Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan
Universitas Gadjah Mada
Disusun Oleh:
i
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Alloh SWT, dan Salawat serta Salam Penulis
limpahkan untuk Nabi Muhammad SAW. Berkat limpahan Karunia dan Rahmat-
Nya, skripsi yang berjudul “Kualitas Hidup Pada Remaja 3 Tahun Pasca Gempa
UGM.
Pada kesempatan ini, tidak lupa Penulis sampaikan ucapan terima kasih
sedalam-dalamnya kepada:
1. Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D., selaku Dekan Fakultas
Kedokteran UGM.
2. dr. Titi Savitri Prihatiningsih, M.Med., Ed., Ph.D., selaku Wakil Dekan
vii
7. Seluruh remaja di Kecamatan Bambanglipuro dan Pundong atas
pada waktunya.
karena keterbatasan pengetahuan yang ada pada penulis. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan.
Penulis
viii
and to every action there is always an equal and opposite or
contrary, reaction
(Isaac Newton)
Lili thanks to :
ix
KUALITAS HIDUP PADA REMAJA 3 TAHUN PASCA GEMPA
DI KECAMATAN BAMBANGLIPURO DAN PUNDONG
KABUPATEN BANTUL, YOGYAKARTA
INTISARI
Latar belakang: Gempa di Yogyakarta pada tanggal 27 Mei 2006 telah menimbulkan
banyak dampak dan banyak korban selamat yang bereaksi secara negatif terhadap
dampak tersebut. Salah satu kelompok umur yang perlu mendapat perhatian adalah
remaja. Hal ini disebabkan banyak respon yang muncul pada remaja pasca gempa baik
reaksi regresif, psikologis, maupun emosional atau perilaku. Oleh karena itu, penting
untuk mengetahui kualitas hidup pada remaja pasca gempa.
Tujuan: Mengetahui kualitas hidup dan membandingkan kualitas hidup remaja pasca
gempa di Kecamatan Bambanglipuro dan Pundong Kabupaten Bantul, Yogyakarta,
berdasarkan parameter dampak kehilangan karena gempa (kecacatan, kehilangan orang
tua, rumah roboh, dan putus sekolah).
Metode: Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif eksploratif. Rancangan yang
digunakan adalah cross sectional dengan menggunakan metode kuantitatif. Sampel
penelitian terdiri dari 260 remaja (15-21 tahun). Metode analisis yang digunakan adalah
analisis deskriptif Chi Square Test dan Fisher.
Hasil: Sebanyak 240 responden (92,3%) memiliki kualitas hidup baik dan 20 responden
(7,7%) memiliki kualitas hidup buruk. Skor kualitas hidup remaja yang memiliki dampak
gempa single berbeda dengan yang memiliki dampak gempa multiple (p=0,01).
Perbedaan nilai kualitas hidup pada remaja pasca gempa di Kecamatan Bambanglipuro
dan Pundong didapatkan pada responden berdasar parameter dampak kehilangan karena
gempa berupa kecacatan (p=0,01), kehilangan anggota keluarga (p=0,01), dan putus
sekolah (p=0,01).
Kesimpulan: Sebagian besar responden memiliki kualitas hidup baik. Perbedaan nilai
kualitas hidup didapatkan pada responden dengan kecacatan, kehilangan anggota
keluarga, dan putus sekolah.
________________________________________________________
1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran UGM
2
Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran UGM
x
TEENAGE’S QUALITY OF LIFE 3 YEARS AFTER EARTHQUAKE
IN KECAMATAN BAMBANGLIPURO AND PUNDONG
BANTUL DISTRICT, YOGYAKARTA
ABSTRACT
Background: Yogyakarta’s earthquake that attack in Mei 27th 2006 had caused a lot of
effect and a lot of survivor reacted negatively to the effect of earthquake. Teenage is one
group of survivors that have to be concerns. It is because they show many responses after
the earthquake such as regressive reaction, psychology, emotional, and behavior disorder.
So that, it is important to know teenagers quality of life after earthquake.
Objective: To know and compare teenagers quality of life 3 years after earthquake in
Kecamatan Bambanglipuro and Pundong, Bantul District, Yogyakarta based on loss
impact parameter because of earthquake (disability, loss of family member, house
collapse, and drop out of school).
Method: This is an explorative descriptive research with cross-sectional research plans
and qualitative method. Respondents are 260 adolescences (15-21 years old). Data were
analyzed by descriptive analysis, Chi Square Test, and Fisher Test.
Results: 240 respondents (92,3%) have a good quality of life and 20 respondents (7,7%)
have a bad quality of life. Teenager’s quality of life score with single loss impact
differences between teenager with multiple loss impact (p=0,01). Quality of life’s score
differences between teenagers in Kecamatan Bambanglipuro and Pundong, Bantul
District, Yogyakarta, is found in respondents with disability (p=0,01), loss of family
member (p=0,01), and drop out of school (p=0,01).
Conclusions: Majority of respondents have a good quality of life. Quality of life’s score
differences is found in respondents with disability, loss of family member, and drop out
of school.
xi
BAB I
PENDAHULUAN
terputusnya sistem ekologi yang dapat berupa kerusakan secara mendadak atau
masyarakat yang serius (http://who.com, 2009). Salah satu bencana besar yang
terjadi di Indonesia adalah gempa bumi tektonik pada tanggal 27 Mei 2006 di
terjadi pada pukul 05.54 waktu setempat dengan kekuatan 5,9 pada skala Richter
Indonesia pada 29 Mei 2006 pukul 23:30 WIB, berjumlah 5.199 orang dengan
rincian: Bantul 3.082 jiwa, Sleman 184 jiwa, Yogyakarta 164 jiwa, Gunung Kidul
66 jiwa, Kulon Progo 26 jiwa, Klaten 1.667 jiwa, Magelang 1 jiwa, Boyolali 3
jiwa, dan Purworejo 5 jiwa. Sementara korban luka berat tercatat sebanyak 7.519
jiwa dan 3.180 lainnya menderita luka ringan. Kabupaten Bantul merupakan
1.907 orang luka parah, 1.769 orang luka ringan dan 9.657 rumah di daerah ini
1
2
dan lanjut usia. Penanganan terhadap para korban gempa, terutama remaja, perlu
mendapat perhatian khusus. Hal ini karena masa remaja merupakan periode dari
pertumbuhan dan proses kematangan manusia, pada masa ini terjadi perubahan
yang sangat unik dan berkelanjutan. Perubahan baik fisik, emosi, dan kognitif
yang terjadi akan mempengaruhi status kesehatan dan kualitas hidupnya. Menurut
Armis (2007), bencana dipandang sebagai salah satu faktor pemicu perubahan
Menurut Yamazaki (2000), respon yang muncul pada anak remaja pasca
gempa yaitu: (1) reaksi regresif: siblings untuk mencari perhatian orang tua,
kegagalan untuk mengerjakan tugas dan tanggung jawab normal, serta penurunan
prestasi sekolah, (2) reaksi psikologis: sakit kepala, mengeluh sakit dan nyeri
yang tidak jelas, berlebihan makan atau hilang nafsu makan, masalah buang air
besar, gangguan kulit, gangguan tidur termasuk juga tidur yang berlebihan, (3)
ketertarikan pada hobi dan rekreasi, menarik diri, perlawanan terhadap atoritas,
bersedih atau depresi, dan prilaku antisosial (contohnya mencuri, berbohong, dan
penyalahgunaan obat).
Bambanglipuro (Desember, 2007), terdapat 2.974 anak usia remaja (usia 12-18
3
remaja kehilangan orang tua, 18 remaja putus sekolah dan 181 remaja kehilangan
Pundong (Juli, 2007), menyebutkan terdapat 3.350 remaja menjadi korban gempa
maka secara umum mereka tidak dapat disebut sebagai individu yang sehat. Hal
ini dikarenakan pengertian sehat menurut WHO sendiri adalah keadaan komplit
baik fisik, mental, dan sosial dan tidak hanya terbebas dari penyakit atau
ketidakmampuan (Rapley, 2003). Menurut Joseph & Rao (1999), orang yang
sehat secara umum memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi dibandingkan
nilai-nilai yang dianggap penting oleh individu, termasuk hal-hal yang membuat
muncul pada remaja pasca gempa dan penting untuk mengetahui kualitas hidup
pada remaja pasca gempa. Mengingat belum ada penelitian mengenai kualitas
4
hidup pada remaja pasca gempa maka penulis ingin melakukan penelitian
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
Bantul, Yogyakarta.
3. Bagi praktisi
a. Departemen Kesehatan
b. Tenaga kesehatan
c. Peneliti
E. Keaslian Penelitian
Sejauh pengetahuan peneliti, belum ada penelitian dalam negeri dan baru
sedikit penelitian yang dilakukan di luar negeri mengenai kualitas hidup anak
between post traumatic stress symptom and quality of life among earthquake
traumatic stress symptom (PTSS) 3 tahun setelah gempa menurun dan kualitas
hidup pada kelompok korban yang selamat pasca gempa bervariasi sesuai
digunakan. Persamaan sampel dari penelitian ini dengan penelitian yang telah
Perbedaan sampel terletak pada usia subyek yang digunakan. Pada penelitian
tersebut, sampel yang digunakan adalah korban selamat 3 tahun pasca gempa
yang berusia 16 tahun atau lebih (n = 1756), sedangkan pada penelitian yang
telah dilakukan, sampel yang digunakan adalah remaja 3 tahun pasca gempa
Penelitian tersebut terdiri dari dua variabel yaitu post traumatic stress
symptom dan kualitas hidup pada korban selamat pasca gempa. Perbedaannya
terletak pada analisa data, yaitu peneliti membandingkan kualitas hidup sesuai
Test (DR PST). Berbeda dengan penelitian tersebut, penelitian yang telah
hidup pada anak dan remaja yang dibuat sendiri oleh peneliti.
2. Wu HC et. al. (2006), Survey of quality of life and related risk factors for a
meneliti tentang kualitas hidup pada korban selamat 3 tahun pasca gempa
psikiatri berupa major depression (MD) dan post traumatic stress disorder
juga salah satu faktor penting yang mempengaruhi kualitas hidup mereka.
Perbedaan sampel terletak pada usia subyek yang digunakan. Pada penelitian
tersebut, sampel yang digunakan adalah korban selamat 3 tahun pasca gempa
8
yang berusia 16 tahun atau lebih (n = 405), sedangkan pada penelitian yang
telah dilakukan, sampel yang digunakan adalah remaja 3 tahun pasca gempa
Penelitian tersebut terdiri dari dua variabel yaitu kualitas hidup dan faktor
risiko pada korban selamat pasca gempa. Perbedaan terletak pada jumlah
pada korban selamat pasca gempa. Kelebihan penelitian yang telah dilakukan
terletak pada analisa data, yaitu peneliti membandingkan kualitas hidup sesuai
Outcome Study Short From-36 (MOS-SF 36) yang kemudian digunakan oleh
dari teori kualitas hidup pada anak dan remaja yang dibuat sendiri oleh
peneliti.
academic achivement six years after the earthquakes in Marmara, Turkey. Isi
dari kalitas hidup pada kelompok yang selamat dari gempa memiliki kualitas
hidup dan prestasi akademik secara signifikan lebih rendah dari kelompok
dilakukan oleh peneliti terletak pada sampel, variabel, lokasi dan instrumen
gempa dan 206 mahasiswa yang tidak terpapar gempa. Berbeda dengan
sampel remaja 3 tahun pasca gempa dengan usia 12-18 tahun saat terjadi
gempa.
Penelitian tersebut terdiri dari dua variabel yaitu kualitas hidup dan
prestasi akademik pada korban selamat pasca gempa. Perbedaan terletak pada
pada korban selamat pasca gempa. Kelebihan penelitian yang telah dilakukan
terletak pada analisa data, yaitu peneliti membandingkan kualitas hidup sesuai
Yogyakarta.
dikembangkan dari teori kualitas hidup pada anak dan remaja yang dibuat
4. Tan HZ et. al. (2004), The effect of a disastrous flood on th quality of life in
Dongting lake area in China. Pada penelitian tersebut, pengaruh banjir sangat
tertutup, dan para penduduk yang mengalami kejadian pahit dalam hidupnya.
penelitian tersebut, sampel yang digunakan adalah orang dewasa yang terkena
banjir akibat runtuhnya tanggul dari 18 desa (n = 494), orang dewasa yang
terkena banjir yang menenggelamkan dari 16 desa (n = 473) dan orang dewasa
yang tidak terkena banjir dari 11 desa (n = 773). Berbeda dengan sampel
remaja 3 tahun pasca gempa dengan usia 12-18 tahun saat terjadi gempa.
11
tersebut berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan nanti yaitu di.
tersebut menggunakan variabel kualitas hidup pada korban banjir tetapi pada
remaja pasca gempa. Kelebihan penelitian yang telah dilakukan terletak pada
dikembangkan dari teori kualitas hidup pada anak dan remaja yang dibuat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Kualitas Hidup
a. Definisi
dimana ia berada.
dan sikap positif. Spiritual being terdiri dari nilai dan standar hidup
punyai pada lingkungan fisik mereka seperti rumah, tempat kerja, tetangga
dan lain-lain termasuk dengan apa yang mereka rasakan sewaktu berada
Brown, 1996).
c. Dimensi
Menurut Levine & Croog cit. Murti (1996), lima dimensi yang perlu
dijawab, misalnya:
besar ia bebas dari rasa sakit dan gejala-gejala fisik lainnya seperti
dengan begitu saja diterapkan dalam semua situasi. Ada sejumlah faktor
memiliki kualitas hidup yang rendah, tetapi apabila orang tersebut mampu
dari fisik, mental, kesejahteraan sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit/
secara psikologi dan fisik, serta bagaimana dia berhubungan dengan orang
lain dan pengaturan fungsi pada kehidupan sehari-hari. Pada anak dan
yang meliputi fisik, emosi, mental, sosial, dan komponen kebiasaan dari
kesejahteraan dan fungsi oleh pasien dan atau individu lain (Sieberer &
Bullinger, 2000).
periode dari pertumbuhan dan proses kematangan manusia, pada masa ini
anak dan remaja yang sehat baik secara fisik, mental maupun psikososial,
yang dimiliki.
dewasa diterapkan pada anak dan remaja, maka perlu dilakukan adanya
Menurut Sieberer & Bullinger (2000), kualitas hidup pada anak dan
2) Dimensi psikologis
a) Psychological well-being
perasaan stress.
c) Self perception
a) Autonomy
orang tua dan keadaan sekitar rumah anak atau remaja tersebut.
c) Financial resources
remaja.
Dimensi ini melihat hubungan alami dari seorang anak atau remaja
kualitas hidup dan prestasi belajar pada remaja di Turki, 6 tahun pasca
signifikan lebih rendah dari kelompok yang tidak terpapar gempa. Orang
20
yang sehat secara umum memiliki kualitas hidup yang lebih baik jika
2. Remaja
a. Definisi
kanak dan masa dewasa. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh
para ahli adalah dua belas hingga dua puluh satu tahun (Desmita, 2005).
(2006), adalah bayi (0-1 tahun), Toddler (1-3 tahun), prasekolah (3-5
Peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang
keberadaan keluarga.
pendidikan, minat pada pekerjaa, minat pada agama, dan minat pada
simbol status.
1) Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya
dewasa lainnya
Menurut Hanada (1997), gejala dari trauma mental menurut umur yang
Pada umumnya muncul penyakit ringan yaitu gejala fisik seperti sakit
lain-lain.
Anak-anak dalam kelompok usia ini gejala yang muncul seperti halnya
a) gejala fisik: gangguan berkemih dan buang air besar, sakit kepala,
dan lain-lain.
terobservasi.
23
prestasi sekolah
2) reaksi psikologis: sakit kepala, mengeluh sakit dan nyeri yang tidak
jelas, berlebihan makan atau hilang nafsu makan, masalah buang air
berlebihan
dengan saudara kandung dan orang tua, bersedih atau depresi, dan
obat).
buruk dari bencana terjadi ketika mereka kehilangan orang tua, ketika
(Skeet, 1977).
yang mereka sayangi mempunyai dampak langsung pada anak dan remaja.
yang sama harus menyesuaikan pada kenyataan baru dan peran baru
anggota keluarganya.
Menurut Takada & Nakamura (1999), masalah pada anak dan remaja
mereka. Hal ini adalah bagian yang penting bagi mereka untuk dapat
kecacatannya.
jengkel, tidak terima, tidak berdaya/ tidak berarti/ tidak berguna, kecewa
(Sutanto, 2004). Menurut Yusuf (2001), masa anak dan remaja merupakan
3. Bencana
a. Definisi
masyarakat menjadi tidak berdaya dan menderita dan sebagai akibat dari
menopang.
Salah satu bentuk bencana yang disebabkan oleh alam adalah gempa
b. Dampak Bencana
1) Dampak psikologis
Respon ini hampir sama dengan keadaan seseorang yang syok karena
dan apatis karena menganggap bahwa hanya dia yang menjadi korban.
2) Dampak ekonomis
untuk pemulihan yang tentu saja tidak sedikit biaya yang dikeluarkan.
lain.
Keadaan ini tentu saja menjadi salah satu hambatan bagi seseorang untuk
B. Landasan Teori
Bencana adalah hasil dari terputusnya sistem ekologi yang dapat berupa
membutuhkan pertolongan luar biasa dari luar daerah tersebut dan bahkan dari
manusia, antara lain pada hal emosional, fisik, kognitif, dan sosial. Secara umum
29
gempa telah membuat remaja dalam keadaan sakit, baik fisik maupun psikis.
nilai-nilai yang dianggap penting oleh individu, termasuk hal-hal yang membuat
Joseph & Rao (1999), orang yang sehat secara umum memiliki kualitas hidup
yang lebih baik jika dibandingkan orang yang sakit apalagi yang disertai dengan
kecacatan.
Kualitas hidup pada anak dan remaja terdiri dari lima dimensi yaitu fungsi
fisik, fungsi emosional, fungsi sosial, fungsi otonomi dan keluarga, dan fungsi
sekolah. Dalam menentukan tingkat kualitas hidup, terdapat 2 faktor dimensi yang
perlu diperhatikan, yaitu faktor lingkungan dan faktor personal. Seseorang yang
tinggal dalam situasi lingkungan yang tertekan akan memiliki kualitas hidup yang
rendah, tetapi apabila orang tersebut mampu mengontrol situasi tersebut maka
C. Kerangka Teoritis
Dimensi
Bencana (gempa) kognitif
C. Kerangka Konsep
Kualitas hidup
D. Pertanyaan Penelitian
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
sampai dengan 04 Maret 2009. Lokasi penelitian yang dipilih yaitu dua dari lima
Populasi pada penelitian ini adalah semua remaja yang tinggal di Kecamatan
penelitian ini adalah remaja yang saat gempa berusia 12-18 tahun dan tinggal di
mengambil sampel berusia 12-18 tahun adalah karena usia tersebut termasuk
kategori remaja dan saat dilakukan penelitian sampel tersebut berusia 15-21 tahun
dimana usia tersebut masih termasuk dalam rentang usia remaja. Menurut
33
Yamazaki (2000), umumnya dampak bencana pada anak mulai usia 11 tahun
dapat membekas sampai sepuluh tahun kedepan, bahkan sampai anak tersebut
dewasa.
yang saat gempa berusia 12-18 tahun dan tinggal di wilayah gempa di Kecamatan
Sidomulyo 876 remaja, Desa Panjangrejo 1.482 remaja, Desa Srihardono 1.071
remaja, dan Desa Seloharjo 797 remaja. Besarnya sampel dihitung menggunakan
λ2 .N .P.Q
s=
d 2 ( N − 1) + λ2 .P.Q
Keterangan:
yaitu 0,05
Q = 1,0 – p
N = Besarnya populasi
s = Besarnya sampel
kelompok yang diambil sebagai sampel terdiri dari unit geografis (desa,
cluster sampling agar didapatkan proporsi jumlah sampel tiap wilayah secara
subyek dari setiap strata atau setiap wilayah ditentukan seimbang atau sebanding
oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah
diketahui sebelumnya.
N1
n1 = ×s
N1 + N 2
Keterangan:
s = Besarnya sampel
35
Pundong adalah 138 remaja. Berikut merupakan perhitungan jumlah sampel tiap
1. Kecamatan Bambanglipuro
1.205
a. Desa Mulyodadi = × 122 = 49
2974
893
b. Desa Sumbermulyo = × 122 = 37
2.974
876
c. Desa Sidomulyo = × 122 = 36
2.974
2. Kecamatan Pundong
1.482
a. Desa Panjangrejo = × 138 = 61
3.350
1.071
b. Desa Srihardono = × 138 = 44
3.350
797
c. Desa Seloharjo = × 138 = 33
3.350
D. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel tunggal yaitu kualitas hidup
E. Definisi Operasional
1. Kualitas Hidup
keluarga, serta kognitifnya pasca gempa. Kualitas hidup dibagi dalam lima
dimensi yaitu:
a. Dimensi fisik
energi, dan tingkat kebugaran dari anak atau remaja pasca gempa.
b. Dimensi psikologis
waktu luangnya dan melihat hubungan antara anak atau remaja dengan
d. Dimensi sosial
Dimensi ini melihat keadaan hubungan alami dari seorang anak atau
temannya.
e. Dimensi kognitif
tentang sekolah.
2. Remaja
Remaja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah remaja yang saat
gempa terjadi berusia 12-18 tahun dan merasakan gempa secara langsung pada
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan adalah instrumen yang dibuat sendiri oleh peneliti
berdasarkan teori kualitas hidup pada anak dan remaja yang dikemukakan oleh
data tentang kualitas hidup remaja pasca gempa. Kualitas hidup yang diukur
otonomi dan keluarga, dimensi sosial, dan dimensi kognitif. Berikut ini kisi-kisi
berdasar atribut yang diukur. Kontinum ordinal yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah kualitas hidup baik dan buruk. Setiap item dalam instrumen
sampai dengan 27x4 = 108 sehingga kriteria untuk kualitah hidup baik adalah 55-
1. Uji Validitas
mengukur apa yang diinginkan, dapat mengungkap data dari variabel yang
39
mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas
sebagai berikut:
∑ xy
r xy =
( ∑ x 2 )(∑ y 2 )
Keterangan:
x=X-X
y = Y- Y
mengkorelasikan skor butir dengan skor total. Skor butir dipandang sebagai
nilai x, dan skor total dipandang sebagai nilai Y. Dengan diperolehnya indeks
validitas setiap butir dapat diketahui dengan pasti butir-butir manakah yang
0,361.
2. Uji Reliabilitas
untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut
40
sudah baik (Arikunto, 2006). Uji reliabilitas yang digunakan adalah dengan
sebagai berikut:
∑σ
2
k
r11 = [ ][1 − 2 b ]
(k − 1) σ t
Keterangan:
Uji coba kuesioner dilakukan pada tanggal 2 Februari 2009. Sampel yang
valid (nomor 7, 10, 12, 16, 17, 18, 24, dan 26) dengan validitas sebesar 0,912.
dilakukan uji validitas dan reliabilitas kembali. Uji instrumen yang kedua, dari
30 pertanyaan, didapatkan hasil, 3 pertanyaan tidak valid (nomor 10, 14, 20)
pertanyaan yang tidak valid. Hasil akhir dari uji istrumen dihasilkan 27 jenis
41
pertanyaan valid (rxy 0,361) dan didapat nilai reliabilitas Cronbach s Alpha
sebesar 0,940.
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dan tiga orang asisten yang
kemudian kuesioner dicek. Jika ditemukan item yang belum terisi maka kuesioner
setelah selesai kuesioner tersebut segera diambil kembali. Data tersebut kemudian
I. Jalannya Penelitian
1. Tahap persiapan
kepada para asisten peneliti, terdiri dari penjelasan tujuan dan manfaat
2. Tahap pelaksanaan
Pada tahap ini diawali dengan melihat data remaja dari Kecamatan
langsung oleh responden yang mampu baca tulis serta kondisi fisik yang
Apabila ditemukan ada item yang belum terisi maka kuesioner tersebut
1. Analisis Deskriptif
Untuk mengetahui besaran kualitas hidup rendah, sedang, dan tinggi, maka
sedang, dan tinggi. Data yang didapat kemudian disajikan dalam tabel
F
P=
n
Keterangan:
P: persentase
n: jumlah sampel
44
2. Komparasi
responden maka digunakan uji Chi Square dan uji Fhiser dengan komputer.
1. Kesulitan penelitian
berikut:
a. Saat pengambilan data terdapat jadwal rapat karang taruna yang sama
dalam satu malam (lebih dari satu desa yang mengadakan rapat).
b. Asisten yang diikutkan dalam penelitian ini tidak semua dapat membantu
yang ada di lapangan jauh lebih kecil dari yang tercacat. Hal ini
2. Kelemahan Penelitian
berikut:
45
oleh peneliti.
responden.
kuesioner.
46
BAB IV
lima kecamatan yang terkena dampak gempa paling parah di Kabupaten Bantul
Pundong (2007) menunjukkan bahwa jumlah penduduk remaja (usia 12-18 tahun)
gedung sekolah yang roboh maupun rusak yang terdapat di kedua Kecamatan
tersebut juga sudah selesai direnovasi sehingga kegiatan belajar mengajar sudah
dengan tingkat ekonomi menengah dan hanya sebagian kecil yang memiliki
tingkat ekonomi atas (11%). Menurut data dari Sub Bidang Kependudukan
47
Pada penelitian ini, sebanyak 260 remaja dengan rentang usia 15 sampai 21
16, 44 dengan standar deviasi 1, 364, sedangkan usia remaja terbanyak adalah 16
berdasarkan kecamatan tempat tinggal adalah 1:1. Sebagian besar responden baik
oleh remaja pasca gempa di Kecamatan Bambanglipuro dan Pundong ada empat
macam yaitu kecacatan, kehilangan anggota keluarga, rumah roboh, dan putus
oleh Buwono X et.al. (2006), umumnya dampak gempa terbanyak yang muncul
rusak ringan, berat, maupun roboh). Selain dampak tersebut, dampak gempa yang
lain meliputi: jatuhnya korban jiwa, kerusakan fasilitas umum (berupa bangunan
sekolah, puskesmas, tempat ibadah, jalan, jembatan, dan lain-lain), dan gangguan
49
kesehatan yaitu luka-luka yang berlanjut menjadi cacat, dampak psikologis berupa
stress, trauma berkepanjangan, dan lain-lain. Akan tetapi, dalam penelitian yang
Tabel 3. Gambaran dan Perbedaan Nilai Kualitas Hidup pada Remaja 3 tahun
Pasca Gempa di Kecamatan Bambanglipuro dan Pundong, Maret
2009 (n=260)
Kualitas Bambanglipuro Pundong Total p
Hidup f % f % f %
Baik 108 41,5 132 50,8 240 92,3 0,031
Buruk 14 5,4 6 2,3 20 7,7
Sumber: data primer, 2009
Dowels & Newell (1996), kualitas hidup seseorang dapat dinilai baik jika
memenuhi kriteria: (1) dapat melakukan semua aktifitas fisik terbanyak yang
berat tanpa keterbatasan yang disebabkan kesehatan; (2) tidak ada masalah
kesehatan fisik; (3) dapat melakukan aktivitas sosial normal tanpa kendala
yang disebabkan masalah fisik dan emosi; (4) tidak ada nyeri atau
keterbatasan akibat nyeri; (5) merasa damai, bahagia dan tenang setiap saat;
(6) tidak ada masalah dalam bekerja atu aktivitas keseharian lainnya sebagai
50
akibat masalah emosi; (7) merasa penuh gairah dan energik setiap saat; (8)
kemungkinan karena kejadian gempa sudah berlangsung tiga tahun yang lalu,
sehingga responden sudah tidak mengalami stress atau trauma pasca gempa.
Menurut Tsai KY et. al. (2007), kejadian post traumatic stress symptom
(PTSS) 3 tahun setelah gempa menurun dan kualitas hidup pada kelompok
mereka. Kualitas hidup korban selamat pasca gempa akan semakin membaik
ketika PTSS semakin menurun. Akan tetapi, secara pasti peneliti belum dapat
kegiatan lama yang diaktifkan kembali atau kegiatan baru yang dilaksanakan
51
lupa dengan masalah-masalah yang telah lalu dan mulai membentuk cerita
baru.
yang tertekan akan memiliki kualitas hidup yang rendah, tetapi apabila orang
Akan tetapi, hasil penelitian tersebut tidak sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Wu HC et. al. (2006), sebagian besar kualitas hidup pada
korban selamat 3 tahun pasca gempa di Taiwan adalah buruk terutama yang
Wu HC et. al. (2006) dan Tan HZ et. al. (2004), kemungkinan karena
uji komparasi menggunakan uji Chi Square dan didapatkan nilai p<0,05 yaitu
0,031, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa kualitas hidup remaja yang
pasti oleh peneliti. Akan tetapi, apabila dilihat dari faktor sumber dukungan
donor atau negara yang memberikan bantuan pasca gempa baik berupa tenda,
dari Pemerintah Pusat dan Kabupaten Bantul, juga mendapatkan bantuan dari
Yadika Jakarta, Organisasi Masyarakat, tiga pihak luar negeri (Spanyol, Turki,
tersebut sudah berdatangan sejak hari pertama pasca gempa, yaitu pada sore
gempa dan hanya berlangsung selama kurang lebih 2 bulan pasca gempa.
selain dari Pemerintah Pusat dan kabupaten Bantul berasal dari PMI, UGM,
UMY, Organisasi Masyarakat, satu pihak luar negeri (Turki), dan bantuan
responden:
dimensi kualitas hidup tersebut < setengah nilai tertinggi maka dikatakan
buruk. Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa rata-rata responden dengan
kualitas hidup baik memiliki empat dimensi baik dan hanya satu dimensi yang
buruk. Menurut Levine & Croog cit. Murti (1996), maksud dari keadaan
peran sosialnya.
55
Menurut Hanada (1997), gejala trauma yang muncul pada remaja pasca
prestasi belajar terobservasi pada remaja pasca gempa. Didukung pula oleh
Skett (1977) yang menjelaskan bahwa pada situasi pasca gempa, remaja
karena gempa.
pada responden dengan dampak gempa single p = 0,31 (>0,05) dan dampak
gempa multiple 0,19 (>0,05). Oleh karena itu dapat diambil kesimpulan bahwa
56
sebaran skor kualitas hidup buruk yang mengalami dampak gempa single
maupun multiple mempunyai sebaran normal. Oleh karena syarat sebaran data
Tabel 5. Perbedaan Nilai Kualitas Hidup Buruk pada remaja Pasca Gempa di
Kecamatan Bambanglipuro dan Pundong berdasarkan Jumlah
dampak gempa, Maret 2009 (n=20)
Kualitas Hidup Buruk
Jumlah Dampak
Bambanglipuro Pundong p
Kehilangan
f % f %
Single 7 35,0 1 5,0
0,001
Multiple 7 35,0 5 25,0
Sumber: data primer, 2009
memiliki kualitas hidup buruk baik dengan dampak kehilangan single maupun
Kecamatan Pundong, dengan nilai p = 0,001 (< 0,05). Oleh karena itu, dapat
diambil kesimpulan bahwa nilai kualitas hidup buruk pada remaja yang
satu fungsi tubuhnya, baik fisik, emosi, sosial atau kognitif akan
fungsi tubuh maka semakin buruk kualitas hidupnya. Menurut Renwick &
penyakit, dan emosi. Akan tetapi, untuk faktor-faktor berupa stress atau
trauma akibat gempa (post traumatic stress disorder), tingkat ekonomi, dan
oleh peneliti.
Kecamatan Pundong dengan kecacatan yang memiliki kualitas hidup baik dan
yang baik.
Pada tabel 7 di atas, perbandingan nilai kualitas hidup baik dan buruk dari
baik.
Pada parameter kehilangan berupa putus sekolah dapat diketahui bahwa tidak
yang artinya 100% responden dengan putus sekolah memiliki kualitas hidup
1. Kecacatan
uji Fisher karena tidak memenuhi syarat dilakukan uji Chi Square yaitu
terdapat 25% jumlah sel yang memiliki nilai expected kurang dari lima.
kecacatan, didapatkan nilai p = 0,001 sehingga nilai p < 0,05 yang artinya
karena gempa dan responden yang tidak mengalami cacat karena gempa.
Hasil tersebut sesuai pernyataan Joseph & Rao (1999) yang menyatakan
muncul gejala depresi (Miller, 1995). Menurut Novita (2005), semakin tinggi
dan mereka berkecenderungan untuk bersifat pasif. Remaja tidak dapat hidup
negatif, penuh prasangka dan rendah diri. Banyak penderita cacat yang
merampas remaja dari kehidupan yang nyata pada masyarakat yang normal.
malu, marah dan jengkel, tidak terima, tidak berdaya/ tidak berarti/ tidak
berguna, kecewa dan sedih, tidak punya harapan, bersalah dan munculnya
gempa. Menurut Joseph & Rao (1999), orang yang sehat secara umum
memiliki kualitas hidup yang lebih baik jika dibandingkan orang yang sakit
berada pada tahap remaja, menurut Hurlock (1990), remaja cenderung sangat
remaja merasa rendah diri meskipun perbedaan yang ada menambah daya
tarik fisik. Setiap kecacatan fisik pada remaja merupakan sumber yang
hidup yaitu being, kualitas hidup menekankan pada aspek dasar dari siapa
being meliputi perasaan dan kognitif seseorang serta evaluasi mengenai diri
responden kehilangan salah satu atau lebih anggota keluarganya. Dapat berupa
62
kehilangan orang tua, saudara kandung, atau saudara serumah lainnya (paman,
uji Fisher karena tidak memenuhi syarat dilakukan uji Chi Square yaitu
terdapat 25% jumlah sel yang memiliki nilai expected kurang dari lima.
0,05. Oleh karena itu dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan
Menurut Takada & Nakamura (1999), berduka adalah salah satu reaksi
satu obyek kesayangan sebelumnya, dimana dalam waktu yang sama harus
menyesuaikan pada kenyataan baru dan peran baru setelah ditinggalkan oleh
Skeet (1977), efek yang lebih buruk yang dialami anak dan remaja karena
kemandirian. Usaha untuk mandiri secara emosional dari orang tua dan orang-
63
orang dewasa lain merupakan tugas perkembangan yang mudah bagi remaja.
Banyak remaja yang ingin mandiri, juga ingin dan membutuhkan rasa aman
yang diperoleh dari keteregantungan emosi pada orang tua atau orang-orang
dewasa lain. Hal ini terutama menonjol pada remaja yang statusnya dalam
3. Putus Sekolah
Keadaan putus sekolah pasca gempa sebagian besar terjadi ketika akan
gempa terlebih pada responden yang kehilangan salah satu atau kedua orang
uji Fisher karena tidak memenuhi syarat dilakukan uji Chi Square yaitu
terdapat 25% jumlah sel yang memiliki nilai expected kurang dari lima.
sekolah didapatkan nilai p = 0,001 sehingga nilai p < 0,05 yang artinya
64
terdapat perbedaan nilai kualitas hidup antara remaja yang mengalami putus
sekolah dan remaja yang tidak mengalami putus sekolah. Hasil penelitian
tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Welch (2000) yang
pendidikan sebagai salah satu bentuk persamaan sosial dengan teman sebaya
dari temannnya.
Remaja yang putus sekolah secara tidak langsung terjadi perubahan dalam
dimana remaja berada dan oleh sikap serta perilaku rekan-rekan dan teman-
dalam memilih rekan dan teman-teman baiknya. Oleh karena itu, remaja yang
sosialnya (teman-teman). Hal ini berdampak pada sikap remaja yang merasa
65
berbeda dengan teman-temannya, merasa putus asa akan masa depannya dan
putus sekolah umumnya menjadi sering menyendiri dan malu untuk bergaul
terdiri dari hubungan yang dipunyai seseorang dengan sumber yang ada
4. Rumah Roboh
uji Chi Square dan didapatkan nilai p = 0, 447 sehingga nilai tersebut > 0,05.
Oleh karena itu dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan
(1995), seseorang yang tinggal dalam situasi lingkungan yang tertekan akan
memiliki kualitas hidup yang rendah, tetapi apabila orang tersebut mampu
dari pemerintah.
66
masing-masing keluarga yang rumahnya roboh atau rusak berat akibat gempa
dan ditargetkan satu tahun setelah gempa pembangunan tersebut sudah selesai,
HC et. al. (2006), masalah ekonomi yang berkepanjangan adalah salah satu
dikemukakan oleh Katada et. al. (2004) yang menyatakan bahwa kualitas
hidup yang muncul sebagai gambaran reaksi anak dan remaja terhadap
BAB V
A. Kesimpulan
Pada penelitian ini, dari 260 sampel remaja di Kecamatan Bambanglipuro dan
hidup baik pada 3 tahun pasca gempa. Terdapat perbedaan nilai kualitas hidup
B.Saran
khususnya remaja yang mengalami kecacatan, kehilangan orang tua, dan putus
sekolah. Hal ini bertujuan agar didapatkan data akurat yang dapat digunakan
remaja pasca gempa yang mengalami kecacatan atau putus sekolah sehingga
Perlu diberikan beasiswa atau subsidi pendidikan bagi remaja pasca gempa
4. Bagi praktisi
a. Perawat
b. Departemen Kesehatan
spesifik kualitas hidup pada remaja pasca gempa dan dikaji faktor-faktor yang
DAFTAR PUSTAKA
Anverson & Burckh. 1999. Conceptualization for adult health care intervention
and research. Journal of Advanced Nursing. 16 (1): 56
Carlson, D., Plummer, C., Mc Geary, D. 2004. Physical Geologi Earth Revealed.
New York: Mc Graw-Hill.
Ceyhan, E. & Ceyhan, AA. 2007, Earthquake Survivor’ Quality of Life and
Academic Achivement Six Years After the Earthquakes in Marmara,
Turkey. Pubmed. J. 31 (4): 516-29.
Depsos RI. 2006. Data Korban Gempa per 29 Mei 2006. Available on the internet
at http://www.bp.depsos.go.id.
Dowels, I. M. & Newell, C., 1996. Measuring Health. Edisi ke-2. Oxford: Oxford
University Press.
Joseph, A. & Rao, S. 1999. Impact of Leparosy on the Quality of Life. Bulletin of
the World Health Organization. 77 (6).
Katada, N., Katsuta, H., Kosako, Y., Miyake, K., Okada, K. 2004. Children Who
Are Living in A Disaster Area -What Nurses Can Do-. Hyogo: College of
Nursing Art Science.
Miler, C. A. 1995. Nursing Care of Older Adults: Theoru and Practice 2nd ed.
Pennsylvania: Lippincott.
Murti, B. 1996. Kualitas Hidup, Isu Konseptual dan Pengukuran. Medika. 6 (18):
473-476.
Reaburn, J.M. & Rootman, I. 1996. Quality of Life and Health Promotion. USA:
Sage Publication: 20-21.
Renwick, R. & Brown, I. 1996. The centre for health promotion s Conceptual
Approaches to Quality of Life: Being, Belonging, and Becoming. In. Quality
of Life in health Promotion and Rehabilitation. USA: Sage Publication.
72
Rukiah. 2006. Gambaran Kebutuhan Psikososial Orang Tua Dengan Anak Balita
yang dirawat di Ruang PICU RSUP dr. Sardjito Yogyakarta. PSIK FK
UGM: Skripsi.
Sieberer, R. & Bullinger. 2000. Health Related Quality of Life for Children and
Adolencents Available on the internet at http://www.kidscreen.org.
Skeet, M. 1977. Manual for Disaster Relief Work. Eidinburg London & New
York : Churchil Livingstone.
Sutanto, L. 2004. Efek Trauma Gempa dan Tsunami. Available on the internet at:
http://www.kompascybermedia.co.id/Kesehatan.htm.
Tan HZ, Luo YJ, Won SW, Liu AZ, Li SQ, Yang TB, Sun ZQ. 2004. The Effect
of a Disastrous Flood on the Quality of Life in Dongting Lake Area in China
[abstract]. Pubmed. J. 16 (2): 126-32.
73
Tsai KY, Chou P, Chou FH, Su TT, Lin SC, Lu MK, Ou-Yang WC, Su CY, Chao
SS, Huang MW, Wu HC, Sun WJ, Su SF, Chen MC. 2007. Three-Years
Follow-Up Study of the Relationship between Posttraumatic Stress
Symptom And Quality of Life Among Earthquake Survivors in Yu_Chi,
Taiwan [abstract]. Pubmed. J. 41 (1-2): 90-6.
Wu HC, Sun WJ, Su SF, Chen MC. 2006. Survey of Quality of Life and Related
Risk Factors for a Taiwanese Village Population 3 years Post-earthquake.
Medline. 26 (4): 203-12.
Yamazaki, K. 2000. Disaster and the Mental Health of Children. Asian Med. J. 43
(1): 39-49.
NIM : 05/187177/KU/11452
yang akan melakukan penelitian berjudul : Kualitas Hidup Pada Remaja Pasca
Setiap pertanyaan yang Anda berikan tidak ada yang salah sepanjang
Yogyakarta, 2009
(Peneliti)
75
Nama : ____________________________
Umur : ____________________________
Alamat : ____________________________
Bantul, …………………..
Yang menyatakan
Responden,
( )
76
DATA RESPONDEN
Petunjuk pengisian:
Isilah titik-titik di bawah ini dan pilihlah salah satu pernyataan yang sesuai dengan
Nama : ……………………………………………………..
Tidak sekolah
Terluka/ cacat
Putus sekolah
PETUNJUK PENGISIAN
Berikut ini adalah daftar pertanyaan yang mungkin menjadi masalah untuk Anda
benar dan salah. Apabila Anda tidak mengerti pertanyaannya, silahkan bertanya
Tidak Kadang-
PERTANYAAN Jarang Sering Selalu
Pernah Kadang
1. Setelah gempa, apakah Anda mudah
sakit?
2. Setelah gempa, apakah Anda sering
mengeluh nyeri (nyeri kepala/ nyeri pada
luka/ nyeri perut, dll)?
3. Apakah Anda merasa sulit untuk tidur
jika membayangkan peristiwa gempa?
4. Apakah Anda merasa sedih jika teringat
peristiwa gempa?
5. Apakah Anda merasa takut jika tiba-tiba
terjadi gempa lagi?
6. Akibat gempa, apakah Anda khawatir
dengan masa depan anda?
7. Apakah Anda merasa marah karena
peristiwa gempa yang menimpa anda?
8. Setelah gempa, apakah Anda merasa
kesepian?
9. Apakah Anda takut jika jauh dengan
orang tua?
10. Setelah gempa apakah Anda merasa
bahagia?
11. Apakah Anda menjadi tidak percaya diri
setelah peristiwa gempa?
12. Setelah gempa, apakah Anda ditemani
orang tua Anda jika akan berpergian?
78