II. Peralatan
1. Statif.
2. Benang/tali
3. Penjepit.
4. Beban.
5. Stop watch.
6. Busur derajat.
III. Teori
Lintasan dari massa titik tidak berupa garis lurus, akan tetapi berupa busur dari suatu
lingkaran dengan jari-jari L yang sama dengan panjangnya tali (Gambar 1). Kita
menggunakan x sebagai koordinat kita yang diukur sepanjang busur. Jika geraknya
merupakan harmonik sederhana, gaya pemulihnya harus berbanding lurus dengan x
atau (karena x=Lθ) dengan θ.
30 cm).
5. Hasil pengamatan dicatat dalam bentuk tabel.
1
Gambar 1 Pendulum sederhana
Percobaan 1
T= 2π ) T²=4π²L/g g = 4π²L/T²
L S T g(m/s²)
2
Rata-rata grafitasi bumi hasil percobaan :
Ex : 120 sin 5 = 12,4 maka g = 4π² L = 4π² (1,2) = 9,408 m/s², dst
T² 2,244
V. Perhitungan
1. Dari hasil pengamatan, hitung waktu yang dibutuhkan setiap kali untuk 1 ayunan.
4π²
g=
tan
6. Buatlah kesimpulan : Tinggi jatuh sesuatu benda diatas permukaan bumi dimanapun
tempatnya gravitasinya sama.
PERCOBAAN 2
KOEFISIEN GESEK
I. Tujuan
Menghitung koefisien gesek (µ) antara suatu bidang dengan benda tertentu.
3
II. Peralatan
1. Bidang datar (papan kayu, plat kaca, dsb)
2. Benda luncur (balok kayu, pvc, dsb)
3. Busur derajat.
III. Teori
Benda yang bergerak pada suatu bidang akan mendapat gaya yang berlawanan dengan
arah geraknya yang disebut gaya gesek. Besarnya gaya gesek berbanding lurus dengan
gaya normal benda dan sebagai koefisien pembandingnya disebut koefisien gesek
antara dua permukaan benda (µ).
Ada dua jenis gaya gesek, gaya gesek statis yang bekerja untuk benda yang masih
beada dalam kondisi diam dan gaya gesek kinetis yang bekerja saat benda bergerak.
4
Gambar a. Koefisien Gesek Statis
Y r (µs) Y µk
V. PERHITUNGAN
5
1. Dari hasil pengamatan, hitung nilai koefisien gesek statik (percobaan A dan C) dan
koefisien gesek kinetik (percobaan B) dengan rumus :
µ = tan
3. Buatlah kesimpulan : Koefisien gesek statik nilainya lebih besar dari koefisien
gesek kinetic.
PERCOBAAN 3
RESULTAN GAYA
I. TUJUAN
II. PERALATAN
2. Busur derajat.
3. Benang/tali.
4. Beban.
5. Kertas.
III. TEORI
6
Hukum II Newton menyatakan bahwa percepatan sebuah benda berbanding lurus
dengan resultan gaya yang bekerja pada benda tersebut. Resultan gaya adalah
jumlah vektor dari semua gaya yang bekerja pada benda itu. Telah dibuktikan
bahwa gaya-gaya bergabung sebagai vektor sesuai aturan yang berlaku pada
penjumlahan vektor. Sebagai contoh, dua gaya yang besarnya sama masing-
masing 10 N (Gambar a), digambarkan bekerja pada sebuah benda dengan saling
membentuk sudut siku-siku. Dapat dilihat bahwa benda itu akan bergerak dengan
sudut 450. Dengan demikian resultan gaya bekerja dengan arah sudut 45 0 (gambar
b). Hal ini diberikan oleh aturan-aturan penjumlahan vektor. Teorema phytagoras
menunjukkan bahwa besar resultan gaya adalah :
R = F3 = F12 + F22 +2 F1F2 cos R = F3 = 102 + 102 +2.10.10 cos90 = 14,14
1. Tiga beban (m1 , m2, m3)yang berbeda massanya dikaitkan pada tali seperti pada
gambar.
2. Atur beban hingga posisi seimbang.
7
Gambar Kerja.
Percobaan 3 cos a
42 = 422+422+2x4 x42x42x
V. Perhitungan
1. Dari hasil pengamatan, hitung resultan gaya untuk masing-masing percobaan dengan
rumus berikut :
R=Fr=F3=F12+F22+2F1F2cos
8
m1 m2 m3 R Σ(%)
PERCOBAAN 4
MOMEN GAYA (TORSI)
I. Tujuan
Membuktikan bahwa sigma momen gaya adalah nol
II. Peralatan
1. Papan berkatrol.
2. Busur derajat.
3. Benang/ tali
4. Beban.
5. Kertas.
6. Penjepit.
III. Teori
Mula-mula kita mendorong pintudengan gaya F1 yang berjarak r1 dari sumbu rotasi.
Setelah itu kita mendorong pintu dengan gaya F2 yang berjarak r2 dari sumbu rotasi.
Walaupun besar dan arah Gaya F1 = F2, Gaya F2 akan membuat pintu berputar lebih
9
cepat dibandingkan dengan gaya F1. Dengan kata lain, gaya F2 menghasilkan
percepatan sudut yang lebih besar dibandingkan dengan Gaya F 1. Masa sich ? serius...
dirimu bisa membuktikan dengan mendorong pintu dirumah.
Jadi dalam gerak rotasi, percepatan sudut tidak hanya bergantung pada Gaya saja,
tetapi bergantung juga pada jarak tegak lurus antara sumbu rotasi dengan garis kerja
gaya. Jarak tegak lurus antara sumbu rotasi dengan garis kerja gaya, dinamakan
lengan gaya alias lengan torsi. Pada contoh di atas, lengan gaya untuk F1 adalah r1,
sedangkan lengan gaya untuk F2 adalah r2.
10
3. Plotkan posisi tersebut pada kertas grafik.
4. Ulangi percobaan ini 5 kali dengan mengubah massa m1, m2, dan m3.
5. Hasil pengamatan dicatat dalam bentuk tabel.
Gambar.
V. Perhitungan
1. Dari hasil pengamatan, hitunglah sigma torsi dengan rumus berikut :
= Fxr Σ = 0
11
2. Buatlah kesimpulan : Energi kinetik dihasilkan oleh benda yang meluncur dan sangat
dipengaruhi oleh massa benda, semakin berat massa benda semakin besar energi yang
dihasilkan.
PERCOBAAN 5
ENERGI KINETIK ROTASI
I. Tujuan
Menghitung energi kinetik rotasi silinder/pipa yang menggelinding pada bidang
miring.
II. Peralatan
1. Silinder/pipa.
2. Papan luncur.
3. Mistar/jangka sorong.
4. Neraca teknik.
5. Stop watch.
6. Busur derajat.
III. Teori
MENGGELINDING
12
Misalkan sebuah selinder menggelinding pada bidang datar. Pusat massa (pm)
selinder bergerak pada garis lurus, sedang titik yang lain lintasannya sangat
komplek (cycloid).
Bila jari-jari selinder R, saat selinder telah berputar sejauh θ, pusat massa telah
bergeser sejauh s= Rθ. Oleh karena kecepatan dan percepatan linear dari pusat
massa dapat dinyatakan :
Vpm = R apm = R
EK = 1/2 Ip ²
Tampak pada ruas kanan, suku pertama menyatakan energi kinetik rotasi murni dengan
sumbu melalui pusat massa, dan suku kedua menyatakan energi kinetik gerak translasi
13
murni dengan kecepatan pusat massanya. Jadi gerak menggelinding dapat dipandang
sebagai gabungan gerak rotasi murni dan gerak translasi murni.
4. Gelindingkan selinder pada papan luncur. Catat waktu yang diperlukan selinder
untuk menggelinding di papan luncur.
5. Percobaan ini dilakukan 5 kalipada kemiringan yang berbeda. (Tinggi h = 60, 70, ...,
100 cm.
Gambar.
14
V. Perhitungan
2. Buatlah kesimpulan.
15
Daftar Pustaka :
Tipler, P.A. 1998. Fisika Untuk Sains dan Teknik-Jilid I (Terjemahan). Jakarta : Penerbit
Erlangga.
Halliday dan Resnick. 1991. Fisika Jilid I (Terjemahan). Jakarta : Penerbit Erlangga.
Young, Hugh D. & Freedman, Roger A. 2002. Fisika Universitas (Terjemahan). Jakarta :
Penerbit Erlangga.
16