Anda di halaman 1dari 27

5

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Pendidikan Kesehatan


2.1.1 Definisi Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan sebagai bagian atau cabang Ilmu dari Kesehatan
mempunyai dua sisi yakni sisi ilmu dan seni. Praktisi atau aplikasi pendidikan
kesehatan adalah merupakan penunjang dari program-program kesehatan lain.
Setiap program kesehatan misalnya, pemberantasan penyakit, perbaikan gizi
masyarakat, sanitasi lingkungan, kesehatan ibu dan anak, program pelayanan
kesehatan, dsb, perlu ditunjang dan dibantu oleh pendidikan kesehatan (Suci,
2016 : 5).
Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional, pada pasal 1 ayat 1 dinyatakan bahwa pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara (Supariasa, 2012:1-2).
Menurut Nurhidayah (2010:20) pendidikan kesehatan merupakan bagian
dari pelayanan keperawatan, ada tiga aspek pelayanan keperawatan yang menjadi
hak setiap klien yaitu pelayanan keperawatan langsung, pelayanan keperawatan
tidak langsung dan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan adalah proses
perubahan perilaku yang dinamis, di mana perubahan tersebut bukan sekedar
proses transfer materi/teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula
seperangkat prosedur, akan tetapi perubahan tersebut terjadi karena adanya
kesadaran dalam diri individu, kelompok atau masyarakat sendiri (Mubarak,
Wahit Iqbal dan Chayatin, Nurul 2009:358).

Pendidikan adalah upaya pembelajaran kepada masyarakat agar


masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan (praktik) untuk memelihara
(mengatasi masalah-masalah), dan meningkatkan kesehatannya (Notoatmodjo,

5
6

2012 : 26).Berikut adalah beberapa pengertian pendidikan kesehatan menurut para


ahli (Notoatmodjo, 2012 : 26) :
2.1.1.1 Wood: 1947
“Pendidikan kesehatan adalah pengalaman-pengalaman yang bermanfaat
dalam mempengaruhi kebisaan, sikap dan pengetahuan seseorang atau
masyarakat”.
2.1.1.2 Nyswander: 1947
“Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis,
bukan proses pemindahan materi (pesan) dari seseorang ke orang lain dan
bukan pula seperangkat prosedur”
2.1.1.3 Steuart: 1968
“Pendidikan kesehatan adalah merupakan komponen program kesehatan
(kedokteran) yang isinya perencanaan untuk perubahan perilaku individu,
kelompok, dan masyarakat sehubungan dengan pencegahan penyakit,
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan”
2.1.1.4 Joint Commission On Health Education, USA: 1973
“Pendidikan kesehatan adalah kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk
meningkatkan kemampuan orang dan membuat keputusan yang tepat
sehubungan dengan pemeliharaan kesehatan”.
Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli tentang pendidikan kesehatan
dapat saya simpulkan bahwa pendidikan kesehatan adalah “suatu upaya atau
kegiatan mempengaruhi orang agar melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan
nilai-nilai kesehatan untuk menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya
sehingga orang mampu berperilaku sehat dalam menjalani kehidupan sehari-
harinya”.
1) Tujuan Pendidikan Kesehatan
Menurut Sinta Fitriani dalam Suci (2016 : 7), tujuan pendidikan kesehatan
dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
(1) Berdasarkan WHO 1954, tujuan pendidikan kesehatn untuk mengubah
perilaku orang atau masyarakat dari perilaku yang tidak sehat atau belum
sehat menjadi perilaku sehat. Definisi sehat menurut undang-undang
kesehatan no. 23 tahun 1992 yaitu suatu keadaan sejahtera dari badan, jiwa,
sosial seorang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
7

(2) Mengubah perilaku yang kaitannya dengan budaya. Sikap dan perilaku
merupakan bagian dari budaya. Kebudayaan adalah kebiasaan, adat-istiadat,
tata nilai atau norma.
Meskipun secara garis besar tujuan dari pendidikan kesehatan itu adalah
mengubah perilaku yang belum sehat menjadi perilaku yang sehat, namun
perilaku tersebut memiliki cakuan yang sangat luas. Menurut Azwar (1983) dalam
Sinta Fitriani (2010: 72) membagi tiga perilaku kesehatan sebagai tujuan
pendidikan kesehatan menjadi tiga macam yaitu;
1) Perilaku yang menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di
masyarakat. Contohnya kader kesehatan mempunyai tanggungjawab
terhadap penyuluhan dan pengarahan kepada keadaan dalam cara hidup
sehat menjadi suatu kebiasaan masyarakat.
2) Secara mandiri mampu menciptakan perilaku sehat bagi dirinya sendiri
maupun menciptakan perilaku sehat di dalam kelompok. Contohnya adalah
posyandu yang diarahkan untuk pencegahan penyakit.
3) Mendorong berkembangnya dan penggunaan sarana pelayanan kesehatan
yang ada secara tepat. Contoh ada sebagian masyarakat yang secara
berlebihan memanfaatkan pelayanan kesehatan, adapula yang sudah benar-
benar sakit tetapi tetap tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan.
2.1.2 Fungsi Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari ilmu kesehatan sebagai
penunjang bagi terlaksananya program-program kesehatan lainnya. Pendidikan
kesehatan merupakan proses untuk meningkatkan kemampuan seseorang dalam
memelihara kesehatannya serta mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik
fisik, mental, dan sosial. Dalam hal ini meskipun kesadaran dan pengetahuan
orang atau masyarakat tentang kesehatan sudah tinggi, tetapi apabila tidak
didukung oleh fasilitas seperti tersedianya air bersih, jamban sehat, makanan yang
bergizi, pelayanan kesehatan yang memadai, dan sebagainya, maka mereka tetap
akan sulit untuk memwujudkan perilaku tersebut (Notoatmodjo, 2012 : 20).

2.1.3 Prinsip- Prinsip Dalam Pendidikan Kesehatan


8

Dalam menentukan tujuan pendidikan kesehatan sebaiknya menggunakan


konsep SMART yaitu (Specific, Measureable, Achievable, rasional, time)
yaitu (Nurhidayah, 2010: 51):
2.1.3.1 Specifik: maksudnya jelas tidak mendua, apakah sasarannya hanya salah
satu dari aspek ranah perilaku atau perubahan perilaku secara utuh.
2.1.3.2 Measurable: maksudnya dapat diukur, yang menjadi alat ukurnya adalah
standar atau indikator. Misalnya untuk bert badan menggunakan kilogram.
2.1.3.3 Achievable: maksudnya dapat diraih adalah tidak mengawang-awang,
tidak terlalu muluk-muluk akan tetapi menyulitkan saat akan diterapkan
masyarakat.
2.1.3.4 Rasional: maksudnya dapat diterima logika atau akal sehat, tidak
bertentangan dengan norma dan nilai yang sudah dianut masyarakat
2.1.3.5 Time: maksudnya target waktu untuk pelaksanaan sebuah tujuan dari
pendidikan kesehatan harus diperhitungkan.
2.1.4 Sasaran Pendidikan Kesehatan
Sasaran pendidikan kesehatan Indonesia berdasarkan pada program
pembangunan Indonesia adalah (Fitriani, 2011: 74) :
2.1.4.1 Masyarakat umum.
2.1.4.2 Masyarakat dalam kelompok tertentu seperti wanita, pemuda, remaja.
Termasuk dalam kelompok khusus adalah lembaga pendidikan mulai dari
TK pernah Perguruan tinggi, sekolah agama baik negeri atau swasta.
2.1.4.3 Sasaran individu dengan tehnik pendidikan kesehatan individual.
2.1.5 Tahapan Kegiatan Pendidikan Kesehatan
Menurut Hanlon 1964 dikutip oleh Azwar 1983 dalam Sinta Fitriani (2011
: 74) mengemukakan tahapan yang dilalui oleh pendidikan kesehatan adalah:
2.1.5.1 Tahap Sensitisasi
Pada tahapan ini dilakukan guna untuk memberikan informasi dan
kesadaran pada masyarakat tentang hal penting mengenai masalah
kesehatan seperti kesadaran pemanfaatan fasilitas kesehatan, wabah
penyakit, imunisasi. Pada kegiatan ini tidak memberikan penjelasan
mengenai pengetahuan, tidak pula merujuk pada perubahan sikap, serta
tidak atau belum bermaksud pada masyarakat untuk mengubah
perilakunya. Bentuk kegiatan: siaran radio, poster,selebaran lainnya.
2.1.5.2 Tahap Publisitas
Tahap ini merupakan tahapan lanjutan dari tahap sensitisasi. Bentuk
kegiatan berupa Press release yang dikeluarkan departemen kesehatan
9

untuk memberikan penjelasan lebih lanjut jenis atau macam pelayanan


kesehatan.
2.1.5.3 Tahap Edukasi
Tahap ini kelanjutan pula dari tahap sensitisasi yang mempunyai tujuan
untuk meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap serta mengarahkan
pada perilaku yang diinginkan. Contoh: Pada bidang kesehatan gigi,
sebelum datang rasa sakit gigi sebaiknyamasyarakat memahami cara
gosok gigi yang benar dan pemeriksaan yang rutinuntuk pemeriksaan
gigi. Cara yang digunakan adalah teori dengan metode belajar mengajar.
2.1.5.4 Tahap Motivasi
Tahap kelanjutan dari tahap edukasi. Masyarakat setelah mengikuti benar-
benar kegiatan pendidikan kesehatan mampu mengubah perilakunya
sesuai dengan yang dianjurkan kesehatan. Contoh: setelah diberikan
pendidikan kesehatan tentang gosok gigi yang benar, masyarakat mampu
melaksanakan kegiatan menggosok gigi sama seperti yangdianjurkan oleh
tenaga kesehatan.
Kegiatan ini dilakukan secara berurutan tahap demi tahap, oleh karena itu
pelaksana harus memahami ilmu komunikasi untuk tahap sensitisasi dan
publisitas serta edukasi atau ilmu belajar mengajar untuk melaksanakan
pendidikan kesehatan pada tahap edukasi dan motivasi.
2.1.6 Proses Pendidikan Kesehatan
Prinsip pokok dalam pendidikan kesehatan adalah proses belajar(Fitriani,
Sinta, 2011: 76).

Input Proses Output


Dalam proses belajar ini terdapat 3 persoalan pokok yaitu (Fitriani, Sinta,
2011: 76):
2.1.6.1 Persoalan masukan (input)
Menyangkut pada sasaran belajar (sasaran didik) yaitu individu, kelompok
serta masyarakat yang sedang belajar itu sendiri dengan berbagai latar
belakangnya.
2.1.6.2 Persoalan proses
Mekanisme dan interaksi mterjadinya perubahan kemampuan (perilaku)
pada diri subjek belajar tersebut.
2.1.6.3 Persoalan keluaran
Merupakan hasil belajar itu sendiri yaitu berupa kemampuan atau
perubahan perilaku dari subjek belajar.
10

2.2 Konsep Dasar Pengetahuan


2.2.1 Definisi Pengetahuan (Knowledge)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengetahuan adalah sesuatu yang
diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Pengetahuan adalah sebagai
suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat
mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru (Budiman,
2013:3).Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan teradi
melalui panca indera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa, dan raba (Notoadmodjo, 2012: 138).
Menurut Notoadmodjo, (2012 :138) pengetahuan atau ranahkognitif
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang
(overt behaviour) :
2.2.1.1 Tingkat Pengetahuan Domain Kognitif
Pengetahuan yang tercakup dan domain kognitif mempunyai enam
tingkatan:
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini
merupakan tingkat yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa
rang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain dapat menyebutkan,
menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.Contoh: dapat
menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita
(Notoadmodjo, 2012: 138).
2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya
dapat menjelaskan mengapa harus makan-makanan yang bergizi.
3) Aplikasi (application)
11

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang


telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi ini
dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,
metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks attau situasi yang lain.
Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-
perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus
pemecahan masalah (problem solving cycle) didalam pemecahan masalah
kesehatan dari kasus yang diberikan (Notoadmodjo, 2012: 139).
4) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis
ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan
(membuat bagan), membedakan memisahkan, mengelompokkan, dan
sebagainya (Notoadmodjo, 2012: 139).
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, merencanakan,
meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori
atau rumusan-rumusan yang telah ada (Notoadmodjo, 2012: 139).
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini
didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan
kriteria-kriteria yang sudah ada. Misalnya,dapat membandingkan antara
anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi, dapat
menanggapi terjadinya diare di suatu tempat, dapat menafsirkan sebab-
sebab mengapa ibu-ibu tidak mau ikut KB, dan sebagainya(Notoadmodjo,
2012: 139).
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoadmodjo, 2012: 139).
12

Dari beberapa pengertian tentang pengetahuan di atas dapat saya simpulkan


bahwa pengetahuan adalah suatu pembentukan pola pikir dari yang tidak tahu
menjadi tahu yang berhubungan dengan proses pembelajaran dan mempunyai 6
tingkatan domain kognitif yaitu tahu (know),memahami (comprehension),
aplikasi (application),analisis (analysis),sintesis (synthesis),evaluasi (evaluation).
2.2.2 Jenis Pengetahuan
Pemahaman masyarakat mengenai pengetahuan dalam konteks kesehatan
sangat beraneka ragam.Pengetahuan merupakan bagian perilaku kesehatan. Jenis
pengetahuan di antaranya sebagai berikut (Budiman, 2013 : 4):
2.2.2.1 Pengetahuan implisit
Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang masih tertanam dalam
bentuk pengalaman seseorang dan berisi faktor-faktor yang tidak bersifat nyata,
seperti keyakinan pribadi, perspektif, dan prinsip. Pengetahuan seseorang
biasanya sulit untuk ditransfer ke orang lain baik secara tertulis ataupun lisan.
Pengetahuan implisit sering kali berisi kebiasaan dan budaya bahkan bisa tidak
disadari. Contoh sederhana: seseorang mengetahui tentang bahaya merokok bagi
kesehatan, namun ternyata dia merokok.
2.2.2.2 Pengetahuan eksplisit
Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang telah didokumentasikan
atau disimpan dalam wujud nyata, bisa dalam wujud perilaku kesehatan.
Pengetahuan nyata dideskripsikan dalam tindakan-tindakan yang berhubungan
dengan kesehatan. Contoh sederhana: seseorang yang telah mengetahui tentang
bahaya merokok bagi kesehatan dan ternyata dia tidak merokok.
2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Putri,(2016 : 28) faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
adalah :
2.2.3.1 Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah (baik formal maupun nonformal),
berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap
dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dengan pendidikan tinggi, maka
seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain
13

maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin
banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.
2.2.3.2 Informasi/media massa
Informasi adalah “that of which one is apprised or told: intelligence,
news” (Oxford English Dictionary). Kamus lain menyatakan bahwa informasi
adalah sesuatu yang dapat diketahui, namun ada pula yang menekankan informasi
sebagai transfer pengetahuan. Selain itu, informasi juga dapat didefinisikan
sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan,
memanipulasi, mengumumkan, menganalisis, dan menyebarkan informasi dengan
tujuan tertentu (Undang-Undang Teknologi Informasi).
Adanya perbedaan definisi informasi pada hakikatnya dikarenakan
sifatnya yang tidak dapat diuraikan (intangible), sedangkan informasi tersebut
dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, yang diperoleh dari data dan
pengamatan terhadap dunia sekitar kita, serta diteruskan melalui komunikasi.
Informasi mencakup data, teks, gambar, suara, kode, program komputer, dan basis
data. Contohnya: seseorang mendapatkan informasi dari media cetak bahwa
penyakit demam berdarah disebabkan oleh vektor nyamuk Dengue. Penyebaran
penyakit demam berdarah terjadi melalui lingkungan tidak sehat dengan indikator
banyak genangan air yang menjadi perkembangbiakan nyamuk Aedes
Aegepty.Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun nonformal
dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga
menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Adanya informasi baru
mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya
pengetahuan terhadap hal tersebut. (Putri,2016:29)
2.2.3.4 Sosial, budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran
apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian, seseorang akan
bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang
juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan
tertentu sehingga status sosial ekonomi ini akan memengaruhi pengetahuan
seseorang. (Putri,2016:30)
2.2.3.5 Lingkungan
14

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik


lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap
proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan
tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang
akan direspons sebagai pengetahuan oleh setiap individu. (Putri,2016:30)
2.2.3.6 Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa
lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan akan memberikan
pengetahuan dan keterampilan profesional, serta dapat mengembangkan
kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan
menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang
kerjanya. (Putri,2016:31)
2.2.3.7 Usia
Usia memengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang, semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya
sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik(Putri,2016:31). Dua
sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup adalah sebagai
berikut.
1) Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai
dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah
pengetahuannya.(Putri,2016:31)
2) Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua
karena telah mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat
diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia.
Khususnya pada beberapa kemampuan yang lain, seperti kosa kata dan
pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang
akan menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia.
(Putri,2016:30)
2.2.4 Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo dalam Putri (2016 : 26)dari berbagai macam cara
yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang
15

sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua yakni: cara tradisional atau non ilmiah
dan cara modern atau yang disebut dengan cara ilmiah.
2.2.4.1 Cara Tradisional atau Non Ilmiah
Cara tradisional terdiri dari empat cara yaitu :
1) Trial and Error
Cara ini digunakan orang sebelum ada kebudayaan, bahkan mungkin
sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu bila seseorang
menghadapi persoalan atau masalah, upaya yang dilakukan hanya
dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan
apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil maka di coba
kemungkinan yang lain sampai berhasil. Oleh karena itu cara ini
disebut dengan metode Trial (coba) dan Error (gagal atau salah atau
metode coba salah adalah coba-coba) (Putri 2016 : 26).
2) Kekuasaan atau otoritas
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan dan
tradisi yang dilakukan oleh orang, penalaran, dan tradisi-tradisi yang
dilakukan itu baik atu tidak. Kebiasaan ini tidak hanya terjadi pada
masyarakat tradisional saja, melainkan juga terjadi pada masyarakat
modern. Kebiasaan-kebiasaan ini seolah-olah diterima dari
sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak.Sumber pengetahuan ini
dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun
informal, ahli agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya. (Putri
2016 : 26)
3) Berdasarkan pengalaman pribadi
Adapun pepatah mengatakan “pengalaman adalah guru terbaik”.
Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan
sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan. (Putri ,2016 : 27).
4) Jalan pikiran
Sejalan perkembangan kebudayaan umat kebudayaan umat manusia
cara berpikir umat manusiapun ikut berkembang. Dari sini manusia
telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh
pengetahuan. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran
16

pengetahuan manusia telah menjalankan jalan pikirannya, baik


melalui induksi maupun deduksi. Induksi dan deduksi pada dasarnya
adalah cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui
pernyataan-pernyataan yag dikemukakan.(Putri 2016 : 27).
5) Cara modern atau cara ilmiah
Cara baru memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis,
logis dan ilmiah yang disebut metode ilmiah. Kemudian metode
berpikir induktif bahwa dalam memperoleh kesimpulan dilakukan
dengan mengadakan observasi langsung, membuat cacatan terhadap
semua fakta sehubungan dengan objek yang diamati (Putri 2016 : 27).

2.2.5 Pengukuran Tingkat Pengetahuan


Menurut Notoatmodjo dalam Putri (2016 : 34) pengukuran pengetahuan
dapat dilakukan dengan wawancara atau kuesioner yang menanyakan tentang isi
materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden dilakukan dengan
mencermati.Skala ini menggunakan data kuantitatif yang berbentuk angka-angka
yang menggunakan alternatif jawaban serta menggunakan peningkatan yaitu
kolom menunjukan letak ini maka sebagai konsekuensinya setiap centangan pada
kolom jawaban menunjukan nilai tertentu.Dengan demikian analisa data
dilakukan dengan mencermati banyaknya centangan dalam setiap kolom yang
berbeda nilainya lalu mengalihkan frekuensi pada masing-masing kolom yang
bersangkutan,disini peneliti hanya menggunakan 2 pilihan yaitu : “Benar”(B),
“Salah”(S)(Putri, 2016 : 34).
Menurut Notoatmodjo dalam Putri (2016 : 34) berdasarkan hasil
perhitungan, kemudian hasilnya di interprestasikan dalam beberapa kategori yaitu:
Baik: Nilai= 76-100%, Cukup: Nilai= 56-75%, Kurang: Nilai= ≤ 56%.
Perhitungan berdasarkan rumus:

Keterangan :
N : Nilai perhitungan
Sm : Skor tertinggi maksimal
Sp : Skor yang didapat
17

Pengetahuan tentang kesehatan adalah mencakup apa yang diketahui oleh


seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan. Pengetahuan tentang cara-
cara memelihara kesehatan ini meliputi Notoatmodjo, (2010:56):
2.2.5.1 Pengetahuan tentang penyakit menular dan tidak menular (jenis penyakit
dan tanda-tandanya atau gejalanya, penyebabnya, cara penularannya, cara
pencegahannya, cara mengatasi atau menangani sementara).
2.2.5.2 Pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait dan/atau mempengaruhi
kesehatan antara lain: gizi makanan, sarana air bersih, pembuangan air
limbah, pembuangan kotoran manusia, pembuangan sampah, perumahan
sehat, polusi udara, dan sebagainya.
2.2.5.3 Pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang profesional
maupun yang tradisional.
2.2.5.4 Pengetahuan untuk menghindari kecelakaan baik kecelakaan rumah
tangga, maupun kecelakaan lalu lintas, dan tempat-tempat umum dan
seterusnya.
Oleh sebab itu, untuk mengukur pengetahuan kesehatan seperti tersebut di
atas, adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung
(wawancara) atau melalui pertanyaan-pertanyaan tertulis atau angket
(Notoatmodjo, 2010:56). Indikator pengetahuan kesehatan adalah “tingginya
pengetahuan” responden tentang kesehatan, atau besarnya persentase keelompok
responden atau masyarakat tentang variabel-variabel atau komponen-komponen
kesehatan.Misalnya, berapa % sesponden atau masyarakat yang tahu tentang cara-
cara mencegah penyakit demam berdarah, atau berapa % masyarakat atau
responden yang mempunyai pengetahuan yang tinggi tentang ASI eksklusif, dan
sebagainya(Notoatmodjo, 2010:56) .
Menurut Skinner dalam Budiman, (2013:8) bila seseorang mampu
menjawab mengenai materi tertentu baik secara lisan maupun tulisan, maka
dikatakan seseorang tersebut mengetahui bidang tersebut. Sekumpulan jawaban
yang diberikan tersebut dinamakan pengetahuan. Pengukuran bobot pengetahuan
seseorang ditetapkan menurut hal-hal sebagai berikut(Budiman, 2013:8) :
1) Bobot I : tahap tahu dan pemahaman
2) Bobot II : tahap tahu, pemahaman, aplikasi dan analisis
3) Bobot III : tahap tahu, pemahaman, aplikasi, analisis sintesis, dan
evaluasi.
18

Pengukuran dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang


menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau responden.
Dalam mengukur pengetahuan harus diperhatikan rumusan kalimat pertanyaan
menurut tahapan pengetahuan (Budiman, 2013:8).Kategori tingkat pengetahuan
seseorang dibagi menjadi 3 tingkatan yang didasarkn pada nilai persentase yang
sebagai berikut(Budiman, 2013: 11) :
1) Tingkat pengetahuan kategori Baik jika nilainya ≥75%.
2) Tingkat pengetahuan kategori Cukup jika nilainya 56-74%.
3) Tingkat pengetahuan kategori Kurang jika nilainya< 55%.

2.3 Konsep Daun Sirih


2.3.1 Definisi Daun Sirih
Menurut Moeljanto dalam Setyawan (2013) sirih merupakan tanaman
terna, tumbuh merambat atau menjalar yang termasuk famili Piperaceae. Tinggi
tanaman sirih bias mencapai 15 meter, batang berwarna cokelat kehijauan,
berbentuk bulat, berkerucut, dan beruas yang merupakan tempat keluarnya akar.
Daun berbentuk jantung, berujung runcing, tumbuh berselang-seling, bertangkai,
teksturnya agak kasar jika diraba dan mengeluarkan bau yang sedap (aromatis)
jika diremas. Panjang daun 6-17,5 cm dan lebar 3,5-10 cm.
Daun sirih merupakan tanaman obat tradisional yang erat kaitannya
dengan kesehatan gigi dan mulut (Ardianti, 2011 : 3). Sirih merupakan tanaman
terna, tumbuh merambat atau menjalar menyerupai tanaman lada. Tinggi tanaman
sirih bisa mencapai 15 m, tergantung pada kesuburan media tanam dan rendahnya
media untuk merambat. Batang berwarna cokelat kehijauan, berbentuk bulat,
berkerut, dan beruas yang merupakan tempat keluarnya akar.Daun berbentuk
jantung, berujung runcing, tumbuh berselang-seling, bertangkai, teksturnya agak
kasar jika diraba, dan mengeluarkan bau yang sedap (aromatis) jika diremas.
Panjang daun 6 – 17,5 cm dan lebar 3,5 – 10 cm. warna daun sirih bervariasi, dari
kuning, hijau, sampai hijau tua (Moeljanto,2003 : 7).
Sirih berbungan majemuk yang berbentuk bulir dan merunduk. Bunga
sirih dilindungi oleh daun pelindung yang berbentuk bulat panjang dengan
diameter 1 mm. bulir jantan panjangnya sekitar 1,5 – 3 cm dan memiliki dua
benang sari yang pendek. Sementara itu, bulir betina panjangnya sekitar 1,5 – 6
cm,. memiliki kepala putik tiga sampai lima buah yang berwarna putih dan hijau
19

kekuningan. Buah terletak tesembunyi atau buni, berbentuk bulat, berdaging, dan
berwarna kuning kehijauan hingga hijau keabu-abuan. Tanaman sirih memiliki
akar tunggang yang bentuknya bulat dan berwarna cokelat kekuningan
(Moeljanto,2003: 8). Dari beberapa pengertian di atas dapat saya simpulkan daun
sirih merupakan tanaman herbal atau obat tradisional masyarakat Indonesia yang
digunakan untuk mencegah dan mengobati berbagai penyakit, misalnya penyakit
gigi dan mulut.
2.3.2 Tempat Tumbuh dan Cara Perbanyakan
Sirih bisa tumbuh subur di daerah tropis dengan ketinggian 300 – 1.000 m
di atas permukaan laut (dpl), terutama di tanah yang banyak mengandung bahan
organic dan cukup air. Sirih bisa diperbanyak dengan setek batang. Caranya
dengan memilih batang yang terpilih disemaikan di tempat yang teduh. Semaian
batang sirih bisa dipindahkan ke media tanam (kebun, tanah pekarangan, atau pot)
setelah tumbuh hijau dengan dengan ketinggian 20–30 cm. (Moeljanto,2003 : 9)
2.3.3 Jenis-jenis Sirih
Berdasarkan bentuk daun, rasa, dan aromanya, sirih dibedakan menjadi
beberapa jenis. Di Indonesia ada beberapa jenis, yakni sirih jawa, sirih banda,
sirih cengkih, dan sirih hitam atau sirih keeling. Sirih jawa selain berwarna hijau
tua dan rasanya tidak begitu tajam. Sirih banda dan kuning di beberapa bagian,
rasa serta aroma atau baunya sengak. Sirih cengkih berdaun kecil, berwarna
kuning, dan rasanya tajam menyerupai rasa cengkih. Sirih hitam rasanya sangat
sengak, baisanya digunakan untuk campuran obat. (Moeljanto,2003 : 9)
2.3.4 Aroma dan Rasa Daun Sirih
Aroma dan rasa daun sirih yang khas, sedap, pedas, sengak, tajam, dan
merangsang disebabkan oleh kavikol dan betlephenol yang terkandung dalam
minyak asri. Kedua zat tersebut merupakan kandungan tersebar minyak atsiri
yang ada dalam daun sirih. Di samping itu, faktor lain yang mentukan aroma dan
rasa daun sirih adalah jenis sirih itu sendiri, umur sirih, jumlah sinar matahari
yang sampai ke bagian daun, dan kondisi dedaunan bagian atas tumbuhan.
Biasanya, daun sirih untuk dimakan merupakan daun-daun yang melintang di
bagian atas dahan. Ada yang mengatakan bahwa daun sirih yang paling enak
20

rasanya adalah daun paling besar yang melintang di bagian atas dahan.
(Moeljanto,2003 : 9)
2.3.5 Kandungan Kimia Daun Sirih
Menurut Dian Agustin dalam Setyawan (2013) dalam daun sirih 100 gram
terdapat kandungan: air 85,4 mg; protein 3,1 mg; karbohidrat 6,1 mg; serat 2,3
mg; yodium 3,4 mg; mineral 2,3 mg; kalsium 230 mg; fosfor 40 mg; besi ion 3,5
mg; karoten (vitamin A) 9600 iu, kalium nitrat 0,26–0,42 mg; tiamin 70 mg;
riboflavin 30 mg; asam nikotinal 0,7 mg; vitamin C 5 mg; kanji 1,0–1,2%; gula
non reduksi 0,6–2,5%; gula reduksi1,4–3,2%. Sedangkan minyak atsirinya terdiri
dari: alilkatekol 2,7–4,6%; kadinen 6,7–9,1%; karvakol 2,2–4,8%; kariofilen 6,2–
11,9%; kavibetol 0,0–1,2%; kavikol 5,1–8,2%; sineol 3,6–6,2%; eugenol 26,8–
42,5%; eugenol metil eter 26,8–15,58%; pirokatekin. Senyawa kariofilen bersifat
antiseptik dan anestetik lokal, sedangkan senyawa eugenol bersifat antiseptik dan
analgesik topikal. Daun sirih mengandung minyak atsiri yang terdiri dari
betlephenol, kavikol, seskuiterpen, hidroksikavikol, cavibetol, estragol, eugenol,
dan karvakrol. Beberapa penelitian ilmiah menyatakan bahwa daun sirih juga
mengandung enzim diastage, gula, dan tannin. Biasanya, daun sirih muda
mengandung diastase, gula, dan minyak atsiri lebih banyak dibandingkan dengan
daun sirih tua. Sementara itu, kandungan taninnya relative sama
(Moeljanto,2003:10).
2.3.6 Manfaat Daun Sirih
Menurut Nugroho dalam Setiyawan (2013) daun sirih dikenal sebagai
bahan untuk menginang yang berguna untuk menguatkan gigi, menyembuhkan
sariawan, menghilangkan bau mulut, menghentikan pendarahan gusi dan
mengurangi pembentukan plak gigi. Minyak atsiri dari daun sirih juga mempunyai
daya antibakteri terhadap ketiga bakteri utama penyebab karies gigi.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwi Marliyawati menunjukkan
bahwa air seduhan daun sirih berpengaruh terhadap pembentukan plak gigi
(p=0,0001). Menurut Kloppenburg Versteegh, seorang ahli tanaman obat asli
Indonesia menganjurkan penggunaan ekstrak daun sirih untuk berkumur jika
mulut mengalami pembengkakan, membersihkan napas yang bau akibat
pembusukan gigi serta untuk menghentikan darah dan membersihkan luka saat
21

gigi dicabut (Moeljanto,2003 : 6). Ada pula yang menyatakan daun sirih selain
memiliki kemampuan antiseptic, mempunyai kekuatan sebagai antioksidasi dan
fungisida. Tentunya literature-literatur yang dimaksud ditulis berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh orang-orang atau lembaga yang memiliki
kepedulian terhadap keberadaan daun sirih. Kepedulian itu bisa dikatakan
merupakan reaksi atas kenyataan empiris yang terus berkembang di masyarakat,
yakni memanfaatkan daun sirih untuk pengobatan atau penyembuhan penyakit.
Sirih termasuk tanaman sulur-suluran atau merambat. Biasanya, bagian
tanaman yang dimanfaatkan manusia adalah daunnya. Menurut Penelope Oldy,
penulis buku Handbook of Over the Counter Herbal Medicine, meskipun sangat
sedikit digunakan dalam pengobatan modern, tanaman ini sangat bersifat astrigen,
diuretic, dan anti peradangan. Ekstraknya dapat digunakan baik secara internal
maupun eksternal untuk mencegah dan menyembuhkan radang gusi dan radang
tenggorokan (Moeljanto,2003:12).
2.3.7 Membuat Obat Kumur Daun Sirih
Menurut Budiharto dalam Novianti (2013 : 8) masyarakat Indonesia sudah
sejak lama mengenal daun sirih (piper betle Linn) sebagai bahan untuk dikunyah
dengan keyakinan bahwa daun sirih dapat menguatkan gigi, mencegah
terbentuknya plak dan karies, menyembuhkan luka-luka kecil dimulut. Berkumur
dengan air rebusan daun sirih dipercaya masyarakat dapat menyembuhkan sakit
gigi, gusi bengkak maupun menghilangkan baut mulut.
Pembuatan obat kumur dari daun sirih dilakukan dengan metode infundasi.
Infundasi adalah ekstraksi dengan cara perebusan, dimana pelarutnya adalah air
pada suhu 90ºC selama 15 menit. Infundasi merupakan proses penyarian yang
paling umum digunakan untuk menyari kandungan zat aktif yang larut dalam air
dari bahan-bahan nabati. Metode ini mempunyai kelemahan yaitu sari yang
dihasilkan tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang sehingga sari
yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam
(Irwanto,2009). Adapun ada dua cara dalam pembuatan obat kumur dari daun
sirih yaitu:
2.3.7.1 Cara Pembuatan Obat Kumur I
1) Daun sirih jenis sirih jawa yang masih muda seberat 6 gram dicuci
sampai bersih, kemudian dipotong-potong.
22

2) Daun sirih yang telah dipotong-potong dimasukkan kedalam 120 ml


air dipanaskan pada suhu 900C selama 15 menit (ASEAN Countries,
2002:351).
3) Setelah dingin kemudian disaring dengan menggunakan alat
penyaringan.
4) daun sirih yang telah disaring tersebut dimasukkan ke dalam botol.
5) Gunakan ramuan ini 2 -3 kali sehari, sebagai obat kumur
2.3.7.2 Cara Pembuatan Obat Kumur II :
Petik 4 -6 lembar daun sirih dari tanaman berumur 4 -5 bulan yang segar,
warna cerah, serta bentuknya lebar dan tebal. Cuci bersih sirih
menggunakan air mengalir secara berulang. Selanjutnya, iris daun sirih
merah berukuran kecil-kecil dan rebus dengan air sebanyak tiga gelas (600
ml) hingga mendidih dan tersisa satu setengah gelas. Gunakan ramuan ini
2 -3 kali sehari, sebagai obat kumur (Sudewo,2005:66).

2.4 Konsep Karies Gigi


2.4.1 Definisi Karies Gigi
Menurut Litin dalam Ningrum (2011 : 7) karies gigi adalah penyakit
karena bakteri pada gigi. Gigi berlubang merupakan salah satu masalah kesehatan
yang paling lazim. Gigi berlubang lebih banyak terjadi pada anak-anak dan
dewasa muda, walau ini juga merupakan masalah seumur hidup bagi banyak
orang. Menurut Zaviera dalam Ningrum (2011 : 7) karies gigi adalah penyakit
yang berhubungan dengan kerusakan gigi yang diakibatkan oleh berbagai
faktor.Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentil
dan sementum, yang disebakan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu
karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah adanya demineralisasi
jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya
(Edwina,1992 : 1).
Karies gigi adalah salah satu gangguan kesehatan gigi. Karies gigi
terbentuk karena ada sisa makanan yang menempel pada gigi, yang pada akhirnya
menyebabkan pengapuran gigi. Dampaknya, gigi menjadi keropos, berlubang,
bahkan patah (Widayati,2014 : 196).
Jadi pendapat penulis karies gigi merupakan penyakit jaringan keras gigi
yang paling sering ditemui pada anak-anak maupun dewasa muda. Penyakit ini
23

ditandai dengan adanya kerusakan pada jaringan keras gigi itu sendiri (lubang
pada gigi).
2.4.2 Etiologi Karies Gigi
Banyak faktor yang dapat menimbulkan karies gigi, diantaranya adalah
faktor di dalam mulut yang berhubungan langsung dengan proses terjadinya karies
gigi. Faktor utama yang menyebabkan terjadinya karies gigi adalah host (gigi dan
saliva), substrat (makanan), mikroorganisme penyebab karies dan waktu. Karies
gigi hanya akan terbentuk apabila terjadi interaksi antara keempat faktor berikut.
Proses terjadinya karies gigi menurut Srigupta dalam Ningrum ( 2011 : 7) :
2.4.2.1 Berbagai bakteri yang ada dalam mulut membentuk asam, dari gula yang
terkandung dalam makanan, yang melekat pada permukaan gigi.
3.4.2.1 Asam ini melarutkan 'Email', pelapisan gigi berwarna putih, yang
menghancurkan susunan gigi. Proses ini dikenal dengan karies gigi dan
menyebabkan gigi berlubang.
4.4.2.1 Lebih jauh lagi asam tersebut menyebabkan penetrasi karies dari email ke
gigi bagian dalam dibawah gigi kepala.
2.4.3 Tanda dan Gejala Karies Gigi
2.4.3.1 Rasa nyeri sedang sampai berat ketika makan atau minum sesuatu yang
manis, dingin atau panas.
2.4.3.2 Sakit gigi
Menurut Litin dalam Ningrum (2011 : 8) Kebanyakan gigi berlubang
ditemukan saat pemeriksaan gigi. Gigi berlubang yang ditemukan dan
dirawat secara dini bisa mengurangi rasa sakit, menghemat biaya dan yang
terpenting menyelamatkan gigi. Semakin dini lubang gigi ditemukan,
semakin berkurang pula rasa sakit yang mengintai anda karena email dan
dentin tidak begitu peka terhadap rasa sakit dibanding pulpa
2.4.4 Faktor Penyebab Karies Gigi.
2.4.4.1 Caries gigi merupakan penyakit multifaktorial dengan 3 faktor utama yang
saling mempengaruhi menurut Alpers dalam Ningrum (2011 : 8):
1) Host (air liur dan gigi)
Menurut Srigupta dalam Ningrum (2011 : 8) selain kebersihan gigi, air liur
dan produksi air liur memainkan peranan yang penting terhadap
kemungkinan terjadinya karies. Setiap harinya tidak terhitung banyaknya
mikro-organisme yang melewati mulut. Kuman tersebut akan menempel
pada permukaan gigi dan bagian yang tidak dapat dibersihkan dengan air
liur. Hal ini terjadi karena air liur kesulitan untuk membersihkan bakteri
24

yang terdapat pada gigi maka bakteri tersebut akan diubah menjadi asam.
Asam ini akan membentuk lubang kecil pada permukaan gigi karena
menembus email gigi.
2) Agen atau mikroorganisme
Menurut Valman dalam Ningrum (2011 : 8) karies gigi ditimbulkan oleh
bakteri (Streptococcus mutans) yang hidup dalam plak, lapisan lengket
pada saliva dan sisa makanan yang terbentuk pada permukaan gigi. Bila
telah terjadi lubang maka lactobasilli menjadi organisme yang menonjol.
Bakteri akan memanfaatkan makanan dan minuman terutama yang
mengandung tinggi gula untuk energi dan menghasilkan asam. Asam ini
akan disimpan di dekat gigi oleh plak menyebabkab kalsium dan fosfat
hilang dari enamel gigi (demineralisasi). Bila proses ini tidak mendapat
perhatian yang baik maka enamel lambat laun dentin bagian bawah akan
hancur.
3) Substrat atau makanan
Menurut Srigup dalam Ningrum (2011 : 9) manusia dalam kehidupan
sehari-hari makan-makanan yang bermacam-macam. Makanan seperti
nasi, sayuran, kacang-kacangan. Selain itu juga makanan yang lengket
seperti roti, biskuit, coklat, permen, manisan buah.sisa makanan yang
tertinggal pada permukaan gigi bila tidak segera di bersihkan maka akan
menimbulkan bakteri sehingga merusak gigi
4) Waktu
Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu
kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.
25

Gambar 2.1 Skema faktor-faktor


terjadinya karies
Sumber : Ningrum (2011)

2.4.4.2 Faktor sekunder yang mempengaruhi terjadinya caries gigi adalah oral
hygiene, aliran saliva, usia, pola makan.
1) Oral hygiene
Anak usia sekolah biasanya kurangnya kesadaran untuk memperhatikan
perilaku oral hygiene sehingga kesehatan gigi anak berkurang. Salah satu
komponen pembentukan karies adalah plak. Insidens karies dapat
dikurangi dengan melakukan penyingkiran plak secara mekanis dari
permukaan gigi, namun banyak pasien tidak melakukannya secara efektif.
Peningkatan oral higiene dapat dilakukan dengan menggunakan sikat gigi
yang dikombinasi dengan pemeriksaan gigi secara teratur. Pemeriksaan
gigi rutin ini dapat membantu mendeteksi dan memonitor masalah gigi
yang berpotensi menjadi karies.
2) Aliran saliva
Aliran saliva dapat menurunkan akumulasi plak pada permukaan gigi dan
juga menaikkan tingkat pembersihan karbohidrat dari permukaan rongga
mulut.

3) Usia
Usia yang paling rentan untuk terjadi caries gigi adalah usia 4 -8 tahun
pada gigi primer dan 12-18 tahun pada gigi tetap. Gigi yang paling akhir
erupsi lebih rentan terhadap karies.
4) Pola makan
Anak biasanya makan makanan jajanan yang bergula yang dilakukan saat
diluar jam makan sehingga mereka kurang memperhatikan dampak yang
akan terjadi bila setelah makan tidak segera membersihkan gigi dengan
berkumur atau menyikat gigi (Gilang, 2010).
2.4.5 Lokasi Karies Gigi
Karies gigi dapat dikelompokkan berdasarkan lokasi, tingkat laju
perkembangan, dan jaringan keras yang terkena. Secara umum, ada dua tipe karies
26

gigi bila dibedakan lokasinya, yaitu karies yang ditemukan di permukaan halus
dan karies di celah atau fisura gigi.
2.4.5.1 Karies celah dan fisura
Celah dan fisura adalah tanda anatomis gigi. Fisura terbentuk saat
perkembangan alur, dan tidak sepenuhnya menyatu, dan membuat suatu
turunan atau depresio yang khas pada strutkur permukaan email. Tempat
ini mudah sekali menjadi lokasi karies gigi. Celah yang ada daerah pipi
atau bukal ditemukan di gigi geraham.
Karies celah dan fisura kadang-kadang sulit dideteksi. Semakin
berkembangnya proses perlubangan akrena karies, email atau enamel
terdekat berlubang semakin dalam. Ketika karies telah mencapai dentin
pada pertemuan enamel dengan dental, lubang akan menyebar secara
lateral. Proses perlubangan pada dentin ini akan mengikuti pola segitiga ke
arah pulpa gigi.

Gambar 2.2 Celah atau fisura gigi yang dapat menjadi


Sumber : Ningrum (2011)

2.2.5.2 Karies permukaan halus


Ada tiga macam karies permukaan halus. Karies proksimal, atau dikenal
juga sebagai karies interproksimal, terbentuk pada permukaan halus antara
batas gigi. Karies akar terbentuk pada permukaan akar gigi. Tipe ketiga
karies permukaan halus ini terbentuk pada permukaan lainnya.
27

Gambar 2.3 karies proksimal. Pada radiograf ini, titik hitam pada
batas gigi menunjukkan sebuah karies proksimal.
Sumber:Ningrum (2011)

Karies proksimal adalah tipe yang paling sulit dideteksi. Tipe ini kadang
tidak dapat dideteksi secara visual atau manual dengan sebuah eksplorer
gigi. Karies proksimal ini memerlukan pemeriksaan radiografi. Karies akar
adalah tipe karies yang sering terjadi dan biasanya terbentuk ketika
permukaan akar telah terbuka karena resesi gusi. Bila gusi sehat, karies ini
tidak akan berkembang karena tidak dapat terpapar oleh plak bakteri.
Permukaan akar lebih rentan terkena proses demineralisasi daripada
enamel atau email karena sementumnya demineraliasi pada pH 6,7, di
mana lebih tinggi dari enamel. Karies akar lebih sering ditemukan di
permukaan fasial, permukaan interproksimal, dan permukaan lingual. Gigi
geraham atas merupakan lokasi tersering dari karies akar. Kejadian karies
gigi ini dapat dicegah jika anak melakukan pemeliharaan gigi dengan baik.
Perilaku kebersihan gigi yang baik tentunya dapat menekan pertumbuhan
bakteri pada gigi karena tidak ada sisa-sisa makanan yang menempel pada
gigi anak.
28

2.5 Penelitian Terkait


1) Gleseria Mellitania Ardianti
Judul :
Efektivitas Ekstrak Daun Sirih Sebagai Obat Kumur Terhadap Penurunan Plak Indeks.
Tabel 2.1 Penelitian Terkait yang berjudul Efektivitas Ekstrak Daun Sirih Sebagai Obat Kumur Terhadap Penurunan Plak Indeks.
Populasi Penelitian Tindakan yang diberikan Hasil Penelitian Uji Statistik yang digunakan
Populasi pada 56 orang yang dipilih Ada perbedaan skor plak indeks Uji Wilcoxon, T Test
penelitian ini adalah secara Simple Random yang yg bermakna sebelum dan Berpasangan dan Mann
penderita karies gigi Sampling yang kemudian sesudah diberi obat kumur daun Whitney.
vital di Puskesmas dibagi menjadi dua sirih (p<0,0001), Ada perbedaan
Kaliori Bulan kelompok yaitu kelompok skor plak indeks yang yg bermakna
Januari – Agustus eksperimen (subjek yang sebelum dan sesudah diberi obat
2010 yaitu diberi 100ml obat kumur kumur yang mengandung fluoride
berjumlah 164 daun sirih) dan kelompok (p<0,0001) ada perbedaan selisih
orang. control positif (subjek skor plak indeks yang bermakna
yang diberi 10ml obat sebelum dan sesudah pemberian
kumur yang mengandung obat kumur antara kelompok
fluoride). eksperimen dan kelompok control
(p=0,001).
2) Dewi Novianti
Judul :
29

Efektivitas Infus Daun Sirih Sebagai Antibakteri Streptococcus mutans Penyebab Karies Gigi
Tabel 2.2 Penelitian Terkait yang berjudul Efektivitas Infus Daun Sirih Sebagai Antibakteri Streptococcus mutans Penyebab Karies Gigi.
Populasi Penelitian Tindakan yang diberikan Hasil Penelitian Uji Statistik yang digunakan
Populasi pada Pada pemberian perlakuan Menunjukka bahwa pemberian RAL (Rancangan Acak
penelitian ini adalah infuse daun sirih didapatkan infuse daun sirih berpengaruh Lengkap)
menggunaka media di jumlah koloni bakteri paling sangat nyata terhadap
laboraturium banyak terdapat pada pertumbuhan bakteri S. mutans.
Universitas PGRI perlakuan 0,05 gr/ml, dengan Infus (air rebusan) daun sirih
Palembang rata-rata jumlah koloni 25,60 efektif menghambat
x 102 koloni/ml. sedangkan pertumbuhan S. mutas
jumlah koloni paling sedikit
terdapat pada perlakuan infus
daun sirih 0,45 gr/ml, dengan
rata-rata koloni 0,75 x 103
koloni/ml
30

2.6 Kerangka Konseptual


Tahap yang penting dalam suatu penelitian adalah menyusun kerangka
konsep. Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan
dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel (baik
variabel diteliti maupun yang tidak diteliti). Kerangka konsep akan membantu
peneliti menghubungkan hasil penemuan dengan teori (Nursalam, 2014:49).
Kerangka konseptual dalam penelitian ini merupakan pengaruh antara
variabel pendidikan kesehatan dengan variabel tingkat pengetahuan pada seswa
tentang manfaat air rebusan daun sirih secara visual dapat disajikan dalam bagan
sebagai berikut :

Variabel Independen

Pendidikan Kesehatan Tentang


Karies Gigi dan Manfaat Air
Rebusan Daun Sirih.

Pre Test Pendkes Post Test Pendkes

1. Definisi karies gigi Variabel Dependen 1. Definisi karies


2. Etiologi karies gigi gigi
3. Gejala karies gigi Tingkat Pengetahuan 2. Etiologi karies
4. Penatalaksanaan tentang manfaat Daun gigi
karies gigi Sirih (Piper betle 3. Gejala karies gigi
5. Definisi Daun Sirih Linn) 4. Penatalaksanaan
Manfaat Air karies gigi
1. Tahu (know)
Rebusan Daun Sirih 5. Definisi Daun
2. Memahami
(Piper betle Linn) Sirih
(comprehension)
6. Cara membuat Air 6. Manfaat Daun
3. Aplikasi
Sirih
Rebusan Daun Sirih (application)
4. Analisis (Analysis) 7. Cara membuat
5. Sintesis (Syntesis) Daun Sirih
6.Evaluasi
(Evaluation)

Keterangan :
31

: Diteliti
: Tidak diteliti
: Berpengaruh
: Berhubungan

Bagan 2.1 Kerangka Konsep Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat


Pengetahuan Siswa Tentang Penggunaan Air Rebusan Daun Sirih
(Piper Betle Linn) Sebagai Obat Kumur Pencegah Karies Gigi Di
SMA Negeri 1 Palangka Raya.

2.7 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau
pertanyaan penelitian. Menurut Haber dalam Nursalam, (2014:56) hipotesis
adalah suatu pernyataan asumsi tentang hubungan antara dua atau lebih variabel
yang diharapkan bisa menjawab suatu pernyataan. Hipotesis nol (H0) adalah
hipotesis yang digunakan untuk pengukuran statistik dan interprestasi hasil
statistik. Sedangkan hipotesis alternative (H1) adalah hipotesis penelitian.
Hipotesis ini menyatakan adanya suatu hubungan, pengaruh dan perbedaan antara
dua atau lebih variabel (Nursalam, 2014: 59) .
H0 ditolak dan H1 diterima maka dinyatakan terdapat pengaruh diantara
variabel yang diteliti, jika H1 ditolak dan H0 diterima maka dinyatakan tidak ada
pengaruh diantara variabel yang diteliti. Hipotesis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :
H1: yaitu Adanya Pengaruh Sebelum dan Setelah Diberikan Pendidikan
Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Siswa Tentang Penggunaan Air
Rebusan Daun Sirih (Piper Betle Linn) Sebagai Obat Kumur Pencegah Karies
Gigi Di SMA Negeri 1 Palangka Raya.

Anda mungkin juga menyukai