Keterampilan Mendengar
I. Pendahuluan
Mendengar adalah proses fisik dan pasif dalam keterampilan mendengar. Dengan
mendengar kata-kata tidak berarti Anda mengerti pesannya. (Goodall, Goodall &
Schiefelbein, 2010 : 82) Maka dari itu, dibutuhkan keterampilan mendengar bukan hanya
mendengarkan saja.
Dengan melakukan keterampilan mendengar, kita dapat mengerti dengan jelas apa
maksud dan makna dari pesan yang disampaikan. Misalnya, seorang atasan memberikan
informasi mengenai kebijakan baru perusahaan kepada salah satu bawahannya dan meminta
untuk disebarluaskan informasi tersebut. Namun, bawahan tersebut hanya mendengarkan
saja, tidak memahami apa makna dibalik informasi tersebut. Sehingga ketika informasi
tersebut disebar, bawahan tersebut tidak mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar
kebijakan baru tersebut. Akan tetapi, ketika ia mendengarkan secara baik saat pemimpin
tersebut memberikan informasi, maka ia akan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
ditujukan.
Mendengarkan adalah salah satu komponen kecakapan yang dimiliki oleh seseorang
ketika mereka memiliki kecakapan interpersonal skills yang baik. Sebuah komunikasi yang
efektif dapat dilakukan oleh seseorang bila memiliki kemampuan mendengarkan yang baik
1
pula. Dan kemampuan mendengarkan menjadi hal yang pokok harus dimiliki seseorang bila
menginginkan terjalinnya komunikasi secara efektif
Layaknya sebuah komunikasi. Dalam proses komunikasi ada komponen sender,
channel, message, reciever, effect yang menjadi satu kesatuan komponen ketika proses
komunikasi berlangsung. Salah satu komponen dari proses komunikasi adalah menerima
pesan. Bagaimana menerima pesan dengan baik adalah salah satunya dengan cara
mendengarkan dengan baik.
Mendengarkan bukan hanya secara harafiah menggunakan alat pendengaran (telinga),
tetapi memiliki arti yang lebih luas dengan penggunaan alat penerima pesan lainnya.
pembedaan istilah mendengarkan dengan mendengar adalah untuk membedakan pengertian
seperti halnya dalam bahasa ingris antara kata listening dengan hearing.
Pentingnya Mendengarkan
Kemampuan mendengarkan seseorang jauh lebih penting dan berharga dari
kemampuan berbicara. Dan kemampuan mendengarkan menempati urutan teratas yang wajib
dimiliki oleh seorang manajer yang ideal. Walaupun banyak survey menempatkan
kemampuan untuk mendengarkan sebagai komunikasi yang wajib dimiliki, banyak orang
tidak menyadari bahwa kemampuan mendengarkan merupakan kemampuan yang harus
dimiliki. Sangat jarang orang mau untuk meningkatkan kemampuannya mendengarkan.
Tahapan Listening
Ada lima tahapan dalam proses Listening, yaitu: (Goodall, Goodall & Schiefelbein,
2010 : 82)
1. Hearing. Dalam tahap ini, pendengar baru hanya menangkap dan memproses sinyal dari
si pembicara.
2. Informational Listening. Dalam tahap ini, pendengar mengidentifikasi sinyal yang
diproses tadi sebagai kata-kata. Pada tahapan ini, terjadi perpindahan dari Hearing
menjadi Listening.
3. Critical Listening. Dalam tahap ini, pendengar melibatkan apa yang pembicara
sampaikan dengan berfokus pada logika, alasan, dan sudut pandang dari si pembicara.
4. Self-Reflexive Listening. Dalam tahap ini, pendengar merefleksikan apa yang
disampakan oleh pembicara dengan mengaplikasikannya ke dalam hidup si pendengar.
5. Conscious Listening. Dalam tahap ini, pendengar telah menerima atau terbuka dengan
sudut pandang si pembicara.
Tujuan Listening
Terdapat empat tujuan dari Listening menurut Ross Jay, yaitu: (Jay, 2007 : 107)
1. Mencegah terjadinya kesalahpahaman akibat komunikasi yang buruk
2. Membantu seseorang memahami apa yang sedang terjadi
3. Membuka peluang seseorang untuk membaca apa pesan tersirat ketika seseorang sedang
berbicara
4. Membuat pembicara merasa positif terhadap respon yang diberikan oleh si pendengar
Sesuai dengan kedua konsep di atas, maka hal ini dapat menjadi pedoman bagi para
pimpinan agar dapat mengetahui hal hal apa saja yang menghambat dari proses Listening itu
sendiri agar dapat meminimalisirkan hambatan tersebut.
Conscious Listening merupakan tahap akhir dalam proses Listening yang baik.
Apabila proses Listening tidak mencapai Conscious Listening, maka yang terjadi hanyalah
ketidakfahaman dan kesalahan dalam mengolah informasi yang didengar. Conscious
Listening akan terjadi ketika seluruh pihak yang berkomunikasi terlibat dan bagaimana hal
tersebut dapat mempengaruhi seluruh kelompok, team, dan perusahaan.
Menurut Peter Senge, Conscious Listening didefinisikan sebagai sebuah pola yang
lebih dalam mengenai makna yang mengalir melalui sebuah kelompok yang membangun
kesadaran akan pemikiran kolektif yang memungkinkan untuk mengubah pengalaman kita.
(dalam Goodall, Goodall & Schiefelbein, 2010 : 89)
Conscious Listening dapat membangun hubungan antar individu yang saling bergerak
untuk kepentingan bersama. Conscious Listening membuka komunikasi yang dilandasi
dengan adanya pembagian visi, tujuan, dan nilai hubungan bersama. Conscious Listening
merupakan keterampilan bisnis yang cukup vital. Hal ini dapat membantu perusahaan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Berikut beberapa hal untuk menjadi Conscious Listener dalam konteks berbisnis
perusahaan yaitu: (Goodall, Goodall & Schiefelbein, 2010 : 90)
1. Berhenti berbicara. Kita tidak bisa melakukan Conscious Listening apabila digabungkan
dengan terus berbicara.
2. Berhenti bereaksi. Kita tidak bisa melakukan Conscious Listening apabila kita hanya
fokus pada memformulasikan apa yang akan kita bicarakan selanjutnya.
3. Mendengar dengan perasaan. Mendengarkan secara empatik dapat membuat kita
mengerti apa yang orang lain rasakan saat mendengarkan mereka.
4. Mendengar untuk isyarat diri sendiri. Memahami apakah yang orang lain katakan benar
adanya tentang diri kita.
Nurjaman & Umam mengungkapkan beberapa cara dalam mendengarkan secara aktif., yaitu :
(Nurjaman & Umam, 2012 : 60-61 )
1. Menangkap ungkapan nonverbal
Pada saat mendengarkan aktif, penerima menangkap isyarat verbal lalu menguraikan
sendiri melalui kata kata tentang pesan yang disampaikan oleh pengirimm dan
mengulang kembali dengan cara sendiri.
2. Mengecek kembali
Penerima pesan mengecek kembali hal hal yang ada di balik pesan yang di terimanya
untuk mengerti pesan yang diterima.
3. Gambaran perilaku
Mengamati orang lain tanpa membuat keputusan tentang latar belakang, perilaku, dan
sifat merupakan upaya untuk memahami gambaran perilaku dari seseorang. Setiap orang
mempunyai ciri atau tanda yang lain yang dapat meningkatkan keaktifan mendengarkan.
Mendengar aktif merupakan salah satu kemampuan atau keterampilan yang dapat
meningkatkan efektivitas komunikasi. Cara meningkatkan kemampuan mendengarkan aktif,
yaitu ( Mahdi & Sulistami, 2006 : 124 ) :
1. Sediakan waktu, dengan suasana hati yang mau mendengar
2. Gunakan bahasa tubuh yang tepat.
3. Hindari terlalu sibuk dengan diri sendiri.
4. Ajukan pertanyaan
5. Hindari menginterupsi pembicara
6. Jangan terlalu banyak bicara
7. Ciptakan transisi halus antara peran si pembicara dan pendengar.
Dari kedua sumber mengenai cara mendengarkan aktif, seseorang akan sangat terbantu jika
dapat memahami siapa yang sedang diajak berbicara. Hal ini dapat terjadi ketika di
perusahaan, yang dimana pimpinan dan pekerja dapat saling memahami agar tercipta
komunikasi yang efektif.