Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Fasilitator :
Lutfiah Nur Aini,S.Kep.Ns.M.Kep
Penyusun:
Kelompok 2
Anggota :
PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES DIANHUSADA MOJOKERTO
TAHUN AKADEMIK 2017-2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas karunia dan nikmatnya sehingga penyusun
dapat menyelesaikan Makalah ini tepat waktu dengan judul “Jenis dan Jumlah Kalori dalam Diet
dan Enema pada dewasa” sebagai salah satu tugas Sistem Pencernaan Prodi. S1 Keperawatan
Stikes Dian Husada Mojokerto.
Pada penulisan makalah ini, penulis berusaha menggunakan bahasa yang sederhana dan
mudah dimengerti sehingga dapat dengan mudah dicerna dan diambil intisari dari materi yang
sesuai dengan kebutuhan mahasiswa.
Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya, baik dari
segi bahasa, pengolahan, maupun dalam penyusunan. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan
kritik yang sifatnya membangun demi tercapai suatu kesempurnaan dalam penulisan makalah
kami selanjutmnya.
Penulis sangat berterima kasih atas dorongan dan saran yang berharga dari teman-teman
kelompok sehingga makalah ini dapat tersusun sedemikian rupa.
Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada dosen pembimbing yang senantiasa
mendampingi kelompok dalam penulisan makalah ini.
Akhirnya penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan oleh karena itu
penyusun mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun guna perbaikan dan
penambahan wawasan untuk pembelajaran selanjutnya dan supaya makalah ini dapat bermanfaat
bagi penyusun khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
B. Saran ............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan pada lambung umumnya berupa sindroma dispepsia, yaitu kumpulan gejala yang
terdiri dari mual,muntah,nyeri epigastrium,kembung,nafsu makan berkurang, dan rasa cepat
kenyang.
Tujuan diet penyakit lambung adalah untuk memberikan makanan dan cairan secukupnya
yang tidak memberatkan lambung serta mencegah dan menetralkan sekresi asam lambung
yang berlebih.
Enema adalah larutan yang dimasukkan dalam rektum dan kolon sigmoid yang di gunakan
untuk meningkatkan defekasi dengan menstimulasi peristaltic.
Tindakan enema diberikan dengan tujuan untuk:
1. Mengeluarkan flatus.
2. Menghilangkan konstipasi untuk sementara
3. Membuang feses yang mengalami impaksi
4. Mengosongkan usus sebelum pemeriksaan diagnostik, pembedahan, atau melahirkan, dan
memulai program bowel training.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana menentukan jenis dan jumlah kalori dalam diet pada penyakit lambung?
2. Bagaimana prosedur pelaksanaan washout (enema)?
C. Tujuan
a. Tujuan umum
Mahasiswa memahami prosedur keperawatan tentang jumlah dan jenis kalori dalam diet
dan washout (enema).
b. Tujuan khusus
1. Mahasiswa mampu mengaplikasikan materi mengenai mengetahui jumlah dan jenis
kalori dalam diet
2. Mahasiswa mampu mengaplikasikan materi mengenai washout (enema)
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
1. Diet Lambung I
Diet Lambung I diberikan kepada pasien Gastritis Akut, Ulkus Peptikum, Pasca
Pendarahan, dan Tifus Abdominalis berat. Makanan diberikan dalam bentuk
saring dan merupakan perpindahan dari Diet Pasca-Hematemesis-Melena, atau
setelah fase akut teratasi. Makanan diberikan setiap 3 jam (Lihat Makanan Saring)
selama 1-2 hari saja karena membosankan serta kurang energi, zat besi, tiamin
dan vitamin C.
2. Diet Lambung II
Diet Lambung II diberikan sebagai perpindahan dari Diet Lambung I, kepada
pasien dengan Ulkus Peptikum atau Gastritis Kronis dan Tifus Abdominalis
ringan. Makanan berbentuk lunak, porsi kecil serta diberikan berupa 3 kali
makanan lengkap dan 2-3 kali makanan selingan. Makanan ini cukup energi,
protein, vitamin C, tetapi kurang tiamin.
Bahan Makanan Sehari
Bahan Makanan Berat (g) Urt
Beras 90 3 ½ gls bubur
Roti 40 2 iris
Maizena 20 4 sdm
Daging 100 2 ptg sdg
Telur Ayam 100 2 btr
Tempe 100 4 ptg sdg
Sayuran 250 2 ½ gls
Buah 200 2 ptg papaya
Margarin 35 3 ½ sdm
Gula Pasir 65 6 ½ sdm
Susu 300 1 ½ gls
Nilai Gizi
Energi : 1942 kkal Besi : 28,5 mg
Protein : 75 g Vitamin A : 15396 RE
Lemak : 79 g Tiamin : 0,8 mg
Karbohidrat : 241 g Vitamin C : 205 mg
Kalsium : 817 mg
Pembagian Bahan Makanan Sehari
Pagi Pukul 10.00
Beras 30 g : 1 ¼ gelas bubur Maizena 20 g : 4 sdm
5
Telur Ayam 50 g : 1 btr Gula Pasir 25 g : 2 ½ sdm
Sayuran 50 g : ½ gelas Susu 100 g : ½ gls
Gula Pasir 10 g : 1 sdm
Margarin 5 g : ½ sdm
6
ditim, diceplok air dan
dicampur dalam makanan;
susu.
Sumber protein nabati Tahu, tempe direbus ditim, Tahu, tempe digoreng;
ditumis; kacang hijau kacang tanah, kacang merah,
direbus, dan dihaluskan. kacang tolo.
Sayuran Sayuran yang tidak banyak Sayuran mentah, sayuran
serat dan tidak menimbulkan berserat tinggi dan
gas dimasak; bayam, bit, menimbulkan gas seperti
labu, siam, labu kuning, daun singkong, kacang
wortel, tomat direbus, dan panjang, kol, lobak, sawi,
ditumis. dan asparagus.
Buah-buahan Pepaya, pisang, jeruk manis, Buah yang tinggi serat
sari buah; pir, dan peach dan/atau dapat menimbulkan
dalam kaleng. gas seperti jambu biji, nanas,
apel, kedondong, durian,
nangka; buah yang
dikeringkan.
Lemak Margarin dan mentega; Lemak hewan, santan kental.
minyak untuk menumis dan
santan.
Minuman Sirup, teh. Minuman yang mengandung
soda dan alkohol, kopi, ice
cream.
Bumbu Gula, garam, versin, kunci, Lombok, bawang, merica,
kencur, jahe, kunyit, terasi, cuka dan sebagainya yang
laos, salam, sereh. tajam.
7
Siang Pukul 16.00
Bubur nasi/nasi tim Roti bakar
Semur daging giling Otak arik telur
Setup bayam
Jus pepaya
Nilai Gizi
Energi : 2054 kkal Besi : 26 mg
Protein : 70 g Vitamin A : 29103 RE
Lemak : 69 g Tiamin : 0,8 mg
8
Karbohidra t : 290 g Vitamin C : 204 mg
Kalsium : 653 mg
9
B. Enema
a. Definisi
Enema adalah larutan yang dimasukkan dalam rektum dan kolon sigmoid yang di
gunakan untuk meningkatkan defekasi dengan menstimulasi peristaltik. Volume cairan
yang dimasukkan akan memecah massa feses, meregangkan dinding rektum, kadang-
kadang mengiritasi mukosa usus,dan mengawali refleks defekasi. Juga digunakan untuk
alat transportasi obat-obatan yang menimbulkan efek lokal pada mukosa rektum.
b. Tujuan
Tindakan enema diberikan dengan tujuan untuk:
1. Mengeluarkan flatus.
2. Menghilangkan konstipasi untuk sementara
3. Membuang feses yang mengalami impaksi
4. Mengosongkan usus sebelum pemeriksaan diagnostik, pembedahan, atau melahirkan,
dan memulai program bowel training.
c. Indikasi
1. Konstipasi
2. Kebiasaan buang air besar yang tidak teratur
3. Penggunaan laxative yang berlebihan
4. Peningkatan stress psikologis
5. Impaksi fases
6. Kebiasaan buang air besar yang teratur
7. Persiapan pra operasi
8. Untuk tindakan diagnostik misalnya pemeriksaan neurologi
9. Pasien dengan melena
d. Kontra Indikasi
1. Dengan diverticulis,ulcerative colitis,crhon’s disease.
2. Post operasi
3. Pasien dengan gangguan fungsi jantung atau gagal ginjal, hemoroid, tumor rectum
dan kolon.
e. Dampak Pemberian Hukna
1. Dampak positif
a) Membersihkan kolon bagian bawah (desenden) menjelang tindakan operasi
b) Sebagai jalan alternatif pemberian obat
c) Menghilangkan distensi usus
d) Memudahkan proses defekasi
10
e) Meningkatkan mekanika tubuh.
2. Dampak negative
a. Jika menggunakan larutan terlalu hangat akan membakar mukosa usus dan jika
larutan terlalu dingin yang diberikan akan menyebabkan kram abdomen
b. Jika klien memiliki kontrol sfingter yang buruk tidak akan mampu menahan larutan
enema (perry,peterson,potter.2005).
f. Tipe-tipe Enema
Enema dapat diklasifikasikan ke dalam 4 golongan menurut cara kerjanya :
a. Cleansing enema merangsang peristaltik dengan mengiritasi kolon dan rektum dan
atau meregangkan intestinal dengan memasuki volume cairan. Ada 2 cleansing
enema yaitu :
1. High enema (huknah tinggi)
High enema diberikan untuk membersihkan kolon sebanyak mungkin, sering
diberikan sekitar 1000 ml larutan untuk orang dewasa, dan posisi klien berubah
dari posisi lateral kiri ke posisi dorsal recumbent dan kemudian ke posisi lateral
kanan selama pemberian ini agar cairan dapat turun ke usus besar. Cairan
diberikan pada tekanan yang tinggi daripada low enema.; oleh karena itu wadah
dari larutan digantung lebih tinggi. Cleansing enema paling efektif jika diberikan
dalam waktu 5-10 menit.
Tujuan huknah tinggi diberikan untuk :
1. Membantu mengeluarkan fases akibat konstipasi atau impaksi fekal
2. Membantu defaksi yang normal sebagai bagian dari program latihan
defakasi (bowel training program)
3. Tindakan pengobatan / pemeriksaan diagnostik.
11
g. Perbedaan CleansingEnema
No. Perbedaan Huknah rendah Huknah tinggi
1. Tindakan Tindakan memasukkan cairan Tindakan memasukkan cairan
hangat dari rectum kedalam hangat dari rectum dimasukkan
kolon desenden kedalam kolon asenden
12
h. Prosedur Pelaksanaan
a. Pengkajian
1. Mengkaji kembali program/instruksi medic dan tujuan dilakukannya
huknah/enema.
2. Mengkaji ststus kesehatan klien.
3. Mengkaji daerah anus, bokong, dan kulit sekitarnya (luka, lecet, hemorrhoid atau
adanya fistula).
4. Mengkaji kemampuan klien untuk mengontrol sphincter ani eksternal.
5. Mengkaji adanya indicator konstipasi (nyeri, rasa keras pada abdomen bagian
bawah, lubang anus yang menyempit).
6. Mengkaji pola defekasi dan terakhir kali klien defekasi.
7. Mengkaji tanda-tanda vital klien sebelum dilakukan prosedur.
8. Mengkaji adanya kontraindikasi atau kemungkinan adanya komplikasi pemberian
huknah/enema, seperti : pada klien dengan gangguan jantung.
9. Mengkaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan
tindakan huknah / enema.
b. Intervensi
Persiapan alat
Pemberian melalui slang rectal dengan wadah enema pada enema rendah dan
enema tinggi.
Wadah enema (huknah)
Volume larutan hangat
- Dewasa : 700-1000ml, dengan suhu 40,5-43ºC
Cat : Suhu cairan yang digunakan untuk anak-anak adalah
37,7ºC,sedang untuk dewasa dihangatkan 40,5-43ºC
a. Selang rectal dengan ujung bulat.
b. Dewasa : No.22-30 G French(fr)
c. Selang menghubungkan selang rectal ke wadah (selang irrigator)
d. Klem pengatur pada selang
e. Termometer air untuk mengukur suhu larutan
f. Pelumas
g. Perlak pengalas
h. Selimut mandi
i. Kertas toilet (Tissue)
j. Pispot
13
k. Baskom, waslap dan handuk, serta sabun
l. Sarung tangan sekali pakai
m. Tiang intravena
n. Cucing
o. Disinfektan
Persiapan pasien
1. Mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan tindakan
yang akan dilaksanakan
4. Membuat kontak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan)
5. Selama komunikansi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta tidak
mengancam
6. Klien atau keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klasifikasi
7. Memperlihatkan kesabaran, punuh empati, sopan, dan perhatian serat
respek selama berkomunikasi dan melakukan tindakan
8. Pasien disiapkan dalam posisi yang sesuai
Persiapan lingkungan
1. Ruangan terutup
2. Pastikan semua jendela atau pintu dakam keadaan tertutup agar privasi
terjaga.
3. Pasang sekat atau sampiran
4. Gunakan selimut untuk melindungi daerah privasi pasien
c. Implementasi
1. Jelaskan prosedur kepada klien.
2. Tutup ruangan / tirai
3. Bantu klien untuk pada posisi miring ke kiri (lateral kiri) untuk huknah rendah
dan miring ke kanan untuk huknah tinggi dengan lutut kanan fleksi.
Biasanya ditempatkan pada posisi rekumben dorsal. Posisikan klien dengan
sedikit control sfingter pada pispot.
4. Letakkan perlak pengalas dibawah pantat klien
5. Selimut butuh dan ekstrimitas bawah klien dengan selimut mandi, biarkan hanya
anal yang kelihatan.
6. Susun wadah enema, hubungkan slang, klem, dan selang rectal.
14
7. Tutup klem pengatur
8. Tambahkan larutan hangat kedalam wadah. Hangatkan air seperti layaknya
mengalir dari kran. Letakkan wadah salin normal dalam baskom kedalam
baskom air panas sebelum menuangkan salin normal dalam baskom kedalam
wadah enema. Periksa suhu larutan dengan thermometer air atau dengan
meneteskan sedikit larutan diatas pergelangan tangan sebelah dalam.
9. Bilas wadah, sisi dengan larutan, lepaskan klem, dan biarkan larutan keluar
sampai tak ada udara. Tempatkan dekat dengan unit tempat tidur untuk
memenuhi slang. Klem kembali slang.
10. Letakkan pispot dekat dengan tempat tidur.
11. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan.
12. Beri pelumas 3-4 cm pada ujung slang rectal dengan pelumas jeli.
13. Alirkan sebagian kecil cairan keluar, sepanjang slang rectal untuk mengeluarkan
udara dalam slang. Kemudian tutup kembali klem.
14. Dengan perlahan, regangkan bokong dan cari letak anus. Instrusikan klien untuk
rileks dengan menghembuskan nafas pada perlahan melalui mulut.
15. Masukkan ujung slang rectal secara perlahan dengan mengarahkanny ke
umbilicus klien. Panjang insersi beragam ; 7,4-10 cm untuk orang dewasa, 5-7,5
cm untuk anak-anak, dan 2,5-3,25 cm untuk bayi. Tarik slang dengan segera, jika
ditemukan obstruksi.
16. Terus pegang slang sampai pengisian cairan berakhir.
17. Buka klem pengatur dan biarkan larutan masuk dengan perlahan dengan wadah
pada setinggi pinggul klien.
18. Naikkan wadah secara perlahan sampai pada ketinggian diatas anus (30-45 cm
untuk ketinggian enema tinggi, 30 cm untuk enema rendah, dan 7,5 cm untuk
bayi). Waktu pengaliran sesuai dengan pemberian volume larutan (missal,1 liter
dalam 10 menit).
19. Rendahkan wadah atau klem slang selama 30 detik, kemudian alirkan kembali
secara lebih lambat jika klien mengeluh kram.
20. Klem slang setelah semua larutan dialirkan.
21. letakkan lapisan tisu toilet disekitar slang pada anus dan dengan perlahan tarik
slang.
22. Jelaskan pada klien bahwa prasaan distensi adalah normal. Minta klien untuk
menahan larutan selama mungkin saat berbaring ditempat tidur (untuk bayi atau
anak kaci, dengan perlahan pegang kedua sisi pantat selama beberapa menit).
15
23. Bereskan wadah enema dan sleng pada tempat yang telah disediakan atau cuci
secara menyeluruh dengan air hangat dan sabun bila akan digunakan ulang.
24. Lepaskan sarung tangan dengan cara menariknya hingga terbalik dan taruh ke
dalam wadah yang telah disediakan.
25. Bantu klien ke kamar mandi atau mengatur posisi pispot.
26. Observasi feses dan larutan (peringatkan klien agar jaringan menyiram toilet
sebelum perawat menginspeksi).
27. Bantu klien sesuai kebutuhan untuk mencuci area anal dengan air hangat dan
sabun.
28. Cuci tangan
d. Evaluasi
1. Mengevaluasi respon klien sebelum, selama, dan sesudah pelaksanaan prosedur
huknah / enema.
2. Mengevaluasi karakteristik cairan yang keluar (jumlah, warna dan konsistensi
feses).
3. Menjamin sampai cairan yang keluar menjadi bening, jika tujuan pemberian
huknah/enema adalah untuk pemeriksaan diagnostik atau persiapan
pembedahan.
e. Dokumentasi
1. Mencatat tanggal dan waktu pemberian huknah / enema.
2. Mencatat jenis dan jumlah cairan yang diberikan.
3. Mencatat karakteristik, jumlah, warna cairan dan feses yang keluar.
4. Mencatat bila ada komplikasi yang terjadi selama dan sesudah pemeberian
huknah / enema.
5. Mencatat tingkat toleransi klien terhada prosedur yang dilakukan.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit lambung atau gastrointestinal meliputi gastritis akut dan kronis, ulkus peptikum,
pasca-operasi lambung yang sering diikuti dengan “Dumping Syndrome” dan kanker
lambung. Gangguan gastrointestinal sering dihubungkan dengan emosi atau
psikoneurosis dan makan terlalu cepat karena kurang dikunyah serta terlalu banyak
merokok.
Enema adalah larutan yang dimasukkan dalam rektum dan kolon sigmoid yang di
gunakan untuk meningkatkan defekasi dengan menstimulasi peristaltik. Volume cairan
yang dimasukkan akan memecah massa feses, meregangkan dinding rektum, kadang-
kadang mengiritasi mukosa usus,dan mengawali refleks defekasi. Juga digunakan untuk
alat transportasi obat-obatan yang menimbulkan efek lokal pada mukosa rektum.
B. Saran
Semoga makalah yang kami sajikan ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat di
aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Kritik dan saran dari teman-teman sangat kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
17
DAFTAR PUSTAKA
Patricia A. Potter Et All. Fundamental Of Nursing, Concepts Process & Practice, Third Edition,
1992, Mosby Year Book Washington.
Almatsier, DR.Sunita,M.Sc. 2006. Penuntun Diet. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
18