang penting terhadap
kemungkinan terjadinya karies. Setiap harinya tidak terhitung banyaknya
mikro-organisme yang melewati mulut. Kuman tersebut akan menempel
pada permukaan gigi dan bagian yang tidak dapat dibersihkan dengan air
liur. Hal ini terjadi karena air liur kesulitan untuk membersihkan bakteri
24
yang terdapat pada gigi maka bakteri tersebut akan diubah menjadi asam.
Asam ini akan membentuk lubang kecil pada permukaan gigi karena
menembus email gigi.
2) Agen atau mikroorganisme
Menurut Valman dalam Ningrum (2011 : 8) karies gigi ditimbulkan oleh
bakteri (Streptococcus mutans) yang hidup dalam plak, lapisan lengket
pada saliva dan sisa makanan yang terbentuk pada permukaan gigi. Bila
telah terjadi lubang maka lactobasilli menjadi organisme yang menonjol.
Bakteri akan memanfaatkan makanan dan minuman terutama yang
mengandung tinggi gula untuk energi dan menghasilkan asam. Asam ini
akan disimpan di dekat gigi oleh plak menyebabkab kalsium dan fosfat
hilang dari enamel gigi (demineralisasi). Bila proses ini tidak mendapat
perhatian yang baik maka enamel lambat laun dentin bagian bawah akan
hancur.
3) Substrat atau makanan
Menurut Srigup dalam Ningrum (2011 : 9) manusia dalam kehidupan
sehari-hari makan-makanan yang bermacam-macam. Makanan seperti
nasi, sayuran, kacang-kacangan. Selain itu juga makanan yang lengket
seperti roti, biskuit, coklat, permen, manisan buah.sisa makanan yang
tertinggal pada permukaan gigi bila tidak segera di bersihkan maka akan
menimbulkan bakteri sehingga merusak gigi
4) Waktu
Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu
kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.
25
2.4.4.2 Faktor sekunder yang mempengaruhi terjadinya caries gigi adalah oral
hygiene, aliran saliva, usia, pola makan.
1) Oral hygiene
Anak usia sekolah biasanya kurangnya kesadaran untuk memperhatikan
perilaku oral hygiene sehingga kesehatan gigi anak berkurang. Salah satu
komponen pembentukan karies adalah plak. Insidens karies dapat
dikurangi dengan melakukan penyingkiran plak secara mekanis dari
permukaan gigi, namun banyak pasien tidak melakukannya secara efektif.
Peningkatan oral higiene dapat dilakukan dengan menggunakan sikat gigi
yang dikombinasi dengan pemeriksaan gigi secara teratur. Pemeriksaan
gigi rutin ini dapat membantu mendeteksi dan memonitor masalah gigi
yang berpotensi menjadi karies.
2) Aliran saliva
Aliran saliva dapat menurunkan akumulasi plak pada permukaan gigi dan
juga menaikkan tingkat pembersihan karbohidrat dari permukaan rongga
mulut.
3) Usia
Usia yang paling rentan untuk terjadi caries gigi adalah usia 4 -8 tahun
pada gigi primer dan 12-18 tahun pada gigi tetap. Gigi yang paling akhir
erupsi lebih rentan terhadap karies.
4) Pola makan
Anak biasanya makan makanan jajanan yang bergula yang dilakukan saat
diluar jam makan sehingga mereka kurang memperhatikan dampak yang
akan terjadi bila setelah makan tidak segera membersihkan gigi dengan
berkumur atau menyikat gigi (Gilang, 2010).
2.4.5 Lokasi Karies Gigi
Karies gigi dapat dikelompokkan berdasarkan lokasi, tingkat laju
perkembangan, dan jaringan keras yang terkena. Secara umum, ada dua tipe karies
26
gigi bila dibedakan lokasinya, yaitu karies yang ditemukan di permukaan halus
dan karies di celah atau fisura gigi.
2.4.5.1 Karies celah dan fisura
Celah dan fisura adalah tanda anatomis gigi. Fisura terbentuk saat
perkembangan alur, dan tidak sepenuhnya menyatu, dan membuat suatu
turunan atau depresio yang khas pada strutkur permukaan email. Tempat
ini mudah sekali menjadi lokasi karies gigi. Celah yang ada daerah pipi
atau bukal ditemukan di gigi geraham.
Karies celah dan fisura kadang-kadang sulit dideteksi. Semakin
berkembangnya proses perlubangan akrena karies, email atau enamel
terdekat berlubang semakin dalam. Ketika karies telah mencapai dentin
pada pertemuan enamel dengan dental, lubang akan menyebar secara
lateral. Proses perlubangan pada dentin ini akan mengikuti pola segitiga ke
arah pulpa gigi.
Gambar 2.3 karies proksimal. Pada radiograf ini, titik hitam pada
batas gigi menunjukkan sebuah karies proksimal.
Sumber:Ningrum (2011)
Karies proksimal adalah tipe yang paling sulit dideteksi. Tipe ini kadang
tidak dapat dideteksi secara visual atau manual dengan sebuah eksplorer
gigi. Karies proksimal ini memerlukan pemeriksaan radiografi. Karies akar
adalah tipe karies yang sering terjadi dan biasanya terbentuk ketika
permukaan akar telah terbuka karena resesi gusi. Bila gusi sehat, karies ini
tidak akan berkembang karena tidak dapat terpapar oleh plak bakteri.
Permukaan akar lebih rentan terkena proses demineralisasi daripada
enamel atau email karena sementumnya demineraliasi pada pH 6,7, di
mana lebih tinggi dari enamel. Karies akar lebih sering ditemukan di
permukaan fasial, permukaan interproksimal, dan permukaan lingual. Gigi
geraham atas merupakan lokasi tersering dari karies akar. Kejadian karies
gigi ini dapat dicegah jika anak melakukan pemeliharaan gigi dengan baik.
Perilaku kebersihan gigi yang baik tentunya dapat menekan pertumbuhan
bakteri pada gigi karena tidak ada sisa-sisa makanan yang menempel pada
gigi anak.
28
Efektivitas Infus Daun Sirih Sebagai Antibakteri Streptococcus mutans Penyebab Karies Gigi
Tabel 2.2 Penelitian Terkait yang berjudul Efektivitas Infus Daun Sirih Sebagai Antibakteri Streptococcus mutans Penyebab Karies Gigi.
Populasi Penelitian Tindakan yang diberikan Hasil Penelitian Uji Statistik yang digunakan
Populasi pada Pada pemberian perlakuan Menunjukka bahwa pemberian RAL (Rancangan Acak
penelitian ini adalah infuse daun sirih didapatkan infuse daun sirih berpengaruh Lengkap)
menggunaka media di jumlah koloni bakteri paling sangat nyata terhadap
laboraturium banyak terdapat pada pertumbuhan bakteri S. mutans.
Universitas PGRI perlakuan 0,05 gr/ml, dengan Infus (air rebusan) daun sirih
Palembang rata-rata jumlah koloni 25,60 efektif menghambat
x 102 koloni/ml. sedangkan pertumbuhan S. mutas
jumlah koloni paling sedikit
terdapat pada perlakuan infus
daun sirih 0,45 gr/ml, dengan
rata-rata koloni 0,75 x 103
koloni/ml
30
Variabel Independen
Keterangan :
31
: Diteliti
: Tidak diteliti
: Berpengaruh
: Berhubungan
2.7 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau
pertanyaan penelitian. Menurut Haber dalam Nursalam, (2014:56) hipotesis
adalah suatu pernyataan asumsi tentang hubungan antara dua atau lebih variabel
yang diharapkan bisa menjawab suatu pernyataan. Hipotesis nol (H0) adalah
hipotesis yang digunakan untuk pengukuran statistik dan interprestasi hasil
statistik. Sedangkan hipotesis alternative (H1) adalah hipotesis penelitian.
Hipotesis ini menyatakan adanya suatu hubungan, pengaruh dan perbedaan antara
dua atau lebih variabel (Nursalam, 2014: 59) .
H0 ditolak dan H1 diterima maka dinyatakan terdapat pengaruh diantara
variabel yang diteliti, jika H1 ditolak dan H0 diterima maka dinyatakan tidak ada
pengaruh diantara variabel yang diteliti. Hipotesis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :
H1: yaitu Adanya Pengaruh Sebelum dan Setelah Diberikan Pendidikan
Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Siswa Tentang Penggunaan Air
Rebusan Daun Sirih (Piper Betle Linn) Sebagai Obat Kumur Pencegah Karies
Gigi Di SMA Negeri 1 Palangka Raya.