Anda di halaman 1dari 12

DUMMY TABLE CHILD OBESITY

NAMA PENGARANG,
NO METODE HASIL SIMPULAN (TEMUAN PENTING)
TAHUN, JUDUL JURNAL
1 Ratu Ayu Dewi Sartika, Cross Sebagian besar anak memiliki status gizi ’kurang’ sebesar Dari 170.699 anak dalam penelitian ini proporsi tertinggi terdapat
2011, Faktor Risiko sectional 42%, status gizi ’normal’ 35,8%, overweight 13,9% dan pada responden usia ≥10 tahun (52,4%), anak laki-laki (51,4%),
Obesitas Pada Anak 5- (potong obesitas 8,3%. tingkat pendidikan > tamat SD (52,2%). Sebanyak 17,5% ayah
15 Tahun di Indonesia lintang) responden mengalami obesitas (IMT≥25,00 kg/m2) sedangkan
obesitas pada ibu sebesar 29,4%.

Prevalensi obesitas (persentil >95) pada anak usia 5-15 tahun


sebesar 8,3%. Faktor risiko yang paling berhubungan dengan
obesitas anak usia 5-15 tahun adalah tingkat pendidikan anak
setelah dikontrol oleh variabel jenis kelamin, riwayat obesitas
ayah, kebiasaan olah raga dan merokok serta asupan protein.
2 Mochamad Khusnul Penelitian Siswa yang mengalami sangat kurus sebanyak 8 anak (2 Faktor -faktor yang menjadi penyebab obesitas pada siswa SD
Yaqin; Faridha survei %), siswa yang mengalami kurus sebanyak 17 anak (3 %), Negeri Ploso II Surabaya adalah status sosial orang tua,
Nurhayati, 2014, siswa yang dinyatakan normal sebanyak 378 anak (75 %), pemenuhan nutrisi dan gizi berlebihan, genetik keluarga dan
Prevalensi Obesitas siswa yang dinyatakan gemuk sebanyak 94 anak (18 %) aktivitas fisik yang kurang dilakukan oleh siswa.
Pada Anak Usia SD dengan jumlah siswa sebanyak dan siswa yang mengalami
Menurut IMT/U obesitas sebanyak 11 anak (2 %).  Prevalensi kejadian obesitas sebesar 2% dan siswa yang
di SD Negeri Ploso II No mengalami kegemukan sebesar 18%, ini menyatakan bahwa
173 Surabaya siswa SD Negeri Ploso II Surabaya masih berpeluang besar
mengalami obesitas.
 Faktor yang menyebabkan anak mengalami obesitas adalah
status sosial ekonomi orang tua, pemenuhan gizi yang
berlebihan, genetik keluarga, dan aktivitas fisik yang dilakukan
oleh siswa.
3 Cici Octari; Nur Survei  Persentase klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) siswa  Pada penelitian ini yang digolongkan sebagai obesitas adalah
Indrawaty Liputo; analitik terbanyak adalah normal yaitu 76,41%. Obesitas (8,21%) siswa dengan IMT obesitas dan berat lebih atau gemuk sehingga
Edison, 2014, Hubungan dengan dan gemuk (11,79%) lebih banyak apabila dibandingkan didapatkan persentase sebesar 20%. Hasil ini lebih besar
Status Sosial Ekonomi desain kurus dan sangat kurus dibandingkan dengan hasil skrining kesehatan yang dilakukan
dan Gaya Hidup dengan cross  Didapatkan untuk tingkat pendidikan ayah persentase Dinas Kesehatan Kota Padang pada siswa sekolah dasar tahun
Kejadian Obesitas pada sectional terbanyak adalah 71,30% menengah 2011 yang (obesitas dan berat lebih 9,1%). Persentase ini juga
Siswa SD Negeri 08 study  Kejadian obesitas lebih banyak pada sampel dengan tinggi jika dibandingkan dengan hasil RISKESDAS tahun 2010
Alang Lawas Padang tingkat pendapatan orang tua di atas garis kemiskinan yang mendapatkan kegemukan pada anak usia sekolah (6-12
(34 kejadian). Tetapi uji statistik terhadap hubungan tahun) sebesar 9,2%
tingkat pendapatan orang tua dengan obesitas pada  Tingkat pendidikan ayah dan ibu tidak memiliki pengaruh
anak tidak bermakna dengan p-value=0,396 (p>0,05). terhadap kejadian obesitas pada anak
 58,6% responden memiliki pola makan baik dan  Tingkat pendapatan orang tua tidak berpengaruh terhadap
 41,4% memiliki pola makan tidak baik kejadian obesitas pada anak
 Lebih dari setengah responden memiliki aktifitas fisik  Pola makan anak tidak memiliki pengaruh terhadap kejadian
yang aktif (59,53%). obesitas pada anak
 Ditemukan hubungan yang bermakna antara aktifitas fisik anak
dengan kejadian obesitas atau dapat disimpulkan bahwa aktifitas
fisik anak tidak memiliki pengaruh terhadap kejadian obesitas
pada anak

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa


kejadian obesitas pada SDN 08 Alang Lawas, Padang dikategorikan
tinggi, sebagian besar siswa SDN 08 Alang Lawas, Padang memiliki
ayah dan ibu dengan tingkat pendidikan menengah dan tingkat
pendapatan di atas garis kemiskinan, pola makan baik, dan
setengahnya memiliki pola aktifitas fisik yang aktif. Serta
berdasarkan uji statistik terdapat hubungan yang bermakna antara
kejadian obesitas pada anak dengan aktifitas fisik dan tidak
terdapat hubungan yang bermakna dengan tingkat pendidikan
ayah dan ibu, tingkat pendapatan orang tua, dan pola makan.
4 Ermy Liesma Saputri; Case  Berdasarkan hasil dari skrining terdapat 20,58% anak  Terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat pemberian
Ahmad Syauqy, 2014, control obesitas. ASI eksklusif dengan kejadian obesitas (p=0,013). Anak yang
Hubungan Riwayat  Rerata berat badan pada kelompok obesitas adalah ketika bayi tidak mendapat ASI eksklusif berisiko obesitas 4,23
Pemberian Asi Eksklusif 26,94 kg dan 20,01 kg pada kelompok tidak obesitas. kali lebih besar dibandingkan dengan anak yang mendapat ASI
Dengan Kejadian Rerata asupan energi dan kecukupan energi pada eksklusif.
Obesitas Pada Anak kelompok obesitas lebih tinggi dibandingkan dengan  Anak dengan asupan energi berlebih memiliki risiko obesitas 3,26
kelompok tidak obesitas. Rerata tingkat aktivitas fisik kali lebih besar daripada anak dengan asupan energi normal.
pada kelompok obesitas lebih rendah dibandingkan Jenis makanan penyumbang energi terbesar adalah makanan
dengan kelompok tidak obesitas. jajanan dan makanan cepat saji.
 Riwayat pemberian ASI eksklusif lebih banyak pada  Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik
kelompok tidak obesitas. dan kejadian obesitas pada anak. Hal ini disebabkan
 Sebesar 67,9% anak pada kelompok obesitas memiliki pengambilan data aktivitas fisik anak hanya dalam 2 hari
asupan energi lebih. sehingga kurang dapat menggambarkan aktivitas fisik anak
 Pada kedua kelompok obesitas dan kelompok tidak secara umum.
obesitas mempunyai berat badan lahir normal sebesar  Tidak terdapat hubungan bermakna antara berat badan lahir
94,6%. Masing-masing kelompok hanya terdapat 1 dengan obesitas pada anak.
subjek dengan berat badan lahir rendah.  Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara obesitas pada
 Pada kelompok obesitas sebesar 32,1% mempunyai orang tua dengan kejadian obesitas pada anak.
orang tua yang obesitas dan 67,9% dengan orang tua  Asupan energi, aktivitas fisik dan parental obesity bukan
tidak obesitas. merupakan efek perancu tetapi sebagai efek modifikasi.

 Riwayat pemberian ASI eksklusif memiliki hubungan bermakna


dengan kejadian obesitas pada anak usia 4-5 tahun. Besar risiko
riwayat pemberian ASI tidak eksklusif 4,23 kali dalam
menyebabkan obesitas pada anak usia 4-5 tahun.
 Asupan energi memiliki hubungan bermakna dengan kejadian
obesitas pada anak usia 4-5 tahun. Besar risiko asupan energi
berlebih 3,26 kali dalam menyebabkan obesitas pada anak usia
4-5 tahun.
 Aktivitas fisik tidak memiliki hubungan bermakna dengan
kejadian obesitas pada anak usia 4-5 tahun. Besar risiko aktivitas
fisik 1,33 kali dalam menyebabkan obesitas pada anak usia 4-5
tahun.
 Berat badan lahir tidak memiliki hubungan bermakna dengan
kejadian obesitas pada anak usia 4-5 tahun.
 Parental obesity tidak memiliki hubungan bermakna dengan
kejadian obesitas pada anak usia 4-5 tahun.
5 Ni Ketut Sutiari; Putu Cross  Sampel overweight pada laki-laki dan perempuan  Sebagian besar sampel memiliki tingkat konsumsi zat gizi
Ayu Swandewi; sectional memiliki presentase seimbang yaitu 50% melebihi AKG
Padmiari, 2010, Pola survey  25,7% sampel memiliki susunan hidangan yang  Rerata pengeluaran energi sampel sebesar 1002,9 ±226 kkal/hari
Makan dan Aktivitas design memenuhi pola menu gizi seimbang (nasi, lauk, sayur,  Pengeluaran energi minimal 631 kkal/hari, maksimal 2067,2
Fisik pada Siswa Gizi buah, dan susu) kkal/hari
Lebih di SDK Soverdi  Frekuensi makanan utama sebagian besar sampel (70%)  10% sampel termasuk kategori memiliki aktivitas fisik ringan,
Tuban, Kuta-Bali tiga kali sehari 31,4% tergolong berat, dan 56,6% tergolong ringan
 Semua sampel (100%) memiliki kebiasaan “ngemil” dan
yang paling banyak dikonsumsi adalah es krim, ciki,  Sebagian besar siswa (74,3%) memiliki kebiasaan makan dengan
biskuit, coklat, bakso, donat, dan gorengan menu tidak seimbang
 65,7% responden mengkonsumsi makanan dalam  Sebanyak 64,3% sampel memiliki tingkat konsumsi energi yang
kaleng, 74,3% responden mengkonsumsi minuman melebihi kecukupan.
bersoda, 95,7% responden mengkonsumsi fast food  Rata-rata konsumsi karbohidrat pada siswa sebesar 917,4 gr/hari
dengan frekuensi 1-2 kali/ minggu (SD 700,2) dan sebagian besar siswa (87,1%) memiliki tingkat
konsumsi karbohirat yang melebihi kecukupan.
 Rata-rata pengeluaran energi pada siswa sebesar 1002,9 kkal/hari
(SD 226) dan sebegian besar siswa (58,6%) memiliki aktivitas fisik
sedang.
6 Lusy Olyvia; Herry Observasi  Dari 127 siswa SD Banjarasari terdapat 88 orang obes Terdapat hubungan antara asupan makanan dan aktivitas fisik
Garna, Adjat Sedjati, onal dan 39 orang non obes. Usia terbanyak adalah 9 dan 10 dengan kejadian obesitas pada anak SD Banjarasari Kota Bandung.
2015, Hubungan Analitik tahun sebanyak 74,7% dan laki-laki 59,8%
Asupan Makanan dan dengan  Adanya hubungan yang bermakna antara frekuensi
Aktivitas Fisik dengan studi makan dan kejadian obesitas dengan korelasi yang
Kejadian Obesitas Anak Cross sedang (p=0,000; r=0,323)
Sekolah Dasar di Kota Sectional  Kebiasaan makan fastfood menunjukkan hubungan
Bandung bermakna dengan kejadian obesitas dengan korelasi
yang lemah dan tidak searah (negatif) (p=0,021; r=-
0,197)
 Kebiasaan sarapan tidak berhubungan dengan kejadian
obesitas dengan korelasi yang sangat lemah dan tidak
searah (negatif) (p=0,433; r=0,067)
 Adanya hubungan bermakna antara kebiasaan main
diluar rumah dan kejadian obesitas dengan korelasi
yang sedang dan tidak searah (negatif) (p=0,000; r=-
0,459)
 Kebiasaan menonton TV memiliki hubungan yang
bermakna dengan kejadian obesitas dilihat dari angka
korelasi yang lemah dan tidak searah (negatif) (p=0,001;
r=-0,287)
 Tidur malam ≥8 jam menunjukkan hubungan yang
bermakna dengan kejadian obesitas dengan korelasi
yang sangat lemah dan searah (positif) (p=0,027;
r=0,188)
7 Adriyan Pramono; Observati Ada hubungan yang signifikan antara makanan jajanan  Jenis kelamin perempuan yang mengalami obesitas lebih banyak
Muchammad Sulchan, onal cepat saji barat, makanan jalanan lokal dan tingkat dibandingkan laki-laki
2014, Kontribusi study aktivitas fisik terhadap obesitas remaja (P <0,05). Regresi  Rerata pengeluaran energi remaja obes laki-laki dan perempuan
makanan jajan dan with case- logistik menunjukkan bahwa makanan jalanan lokal > 300 lebih rendah daripada remaja laki-laki dan perempuan tidak obes
aktivitas fisik terhadap control kalori, aktivitas fisik ringan memberikan kontribusi 3,2 kali  Terdapat hubungan yang sangat bermakna antara
kejadian obesitas pada design dan 5,1 kali terhadap obesitas.  Tingkat aktivitas fisik dengan obesitas pada remaja
remaja di kota
Semarang Kontribusi energi makanan jajanan lokal > 300 kkal dan tingkat
aktivitas fisik ringan beresiko 3,2 kali dan 5,1 kali sebabkan
obesitas pada remaja.
8 Bahrudin Yamin; Nelly Survei Terdapat hubungan yang bermakna antara asupan energi Siswa dengan asupan energi yang tinggi beresiko 4 kali lebih besar
Mayulu; Julia Rottie, analitik yang tinggi dengan kejadian obesitas pada siswa sekolah mengalami obesitas dibandingkan dengan siswa yang memiliki
2013, Hubungan dengan dasar di Kota Manado asupan energi rendah.
Asupan Energi dengan menggu
Kejadian Obesitas akan Terdapat hubungan yang bermakna antara asupan energi dengan
Pada Siswa Sekolah rancanga kejadian obesitas dengan nilai p sebesar =0,002. Jumlah asupan
Dasar di Kota Manado n Case energi yang tinggi maka diperoleh nilai Odds Ratio (OR) sebesar
Control 4,058 (95% CI =1,320-2,417).
9 Winarsi Damopolii; Survei Ada hubungan antara hubungan konsumsi fast food Responden yang mengkonsumsi energi fast food ≥rata-rata
Nelly Mayulu; Gresty analitik dengan kejadian obesitas pada anak SD di Kota Manado (280,444) dan mengalami obesitas berjumlah 46 responden
Masi, 2013, Hubungan dengan dengan nilai p= 0,024 (33,8%) dan tidak mengalami obesitas berjumlah 32 responden
Konsumsi Fastfood menggun (23,5%) sedangkan responden yang mengkonsumsi energi fast
dengan Kejadian akan food ≤ ratarata dan mengalam obesitas berjumlah 22 responden
Obesitas Pada Anak SD rancanga (16,5%) dan tidak mengalami obesitas berjumlah 36 responden
di Kota Manado n Cross (26,5%)
sectional
Terdapat hubungan antara konsumsi fast food dengan kejadian
obesitas pada Anak SD di kota Manado. Anak yang mempunyai
asupan energi konsumsi fast food diatas rata-rata asupan anak
tidak obes berisiko 2,35 kali lebih besar untuk menjadi obes
dibandingkan anak yang mempunyai asupan dibawah rata-rata
asupan anak tidak obes.
10 Angel Lolita Danari; Survei Terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian  Dari hasil penelitian diperoleh 44 (64,7%) kasus obesitas terjadi
Nelly Mayulu; Franly analitik obesitas pada anak SD di kota Manado pada siswa berjenis kelamin laki-laki sedangkan untuk siswa
Onibala, 2013, menggun berjenis kelamin perempuan hanya 24 (35,3%) kasus.
Hubungan Aktivitas akan  Anak yang mempunyai aktivitas fisik ringan memiliki risiko
Fisik dengan Kejadian rancanga sebesar 3 kali menjadi obes dibandingkan dengan anak yang
Obesitas pada Anak SD n case memiliki aktivitas ringan atau berat
di Kota Manado kontrol
Terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas
dengan nilai p sebesar 0,004 (<0,05).Gambaran aktivitas fisik
ringan anak yang mengalami obesitas sebesar 85,3% dan tidak
obesitas 14,7%
11 Ika Rosaria Indah Survei Terdapat hubungan antara riwayat orang tua yang obes Prevalensi Obesitas pada anak SD di Kota Manado pada tahun
Permatasari; Nelly analitik dengan kejadian obesitas pada anak SD di kota Manado 2013 adalah laki-laki 44 orang (32,4%) dan perempuan 24 orang
Mayulu; Rivelino Hamel, dengan (17,6%) Prevalensi Obesitas pada orang tua responden pada tahun
2013, Analisa Riwayat menggun 2013 adalah ayah 27 orang (19,9%) dan perempuan 31 orang
Orang Tua Sebagai akan (22,8%) Riwayat orang tua merupakan faktor risiko terjadinya
Faktor Resiko rancanga obesitas pada anak SD di Kota Manado
Obesitas pada Anak SD n Cross
di Kota Manado sectional
12 Lely Cintari; Ida Ayu Eka Observasi  88,1% sampel berstatus Non Obesitas, sedangkan Tidak ada perbedaan kejadian obesitas berdasarkan jenis makanan
Padmiari; I G A Sri onal sisanya berstatus obesitas dengan persentase 11,9% yang dikonsumsi anak sekolah dasar kota Denpasar (P<0,05). Perlu
Utami, 2011, Perbedaan dengan  Presentase stunted pada anak sekolah dasar di kota adanya suatu sosialisasi pola hidup sehat dengan sarapan pagi
Kejadian Obesitas pada rancanga Denpasar adalah 10,3% sesuai menu seimbang dengan memilih jenis sarapan yang
Anak Sekolah n Cross  Sebagian besar sampel yang tidak obesitas lebih banyak memiliki densitas energi yang rendah dan disertai dengan aktivitas
Berdasarkan Jenis Sectional mengkonsumsi sarapan yang terdiri dari makanan fisik yang cukup dan teratur kepada masyarakat secara umum dan
Sarapan dan Faktor pokok, lauk dan sayur (memiliki kualitas yang baik) yaitu khususnya kepada anak sekolah dasar untuk mencegah
Keturunan 25,7% sehingga mengurangi terjadinya obesitas peningkatan risiko obesitas. Perlu adanya penilaian status gizi pada
 Jenis makanan yang dikonsumsi oleh sampel yang anak sekolah untuk dapat mendeteksi kejadian obesitas lebih awal
mempunyai kebiasaan sarapan terbanyak adalah untuk dapat dilakukan tindakan pencegahan sehingga mencegah
makanan pokok ditambah sayur dan lauk sebesar terjadinya obesitas dan penyakit yang berkaitan dengan sindrom
30,51% metabolik.
 Sampel yang sarapannya dengan jenis makanan lengkap
cukup tinggi yaitu 15,49%
 Sampel yang memiliki riwayat obesitas dalam keluarga
dengan presentase 56,3% dan sisanya yaitu 43,8%
sampel tidak memiliki riwayat obesitas
 Sampel yang tidak obesitas tidak memiliki riwayat
obesitas dalam keluarga sebesar 56,96% sedangkan
yang memiliki riwayat obesitas dalam keluarga 7,99%
 Sampel obesitas yang memiliki riwayat obesitas yaitu
sebesar 7,99% sedangkan yang tidak sebesar 3,87%
13 Dewi Marfuah; Hamam Case Terdapat hubungan yang signifi kan antara durasi tidur Setelah dikontrol variabel sedentary lifestyle, asupan energi, dan
Hadi; Emy Huriyati, Control dengan obesitas. Anak yang tidur <10 jam/hari jenis kelamin, anak yang mempunyai durasi tidur pendek berisiko
2013, Durasi dan Study kemungkinan mengalami obesitas 1.7 (OR=1,74, 95% CI: obesitas 1,74 kali lebih tinggi dibandingkan anak yang mempunyai
kualitas tidur 1.06-2.84) kali lebih tinggi dibandingkan yang tidur >10 durasi tidur panjang. Hal ini berbeda dengan hubungan kualitas
hubungannya dengan jam/hari. Anak dengan kualitas tidur yang buruk tidur terhadap kejadian obesitas menunjukkan hubungan yang
obesitas kemungkinan mengalami obesitas 1.9 (OR=1.88, 95% CI: tidak signifikan.
pada anak sekolah 0.95-3.71) kali dibandingkan dengan yang kualitas
dasar di Kota tidurnya baik, namun secara statistik tidak signifi kan. Durasi tidur yang pendek berhubungan dengan peningkatan
Yogyakarta dan kemungkinan untuk mengalami obesitas pada anak sekolah dasar.
Kabupaten Anak obes mempunyai durasi tidur lebih pendek dibandingkan
Bantul anak tidak obes. Semakin pendek durasi tidur anak, semakin tinggi
risiko obesitas pada anak. Anak laki-laki mempunyai durasi tidur
lebih pendek dibandingkan anak perempuan. Anak obes
mempunyai kualitas tidur lebih buruk dibandingkan dengan anak
tidak obes.
14 Angelya Lumoindong; Observasi Terdapat 111 anak subjek penelitian yang memenuhi  Dari 111 responden penelitian sebagian besar mem-punyai
Adrian Umboh; onal kriteria Inklusi yang telah diukur. Terdiri dari 57 anak tekanan darah normal tinggi dengan jumlah 55 responden
Nurhayati Masloman, analitik perempuan dan 54 anak laki laki. Dari 111 anak obes (49,5%), normal de-ngan jumlah 31 responden (27,9%), dan tinggi
2013, Hubungan dengan tersebut 31 anak dengan tekanan darah normal, 55 anak dengan jumlah 22 responden (22,5%)
Obesitas Dengan Profil rancanga dengan tekanan darah normal tinggi dan 25 anak  Seluruh responden obes dengan tekanan darah normal berjumlah
Tekanan Darah Pada n potong bertekanan darah tinggi, terdapat hubungan bermakna 31 responden (29,7%), responden obes dengan tekanan darah
Anak Usia 10-12 Tahun lintang dengan Uji Chi-Square (p=0,007) tinggi berjumlah 25 res-ponden (22,5%) dan responden obes
Di Kota Manado dengan tekanan darah normal tinggi ber-jumlah 55 responden
(49,5%)

Terdapat hubungan antara obesitas dan profil tekanan darah pada


anak usia 10 – 12 tahun.
15 Asheley Cockrell Cross Dari tahun 2011 sampai 2012, 17,3% (95% CI, 15,3-19,3) Prevalensi kelebihan berat badan (BMI) ≥ persentil ke-85), obesitas
Skinner, PhD; Joseph A. sectional anak-anak di Amerika Serikat berusia 2 sampai 19 tahun (persentil ke-51 BMI berdasarkan umur dan jenis kelamin),
Skelton, MD, MS2, mengalami obesitas. Selain itu, 5,9% (95% CI, 4,4-7,4) obesitas kelas 2 (BMI ≥ 120% dari persentil ke-95 atau BMI ≥ 35),
2014, Prevalence and anak-anak memenuhi kriteria untuk obesitas kelas 2 dan dan kelas 3 obesitas ( BMI ≥ 140% dari persentil ke 95 atau BMI ≥
Trends in Obesity and 2,1% (95% CI, 1,6-2,7) memenuhi kriteria untuk kelas 3 40)
Severe Obesity Among obesitas. Meskipun tingkat ini tidak berbeda secara
Children in the United signifikan dari tahun 2009 sampai 2010, semua kelas Pada 2011 hingga 2012, 32,2% anak-anak di Amerika Serikat
States, 1999-2012 obesitas telah meningkat selama 14 tahun terakhir. berusia 2 sampai 19 tahun kelebihan berat badan dan 17,3%
mengalami obesitas. Selain itu, 5,9% anak-anak memenuhi kriteria
untuk kelas 2 obesitas dan 2,1% memenuhi kriteria untuk kelas 3
obesitas. Meskipun tingkat ini tidak berbeda secara signifikan dari
tahun 2009 sampai 2010, semua kelas obesitas telah meningkat
selama 14 tahun terakhir. Prevalensi hanya memeriksa total
kelebihan berat badan dan obesitas di kalangan anak-anak yang
menutupi tren kenaikan kelas 2 dan kelas 3 obesitas sepanjang
waktu.
16 Emma V. Sanchez- Cross Secara keseluruhan tingkat kelebihan berat badan / Kelebihan berat badan / obesitas didefinisikan sebagai indeks
Vaznaugh, ScD, MPH; Sectional obesitas berkisar antara 43,5% pada tahun 2001 menjadi massa tubuh pada atau lebih besar dari persentil ke 85 untuk usia
Brisa N. Sánchez, PhD; 45,8% pada tahun 2010. Dibandingkan dengan periode dan jenis kelamin.
Patricia B. Crawford, sebelum diperkenalkannya kebijakan CF & B, tren
DrPH, RD; et al, 2015, kelebihan berat badan / obesitas berubah dalam arah Studi kami menemukan peningkatan tingkat populasi dalam
Association Between yang baik setelah kebijakan diterapkan (2005-2010); prevalensi kegemukan / obesitas anak dengan periode setelah
Competitive Food and Perubahan ini terjadi untuk semua anak di semua tingkat implementasi kebijakan CF & B di seluruh negara bagian (2005-
Beverage Policies in sosial ekonomi sekolah. Sebelum diberlakukannya 2010). Namun, perbaikan ini paling hebat di sekolah-sekolah di
Elementary Schools and kebijakan, tren ini berbeda dengan keuntungan sosio lingkungan yang paling diuntungkan. Ini menunjukkan bahwa
Childhood ekonomi lingkungan sekolah. Dari tahun 2005-2010, kebijakan CF & B dapat membantu mencegah obesitas anak;
Overweight/Obesity kecenderungan prevalensi kelebihan berat badan / Namun, tingkat keefektifannya cenderung bergantung pada faktor
Trends Differences by obesitas diratakan di kalangan siswa di sekolah-sekolah di sosial ekonomi dan faktor kontekstual lainnya di lingkungan
Neighborhood lingkungan yang kurang beruntung secara sosial ekonomi sekolah. Untuk mengurangi disparitas dan mencegah obesitas,
Socioeconomic namun menurun di lingkungan yang diuntungkan secara kebijakan sekolah dan intervensi lingkungan harus memperhatikan
Resources sosial ekonomi. Siswa di lingkungan berpenghasilan faktor kontekstual yang relevan di lingkungan sekolah.
terendah mengalami nol atau mendekati nol perubahan
dalam kemungkinan kelebihan berat badan / obesitas dari
waktu ke waktu: persentase perubahan tahunan pada
kemungkinan kelebihan berat badan / obesitas adalah
0,1% untuk perempuan (95% CI, -0,7 sampai 0,9) dan -0,3
% untuk laki-laki (95% CI, -1,1 sampai 0,5). Sebaliknya, di
lingkungan dengan pendapatan tertinggi, persentase
penurunan kemungkinan kelebihan berat badan per
tahun adalah 1,2% untuk perempuan (95% CI, 0,4 sampai
1,9) dan 1,0% untuk laki-laki (95% CI, 0,3 sampai 1,8).
Temuan serupa untuk pendidikan lingkungan sekolah.
17 James White, PhD; Kohort Kami menemukan hubungan respons dosis negatif yang Tiga pengukuran obesitas diperoleh dengan menggunakan definisi
Russell Jago, PhD, 2012, Prospektif kuat antara kuartil jumlah akselerometer per hari pada Centers for Disease Control and Prevention tentang obesitas (pada
Prospective usia 12 tahun dan obesitas pada usia 14 tahun atau di atas persentil ke-95 yang berusia spesifik dari indeks massa
Associations Between (menggunakan semua 3 pengukuran obesitas) pada tubuh), satuan internasional untuk obesitas pada anak-anak, dan
Physical Activity and perempuan kulit putih (P <.001 untuk interaksi indeks jumlah ketebalan lipatan kulit (dengan kohort ≥90 persentil
Obesity Among massa tubuh dan P = 0,06 untuk jumlah interaksi sebagai indikasi obesitas).
Adolescent Girls ketebalan lipatan kulit). Odds rasio untuk obesitas
Racial Differences and (menggunakan persentil ≥90 persentil untuk jumlah Tingkat aktivitas fisik yang lebih tinggi secara prospektif dikaitkan
Implications for ketebalan lipatan kulit) pada model yang disesuaikan dengan tingkat obesitas yang lebih rendah pada gadis remaja kulit
Prevention antara kuartil atas dan bawah hitungan akselerometer per putih namun tidak pada remaja kulit hitam. Intervensi pencegahan
hari adalah 0,15 (95% CI, 0,04-0,63; P = 0,03 untuk tren ) obesitas mungkin perlu disesuaikan dengan temuan bahwa gadis
pada gadis kulit putih dan 0,85 (95% CI, 0,32-2,26; P = .93 kulit hitam kurang peka terhadap efek aktivitas fisik.
untuk tren) pada wanita kulit hitam.
Prevalensi kegemukan dan obesitas di kalangan pemuda AS
meningkat secara eksponensial sejak tahun 1960an, dengan
peningkatan terbesar yang diamati pada remaja perempuan
Amerika keturunan Amerika. Potensi faktor penyebab tingginya
tingkat obesitas pada gadis Afrika Amerika mencakup asupan kalori
harian yang lebih tinggi, perilaku yang tidak berpindah-pindah
(misalnya menonton televisi), dan tingkat aktivitas fisik yang lebih
rendah dibandingkan dengan gadis kulit putih. Meskipun peran
faktor yang mengatur keseimbangan energi sudah diketahui, bukti
menunjukkan bahwa perbedaan ras / etnis dalam metabolisme
saat istirahat dan selama latihan dapat menyebabkan perempuan
kulit hitam menjadi gemuk.
18 Ilana Nogueira Bezerra Kohort Prevalensi berat makan diluar rumah adalah 40,3%. Makan diluar rumah dikaitkan dengan kelebihan berat badan dan
and Rosely Sichieri, prospektif Secara keseluruhan, makan diluar rumah secara positif obesitas hanya di kalangan pria, sedangkan di antara wanita,
2009, Eating out of dikaitkan dengan kelebihan berat badan (OR =1,21; 95% makan makanan rumahan di luar rumah sangat melindungi
home and obesity: a CI 1,10; 1,33) dan obesitas (OR 1,35; 95% CI 1,16; 1,57) di obesitas, menunjukkan bahwa wanita membuat pilihan makanan
Brazilian nationwide antara pria, tapi tidak di kalangan wanita. Makanan yang lebih sehat saat mereka makan di luar rumah.
survey rumahan dan minuman ringan adalah kelompok makanan
yang paling sering dilaporkan. Keduanya secara positif
diasosiasikan dengan kelebihan berat badan (OR = 1,34
untuk makanan; ATAU 1,17 untuk minuman ringan,
P<0,05) dan obesitas (OR = 1,51 untuk makanan; ATAU
1,39 untuk minuman ringan, P<0, 05) di antara pria,
namun berhubungan negatif dengan kelebihan berat
badan dan obesitas di kalangan wanita.
19 Amy Ellen Schwartz, Kuasi - Studi ini melibatkan 1. 065.562 siswa di sekolah dasar dan Indeks massa tubuh individu (BMI) dihitung untuk semua siswa
PhD; Michele Leardo, eksperim sekolah menengah kota New York. Ada pengaruh yang dalam sampel menggunakan tingkat tinggi dan tingkat berat badan
MA; Siddhartha Aneja, ental signifikan dari water jet pada BMI standar, sehingga siswa tahunan yang dikumpulkan sebagai bagian dari inisiatif
MPA; et al, 2016, Effect adopsi water jet dikaitkan dengan penurunan BMI standar FITNESSGRAM New York. Diagram pertumbuhan spesifik usia dan
of a School-Based sebesar 0,025 (95% CI, -0,038 sampai -0,011) untuk anak jenis kelamin yang diproduksi oleh Centers for Disease Control and
Water Intervention on laki-laki dan 0,022 (CI 95%, - 0,035 sampai -0.008) Prevention digunakan untuk mengkategorikan siswa sebagai
Child Body Mass Index pengurangan BMI standar untuk anak perempuan (P kelebihan berat badan dan obesitas. Hipotesis bahwa water jet
and Obesity <.01). Ada juga efek signifikan pada kelebihan berat akan dikaitkan dengan penurunan BMI standar, kelebihan berat
badan. Water jet dikaitkan dengan pengurangan 0,9 poin badan, dan obesitas diuji dengan menggunakan strategi
persentase (95% CI, 0,015-0.003) kemungkinan kelebihan perbedaan, membandingkan hasil pada siswa yang diobati dan
berat badan untuk anak laki-laki dan pengurangan 0,6 tidak dipantau sebelum dan sesudah pengenalan water jet.
persen (95% CI, 0,011-0.000) kemungkinan kelebihan
berat badan untuk anak perempuan ( P <.05). Kami juga Hasil dari penelitian ini menunjukkan hubungan antara intervensi
menemukan penurunan 12,3 (95% CI, -19.371 sampai - ketersediaan air yang relatif rendah dan penurunan bobot siswa.
5.204) dalam jumlah semua jenis setengah liter susu yangPembelian susu dieksplorasi sebagai mekanisme potensial.
dibeli per siswa per tahun (P <.01). Diperlukan penelitian tambahan untuk memeriksa mekanisme
potensial penurunan berat badan siswa, termasuk pengurangan
pengambilan susu, serta penilaian dampak pada hasil jangka
panjang.
20 Annas Buanasita; Case Ada perbedaan tingkat konsumsi lemak, cairan, dan Tingkat konsumsi energi dan lemak dengan kategori di atas normal
Andriyanto; Indah Control status hidrasi pada mahasiswa obesitas dan non obesitas persentasenya lebih tinggi pada mahasiswa obesitas dibandingkan
Sulistyowati, 2015, di Akademi Gizi Surabaya. Mahasiswa yang obesitas mahasiswa non obesitas. Tingkat konsumsi cairan pada mahasiswa
Perbedaan Tingkat memiliki tingkat konsumsi energi dengan kategori di atas obesitas dengan kategori defisit berat lebih tinggi dibandingkan
Konsumsi Energi, normal yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa non non obesitas. Status hidrasi menunjukkan mahasiswa obesitas
Lemak, Cairan, dan obesitas. Tingkat konsumsi lemak pada mahasiswa non banyak mengalami dehidrasi, dibandingkan mahasiswa non
Status Hidrasi obesitas dengan kategori defisit berat lebih tinggi (32,3%) obesitas. Hasil pengujian statisitik terlihat bahwa ada perbedaan
Mahasiswa Obesitas dibandingkan kelompok obesitas (3,2%). Tingkat tingkat konsumsi energi, lemak dan cairan serta status hidrasi pada
dan Non Obesitas konsumsi cairan pada mahasiswa obesitas dengan mahasiswa obesitas dan non obesitas di Akademi Gizi Surabaya.
kategori defisit berat lebih tinggi (64,5%) dibandingkan
non obesitas (19,4%). Status hidrasi menunjukkan
mahasiswa obesitas banyak mengalami dehidrasi yaitu 21
responden (67,7%), dibandingkan mahasiswa non
obesitas yaitu 6 responden (19,4%).
21 Emy Leonita; Nopriadi, Kualitatif Beberapa kesalahan persepsi pada ibu yang Kesalahan persepsi ibu dalam penelitian ini adalah ibu
2010, Persepsi Ibu (Wawanc mengakibatkan kesalahan dalam mengatur pola makan menganggap obesitas pada balita adalah normal, bila sudah
Terhadap Obesitas ara dan aktivitas pada anak obesitas antara lain adalah ibu remaja/dewasa badan bisa kurus sendiri, sehingga keadaan
pada Anak Sekolah Mendala beranggapan wajar saja balita gemuk, bila dewasa/remaja obesitas tidak perlu dikhawatirkan Beberapa kesalahan persepsi
Dasar m) akan kurus dengan sendirinya. Ibu beranggapan makanan ibu yang mengakibatkan kesalahan dalam mengatur pola
lokal seperti bakso, sate, siomay dan aneka mie bukan makan/perilaku makan pada anak obesitas adalah anggapan ibu
termasuk fast food. Ibu selalu mendorong anak untuk bahwa makanan lokal seperti bakso, sate, siomay dan lain-lain
tambah porsi makan dan cenderung menuruti pola makan tidak termasuk jenis makanan fast food. Ibu selalu mendorong
berlebihan karena faktor ketidaktegaan. Ibu tidak anak untuk tambah porsi makan setelah anak menghabiskan
memaksakan anak untuk beraktivitas dan olahraga karena makanannya, sehingga terbentuk pola makan berlebihan pada
menganggap anak sudah lelah dengan jadwal yang padat anak. ibu cenderung menuruti pola makan yang salah pada anak
di sekolah. Berenang menurut ibu bukan pilihan olahraga yaitu pola makan berlebihan karena faktor ketidaktegaan, sehingga
yang tepat pada anak obesitas, karena setelah berenang berdampak pada perlakuan pemberian uang jajan yang besar yang
memicu rasa lapar pada anak. menyebabkan anak mengkonsumsi asupan tinggi kalori di sekolah
Diperlukan suatu strategi pendekatan promosi terhadap tanpa diimbangi dengan olahraga/aktivitas yang cukup. Ibu
orangtua dan anak dalam penanggulangan obesitas terkesan tidak memaksakan anak untuk beraktivitas
berat/berolahraga di luar sekolah karena menganggap anak sudah
cukup kelelahan dengan jadwal padat di sekolah, sehingga
berdampak terhadap perlakuan membiarkan anak untuk tidak
olahraga. Berenang menurut ibu, bukan pilihan olahraga yang
tepat pada anak obesitas, karena setelah berenang memicu rasa
lapar pada anak
22 Yulia Fitri; Nunung Sri Kuasi Ada pengaruh pemberian aktivitas fisik (Aerobic Aktivitas fisik berupa exercise pada wanita yang mengalami
Mulyani; Eva Eksperim Exerccise) terhadap IMT (p=0,000), dan tekanan darah obesitas dengan durasi waktu selama satu bulan secara signifikan
Fitrianingsih; Suryana, en (p=0,000) pada wanita obesitas akan tetapi tidak ada dapat menurunkan status gizi berdasarkan IMT dari rata-rata 27,2
2016, Pengaruh pengaruh pemberian aktivitas fisik terhadap rasio lingar menjadi 26,8 dengan p-value=0,000. Begitu juga dengan t ekanan
Pemberian Aktivitas pinggang panggul (RLPP) (p=0,230) darah sistolik/diastolik juga mengalami penurunan dari rata-rata
Fisik (Aerobic Exercise) 119,9/80,2 menjadi 113,8/73,8 dengan p-value=0,000. Sedangkan
Terhadap Tekanan status gizi berdasarkan RLPP tidak menunjukkan penurunan
Darah, IMT dan RLPP setelah dilakukan treatment yaitu teteap sebesar 0,84 dengan p-
pada Wanita Obesitas value=0,230. Hal tersebut berarti aktivitas fisik yang diberikan
berupa aerobic exercise hanya berpengaruh terhadao penurunan
IMT dan tekanan darah. Sedangkan RLPP tidak menunjukan
pengaruh pada wanita yang mengalami obesitas.
23 Weni Kurdanti; Isti Case Faktor yang secara bermakna berhubungan (p<0,05) dan Remaja yang memiliki asupan energi, lemak, dan karbohidrat
Suryani; Nurul Huda Control menjadi faktor risiko terjadinya obesitas pada remaja berlebih, frekuensi konsumsi fast food, aktivitas fisik tidak aktif,
Syamsiatun; Listiana adalah asupan energi (OR=4,69; CI:2,12-10,35); lemak memiliki ibu dan ayah dengan status obesitas, serta tidak sarapan,
Purnaning Siwi; (OR=2,34; CI:1,19-4,57); karbohidrat (OR=2,64; CI:1,34- berisiko lebih terhadap terjadinya obesitas
Mahardika Marta 5,20); frekuensi fast food (OR=2,47; CI: 1,26-4,83); dan
Adityanti; Diana asupan sarapan pagi (OR=5,24; CI: 2,56-10,71).
Mustikaningsih; Kurnia
Isnaini Sholihah, 2015,
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi
Kejadian Obesitas pada
Remaja
24 Vergo Hari Haryono; Sri Korelasio Sebagian besar pola makan baik sebanyak 27 responden  Pola makan anak sebagian besar dalam kategori baik yaitu
Sudarsih; Mujiadi, 2015, nal (52.9%), aktivitas fisik ringan sebanyak 31 responden sebanyak 27 reponden (52,9%).
Hubungan Gaya Hidup  Aktivitas fisik anak sebagian besar dalam kategori ringan yaitu
(60.8%), Pola tidur tidak normal sebanyak 30 responden
Orangtua dengan (58.8%), kejadian obesitas sebanyak 34 responden sebanyak 31 responden (60,8%).
Kejadian Obesitas Pada  Pola tidur anak sebagian besar dalam kategori tidak normal 30
(66.7%). Hasil dari penelitian yaitu ada hubungan pola
Anak Usia 3 Tahun di makan dengan kejadian obesitas, Ada hubungan aktivitas responden (58.8%).
Wilayah Kerja  Kejadian obesitas pada anak usia 3 tahun sebagian besar dalam
fisik dengan kejadian obesitas, Ada hubungan pola tidur
Puskesmas Asemrowo dengan kejadian obesitas pada anak usia 3 tahun di kategori obesitas sebanyak 34 orang (66.7%).
Kota Surabaya Wilayah Kerja Puskesmas Asemrowo Kota Surabaya yang  Ada hubungan pola makan dengan kejadian obesitas pada anak
signifikan (bermakna) dengan uji logistic Regression usia 3 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Asemrowo Kota
diperoleh angka significancy p = 0,020 dimana p < 0,05 Surabaya.
 Ada hubungan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada anak
usia 3 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Asemrowo Kota
Surabaya.
 Ada hubungan pola tidur dengan kejadian obesitas pada anak
usia 3 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Asemrowo Kota
Surabaya.
25 Maria Elisabeth Adeline Cross Sebanyak 61 responden mempunyai lingkar pinggang Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik
Ra Pati Tiala; George N. Sectional dengan obes sentral. Nilai Metabolic Energy Turnover dengan lingkar pinggang (p=0,077).
Tanudjaja; Sonny J. R. (MET) terendah ialah 900 MET-menit/minggu dan
Kalangi, 2013, tertinggi ialah 2.900 MET-menit/minggu. Pada 10
Hubungan Antara responden laki-laki, lingkar pinggang paling kecil yaitu
Aktivitas Fisik Dengan 90,2 cm dan paling besar 110,5 cm. Pada 51 responden
Lingkar Pinggang Pada perempuan, lingkar pinggang paling kecil ialah 80,3 cm
Siswa Obes Sentral dan paling besar ialah 99,0 cm.

Anda mungkin juga menyukai