Anda di halaman 1dari 45

MODUL PRAKTIKUM I

PENETAPAN KADAR AIR PADA SAMPEL MAKANAN/BAHAN


PANGAN METODE GRAVIMETRI

A. Tujuan Percobaan
 Mahasiswa dapat mengetahui prinsip kadar air dan kadar abu pada setiap
bahan pangan.
 Mahasiswa dapat menentukan kadar air dan kadar abu pada bahan pangan
metode gravimetri.

B. Dasar Teori
Air merupakan satu zat gizi yang tidak dapat kita tinggalkan, tetapi
sering diabaikan dalam pembahasan mengenai gizi. Air juga merupakan
komponen penting dalam makanan karena air dapat mempengaruhi
penampakan, tekstur, serta cita rasa makanan kita. Bahkan dalam bahan
makanan yang kering sekalipun, seperti buah kering, tepung, serta biji-bijian,
terkandung air dalam jumlah tertentu.
Semua bahan makanan mengandung air dalam jumlah yang berbeda-
beda, baik itu bahan makanan hewani maupun nabati. Air berperan sebagai
pembawa zat-zat makanan dan sisa-sisa metabolisme.
Kadar air dalam bahan pangan sangat mempengaruhi kualitas dan daya
simpan dari bahan pangan tersebut. Oleh karena itu penentuan kadar air dari
suatu bahan pangan sangat penting agar dalam proses pengolahan maupun
pendisribusian mendapat penanganan yang tepat.
Kadar air dalam bahan makanan dapat ditentukan dengan berbagai cara
macam cara yaitu : (1) metode gravimetri (2) metode destilasi (3) metode kimia
1) Metode gravimetri
Gravimetri merupakan metode untuk menentukan kuantitas suatu zat atau
komponen yang telah diketahui dengan cara mengukur berat komponen
dalam keadaan murni setelah melalui proses pemisahan. Metode ini
digunakan untuk penetapan kadar air dalam makanan dan minuman.

Praktikum Analisis Kimia Air, Mak & Min I Page1


Sulfiani, S.Si.,M. Pd
Metode pengeringan atau metode oven biasa merupakan suatu metode
untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dari suatu bahan
dengan cara menguapkan air tersebut dengan menggunakan energi panas.
Prinsipnya adalah kehilangan bobot pada pemanasan 105oC yang dianggap
sebagai kadar air yang terdapat pada sampel.

2) Metode destilasi
Prinsip penentuan kadar air secara destilasi adalah mengeluarkan air
dengan menggunakan pembawa cairan kimia yang mempunyai titik didih
lebih tinggi dari pada air dan tidak campur dengan air serta mempunyai
bobot jenis lebih rendah daripada air. Zat kimia yang dapat digunakan
antara lain toluene, xilen, benzene, tetraklroetilen, dan xilol.

3) Metode kimia
a) Titrasi Karl Fisher
Dalam jumlah yang relatif kecil, air dapat ditetapkan kadarnya
berdasarkan berkurangnya bobot pada pengeringan dengan persyaratan
tertentu sehingga dicapai bobot konstan (tetap), apabila kadar air cukup
tinggi atau cara pengeringan tidak mungkin dilakukan, cara yang lebih
sesuai adalah dengan titrimetri yaitu dengan menggunakan pereaksi Karl
Fisher.
b) Cara Kalsium Karbida
Cara ini berdasarkan pada reaksi antara kalsium karbida dan air
menghasilkan gas asetilen.
c) Cara Asetil Klorida
Penentuan kadar air dengan cara ini berdasarkan pada reaksi antara asetil
klorida dengan air (yang terdapat dalam sampel) menghasilkan asam yang
dapat dititrasi dengan baku basa.
Air dalam bahan pangan hasil pertanian dibedakan atas air bebas
dan air terikat. Air bebas adalah air yang dapat dikeluarkan atau dibebaskan
dengan mudah dari bahannya, misalnya dengan pemanasan. Air terikat

Praktikum Analisis Kimia Air, Mak & Min I Page2


Sulfiani, S.Si.,M. Pd
meliputi (1) air yang teradsorpsi pada dinding sel dan komponen – komponen
sel seperti protein, pati, selulosa dan lain-lain, (2) air yang terikat secara
kimiawi pada senyawa – senyawa karbohidrat (antara lain glukosa, maltose,
laktosa), garam (air kristal garam seperti K-tartrat), protein dan lain lain.
Kadar air bahan pangan merupakan pengukuran jumlah air total yang
terkandung dalam bahan pangan, tanpa memperlihatkan kondisi atau derajat
keterikatan air. Kadar air bahan pangan dapat diukur dengan berbagai cara.
Metode umum yang dilakukan di laboratorium adalah dengan pemanasan di
dalam oven. Metode ini digunakan untuk seluruh produk makanan, kecuali
jika produk tersebut mengandung komponen – komponen yang mudah
menguap atau jika produk tersebut mengalami dekomposisi pada pemanasan
100-105oC.

C. Prinsip :
Kadar air dihitung berdasarkan bobot yang hilang selama pemanasan dalam
oven pada suhu 100-105°C.

D. Alat dan Bahan :

 Alat yang digunakan yaitu cawan porselin dan tutup, neraca analitik, oven
biasa, desikator, sendok tanduk, lumpang, alu, dan tang krus
 Bahan yang digunakan yaitu sampel bahan pangan (contoh sampel tempe
kedelai)

E. Prosedur Kerja ( SNI 3144-2009)

1. Dipanaskan krus porselin beserta tutupnya dalam oven pada suhu 100-
105°C, selama 1 jam (krus terbuka dan penutup disampingnya), kemudian
didinginkan dalam desikator selama 20-30 menit, kemudian ditimbang
dengan neraca analitik krus dan tutupnya, dinyatakan dalam Wo
2. Sampel yang telah dihaluskan ditimbang sebanyak 5 gram dalam cawan
porselin kemudian ditutup, dinyatakan dalam W1

Praktikum Analisis Kimia Air, Mak & Min I Page3


Sulfiani, S.Si.,M. Pd
3. Dikeringkan pada oven dengan suhu 103-105°C, selama 3 jam di oven
(krus terbuka dan penutup disampingnya)
4. Didinginkan dalam desikator selama 20-30 menit, lalu ditimbang.
5. Dilakukan pemanasan kembali selama 1 jam, pendinginan, penimbangan
dan diulangi kembali sampai perubahan berat antara pemanasan selama 1
jam mempunyai interval lebih kecil atau sama dengan 2 mg, dinyatakan
dalam W2
6. Dilakukan minimal duplo
7. Menghitung kadar air dalam sampel

W1 − W2
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 (%) = x 100%
W1 − W0

Keterangan :
W0 = bobot krus kosong dan tutupnya, dinyatakan dalam gram (g)
W1 = bobot krus, tutupnya, sampel sebelum dipanaskan, dinyatakan
dalam gram (g)
W2 = bobot krus, tutupnya, sampel setelah dipanaskan, dinyatakan
dalam gram (g)

F. Hasil Pengamatan

Bobot Krus Bobot Sampel Bobot sampel Kadar Air


Kosong + tutup + krus + tutup + krus + tutup
sebelum pemanasan setelah pemanasan

W0 = …gr W1 = ……g W2 (P1) = ………g ………..%

W2 (P2) =……….g

Praktikum Analisis Kimia Air, Mak & Min I Page4


Sulfiani, S.Si.,M. Pd
MODUL PRAKTIKUM II

PENETAPAN KADAR ABU PADA SAMPEL MAKANAN


METODE GRAVIMETRI

A. Tujuan Percobaan
 Mahasiswa dapat mengetahui prinsip kadar abu pada setiap bahan pangan.
 Mahasiswa dapat menentukan kadar abu pada bahan pangan dengan
metode gravimetri.

B. Dasar Teori

Sebagian besar bahan makanan, yaitu sekitar 96% terdiri dari bahan
organik dan air sedangkan sisanya merupakan unsur- unsur mineral. Unsur
mineral juga dikenal sebagai zat anorganik atau kadar abu. Dalam proses
pembakaran, bahan-bahan organik terbakar tetapi zat anorganiknya tidak,
karena itulah disebut abu.

Abu merupakan zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan


organik. Kandungan abu dan komposisinya bergantung pada macam bahan
dan cara pengabuannya. Pada umumnya residu anorganik ini terdiri atas
oksida dan garam yang mengandung anion seperti fosfat, klorida, sulfat, dan
halida lain dan juga kation seperti sodium, kalium, kalsium, magnesium, besi,
dan mangan. Kadar abu juga berhubungan dengan mineral suatu bahan.
Mineral yang terdapat dalam suatu bahan dapat berupa dua jenis garam yaitu
garam-garam organik

Uji kadar abu yang menggunakan metode langsung cara kering,


ditandai dengan penggunaan suhu tinggi dan oksigen. Pengabuan kering
adalah destruksi komponen organik sampel dengan suhu tinggi dalam tanur
pengabuan (furnace) tanpa terjadi nyala api sampai terbentuk abu berwarna
putih keabuan dan berat konstan tercapai. Oksidator disini berupa oksigen dan

Praktikum Analisis Kimia Air, Mak & Min I Page5


Sulfiani, S.Si.,M. Pd
menghasilkan residu berupa total abu. Residu yangdidapatkan merupakan total
abu dari suatu sampel .

Penentuan kadar abu total dimaksudkan untuk menentukan baik


tidaknya suatu proses pengolahan; untuk mengetahui jenis bahan yang
digunakan dan penentuan abu total berguna sebagai parameter nilai gizi bahan
makanan.Prinsip pengabuan metode kering dengan cara langsung adalah abu
dalam bahan pangan ditetapkan dengan menimbang mineral sisa hasil
pembakaran. Kadar abu dalam bahan menunjukkan kadar mineral, kemurnian,
dan kebersihan suatu bahan yang dihasilkan.

Abu dan mineral merupakan komponen dalam bahan pangan,


dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil, berfungsi sebagai zat pengatur dan
pembangun. Pengujian kadar abu diperlukan karena untuk menentukan
kualitas gizi suatu bahan pangan, tingkat kemurnian tepung atau gula,
mengetahui beberapa pemalsuan selai/sari buah, kontaminasi mineral yang
bersifat toksik, tingkat kebersihan pengolahan suatu bahan.

C. Prinsip :
Kadar abu dihitung berdasarkan bobot abu yang terbentuk selama pembakaran
dalam tanur pada suhu 525ºC sampai terbentuk abu berwarna putih.

D. Alat dan Bahan


 Alat yang digunakan yaitu Cawan / krus poerselin, Tanur pengabuan
(furnace), Penjepit cawan, Desikator, Neraca analitik dan kaki tiga,
pembakar spiritus dan kasa asbes
 Bahan yang digunakan yaitu sampel bahan pangan, bahan makanan

E. Prosedur Kerja (SNI 3144-2009)


1. Dipanaskan cawan porselin dalam tanur pada suhu 525-530ºC selama 1
jam dan didinginkan didinginkan di desikator selama 30 menit kemudian
ditimbang dengan neraca analitik (W0)

Praktikum Analisis Kimia Air, Mak & Min I Page6


Sulfiani, S.Si.,M. Pd
2. Ditimbang sampel yang telah dihaluskan sebanyak 5-10 g dalam cawan
porselin (W1)
3. Dipanaskan cawan yang berisi sampel dalam oven pada suhu 105-107°C
sampai air menguap.
4. Ditempatkan cawan yang berisi sampel tersebut dalam tanur pada suhu
525°C sampai terbentuk abu yang berwarna putih.
5. Ditambahkan air ke dalam abu, keringkan dalam penangas air kemudian
dilanjutkan pada pemanas listrik kemudian diabukan kembali pada suhu
525 C sampai mencapai berat yang tetap.
6. Dipindahkan sampel ke dalam desikator selama 30 menit, kemudian di
timbang (W2)
7. Dilakukan duplo
8. Dihitung kadar abu dalam sampel

W2 − W0
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑏𝑢 (%) = x 100%
W1 − W0

Keterangan :
W0 = bobot cawan kosong, dinyatakan dalam gram (g)
W1 = bobot cawan dan sampel sebelum pemanasan, dinyatakan dalam
gram (g)
W2 = bobot cawan dan sampel setelah pemanasan, dinyatakan dalam
gram (g)

F. Hasil Pengamatan

Bobot cawan Bobot Sampel Bobot sampel Kadar Abu


Kosong + cawan sebelum + krus setelah
pemanasan pemanasan

W0= …gr W1 = ……g W2 (P1) = ………g ………..%

W2 (P2) =……….g

Praktikum Analisis Kimia Air, Mak & Min I Page7


Sulfiani, S.Si.,M. Pd
MODUL PRAKTIKUM III

PENETAPAN KADAR KLORIDA PADA SAMPEL AIR


METODE ARGENTOMETRI

A. Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa dapat mengetahui metode argentometri yang digunakan dalam
penentuan kadar khlorida.
2. Mahasiswa dapat menentukan kadar khlorida pada sampel air metode
argentometri

B. Dasar Teori
Klorida adalah ion dari atom unsur klorin. Klorin sendiri adalah atom

dengan muatan ion negatif yang mudah berikatan dengan unsur lain dengan

pelepasan ion klorida membentuk berbagai ikatan senyawa seperti potasium

klorida atau sodium klorida (garam).

Klorin secara alami berbentuk gas yang beracun yang larut oleh air, baik

dalam alam maupun tubuh manusia, umumnya dalam wujud klorida. Kadar

klorida dalam tubuh sekitar 0,15% dari berat total tubuh dan utamanya

ditemukan dengan sodium. Kurang dari 15% dari total klorida dalam tubuh

berada di dalam sel dengan konsentrasi terbesar terdapat pada sel darah merah.

Sebagai salah satu elektrolit penting, klorida bekerja sama erat dengan sodium

dan hidrogen (dalam bentuk hidroklorida) menghantarkan cairan tubuh.

Dengan demikian klorida berfungsi sebagai distribusi cairan tubuh serta

menjaga keseimbangan kation (ion positif) dan anion (ion negatif) dalam

jaringan tubuh. Klorida mudah diserap di usus kecil dan disingkirkan juga

dengan mudah oleh organ ginjal. Apabila kondisi memerlukan klorida, ginjal

Praktikum Analisis Kimia Air, Mak & Min I Page8


Sulfiani, S.Si.,M. Pd
dapat menyimpannya guna menjaga keseimbangan dan regulasi kadar

keasaman tubuh. Klorida bersama potasium juga ditemukan dalam sistem

pernafasan manusia. Berkeringat berlebihan yang bisa membuang potasium

tubuh juga ternyata mengurangi kadar klorida secara signifikan. Hal ini bisa

menyebabkan terjadinya defisiensi potasium dan klorida secara bersamaan.

Klorida paling mudah ditemukan dalam bentuk garam yang kita

konsumsi dari makanan ataupun tambahan garam waktu kita mengolah

makanan. Garam dapur memiliki kandungan klorida yang sangat tinggi,

sekitar 6x lebih besar dari kebutuhan minimal klorida manusia sudah dicukupi

oleh keberadaan garam dalam pola makan normal sehari-hari.

Khlorida terdapat dalam setiap air minum dan selokan. Apabila dalam

air minum terdapat natrium dan konsentrasi khlorida sebesar 200 mg/L, maka

akan menyebabkan rasa air menjadi pahit. Khlorida sangat bermanfaat dalam

makanan. Khlorida masuk melalui sistem pencernaan tanpa mengalami

perubahan.

Khlorida didalam air ada dalam bentuk terikat atau bebas sebagai ion

Cl-. Penetapan khlorida sangat penting untuk penetapan zat organik, selain itu

kandungan khlorida yang tinggi didalam air dapat menyebabkan rasa asin dan

endapan korosif pada peralatan masak dan dapat merusak pipa-pipa air juga

dapat mematikan tanaman. Pada umumnya air buangan mengandung khlorida

lebih tinggi dibandingkan dengan air tanah karena sudah terkontaminasi,

konsentrasi khlorida maksimum menurut SNI 06-6989.22-2004 adalah 300

Praktikum Analisis Kimia Air, Mak & Min I Page9


Sulfiani, S.Si.,M. Pd
mg/L ppm. Ketetapan ini hanyalah untuk mencegah perubahan rasa air dan

bukan sebagai pencegah bahaya fisik.

Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menentukan klorida

adalah metode argentometri (titrasi pengendapan). Argentometri merupakan

titrasi yang melibatkan reaksi antara ion halida (Cl-, Br-, I-) atau anion lainnya

(CN-, CNS-) dengan ion Ag+ (argentum) dari perak nitrat (AgNO3) dan

membentuk endapan dengan perak halida (AgX) (Cecep, 2011).

Istilah argentometri diturunkan dari bahasa latin argentum, yang berarti

perak. Jadi, argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar

zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasarkan pada

pembentukan endapan dengan ion Ag+. Dasar titrasi argentometri adalah reaksi

pengendapan (presipitasi) dimana zat yang hendak ditentukan kadarnya

diendapkan oleh larutan baku AgNO3. Berdasarkan indikator yang digunakan,

titrasi argentometri dibedakan menjadi 3 metode, yaitu:

1. Metode Mohr. Pembentukan dari sebuah endapan berwarna.

Persis seperti sistem asam-basa bisa digunakan sebagai indikator untuk

sebuah titrasi asam-basa, pembentukan satu endapan dapat digunakan untuk

mengindikasikan selesainya sebuah titrasi pengendapan. Contohnya titrasi

Mohr klorida dengan ion perak, dimana ion kromat digunakan sebagai

indikator.

2. Metode Volhard. Pembentukan kompleks berwarna.

Metode Volhard didasasri oleh pengendapan dari perak tiosianat dalam

larutan asam nitrit, dengan ion besi (III) digunakan untuk mendeteksi

Praktikum Analisis Kimia Air, Mak & Min I Page10


Sulfiani, S.Si.,M. Pd
kelebihan ion tiosianat. Metode ini digunakan untuk titrasi langsung perak

dengan larutan standar tiosianat atau untuk titrasi tidak langsung dengan

ion-ion klorida, bromida, dan iodida.

3. Metode Fajans. Penggunaan indikator adsorpsi.

Adsorpsi dari sebuah komponen organik berwarna pada permukaan sebuah

endapan dapat menyebabkan pergeseran elektronik dalam molekul yang

mengubah warnanya. Fenomena ini dapat digunakan untuk mendeteksi

titik-titik akhir dari titrasi pengendapan garam-garam perak. Senyawa

organik yang digunakan untuk hal ini diacu sebagai indikator adsorpsi

(Underwood, 2001).

C. Prinsip :

Titrasi argentometri : Sejumlah tertentu sampel yang mengandung ion Cl-

diendapkan dengan penambahan larutan AgNO3 0,01 N dalam keadaan netral

atau basa lemah. Kemudian dititrasi menggunakan indikator kalium kromat

dengan titik akhir titrasi dicapai pada saat larutan berubah dari warna kuning

sampai berubah atau terbentuk warna merah bata.

D. Reaksi

1. Reaksi Pembakuan (standarisasi)

AgNO3(aq) + NaCl(aq)→ AgCl(s) ↓ putih + NaNO3(aq)

2AgNO3(aq) + K2CrO4(aq) → Ag2CrO4(s)↓merah bata + 2KNO3(aq)

2. Reaksi sampel (penetapan kadar)

AgNO3 (aq) + Cl- (aq) → AgCl (s) ↓ (putih) + NO3- (aq)

K2CrO4 (aq) + 2AgCl (aq) → Ag2CrO4 (s) ↓ (endapan merah bata) + 2KCl (aq)

Praktikum Analisis Kimia Air, Mak & Min I Page11


Sulfiani, S.Si.,M. Pd
E. Alat dan Bahan
 Alat yang digunakan yaitu buret 50 mL, labu erlenmeyer 250 mL, labu
ukur 100 mL, gelas ukur 10 mL, botol semprot, pipet volume, corong
gelas, beaker glass 250 mL, statif dan klem
 Bahan yang digunakan yaitu sampel air, Indikator kalium kromat 5%,
larutan AgNO3 0,01 N, larutan NaCl 0,01 N, dan Aquades

F. Prosedur Kerja
1. Pembuatan Larutan Perak Nitrat (AgNO3) 0,01 N
gram AgNO3 = V AgNO3 x N AgNO3 x BE AgNO3
= 100 mL x 0,01 grek/mL x 170 mg/grek
= 170 mg = 0,17 g
Ditimbang 0,17 g Kristal AgNO3 pada neraca analitik dengan
menggunakan gelas kimia, kemudian dilarutkan sedikit dengan aquades
sambil diaduk. Setelah larut, larutan AgNO3 dipindahkan ke labu takar
100 mL, kemudian gelas kimia dibilas dengan aquades, hasil bilasan
dimasukkan kembali ke labu takar dan mencukupkan sampai tanda batas
labu takar tersebut menggunakan aquades.
2. Pembuatan Laruatan Natrium Klorida (NaCl) 0,01 N
gram NaCl = V NaCl x N NaCl x BE NaCl
= 100 mL x 0,01 grek/mL x 58,45 mg/grek
= 58,45 mg = 0,058 g
Diambil secukupnya kristal NaCl ke dalam petri disk/cawan porselin,
kemudian dikeringkan ke dalam oven pada suhu 110 C selama 1 jam.
Setelah itu didinginkan 10 menit ke dalam eksikator dan ditimbang
sebanyak 0,058 g pada neraca analitik menggunakan gelas kimia.
Dilarutkan sedikit dengan aquades sambil diaduk. . Setelah larut, larutan
NaCl dipindahkan ke labu takar 100 mL, kemudian gelas kimia dibilas
dengan aquades, hasil bilasan dimasukkan kembali ke labu takar dan
mencukupkan sampai tanda batas labu takar tersebut menggunakan
aquades.

Praktikum Analisis Kimia Air, Mak & Min I Page12


Sulfiani, S.Si.,M. Pd
3. Pembuatan Kalium Kromat (K2CrO4) 5%
gram AgNO3 = %(b/v) x V larutan/100
= 5 (g/mL) x 100 mL/100
=5g
Ditimbang 5 g serbuk K2CrO4 pada neraca analitik dengan menggunakan
gelas kimia, kemudian dilarutkan sedikit dengan aquades sambil diaduk.
Setelah larut, larutan K2CrO4 dipindahkan ke labu takar 100 mL,
kemudian gelas kimia dibilas dengan aquades, hasil bilasan dimasukkan
kembali ke labu takar dan mencukupkan sampai tanda batas labu takar
tersebut menggunakan aquades.
4. Standarisasi larutan AgNO3 dengan larutan standar NaCl
a. Disiapkan rangkaian alat titrasi.
b. Dimasukkan laruatan AgNO3 0,01 N ke dalam buret.
c. Disiapkan erlenmeyer yang masing-masing berisi :
10 mL larutan NaCl 0,01 N + 1 mL indikator K2CrO4 5%
(Erlenmeyer 1)
d. Kemudian dititrasi laruatan NaCl dengan larutan AgNO3 sampai
tercapai titik akhir titrasi (terjadi perubahan warna menjadi merah
bata/merah kecoklatan).
e. Dicatat volume titran (AgNO3) pada erlenmeyer 1, dicatat sebagai V1
titran.
f. Mengulangi prosedur c sampai d, kemudian dicatat volume titran pada
Erlenmeyer 2, dicatat sebagai V2 titran.
g. Menghitung rata-rata volume titran dengan cara :
V1 titran + V2 titran
𝑉 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 =
2
h. Menentukan Normalitas Laruatan AgNO3
V NaCl x N NaCl
𝑁 𝐴𝑔𝑁𝑂3 =
V rata titran
3. Penetapan kadar klorida sampel
a. Disiapkan rangkaian alat titrasi.
b. Dimasukkan laruatan AgNO3 yang telah distandarisasi ke dalam buret.

Praktikum Analisis Kimia Air, Mak & Min I Page13


Sulfiani, S.Si.,M. Pd
c. Disiapkan erlenmeyer yang masing-masing berisi :
25 mL larutan sampel air + 5 tetes indikator K2CrO4 5%
(Erlenmeyer 1)
d. Kemudian dititrasi sampel air dengan larutan AgNO3 sampai tercapai
titik akhir titrasi (terjadi perubahan warna menjadi merah bata/merah
kecoklatan).
e. Dicatat volume titran (AgNO3) pada erlenmeyer 1, dicatat sebagai V1
titran.
f. Mengulangi prosedur c sampai d, kemudian dicatat volume titran pada
erlenmeyer 2, dicatat sebagai V2 titran.
g. Menghitung rata-rata volume titran dengan cara :
V1 titran + V2 titran
𝑉 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 =
2
h. Menentukan Kadar Klorida pada sampel air :
V titran x N AgNO3 x BE Cl x 1000
Kadar Cl =
V sampel

Keterangan :

 V titran = volume AgNO3 pada saat terjadi perubahan warna


dinyatakan dalam satuan (mL)
 N AgNO3 = konsentrasi larutan AgNO3 yang telah distandarisasi
(mgrek/ml)
 BE Cl = bobot ekivalen Klorida (35,45 mg/mgrek)
 V sampel = volume sampel air yang dianalisis (mL)

G. Hasil Pengamatan satndarisasi

Vol. NaCl Vol. K2CrO4 Perubahan Vol. Titran


Warna
V1 = 10 mL V1 = 1 mL Merah Bata V1 = ….. mL
V2 = 10 mL V2 = 1 mL Merah Bata V2 = …..mL

Praktikum Analisis Kimia Air, Mak & Min I Page14


Sulfiani, S.Si.,M. Pd
Hasil Pengamatan Penetapan Kadar Klorida

Vol. Sampel Vol. K2CrO4 Perubahan Vol. Titran


Air Warna

V1 = 25 mL V1 = 5 tetes Merah Bata V1 = ….. mL


V2 = 25 mL V2 = 5 tetes Merah Bata V2 = …..mL

Praktikum Analisis Kimia Air, Mak & Min I Page15


Sulfiani, S.Si.,M. Pd
MODUL PRAKTIKUM IV

PENETAPAN KADAR PROTEIN PADA SAMPEL BAHAN PANGAN


METODE ALKALIMETRI (TITRASI FORMOL)

A. Tujuan Percobaan
 Mahasiswa dapat mengetahui cara standarisasi larutan NaOH
 Mahasiswa dapat melakukan analisis kadar protein pada sampel bahan
pangan menggunakan metode titrasi formol.

B. Prinsip
Prinsip dari titrasi formol adalah menetralkan larutan dengan basa NaOH
membentuk dimethilol dengan penambahan formaldehid yang mana gugus amino
sudah terikat dan tidak mempengaruhi reaksi asam basa NaOH. Indikator yang
digunakan adalah PP. Reaksi akhir titrasi akan terjadi perubahan warna pink.

C. Dasar Teori
Titrasi formol digunakan untuk menunjukkan kadar N-amino, selain itu
juga dapat digunakan untuk mengukur hidrolisis protein.
Protein merupakan suatu senyawa polimer yang terbentuk dari monomer-
monomer asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida antara asam amino
lainnya. Protein berfungsi sebagai sumber energi bagi tubuh mahluk hidup.
Membentuk jaringan atau bagian tubuh lain, untuk pertumbuhan, sebagai enzim
(merupakan katalisator). Transport molekul di dalam darah dan sel, sebagai
hormone contohnya hormon insulin sebagai pembentuk antibody. Molekul yang
membantu kontraksi otot,keseimbangan cairan,transmisi saraf.
Fenolphtalein ( phenolphthalein ) atau biasa disingkat sebagai PP adalah
suatu senyawa organik dengan rumus C2OH14O4 dan biasa dipakai sebagai
indikator untuk titrasi asam basa. Dan tidak berwarna dalam larutan asam dan
berwarna fuksia (pink ) bila dalam larutan basa.

Praktikum Analisis Kimia Air, Mak & Min I Page16


Sulfiani, S.Si.,M. Pd
D. Alat Dan Bahan
 Alat yang digunakan yaitu neraca analitik, gelas ukur, erlenmeyer, beaker
glas, buret, pipet tetes dan labu ukur
 Bahan yang digunakan yaitu sampel makanan, aquades, larutan NaOH 0,1
N, larutan formalin 40 %, indikator PP 1 %, larutan ammonium oksalat
(NH4)2 C2O4 jenuh
 Sampel yang digunakan yaitu susu kental, susu bubuk dan putih telur

E. Prosedur Kerja
1. Pembuatan Larutan Natrium Hidrosida (NaOH) 0,1 N
 Ditimbang kristal NaOH sebanyak 4,000 gram
 Dilarutkan sedikit dengan aquades
 Setelah larut, larutan NaOH dimasukkan ke dalam labu takar 1000 mL
dan ditambahkan aquades sampai tanda batas labu ukur.
2. Pembuatan Larutan Amonium Oksalat Jenuh 15 ml
 Disiapkan aquades sebanyak 15 ml dan melarutkan ammonium oksalat
sampai jenuh (sudah tidak dapat larut)
 Dapat dibuat dengan perbandingan 1 : 3 dengan cara menimbang 5 gram
ammonium oksalat dan menambahkan 15 ml aquades
3. Pembuatan Indikator PP 1%
 Ditimbang 1 gram serbuk PP, dilarutkan sedikit dengan alkohol 96%
 Setelah larut, larutan alkohol dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL
dan ditambahkan alkohol sampai tanda batas labu ukur.
4. Pembuatan Larutan Asam Oksalat 0,1 N
 Ditimbang 3,151 gram Kristal asam oksalat
 Dilarutkan sedikit dengan aquades
 Setelah larut, dimasukkan ke dalam labu takar 500 ml dan ditambahkan
aquades sampai tanda batas labu ukur.
5. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 N dengan Asam Oksalat 0,1 N
 Dimasukkan larutan NaOH ke dalam buret

Praktikum Analisis Kimia Air, Mak & Min I Page17


Sulfiani, S.Si.,M. Pd
 Dipipet 10 mL larutan asam oksalat ke Erlenmeyer dan ditambahkan 3
tetes indikator PP (larutan tidak berwarna)
 Larutan asam oksalat dititrasi dengan larutan NaOH sampai terjadi
perubahan warna (larutan berwarna pink)
 Dicatat volume titran NaOH (V1 = ….)
 Prosedur ke 2 dan ke 3 diulangi
 Dicatat volume titran NaOH (V2 =…..)
 Dihitung volume rata-rata titran NaOH (Vtitran rata-rata =……..)
 Ditentukan konsentrasi Normalitas Larutan standar NaOH dengan
menggunakan rumus :
Vas. oks x Nas. oks
𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 =
Vtitran
6. Penetapan volume titran untuk blanko
 Dimasukkan larutan NaOH yang telah distandarisasi ke dalam buret
 Dipipet 10 ml aquadest dan 0,2 ml amonium oksalat jenuh dan 3 tetes
indikator PP ke dalam Erlenmeyer (larutan tidak berwarna)
 Larutan ditirasi sampai terjadi perubahan warna (Larutan berwarna pink)
 Larutan ditambahkan 1 mL formalin (larutan jadi tidak berwarna
kembali)
 Ditambahkan kembali 3 tetes indikator PP
 Larutan dititrasi kembali sampai terjadi perubahan warna kembali (pink)
 Dicatat volume titran NaOH (V1 =…..)
 Prosedur ke 2 – 6 diulangi
 Dicatat volume titran NaOH (V2 =……..)
 Dihitung volume rata-rata titran NaOH
7. Penetapan volume titran untuk sampel
 Dimasukkan larutan NaOH yang telah distandarisasi ke dalam buret
 Ditimbang kurang lebih 3-5 gram sampel
 Diencerkan larutan sampel dengan aquades sampai 100 mL

Praktikum Analisis Kimia Air, Mak & Min I Page18


Sulfiani, S.Si.,M. Pd
Cat : Fungsi penambahan air pada sampel yaitu untuk menghidrolisis
protein yang terdapat pada sampel menjadi asam amino
 Dipipet 10 ml larutan sampel
 Ditambahkan 0,2 ml amonium oksalat jenuh dan 3 tetes indikator PP ke
dalam Erlenmeyer (larutan tidak berwarna)
Cat : Fungsi penambahan amonium oksalat jenuh yaitu untuk
memblokade gugus amina (-NH2) pada asam amino sehingga hanya
terdapat gugus karboksil (-COOH) pada ujung rantai yang akan bereaksi
dengan NaOH sampai larutan tersebut berubah menjadi berwarna merah
muda.
Fungsi penambahan indikator PP yaitu sebagai batas penanda
berakhirnya titrasi.
 Larutan ditirasi dengan NaOH sampai terjadi perubahan warna (Larutan
berwarna pink)
Fungsi dititrasi dengan NaOH 0,1 N yaitu untuk menetralkan gugus
karboksil yang terdapat pada asam amino.
 Larutan ditambahkan 1 mL formalin (larutan menjadi tidak berwarna
kembali)
Fungsi penambahan formalin yaitu menguatkan sifat asam dari asam
amino yang ditandai dengan hilangnya warna pink pada larutan
 Ditambahkan kembali 3 tetes indikator PP
 Larutan dititrasi kembali sampai terjadi perubahan warna kembali (pink)
 Dicatat volume titran NaOH (V1 =…..)
 Prosedur ke 4 – 9 diulangi
 Dicatat volume titran NaOH (V2 =……..)
 Dihitung volume rata-rata titran NaOH
8. Penetapan Kadar Protein
 Dihitung volume titrasi formol dengan rumus :
Vtf = Vrata-rata titran (sampel) – V rata-rata titran (blangko)
 Dihitung % Nitrogen sampel dengan rumus :

Praktikum Analisis Kimia Air, Mak & Min I Page19


Sulfiani, S.Si.,M. Pd
fp x Vtf x N NaOH x BE N
%𝑁 = x 100%
𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
 Dihitung kadar protein :
Kadar protein = % N x FK sampel
Untuk sampel susu, Faktor Konversi (FK) = 6,38

Praktikum Analisis Kimia Air, Mak & Min I Page20


Sulfiani, S.Si.,M. Pd
MODUL PRAKTIKUM V
PENETAPAN KADAR ZAT ORGANIK
(NILAI PERMANGANAT) METODE PERMANGANOMETRI

A. Tujuan Percobaan
 Mahasiswa dapat mengetahui cara standarisasi larutan kalium
permanganat
 Mahasiswa dapat melakukan analisis kadar zat organi (nilai permanganat)
pada sampel air menggunakan metode titrasi permanganometri.

B. Prinsip
Zat organik dalam sampel air dioksidasi dengan Kalium Permanganat
(KMnO4), sisa KMnO4 direduksi oleh asam oksalat berlebih, kelebihan
asam oksalat dititrasi kembali dengan KMnO4.

C. Dasar Teori
Adanya zat organik dalam air menunjukkan bahwa air tersebut telah
tercemar oleh kotoran manusia ,hewan atau oleh sumber lain.
Zat organik merupakan bahan makanan bakteri atau mikroorganisme
lainnya. Makin tinggi kandungan zat organik didalam air, maka semakin
jelas bahwa air tersebut telah tercemar . Adanya zat organik dalam air
menunjukkan bahwa air tersebut telah tercemar oleh kotoran manusia
,hewan atau oleh sumber lain. Zat organik komponen utamanya adalah
karbon, protein, dan lemak lipid. Zat organik ini mudah sekali mengalami
pembusukan oleh bakteri dengan menggunakan oksigen terlarut. Limbah
organik yang masuk ke dalam perairan dalam bentuk padatan yang
terendap, koloid, tersuspensi dan terlarut.
Nilai kalium permanganat (KMnO4 ) didefinisikan sebagai jumlah
mg KMnO4 yang diperlukan untuk mengoksidasi zat organik yang
terdapat di dalam satu liter sampel air dengan di didihkan selama 10 menit.

Praktikum Analisis Kimia Air, Mak & Min I Page21


Sulfiani, S.Si.,M. Pd
Dengan proses oksidasi tersebut di atas mungkin hanya sebagian atau
seluruh zat organik tersebut. Proses oksidasi untuk penetapan nilai kalium
permanganat dapat dilakukan dalam kondisi asam atau kondisi basa, akan
tetapi oksidasi dalam kondisi asam adalah lebih kuat, dengan demikian
ion-ion klorida yang terdapat pada sampel air akan ikut teroksidasi. Oleh
karena itu oksidasi kalium permanganat dalam kondisi basa dianjurkan
untuk pemeriksaan sampel air yang mengandung kadar klorida lebih dari
300 mg/L. Zat - zat organik lain yang dapat mengganggu penetapan nilai
kalium permanganat adalah ion – ion reduktor seperti ferro, sulfida dan
nitrit. Gangguan dari reduktor bila terdapat dalam sampel air dapat di
cegah dengan penambahan beberapa tetes larutan KMnO4.
Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara
lain terletak pada :
1) Larutan KMnO4 pada buret.
Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO4
pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga
pada titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat coklat
yang seharusnya adalah larutan berwarna merah rosa.
2) Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan seperti H2C2O4
Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4 yang telah
ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan
reaksi antara MnO4- dengan Mn2+.
MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O ↔ 5MnO2 + 4H+
3) Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti H2C2O4.
Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang
telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi
kehilangan oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian
terurai menjadi air.

H2C2O4 + O2 ↔ H2O2 + 2CO2↑

Praktikum Analisis Kimia Air, Mak & Min I Page22


Sulfiani, S.Si.,M. Pd
Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang
diperlukan untuk titrasi yang pada akhirnya akan timbul kesalahan
titrasi permanganometri yang dilaksanakan.

D. Reaksi
Reaksi oksidasi KMnO4 dalam kondisi asam :
2KMnO4 + 3H2SO4 2MnO4 + K2SO4 + 5O
Reaksi titrasi :
2MnO4- + 16 H+ + 5C2O42- 2Mn2+ + 8 H2O + 10 CO2

E. Alat dan Bahan


1) Alat yang digunakan yaitu erlenmeyer 250 mL, buret 50 mL, statif, klem,
corong gelas, labu semprot, hot plate, neraca analitik, gelas kimia 50 mL,
batang pengaduk, labu ukur (250 mL; 1000 mL), pipet tetes, pipet ukur 5
mL; 10 mL; 50 mL; 100 mL;
2) Bahan yang digunakan yaitu sampel air, aquades, larutan Kalium
Permanganat (KMnO4) 0,01 N, Asam Oksalat (H2C2O4.2H2O) 0,01 N,
Asam Sulfat (H2SO4) 8 N
F. Prosedur Kerja (berdasarkan SNI 06-6989-22.2004)

a. Pembuatan Larutan

 Pembuatan Larutan KMnO4 0,1 N


 Ditimbang 3,16 g KMnO4 dan dilarutkan sedikit dengan aquades,
setelah larut dimasukkan ke labu takar 1000 mL dan dicukupkan
dengan aquades sampai tanda batas
 Disimpan dibotol reagen coklat selama 24 jam
 Pembuatan Larutan KMnO4 0,01 N
 Dipipet 10 mL larutan KMnO4 0,1N, dimasukkan ke dalam labu takar
100 mL dan dicukupkan dengan aquades sampai tanda batas

Praktikum Analisis Kimia Air, Mak & Min I Page23


Sulfiani, S.Si.,M. Pd
 Pembuatan Larutan H2C2O4.2H2O 0,1 N
 Ditimbang 3,16 g H2C2O4.2H2O dan dilarutkan sedikit dengan
aquades, setelah larut dimasukkan ke labu takar 1000 mL dan
dicukupkan dengan aquades sampai tanda batas
 Selain larutan diatas, dapat juga digunakan larutan natrium oksalat
dengan cara ditimbang 6,7 g Na2C2O4.2H2O dalam 25 mL asam sulfat
6 N, setelah larut dimasukkan ke labu takar 1000 mL dan dicukupkan
dengan aquades sampai tanda batas
 Pembuatan Larutan H2C2O4.2H2O 0,01 N
 Dipipet 10 mL larutan H2C2O4.2H2O 0,1N, dimasukkan ke dalam
labu takar 100 mL dan dicukupkan dengan aquades sampai tanda batas

 Pembuatan Larutan H2SO4 8 N yang bebas senyawa organik


 Disiapkan 500 mL aquades ke dalam gelas kimia
 Dimasukkan 222 mL H2SO4 pekat dengan cara dituang sedikit demi
sedikit ke dalam gelas kimia yang berisi aquades sambil didinginkan
 Dipindahkan kembali ke dalam gelas kimia
 Ditetesi dengan larutan KMnO4 0,01N sampai berwarna merah muda
 Dipanaskan pada suhu 80 C selama 10 menit
 Bila warna merah muda hilang pada saat pemanasan maka
ditambahkan kembali larutan KMnO4 0,01 N hingga warna stabil

b. Standarisasi larutan KMnO4 0,01 N


 Dipipet 100 mL aquades secara duplo dan dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer 250 mL, dipanaskan hingga suhu 70 C
 Ditambahkan 5 mL H2SO4 8 N yang bebas zat organik
 Ditambahkan 10 mL larutan baku asam oksalat 0,01 N menggunakan
pipet volume
 Dititrasi dengan larutan KMnO4 0,01 N sampai warna merah muda dan
catat volume pemakaian
 Dilakukan titrasi sebanyak 2 kali

Praktikum Analisis Kimia Air, Mak & Min I Page24


Sulfiani, S.Si.,M. Pd
 Dihitung normalitas kaliun permanganate menggunakan rumus :
Vas. oks x Nas. oks
𝑁 𝐾𝑀𝑛𝑂4 =
Vtitran

c. Penentuan nilai permanganate


 Dipipet 100 mL sampel air dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 ml
 Ditambahkan larutan KMnO4 0,01 N beberapa tetes ke dalam sampel
hingga terjadi perubahan warna merah muda
 Ditambahkan 5 mL H2SO4 8 N yang bebas zat organik
 Dipanaskan diatas pemanas listrik pada suhu 105 oC, bila terdapat bau
H2S pendidihan diteruskan beberapa menit
 Dipipet 10 mL larutan baku KMnO4 0,01 N
 Dipanaskan hingga mendidih selama 10 menit
 Dipipet 10 mL larutan baku asam oksalat 0,01 N
 Dititrasi dengan larutan KMnO4 0,01 N sampai warna merah muda
 Dicatat volume pemakaian KMnO4
 Jika volume titran lebih 7 ml, maka sampel air diencerkan dan titrasi
kembali sesuai prosedur
 Ditentukan kadar zat organik menggunakan rumus :

𝑚𝑔 [(10 − 𝑎)𝑏 − (10 𝑥 𝑐)] 𝑥 31,6 𝑥 1000


𝐾𝑀𝑛𝑂4 = x fp
𝐿 d

Keterangan :

a = volume titran

b = normalitas larutan KMnO4 standar

c = normalitas asam oksalat

d = volume sampel

fp = factor pengenceran

Praktikum Analisis Kimia Air, Mak & Min I Page25


Sulfiani, S.Si.,M. Pd
MODUL PRAKTIKUM VI
PENETAPAN KADAR KALSIUM, MAGNESIUM DAN
KESADAHAN TOTAL PADA SAMPEL AIR
METODE KOMPLEKSOMETRI

A. Tujuan Percobaan
 Mahasiswa dapat mengetahui cara standarisasi larutan EDTA
 Mahasiswa dapat melakukan analisis kadar kalsium, magnesium dan
kesadahan total pada sampel air menggunakan metode titrasi
kompleksometri.

B. Prinsip Percobaan
Etilen Diamin Tetra Asetat (EDTA) akan bereaksi dengan kation
logam tertentu membentuk senyawa kompleks khelat yang larut. Pada pH 10,
ion-ion kalsium dan magnesium dalam sampel akan bereaksi dengan indicator
Eriochrome Blact T (EBT) dan membentuk larutan berwarna merah keunguan.
Jika EDTA ditambahkan sebagai titran, maka ion-ion kalsium dan magnesium
akan membentuk senyawa kompleks, molekul indikator terlepas kembali dan
pada titik akhir titrasi larutan akan berubah warna dari merah keunguan
menjadi biru. Dari cara ini diperoleh kesadahan total (Ca2+ dan Mg2+).
Kalsium dapat ditentukan secara langsung dengan EDTA bila pH
sampel dibuat cukup tinggi (12-13), sehingga magnesium akan mengendap
sebagai magnesium hidroksida dan pada titik akhir titrasi indikator murexid
hanya akan bereaksi dengan kalsium saja membentuk larutan berwarna biru.
Dari cara ini akan didapat kadar kalsium dalam air.
Dari kedua cara tersebut dapat dihitung kadar magnesium dengan cara
mengurangkan hasil kesadahan total dengan kadar kalsium yang diperoleh
yang dihitung sebagai CaCO3.

Praktikum Analisis Kimia Air, Mak & Min I Page26


Sulfiani, S.Si.,M. Pd
C. Dasar Teori
Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air,
umumnya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam
karbonat. Air sadah atau air keras adalah air yang memiliki kadar mineral
yang tinggi, sedangkan air lunak adalah air dengan kadar mineral yang rendah.
Selain ion kalsium dan magnesium, penyebab kesadahan juga bisa merupakan
ion logam lain maupun garam-garam bikarbonat dan sulfat. Metode paling
sederhana untuk menentukan kesadahan air adalah dengan sabun. Dalam air
lunak, sabun akan menghasilkan busa yang banyak. Pada air sadah, sabun
tidak akan menghasilkan busa atau menghasilkan sedikit sekali busa.
Kesadahan air total dinyatakan dalam satuan ppm berat per volume (w/v) dari
CaCO3.
Air sadah digolongkan menjadi dua jenis, berdasarkan jenis anion
yang diikat oleh kation (Ca2+ atau Mg2+), yaitu air sadah sementara dan air
sadah tetap.

1) Air sadah sementara adalah air sadah yang mengandung ion bikarbonat
(HCO3-), atau boleh jadi air tersebut mengandung senyawa kalsium
bikarbonat (Ca(HCO3)2) dan magnesium bikarbonat (Mg(HCO3)2). Air
yang mengandung ion atau senyawa-senyawa tersebut disebut air sadah
sementara karena kesadahannya dapat dihilangkan dengan pemanasan air,
sehingga air tersebut terbebas dari ion Ca2+ dan atau Mg2+.
2) Air sadah tetap
Air sadah tetap adalah air sadah yang mengadung anion selain ion
bikarbonat, misalnya dapat berupa ion Cl-, NO3- dan SO42-. Berarti
senyawa yang terlarut boleh jadi berupa kalsium klorida (CaCl2), kalsium
nitrat (Ca(NO3)2), kalsium sulfat (CaSO4), magnesium klorida (MgCl2),
magnesium nitrat (Mg(NO3)2), dan magnesium sulfat (MgSO4). Air yang
mengandung senyawa-senyawa tersebut disebut air sadah tetap, karena

Praktikum Analisis Kimia Air, Mak & Min I Page27


Sulfiani, S.Si.,M. Pd
kesadahannya tidak bisa dihilangkan hanya dengan cara pemanasan.
Untuk membebaskan air tersebut dari kesadahan, harus dilakukan dengan
cara kimia, yaitu dengan mereaksikan air tersebut dengan zat-zat kimia
tertentu. Pereaksi yang digunakan adalah larutan karbonat, yaitu Na2CO3
(aq) atau K2CO3 (aq). Penambahan larutan karbonat dimaksudkan untuk
mengendapkan ion Ca2+ dan atau Mg2+.
Kesadahan total didefenisikan sebagai jumlah miliekivalen ion kalsium
dan ion magnesium tiap liter sampel air.
Adapun dampak kesadahan pada air menurut WHO :
1) Terhadap kesehatan dapat menyebabkan cardiovaskuler disease
(penyumbatan pembuluh darah jantung) dan urithialis (batu ginjal) akibat
terakumulasinya endapan CaCO3 dan MgCO3 dalam ginjal.
2) Penyumbatan pada pipa logamkarena endapan CaCO3
3) Pemakaian sabun menjadi boros karena buih yang dihasilkan sedikit

Penentuan kesadahan air dapat ditentukan dengan menggunakan


spektroskopi serapan atom dan titrasi kompleksometri menggunakan EDTA.
EDTA berupa senyawa kompleks khelat dengan rumus molekul
(HO2CCH2)2NCH2CH2N(CH2CO2H)2 merupakan suatu senyawa asam amino
yang secara luas digunakan untuk mengikat ion logam – logam bervalensi dua
dan tiga. EDTA mengikat empat karboksilat dan dua gugus amina. Dalam hal
iniion Ca dan ion Mg akan terikat oleh EDTA sehingga tidak dapat lagi
membentuk endapan molekul sabun. EDTA senyawa mudah larut dalam air.
Dalam penggunaaannya adanya sejumlah tidak tertentu dalam air, sebaiknya
distandarisasi terlebih dahulu..Reaksi yang akan digunakan dalam titrasi ini
adalah reaksi pembentukan kompleks oleh karena itu titrasi ini disebut titrasi
kompleksometri.
Indikator EBT (Eriochrome Black-T) dan indicator murexid
merupakan senyawa pembentuk kompleks. Indikator ini memiliki warna yang
berbeda pada saat sebelum dan sesudah pembentukan kompleks. Indikator
EBT berwarna biru laut (warna saat tidak mengikat ion) dan warna ungu

Praktikum Analisis Kimia Air, Mak & Min I Page28


Sulfiani, S.Si.,M. Pd
kemerah-merahan pada saat mengikat kation logam. Fungsi EBT untuk
mereaksikan kation penyebab kesadahan menjadi lebih kompleks dengan
ditandai perubahan warna tersebut.
Indikator murexid merupakan indikator yang sangat peka terhadap
kehadiran ion kalsium. Pada saat sedang mengikat kation, indikator ini
menunjukkan warna merah anggur sedangkan jika tidak mengikat kation akan
berwarna ungu.
Penentuan kesadahan sampel air dengan metode kompleksometri
dilakukan dengan menggunakan larutan EDTA sebagai pentitrasi (titran).
Titran yang digunakan untuk penentuan kadar kesadahan haruslah larutan
baku primer. Karena larutan EDTA merupakan larutan baku sekunder, maka
sebelum digunakan sebagai titran, dilakukan standarisasi larutan baku EDTA
dengan larutan baku primer CaCO3. Sebelum penambahan indikator, larutan
CaCO3 dan sampel air diencerkan dengan aquades yang bertujuan untuk
mencegah pengendapan CaCO3 dan dilakukan penambahan buffer untuk
menjaga keseimbangan pH agar tidak terjadi perubahan pH sehingga dapat
menghindari terjadinya pengendapan CaCO3 pada pH rendah, sebab logam
logam alkali tanah seperti kalsium dan magnesium membentuk kompleks
yang tidak stabil dengan EDTA pada pH rendah dan mudah mengendap.

D. Alat dan Bahan


a) Alat yang digunakan yaitu erlenmeyer, buret, statif, klem, corong gelas,
labu semprot, neraca analitik, gelas kimia, batang pengaduk, labu ukur,
pipet tetes, pipet ukur dan hot plate
b) Bahan yang digunakan yaitu sampel air, aquades, larutan EDTA 0,01 M,
larutan buffer pH 10, Kalsium Karbonat (CaCO3), indikator EBT, larutan
Natrium Hidroksida (NaOH) 1 N, Larutan kalium sianida (KCN) 10%,
larutan asam klorida (HCl 1:1), indikator metil red, indicator murexid

E. Prosedur Kerja (berdasarkan SNI 06-6989-12.2004)

1. Pembuatan Larutan

Praktikum Analisis Kimia Air, Mak & Min I Page29


Sulfiani, S.Si.,M. Pd
a) Pembuatan Larutan EDTA 0,01 M
 Ditimbang 1,8612 g EDTA Kristal, kemudian dilarutkan sedikit
dengan aquades ke dalam gelas kimia
 Setelah larut, dimasukkan ke labu takar 500 mL, ditambahkan dengan
aquades sampai tanda batas.
b) Pembuatan larutan CaCO3 0,01 M
 Ditimbang 1,0 g CaCO3 anhidrat dan dimasukkan ke Erlenmeyer
kemudian dilarutkan sedikit dengan larutan HCl 1:1
 Setelah larut, ditambahkan dengan 200 mL aquades
 Di didihkan beberapa menit untuk menghilangkan CO2, kemudian di
dinginkan
 Setelah dingin, ditambahkan beberapa tetes indikator metil red
 Ditambahkan larutan HCl 1:1 sampai terbentuk warna orange
 Dipindahkan ke labu takar 1000 mL dan dicukupkan dengan aquades
sampai tanda batas
c) Standarisasi Larutan EDTA 0,01 M dengan larutan CaCO3 0,01
M
 Dipipet 10 mL larutan standar CaCO3 0,01 M, dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer
 Ditambahkan 40 mL aquades dan 1 mL larutan buffer pH 10
 Ditambahkan 30-50 mg indikator EBT
 Dititrasi dengan larutan EDTA 0,01 M sampai terjadi perubahan warna
dari merah keunguan menjadi biru
 Dicatat volume titran
 Diulangi prosedur diatas minimal duplo
 Dihitung molaritas EDTA
M CaCO3 x V CaCO3
𝑀 𝐸𝐷𝑇𝐴 =
V EDTA

d) Kesadahan Total

Praktikum Analisis Kimia Air, Mak & Min I Page30


Sulfiani, S.Si.,M. Pd
 Diambil 25 mL sampel air ke dalam labu takar kemudian diencerkan
sampai 50 mL.
 Setelah diencerkan, dipindahkan ke dalam Erlenmeyer dan
ditambahkan 1-2 mL larutan buffer pH 10, ditambahkan 30-50 mg
indicator EBT
 Dilakukan titrasi dengan larutan EDTA 0,01 M sampai terjadi
perubahan warna merah keunguan menjadi biru
 Dicatat volume titran
 Diulangi prosedur diatas minimal duplo
 Dihitung kadar kesadahan total sampel air

𝐾𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝑚𝑔 𝐶𝑎𝐶𝑜3)/𝐿


V titran x M EDTA x BM CaCO3 x 1000
=
V sampel (mL)
e) Kadar Kalsium pada sampel air

 Diambil 25 mL sampel air ke dalam labu takar kemudian diencerkan


sampai 50 mL.
 Setelah diencerkan, dipindahkan ke dalam Erlenmeyer dan
ditambahkan 2 mL larutan NaOH 1 N (secukupnya) sampai dicapai pH
12 - pH 13
 Apabila larutan sampel keruh, ditambahkan 1-2 mL larutan kalium
sianida (KCN) 10%
 Ditambahkan 30-50 mg indikator murexid
 Dilakukan titrasi dengan larutan EDTA 0,01 M sampai terjadi
perubahan warna merah muda menjadi ungu
 Dicatat volume titran
 Diulangi prosedur diatas minimal duplo
 Dihitung kadar kalsium pada sampel air
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑘𝑎𝑙𝑠𝑖𝑢𝑚 (𝑚𝑔 𝐶𝑎)/𝐿
V rata titran x M EDTA x BM Ca x 1000
=
V sampel (mL)

Praktikum Analisis Kimia Air, Mak & Min I Page31


Sulfiani, S.Si.,M. Pd
f. Kadar Magnesium pada sampel air
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑀𝑎𝑔𝑛𝑒𝑠𝑖𝑢𝑚 (𝑚𝑔 𝑀𝑔)/𝐿
(V rata titran kes. tot − V rata titran Ca) x M EDTA x BM Mg x 1000
=
V sampel (mL)

Praktikum Analisis Kimia Air, Mak & Min I Page32


Sulfiani, S.Si.,M. Pd
MODUL PRAKTIKUM VII

PENETAPAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS


PADA SAMPEL MINYAK METODE ALKALIMETRI

A. Tujuan Percobaan
 Mahasiswa dapat mengetahui cara standarisasi larutan NaOH
 Mahasiswa dapat melakukan analisis kadar asam lemak bebas pada sampel
minyak menggunakan metode alkalimetri.

B. Prinsip
Penentuan kadar asam lemak bebas (Free Fatty Acid atau FFA) berprinsip
pada titrasi sampel yang dilarutkan dengan alkohol netral oleh Natrium
Hidroksida untuk menetralkan asam lemak bebas.

C. Dasar Teori
Minyak merupakan salah satu zat makanan yang penting bagi kebutuhan
tubuh manusia. Selain itu minyak juga merupakan sumber energi dimana satu
gram minyak dapat menghasilkan 9 kkal. Minyak (nabati) mengandung asam
lemak tak jenuh dan beberapa asam lemak esensial seperti asam olet, linolet
dan linolenat. Minyak berperan penting bagi pengolahan bahan pangan,
kerena minyak mempunyai titik didih yang tinggi (±200oC). Oleh karena itu
minyak dapat digunakan untuk menggoreng makanan sehingga bahan yang
digoreng menjadi kehilangan kadar air dan menjadi kering. Selain itu pula
minyak dapat juga memberikan rasa yang gurih dan aroma yang spesifik.
Asam lemak bebas berasal dari proses hodrolisa minyak ataupun dari
kesalahan proses pengolahan. Kadar asam lemak yang tinggi berarti kualitas
minyak tersebut semakin rendah. Penentuan kadar asam lemak bebas ini
berdasarkan pada jenis asam lemak apa yang paling dominan dalam sampel
minyak atau lemak yang digunakan. Penentuan asam lemak dapat
dipergunakan untuk mengetahui kualitas dari minyak atau lemak, hal ini

Praktikum Analisis Kimia Air, Mak & Min I Page33


Sulfiani, S.Si.,M. Pd
dikarenakan bilangan asam dapat dipergunakan untuk mengetahui jumlah
asam lemak bebas dalam suatu bahan atau sampel. Semakin besar angka asam
maka dapat diartikan kandungan asam lemak bebas dalam sampel semakin
tinggi, besarnya asam lemak bebas yang terkandung dalam sampel dapat
diakibatkan dari proses hidrolisis ataupun karena proses pengolahan yang
kurang baik.
Pelarut yang digunakan dalam percobaan asam lemak bebas adalah
alkohol netral. Alkohol dalam kondisi panas akan lebih baik melarutkan
sampel yang non polar. Dalam memanaskan alkohol, dilakukan dipemanas air
hal ini dikarenakan titik didih alkohol lebih rendah daripada air.
Asam lemak bebas adalah asam yang dibebaskan pada hidrolisa dari
lemak. Terdapat berbagai macam lemak, tetapi untuk perhitungan, kadar ALB
minyak sawit dianggap sebagai asam palmitat (BM 256). Daging kelapa sawit
mengandung enzim lipase yang dapat menyebabkan kerusakan pada mutu
minyak ketika struktur seluler terganggu. Enzim yang berada didalam jaringan
daging buah tidak aktif karena terselubung oleh lapisan vakuola, sehingga
tidak dapat berinteraksi dengan minyak yang banyak terkandung pada daging
buah. Masih aktif di bawah suhu 15 C dan non aktif dengan suhu diatas 50 C.
Apabila trigliserida bereaksi dengan air maka menghasilkan gliserol dan asam
lemak bebas. Enzim lipase bertindak sebagai katalisator dalam pembentukan
trigliserida dan kemudian memecahnya kembali menjadi asam lemak bebas.
Salah satu factor yang mempengaruhi kualitas (kemurnian) minyak goreng
kelapa sawit adalah asam lemak bebas. Peningkatan jumlah asam lemak bebas
ini terjadi bila minyak goring teroksidasi ataupun terhidrolisis sehingga
mengakibatka ikatan rangkap dua yang ada dalam minyak akan pecah.
Pecahnya ikatan rangkap dua ini lama kelamaan akan membuat minyak
goreng menjadi semakin jenuh.

Praktikum Analisis Kimia Air, Mak & Min I Page34


Sulfiani, S.Si.,M. Pd
D. Alat dan Bahan
 Alat yang digunakan yaitu buret, ststif, klem, corong gelas, Erlenmeyer,
gelas kimia, labu takar, neraca analitik, pipet ukur, bulp, hotplate,
 Bahan yang digunakan yaitu Larutan Natrium Hidroksida (NaOH) 0,1
N, aquades, larutan Asam Oksalat (H2C2O4.2H2O) 0,1 N, indikator
phenolphthalein (PP) 0,5%, dan Alkohol (C2H5OH) 96%
 Sampel yang digunakan minyak kelapa

E. Prosedur Kerja :

a) Pembuatan Reagen

1) Pembuatan Larutan NaOH 0,1 N 1000 mL


 Ditimbang 4,000 gram NaOH dengan menggunakan gelas kimia di
neraca analitik.
 NaOH dilarutkan dengan sedikit aquades dalam gelas kimia
 Setelah larut, dipindahkan ke labu takar 1000 mL
 Dicukupkan dengan aquades sampai tanda batas labu takar tersebut.
2) Pembuatan Larutan Asam Oksalat 0,1 N 100 ml
 Ditimbang 0,63 gram asam oksalat dengan menggunakan gelas
kimia di neraca analitik.
 Asam oksalat dilarutkan dengan sedikit aquades dalam gelas kimia
 Setelah larut, dipindahkan ke labu takar 100 mL
 Dicukupkan dengan aquades sampai tanda batas labu takar
tersebut.
3) Pembuatan Alkohol 96% Netral
 Di ambil 100 mL alkohol 96 % menggunakan pipet ukur dan
dimasukkan ke dalam erlenmeyer (tutup).
 Dipanaskan alkohol di atas hot plate ± 60°C jaga temperatur
jangan sampai mendidih
 Ditambahkan indikator PP beberapa tetes
 Dititrasi dengan larutan NaOH 0.1 N ke dalam elenmeyer hingga
berwarna merah muda

Praktikum Analisis Kimia Air, Mak & Min I Page35


Sulfiani, S.Si.,M. Pd
4) Pembuatan indikator PP 0,5%
 Ditmbang 0,5 g serbuk PP
 Dilarutkan sedikit dengan alkohol 96%
 Setelah larut, dimasukkan ke labu takar 100 mL
 Dicukupkan dengan alkohol sampai tanda batas labu takar
b) Standarisasi Larutan NaOH 0,1 N
 Disiapkan alat dan bahan
 Dimasukkan larutan NaOH 0,1 N ke dalam buret
 Dipipet 10 mL larutan asam oksalat 0,1 N ke dalam Erlenmeyer
 Ditambahkan 3 tetes indikator PP 1%
 Larutan asam oksalat ditirasi dengan larutan NaOH sampai tercapai
titik akhir titrasi (terjadi perubahan warna dari tidak berwarna
menjadi merah muda)
 Dicatat volume titran
 Diulangi prosedur diatas minimal duplo
 Menghitung Normalitas NaOH
Vas. oks x N as. oks
𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 =
Vtitran

c) Penetapan kadar asam lemak bebas

 Sebanyak 2 - 5 gram sampel minyak ditimbang dan dimasukkan ke


dalam erlenmeyer
 Ditambahakan 50 mL alkohol netral, dihomogenkan agar minyak
larut
 Ditambahkan 3-5 tetes indikator PP
 Larutan sampel dititrasi sampai tercapai titik akhir titrasi (terjadi
perubahan warna)
 Dicatat volume titran
 Diulangi prosedur diatas minimal duplo
 Dihitung kadar asam lemak bebas

Praktikum Analisis Kimia Air, Mak & Min I Page36


Sulfiani, S.Si.,M. Pd
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑠
Vtitran x N NaOH x BM minyak kelapa
= x 100%
mg sampel

Praktikum Analisis Kimia Air, Mak & Min I Page37


Sulfiani, S.Si.,M. Pd
MODUL PRAKTIKUM VIII

UJI KUALITAS AIR (TINGKAT KEKERUHAN AIR)


MENGGUNAKAN TURBIDIMETER

A. Tujuan Percobaan
 Mahasiswa dapat mengetahui cara pemeriksaan tingkat kekeruhan pada
sampel air
 Mahasiswa dapat mengetahui prinsip dan penggunanan alat turbidimeter

B. Prinsip
Prinsip umum dari alat turbidimeter adalah sinar yang datang mengenai
suatu partikel ada yang diteruskan dan ada yang dipantulkan, maka sinar yang
diteruskan digunakan sebagai dasar pengukuran. Alat akan memancarkan
cahaya pada media atau sampel, dan cahaya tersebut akan diserap, dipantulkan
atau menembus media tersebut. Cahaya yang menembus media akan diukur
dan ditransfer ke dalam bentuk angka.

C. Dasar Teori

Air merupakan salah satu kebutuhan manusia. Air yang diperlukan

manusia harus memenuhi secara kuantitatif dan kualitatif. Dari aspek

kuantitatif, jumlah air yang dibutuhkan untuk keperluan minum per orang
rata-rata sebanyak 2,5 liter / hari, sedangkan secara keseluruhan kebutuhan

suatu rumah tangga untuk masyarakat Indonesia diperkirakan sebesar 60 liter /

hari . Dari segi kualitas, air minum dan air bersih harus memenuhi syarat

kesehatan baik secara fisik, kimia, mikrobiologis maupun radioaktif sesuai

peraturan pemerintah melalui Dinas Kesehatan maupun lingkungan. Air bersih

harus bebas dari mikroorganisme patogen, bahan kimia berbahaya, warna, bau

dan kekeruhan.

Praktikum Analisis Kimia Air, Mak & Min I Page38


Sulfiani, S.Si.,M. Pd
Kekeruhan pada air dalam istilah teknik biasnya disebut dengan turbiditas.
Kekeruhan adalah keadaan buram atau kekaburan dari cairan yang disebabkan
oleh partikel individu (padatan tersuspensi) yang umumnya tidak terlihat
dengan mata telanjang, mirip dengan asap di udara. Pengukuran kekeruhan
adalah tes kunci dari kualitas air. Kekeruhan dalam air permukaan dapat
disebabkan oleh pertumbuhan fitoplankton, kegiatan manusia yang
mengganggu tanah, seperti konstruksi dapat menyebabkan tingkat sedimen
yang tinggi ketika memasuki perairan selama musim hujan karena limpasan
air hujan sehingga menciptakan kondisi keruh.
Kekeruhan menggunakan efek cahaya sebagai dasar untuk mengukur
keadaan air baku dengan skala NTU ( Nephelometrix Turbidity Unit).
Kekeruhan dinyatakan dalam satuan unit turbiditas yang setara dengan 1 mg/L
SiO2. Kekeruhan ini disebabkan oleh adanya benda tercampur atau benda
koloid di dalam air. Hal ini membuat perbedaan nyata dari segi estetika
maupun dari segi kualitas air itu sendiri.
Turbidimeter adalah suatu metode anlisis kuantitatif yang berdasarkan
pada pelenturan sinar oleh suspense zat padat. Pada dasarnya yang diukur
adalah perbandingan antara intensitas sinar yang diteruskan dengan intensitas
sinar mula-mula.
Air yang baik adalah jernih dan tidak keruh. Batas maksimal kekeruhan air
bersih menurut PERMENKES RI Nomor 416 Tahun 1990 adalah 5 skala
NTU. Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan organik dan
organik yang terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan yang dihasilkan
oleh buangan industri seperti besi dan mangan.

D. Alat dan Bahan


 Alat yang digunakan yaitu Turbidimetet Lutron-2016 1 set
 Bahan yang digunakan tissu/lap halus, reagen kalibrasi 0 NTU dan 100
NTU dan reagen sterilisasi alat
 Sampel yang digunakan air minum PDAM, air sumur bor, air minum
mineral, dan air minum depot.

Praktikum Analisis Kimia Air, Mak & Min I Page39


Sulfiani, S.Si.,M. Pd
E. Prosedur Kerja :

a) Kalibrasi Alat Turbidimeter Lutron

 Disiapkan 1 set alat turbidimeter


 Dikeluarkan alat turbidimeter beserta reagen standar untuk
kalibrasi
 Reagen 1 berisi larutan standar 0 NTU, reagen 2 berisi larutan
stndar 100 NTU
 Pada alat turbidimeter, ditekan Tombol POWER sehingga muncul
angka 00
 Penutup atas pada turbidimeter dibuka, dan dimasukkan reagen 1
pada tempatnya dimana posisi sejajar garis putih yang terdapat
pada botol reagen
Cat : botol reagen harus bersih dan kering dan tidak boleh
tersentuh langsung oleh tangan, tetapi menggunakan handskun
bersih atau tissu.
 Kemudian ditutup kembali alat turbidimeter
 Ditekan tombol TES/CAL pada alat (ditahan) sampai muncul CAL
dan angka 000
 Ditekan kembali tombol TES/CAL (ditahan) sampai muncul CAL
dan angka 100
 Penutup alat dibuka, dan mengeluarkan reagen 1, kemudian
 Dimasukkan reagen 2 dengan posisi sejajar dengan garis putih
pada botol reagen dan ditutup kembali
 Ditekan tombol TES/CAL (ditahan) sampai muncul CAL dan
angka 00
 Ditekan kembali tombol TES/CAL (ditahan) sampai muncul CAL
dan angka 000
 Ditekan 1 kali tombol HOLD akan muncul angka 100
 Ditekan 1 kali lagi tombol HOLD akan muncul CLR

Praktikum Analisis Kimia Air, Mak & Min I Page40


Sulfiani, S.Si.,M. Pd
 Ditekan kembali tombol TES/CAL (ditahan) sampai muncul CAL
dan angka 00
 Alat turbidimeter siap digunakan untuk uji kekeruhan pada sampel

b. Uji Kekeruhan Pada Sampel Air


 Disiapkan alat turbidimeter yang telah dikalibrasi
 Dikeluarkan botol sampel dan larutan sterilisasi
 Sebelum botol digunakan untuk memasukkan sampel, terlebih
dahulu dibilas dengan reagen sterilisasi menggunakan pipet tetes
 Dimasukkan sampel air pada botol sampel menggunakan pipet tetes
sampai batas garis putih
 Reagen yang berisi sampel dimasukkan ke alat turbidimeter
 Tekan Tombol TES/CAL 1 kali dan akan mengeluarkan hasil dengan
satuan NTU
Cat : botol sampel jangan disentuh langsung oleh tangan, gunakan
handskun bersih atau tissu pada saat dimasukkan ke dalam
turbidimeter, botol sampel dalam kondisi luarnya kering dan bersih.
 Dicatat hasil yang diperoleh pada alat
Cat : untuk melanjutkan pemeriksaan ke sampel berikutnya, botol
sampel disterilkan terlebih dahulu menggunakan reagen sterilisasi.

Praktikum Analisis Kimia Air, Mak & Min I Page41


Sulfiani, S.Si.,M. Pd
MODUL PRAKTIKUM IX

UJI KADAR GULA (SUKROSA) PADA SAMPEL MINUMAN


MENGGUNAKAN HAND REFRAKTOMETER

A. Tujuan Percobaan
 Mahasiswa dapat mengetahui cara pemeriksaaan kadar gula (sukrosa) pada
sampel minuman
 Mahasiswa dapat mengetahui prinsip dan penggunanan alat refraktometer

B. Prinsip
Prinsip kerja dari refraktometer sesuai dengan namanya adalah
memanfaatkan refraksi cahaya. Cahaya polikromatis dari sinar lampu
menyinari day light plate, kemudian sampel diteteskan di atas prisma. Sampel
terkena cahaya polikromatis yang diteruskan ke prisma. Sampel terkena
cahaya polikromatis yang diteruskan ke prisma. Cahaya polikromatis diubah
menjadi cahaya monokromatis, pada saat itu terjadi pemfokusan pada lensa
dan diteruskan ke biomaterial skip, sehinnga tertera skala. Skala dibaca
dengan menggunakan mata melalui eye piece.

C. Dasar Teori
Refraktometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kadar/
konsentrasi bahan terlarut berdasarkan indeks biasnya. Misalnya gula, garam,
protein, dsb. Refraktometer ditemukan oleh Dr. Ernest Abbe seorang ilmuan
dari German pada permulaan abad 20.
Ada beberapa bagian dari alat refraktometer yaitu :

Praktikum Analisis Kimia Air, Mak & Min I Page42


Sulfiani, S.Si.,M. Pd
1) Day light plate (kaca)

Day light plate berfungsi untuk melindungi prisma dari goresan akibat
debu, benda asing, atau untuk mencegah agar sampel yang diteteskan pada
prisma tidak menetes atau jatuh.

2) Prisma (biru)
Prisma merupakan bagian yang paling sensitif terhadap goresan. Prisma
berfungsi untuk pembacaan skala dari zat terlarut dan mengubah cahaya
polikromatis (cahaya lampu/matahari) menjadi monokromatis.

3) Knop pengatur skala


Knop pengatur skala berfungsi untuk mengkalibrasi skala menggunakan
aquades. Cara kerjanya ialah knop diputar searah atau berlawanan arah jarum
jam hinggan didapatkan skala paling kecil (0.00 untuk refraktometer salinitas,
1.000 untuk refraktometer urine).

4) Lensa
Lensa berfungsi untuk memfokuskan cahaya yang monokromatis.

5) Handle
Handle berfungsi untuk memegang alat refraktometer dan menjaga suhu
agar stabil.

6) Biomaterial strip
Biomaterial strip teerletak pada bagian dalam alat (tidak terlihat) dan
berfungsi untuk mengatur suhu sekitar 18 – 28 OC. Jika saat pengukuran
suhunya mencapai kurang dari 18 OC atau melebihi 28 OC maka secara
otomatis refraktometer akan mengatur suhunya agar sesuai
dengan range yaitu 18 – 28 OC.

7) Lensa pembesar

Praktikum Analisis Kimia Air, Mak & Min I Page43


Sulfiani, S.Si.,M. Pd
Sesuai dengan namanya, lensa pembesar berfungsi untuk memperbesar
skala yang terlihat pada eye piece.

8) Eye piece
Eye piece merupakan tempat untuk melihat skala yang ditunjukkan oleh
refraktometer.
9) Skala
Skala berguna untuk melihat , konsentrasi, dan massa jenis suatu larutan.

Ada 2 jenis hand refraktometer :


a. Hand refraktometer brix untuk gula 0-32%
b. Hand refraktometer untuk salt NaCl 0-28%

D. Alat dan Bahan

 Alat yang digunakan yaitu hand refraktometer dan pipet tetes


 Bahan yang digunakan tissu/lap halus dan aquades
 Sampel yang digunakan minuman ringan kemasan

E. Prosedur Kerja :

a) Kalibrasi alat hand refraktometer

 Disiapkan alat hand refraktometer


 Dibersihkan pada bagian prisma dan day light plate menggunakan
tissue dengan arah ke bawah
 Diteteskan aquades 1 tetes pada bagian prisma, kemudian menutup
dengan menggunakan day light plate
 Dibaca skala yang terdapat pada refraktometer ditempat yang
bercahaya hingga muncul garis putih biru yang menunjukkan angka 0%
brix
Cat : Jika baris putih biru kurang 0 atau melebihi dari angka 0, maka dapat
disetel pada bagian knop pengatur skala menggunakan alat pengatur
yang tersedia.

Praktikum Analisis Kimia Air, Mak & Min I Page44


Sulfiani, S.Si.,M. Pd
b) Uji kadar sukrosa pada sampel minuman

 Refraktometer dibersihkan terlebih dahulu dengan tisu ke arah bawah


 Refraktometer ditetesi dengan aquadest atau larutan NaCl 5% pada
bagian prisma dan day light plate
 Refraktometer dibersihkan dengan kertas tissue sisa aquadest / NaCl yang
tertinggal
 Sampel cairan diteteskan pada prisma 1 – 3 tetes
 Skala kemudian dilihat ditempat yang bercahaya dan dibaca skalanya
 Kaca dan prisma dibilas dengan aquades / NaCl 5% serta dikeringkan
dengan tisu, dan
 Refraktometer disimpan di tempat kering

Praktikum Analisis Kimia Air, Mak & Min I Page45


Sulfiani, S.Si.,M. Pd

Anda mungkin juga menyukai